DI INSTANSI PEMERINTAH
oleh :
Dr. Dra. Hj. Tita Meirina Djuwita, M.Si.
Abstrak
Berkaitan dengan pelayanan masyarakat dalam menyongsong era
globalisasi, pemerintah harus betul-betul mempersiapkan aparatnya untuk
mencapai kualitas pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat, dengan
mengedepankan sikap sopan santun dalam melayani masyarakat. Kemam-
puan aparat pelayanan dalam menghayati dan merealiaskan jiwa sopan
santun ini merupakan syarat mutlak untuk menjaga citra instansi itu
sendiri. Oleh karena itu jiwa sopan santun harus selalu tetap dijaga agar
jangan sampai terjadi hal-hal yang bisa menyinggung perasaan masya-
rakat yang mendapatkan pelayanan.
A. Pendahuluan
Setiap masyarakat selalu mengharapkan akan mendapatkan pelayanan yang
diterima dan dapat memuaskan dirinya sesuai dengan keinginannya. Setiap anggota
masyarakat menginginkan pelayanan yang sama dari aparatur pemerintah, hal ini
disebabkan masyarakat mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum dan berhak
untuk mendapatkan pelayanan yang sama tanpa membedakan dari mana asal golongan-
nya. Pelayanan yang bersahabat dan profesional sudah menjadi suatu syarat yang harus
dipenuhi oleh para penyelenggara administrasi negara (Woworuntu, 1997 : 18).
Sasaran dan tujuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk
pelayanan kepada masyarakat (publik service). Pelayanan tersebut diberikan untuk
memenuhi hak masyarakat, baik itu merupakan layanan sipil maupn layanan publik.
Artinya setiap pelayanan yang diberikan pada dasarnya termasuk menyangkut peme-
nuhan suatu hak yang melekat pada setiap diri masing-masing orang, baik kepentingan
untuk pribadi maupun kepentingan untuk kelompoknya dan dilakukan secara menye-
luruh dan secara universal.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moenir (1998 : 41) yang
menyatakan bahwa : “Adanya hak atas kualitas pelayanan itu sifatnya sudah umum dan
menyeluruh, berlaku bagi siapa saja yang mempunyai kepentingan atas hak tersebut dan
oleh instansi atau organisasi apapun juga yang tugasnya menjalankan pelayanan”. Tugas
dari pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan dengan baik dan mengatur
masyarakatnya. Thoha (1995 : 4) menyatakan bahwa : “Tugas utama dari pelayanan
1
2
Kotler (2003 : 561) mengemukakan lima kriteria penentu kualitas dari jasa pelayanan
yang baik kepada pelanggan, yaitu : “Keandalan, Ketanggapan, Keyakinan, Empati dan
Berwujud”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap
pelayanan, organisasi atau instansi baik dari pemerintah maupun swasta yang harus
fokus terhadap komitmennya dalam memberikan pelayanan baik barang atau jasa yang
sesuai dengan standar secara cepat, tepat tanpa cacat, responsif terhadap keluhan
pelanggan. Secara visual berpenampilan menarik dan bertanggungjawab penuh
terhadap produk layanan dan berorientasi pada keinginan pelanggan atau dalam hal ini
masyarakat pengguna jasa khususnya kualitas pelayanan di instansi pemerintah.
Membicarakan tentang pelayanan yang berkualitas, sudah saatnya instansi peme-
rintah berpedoman kepada suatu standar pelayanan yang prima. Birokrasi pemerintahan
sudah seharusnya mempunyai pandangan : Pelanggan selalu benar, Jika pelanggan
salah, lihat peraturan nomor satu. Mc Kinsey mengaitkan upaya pelayanan yang
baik/prima dengan model yang dikenal dengan 7S, yaitu : “Strategi, Struktur, System,
Staff, Skill, Style and Share Value”.
Dengan demikian bukan berarti peraturan perundangan yang lainnya tidak
menyentuh pada persoalan pelayanan publik yang berkualitas. Kompetensi dari pelaya-
nan prima yang diberikan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat, selain tertuang
dalam keputusan Menpan Nomor 81/1995, juga dipertegas dalam Instruksi Presiden
Nomor 1/1995, tentang peningkatan kualitas aparatur pemerintah kepada masyarakat/
rakyat.
Keputusan Menpan Nomor : 81/1995 menegaskan bahwa pelayanan publik yang
baik dan berkualitas jelas-jelas mengedepankan adanya norma-norma kesederhanaan
(terkait prosedur dan tata cara pelayanan yang mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-
4
belit, serta mudah dimengerti dan diikuti, kejelasan dan keyakinan (dalam hal ini
menyangkut prosedur, persyaratan, rincian biaya yang seharusnya), rasa keamanan
(mampu memberikan keamanan dan kenyamanan serta adanya kepastian hukum),
keterbukaan (seperti biaya dan jenis pelayanan harus disampaikan secara terbuka
kepada masyarakat), efisiensi, faktor ekonomis (biaya pelayanan umum ditetapkan
secara wajar atau sesuai dengan peraturan yang berlaku), memenuhi rasa keadilan dan
ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan. Jadi, kualitas pelayanan masyarakat
atau publik di negara ini tidak diabaikan lagi, bahkan hendaknya sedapat mungkin
disesuaikan dengan perkembangan kondisi masyarakat saat ini.
Intinya konsep pelayanan publik atau masyarakat juga menyangkut memberikan
perlindungan keselamatan terhadap masyarakatnya. Sedangkan reward and punish-
ment dirasa perlu untuk diterapkan tidak hanya bagi pegawai pemerintah di sektor
pelayanan publik, tetapi juga kepada masyarakat luas itu sendiri.
Pelayanan yang berhubungan dengan kualitas produk berupa barang dan atau
jasa, dalam meningkatkan kualitas produknya telah dikembangkan suatu konsep, yaitu :
Total Quality Management. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dikem-
bangkan konsep, yaitu : Total Quality Service. Sebagai upaya dalam mencapai kualitas
pelayanan perlu mengidentifikasi : Siapa pelanggan kita ?. Setelah itu, perlu juga
mengidentifikasi : Apa saja kebutuhan pelanggan kita.
Pelayanan yang memuaskan merupakan terjemahan dari Excellent Service secara
harfiah berarti melayani dengan baik atau memberikan pelayanan yang terbaik.
Pelayanan yang baik/prima dikembangkan berdasarkan pada konsep A3, yaitu Attitude
(sikap), Attention (perhatian), Action (tindakan). Pelayanan prima berdasarkan pada
konsep sikap (Attitude) yang meliputi 3 (tiga) prinsip terdiri dari :
1. Melayani para pelanggan dengan penampilan yang sopan dan serasi
2. Melayani para pelanggan dengan berpikiran yang positif dan logis
3. Melayani para pelanggan dengan sikap menghormati.
Pelayanan prima berdasarkan pada perhatian (attention) yang meliputi tiga prinsip yang
terdiri dari :
1. Memperhatikan dan memahami kebutuhan para pelanggan
2. Mengamati dan menghargai sikap para pelanggan
3 Memberikan perhatian penuh kepada para pelanggan.
Pelayanan prima berdasarkan pada tindakan (action) meliputi lima prinsip yang terdiri
dari :
5
2. Tabah, bermakna petugas pelayanan harus tabah dan sabar dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
seperti tidak boleh cepat emosi. Jika terjadi gangguan atau kerusakan pada
komputer, petugas harus tetap tenang dan dengan cepat meminta bantuan petugas
lain yang mengerti komputer untuk memperbaikinya serta memberitahukan
mengenai adanya kerusakan teknis agar masyarakat tidak gusar
3. Tenang, maksudnya petugas tidak boleh panik apabila masyarakat banyak yang
datang dan minta dilayani dengan cepat. Berusahalah agar tetap tenang, apabila
terjadi kepanikan hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi hanya akan
membuat tegang keadaan. Sikap tenang ini diperlukan jika masyarakat yang datang
untuk dilayani banyak jumlahnya sedangkan jumlah petugas yang ada terbatas,
maka harus dihadapi dengan tenang dan meminta pada masyarakat untuk bersabar
menunggu giliran sesuai dengan urutannya
4. Rajin, maksudnya ketekunan petugas dalam melayani masyarakat ini sangat
diharapkan, seperti memahami peraturan dan meneliti kembali buku pedoman
tentang tugas pelayanan
5. Toleran, maksudnya petugas pelayanan harus memiliki sikap senang membantu
dan sikap tenggang rasa serta bisa menghargai pendapat orang lain
6. Ikut memiliki, petugas pelayanan harus mempunyai sifat rasa memiliki terhadap
instansi dimana dia bekerja. Sikap ini antara lain berwujud penghematan, seperti
mematikan lampu disaat tidak digunakan dan melakukan efisiensi terhadap peng-
gunaan alat tulis kantor
7. Bersungguh-sungguh, petugas pelayanan harus serius dalam melaksanakan
pekerjaan, bekerja dengan penuh perhatian dan ketelitian serta penuh dedikasi
walaupun tanpa diawasi oleh atasannya
8. Ramah dan simpatik, artinya petugas pelayanan harus memiliki sikap yang ramah
dalam melayani, hal ini menunjukkan nilai lebih dari petugas itu sendiri. Sikap
yang ramah dan simpatik akan terlihat dari perbuatan dan ucapan petugas dalam
melayani masyarakat. Sikap itu antara lain membantu masyarakat yang kesulitan
yang datang dan membantu masyarakat dalam menyelesaikan urusannya
9. Pengabdian, maksudnya adalah loyalitas dari petugas pelayanan yang sungguh-
sungguh akan memajukan tempatnya bekerja. Bentuk dari pengabdian ini antara
lain, menjaga nama baik kantor tempat bekerja, memelihara peralatan kantor,
mematuhi jam kerja dengan baik
10
10. Sopan, petugas pelayanan harus memiliki sikap sopan santun kepada masyarakat
yang dilayaninya. Sikap sopan ini akan memberikan citra yang baik terhadap
instansi tempatnya bekerja. Sesuai dengan SK Menpan No. 61/1993 yang memuat
tentang pedoman dasar bagi para tata laksana pelayanan umum oleh lembaga
pemerintah kepada masyarakat. Seluruh layanan umum diharapkan mengandung
unsur-unsur :
a. Sederhana : pelayanan harus cepat, singkat, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan
b. Kejelasan dan kepastian : pasti dalam hal prosedur dan persyaratan pelayanan,
unit dan pejabat yang berwenang, hak dan kewajiban baik petugas maupun
pelanggan dan pejabat yang menangani masalah pelanggan
c. Keamanan : memberikan kepastian hukum baik dalam proses maupun hasil
pelayanan
d. Keterbukaan : proses dalam pelayanan harus disampaikan secara terbuka
kepada masyarakat
e. Efisien : tidak terjadi persyaratan ganda oleh beberapa penyedia layanan
f. Ekonomis : biaya pelayanan ditetapkan tidak berlebihan dengan pertimbangan
dari nilai layanan, daya beli masyarakat dan peraturan perundangan lainnya
g. Keadilan : pelayanan harus merata baik dalam jangkauan maupun peman-
faatannya
h. Ketepatan waktu : tidak terjadi keterlambatan dalam proses pelayanan.
D. Kesimpulan
1. Tidak maksimalnya pelayanan publik yang diberikan oleh sebagian aparatur
pemerintah
2. Standar minimum pelayanan publik masih belum diimplementasikan dengan baik
dalam melaksanakan tugas oleh aparatur pemerintahan
3. Adanya birokrasi yang panjang (red-tape bureaucracy) serta adanya ketidakjelasan
tugas dan wewenang yang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan publik
menjadi berbelit-belit yang berakibat pada timbulnya biaya yang tinggi, penyalah-
gunaan wewenang, perlakuan yang diskriminatif dan lain sebagainya
4. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat (social control) terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik, akibat dari adanya ketidakjelasan dalam
standar dan prosedur pelayanan
5. Adanya tuntutan dari masyarakat akan kebutuhan pelayanan publik yang ber-
kualitas, dengan melaksanakan konsep-konsep pelayanan yang jelas
11
Daftar Pustaka
Dwiyanto, Agus, 2003, Refomasi Pelayanan Publik : Apa yang harus dilakukan ?, Policy
Brief Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM