ABSTRAKSI
Akhir-akhir ini, permasalahan yang terjadi di kota-kota besar baik di negara
berkembang maupun di negara maju adalah sektor transportasi. Adapun permasalahan yang
terjadi diantaranya:
Pertumbuhan Kota Curitiba menjadi semakin cepat setelah tahun 1950 karena
menjadi wilayah hubungan perdagangan dan jasa. Pertumbuhan kota yang tidak
terkendali mendorong perencanaan kota yang ditekankan pada transportasi dan
penghijauan lingkungan. Perencanaan kota pertama kali di Curitiba hanya pada
pengembangan jalan-jalan dan fasilitas kota seperti pusat rekreasi dan industry.
Namun hingga tahun 1970, Curitiba masih mengalami permasalahan ancaman
ledakan penduduk yang menjadikan kota ini mengalami fenomena kemacetan dan
banjir.
Curitiba merupakan salah satu kota di Negara Brazil yang terletak sekitar 1.081
km dari Brazilia. Curitiba sendiri merupakan Ibukota Negara Bagian Brazil Parana.
Gambar 3.1.1 Lokasi Curitiba
III.2.1 Strategi Perencanaan Pembangunan Jalan dan Struktur Ruang Kota Curritiba;
Brazil
III.2.3 Strategi Perencanaan Pembangunan Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda
Pada awal tahun 1974 Kota Curritiba mengalami permasalahan transportasi yakni
kemacetan dan meningkatnya jumla pemakaian kendaraan pribadi dari pada
kendaraaan publik. Yang kemudian ada awal tahun 1995 Perkembangan Sistem
transportasi kota Curritiba mengalami perubahan drastis positif sejak Jaime Lerner
menjadi Walikota. Begitu pula dengan struktur ruang kotanya yakni dengan cara
menerapkan strategi dan konsep perencanaan pembangunan dengan mengubah
desain tata kota Curritiba yang semula terpusat menjadi linear seperti pada gambar
di bawah ini:
Gambar 3.2.1.2 Desain 3D Struktur “Linier” Tata Ruang Kota Curritiba
Sumber: IPPUC/Banco de Dados (Dokumen Rencana Kota Curritiba)
Desain linear tata Kota Curritiba memiliki esensi yakni Curitiba tidak tumbuh
di segala arah dari pusat / inti kota, melainkan tumbuh di sepanjang koridor dalam
bentuk linier. Jantung kota gedung-gedung komersial, pemerintahan, pendidikan
atau bisnis diletakkan dalam satu situs, sementara tempat tinggal penduduk dibuat
mengitari. Struktur kota yang linier merupakan model spasial yang dapat digunakan
untuk mencapai keberlanjutan karena terjadi penghematan energi dengan
mengurangi waktu perjalanan.
Selain itu, dalam sektor transportasinya pemerintah Kota Curitiba
membangun jalan-jalan penghubung dari tempat tinggal penduduk langsung menuju
pusat kota. Dalam urusan transportasi, Curitiba menerapkan trinary
road sistem. Ini adalah model jalanan yang menggunakan dua jalur jalan besar yang
berlawanan arah. Namun, yang istimewa, ada dua jalur sekunder di tengah yang
dimanfaatkan sebagai jalur ekslusif untuk busway (Gambar 3.2.1.1)
Gambar 3.2.1.1 Model “Trinary Road Sistem” di Kota Curritiba tahun 2000
Hampir semua jalanan di Kota Curitiba menerapkan sistem ini. Jalan raya yang
diubah menjadi rute bus telah memacu perumahan dengan kepadatan tinggi seperti
pembangunan apartemen di sepanjang jalur peregangan. Dengan mengubah jalan
raya menjadi rute bus bertujuan untuk mengurangi tingakat kepadatan rumah yang
tinggi di Kota Curritiba.
Sumber: google.com
Jalur pemberhentian berbentuk silinder/tabung. Tabung tersebut memberikan
perlindungan dari unsur-unsur luar dan memfasilitasi beban simultan dan bongkar
muat penumpang, termasuk kursi roda. Penumpang membayar ongkos sekitar 40
sen untuk perjalanan seluruh sistem dengan transfer tanpa batas antara bus di
terminal. Transfer terjadi dalam bagian prabayar dari terminal, sehingga transfer
tiket tidak diperlukan. Kemudahan yang diberikan terminal ini adalah ketersediaan
layanan telepon umum, kantor pos, koran dinding, dan toilet kecil.
Sumber: google.com
III.2.3 Strategi Perencanaan Pembangunan Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda
Dharma (2005) menerangkan bahwa selain pembangunan jakur BRT,
Curitiba juga membangun jalur khusus untuk sepeda sepanjang 150 kilometer.
Sistem BRT sepanjang 72 kilometer sangat ditunjang oleh keberpihakan kota pada
kepentingan pejalan kaki. Beberapa ruas jalan yang padat dengan pertokoan ditutup
bagi kendaraan bermotor dan diubah menjadi daerah khusus untuk sirkulasi pejalan
kaki saja. (Gambar III.2.3.1)
Dapat dipastikan bahwa calon penumpang dapat mencapai halte dalam jarak
tidak lebih dari 400 meter. Proses pencapaian ke halte juga dibuat senyaman
mungkin lewat zebra cross karena pembuatan jembatan penyeberangan dianggap
tidak akrab bagi penyandang cacat dan orang tua Seiring dengan itu, dibangun pula
jalur sepeda (bikeways) di sepanjang koridor busway yang mencapai 130 kilometer.
4.2 Ketangguhan Kota (Resilient City) Curritiba,Brazil di lihat dari sisi Infrastruktur
Transportasi
Keberhasilan Kota Curitiba dalam menerapkan Konsep dan Strategi pemenuhan
kebutuhan transportasi publik sebagai transportasi idaman dilakukan dengan
berbagai inovasi, antara lain:
Oleh karena itu, Kota Curitiba adalah kota yang tangguh (Resilient City) dalam
hal infrastruktur transportasinya yang mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan perkotaaan seperti: kemacetan lalu lintas, tingginya konsumsi energi,
polusi udara dan bencana alam dengan perencanaan kota yang efisien dalam energi.
Kota ini berhasil mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan polusi udara.
Terintegrasinya perencanaan kota dengan lingkungan selain dibuktikan dari
transportasinya juga berkaitan dengan kontribusi terhadap perbaikan kualitas hidup
yang dalam hal ini sangat memiliki keterkaitan erat dengan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development), yakni antara lain:
1. Curitiba memiliki tingkat daur ulang tertinggi di dunia (Hare, 2009);
2. Curitiba memiliki pusat kota terbesar dengan daerah perbelanjaan pejalan kaki di
Dunia;
3. Masuk ke dalam 10 kota terbaik di dunia untuk bersepeda (Sangkilawang, 2010);
4. Curitiba telah membangun banyak taman indah untuk pengendalian banjir
daripada kanal beton.(Hare, 2009);
5. Menggunakan domba sebagai pemotong rumput karena secara ekonomi dan
lingkungan lebih murah dari mesin pemotong rumput (Hare, 2009);
6. Pendapatan rata-rata per orang adalah 66% lebih besar daripada rata-rata Brasil
(Hare,2009).
4.3 Kesesuaian Konsep dan Strategi Pembangunan Kota Curritiba, Brazil dengan
Ketangguhan Kota (Resilient City) dan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development)
Kota Curitiba adalah kota di negara berkembang yang memilki keberhasilan
dalam menerapkan transportasi publik, yaitu Bus Rapid Transit. Integrasi antara
perencanaan transportasi sangat menentukan keberhasilan tersebut karena
bagaimanapun juga, struktur suatu kota mempengaruhi masyarakat untuk
menggunakan BRT.
Curitiba telah mewujudkan kota yang kompak dengan transportasi publik yang
berkelanjutan. Dapat dikatakan berkelanjutan kerena transportasi publik yang
diberlakukan di Curitiba telah didasarkan atas konsep kebutuhan dan konsep
keterbatasan. Konsep kebutuhan berarti bahwa transportasi publik tersebut telah
memenuhi kebutuhan transportasi yang memadai bagi seluruh penduduk Curitiba,
sedangkan konsep keterbatasan berarti memperhatikan dan menjaga kapasitas
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan akan datang melalui
penghematan energy yang terwujud lewat penggunaan BRT.