Anda di halaman 1dari 23

Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan

Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH NEGARA BAGI


NELAYAN BURUH DI DESA PUGER KULON KECAMATAN
PUGER KABUPATEN JEMBER TAHUN 2008 – 2020

Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum, Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.

Email: zahrotulislamiyah77@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara di Desa Puger Kulon
Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020. Tujuan skripsi ini untuk
menjelaskan latar belakang pelaksanaan, proses pelaksanaan, dan penyelesaian
permasalahan KT di Desa Puger Kulon. Skripsi ini menggunakan metode sejarah,
pendekatan sosiologi, dan teori kebijakan publik. Kajian ini menunjukkan bahwa KT di
Puger Kulon merupakan KT Perkotaan dengan Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan
(STUP) seluas 34,7093 ha yang dilaksanakan pada tahun 2008. Pelaksanaannya
dilatarbelakangi oleh kepadatan dan kemiskinan penduduk di sekitar sekitar Pantai Puger.
Pemetaan tanah dari hasil KT diperuntukkan kepada 700 nelayan buruh di Desa Puger
Kulon dan Puger Wetan. Pasca pelaksanaan sertifikasi tanah, dilaksanakan pembangunan
fisik perumahan nelayan serta fasilitas umum dan sosial. Proses pembangunan mengalami
permasalahan yaitu penyalahgunaan wewenang Koperasi Serba Usaha (KSU) Makmur
Sejahtera sebagai pelaksana pembangunan KT, ketidaksesuaian rencana pembangunan
berdasarkan desain KT, kesulitan masyarakat yang tinggal di perumahan KT dalam
mengakses fasilitas umum dan sosial, terdapat kerancuan take over proyek pembangunan
KT, dan tuntutan masyarakat terhadap sertifikat yang tidak diketahui keberadaannya.
Pada tahun 2020 BPN Jember bersama Komisi A DPRD Kabupaten Jember telah
mengamankan 554 SHM dari 700 SHM. Berbagai permasalahan hingga tahun 2020
masih dalam upaya penyelesaian. Kurangnya komitmen dalam penyelesaian KT
Perkotaan di Desa Puger Kulon mengakibatkan pelaksanaannya tidak berhasil, dengan
indikasi bahwa fasilitas umum dan fasilitas sosial belum terbangun secara fisik.

Kata kunci: Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Konsolidasi Tanah, Perumahan


Nelayan, Puger Kulon.

1
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

ABSTRACT

This study examines the Implementation of State Land Consolidation in Puger Kulon
Village, Puger District, Jember Regency in 2008 – 2020. The purposes of this study are
to explain the background to the implementation, implementation process, and resolution
of land consolidation problems in Puger Kulon Village. This study used historical
method, sociological approach, and public policy theory. This study shows that land
consolidation in Puger Kulon was an urban issue with Land Donation for Development
(STUP) covering an area of 34.7093 ha which was carried out in 2008. Its
implementation was motivated by overcrowding and poverty of the population around
Puger Beach. Land mapping from the land consolidation results was intended for 700
labor fishermen in the villages of Puger Kulon and Puger Wetan. After the
implementation of land certification, the physical construction of fisherman housing and
public and social facilities was carried out. The development process experienced
problems, namely the abuse of the authority of the Makmur Sejahtera Multi-Business
Cooperative (KSU) as the implementer of land consolidation development, discrepancies
in development plans based on land consolidation designs, difficulties for people living
in land consolidation housing in accessing public and social facilities, there was
confusion over the take over of land consolidation development projects, and public
demands for certificates whose existence is unknown. In 2020 BPN Jember together with
Commission A DPRD Jember Regency have secured 554 SHM out of 700 SHM. Various
problems until 2020 were still being resolved. The lack of commitment in completing the
Urban land consolidation in Puger Kulon Village resulted in the implementation not
being successful, with an indication that public facilities and social facilities had not been
physically built.

Keywords: Population Density, Poverty, Land Consolidation, Fishermen's Housing,


Puger Kulon.

1. PENDAHULUAN
UUPA 1960 di Indonesia merupakan suatu titik tolak perombakan struktur
pertanahan yang disebut land reform atau reforma agraria di Indonesia. Pada tahun 2006
pelaksanaan reforma agraria dinyatakan secara tegas sebagai program pemerintah dengan
menetapkannya sebagai salah satu fungsi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). UUPA
1960 mengatur beberapa ketentuan pertanahan, salah satunya peraturan mengenai land
consolidation/Konsolidasi Tanah (KT) yang merupakan salah satu dari pelaksanaan land
reform. KT ini dituangkan dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1991 tentang
Konsolidasi Tanah. Pasal 1 dalam Perkep BPN Nomor 4 Tahun 1991 menyatakan bahwa
KT adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan
penggunaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas

2
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan pasrtisipasi aktif
masyarakat.1
Politik dari KT berorientasi untuk membantu masyarakat menjadikan sebuah
daerah yang tertib dan teratur. Penerapan KT memiliki dua aspek yang menjadi sasaran
utama, yaitu penataan fisik atas penggunaan dan pemanfaatan tanah dan penataan
terhadap penguasaan dan pemilikan tanah. Harapan pada penataan fisik ini nilai tanah
semakin meningkat untuk kepentingan masyarakat pemilik tanah sedangkan penataan
penguasaan dan pemilikan tanah akan memberikan kepastian hukum atas tanah yang
dimiliki masyarakat.2
Beberapa negara yang dikenal dengan prestasi masyarakatnya dalam melakukan
KT adalah Jepang, Korea, dan Taiwan. Konsep KT di Jerman dan Jepang disebut sebagai
landreadjustmen, sedangkan di Taiwan di sebut land banking. Beberapa negara lain di
dunia yang menerapkan landreadjustment antara lain Amerika, Columbia, Swedia,
Nepal, India, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Australia, dan Indonesia (land
consolidation/Konsolidasi Tanah). Terdapat perbedaan antara Konsolidasi Tanah dan
landreadjustment, pada konsep KT akses tanah diatur tetapi penataan ruangnya tidak
diatur, sedangkan landreadjustment mengatur keduanya. Dalam perkembangan terakhir,
Jepang dan Taiwan adalah dua negara di dunia yang memberikan pengaruh dalam
pelaksanaan KT di Indonesia. Pada tahun 1980-an otoritas pertanahan secara intensif
menugaskan Sumber Daya Manusia Pertanahan (SDM Pertanahan) untuk meningkatkan
kapasitas di kedua negara. Peningkatan kapasitas untuk KT Perkotaan ditugaskan ke
Jepang dan KT Pertanian ke Taiwan, tetapi intensitas pelaksanaannya banyak dilakukan
untuk kompetensi KT Perkotaan.3
Seminar internasional ke-10 dilaksanakan di Indonesia tepatnya di Bali tahun
2000 dihadiri oleh akademisi KT tingkat dunia seperti Peter Shieh dan Ray W. Acher,
dalam seminar tersebut pengalaman Jepang dan Taiwan menginspirasi pelaksanaan KT

1
Badan Pertanahan Nasional, ‘Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun
1991 Tentang Konsolidasi Tanah’, 1991.
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya (Jakarta: Djambatan, 1999), pp. 136–37.
3
‘Butuh Waktu Untuk Menerapkan Konsep Landreadjustment Di Indonesia’, Direktorat
Jendral Tata Ruang Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2006
<https://bit.ly/3htJ86G>.

3
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

di Indonesia. Jepang menginspirasi KT Perkotaan dan Taiwan menginspirasi pelaksanaan


KT Pedesaan/Pertanian. Awalnya KT perkotaan diintoduksi dari Jerman, tetapi instrumen
penataan wilayah partisipatif ini berkembang pesat di Jepang. Kontribusi KT perkotaan
berhasil mengembangkan areal perkotaan yang sistematis, KT perkotaan di Jepang
disebut “Mother of City Planning”.4
Sejak Tahun 1980-an di Renon, Bali, tercatat bahwa sampai tahun 2013
pelaksanaan KT di Indonesia telah dilakukan pada 995 lokasi dengan total luas
174.028,19 Ha, dengan jumlah bidang 235.385 bidang dengan total peserta KT sebanyak
206.880 peserta.5 Keberhasilan KT dapat diukur dengan adanya tindak lanjut berupa
pembangunan fisik setelah peserta KT mendapat sertifikat pemilikan tanah. Tantangan
KT yang dilaksanakan di Indonesia yaitu mencari format kerjasama yang sinergi antara
pelaksana KT dengan pelaksana tindak lanjut pelaksanaan KT yang terpisah secara
kelembagaan. Instansi fungsional sebagai pelaksana KT adalah ATR/BPN, sementara
pelaksana tindak lanjut pelaksanaan KT adalah pemerintah daerah dalam hal ini otoritas
pekerjaan umum.6
Pada tahun 2008 BPN Jawa Timur menetapkan, Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember menjadi objek pelaksanaan KT Perkotaan. Hal ini didasari oleh
faktor kepadatan penduduk di Puger Kulon yang termasuk dalam kategori tinggi. Subjek
KT atau penerima KT merupakan nelayan buruh yang berdomisili di Desa Puger Kulon
dan Puger Wetan. Pemerintah Daerah Kabupaten Jember menanggapi kebijakan tersebut
dengan menetapkan Desa Puger Kulon dengan luas tanah 34,7093 hektar yang berstatus
tanah negara sebagai lokasi kegiatan KT Perkotaan. Lokasi tersebut berada di sekitar area
Jalur Lintas Selatan (JLS) dan area wisata Pantai Pancer Puger.7
Kegiatan KT di Desa Puger Kulon ini menghasilkan 700 bidang tanah yang
dibagikan kepada 700 nelayan buruh sebagai peserta dengan beberapa kualifikasi.

4
Oloan Sitorus, Konsolidasi Tanah, Tata Ruang, Dan Ketahanan Nasional (Sleman:
STPN Press, 2019), p. 60.
5
Direktorat Konsolidasi Tanah, Analisis Monitoring Dan Evaluasi Konsolidasi Tanah
(Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2014), p. 1.
6
Sitorus, p. 28.
7
Pemerintah Kabupaten Jember, ‘Surat Keputusan Bupati Jember Tentang Penetapan
Lokasi Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Kabupaten Jember Tahun 2008 Nomor
188.45/179/012/2008’ (Jember, 2008).

4
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Nelayan buruh tersebut sebanyak 342 bertempat tinggal di Desa Puger Kulon dan
sebanyak 358 bertempat tinggal di Desa Puger Wetan. Masing-masing penerima
mendapat satu bidang tanah seluas 108 m2.8 Hal tersebut diperkuat secara yuridis dengan
penerbitan sertifikat tanah hak milik. Penataan fisik pasca sertifikasi tanah dilakukan
tindak lanjut dengan pembangunan perumahan, fasilitas umum, dan fasilitas sosial untuk
perumahan kawasan nelayan di atas tanah KT.
Pada tahun 2010 Bupati Jember merekomendasikan KSU Makmur Sejahtera
sebagai pelaksana proyek pembangunan perumahan nelayan dengan penerbitan surat
bupati. Pada tahun 2011 KSU Makmur Sejahtera bekerjasama dengan PT. Jadisari Mulya
sebagai kontraktor pembangunan perumahan nelayan, pada tahun 2013 Bupati Jember
menerbitkan surat bupati kepada PT. Jadisari Mulya sebagai kontraktor pembangunan
perumahan nelayan di Desa Puger Kulon.9
Proses pembangunan perumahan nelayan mengalami kendala yang disebabkan
oleh minimnya alokasi dana. Faktor lainnya yaitu masyarakat penerima dalam hal ini
nelayan buruh tidak sepakat untuk dibangunkan rumah di atas tanah KT karena mereka
harus membayar cicilan tiap bulannya sebesar Rp. 400.000,00 dengan angsuran 180
kali/15 tahun. Hal ini memberatkan masyarakat nelayan karena pendapatan mereka
bersifat musiman. Meskipun demikian, proyek tersebut telah dikucuri dana oleh
MENPERA sebesar Rp. 11.000.000,00 per orang dengan dua tahap, setiap tahap Rp.
5.500.000,00. Bantuan ini hanya berhenti kepada 100 penerima tanah KT dan tidak
berlanjut karena proyek terbengkalai. Selain itu, masyarakat penerima bantuan tidak
mengantongi uangnya sendiri melainkan diambilalih oleh Ketua KSU Makmur Sejahtera
yang bernama H. Sahrowi. Pada tahun 2011, perkembangan perumahan hanya berhasil
terbangun 200 rumah dari 700 rumah jika sesuai dengan master plan.10 Keterbengkalaian
pembangunan perumahan menyebabkan masalah-masalah baru termasuk keberadaan
sertifikat yang tidak diketahui oleh para pemiliknya. Pada tahun 2020, BPN Jember dan
DPRD Kabupaten Jember telah mengamankan 554 sertifikat serifikat dari 700 sertifikat,

8
Saiful Hoji, Wawancara (Jember, 2022).

Pengadilan Negeri Surabaya, ‘Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


9

Nomor 279/Pdt.G/2018/PN.Sby’ (Surabaya, 2018), p. 14 dan 32.


10
Pengadilan Negeri Surabaya, p. 42.

5
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

sedangkan sisanya sebanyak 50 diketahui menjadi agunan di bank sedangkan 96 sertifikat


tidak diketahui keberadaannya.11
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan
yaitu: 1) Apa yang melatarbelakangi Desa Puger Kulon ditetapkan sebagai lokasi
pelaksanaan Konsolidasi Tanah perkotaan? 2) Bagaimana proses kegiatan Konsolidasi
Tanah di Desa Puger Kulon? dan 3) Bagaimana penyelesaian permasalahan dari
pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Desa Puger Kulon?
Kajian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui latar belakang Desa Puger Kulon
ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan Konsolidasi Tanah perkotaan; 2) Menjelaskan
proses kegiatan Konsolidasi Tanah di Desa Puger Kulon; 3) Menjelaskan penyelesaian
permasalahan dari pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Desa Puger Kulon.
Lingkup spasial dalam kajian ini berada di Desa Puger Kulon sebagai desa yang
memiliki kepadatan penduduk karena letaknya berada di daerah yang memiliki sumber
daya kelautan sehingga berpotensi untuk mendukung kegiatan perekonomian. Desa Puger
Kulon dalam hal ini dipilih sebagai lokasi atau tempat pelaksanaan KT, tetapi jika
penerima tanah konsolidasi bukan hanya dari masyarakat Puger Kulon tetapi juga
masyarakat Puger Wetan dengan latar belakang nelayan buruh. Lingkup temporal yang
diambil tahun 2008-2020. Tanggal 15 September 2008 dipilih sebab Kepala Kanwil BPN
Provinsi Jawa Timur telah menetapkan SK Nomor 412. 35. Tahun 2008 tentang
Penegasan Tanah Negara sebagai objek Konsolidasi Tanah Perkotaan. Tahun 2020 dipilih
karena sebanyak 554 SHM sertifikat dari 700 SHM telah diamankan di BPN setelah tidak
diketahui keberadaannya selama kurang lebih sembilan tahun. Kajian ini termasuk dalam
lingkup kajian sejarah agraria. KT merupakan salah satu output dari reforma agraria.

2. METODE PENELITIAN
Terdapat lima tahap dalam metode sejarah oleh Kuntowijoyo, yakni (1) Pemilihan topik;
(2) Pengumpulan sumber; (3) Verifikasi (kritik sejarah); (4) Interpretasi: analisis dan
sintesis; (5) Penulisan (Kuntowijoyo, 1996:38). Tahap yang pertama adalah pemilihan

11
‘Akhirnya! 554 Dari Total 700 Sertifikat Tanah Hibah Nelayan Jember Terselamatkan
Setelah 12 Tahun’, Lentera Today, November 2020 <https://lenteratoday.com/akhirnya-554-dari-
total-700-sertifikat-tanah-hibah-nelayan-jember-terselamatkan-setelah-12-tahun/>.

6
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

topik, yaitu bagaimana seorang peneliti dapat menemukan topik yang sesuai dengan
minat dan ketertarikannya (kedekatan emosional dan kedekatan intelektual).
Tahap ke dua yaitu heuristik atau pengumpulan sumber. Pada tahap ini, penulis
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder dalam menyusun penelitian ini.
Sumber primer yang penulis dapatkan yaitu Surat Keputusan Kepala BPN Jawa Timu dan
BPN Kabupaten Jember, Surat Keputusan Bupati Jember, Surat Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah, Nomor 410-4216,
1991, Putusan Mahkamah Agung Pengadilan Negeri Surbaya
Selain dari instansi pemerintah penulis juga mendapat arsip penting dari
masyarakat penerima tanah KT yaitu peta desain KT. Selain itu, penulis juga mendapat
foto-foto pada proses pelaksanaan KT di Desa Puger Kulon. Penulis juga menggunakan
metode wawancara kepada narasumber yang terlibat secara langsung seperti Sunardi,
Alatas, dan Muhammad Khotibin. Penelitian ini juga menggunakan sumber koran atau
berita harian sezaman yang diakses secara online.
Peneliti dalam hal ini juga menggunakan sumber sekunder yang digunakan
sebagai data pendukung, sumber sekunder peneliti dapatkan dengan melakukan studi
pustaka melalui buku-buku pribadi, studi pustaka di Perpustakaan Universitas Jember,
serta melalui beberapa artikel atau karya ilmiah yang diperoleh secara online dan offline.
Penelitian ini masuk ke dalam kajian sejarah kontemporer, maka untuk mendukung
beberapa data terkait peneliti juga menggunakan metode sejarah lisan berupa wawancara.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Gambaran Umum Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah (KT) di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten
Jember dapat dianalisis berdasarkan tiga faktor yaitu kondisi geografis, kondisi,
demografis, dan kondidi sosial ekonomi.

3.1.1 Kondisi Geografis


Kecamatan Puger dengan luas 148,99 Km2 secara administrartif merupakan bagian dari
Kabupaten Jember yang terdiri dari 12 desa yaitu Mojomulyo, Mojosari, Puger Kulon,
Puger Wetan, Grenden, Mlokorejo, Kasiyan, Kasiyan Timur, Wonosari, Jambearum,

7
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Bagon, dan Wringin Telu..12 Desa Puger Kulon dan Puger Wetan merupakan wilayah
yang berdekatan dengan area pesisir sehingga di desa tersebut terjadi kepadatan
penduduk. Hal ini disebabkan karena adanya penghidupan yang menjamin masyarakat di
sekitar pantai. Jaminan tersebut berasal dari sumber daya alam yang dimiliki oleh
Kecamatan Puger. Pemerintah telah membangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Puger
yang dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Puger Kulon ditetapkan menjadi
lokasi KT, tepatnya berada di area wisata Pantai Pancer Puger Kulon karena merupakan
wilayah/kawasan nelayan dalam hal ini sebagai penerima KT.13

3.1.2 Kondisi Demografis


Kepadatan penduduk di Desa Puger Kulon dan Puger Wetan disebabkan oleh angka
kelahiran dan penduduk yang datang. Penduduk yang datang di Desa Puger Kulon dan
Puger Wetan dipengaruhi oleh adanya potensi sumber daya laut. Pertambahan jumlah
penduduk ini menyebabkan bertambah luasnya penggunaan tanah terutama untuk
pemukiman sehingga pemukiman di Desa Puger Kulon dan Puger Wetan tergolong
kumuh. Kepadatan penduduk dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori rendah
(kurang dari 500 jiwa/km2), kategori sedang (antara 500 – 1000 jiwa/km2), dan kategori
tinggi (lebih dari 1000 jiwa/km2).14 Desa Puger Kulon termasuk ke dalam kategori tinggi
misalnya pada tahun 2016 mencapai 3.926,74 jiwa/km2. Pertambahan penduduk ini
dikarenakan adanya potensi sumber daya laut yang dapat menopang kehidupan ekonomi
masyarakat.15 Berdasarkan kondisi demografis ini, program KT yang berlokasi di Desa
Puger Kulon menjadi sesuai mengingat jumlah kepadatan penduduk dan luas wilayah di
desa tersebut.

12
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kecamatan Puger Dalam Angka 2009
(Jember, 2009), p. 1.
13
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kecamatan Puger Dalam Angka 2009, p. 2.
14
‘Kepadatan Penduduk Yogyakarta’
<pository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4631/BAB V HASIL DAN
PEMBAHASAN222.pdf?sequence=9&isAllowed=y>.
15
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kecamatan Puger Dalam Angka 2009, p. 11;
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, ‘Kecamatan Puger Dalam Angka 2011’ (Jember, 2011),
p. 11.

8
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

3.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi


Kebijakan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah 2004-2014 mengarahkan Desa Puger
Kulon dan Puger Wetan untuk menopang industri perikanan laut dan keberadaan
pelabuhan perikanan. Kegiatan perikanan ini berkembang sehingga menyebabkan
penduduk di Desa Puger Kulon dan Puger Wetan bermatapencaharian sebagai nelayan.
Sebagian besar masyarakat di dua desa ini merupakan nelayan buruh. Kebutuhan mereka
terbentuk mengikuti dinamika sumberdaya yang digarapnya (musiman). Posisi ini
cenderung menempatkan mereka dalam garis kemiskinan. Hasil tangkapan hanya mampu
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, artinya nelayan buruh belum mampu untuk
hidup dalam standar yang layak, misalnya kepemilikan tanah dan rumah yang layak huni.
Oleh sebab itu, kebijakan KT yang ditindaklanjuti dengan pembangunan perumahan bagi
nelayan buruh relevan dengan kebutuhan para nelayan buruh miskin di Desa Puger Kulon
dan Puger Wetan.
Pertama jumlah kartu keluarga (KK) yang menempati bangunan bukan milik
sendiri di Desa Puger Kulon terdapat 2.700 KK dan di Desa Puger Wetan 290 KK. Kedua
tingkat penggunaan luas lantai bangunan di Desa Puger Kulon dan Puger Wetan telah
ditemukan sebanyak 234 rumah dengan luas lantai bangunan mencapai 2 m2/orang.
jumlah KK per rumah pada pemukiman nelayan Puger adalah dua KK hingga tiga KK
per rumah. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat Desa Puger Kulon dan Puger Wetan
pada umumnya tergolong rendah.16

3.2 Konsolidasi Tanah Perkotaan di Kawasan Nelayan Desa Puger Kulon Tahun
2008
Pemukiman nelayan menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 14/PERMEN/M/2006 termasuk kawasan khusus dalam pasal
1 ayat 7 yang berbunyi kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau
kabupaten/kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri,
perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan
rawan bencana. Upaya KT dapat digunakan untuk pembangunan perumahan kawasan

16
Evi Eka Nurcahyanti, Surjono, and Eddi Basuki Kurniawan, ‘Penataan Permukiman
Nelayan Puger Ditinjau Dari Aspek Kekumuhan’, Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 2 (2010), pp.
44–43.

9
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

nelayan sesuai dengan 14/PERMEN/M/2006 pasal 13 ayat 1 diktum pertama bahwa


penyediaan tanah untuk perumahan kawasan khusus yang dilaksanakan di atas tanah hak
dapat ditempuh melalui KT.17

3.2.1. Proses Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Secara Teknis di Desa


Puger Kulon Tahun 2008
Model KT yang digunakan di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten
Jember adalah KT Perkotaan (urban land consolidation). Kegiatan tersebut secara
operasional merujuk pada tanah negara bebas yang tersebar, tidak teratur, dan belum
termanfaatkan secara optimal kemudian penataannya diperuntukkan bagi pembangunan
perumahan yang teratur dan lengkap dengan sarana dan prasarananya. Pelaksanaan KT
Perkotaan di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember dibiayai oleh
Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur
tahun 2008.18 Berikut ini teknis pelaksanaan KT di Desa Puger Kulon
a. Pemilihan Lokasi Sebagai Objek KT di Desa Puger Kulon
Pertimbangan lokasi ditinjau dari segi fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan hukum,
dalam hal ini didasarkan pada tingkat aksesibilitas pencapaian lokasi, ketersediaan
para peserta KT, lokasi relatif kosong dan belum termanfaatkan secara optimal.
Kepadatan penduduk di pemukiman nelayan Desa Puger Kulon dan Puger Wetan serta
penataan yang kurang optimal menjadikan wilayah tersebut mendapat concern untuk
ditata kembali. KT di Desa Puger Kulon dilaksanakan atas pertimbangan di dalam SK
Kanwil BPN Jawa Timur Nomor 119.35 Tahun 2008 tentang Penetapan Lokasi
Kegiatan Konsolidasi Tanah Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kanwil
BPN Jawa Timur Tahun Anggaran 2008 tanggal 31 Maret 2008.19 Proyek berlokasi di

17
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PERMEN/M/2006 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan Kawasan Khusus (Indonesia, 2006), p. 7 dan 19.
18
Arif Qomarudin, ‘Analisis Yuridis Konsolidasi Tanah Sebagai Sarana Yuridis Penataan
Tanah (Studi Kasus Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger
Kabupaten Jember)’ (Universitas Jember, 2011), p. 43.
19
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur, Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur No. 119.35 Tahun 2008

10
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Puger Kulon karena terdapat tanah negara yang cukup luas di wilayah tersebut tapi
tidak termanfaatkan. Kondisi tanah ini masih berupa gundukan-gundukan dan
dikelilingi oleh pandan pantai.20
b. Penyuluhan Kegiatan KT di Desa Puger Kulon Tahun 2008
Pada tanggal 11 Maret 2008 Kanwil BPN Jawa Timur melaksanakan kegiatan
penyuluhan dalam rangka KT. Kegiatan penyuluhan dalam surat tugas ini dilaksanakan
selama dua hari sejak tanggal 12 – 13 Maret 2008. Penyuluhan yang disampaikan
mengenai pemahaman tentang KT kepada pemerintah desa.21 Peserta penyuluhan terdiri
dari perangkat Desa Puger Kulon, Puger Wetan, dan Kecamatan Puger. Kegiatan
selanjutnya pemerintah desa memfasilitasi acara sosialisasi kepada masyarakat yang
dilangsungkan di kantor desa masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan pasca
penyuluhan oleh BPN. Kasun dari dua desa ini mendata masyarakat yang layak untuk
diikutsertakan dalam kegiatan KT yang dilakukan sebelum pelaksanaan sosialisasi.
Berdasarkan jumlah pendataan, telah terdata sebanyak 700 penerima yang berasal dari
Desa Puger Kulon dan Puger Wetan dengan kriteria yaitu penerima merupakan nelayan
buruh miskin, nelayan buruh yang sudah berumah tangga, tetapi tinggal di dalam satu
rumah yang terdiri dari dua kartu keluarga (KK) bahkan 3 KK, nelayan buruh yang tidak
memiliki perahu. Pada saat kegiatan sosialisasi berlangsung, jumlah penerima KT yang
hadir tidak tercatat sehingga jumlah pastinya tidak diketahui. Pada tanggal 28 Maret 2008
telah dibentuk tim untuk menyiapkan bahan-bahan rapat koordinasi selama 3 hari sejak 1
– 3 April 2008.22 Pada tahap ini, para tim menjelaskan desain KT yang meliputi: bentuk
penataan kapling-kapling tanah, sarana, dan prasarana pendukung. Kegiatan ini berhasil
dengan terselesaikannya peta desain KT Desa Puger Kulon.
c. Pengumpulan data objek dan subjek serta pengukuran untuk kegiatan KT di Desa Puger
Kulon.

Tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Konsolidasi Tanah Bidang Pengaturan Dan Penataan
Pertanahan BPN Kanwil Jawa Timur Tahun Anggaran 2008 (Indonesia, 2008).
20
Z Arifin, Wawancara (Jember, 2022).
21
Badan Pertanahan Nasional Kanwil Provinsi Jawa Timur, ‘Surat Tugas Nomor
ST/20/PDPP/III/2008’ (Jawa Timur, 2008).
22
Badan Pertanahan Nasional Kanwil Provinsi Jawa Timur, ‘Surat Tugas Nomor:
ST/14/LC/PDPP/III/2008’ (Jawa Timur, 2008).

11
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Pengumpulan data subjek merupakan kegiatan mengidentifikasi peserta sebagai


partisipan KT. Pada tahap ini terjadi dua gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan
selama 8 hari sejak tanggal 1 - 8 April 2008 yang menghasilkan 500 bidang tanah. Proses
selanjutnya yaitu pembuatan peta bidang/existing sebanyak 500 bidang sejak tanggal 14
– 18 April 2008 yang menghasilkan penomoran persil lahan sebanyak 500 bidang tanah.23
Gelombang ke dua dilaksanakan pada 14 – 19 Mei 2008 dengan menghasilkan 200 bidang
tanah. Proses pembuatan peta bidang/existing dilaksanakan pada 19 – 23 Mei 2008 yang
menghasilkan penomoran persil lahan sebanyak 500 bidang tanah. Berdasarkan hasil
pendataan yang dilakukan, KT dalam rangka relokasi pemukiman nelayan diperuntukkan
bagi 700 nelayan buruh dengan rincian sebanyak 342 nelayan buruh yang berdomisili di
Puger Kulon dan 358 nelayan buruh yang berdomisili di Desa Puger Wetan.
d. Penetapan Lokasi KT di Desa Puger Kulon Tahun 2008
SK BPN Jawa Timur Nomor 119.35 tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Konsolidasi
Tanah Bidang Pengaturan Dan Penataan Pertanahan tanggal 31 Maret 2008 ditanggapi
dengan SK Bupati Jember tentang penetapan lokasi pelaksanaan Konsolidasi Tanah
Kabupaten Jember tahun 2008 Nomor 188.45/179/012/2008. Bupati Jember MZA Djalal,
menetapkan tanah di Desa Puger Kulon sebagai seluas 347.093 m2 yang berada di area
Pantai Pancer dan JLS. Pembagian tanahnya yaitu 97.417 m2 untuk pemukiman nelayan,
masing-masing nelayan mendapatkan bidang tanah 108 m2 sebanyak 700 bidang.
Sedangkan peruntukan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial yaitu tanah untuk sarana
jalan dan jalur hijau seluas 93.956 m2, tanah untuk sarana ibadah seluas 8.202 m2, tanah
untuk sarana pendidikan 7.256 m2, tanah untuk sarana olahraga 33.852 m2, tanah untuk
sarana pariwisata seluas 33.426 m2, tanah untuk pasar seluas 16.350 m2, tanah untuk
pengganti biaya pelaksanaan seluas 57.216 m2, tanah untuk puskesmas seluas 1.413 m2.
Pada tanggal 15 September 2008 Kanwil BPN Jawa Timur menerbitkan SK
Kanwil BPN Jawa Timur Nomor SK.412.35 Tahun 2008 tentang Penegasan Tanah
Negara Sebagai Objek Konsolidasi Tanah Perkotaan. Surat keputusan tersebut
menjelaskan tanah seluas 34,7093 ha yang dimohon semula berstatus tanah negara bebas
sesuai dengan Surat Keterangan Tanah yang ditetapkan oleh Kepala Desa Puger Kulon.
e. Pengukuran Staking Out dan Pembuatan Peta Bidang Tanah Konsolidasi Tanah di Desa
Puger Kulon Tahun 2008

23
Qomarudin, p. 38.

12
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Kegiatan staking out merupakan kegiatan pemasangan patok-patok berdasarkan peta


desain KT yang telah disetujui oleh tim koordinasi. Kegiatan ini meliputi pengukuran dan
pemasangan patok-patok batas kavling baru, dan pemasangan pancang-pancang badan
jalan/parit prasarana umum lainnya.24 Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 hari sejak
tanggal 17 – 26 September 2008. Setelah kegiatan ini, dilaksanakan pembuatan bidang
tanah selama empat hari sejak 6 – 9 Oktober 2008.

Gambar 1 Peta KT di Desa Puger Kulon Tahun 2008


Sumber: Koleksi Sunardi

f. Pemberian Hak Milik dalam Rangka KT di Desa Puger Kulon Tahun 2008
Kegiatan ini dilaksanakan selama enam hari sejak tanggal 9 – 10 Oktober 2008. Tim
bertugas untuk mengusulkan secara kolektif kepada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur untuk mengusulkan penerbitan hak atas tanah.
Langkah selanjutnya, Kanwil BPN Jawa Timur menerbitkan SK pemberian hak atas tanah
kepada para peserta KT di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember
sebanyak 700 bidang. Out put dari kegiatan ini yaitu terbitnya 700 nama penerima dengan
NIB dan nomor kavling yang didapat.
Selain penerbitan SK pemberian hak atas tanah untuk tanah kavling yang
dibagikan kepada peserta, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Jember juga
menerbitkan surat pemberian hak atas tanah untuk sarana dan prasarana di antaranya
sarana jalan dan jalur hijau, sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana olahraga, sarana

24
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, ‘Modul II Tahapan Konsolidasi Tanah’, p. 28.

13
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

pariwisata, pasar, dan puskesmas atas nama pemerintah daerah. Pada tanggal 10 - 15
Oktober 2008 kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan surat ukur dalam rangka KT
sebanyak 700 bidang. Selanjutnya dilaksanakan pembuatan sertifikat dan pembuatan
buku tanah dalam rangka KT sebanyak 700 bidang di Desa Puger Kulon selama enam
hari sejak 29 Oktober – 5 November 2008. Pada tanggal 7 November 2008 Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Jember mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Jember Nomor 17.420.335.34-2008 tentang Pemberian Hak Milik Dalam Rangka
Konsolidasi Tanah Perkotaan.

3.2.2 Keterlibatan Koperasi Serba Usaha Makmur Sejahtera


Pengurusan permohonan hak atas tanah negara yang terhitung sejak bulan Oktober
(nelayan buruh memohon kepada BPN), diurusi langsung oleh sebuah koperasi bernama
Koperasi Serba Usaha (KSU) Makmur Sejahtera yang berbadan hukum dengan Nomor
Nilek 518/526.BH/XVI.7/436.313/2008 yang diketuai oleh H. Sahrowi. KSU Makmur
Sejahtera berdiri sejak tahun 2008 yang beralamat di Jl. Lettu Moelyadi Nomor 62 Desa
Puger Kulon Kabupaten Jember. Keberadaannya menjadi satu desa dengan kegiatan KT.
KSU Makmur Sejahtera ini diduga memliki kedekatan dengan pemangku kebijakan
kegiatan KT di Desa Puger Kulon seperti Kepala Desa Puger Kulon, Kepala Camat Puger,
bahkan Bupati Jember, sehingga keterlibatannya dalam kegiatan KT di Desa Puger Kulon
dapat berlangsung.25
Pengurusan permohonan hak tanah yang ditangani KSU Makmur Sejahtera telah
mendapat izin dari Kepala Desa Puger Kulon dan Camat Puger. KSU Makmur Sejahtera
memiliki legalitas yang kuat dengan dasar surat kuasa yang diberikan oleh masyarakat
penerima kepada KSU Makmur Sejahtera saat sebelum penyerahan sertifikat tanah KT.
Surat Kuasa tersebut berisi pemberian wewenang kepada KSU Makmur Sejahtera sebagai
penerima kuasa dari para pemohon untuk mengurus segala bentuk pengurusan
permohonan hak atas tanah yaitu dari proses pengajuan berkas permohonan hingga
pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) sesuai dengan kententuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seluruh biaya pengurusan ini ditalangi oleh
KSU Makmur Sejahtera. Pada tanggal 5 Maret 2010 telah diadakan acara penyerahan
sertifikat KT dihadiri oleh Kepala BPN Jember, Camat Puger maupun undangan lain.

25
Sunardi, Wawancara (Jember, 2022).

14
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Sertifikat tersebut diberikan secara simbolik (perwakilan dalam hal ini Koperasi Makmur
Sejahtera dengan surat kuasa). 700 nelayan buruh sebagai penerima hak atas tanah tidak
menerima langsung sertifikat tersebut. Hal ini dikarenakan 700 sertifikat direncanakan
akan diagunkan ke bank untuk biaya pmbangunan perumahan nelayan.26

3.3.3 Pembangunan Fisik KT di Desa Puger Kulon Tahun 2011


KT di Desa Puger Kulon secara teknis dilaksanakan oleh Kanwil BPN Jawa Timur dan
BPN Kabupaten Jember. Tindak lanjut pasca kegiatan KT menjadi proyek pembangunan
Pemkab Jember berdasarkan RTRW Kabupaten Jember. Proses tindak lanjut atau
konstruksi dilaksanakan oleh KSU Makmur Sejahtera berdasarkan rekomendasi Bupati
MZA Djalal pada tahun 2011. Pada bulan Maret 2009 KSU Makmur Sejahtera
mengadakan sosialisasi yang membahas tentang rencana pembangunan rumah di lokasi
KT dan diberikan kepada nama-nama yang telah terdata dengan beban cicilan sekitar Rp
400.000,00 per bulan selama 15 tahun (180 kali).27
Pengadaan perumahan dengan beban cicilan tersebut tidak serentak disepakati
oleh 700 penerima yang berprofesi sebagai nelayan buruh. Hanya sebagian masyarakat
yang menyepakati rencana pembangunan perumahan nelayan tersebut. Penolakan ini
didasari oleh faktor ekonomi masyarakat nelayan buruh yang bergantung dengan
pendapatan musiman.28
Pada tanggal 28 Januari 2010 Bupati Jember MZA Djalal mengeluarkan Surat
Bupati Jember Nomor 539/79/1.11/2010 perihal Rekomendasi Pembangunan Perumahan
Nelayan Puger kepada Ketua KSU Makmur Sejahtera (pelaksana utama pembangunan
perumahan nelayan di Puger Kulon).29 Pada sekitar bulan Februari, sebanyak 100
penerima tanah KT di Desa Puger Kulon mendapat bantuan khusus dari Menteri
Perumahan Rakyat (MENPERA) sebesar Rp. 11.000.000,00 per orang secara bertahap,
tahap pertama Rp. 5.500.000,00 tahap ke dua Rp. 5.500.000,00. Bantuan ini berkaitan
dengan PERMENPERA Nomor 15 Tahun 2006 tentang petunjuk pelaksanaan

26
Hoji.
27
Sutrisno, Wawancara (Jember, 2022).
28
Alatas, Wawancara (Jember, 2022).
29
Pengadilan Negeri Surabaya, p. 14.

15
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

penyelenggaraan pengembangan kawasan nelayan. Bantuan khusus tersebut diharapkan


dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan sekaligus menyediakan hunian yang layak.
MENPERA bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk
memfasilitasi 100 nelayan buruh penerima KT yang menerima bantuan khusus. Pada
prosesnya, masyarakat datang ke BRI untuk membuka rekening dan menerima bantuan
khusus. Kegiatan ini dikawal oleh KSU Makmur Sejahtera untuk menandatangani bukti
penerimaan bantuan, tetapi uang bantuan tidak dikantongi masyarakat melainkan
disimpan oleh Ketua KSU Makmur Sejahtera (H. Sahrowi). Hal ini dapat diartikan bahwa
H. Sahrowi menguasai dana stimulan dari MENPERA sejumlah Rp. 1.100.000.000,00.30
Biaya perataan dan pembangunan jalan serta pemasangan lampu berasal dari KSU
Makmur Sejahtera. Menurut Sunardi dan Muhammad Khotibin terdapat kemungkinan
bahwa bantuan khusus dari MENPERA digunakan untuk pembiayaan seluruh kegiatan
tersebut.31 Su’ut Sukamto sebagai mantan pengurus KSU Makmur Sejahtera memberikan
keterangan dalam sebuah wawancara berita bahwa kegiatan awal seperti yang dijelaskan
sebelumnya menggunakan dana bantuan dari MENPERA.32
Pada tanggal 11 November 2011 KSU Makmur Sejahtera bermitra dengan PT.
Jadisari Mulya yang dipimpin oleh Kadar Oesman sebagai kontraktor atau pengembang
pembangunan perumahan nelayan di tanah KT Desa Puger Kulon.33 Kedua pihak ini
bermitra resmi dan berbadan hukum dengan penandatanganan bermaterai surat perjanjian
kerjasama/kontrak pada tanggal 11 November 2011. Kerjasama ini atas dasar inisiatif
KSU Makmur Sejahtera karena pihaknya kesulitan dalam memperoleh dana untuk
pembangunan perumahan nelayan. PT Jadisari Mulya dalam hal ini telah mencairkan
dana sebesar 5,6 miliar untuk pembangunan perumahan. Satu bulan sebelum perjanjian
resmi kedua belah pihak, pada tanggal 11 September 2011 sudah mulai ada pembangunan
perumahan yang dibangun oleh PT. Jadisari Mulya. Tahap pembangunan awal yang

Sunardi; Kesaksian Arief Rifa’i, Nuril Anwar, dan Ponaryo sebagai anggota KSU
30

Makmur Sejahtera Pengadilan Negeri Surabaya, pp. 33–37.


31
Sunardi; Muhammad Khotibin, Wawancara (Jember, 2022).
32
‘Bertahun-Tahun Warga Penerima LC Puger Berharap Pemerintah Pusat Segera
Menuntaskan’, Suara Indonesia (Jember, 2017) <https://suaraindonesia-news.com/bertahun-
tahun-terbengkalai-warga-penerima-perum-lc-puger-berharap-pemerintah-pusat-segera-
menuntaskan/>.
33
Hoji.

16
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

sudah terbangun sekitar 185 unit rumah, dan 15 rumah masih dalam proses (total 200
rumah) dengan presentase tingkat penyelesaian 40% - 80%. Rumah yang sudah terbangun
akan ditempati oleh masyarakat penerima dengan catatan mengangsur rumah melalui
KSU Makmur Sejahtera sebesar Rp. 400.000,00 per bulan.34
Pada 31 Oktober 2013 Bupati mengeluarkan Surat kepada Direktur PT. Jadisari
Mulya Nomor 593/670/1.11/2013 perihal Rekomendasi Pembangunan Perumahan
Nelayan atau sebagai kontraktor pembangunan perumahan nelayan Puger Kulon.35 Surat
rekomendasi Bupati Jember diterbitkan karena dalam hal ini PT. Jadisari Mulya dipilih
sebagai mitra oleh KSU Makmur Sejahtera. Selain itu, pada tahun 2013 KSU Makmur
Sejahtera telah kehilangan kepercayaan dari anggotanya.

3.4 Permasalahan dalam Pembangunan Fisik KT di Desa Puger Kulon tahun 2011 – 2020
Pada tahun 2013 ketika pembangunan terhenti, muncul permasalahan-permasalahan baru
di tanah KT Desa Puger Kulon yang disebabkan oleh faktor letak/lokasi KT yang sulit
diakses, faktor alokasi dana, dan faktor kurangnya sinergisme antar pemangku kebijakan.
Permasalahan tersebut yaitu:
a) Penyalahgunaan Wewenang oleh KSU Makmur Sejahtera di Kawasan Perumahan
Nelayan KT Desa Puger Kulon
Pada tahun 2012 – 2015 perumahan nelayan yang sudah terbangun sekitar 185 unit
dengan tingkat penyelesaian sekitar 40% - 80%. Total dari seluruh rumah tersebut hanya
7 rumah yang berpenghuni dan sisanya masih kosong. Hal ini kemudian dimanfaatkan
oleh oknum yang berkepentingan sebagai lahan bisnis. Rumah-rumah tersebut sebagian
diperjualbelikan ke orang-orang yang berasal dari luar Puger. Oknum yang diketahui
memperjualbelikan rumah milik nelayan Puger adalah pengurus KSU Makmur Sejahtera,
bahkan di kawasan perumahan terdapat papan nama pemasaran perumahan.36
Diketahui transaksi jual beli perumahan dilakukan melalui bendahara KSU
Makmur Sejahtera yaitu Sunaryanto dengan harga Rp. 6.000.000,00 – 10.000.000,00 per
rumah. Bukti pembelian rumah hanya berupa kwitansi dan pembeli menerima fotokopi

34
Pengadilan Negeri Surabaya, p. 34.
35
Pengadilan Negeri Surabaya, p. 38.
36
Sunardi.

17
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

sertifikat tanah dari rumah yang dibelinya. Bendahara koperasi melakukan jual-beli
rumah ini illegal karena pemilik asli rumah tersebut tidak mengetahui bahwa rumahnya
sudah menjadi milik orang lain.37
b) Ketidaksesuaian Rencana Tindak Lanjut Pembangunan Fisik berdasarkan Peta
Konsolidasi Tanah di Desa Puger Kulon
Seiring berjalannya waktu, batas-batas pengukuran bidang tanah hilang karena tanah
tidak terurus sehingga menyebabkan berbagai permasalahan Penghuni perumahan
nelayan KT berstatus sebagai penerima hak KT dan tidak mempunyai hak KT berjumlah
84 KK. Sebanyak 37 KK memiliki hak di tanah KT. Mereka tinggal tidak sesuai dengan
NIB yang sesuai dengan srtifikat rumahnya, dari 37 KK hanya 2 KK menempati rumah
sesuai dengan NIB yang tertera di sertifikatnya. Sedangkan mereka yang tidak
mempunyai hak berjumlah 47 KK. Mereka dapat menghuni perumahan nelayan KT
karena dipersilahkan oleh Sunardi sebagai pengawas perumahan dan Muhammad
Khotibin sebagai Ketua RT, selain itu penghuni yang membeli rumah dari Sunaryanto
(bendahara koperasi) diketahui terdapat 2 KK. Proyek yang terbengkalai menyebabkan
tanah menjadi tidak terurus sehingga pada tahun 2016 sebagian tanah yang diperuntukkan
guna pembangunan fasilitas sosial dimanfaatkan oleh PT. Pandawa Lima Sejahtera
Bersama untuk melaksanakan operasi tambak udang vaname. Selain operasi tambak
udang, tanah yang masih berupa lahan kosong dimanfaatkan untuk pembangunan warung
makan dan minum oleh orang yang tidak memiliki hak apapun di tanah KT tanpa izin
BPN atau Pemkab Jember.38
c) Kesulitan Masyarakat Nelayan di Kawasan Perumahan Nelayan Konsolidasi Tanah
terhadap Akses Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Anak-anak nelayan yang tinggal di pemukiman nelayan KT harus menuju ke pusat
keramaian Puger Kulon yang berjarak sekitar 3,8 km. Sekitar tahun 2012 – 2016 akses
jalannya masih sulit berupa batu dan pasir. Masyarakat semakin mengalami kesulitan
ketika musim penghujan karena banyak ditemukan cekungan air yang dapat
membahayakan ketika berkendara. Akses menuju pasar tradisional pun terlampau jauh.

37
Sunardi.
38
Sunardi; Khotibin.

18
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Jika melihat pada peta desain KT perumahan nelayan Desa Puger Kulon fasilitas-fasilitas
tersebut telah tersedia lengkap, hanya tidak dieksekusi oleh pemangku kebijakan.39
Sekitar tahun 2017, salah seorang warga asal Desa Puger Wetan yang tinggal di
pemukiman nelayan KT Desa Puger Kulon meninggal dunia. Warga sekitar memerlukan
ambulance untuk mengurus jenazah. Pada tahun 2016 ketika Kabupaten Jember dipimpin
oleh Bupati Faida, ia membuat kebijakan pengadaan 1 ambulance untuk 1 desa.
Muhammad Khotibin selaku ketua RT wilayah tersebut memohon bantuan ke pihak Desa
Puger Wetan, tetapi pihak desa tidak dapat memberikan bantuan karena tempat tinggal
jenazah berada di Desa Puger Kulon. Muhammad Khotibin lantas ke Desa Puger Kulon
untuk mengurus peminjaman ambulance, tetapi pihak Desa Puger Kulon tidak
memberikan izin karena alamat KTP jenazah berada di Desa Puger Wetan. Pada akhirnya
jenazah diurus secara bersama-sama oleh warga sekitar. Hal ini menjadi kekesalan
tersendiri bagi warga karena tidak ada kejelasan yang bijak untuk warga yang tinggal di
perumahan nelayan KT Desa Puger Kulon, sehingga warga sekitar merasa bahwa mereka
dianaktirikan.40
Masyarakat yang tinggal di perumahan nelayan KT Desa Puger Kulon seluruhnya
beragama Islam. Kondisi masyarakat sudah menjadi satu kelompok masyarakat yang
terdiri dari 84 KK dalam RT 006. Mereka membutuhkan sarana untuk melaksanakan
kegiatan beribadah dan peringatan hari-hari besar Islam. Pada tahun 2018 masyarakat di
perumahan nelayan KT Puger Kulon melaksanakan iuran bersama untuk membangun
musala di RT mereka dengan mengubah rumah milik salah satu penerima menjadi Musala
sesuai kebutuhan mereka.
d) Kerancuan Take Over Proyek Pembangunan KT di Desa Puger Kulon
Kerancuan pengalihan proyek pembangunan perumahan nelayan di Desa Puger Kulon
menjadi permasalahan antara pihak pengembang dengan pengembang.41 Jika terdapat
pengalihan proyek kepada pihak lain, maka yang memiliki wewenang penuh adalah KSU
Makmur Sejahtera karena berdasarkan Surat Bupati, pelaksana utama proyek
pembangunan perumahan nelayan di tanah KT Desa Puger Kulon.

39
Hariyono, Wawancara (Jember, 2022).
40
Khotibin.
41
Hoji.

19
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

e) Tuntutan Masyarakat terkait Sertifikat Tanah Asli dari Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
di Desa Puger Kulon
Sertifikat tanah yang tidak pernah diterima oleh para penerima diketahui menjadi agunan
di bank guna mendanai proyek pembangunan perumahan. Pada tahun 2010 sempat
diajukan ke Bank BTN, tetapi pihak BTN menolak dan memberikan keterangan bahwa
sertifikat telah dikembalikan kepada ketua KSU Makmur Sejahtera. Sertifikat tanah
hingga tahun 2020 belum diterima oleh para penerima bantuan tanah KT. Agar mereka
mendapat sertifikatnya, rumah harus berdiri di atas tanah sesuai yang tertera di sertifikat.
Ketika rumah sudah terbangun, para pemilik wajib untuk membayar cicilan sesuai dengan
ketentuannya, sedangkan rumah yang sudah terbangun hanya berjumlah 185 seiring
berjalannya waktu rumah mulai roboh sehingga proyek perumahan terbengkelai.

3.4 Penyelesaian Permalahan KT di Desa Puger Kulon


Berbagai permasalahan yang muncul di tanah KT Puger Kulon sedang dalam upaya
penyelesaian. Masyarakat penerima KT memperjuangkan hak-haknya sendiri. Mereka
membuat kesepakatan-kesepakatan agar kegiatan mereka di perumahan nelayan KT dapat
berjalan dengan baik. Berbagai upaya telah mereka lakukan mulai dari menyuarakan hak-
hak mereka hingga memberi ketegasan kepada pihak-pihak yang menyalahi aturan.
Permasalahan sertifikat tanah yang tidak diketahui keberadaannya, pada bulan November
2020 sebanyak 554 sertifikat telah berhasil diamankan oleh BPN Jember dari notaris
Bambang Hermanto. Sementara itu, sebanyak 50 sertifikat sudah diketahui
keberadaannya menjadi agunan di bank. Sebanyak 96 sertifikat tidak diketahui
keberadaannya. Sertifikat yang tidak diketahui keberadaannya akan dikaji ulang untuk
apakah akan diterbitkan sertifikat baru atau ada kebijakan yang lainnya, karena
dikhawatirkan ada permasalahan baru di masa yang akan datang. Sertifikat yang telah
ditemukan tidak dapat diterima langsung oleh masyarakat karena mereka harus
membayar penerimaan bukan pajak. Komisi A DPRD Kabupaten Jember berencana
untuk memasukkan pembiayaan tersebut ke dalam APBD 2020 yang akan diusulkan
kepada eksekutif bupati.42

42
‘Akhirnya! 554 Dari Total 700 Sertifikat Tanah Hibah Nelayan Jember Terselamatkan
Setelah 12 Tahun’.

20
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

4. KESIMPULAN
Berdasarkan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan KT
negara bagi nelayan buruh di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember
dilatarbelakangi oleh letak geografis Desa Puger Kulon yang berdekatan dengan laut
sehingga desa ini berpotensi untuk menopang perekonomian masyarakat. Daerah yang
memiliki potensi laut ini juga memicu munculnya kepadatan penduduk dan wilayah yang
kumuh. Sebagian besar masyarakat Puger Kulon dan Puger Wetan berprofesi sebagai
nelayan buruh dengan tingkat pendidikan dan perekonomian yang tergolong rendah,
sehingga KT menjawab permasalahan tersebut. Konsep KT di Desa Puger Kulon yaitu
KT Perkotaan. KT telah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah. Proses KT secara teknis telah diatur
dalam Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-4216 tanggal 7 Desember
1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Pada proses pembangunan KT
mengalami hambatan yang disebabkan oleh minimnya alokasi dana dan kurangnya
sinergisme antar pemangku kebijakan, sehingga menimbulkan masalah-masalah baru.
Berbagai permasalahan yang muncul di tanah KT Puger Kulon sedang dalam upaya
penyelesaian. Masyarakat penerima KT memperjuangkan hak-haknya sendiri. Mereka
membuat kesepakatan-kesepakatan agar kegiatan mereka di perumahan nelayan KT dapat
berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya KT Perkotaan di
Desa Puger Kulon diperlukan perencanaan yang matang, koordinasi lintas sektor, serta
partisipasi masyarakat guna mewujudkan keberhasilan pelaksanaan KT demi
pembangunan untuk kepentingan umum.

DAFTAR SUMBER
‘Akhirnya! 554 Dari Total 700 Sertifikat Tanah Hibah Nelayan Jember Terselamatkan
Setelah 12 Tahun’, Lentera Today, November 2020
<https://lenteratoday.com/akhirnya-554-dari-total-700-sertifikat-tanah-hibah-
nelayan-jember-terselamatkan-setelah-12-tahun/>
Alatas, Wawancara (Jember, 2022)
Arifin, Z, Wawancara (Jember, 2022)
Badan Pertanahan Nasional, ‘Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun
1991 Tentang Konsolidasi Tanah’, 1991

21
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Badan Pertanahan Nasional Kanwil Provinsi Jawa Timur, ‘Surat Tugas Nomor:
ST/14/LC/PDPP/III/2008’ (Jawa Timur, 2008)
———, ‘Surat Tugas Nomor ST/20/PDPP/III/2008’ (Jawa Timur, 2008)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kecamatan Puger Dalam Angka 2009 (Jember,
2009)
———, ‘Kecamatan Puger Dalam Angka 2011’ (Jember, 2011)
‘Bertahun-Tahun Warga Penerima LC Puger Berharap Pemerintah Pusat Segera
Menuntaskan’, Suara Indonesia (Jember, 2017) <https://suaraindonesia-
news.com/bertahun-tahun-terbengkalai-warga-penerima-perum-lc-puger-berharap-
pemerintah-pusat-segera-menuntaskan/>
‘Butuh Waktu Untuk Menerapkan Konsep Landreadjustment Di Indonesia’, Direktorat
Jendral Tata Ruang Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, 2006 <https://bit.ly/3htJ86G>
Direktorat Konsolidasi Tanah, Analisis Monitoring Dan Evaluasi Konsolidasi Tanah
(Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2014)
Hariyono, Wawancara (Jember, 2022)
Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya (Jakarta: Djambatan, 1999)
Hoji, Saiful, Wawancara (Jember, 2022)
‘Kepadatan Penduduk Yogyakarta’
<pository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4631/BAB V HASIL DAN
PEMBAHASAN222.pdf?sequence=9&isAllowed=y>
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur, Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur No. 119.35 Tahun
2008 Tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Konsolidasi Tanah Bidang Pengaturan
Dan Penataan Pertanahan BPN Kanwil Jawa Timur Tahun Anggaran 2008
(Indonesia, 2008)
Khotibin, Muhammad, Wawancara (Jember, 2022)
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PERMEN/M/2006 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus (Indonesia, 2006)
Nurcahyanti, Evi Eka, Surjono, and Eddi Basuki Kurniawan, ‘Penataan Permukiman

22
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Negara Bagi Nelayan Buruh Di Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 – 2020 (Zahrotul Islamiyah, Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum,
Mrr. Ratna Endang W., S.S., M.A.)

Nelayan Puger Ditinjau Dari Aspek Kekumuhan’, Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 2
(2010)
Pemerintah Kabupaten Jember, ‘Surat Keputusan Bupati Jember Tentang Penetapan
Lokasi Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Kabupaten Jember Tahun 2008 Nomor
188.45/179/012/2008’ (Jember, 2008)
Pengadilan Negeri Surabaya, ‘Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 279/Pdt.G/2018/PN.Sby’ (Surabaya, 2018)
Qomarudin, Arif, ‘Analisis Yuridis Konsolidasi Tanah Sebagai Sarana Yuridis Penataan
Tanah (Studi Kasus Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Di Desa Puger Kulon
Kecamatan Puger Kabupaten Jember)’ (Universitas Jember, 2011)
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, ‘Modul II Tahapan Konsolidasi Tanah’
Sitorus, Oloan, Konsolidasi Tanah, Tata Ruang, Dan Ketahanan Nasional (Sleman:
STPN Press, 2019)
Sunardi, Wawancara (Jember, 2022)
Sutrisno, Wawancara (Jember, 2022)

23

Anda mungkin juga menyukai