Anda di halaman 1dari 35

PELAKSANAAN WAKAF TANAH FASILITAS UMUM YANG TIDAK

MEMILIKI AKTA IKRAR WAKAF (AIW)


(STUDI PADA FASILITAS UMUM (FASUM) PERUMAHAN MUTIARA
KUALU PERMAI)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum (S1) di Fakultas Hukum
Universitas Riau

Disusun Oleh:

Nama : YOLLA INDRIANA


NIM : 1509112863

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM BISNIS


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
PELAKSANAAN WAKAF TANAH FASILITAS UMUM YANG TIDAK
MEMILIKI AKTA IKRAR WAKAF (AIW)
(STUDI PADA FASILITAS UMUM (FASUM) PERUMAHAN MUTIARA
KUALU PERMAI)

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh

manusia. Kebutuhan manusia yang terus meningkat menyebabkan ilmu

pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Kebutuhan pokok

manusia adalah sandang, pangan dan papan. Salah satu kebutuhan primer

yang telah disebutkan adalah kebutuhan papan. Papan yang dimaksudkan

adalah kebutuhan adanya tempat tinggal sebagai tempat berteduh dari panas

dan hujan1.

Perkembangan zaman mendorong pemerintah dalam mengendalikan

tata ruang wilayah. Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya spatial plan

adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional

dan lokal. Salah satu ruang lingkup dalam pelaksanaan tata ruang adalah

mengatur pemukiman masyarakat sehingga wilayah sentral sebagai kawasan

bisnis tidak terganggu dengan hadirnya pemukiman masyarakat atau

sebaliknya hunian masyarakat tidak terganggu dengan aktivitas bisnis

masyarakat. Hal inilah yang menciptakan inovasi pemukiman masyarakat

melalui Perumahan2.

Perumahan adalah sekelompok rumah atau bangunan lainnya yang

dibangun bersamaan sebagai sebuah pengembangan tunggal. Bentuknya

1
Suherman Rasyidi, Pengantar Teori Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2010). Hal 1
2
Uton Rustan Harun, ‘Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Dalam Otonomi Daerah’,
Mimbar, XVII.22 (2001), 172–88.

1
bervariasi dinegara-negara manapun. Perumahan memiliki jenis yang

berbeda-beda. Terdapat perumahan yang memiliki bentuk dan harga yang

tinggi, menengah, dan murah. Perumahan dapat mewujudkan kebutuhan

masyarakat dalam hal papan atau tempat tinggal. Terkhusus hadirnya

perumahan murah yang membantu masyarakat dengan ekonomi menengah ke

bawah dapat menikmati hunian yang layak dan lebih teratur dalam tata ruang

daerah3. Perumahan murah adalah salah satu program pemerintah dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari kebutuhan papannya. Rumah

murah adalah rumah umum layak huni dan terjangkau dengan luas lantai

36m2 yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan

kepemilikannya melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah didukung oleh

bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dan tanpa uang muka 4.

Program Perumahan Murah ini memiliki manfaat kepada banyak

pihak, bukan hanya kepada masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah

yang terbantu dengan program hunian murah ini. Namun juga pihak

pengembang perumahan juga mendapatkan keuntungan dari program ini5.

Hadirnya program ini, pengembang dapat terbantu promosi produknya

menjadi lebih cepat laku. Pemerintah dalam rangka menghindari adanya

kondisi yang dapat merugikan masyarakat secara luas yang disebabkan

kondisi rumah yang disediakan pengembang terhadap perumahan murah

3
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Ekonomi Perkotaan (Yogyakarta: Graha Ilm, 2012).
4
Caecilia Waha and Sondakh Jemmy, ‘Pemenuhan Hak Atas Perumahan Yang Layak Bagi
Masyarakat Miskin Di Perkotaan (Suatu Kajian Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia)’, Jurnal
LPPM Bidang EkoSosBudKum, 1.2 (2014), 86–102.
5
Handayani Hutapea, ‘New Housing Development Planning and Land Acquisition Strategy
for Low-Income’, Jurnal Ruang, 2.4 (2014), 371–80.

2
tidak sesuai dengan harapan dan jauh dari kata layak. Tidak dipungkiri bahwa

program perumahan murah ini rentan dengan kondisi rumah yang tidak layak.

Pemerintah perlu mengaturnya dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan

Rakyat Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perumahan Murah. Di dalam aturan tersebut mengatur hal-

hal yang wajib disediakan pengembang dalam melaksanakan program

perumahan murah6.

Salah satu aturan wajib dalam program perumahan murah ini adalah

kewajiban pengembang dalam menyediakan sarana tanah fasilitas umum.

Fasilitas umum dalam hal ini bertujuan untuk membangun sarana ibadah,

pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini diatur pada Pasal 25

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah:

(1) Fasilitas peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi

kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan yang direncanakan

sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan; (2) Persyaratan dan

standar perencanaan sarana lingkungan peribadatan ditentukan setelah

lingkungan dihuni, tetapi perlu dialokasikan lahannya berdasarkan perkiraan

populasi dan jenis agama calon penghuni. 7

Berdasarkan pasal tersebut dapat tergambar bahwa keberadaan tanah

fasilitas umum adalah sebuah kewajiban yang harus disediakan oleh

6
Direktorat Jendral Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, ‘Kebijakan
Dan Program Bidang Pembiayaan Perumahaan’, Diseminasi NSPK Pembiaytaan Perumahaan,
2018.
7
Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesi, Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman Perumahan Murah, 2011.

3
Pengembang. Secara teknisnya, tanah fasilitas umum ini sudah menjadi milik

masyarakat di Perumahan tersebut sehingga terkait administrasi seperti

sertifikat tanah fasilitas umum juga harus diserahkan kepada masyarakat.

Sesuai dengan aturan pada Pasal 25 Peraturan Menteri Negara Perumahan

Rakyat Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perumahan Murah terkait fasilitas peribadatan perlu

pembahasan dengan masyarakat yang dimediasi oleh pengembang sehingga

diputuskan status tanah tersebut. Untuk menghindari konflik antar sesama

masyarakat ataupun antara masyarakat dan pengembang, maka tanah tersebut

harus diwakafkan sesuai dengan fungsinya sebagai rumah ibadah.

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf, Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau

untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah. 8”. Dalam hukum

islam perwakafan merupakan salah satu objek yang sangat penting. Bagi

masyarakat islam amalan wakaf sangat besar artinya karena wakaf

merupakan sodaqoh jariyah yang nilai pahalanya tidak terputus dan

menggalir terus walaupun pemberi sodaqoh meninggal dunia.9

Wakaf tanah di Indonesia telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat

Islam sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Perwakafan tanah merupakan

8
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf, 2004, MMIV.
9
Randy Prasetya, ‘Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Kaum Oleh Masyarakat Adat Di
Nagari Supayang Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar (Sengketa Tanah Kaum Datuk
Tianso Dan Kaum Datuk Cumano)’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, V.1 (2018), 1–15.

4
salah satu bentuk obyek wakaf di Indonesia. Wakaf memiliki potensi dalam

memajukan perekonomian di Indonesia. Hal ini dibuktikan begitu banyaknya

tanah wakaf yang semestinya dapat dikembangkan lebih besar lagi10.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf menyatakan

bahwa salah satu syarat dalam penyerahan harta wakaf adalah dengan adanya

Akad Ikrar Wakaf dari tanah yang diwakafkan. Pada Pasal 34 Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ditegaskan bahwa dalam

penyerahan harta wakaf harus diikuti dengan penyerahan dokumen resmi

yakni sertifikat tanah yang diwakafkan untuk selanjutnya dilaksanakan Akad

di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat dengan mendatangkan Wakif

(orang yang berwakaf) dan Nazhir (orang yang menerima wakaf). Tujuan

dari pembuatan Akta Ikrar Wakaf (AIW) pada penyerahan tanah fasilitas

umum perumahan murah oleh pihak pengembang kepada masyarakat agar

tidak adanya persengkataan dikemudian hari yang menyebabkan perubahan

status wakaf tersebut 11.

Permasalahan pada tanah fasilitas umum ini terdapat pada Perumahan

Mutiara Kualu Permai Desa Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten

Kampar. Perumahan ini merupakan perumahan murah program pemerintah

yang berdiri sejak tahun 2014 oleh pengembang PT Mutiara Group.

Disampaikan oleh Ir. Gustiwan selaku RT 08/RW01 Desa Kualu bahwa

pihak pengembang telah menyerahkan secara lisan tanah wakaf untuk

fasilitas umum yang berbentuk sarana ibadah musholla dengan ukuran 30 x

10
Amelia Fauzia and others, Fenomena Wakaf Di Indonesia: Tantangan Menuju Wakaf
Produktif (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2016).Hal. 9
11
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Ciputat: Ciputat Press, 2005). Hal. 104

5
20 M2. Pelaksanaan wakaf tanah ini hanya berdasarkan ucapan saja tanpa

ada penyerahan sertifikat ataupun pengurusan Akta Ikrar Wakaf (AIW). Pada

tahun 2016 melalui pengurus musholla melakukan mediasi dengan pihak

pengembang untuk mengurus Akta Ikrar Wakaf dalam rangka memberikan

jaminan kepada masyarakat muslim dilingkungan perumahan bahwa tanah

tersebut telah resmi diwakafkan dan memiliki Akta Ikrar Wakafnya namun

pihak pengembang tidak memberikan tanggapan yang diharapkan bahkan

cenderung tidak mampu menunjukkan sertifikat tanah yang diwakafkan

sebagai syarat untuk mengurus Akta Ikrar Wakaf (AIW) di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Sebagai langkah

penjaminan, dimintai pernyataan wakaf secara tulisan dari pihak pengembang

kepada Nazhir wakaf yang dalam hal ini adalah pengurus musholla.

Pernyataan dari pengembang menyatakan bahwa pernyataan wakaf tersebut

dapat menjadi pengganti sertifikat tanah sebagai syarat pengurusan Akta Ikrar

Wakaf (AIW). Setelah pengurus melakukan kunjungan ke Kantor Urusan

Agama (KUA) dinyatakan bahwa pernyataan wakaf tersebut tidak memiliki

kekuatan hukum sebab nomor sertifikat tanah yang diwakafkan tidak jelas

serta tidak menjelaskan batas-batasnya. Pada tahun 2018, pihak pengembang

masih belum bisa menunjukan sertifikat tanah fasilitas umum sehingga

posyandu yang akan dibangun diatas tanah FASUM terhambat. Pada tahun

2019, pengurus musholla melakukan kunjungan ke Kantor Urusan Agama

(KUA) dengan maksud untuk merubah status musholla menjadi masjid

namun tidak dapat direalisasikan sebab dari penjelasan Kantor Urusan

6
Agama (KUA) membutuhkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) dari tanah rumah

ibadah yang akan dijadikan masjid. Pada tahun yang sama, pengurus

musholla kembali ke Kantor Urusan Agama (KUA) untuk mengurus syarat

mendirikan MDTA (Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah), namun

kembali harus gagal sebab mendirikan MDTA (Madrasah Diniyah

Takmiliyah Awaliyah) juga membutuhkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) jika

tanah tersebut diwakafkan atau sekurang-kurangnya dengan menunjukkan

sertifikat tanah yang diwakafkan12.

Berdasarkan permasalahan tersebut membuktikan bahwa sangat

pentingnya kedudukan sertifikat tanah FASUM dan Akta Ikrar Wakaf (AIW)

sebagai instrumen dalam pengelolaan rumah ibadah karena banyaknya

kerugian dan kesulitan yang didapatkan masyarakat Perumahan Mutiara

Kualu Permai sebab tidak memiliki keduanya. Kantor Urusan Agama (KUA)

setempat enggan memberikan kemudahan pengurusan sebagai langkah hati-

hati sehingga rumah ibadah dikemudian hari tidak menjadi sengketa yang

meresahkan masyarakat. Meskipun suatu penghibahan ataupun perwakafan

secara lisan maupun tulisan, sebagaimana halnya dengan suatu perjanjian

pada dasarnya hibah (schenking) tidak dapat ditarik kembali. Jika tidak

memiliki dokumen maka hanya akan menjadikan status hukumnya menjadi

lemah. 13

12
Gustiwan (RT. 08 RW 01, Dusun V Kampung Baru, Desa Kualu, Kampar) Wawancara
Penelitian, 5 Mei 2021
13
Devi Suarsanti, ‘Pertimbangan Pemangku Adat Petalangan Dalam Pembatalan Hibah
Tanah Di Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan’, JOM Fakultas Hukum
Universitas Riau, IV.1 (2019), 1–15

7
Tabel 1.1
Perbandingan Skripsi Yang Penulis Teliti dengan Skripsi dan Jurnal
Lainnya
No Nama Penulis Judul Skripsi Hasil
1 Zelania Problematika Tanah Problematika tanah wakaf
Wakaf Yang Tidak yang tidak memiliki Akta Ikrar
Memiliki Akta Ikrar Wakaf yang terjadi di Desa
Wakaf (Studi di Desa Kotaway Kecamatan Buay
Kotaway Kecamatan Pemaca Kabupaten Ogan
Buay Pemaca Komering Ulu Selatan adalah
Kabupaten Ogan terjadinya penjualan pada
Komering Ulu Selatan sebagian tanah wakaf dan
pemanfaatan tanah untuk
kepentingan pribadi. 14
2 Khairul Olfa Penyelesaian Sengketa Penelitian ini menyatakan
Tanah Ulayat Kaum bahwa Pelaksanaan peralihan
Oleh Masyarakat Adat hak atas tanah wakaf di
Di Nagari Supayang Kecamatan Mandah
Kecamatan Salimpaung Kabupaten Inderagiri Hilir
Kabupaten Tanah Datar yang masih menggunakan cara
(Sengketa Tanah Kaum lisan saja. Akibatnya terdapat
Datuk Tianso Dan banyak masalah terkait dengan
Kaum Datuk Cumano) tanah yang diwakafkan
15
tersebut.
3 Nazira Dampak Pengabaian Penelitian ini tanah wakaf
Sertifikasi Tanah Wakaf yang tidak memiliki sertifikat
Terhadap Kepemilikan tanah wakaf secara hukum
(Studi Pada Kecamatan dianggap tidak sah sebagai
Meuraxa Kota Banda tanah wakaf, akibatnya ada
Aceh) tanah wakaf yang diserobot
oleh warga, dijual oleh ahli
waris, dan tidak dapat
dimanfaatkan karena ahli waris
mengklaim bahwa tanah
tersebut adalah miliknya bukan
tanah wakaf. 16
4 Alton Digo Perlindungan Hukum Perlindungan Hukum
Terhadap Harta Benda Terhadap Harta Benda Wakaf
14
Zelania, ‘Problematika Tanah Wakaf Yang Tidak Memilki Akta Ikrar Wakaf (Studi Di Desa
Kotaway Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan)’, Skripsi IAIN Metro,
2017
15
Sy. Khairol Olfa, Firdaus, and Ulfia Hasanah, ‘Status Hak Wakaf Yang Tidak Sesuai Dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, 4.2 (2017), 1–15.
16
Nazira, ‘Dampak Pengabaian Sertifikasi Tanah Wakaf Terhadap Kepemilikan (Studi Pada
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh)’, Skripsi Ekonomi Syariah UIN Ar-Raniri Aceh, 2017.

8
Wakaf Yang Tidak Yang Tidak Didaftarkan Pada
Didaftarkan Pada Kantor Pertanahan (Studi Pada
Kantor Pertanahan ( Putusan Nomor
Studi Pada Putusan 393/Pdt/2014/Pt.Mdn)
Nomor 393 / PDT / menyatakan bahwa tidak ada
2014 / PT . MDN ) perlindungan hukum bagi harta
wakaf yang tidak memiliki
dokumen hukum yang resmi.
Sehingga saat pelaksanaan
pengadilan terhadap sengketa
wakaf, pihak yang tidak dapat
menunjukan dokumen standar
seperti sertifikat atau Akta
I8krar Wakaf akan mudah
dikalahkan tuntutannya.17
5 Lili Tampi Tinjauan Terhadap Penelitian ini menyatakan
Mayangsari Kepemilikan Tanah bahwa setiap aset baik dalam
Secara Guntai bentuk tanah khususnya harus
(Absentee) Di Desa memiliki kepastian hukum.
Girisako Kecamatan Jika tidak terdapat, terlebih
Logas Tanah Darat pada tanah-tanah yang
Berdasarkan Peraturan melanggar aturan, maka
Pemerintah Nomor 224 pemerintah akan
Tahun 1961 Jo mengambilnya untuk
Peraturan Pemerintah kebutuhan pemerintahan.18
Nomor 41 Tahun 1964
Tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah Dan
Pemberian Ganti
Kerugian.

Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk mengetahui secara rinci

kondisi dan permasalahan terkait tanah wakaf ya8ng tidak memiliki Akta

Ikrar Wakaf Sehingga dipilihlah judul penelititian,8 “Pelaksanaan Wakaf

17
Alton Digo and others, ‘Perlindungan Hukum Terhadap Har8ta Benda Wakaf Yang
Tidak Didaftarkan Pada Kantor Pertanahan ( Studi Pada Putusan Nomor 3983 / PDT / 2014 / PT .
MDN )’, Jurnal Ilmu Hukum Universitas Diponegoro2, 41, 2016, 1–18.8
18
Lili Tampi Mayangsari, ‘Tinjauan Terhadap Kepemilikan T8anah Secara Guntai
(Absentee) Di Desa Girisako Kecamatan Logas Tanah Darat Berdasarkan P8eraturan Pemerintah
Nomor 224 Tahun 1961 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 T8entang Pelaksanaan
Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian’, JOM Fakultas Hukum U8niversitas Riau, V.1
(2018), 1–14.8

9
Tanah F88asilitas Umum Yang Tidak Memiliki Akta Ikrar Wakaf

(AIW) (Studi Pada Fasilitas Umum (FASUM) Perumahan Mutiara

Kualu Permai)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat penulis kemukakan

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah dampak dari Wakaf Tanah Fasilitas Umum yang tidak memiliki

Akta Ikrar Wakaf (AIW)?

b. Apakah solusi bagi masyarakat terkait dengan permasalahan Wakaf

fasilitas umum yang terjadi di Perumahan Mutiara Kualu Permai?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dampak dari wakaf tanah fasilitas umum yang tidak

memiliki Akta Ikrar Wakaf (AIW).

b. Untuk mengetahui solusi bagi masyarakat terkait dengan permasalahan

wakaf fasilitas umum yang terjadi di Perumahan Mutiara Kualu Permai.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi peneliti untuk

menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Riau

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

pelaksanaan wakaf tanah fasilitas umum yang tidak memiliki Akta

10
Ikrar Wakaf (AIW) serta mengetahui dampak dan solusi terkait

permasalahan wakaf fasilitas umum yang terjadi di Perumahan

Mutiara Kualu Permai.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Pemerintah: sebagai evaluasi dalam pelaksanaan sosialisasi

kepastian hukum terkait dengan harta yang diwakafkan

2) Bagi Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambang: sebagai

rekomendasi penyelesaian sengketa harta wakaf yang tidak

memiliki surat

3) Bagi Developer: sebagai rekomendasi tindakan dan kepastian

hukum terkait tanah fasilitas umum perumahan

4) Bagi Pemuka Masyarakat: sebagai rekomendasi penyelesaian dan

kepastian hukum terkait dengan harta wakaf untuk fasilitas umum

perumahan.

D. Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep. 19 Adapun landasan teori dan prinsip yang akan penulis

gunakan adalah TeoriKepastian Hukum, Konsep Wakaf dan Konsep Perumahan

Rakyat.

19
Burhan Asshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 19.

11
1. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai

kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu :

a. Tersedia aturan-aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah diperoleh,

diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) negara.

b. Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan hukum

tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.

c. Warga secara prinsipil menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-

aturan tersebut.

d. Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir menerapkan

aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka

menyelesaikan sengketa hukum.

e. Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan20.

Kepastian hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut

harus dijalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki

adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat

oleh pihak yang berwenang dan berwibawa sehingga aturan-aturan itu

memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum

berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati21. Kepastian hukum

merupakan pelaksanaan hukum sesuai dengan bunyinya sehingga masyarakat

dapat memastikan dengan bahwa hukum dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam memahami nilai kepastian hukum yang harus diperhatikan adalah

20
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011).Hal. 45
21
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty,
2007).Hal. 160

12
bahwa nilai itu mempunyai relasi yang erat dengan instrumen hukum yang

positif.22

2. Konsep Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab, waqf yang berarti menahan,

berhenti, atau diam. Maksud dari menahan adalah untuk tidak

diperjualbelikan, dihadiahkan, atau diwariskan. Menurut istilah syar’i. Wakaf

adalah suatu ungkapan yang mengandung penahanan harta miliknya kepada

orang lain atau lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal

zatnya untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan23.

a. Pengertian Wakaf

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 1

Angka 1 berbunyi: “Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan

kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum

menurut Syari’ah”.

Menurut hukum Islam, wakaf dikatakan sah apabila memenuhi dua

persyaratan. Pertama, tindakan atau perbuatan yang menunjukkan pada

wakaf. Kedua, mengungkapkan niatan untuk wakaf baik lisan maupun

tulisan.

22
Edy Saputra Tambunan, ‘Tinjauan Yuridis Terhadap Pembatalan Hibah Sebidang Tanah
Menurut Hukum Islam Putusan (Perkara Nomor 168/Pdt.g/2009/PA.PBR)’, JOM Fakultas Hukum
Universitas Riau, 2.2 (2015), 1–15.
23
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Jakarta; Sinar Grafika, 2009). Hal.
90

13
b. Tujuan dan Fungsi Wakaf

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

adalah Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan

fungsinya. Sedangkan fungsi wakaf terdapat pada pasal 5 yakni, Wakaf

berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf

untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

c. Syarat dan Rukun wakaf

Adapun syarat dan rukun wakaf adalah sebagai berikut:

1) Al-Waqif

Pewakaf harus cakap bertindak dalam memakai hartanya. Yang

dimaksud dengan cakap bertindak antara lain merdeka, berakal sehat,

dewasa, dan tidak dalam keadaan bangkrut.

2) Al-Mauquf

Harta benda yang diwakafkan dianggap sah jika memenuhi syarat

berikut ini:

a) Benda yang diwakafkan harus berharga atau bernilai;

b) Benda tersebut adalah milik pewakaf sepenuhnya;

c) Benda yang diwakafkan harus diketahui kadarnya;

d) Benda tersebut dapat dipindahkan kepemilikannya dan dibenarkan

untuk diwakafkan.

3) Al-Mauquf ‘Alaih

Berdasarkan klasifikasi, ada dua macam pihak yang menerima manfaat

wakaf (nazhir), yaitu pihak tertentu (mu’ayyan) dan pihak tidak

14
tertentu (ghaira mu’ayyan). Maksud dari pihak tertentu adalah

penerima manfaat merupakan seorang atau sekumpulan orang tertentu

saja dan tidak boleh diubah. Sedangkan yang tidak tertentu adalah

manfaat wakaf yang diberikan tidak ditentukan secara terperinci,

contohnya kepada fakir miskin, tempat ibadah, dan lain-lain.

4) Sighah

Ini adalah syarat yang berhubungan dengan isi ucapan pada saat

melakukan wakaf atau pernyataan pewakaf sebagai suatu kehendak

untuk mewakafkan harta bendanya.

5) Nazhir

Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif

untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

d. Akta Ikrar Wakaf (AIW)

Pada aktivitas perwakafan mengenal istilah Akta Ikrar Wakaf.Akta

lkrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara

lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakatkan harta benda

miliknya. Pasal 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73

Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak Dan

Benda Bergerak Selain Uang 24, Akta Ikrar Wakaf yang disingkat AIW

bertujuan sebagai bukti pernyataan kehendak Wakif untuk mewakafkan

miliknya guna dikelola Nazhir sesuai dengan peruntukan wakaf yang

dituangkan dalam bentuk formulir akta.

24
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
Perwakafan Benda Tidak Bergerak Dan Benda Bergerak Selain Uang

15
Dengan mengurus Akta Ikrar Wakaf akan memberikan manfaat

diantaranya sebagai berikut 25:

1) Bagi Lembaga/Yayasan yang akan berdiri di atas tanah wakaf

membutuhkan administrasi tanah yang menjadi bangunan dasar dalam

pengurusan izin;

2) Bagi Lembaga/Yayasan yang akan berdiri di atas tanah wakaf

membutuhkan akta ikrar wakaf sebagai bukti eksistensinya;

3) Akta Ikrar Wakaf akan mencegah gugatan terkait tanah yang

diwakafkan dari pihak lain;

4) Akta Ikrar Wakaf menjadi syarat dalam pengembangan bangunan

ataupun aset yang berkaitan dengan tanah wakaf tersebut;

5) Sebagai Dokumentasi resmi terkait momentum wakaf yang

dilaksanakan untuk generasi masa depan.

Dalam perwakafan memiliki tata cara dalam pengurusan Akta Ikrar

Wakaf berdasarkan pasal 28 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf, secara umum berikut ini adalah tata

caranya26:

1) Wakif atau pewakaf (perorangan ataupun badan hukum) menghadap

Nazhir (pihak penerima) dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW). PPAIW adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh

25
Moh Rasyid, ‘Peran Sertifikat Tanah Wakaf Dalam Mengantsipasi Dinamika Zaman’,
Jurnal ZISWAF, Volume 3 N (2016), 99–126.
26
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

16
Kementerian Agama untuk membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW). Jika

wakaf dilakukan untuk jumlah tak tertentu, Nazhir tidak diwajibkan

hadir;

2) Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazhir dihadapan PPAIW

(Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan membawa dua orang

sebagai saksi;

3) Ikrar dapat dinyatakan secara lisan atau tulisan, serta dituangkan dalam

Akta Ikrar Wakaf (AIW) oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

(PPAIW);

4) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) menyampaikan Akta Ikrar

Wakaf (AIW) kepada Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia

(BWI) untuk dimuat dalam register umum wakaf pada BWI;

5) Wakif wajib membawa dokumen sah dan asli atas harta atau aset yang

ingin diwakafkan, contohnya sertifikat tanah, akta tanah, dan lain-lain

serta surat pernyataan yang menyatakan bahwa tanah atau bangunan

tersebut dalam keadaan tuntas dan bebas dari sengketa atau ikatan.

Lengkapi dokumen tersebut dengan identitas diri yang telah dilegalisasi

oleh pejabat yang berwenang.

3. Konsep Perumahan Rakyat

Pasal 1 ayat 1 undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan

dan kawasan permukiman, yaitu: “permukiman adalah bagian dari

lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang

17
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang

kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan”.

Sedangkan Pasal 1 ayat 2 undang-undang Nomor 1 tahun 2011

perumahan adalah “kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,

dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni”.

Perumahan dikenal dengan istilah housing. Housing berasal dari bahasa

inggris yang memiliki arti kelompok rumah. Perumahan adalah kumpulan

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal. Sebagai lingkungan

tempat tinggal, perumahan dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan27.

Perbedaan nyata antara permukiman dan perumahan terletak pada

fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi

ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi

sebagian penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa

sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para

penghuninya. Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak

merangkap sebagai tempat mencari nafkah28.

Penyelenggaraan perumahan dan permukiman bertujuan29:

a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman. Maksud dari "kepastian hukum" adalah jaminan

27
Agus Sadana, Perencanaan Kawasan Permukiman (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014). Hal
4
28
Eddy Rahman, ‘Permukiman Berdasarkan Skop Analisis’, Jurnal Ilmu Pembangunan,
2012.
29
Sadana.Opc. It.,Hal 12

18
hukum bagi setiap orang untuk bertempat tinggal secara layak, baik yang

bersifat milik maupun bukan milik melalui cara sewa dan cara bukan

sewa. Jaminan hukum antara lain meliputi kesesuaian peruntukan dalam

tata ruang, legalitas tanah, perizinan, dan kondisi kelayakan rumah

sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan

kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan

keseimbangan kepentingan terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR). Maksud dari “penataan dan pengembangan wilayah”

adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

pengendalian yang dilakukan untuk menjaga keselarasan, keserasian,

keseimbangan, dan keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah,

antar sektor, dan antar pemangku kepentingan sebagai bagian utama dari

pengembangan perkotaan dan pedesaan yang dapat mengarahkan

persebaran penduduk dan mengurangi ketidakseimbangan pembangunan

antar wilayah serta ketidaksinambungan pemanfaatan ruang;

c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi

pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan.

Maksud dari “daya guna dan hasil guna sumber daya alam” adalah

kemampuan untuk meningkatkan segala potensi dan sumber daya alam

tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan dalam

19
rangka menjamin terwujudnya penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman yang berkualitas di lingkungan hunian perkotaan dan

lingkungan hunian perdesaan30

d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman. Maksud dari “memberdayakan para

pemangku kepentingan” adalah upaya meningkatkan peran masyarakat

dengan memobilisasi potensi dan sumber daya secara proporsional untuk

mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman yang madani. Para

pemangku kepentingan antara lain meliputi masyarakat, swasta, lembaga

keuangan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya;

f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

berkelanjutan. Maksud dari “rumah yang layak huni dan terjangkau”

adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan

kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya, yang

mampu dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Maksud dari

“lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

berkelanjutan” adalah lingkungan yang memenuhi persyaratan tata ruang,

kesesuaian hak atas tanah dan rumah, dan tersedianya prasarana, sarana,

dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.

30
Medina Ayesha Serlin and Ema Umilia, ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat
Dalam Memilih Lokasi Hunia Peri Urban Surabaya Di Sidoarjo’, Jurnal TEKNIK POMITS, 2.2
(2013).

20
E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep yang ingin atau akan diteliti. Selain itu,

kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang

merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang

diinginkan dan diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris31

Kerangka konseptual dalam penulisan skripsi ini memuat definisi-definisi

operasional yang menguraikan pengertian-pengertian dari berbagai macam

istilah.

1. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Majone dan

Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan

Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan.32

2. Wakaf dari bahasa Arab, waqf yang berarti menahan, berhenti, atau diam.

Maksud dari menahan adalah untuk tidak diperjualbelikan, dihadiahkan,

atau diwariskan. Menurut istilah syar’i33. Wakaf adalah suatu ungkapan

yang mengandung penahanan harta miliknya kepada orang lain atau

lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk

diambil manfaatnya untuk kebaikan.

31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta: 1986, hlm. 103.
32
Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, hal 70
33
Rachmadi Usman, Loc.cit

21
3. Fasilitas Umum atau sering diakronimkan FASUM adalah istilah umum

yang merujuk kepada sarana atau prasarana atau perlengkapan atau alat-

alat yang disediakan oleh pemerintah yang dapat digunakan untuk

kepentingan bersama dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari

4. Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat AIW adalah bukti

pernyataan kehendak Wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya guna

dikelola Nazhir sesuai dengan peruntukan harta benda wakaf yang

dituangkan dalam bentuk akta.34

5. Perumahan Masyarakat adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari

permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan

prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan

rumah yang layak huni. 35

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan disusun dengan menggunakan tipe penelitian

sosiologis empiris, yaitu penelitian hukum empiris atau sosiologis adalah

penelitian hukum dengan data primer atau suatu data yang diperoleh

langsung dari sumbernya untuk selanjutnya ditinjau berdasarkan hukum

normatif36. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

34
Pasal 1 Angka 6, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
35
Pasal 1 Angka 2, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
36
Muhammad Erwin and Freaddy Busroh, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Refika
Aditama, 2013). Hal 120

22
perundang-undangan, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelaah

semua peranturan perundang-undangan yang bersangkut-paut dengan

permasalahan (ilmu hukum) yang sedang dihadapi.

Sifat penelitian yang penulis gunakan ialah sifat penelitian deskriptif,

maksudnya adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

gejala-gejala dilingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti 37.

Penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif, karena pada penelitian ini

peneliti menggambarkan dampak dari pelaksanaanwakaf tanah fasilitas

umum yang tidak memiliki Akta Ikrar Wakaf.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Perumahan Mutiara Kualu Permai,

Jalan Tuanku Tambusai Kualu - Jalan Kemuning, RT 08/RW 01, Desa

Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. Sebab dipilihnya

lokasi penelitian ini karena penulis melihat adanya suatu pembangunan

yang tertunda diatas tanah Fasilitas Umum (FASUM) pada perumahan

tersebut sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mencari

tahu apakah permasalahan yang terjadi sehingga pembangunan tersebut

tertunda.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Sugiyono mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

37
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2013).Hal. 103

23
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan.”38

Berdasarkan penelitian diatas yang menjadi sasaran populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Developer sebagai Wakif,

Staf Kantor Urusan Agama (KUA) dan Pengurus Musholla sebagai

Nazhir.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan

sebagai objek penelitian. Dari sampel ini, data primer akan diperoleh.

Arti pentingnya penetapan sampel adalah untuk memudahkan peneliti

dalam mengungkapkan dan menemukan data dalam penelitian. Dalam

penetapan sampel dapat menggunakan metode yang salah satunya

penulis gunakan yaitu metode purposive. Metode purposive, yaitu

menetapkan sejumlah sampel yang mewakili jumlah populasi yang ada.

Sugiyono mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”39

Berdasarkan penelitian diatas yang menjadi sasaran sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Ketua RT 08/RW 01, Ir.

Gustiwan, Desa Kualu.

38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2017,
hal 80
39
Ibid. hal 81

24
Tabel 1.2
Populasi dan Sampel
NO JENIS POPULASI JUMLAH JUMLAH PERSENTASE (%)
POPULASI SAMPEL
1 Developer (Wakif) 1 -
2 Staf Kantor Urusan 1 -
Agama (KUA)
3 Pengurus Musholla 1 -
(Nazhir)
4 Ketua RT 08/RW 01 - 1
Desa Kualu,
Ir. Gustiwan
Jumlah 3 1
Sumber: Data Primer Olahan Tahun 2021

4. Sumber Data

Dalam penelitian hukum sosiologis, sumber datanya adalah data primer

yang terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari masyarakat

(lapangan) yang sesuai dengan permasalahan.

b. Data sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan

yang bersifat mendukung data primer.

1) Bahan Hukum Primer, merupakan data yang diperoleh penulis dari

hasil menelusuri perpustakaan dengan cara membaca peraturan

perundang-undangan, traktat, buku-buku, literatur, jurnal dan

pendapat para ahli lainnya, antara lain:

a) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf;

25
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun

2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf;

c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman;

d) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2011

Tentang Perumahan Murah.

2) Bahan Hukum Sekunder adalah semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen tidak resmi. 40 Bahan hukum yang

memberikan penjelasan bahan hukum primer, yaitu dapat berupa

rancangan Undang-Undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya

ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.

3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder,41 seperti kamus, dan sebagainya.

5. Teknik Pengumupulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan beberapa pertanyaan spesifik terkait dengan

40
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2010, hlm. 54.
41
Supratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung: 2013,
hlm. 67.

26
permasalahan penelitian kepada informan penelitian42. Wawancara

penelitian ini dilakukan kepada RT 08/RW 01 untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi terkait tanah Fasilitas Umum (FASUM) di

Perumahan Mutiara Kualu Permai.

b. Kajian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan (library research) yaitu memanfaatkan

perpustakaan sebagai sarana dalam mengumpulkan data, dengan

mempelajari buku-buku sebagai bahan referensi yang berhubungan

dengan penelitian ini yang dilaksanakan di Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Riau, Perpustakaan Universitas Riau, Perpustakaan

Soeman H.S. Provinsi Riau, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Islam Riau, dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Lancang

Kuning.

6. Analisis Data

Teknik analisis yang dilakukan adalah dengan analisis kualitatif.

Analisis kualitatif merupakan data yang dianalisis dengan tidak

menggunakan statistik atau matematika ataupun yang sejenisnya, namun

cukup menguraikan secara deskriptif dari data yang telah diperoleh.

Penulis menarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik

kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat

khusus. Untuk mendapatkan suatu kesimpulan dimulai dengan melihat

faktor-faktor yang nyata dan diakhiri dengan penarikan suatu kesimpulan

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2018).Hal. 54

27
yang juga merupakan fakta dimana kedua fakta tersebut dijembatani oleh

teori-teori.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan analisis

deskripsi (descriptive analisys) yang bertujuan memberikan deskripsi

mengenai objek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari subjek yang

diteliti. Skripsi ini merupakan bentuk penelitian kualitatif yang memusatkan

perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-

satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau pola-pola yang

berlaku.43

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Kerangka Teori

E. Kerangka Konseptual

F. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Wakaf

B. Tinjauan Umum Mengenai Perumahan

43
Burhan Ashshofa, Op.cit, hlm. 20-21.

28
BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Profil Desa Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

B. Visi misi Desa Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

C. Profil Tanah Wakaf Perumahan Mutiara Kualu Permai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pelaksanaan Wakaf Tanah Fasilitas Umum yang tidak memiliki Akta

Ikrar Wakaf (AIW).

E. Upaya Permasalahan Wakaf Fasilitas Umum yang terjadi di

Perumahan Mutiara Kualu Permai.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

H. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian memuat rencana penelitian. Dengan diharapkan tergambar

jadwal penelitian yang akan dilaksanakan. Jadwal penelitian ini dicantumkan

bilamana masih berbentuk proposal penelitian. Penelitian ini memakan waktu

6 bulan atau 180 hari. Penelitian ini dimulai bulan Februari dan selesai bulan

Juli. Rencana kegiatan penelitian digambarkan dalam tabel dibawah ini:

29
Tabel 1.3
Jadwal Penelitian
Uraian Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
Penulisan
Proposal
Seminar
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Seminar
Skripsi
Perbaikan
Skripsi
Penyerahan
Skripsi Ke
Fakultas

30
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Adisasmita, Rahardjo. 2012. Pembangunan Ekonomi Perkotaan, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ali, Zainuddin. 2010. Metode Penelitian Hukum,Jakarta:Sinar Grafika
Direktorat Jendral Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan. 2018. ‘Kebijakan Dan Program Bidang Pembiayaan
Perumahaan’, Diseminasi NSPK Pembiayaan Perumahaan.
Erwin, Muhammad, and Freaddy Busroh. 2013.Pengantar Ilmu Hukum,
Bandung: Refika Aditama.
Fauzia, Amelia and others. 2016. Fenomena Wakaf Di Indonesia: Tantangan
Menuju Wakaf Produktif. Jakarta: Badan Wakaf Indonesia.
Halim, Abdul. 2005.Hukum Perwakafan Di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press.
Mertokusumo, Sudikno. 2007. Mengenal Hukum Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Liberty.
Nurhayati, Tri Kurnia. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Eska
Media
Rasyidi, Suherman. 2010. Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
Sadana, Agus. 2014. Perencanaan Kawasan Permukiman, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press
Soeroso. 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,Bandung: Alfabeta.
mmmmmm. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,Bandung: Alfabeta.
Supratman, dan Philips Dillah. 2013.Metode Penelitian urhan. 2013. Metode
Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika.
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada,
Zainal, Asikin. 2012. Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali
Press.
.
B. Jurnal
Digo, Alton, Reza Pratama, Muhyidin, and Islamiyati, 2016, ‘Perlindungan
Hukum Terhadap Harta Benda Wakaf Yang Tidak Didaftarkan Pada
Kantor Pertanahan ( Studi Pada Putusan Nomor 393 / PDT / 2014 / PT.
MDN )’, Jurnal Ilmu Hukum Universitas Diponegoro2, 41, 1–18
Harun, Uton Rustan. 2001. ‘Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Dalam
Otonomi Daerah’, Mimbar, XVII.22, 172–88.
Hutapea, Handayani, 2014, ‘New Housing Development Planning and Land
Acquisition Strategy for Low-Income’, Jurnal Ruang, 2.4, 371–80
Lili Tampi Mayangsari. 2018. ‘Tinjauan Terhadap Kepemilikan Tanah Secara
Guntai (Absentee) Di Desa Girisako Kecamatan Logas Tanah Darat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian’, JOM Fakultas
Hukum Universitas Riau.
Mayangsari, Lili Tampi, ‘Tinjauan Terhadap Kepemilikan Tanah Secara
Guntai (Absentee) Di Desa Girisako Kecamatan Logas Tanah Darat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian’, JOM Fakultas
Hukum Universitas Riau, V.1 (2018), 1–14.
Olfa, Sy. Khairol, Firdaus, and Ulfia Hasanah, ‘Status Hak Wakaf Yang Tidak
Sesuai Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri
Hilir’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, 4.2 (2017), 1–15.
Prasetya, Randy, ‘Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Kaum Oleh
Masyarakat Adat Di Nagari Supayang Kecamatan Salimpaung
Kabupaten Tanah Datar (Sengketa Tanah Kaum Datuk Tianso Dan
Kaum Datuk Cumano)’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, V.1
(2018), 1–15.
Rahman, Eddy, 2012. ‘Permukiman Berdasarkan Skop Analisis’, Jurnal Ilmu
Pembangunan.
Rasyid, Moh, 2016, ‘Peran Sertifikasi Tanah Wakaf dalam Mengantisipasi
Dinamika Zaman’ Jurnal ZISWAF, Volume 3 N.
Serlin, Medina Ayesha, and Ema Umilia, 2013, ‘Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Masyarakat Dalam Memilih Lokasi Hunian Peri Urban
Surabaya Di Sidoarjo’, Jurnal TEKNIK POMITS, 2.2.
Suarsanti, Devi, ‘Pertimbangan Pemangku Adat Petalangan Dalam
Pembatalan Hibah Tanah Di Desa Segati Kecamatan Langgam
Kabupaten Pelalawan’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, IV.1
(2019), 1–15.
Tambunan, Edy Saputra, ‘Tinjauan Yuridis Terhadap Pembatalan Hibah
Sebidang Tanah Menurut Hukum Islam Putusan (Perkara Nomor
168/Pdt.g/2009/PA.PBR)’, JOM Fakultas Hukum Universitas Riau,
2.2 (2015), 1–15.Waha, Caecilia, and Sondakh Jemmy, 2014,
‘Pemenuhan Hak Atas Perumahan Yang Layak Bagi Masyarakat
Miskin Di Perkotaan (Suatu Kajian Dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia)’, Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, 1.2, 86–102.
Zelania. 2017. ‘Problematika Tanah Wakaf Yang Tidak Memilki Akta Ikrar
Wakaf (Studi Di Desa Kotaway Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan)’, Skripsi IAIN Metro.

C. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat Republik, 2011, Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011
Tentang Pedoman Perumahan Murah.
Indonesia, Pemerintah Republik, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, MMIV.
Indonesia, Pemerintah Republik, 2006, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2006 Pelaksanaan Tentang Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
Indonesia, Pemerintah Republik, 2011, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Indonesia, Pemerintah Republik, 2013, Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perwakafan
Benda Tidak Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Selain Uang.

D. Wawancara
Wawancara dengan Bapak Ir. Gustiwan, Ketua RT 08/RW 01 Dusun V
Kampung Baru Desa Kualu Kampar, Hari Senin, Tanggal 14 Juni,
2021, Bertempat di rumah Bapak Ir.Gustiwan.

Anda mungkin juga menyukai