Anda di halaman 1dari 31

BAB I

MISTAR UKUR DAN BUSUR BAJA

1.1 Tujuan Praktikum


1. Praktikan mengenal, memahami, dapat menggunakan serta mengetahui
karakteristik mistar ukur baja.
2. Mampu melakukan pengukuran berbagai elemen geometris.
3. Memahami arti ketelitian, ketepatan dan kecermatan.

1.2 Alat-alat yang digunakan


1. Mistar ukur baja 30 cm
2. Objek ukur

1.3 Prosedur Praktikum


1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang ditentukan (misalnya A, B, C, D)
sebanyak masing-masing 10 kali
3. Catat hasil pengukuran pada Tabel 1.1. :
Tabel 1.1. Lembar Pengumpulan Data
Dimensi yang diukur
Pengukuran ke
A B C D
1
2
...
10

1.4 Landasan Teori


Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan
banyak dikenal orang. Biasanya berupa plat dari baja atau kuningan dimana
kedua sisi dari salah satu permukaannya diberi skala. Panjang dari skala
ukurannya adalah 150 mm sampai dengan 300 mm dimana pembagiannya
dalam 1/2 atau 1 mm. Pengukuran dilakukan dengan menempelkan mistar

1
ukur ini dengan objek ukur dan hasilnya langsung dapat dibaca pada skala
mistar ukur. Kecermatan pembacaan tidak lebih dari 1/2 mm. Oleh karena itu,
mistar ukur ini tidak dapat digunakan untuk pengukuran dengan kecermatan
tinggi. Dalam metrologi industri sendiri mistar ukur hanya dipakai untuk
memperkirakan dimensi objek ukur serta untuk melakukan penggambaran
secara kasar.
Alat ukur presisi rendah :
 Meteran kain, ketelitian kain 1 mm

Gambar 1.1 Meteran Kain


 Roll meter, ketelitian roll meter 1 mm

Gambar 1.2 Roll Meter


 Mistar plastik, ketelitian mistar plastik 1 mm

Gambar 1.3 Mistar Plastik


 Mistar baja ketelitian mistar baja adalah 0,5 mm, perhatian strip
terkecil dalam mampu baca

Gambar 1.4 Mistar Baja

2
Tes keseragaman data
Sesuai dengan namanya, uji ini dilakukan untuk melihat
keseragaman data yang ada. Langkah-langkah uji ini adalah sebagai
berikut :
1. Buat tabel pengamatan seperti dibawah ini
Pengukuran Dimensi yang diukur (n)
𝑥𝑖
̅
ke 1 2 .... n
1
2
...
K

∑ 𝑥𝑖
̅

∑ 𝑋𝑖
Dimana : 𝑥𝑖
̅ = =
𝑛
∑ 𝑋𝑖
2. Nilai rata-rata dari nilai rata-rata ; 𝑋̿ = =
𝑘

3. Hitung Standar Deviasi dari seluruh elemen ;

2
𝐾 ∑𝑘 2 𝑘
𝑘=1 𝑋1 − [∑𝑘=1 𝑋1 ]
S= √ =
𝐾(𝑘−1)

4. Hitung batas Kontrol;


Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̿ + 3S
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 𝑋̿ - 3S
5. Plot data hasil pengukuran tersebut :
Apabila terdapat data yang keluar dari batas kontrol, maka buang data
tersebut. Kemudian lakukan kemabali test keseragaman data sampai
data menjadi seragam.

3
1.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tabel 1.2 Lembar Pengumpulan Data Mistar


Mistar (cm)
Pengukuran
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul Keterangan
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
Mengukur
2
panjang
3
benda
4

TEST KESERAGAMAN DATA


Tabel 1.3 Lembar Pengolahan Data Mistar
Mistar (cm)
Pengukuran 2
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul 𝑋𝑖 𝑋𝑖
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
2
3
4
Jumlah

Rata-rata

∑ 𝑋𝑖
Nilai rata-rata ; 𝑋̿ = 𝑘 =

2
𝐾∙∑𝑘 2 𝑘
𝑘=1 𝑋1 − [∑𝑘=1 𝑋1 ]
Standar Deviasi ; S = √
𝐾(𝑘−1)

4 ∙ 1211,12−69,62
S=√ 4∙3

0,32
S = √ 12

S = √0,02 = 0,141 cm

4
Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̿ + 3S
= +
= cm
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 𝑋̿ - 3S
= - Type equation here.
= cm

1.6 Analisis
Setelah melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan mistar
sebanyak 4 kali maka diperoleh hasil yang sama dan rata-rata keseluruhan
yaitu

5
BAB II
JANGKA SORONG

2.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui karakteristik alat ukur jangka sorong.
2. Mengetahui cara pengukuran dengan jangka sorong.
3. Mengetahui ketepatan, ketelitian, dan kecermatan dari jangka sorong.

2.2 Alat-alat yang digunakan


1. Jangka sorong
2. Benda ukur

2.3 Prosedur Praktikum


1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang ditentukan (misalnya A,B,C,D)
sebanyak masing – masing 10 kali.
3. Catat hasil pengukuran seperti pada Tabel 1.2.

2.4 Landasan Teori


Mistar ingsut kadang – kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu
mistar geser, jangka sorong, jangka geser. Prinsipnya sama seperti mistar
ukur yaitu dengan skala linear pada batangnya, sedangkan perbedaannya
terletak pada cara pengukuran objek ukur. Pada mistar ingsut dibuat rahang
dan rahang bergerak yang berfungsi sebagai sensor untuk menjepit benda
ukur sewaktu melakukan pengukuran. Permukaan kedua rahang ukur ini
dibuat sejajar dan relatif kuat untuk menghindari kesalahan ukur.
Selain itu karena mistar ingsut adalah alat ukur maka jangan
disalahgunakan, misalnya untuk menggaris, memukul maupun untuk poros
yang masih berputar.

6
 Mistar geser :

Gambar 2.1 Jangka Sorong


Panjang skala nonius pada rahang geser 9 mm yaitu, lurus pada
setiap setrip ke 9 dari rahang tetap. Banyaknya setrip pada rahang geser
10, jarak setiap setrip adalah 0,9 mm. Sedangkann 1 setrip pada rahang
tetap adalah 1 mm, sehingga selisihnya = 1 – 0,9 = 0,1 mm Jadi mistar
geser tersebut mempunyai ketelitian 0,1 mm. Jika panjang skala nonius 19
mm dan banyak setrip pada skala nonius 20, maka jarak 1 setrip skala
nonius 19/20 mm, sedang jarak 1 setrip pada rahang tetap 1 mm. Maka
ketelitian mistar geser tersebut adalah 1 – 19/20 mm atau 0,05 mm. Untuk
mistar geser yang memiliki panjang skala nonius 40 mm dan banyak
setripnya 49 bagian, dimana ketelituan mistar geser tersebut adalah 1 –
49/50 mm atau 0,02 mm.
 Mistar geser dial

Gambar 2.2 Mistar Geser Dial


Ketelitian mistar geser dial sama dengan44ee seperti mistar
nonius,yaitu 0,10mm,0,05 atau 0,02 mm.pada mistar geser dial dengan
ketelitian 0,05 mm,satu putaran jarum penunjuk terbagi dalam 100 bagian
skala 100x0,05mm atau 5mm.

7
Tiap dua puluh bagian skala dial/jam ukur diberi angka dalam satuan mm,
dengan demikian pembagian skala utamanya dalam(pada batang
ukur)cukup dalam selang 1 mm.

 Mistar geser kedalaman


Mistar geser kedalaman dan pembacaanya sama dengan mistar geser.

Gambar 2.3 Mistar Geser Kedalaman


 Mistar geser ketinggian (height gauge)

Gambar 2.4 Mistar Geser Ketinggian


Pada umumnya mistar geser ketinggian mempunyai ketelitian
0,1mm,0,05 mm dan 0,02 mm.untuk mendapatkan ketelitian dan cara
pembacaanya sama dengan mistar geser biasa.

8
2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Peserta praktikum melakukan pengukuran pada objek ukurnya berupa
Kubus besi, Kubus kuningan, Kubus tembaga, Kubus perak, dan Bandul besi.
Beriukut ini gambar pengerjaanya.

Gambar 2.5 Kegiatan melakukan pengukuran dengan Jangka Sorong

Gambar 2.6 Kegiatan melakukan pengukuran dengan Jangka Sorong ketinggian

9
Tabel 2.1 Lembar Pengumpulan Data Jangka Sorong
Jangka Sorong (mm)
Pengukuran
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul Keterangan
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
Mengukur
2
panjang
3
benda
4

TEST KESERAGAMAN DATA JANGKA SORONG


Tabel 2.2 Lembar Pengolahan Data Jangka Sorong
Jangka Sorong (mm)
Pengukuran 2
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul 𝑋𝑖 𝑋𝑖
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata

∑ 𝑋𝑖
Nilai rata-rata ; 𝑋̿ = 𝑘 = mm

𝑘 2 𝑘 2
𝐾∙∑ 𝑋 − [∑𝑘=1 𝑋1 ]
Standar Deviasi ; S = √ 𝑘=1 1
𝐾(𝑘−1)

4 ∙ 1317,85−72,62
S=√ 4∙3

0,64
S = √ 12

S = √0,05 = mm

10
Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̿ + 3S
=+
= mm
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 𝑋̿ - 3S
=
= mm
2.6 Analisis Data Jangka Sorong
Setelah melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan Jangka
Sorong sebanyak 4 kali maka diperoleh hasil yang

11
Tabel 2.3 Lembar Pengumpulan Data Jangka Sorong ketinggian
Jangka Sorong ketinggian (mm)
Pengukuran
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul Keterangan
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
Mengukur
2
panjang
3
benda
4

TEST KESERAGAMAN DATA JANGKA SORONG KETINGGIAN


Tabel 2.4 Lembar Pengolahan Data Jangka Sorong ketinggian
Jangka Sorong ketinggian (mm)
Pengukuran 2
Kubus Kubus Kubus Kubus Bandul 𝑋𝑖 𝑋𝑖
ke
besi kuningan tembaga perak besi
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata

∑ 𝑋𝑖
Nilai rata-rata ; 𝑋̿ = 𝑘 = mm

2
𝐾∙∑𝑘 2 𝑘
𝑘=1 𝑋1 − [∑𝑘=1 𝑋1 ]
Standar Deviasi ; S = √
𝐾(𝑘−1)

4 ∙ 2029,24−90,032
S=√ 4∙3

11,56
S=√ 12

S = √0,96 = mm

12
Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̿ + 3S
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 𝑋̿ - 3S
=

2.7 Analisis Data Jangka Sorong Ketinggian


Setelah melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan Data
Jangka Sorong Ketinggian sebanyak 4 kali maka diperoleh hasil

13
BAB III
MIKROMETER

3.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami cara penggunaan dan karakteristik alat ukur
mikrometer.
2. Mengetahui ketelitian, ketepatan, dan kecermatan mikrometer.

3.2 Alat-alat yang digunakan


1. Mikrometer sekrup
2. Objek ukur

3.3 Prosedur praktikum


1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang ditentukan (misalkan A,B,C,D)
sebanyak masing-masing 4 kali, pada tempat yang berbeda.
3. Catat hasil pengukuran seperti pada Tabel 1.2.

3.4 Landasan Teori


Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan
yang lebih baik dari mistar ingsut. Yang pada umumnya mempunyai
kecermatan sampai 0,01 mm.
Skala pada semua jenis mikrometer dibuat pada kedua bagian dari
mirkometer, pertama pada silinder tetap (skala tetap) dan kedua pada silinder
putar (skala putar. Tapi dari silinder putar berfungsi sebagai garis indeks
untuk pembacaan skala tetap (pembacaan kasar), sedangkan garis yang
melintang sepanjang skala tetap berfungsi sebagai garis indeks untuk
pembacaan skala putar (pembacaan halus).
Komponen utama dari mikrometer adalah ulir utama, ulir dari
mikrometer mempunyai pits sebesar 0,5 mm, adapula beberapa mikrometer
yang mempunyai pits sebesar 1 mm, dalam hal ini untuk satu kali putaran
silinder putar akan menggeser sejauh 1 mm.

14
Mikrometer luar biasanya mempunyai kapasitas ukur:
0 - 25 mm
25 – 50 mm
0 – 75 mm
5 – 100 mm dan bahkan sampai 100 mm

Gambar 3.1 Mikrometer


Ulir dari mikrometer standar mempunyai pitch sebesar 0,05 mm dan
keliling bidal dibagi atas 50 bagian yang sama, maka perubahan satu bagian
pada graduasi bidal menyebabkan perpindahan poros pengukur bergerak
sebesar 0,01 mm (0,5 x 1/50) = 0,01.
Atau dengan cara lain, jika ulir dari mikrometer standar tidak dapat
diketahuinya : pada tabung putar terdapat garis – garis ukur yang banyaknya
50 buah. Jika tabung putar 1 kali (dari 0 sampai dengan angka 0 lagi), maka
poros geser akan bergerak 0,05 mm. Oleh karena itu, tabung diputar dibagi
dalam 50 bagian, maka 1 bagian jaraknya 0,5 : 50 = 0,01 mm langkah poros
geser.
Mikrometer standar dengan skala varnier pada selubungnya dapat dibaca
sampai 0,001 mm. Pada mikrometer ini pembacaan sampai 0,001 mm, maka
dilakukan pada bidal seperti halnya pada mikrometer dengan ketelitian 0,01
mm, hanya disini ada varniernya yang segaris dengan graduasi bidal dan
kalikanlah nilai pembacaan tersebut dengan 0,001 mm.
Prose pengukuan dengan menggunakan mikrometer biasa dan dilakukan
oleh operator yang belum ahli, biasanya mempunyai kesalahan rambang lebih
dari 1 mikrometer. Pengukuran yang menghendaki kecermatan sampai 1

15
mikrometer atau lebih memerlukan alat ukur yang lebih peka seperti
Johanson Microcator atau alat ukur pembanding (comparator) yang lain.
Komponen utama dari mikrometer adalah ulir utama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan mikrometer


adalah :
 Permukaan benda ukur dengan mulut ukur mikrometer harus dibersihkan
terlebih dahulu.
 Sebelum dipakai, kedudukan nol dari mikrometer harus diperiksa.
 Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur.
 Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan
kanan.
 Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda ukur
tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena
adanya deformasi.

Beberapa jenis mikrometer :


a. Mikrometer Luar (Outside Micrometer)
Kapasitas ukur dari mikrometer yang paling kecil adalah 0 sampai 25
mm. Untuk kapasitas ukur yang besar maka rangka mikrometer dibuat
sangat kuat guna menghindari lenturan akibat adanya tekanan
pengukuran maupun karena beratnya sendiri.
b. Mikrometer Indikator (Indicating Micrometer)
Merupakan gabungan antara mikrometer dengan jam ukur, yang mana
sebagian mikrometer dipakai sebagai tempat mekanisme penggerak
jarum dari jam ukur.
c. Mikrometer Batas (Limit Micrometer)

16
3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Peserta praktikum melakukan pengukuran pada objek ukurnya berupa
Kubus besi, Kubus kuningan, Kubus tembaga, Kubus perak, Kertas A4 dan
Pisau kater. Beriukut ini gambar pengerjaanya.

Gambar 3.2 Kegiatan melakukan pengukuran dengan Mikrometer

Tabel 3.1 Lembar Pengumpulan Data Mikrometer


Mikrometer (mm)
Pengukuran
Kertas Pisau Kubus Kubus Kubus Kubus Keterangan
ke
A4 kater besi kuningan tembaga perak
1
Mengukur
2
panjang
3
benda
4

17
TEST KESERAGAMAN DATA
Tabel 3.2 Lembar Pengolahan Data Mikrometer
Mikrometer (mm)
Pengukuran 2
Kertas Pisau Kubus Kubus Kubus Kubus 𝑋𝑖 𝑋𝑖
ke
A4 kater besi kuningan tembaga perak
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata

∑ 𝑋𝑖
Nilai rata-rata ; 𝑋̿ = = mm
𝑘

𝑘 2 𝑘 2
𝐾∙∑ 𝑋 − [∑𝑘=1 𝑋1 ]
Standar Deviasi ; S = √ 𝑘=1 1
𝐾(𝑘−1)

4 ∙ 1589,31 − 79,732
S=√ 4∙3

0,37
S = √ 12

S = √0,03 = mm
Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̿ + 3S
= +
= mm
Batas Kontrol Bawah (BKB) = 𝑋̿ - 3S
=
= mm
3.6 Analisis
Setelah melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan
mikrometer sebanyak 4 kali maka diperoleh hasil

18
BAB IV
DIAL GAUGE

4.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui karakteristik alat ukur dial gauge.
2. Mengetahui cara pengukuran dengan dial gauge.

4.2 Alat-alat yang digunakan


1. dial gauge.
2. Benda ukur.

4.3 Prosedur Praktikum


1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang ditentukan (misalnya A,B,C,D)
sebanyak masing – masing 4 kali.
3. Catat hasil pengukuran seperti pada Tabel 1.2.

4.4 Landasan Teori


A. Dial indikator
Dial indikator atau juga dikenal dengan Dial Gauge ialah alat ukur
dengan skala pengukuran yang sangat kecil, contohnya pada pengukuran
pergerakan suatu komponen (backlash, endplay) dan pengukuran
kerataannya (round out). Dial Gauge ini merupakan tools yang tidak dapat
berdiri sendiri, artinya ia mesti dipasangkan pada suatu alat bantu yang di
sebut Magnetik Base, sebagai pemegang dial gauge dan berfungsi
mengatur posisi dari dial gauge (tinggi-rendahnya, kemiringan), pada
tempat atau permukaan yang di ukur.

19
Gambar 4.1 Dial Gauge

Kegunaan Fungsi:
 Mengukur kerataan permukaan bidang datar.
 Mengukur kerataan permukaan dan kebulatan sebyah poros.
 Mengukur kerataan permukaan dinding Cylinder.

Cara menggunakan / Mengukur :


 Pasang contact point pada dial indikator.
 Pasang dial indikator pada standnya.
 Tempelkan contact point pada benda kerja yang akan diukir.
 Gerakan benda kerja sesuai kebutuhan .
 Baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala.
 Untuk mendapatkan hasil yang benar, harus di ketahui
ketelitian skala pada dial tersebut.

B. Cylinder boregauge
Boregauge adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur diameter silinder. Pada bagian atas terdapat dial gage dan pada
bagian bawah terdapat measuring point yang dapat bergerak bebas. Pada
sisi lainnya terdapat replacement rod yang panjangnya bervariasi

20
tergantung keperluan. Dalam satu set, terdapat bermacam-macam ukuran
replacement rod dengan panjang tertentu. Disamping itu juga terdapat
replacement washer yang tebalnya mulai dari 1 – 3 mm. Replacement
securing thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya untuk
mengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas pada saat bore
gage digunakan.

Gambar 4.2 Boregauge

Pengukuran diameter silinder dengan bore gage memerlu-kan alat


ukur lain yaitu mistar geser dan mikrometer. Berikut ini cara melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur boregauge.
1. Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal diperoleh
hasil pengukuran : 75,40 mm.
2. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil
pengukuran tersebut, misal 76 mm.
3. Pasang replacement rod pada bore gage.

21
Gambar 4.3 Pengukuran panjang
replacement rod
4. Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar seper-ti
pada gambar 29 di samping dan usahakan jarum dial gage tidak
bergerak, misal diperoleh hasil pengu-kuran = 76,20 mm.
5. Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan
tangkai bore gage ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar 30
sampai diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus)

Gambar 4.4 Posisi bore gage

22
6. Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gage, misal
diperoleh 0,13 mm.
7. Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil pengu-kuran
panjang replacement rod dengan besarnya penyim-pangan jarum
bore gage. Jadi diameter silinder = 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.

4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Peserta praktikum melakukan pengukuran pada objek ukurnya berupa
batang besi yang diletakan pada penyangga, beriukut ini gambar
pengerjaanya.

Gambar 4.5 Kegiatan melakukan pengukuran dengan Dial indikator

Tabel 4.1 Lembar Pengumpulan Data Dial indikator


Penyimpangan jarum
Pengukuran ke penunjuk (mm) Keterangan
Batas Atas Batas Bawah
1 Mengukur
2 keolengan
3
4

23
TEST KESERAGAMAN DATA
Tabel 4.2 Lembar Pengolahan Data Dial indikator
Pengukuran Penyimpangan jarum penunjuk (mm)
ke Batas Atas Batas Bawah
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata

4.6 Analisis Data Dial indikator


Setelah melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan Dial
indikator pada sebuah batang besi yang berdiameter 30,80 mm, didapatkan
hasil pengukuran rata-rata penyimpangan atas 0,475 mm dan
penyimpangan bawah 0,5 mm.

Lembar Pengumpulan Data cylinder Bore gauge

1.Atas

2. Tengah

3. Bawah

Gambar 4.6 Posisi bagian silinder yang diukur menggunakan cylinder Bore
gauge

24
Didapat :
 ∅ STD Cylinder :50 mm
 Panjang replacement rod: 51,36 mm
Tabel 4.3 Lembar Pengumpulan Data cylinder Bore gauge
Penguk Sumbu (mm)
Keterangan
uran bagian X Y
1.Atas Mengukur
2.Tengah Diameter
3. Bawah Cylinder

TEST KESERAGAMAN DATA


Tabel 4.4 Lembar Pengolahan Data cylinder Bore gauge
Sumbu (mm)
Pengukuran panjang
bagian replacement X Y 𝑋𝑖 (panjang replacement rod - 𝑋𝑖)
rod
1.Atas
2.Tengah
3. Bawah

4.7 Analisis Data cylinder Bore gauge


Setelah melakukan percobaan pengukuran pada sebuah cylinder
didapatkan hasil ukur pada 3 bagian cylinder, pada data tersebut menunjukan
ukuran paling besar dibagian tengah dan bagian bawah cylinder yaitu 50,025.
Maka dapat disimpulkan bahawa cylinder tersebut bebentuk tirus karena
mengalami gesekan dengan piston.

25
BAB V
MULTIMETER

5.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui karakteristik alat ukur AVO meter.
2. Mengetahui cara pengukuran dengan AVO meter.

5.2 Alat yang digunakan


1. AVO meter
2. Benda ukur

5.3 Prosedur Praktikum


1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang ditentukan (misalnya A,B,C,D)
sebanyak masing – masing 4 kali.
3. Catat hasil pengukuran seperti pada Tabel 1.2.

5.4 Landasan Teori


Avometer berasal dari kata ’’AVO” dan ’’meter’’. ‘A’ artinya ampere,
untuk mengikuti arus listrik ’v’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau
tegangan. ‘O’ artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir,
yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan
Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter
adalah salah satu alat untuk mengukur arus, teanggan, baik teganggan bolak
balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
AVO meter sangat penting fungsinya dalam stiap pekerjaan elektronik
karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat.
Tetapi sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih
dahulu jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara menggunakannya dalam
pemakainnya dan akan meyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO
meter analog ( menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter

26
digital (menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu
dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal oprasionalnya. Misal
sumber tenaga yang dibutuhkan berupa detail DC dan probe / kabel penyidik
warna merah dan hitam
Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat tebaca langsung berupa
angka-angka (digital), sedangkan AVO meter analog tampilnya menggunakan
pergerakan jarum untuk menunjukan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil
Ukuran, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AOV meter analog lebih
umum Digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter
digital.

Gambar 5.1 AVO Meter


1. Pengukuran
a. Pengukuran hambatan
Dengan memeriksa hambatan / tahanan, maka kita dapat
memeriksa:
- Sirkuit terbuka (sambung yang rusak)
- Koneksi / sambung buruk
- Kortsleting
b. Pengukuran voltase / tegangan
c. Dengan memeriksa voltase / tegangan, maka kita dapat memeriksa:
- Kondisi battrey
- Apakah daya batterey terpasang atau tidak
- Hubungan yang buruk
- Alternator output
- Sensor output

27
d. Pengukuran Arus
Dengan memeriksa hambatan / tahanan, maka kita dapat
memeriksa :
- Kemampuan pengisian
- Konsumsi listrik pada tiap komponen
2. Tahapan pengukuran
a. Hubungankan test lead hitam ke terminal COM (-), dan test lead tes
merah ke voltase terminal (+).
b. Untuk multimeter digital dengan tombol power, hubungkan terlebih
dahulu test lead, kemudian hidupkan power.
c. Posisi saklar fungsi ke “pengukuran voltase DC”
d. Pasang test lead merah ke terminal batreai negatif (-), dan test lead
hitam ke terminal batrai positif (+). Nilai voltase akan di tampilkan
pada layar

5.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Peserta praktikum melakukan pengukuran pada objek ukurnya berupa
rangkain kelistrikan, 3 lampu dipasang secara seri lalu diukur arus, hambatan
dan tegannganya menggunakan AVO meter, Beriukut ini gambar
pengerjaanya.

𝑅1 𝑅2 𝑅3

Voltase Saklar

Gambar 5.2 Rangkaian kelistrikan seri

28
Tabel 5.1 Lembar Pengumpulan Data AVO Meter
Lampu I Lampu II Lampu III Unit
R Ohm
I Ampere
-

-Menghitung daya

29
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri., Damari, Ari. 2009. Fisika untuk SMA dan Makelas X. Jakarta:
pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasiaonal
Nurachamdani, Setya. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, Tri. 2009. FISIKA untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan
______ Buku Panduan Praktikum Metrologi Indrustri. Laboratorium Metrologi
Indrustri Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya Sementara Ganjil
2014/2015 Buku Panduan Praktikum Metrologi Indrusrtri Fakultas Teknik
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya Semester Ganjil 21014/1015

31

Anda mungkin juga menyukai