Sekapur Sirih
(agar tiada kesalahpahaman di antara kita)
Rasa syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME dan semesta yang telah
mengizinkan penulis amatir seperti saya menyelesaikan Buku Pintar: Seri Boys Love
ini. Ini adalah karya non-fiksi pertama penulis yang terlaksana murni karena
penulis ingin berbagi kenirfaedahan agar tak melulu hidup ini dianggap serius.
Meskipun penulis sendiri sudah punya pengalaman (yang meski belum seberapa
tapi lumayan bisa memuluskan jalan saya jadi sarjana) menjalani riset dan
menulis karya akademik berkaitan dengan dunia Boys Love, buku (doujin) non-
fiksi yang dicetak ini bukanlah acuan yang sebaik-baiknya acuan ilmu
pengetahuan. Masih banyak kekurangan di sana-sini dan sekiranya ada hal yang
kurang berkenan maka semua kesalahan itu adanya di saya. Buku (parodi) ini
ditulis sepenuhnya oleh saya sendiri dengan merujuk dan menyadur dari banyak
referensi akademik baik dari yang berbahasa Jepang maupun Inggris. Adapun,
buku ini tidak berniat mengeneralisir satu kelompok tertentu dan selalu ada
kasus yang tidak sesuai dengan apa yang dijabarkan di sini. Sebelum mulai
membaca, jangan lupa bahwa meski riset dilakukan dengan sebaik-baiknya ini
hanyalah doujinshi yang ditulis dengan bebas, bukan tulisan akademik.
Agustus, 2017
Kalengjelek (Merry)
Buku Pintar: Seri Boys Love
Komposisi
! Keegoisan Penulis !
Buku ini tidak mencantumkan nomor halaman. Nggak sempet masukin.
Buku ini tidak mengindahkan apostrof dan diakritik makron. Karena penulis
memang kurang kemauan saja.
Urutan nama Jepang di buku ini ditulis dari nama marga terlebih dahulu
Setiap judul BL yang disebut di buku ini ditulis dengan romaji dari judul asli
berhuruf Jepang kecuali judul yang asalnya sudah menggunakan ejaan asing (alfabet)
BUKU
PINTAR
SERI BOYS LOVE
Buku Pintar: Seri Boys Love
S
ecara harfiah, shoujo memiliki makna anak perempuan. Hanya saja ketika
digunakan sebagai istilah dalam industri manga, shoujo juga mencakup
remaja perempuan yang masih dalam usia bersekolah. Meskipun pada
akhirnya manga shoujo adalah industri kreatif yang penulis dan
pembacanya kebanyakan berasal dari kalangan wanita, tapi manga yang menjadi
cikal bakalnya adalah Ribon no Kishi1 (1953-55) karya Tezuka Osamu. Disokong
dengan popularitas teater wanita Takarazuka 2 , manga shoujo pun berhasil
menciptakan pasarnya dan mencapai jaman keemasan pada tahun 1970-an.
Salah satu karateristik utama manga shoujo adalah penekanan pada
psikologis karakter perempuan yang dieksplorasi lewat plot dan drama yang
kompleks. Manga shoujo pada jaman keemasannya pun sering sekali
menggunakan latar dan karakter non-Jepang, mulai dari Amerika, Eropa, hingga
Mesir. Tak jarang juga latar waktu yang dipakai ada di masa lalu atau jauh di
masa depan. Tak banyak kisah yang fokus pada Jepang pada kala saat itu itu
sendiri. Kecenderungan untuk mengunakan elemen asing dalam cerita shoujo
sedikit banyak disebabkan oleh rasa ingin ―memberontak‖ para perempuan
1 Ribon no Kishi berkisah tentang seorang putri yang menyamar menjadi pangeran untuk
mencegah bangsawan jahat merebut tahta kerajaannya
2 Takarazuka adalah kelompok teater di prefektur Osaka yang hanya beranggotakan
perempuan di mana jenis perannya dibagi menjadi otokoyaku (peran laki-laki) dan musumeyaku
(peran perempuan)
Buku Pintar: Seri Boys Love
Jepang saat itu. Baru saja memulihkan diri dari perang, Jepang menekankan ide
―ibu yang baik dan istri yang bijak‖ dan tidak menyisakan ruang lain bagi para
perempuan untuk menjadi sesuatu yang berbeda. Sebagai bentuk
pemberontakan dari sistem ―partiarki‖ tersebut, lewat manga shoujo, para
perempuan menjadikan diri mereka sendiri peran utama dalam perjalanan hidup
mereka.
Namun utopia yang diinginkan oleh para perempuan ini pada kala itu begitu
terpaut dari kenyataan mereka sehari-hari sehingga sulit untuk mewujudkannya
dengan latar yang dekat dengan kehidupan mereka sendiri. Salah satu contoh
adalah Berusaiyu no Bara (1972-73) karya Ikeda Riyoko yang berkisah tentang
perjuangan Oscar, perempuan yang hidup sebagai laki-laki, dalam menyukseskan
revolusi Prancis. Ambiguitas gender dalam tubuh dan jiwa Oscar menjadi daya
tarik sendiri bagi pembaca perempuan yang selama ini merasa dikungkung dalam
posisi bernama ―perempuan‖. Meski dalam dunia hiburan, seperti pada Kabuki
dan Takarazuka, crossdressing adalah hal yang umum di Jepang, tapi dalam
kehidupan nyata, ketulenan seorang pria dan wanita adalah hal yang wajib.
Dengan kata lain, latar cerita dan karakter yang asing dapat menjadi wadah
fantasi yang ―aman‖ bagi penulis dan pembaca perempuan. Masih ―menantang‖
sistem partiarki, shounen-ai muncul di bawah payung manga shoujo sebagai
salah satu bentuk ekspresi dan eksperimen seks dan gender. Berbeda dengan
presepsi penggemar BL internasional saat ini yang menganggap shounen-ai
sebagai bentuk halus dari BL/yaoi, shounen-ai pada masa kelahirannya tidak
malu-malu untuk menampilkan adegan seks yang vulgar. Sesuatu yang pada
zamannya merupakan hal yang sangat mengejutkan untuk para perempuan
Jepang.
Perlu diingat perempuan Jepang pada saat itu memiliki tekanan sosial dalam
mengekspresikan seksualitas mereka. Perempuan akan mendapat cap negatif jika
melakukan seks sebelum menikah dan ketika sudah menikah pun hanya boleh
melayani sebagai istri dan ibu. Berbanding terbalik dengan para suami yang secara
sosial ―dimaklumi‖ untuk mencari kesenangan seksual di luar rumah tangganya,
bahkan dalam artian tertentu dianjurkan untuk melakukannya 3 Tak hanya
3 Salaryman, identitas sosial pria Jepang kelas menengah, memiliki ekspektasi untuk menemani
atasan dan koleganya dalam jamuan makan malam atau pesta minum yang biasanya diadakan
Buku Pintar: Seri Boys Love
ekspektasi realita, representasi perempuan dalam media pun kebanyakan
mengobjetifikasi perempuan untuk kebutuhan para penonton ―maskulin‖ 4 .
Dalam film, manga, majalah, dan sebagainya, representasi adegan seks biasanya
melibatkan perempuan sebagai objek yang pasif, menjadikan kebanyakan
pembaca perempuan tidak bisa menikmati seks tanpa perasaan yang tak nyaman.
Karena itu, shounen-ai menjadi salah satu media yang aman bagi
perempuan untuk menikmati dan memproyeksikan hasrat seksual mereka karena
tidak melibatkan tokoh perempuan itu sendiri. Lebih lagi, seks dalam shounen-ai
juga lebih menekankan pada hubungan sosial dan romantik antara tokoh itu
sendiri sehingga tidak menimbulkan kesan ―pemaksaan‖ sekentara yang terjadi
pada media atau manga untuk pembaca ―maskulin‖. Hubungan romantik antar
laki-laki juga dianggap sebagai hubungan yang lebih ―setara‖ daripada hubungan
pria dan perempuan yang dalam masyarakat partiarki menempatkan perempuan
sebagai subjek yang didominasi. Melihat dari sisi yang lebih ekstrim, ―objetifikasi‖
tubuh laki-laki bisa juga dibaca sebagai aksi balas dendam para perempuan yang
selama ini sudah lelah diperlakukan sedemikian rupa.
Tentu saja anggapan ini juga mendapat banyak kritik lebih lanjut di masa
selanjutnya, karena meski berusaha mendobrak ideologi partiarki, shounen-ai
juga masih mengandung banyak unsur yang mendukung sistem tersebut. Dalam
konteks feminisme, Tidaklah salah menyebut shounen-ai sebagai salah satu
bagian gerakan feminisme di Jepang, tapi kita juga perlu mengingat bahwa
lahirnya genre ini hanyalah salah satu fase yang masih membutuhkan banyak
perbaikan.
di tempat-tempat hiburan seperti hostess club. Tradisi semacam ini berkembang atas tujuan
relaksasi untuk para pria yang sudah bekerja keras siang dan malam. Relaksasi ini tidak bisa
dilakukan di dalam rumah mereka sendiri karena di dalam rumah, pria memiliki peran sebagai
ayah dan kepala keluarga bukan seorang ―pria‖
4 Bukan pria saja, karena perempuan pun bisa saja memiliki sudut pandang penonton
maskulin
Buku Pintar: Seri Boys Love
dari 24nengumi5. Karya pertama yang mengandung naratif hubungan romantik
antar anak laki-laki pertama muncul di Sanruumu ni te (1970) oleh Takemiya dan
Juiichigatsu no gimunajiumu (1971) oleh Hagio. Tapi karya-karya mereka yang
selanjutnya lah yang membukakan jalan bagi perkembangan genre shounen-ai,
yakni Kaze to ki no uta (1976-84) oleh Takemiya dan Toma no Shinzou (1974) oleh
Hagio.
Tentu bukan merupakan sebuah kebetulan kedua mangaka tersebut menulis
manga shounen-ai pada waktu yang berdekatan karena keduanya memang
pernah menjadi teman satu apartemen di Oizumi, Tokyo, yang nantinya menjadi
apartemen tempat berkumpulnya banyak mangaka shoujo. Salah satu penghuni
apartemen tersebut adalah Masuyama Norie, yang kerap menyumbang ide dan
inspirasi pada Takemiya dan Hagio lewat koleksi buku dan film klasik asing.
Karya-karya asing yang akhirnya mempengaruhi narasi shounen-ai Takemiya dan
Hagio di antaranya adalah novel Narcissus and Goldmund (1930) karya Herman
Hesse dan film Death in Venice (1971) yang diadaptasi dari novel karya Thomas
Mann. Itu sebabnya, tidaklah mengejutkan jika Takemiya dan Hagio banyak
menggunakan latar luar negeri dan estetika bishonen sebagai elemen utama
dalam narasi shounen-ai.
Dalam manga shoujo, terutama shounen-ai, bishounen atau anak laki-laki
yang rupawan, adalah elemen utamanya. Bishounen memiliki penampilan yang
feminin dengan tubuh yang ramping, mata besar, bulu-mata lentik dan rambut
yang halus. Tidak seperti karakter utama dalam manga shounen, bishounen
memiliki pembawaan yang rentan secara fisik dan emosional. Eksistensi
bishounen ada untuk ―dicintai‖ dan ―dilindungi‖, dan tokoh lain yang dapat
memenuhi peran untuk mencintai bishounen hanyalah mereka yang lebih
―dominan‖, yakni pria yang lebih dewasa. Dewasa di sini bisa merujuk pada usia,
bisa juga pada kedewasaan jiwa dan/atau raga. Tokoh pria yang menjadi
―pelindung‖ bishounen ini juga diharuskan memiliki fisik yang rupawan. Mereka
bisa disebut juga sebagai biseinen (pemuda dewasa yang rupawan) atau
5 Merujuk pada kelompok mangaka wanita yang kebanyakan lahir di tahun Showa 24 yang
juga merupakan pelopor serta tombak terdepan dalam mempopulerkan shoujo manga .
Anggotanya adalah Hagio Moto, Takemiya, Keiko, Yamagishi Reiko, Ikeda Riyoko, dll.
Buku Pintar: Seri Boys Love
bichuunen (pria dewasa yang rupawan) dan tidak menutup kemungkinan di
masa lalu mereka juga seorang bishounen yang dikasihi oleh pria dewasa lainnya.
Binari biseinen/bishounen ini merupakan cikal bakal dari seme/uke yang
lahir dari budaya yaoi yang akan dibahas di subbab berikutnya. Binari ini juga
disebut sebagai hitam/putih di mana biseinen (hitam) digambarkan lebih
maskulin dengan visual yang juga kentara oleh warna gelap, dan bishounen
(putih) digambarkan lebih feminin dengan visual yang kentara oleh warna terang.
Contoh yang paling jelas adalah Julismore (hitam) dan Thomas (putih) di Toma
no shinzou atau Serge (hitam) dan Gilbert (putih) di Kaze to ki no uta.
Jika posisi ―biseinen‖ di sini dianggap sebagai pengganti posisi ―laki-laki‖
dalam hubungan heteroseksual, maka posisi ―bishounen‖ tidak murni sebagai
pengganti posisi ―perempuan‖. Karakter bishounen adalah komposisi rumit
antara gender dan seks pria dan wanita, yang bisa berarti keduanya, atau bukan
keduanya. Dari segi fisik, bishounen memiliki paras menyerupai perempuan, tapi
tidak memiliki payudara. Kemudian dalam visual alat kelamin, milik bishounen
cenderung tidak ditampilkan atau disamarkan sehingga memberikan kesan
ambigu. Alat kelamin yang tidak diperlihatkan secara jelas ini dapat memberikan
kesan ―bisa perempuan bisa juga laki-laki‖ tapi bisa juga ―tanpa jenis kelamin‖,
yakni sebuah identitas seksual baru yang merujuk pada laki-laki dan perempuan
tapi juga menjauhi realita itu sendiri.
Ambiguitas bishounen di sini dapat menjawab pertanyaan umum tentang
elemen ―memberontak‖ dalam shounen-ai—―mengapa shounen-ai dianggap
melawan hubungan heteroseksual yang (dianggap) tidak setara sementara
pasangan homoseksual dalam shounen-ai disusun oleh komponen
dominan/subordinat?‖ Bishounen adalah sebuah paduan fiksi yang tercipta dari
opresi yang dialami oleh pembaca dan penulis perempuan Jepang pada saat itu,
yang ingin lepas dari sistem partiarki tapi juga masih ingin berpegangan pada
nilai-nilai tertentu dari pandangan lama.
Lalu mengapa harus dengan hubungan antar laki-laki? Bersamaan dengan
kemunculan shounen-ai, sejarah manga hubungan romantik antarperempuan
(yuri atau shoujo-ai) juga dimulai oleh mangaka 24nengumi, hanya saja
popularitasnya tidak sebanding. Banyak opini yang menyatakan bahwa hubungan
asmara dua perempuan pada kala itu sulit untuk dicerna karena tidak jelas siapa
Buku Pintar: Seri Boys Love
yang ―memimpin‖ dan penggunaan karakter perempuan membuat pembaca
perempuan kesulitan untuk tidak ―membandingkan‖ dengan diri mereka sendiri.
Hubungan antar laki-laki dianggap sebagai sesuatu yang sangat jauh dari
kenyataan sehari-hari para perempuan Jepang. Keterpautan itu semakin
diperlebar dengan menambahkan latar luar negeri. Semakin jauh dari realita fiksi
yang mereka baca, semakin terasa aman bagi perempuan ini untuk berfantasi.
Tetapi para pembaca ini bukan berarti naif soal perkembangan gerakan gay di
luar dan dalam Jepang, mereka mengetahui dan mengakui, tapi memiliki sikap
yang berbeda dengan ketika mereka membaca manga shounen-ai. Bagi sebagian
pembaca hubungan antar laki-laki yang ada di narasi shounen-ai berbeda dengan
hubungan gay yang ada di realita. Anggapan yang nantinya akan mendapat kritik
dari komunitas gay.
Salah satu elemen penting yang menambah ―keterpautan‖ antara fantasi dan
realita pada shounen-ai adalah konsep estetika atau tanbi. Bishounen, latar
Eropa, dan latar Jepang silam adalah bagian dari tanbi dan meski kebanyakan
shounen-ai pada masanya mengaplikasikan konsep ini, tanbi juga berlaku untuk
manga shoujo-ai dan shoujo. Asalkan ada karakter bishounen atau bishoujo dan
latar cerita yang menjunjung nilai estetika tanbi, maka genre ini berlaku pada
karya tersebut. Novel-novel karangan Mishima Yukio atau Tanizaki Junichiro
yang jelas ditulis untuk masyarakat luas pun juga termasuk ke dalam genre tanbi.
Majalah JUNE, pelopor dari majalah komersil Boys Love, awalnya
mengadopsi tanbi sebagai tema utama. Cerita yang dipublikasikan tak hanya
shounen-ai, tapi juga termasuk heteroseksual dan shoujo-ai meski porsinya jauh
lebih sedikit. JUNE yang terbit pertama sebagai COMIC JUN ini lahir pada
tahun 1978 dan punya banyak rubrik selain manga dan novel. JUNE juga
membahas budaya homoseksual dari seluruh dunia, meski lebih banyak fokus ke
budaya asing. Tagline JUNE saat itu adalah ―cinta yang berbahaya pun
terbangun‖ yang sedikit banyak menggambarkan isi majalah yang banyak
mengulas kisah-kisah gelap yang berakhir tragis.
Majalah ini juga terkenal dengan esai tentang studi shounen-ai dan presepsi
tentang seksualitas serta surat kiriman pembaca yang ―curhat‖ tentang
kekaguman mereka akan konsep Bishounen. Dalam satu angket pembaca ―jika
bisa dikabulkan, apa yang akan kamu minta?‖ di JUNE edisi 1 (1982), banyak
Buku Pintar: Seri Boys Love
jawaban pembaca yang menyatakan bahwa mereka ingin lahir kembali menjadi
bishounen dan dicintai oleh biseinen, yang kemudian tumbuh menjadi biseinen
yang mencintai bishounen lain. Sampai sekarang pun konsep tanbi masih tersisa
baik di shoujo manga atau shounen-ai, yang sekarang disebut sebagai Boys Love.
6 Salah satu alasan Omegaverse disukai di Jepang adalah konsep Male Pregnancy. Sebelum
Omegaverse, manga BL semi-furry seperti Sex Pistol oleh Kotobuki Tarako pun sudah sangat
populer di Jepang karena elemen kehamilannya.
7 Yang menarik dari komik-komik OMEGAVERSE PROJECT adalah di halaman paling
belakang selalu dicantumkan tautan referensi yang membantu pembaca untuk memahami hal-
hal penting dalam dunia omegaverse seperti feromon, obat-obatan, atau orgasme.
Buku Pintar: Seri Boys Love
alpha. Sebagaimana bervariasinya adaptasi omegaverse di fandom Barat, industri
BL Jepang pun juga punya banyak versi soal dunia alternatif ini.
Tentu saja BL adalah budaya populer yang lahir dan berkembang di Jepang,
tapi sejak memasuki ranah global, BL tidak lagi menjadi milik Jepang semata.
Meskipun dibandingkan dengan banyak negara lain, industri BL di Jepang
mungkin masih tetap yang terbesar, tapi kita tak bisa memungkiri banyaknya BL
asal negara lain yang tak kalah menariknya, bahkan memiliki daya tarik unik
karena berasal dari masyarakat yang berbeda. Webtoon BL asal Korea Selatan
misalnya, meski ditayangkan dengan panel menurun dan konten yang lebih
sedikit setiap babnya, tapi bentuk digital dan gambar yang berwarna memberikan
angin baru dalam industri BL. Contoh lain adalah industri perfilman dan
pertelevisian di Thailand yang semakin tahun semakin ramai oleh konten
bertema BL. Di Indonesia sendiri tidak sedikit fiksi BL baik fiksi penggemar
maupun fiksi orisinal berlatar lokal—terutama fiksi di Wattpad—yang berhasil
mengundang ribuan penggemar dengan jenis kelamin, gender, dan orientasi
seksual yang bervarias.
Globalisasi dan BL tampaknya memang pasangan yang serasi, tapi seperti
kebanyakan pasangan lainnya, kelanggengan ini tidak akan terlaksana tanpa
adanya angin dan badai rintangan. Pada bab ―Membungkam Boys Love‖, buku
ini akan membahas kritik dan rintangan apa saja yang menghalangi BL dalam
misinya ―menguasai dunia‖.
Buku Pintar: Seri Boys Love
2013 Majalah seni "Bijutsu Techo" menerbitkan edisi khusus Boys Love
S ato Masaki, aktivis gay yang juga berprofesi sebagai pelayan negara,
menulis kritik di majalah feminis yang diarahkan pada perempuan yang
menyukai yaoi dan manga BL. Menurutnya, sebagai seorang pria gay, ia
merasa tercoreng harga dirinya oleh karya BL/yaoi yang ditulis dan
ditujukkan untuk perempuan. Ia menyamakan wanita yang membaca yaoi seperti
ojisan (om-om) yang menikmati pornografi. Pria yang ada di komik BL/yaoi
kebanyakan adalah pria-pria rupawan yang tidak sesuai dengan pria gay di dunia
nyata dan ini bisa memberikan representasi yang salah bagi masyarakat awam
serta membuat pria gay yang tak sesuai dengan kriteria tersebut merasa minder.
Sato juga mempermasalahkan popularitas BL/yaoi yang ikut menciptakan gay
boom pada era tersebut..
Yaoi Ronso kembali dikritik oleh banyak akademisi dan aktivis feminis
seperti Takamatsu Hisako yang mempermasalahkan Sato yang tak bisa
membedakan yaoi dan BL. Takamatsu juga bersuara soal hak-hak perempuan
yang akhirnya bisa berekspresi bebas lewat BL. Sementara Yanagita Akiko
membenarkan penggambaran karakter pria di BL/yaoi yang terlampau rupawan,
tapi ia menekankan bahwa BL/yaoi sedikit banyak berasal dari manga shoujo, di
mana semua karakternya terlepas dari seks dan gender, memang ―ditakdirkan‖
untuk tampak rupawan. Yanagita pun bertanya, ―sebenarnya Sato ini ingin
perempuan menggambar apa?‖
Buku Pintar: Seri Boys Love
Mendapat balasan, Sato tetap bersikukuh. Ia mengakui kesilapannya dalam
membedakan yaoi dan BL, dan ia pun menyebut beberapa judul BL yang
menurutnya ―pantas‖. Menurutnya fiksi yang baik bukanlah fiksi yang mengajak
kita lari dari kenyataan, tapi fiksi yang membuat kenyataan kita lebih mudah
untuk dijalani. Tak masalah bila perempuan ―menikmati‖ pria gay sebagai
konsumsi personal, tapi ia tetap menolak jika yaoi/BL menjadi sesuatu yang
umum.
Sementara Tanigawa Tamae fokus mengkritisi Yanagita dan Takamatsu
yang menurutnya terlalu ―lembek‖ pada Sato. Bagi Tanigawa, ada atau tidaknya
yaoi/BL tidak akan mengganggu komunitas gay dan agendanya. Pria gay bebas
membuat representasi mereka sendiri di media dan perempuan penggemar
yaoi/BL pun tak akan punya kekuatan atau niat apapun untuk menghalanginya.
Perempuan di Jepang sendiri sudah kesulitan untuk bebas mengekspresikannya
diri mereka sendiri, kenapa juga masih dihalang-halangi. Menurutnya Sato hanya
tidak suka dirinya dijadikan objek seksual oleh perempuan, sementara
perempuan selama ini tak dapat bersuara diperlakukan seperti itu.
Meski yaoi ronso adalah diskusi yang terjadi lebih dari dua puluh tahun lalu,
tapi pertanyaan ini masih relevan hingga sekarang. Apakah menjadikan
hubungan asmara dua laki-laki sebagai hiburan adalah hal yang pantas mengingat
minoritas gay di Jepang maupun belahan dunia lain masih berjuang
mendapatkan hak-hak mereka? Lantas representasi media macam apa yang
pantas? Jika BL terdistorsi dari realita yang ada, lantas bagaimana dengan karya
fiksi yang ditulis oleh pria gay itu sendiri?
Meski dengan cara yang berbeda dari Sato, Mizoguchi Akiko juga meyakini
elemen homofobik dalam BL/yaoi. Dalam karya BL tahun 90-an, kata ―gay‖
adalah sesuatu yang aneh. Meski kedua pria mengakui kalau mereka mencintai
satu sama lain, tapi semua itu bukan karena mereka adalah ―gay‖, tapi karena ia
adalah memang orang yang ditakdirkan. Cinta yang menembus batas gender dan
jenis kelamin, cinta yang menyerukan ―bagaimana pun jadinya kamu, laki-laki
atau perempuan, aku akan tetap mencintaimu‖. Hubungan gay karakter-karakter
heteroseksual ini menggambarkan cinta murni yang meski sudah tahu akan
Buku Pintar: Seri Boys Love
ditentang oleh semesta, tetap diperjuangkan. Meski terdengar ―manis‖ tapi
menyangkal sesuatu yang gay sebagai non-gay mungkin bukanlah sesuatu yang
bijak di realita dimana kaum gay sudah cukup banyak menerima penyangkalan
seumur hidup mereka.
Tak hanya representasi dalam BL saja yang dipermasalahkan, tapi juga reaksi
dari banyak penggemar BL itu sendiri, baik yang di dalam dan di luar Jepang.
Bukan sesuatu yang aneh jika sebagian fujoshi (perempuan penggemar BL)
menyukai hubungan shoujo di BL tapi tidak menyetujui eksistensi pria gay di
dunia nyata. Bagi fujoshi seperti ini, BL adalah murni sekedar fantasi yang dihuni
oleh pria-pria rupawan dan menurut mereka pria gay di dunia nyata tidak sesuai
dengan kriteria tersebut, jadi mereka tidak bisa merasakan perasaan positif yang
sama. Bahkan dalam satu diskusi antara Takemiya Keiko, Sasaya Nanae,
Takachiho Haruka, dan Yasuhiko Yoshikazu di majalah JUNE (no.1 1982),
disepakati bahwa shounen-ai adalah hal yang berbeda dari homoseksual yang
menurut mereka adalah sesuatu yang guro (grotesque). Mungkin ini yang
dikhawatirkan oleh Sato, pembaca perempuan bukannya menambah
pengetahuan dan wawasan tentang komunitas gay, tapi malah memperlebar
jurang realita dan fantasi.
Masalah lain adalah eksistensi minim karakter perempuan dalam BL. Pada
awalnya BL sebagai fiksi dengan stok pria tak terbatas memang memberikan
ruang bagi para pembaca untuk menjelajahi hasrat seksual yang selama ini tak
bisa mereka dapat. Melalui ―figur alien‖ di ―dunia asing‖ inilah perempuan bisa
dengan aman mengeksekusi fantasi paling berbahaya mereka. Tapi apakah
dengan membaca BL membuat perempuan semakin puas dengan dirinya
sendiri? Atau hanya hasrat seksualnya saja yang ―dibenarkan‖ tapi tidak dengan
identitas mereka sendiri?
Seringkali karakter perempuan yang muncul di manga BL digambarkan
sebagai sosok yang tidak menyenangkan, atau bahkan seorang antagonis.
Karakter istri, kekasih, atau pasangan potensial salah seorang karakter pria
dianggap sebagai rival cinta yang mengganggu kelanggengan pasangan utama.
Sementara karakter ibu atau saudara perempuan yang abusif secara fisik
dan/atau emosional pun dijadikan poin penting yang menjadikan salah satu
karakter pria trauma akan hubungannya dengan perempuan. Tentu saja jenis
Buku Pintar: Seri Boys Love
karakter perempuan yang digambarkan secara positif pun ada, seringnya menjadi
teman curhat atau cupid dari pasangan utama. Tapi di situ pun perempuan hanya
berakhir sebagai karakter sampingan tanpa makna lebih dari sekedar pelancar
hubungan laki-laki.
Tapi, tunggu dulu.. Bukankah sejak awal perempuan membaca BL karena
ingin menghindari sosok perempuan yang tidak mereka sukai? Karena itu wajar
bukan jika di dunia BL tidak ada perempuan yang ―sesungguhnya‖? Beberapa
opini mengatakan bahwa perempuan melihat refleksi diri mereka pada sang uke,
bukan karakter perempuan yang ada di dalam cerita, kecuali karakter itu
mungkin adalah seorang fujoshi juga. Pada saat yang sama perempuan
menginginkan hubungan shoujo karena dianggap lebih setara daripada
hubungan pria-wanita, tapi bukankah hubungan seme/uke yang tetap loyal pada
binari maskulin/feminin juga tidak terlalu jauh berbeda? Dalam esai Bichuunen
Gakuumon (1978), Nakajima Azusa bahkan menyuarakan keinginannya untuk
tidak diliberasikan dari subordinasinya sebagai perempuan karena menurutnya
hubungan asmara itu haruslah timpang, setara itu membosankan. Lantas setara
apa yang sebenarnya diinginkan dari hubungan seme/uke? Apakah kesetaraan
posisi mereka di masyarakat? Sebagai sesama lelaki yang sama-sama diberi
ekspektasi untuk membangun rumah tangga bersama perempuan lainnya.
Namun, sayangnya kesetaraan itu tidak berlaku di antara keduanya.
Kita pun diajak kembali lagi pada poin Sato tentang seperti apa fiksi yang
baik itu, yang membantu kita lari, atau yang menawar kepahitan yang kita
rasakan? Tentu saja setiap orang berhak memiliki alasannya sendiri untuk
menyukai atau menolak BL, tapi kita perlu mengkaji BL sebagai suatu
keseluruhan. Wajah feminis dan misoginis BL tidak mendiskreditkan satu sama
lain, hanya keduanya ada, dan harus diakui.
Sistem sensor dan rating di Jepang memang sedikit unik, jadi kita tak perlu
bingung mendengar BL adalah genre yang disuguhkan untuk target pasar remaja
perempuan. Ya, remaja, bukan dewasa ataupun dewasa muda. Bukankah banyak
sekali adegan vulgar dalam BL? Bukan! Bahkan adegan seks dalam BL itu bagai
garam dalam masakan, tidak ada seks, tidak ada rasa. Itu kenapa BL tidak pernah
Buku Pintar: Seri Boys Love
bisa resmi masuk ke Indonesia. Sayang sekali, BL di Jepang dijual dengan bebas
di toko buku yang bisa dijangkau oleh siapapun, termasuk anak-anak. Regulasi
media Jepang hanya meminta agar alat kelamin laki-laki dan perempuan tidak
ditampilkan secara utuh. Karena itu tentu tidak aneh jika kita sering menemukan
penis atau lubang anus yang disamarkan atau ditutup dengan blok hitam/putih,
sesuatu yang sejatinya sia-sia saja karena sebagian besar bagian alat kelamin
masih terlihat dan akhirnya cuma membuat gerah pembaca—kenapa setengah-
setengah begini, sih?
Sebenarnya bukan tidak pernah manga menjadi target kritik dari para orang
tua. Pada tahun 1968, Harenchi Gakuen karya Nagai Go, salah satu manga
generasi pertama di Shonen Jump yang ―menyindir‖ represi seksual yang dialami
muda-mudi Jepang pun diprotes karena menampilkan banyak adegan vulgar.
Karya fiksi dengan visualisasi dianggap dapat mempengaruhi perilaku seseorang,
apalagi ketika terungkap bahwa Miyazaki Tsutomu, terdakwa pembunuhan
empat anak perempuan, ternyata adalah seorang otaku yang menyukai karakter
lolita. Sejak saat itu orang tua dan para aktivis pun semakin waspada terhadap
anime dan manga yang beredar di kalangan anak muda, dan jumlah manga yang
dianggap ―berbahaya‖ untuk remaja pun menambah daftar yang sudah panjang.
Sebagai pasar yang kecil, BL luput dari mata para aktivis selama bertahun-
tahun. Bukan karena eksistensinya yang tidak diketahui, tapi karena anggapan
bahwa BL adalah sesuatu yang ―jinak‖, kalaupun vulgar, siapa sih yang akan
terangsang melihat hubungan badan sesama laki-laki?8 Tentu saja pikiran naif itu
akhirnya runtuh juga, dan sejak tahun 2010, pemerintah Tokyo pun mulai
menginspeksi konten BL dan tentu saja, tidak sedikit yang masuk ke dalam
daftar ―manga yang tidak sehat untuk pertumbuhan remaja‖. Yang dimaksud
dengan ―tidak sehat‖ di sini bisa jadi adalah 1) manga yang mengandung adegan
seksual berlebihan yang bisa membuat pembaca merasa terangsang, karena
terlalu sering terangsang pada usia remaja jelas bukan sesuatu yang sehat, dan 2)
manga yang menampilkan karakter di bawah umur yang diperlakukan dengan
8Pada awal dimasukannya manga BL dalam inspeksi pemerintah Tokyo, beberapa manga BL
yang mendapat unsur ―tidak sehat‖ adalah manga yang mengandung unsur gender-bender
yang membuat karakter uke bertubuh sangat mirip dengan perempuan. Kemungkinan manga
dengan konten vulgar antarpria ini sebenarnya tidak lolos inspeksi karena tampak seperti
hubungan pria-wanita meski merupakan manga BL.
Buku Pintar: Seri Boys Love
cara yang merendahkan sebagai manusia, seperti disiksa secara fisik dan seksual,
atau dijadikan ―budak‖, sesuatu yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi
mental remaja yang belum sempurna. Karya yang mendapat label ini pun ditarik
dari toko buku biasa (bahkan di amazon pun sudah tidak bisa diakses) dan hanya
bisa dibeli di toko buku yang memiliki pojok bacaan khusus dewasa.
Daftar manga BL yang dicap ―tidak sehat untuk remaja‖
1. [2010/06/28] Comic JUNE (Majalah)
2. [2010/08/25] GUSHmaniaEX spesial ―Tatanai?!‖ (Antologi)
3. [2011/02/18] Nikutaipa vol. 19 Kiwami!! Ero (Antologi)
4. [2011/05/10] Denka no Kaden – Miyashita Kitsune
5. [2011/06/10] Dr. Cherry – Aoyama Aruto
6. [2011/06/30] Genkai Battle – Miyashita Kitsune
7. [2011/08/10] Senpai no Mizugi – Kamon Saeko
8. [2011/08/31] Otoko Miko – Fujii Aya
9. [2011/10/31]Momoiro Danshi Lemon Hen – Fujii Aya
10. [2011/11/22] Nikutaipa Gachi! Vol.1 (Antologi)
11. [2011/12/28] Wanko Hatsujouki – Izumi Ao
12. [2012/06/30] Aigan Dourei – Chouo Shibuki
13. [2012/10/27] Moeru Onisama – Miyashita Kitsune
14. [2013/01/28] Kokoro Sawagaseru Kimi to – Kougami Eri
15. [2013/04/30] Reijuu no Ori – Itsuki Yuzu
16. [2013/06/29] Seigangu Byoutou – Shimogaya Pikusu & Mirai Modoru
17. [2013/08/12] Aigan Sadistic – Fuki Natsuki
18. [2013/11/09] Kare no Shokuyoku x Seiyoku x Shoyuuyoku – Kayuma
Mimu
19. [2014/1/23] Henai – Harada
20. [2014/06/25] Kasshoku no Mermaid – Asai Kinta
21. [2014/08/27] Shibarareya Kenchan – Hachimiya Youko
22. [2014/12/26] Kabeana – Aikawa Itaru
23. [2015/03/10] Pet Keiyaku – Zariya Ranmaru
24. [2015/04/30] Josou Kuro Galmama Danshi – Mogiki Hayami
25. [2015/07/10] Nemuri Otoko to Koi Otoko – Zariya Ranmaru
26. [2015/07/31] Kyoushi Gangu – Hanada Mako
27. [2015/08/25] Seiheki BL (Antologi)
Buku Pintar: Seri Boys Love
28. [2015/09/17] Koubutsu wa Ichiban Saigo ni Hara no Naka – Tsurusawa
Tsutako
29. [2015/10/24] Haremono Mizuhusen – Akahoshi Jake
30. [2015/10/24] DoS Shitsuji to Yankee Bocchan – Arima Chimako
31. [2015/12/12] Makumakuran Hakase no Kikenna o Yuugi – Matsu Takeshi
32. [2016/01/25] Innocent – Iimo
33. [2016/03/24] Mudage Danshi (Antologi)
34. [2016/03/31] Namaiki – Kano Shiuko
35. [2016/04/23] Shitsuji Kanzaki no Yuutsu – Hachisu
36. [2016/10/31] Oshiete Katekyo – Sakira
37. [2016/11/01] Soredemo Ore no Mono ni Naru vol. 1 – Takahashi Bosco
38. [2017/01/10] Bi no Kyoujin – Ike Reibun
39. [2017/01/30] Kimi ni Nemuru Ore no Tsumi – Minakami Riku
40. [2017/02/10] Taiatari Shinkenkousai – Dan
41. [2017/04/25] Oppai Danshi – Asaba Kento
42. [2017/04/28] Osu Chichi – Kairi
43. [2017/05/10] Yarisugi Party Night – Akatsuki Amaama
44. [2017/05/31] Kabeana Gakuen Nyuugokuron – Aikawa Itaru
45. [2017/05/31] Kabeana Gakuen Shutsugokuron – Aikawa Itaru
46. [2017/06/22] Caste BL (Antologi)
Tentu jumlah di atas tidaklah sedikit mengingat BL baru saja diregulasi
serius pada 7 tahun terakhir. Sepertinya karena peraturan ini juga lah, industri BL
mulai memberi rating dewasa untuk beberapa manga, contohnya adalah manga
karya Zariya Ranmaru yang sudah dua kali terkena label ―tidak sehat‖ tersebut.
Dua karya Zariya, yakni Pet Keiyaku dan Nemuri otoko to koi otoko, awalnya
dicetak sebagai doujinshi, yang sensor dan regulasinya jauh lebih leluasa daripada
manga resmi karena dianggap tidak akan bisa diakses dengan mudah. Sayangnya,
meski sudah melewati sensor dan editing, karya Zariya masih belum cukup
―pantas‖ untuk ditujukan ke semua umur. Karya Zariya selanjutnya, Void,
akhirnya diterbitkan untuk pembaca 18 tahun ke atas, meskipun karyanya yang
lain, Coyote, tidak masuk kriteria tersebut. Tapi langkah BL untuk pembaca
dewasa ini masih sangat muda dan sepertinya tidak ada rencana untuk
menerapkannya pada banyak judul karena konsekuensi label dewasa adalah pasar
yang semakin sempit. Untuk seorang pengarang terkenal seperti Zariya mungkin
Buku Pintar: Seri Boys Love
memang sudah memiliki pembaca dewasa yang setia membeli karyanya, tapi
untuk para pengarang yang kurang dikenal, hal ini dapat menjadi batu sandungan.
Tak hanya pemerintahan Tokyo saja yang menerapkan regulasi ini, tapi juga
prefektur Osaka dan Shiga. Pada tahun 2008, perpustakaan kota Sakai, Osaka
menarik semua koleksi novel BL yang ada dan menyimpannya di dalam gudang.
Pihak perpustakaan membatasi sirkulasi peminjamannya dan memutuskan untuk
menghindari membeli judul BL lagi ke depannya. Keputusan itu turun karena
protes sebagian masyarakat yang merasa novel BL yang dihiasi dengan ilustrasi
erotis tidak pantas dipajang di perpustakaan kota karena dapat dijangkau oleh
siapa saja. Menggunakan uang yang berasal dari pajak masyarakat untuk membeli
koleksi novel BL dianggap sia-sia saja. Padahal perpustakaan pun tidak akan
membeli buku yang tidak ada peminatnya. Sebagai perpustakaan untuk
masyarakat, tentu tidak boleh hanya memuaskan kalangan tertentu saja.
Keputusan perpustakaan Sakai ini mendapat protes dari banyak aktivis feminis
yang merasa hak bersuara wanita dibungkam dengan keputusan yang sepihak itu.
Cap ―vulgar‖ pada BL juga tidak hanya terjadi di Jepang. Amazon U.S
pernah menarik semua judul BL dari jasa kindle-nya karena dianggap terlalu
cabul. Setelah menerima kritik dari media, kementrian kebudayaan Vietnam
meminta perusahaan penerbitan untuk berhenti ―merusak‖ generasi muda
dengan menerbitkan novel BL (danmei) dari China. Pada tahun 2006,
Christopher Handley dijerat hukuman 6-bulan penjara karena mengoleksi manga
impor dari Jepang yang mengandung adegan beastility dan pornografi anak. Di
antara koleksi komik yang dimiliki Handley memang ada koleksi komik lolicon
dan yaoi. Memang tak bisa dipungkiri bahwa style gambar yaoi banyak yang
menjadikan karakternya tampak lebih muda dari umur sebenarnya. Meskipun di
Jepang, karya vulgar semacam itu lolos karena karakternya bukan anak di bawah
umur, tapi di luar Jepang yang lebih mudah menilai usia karakter dari
penggambarannya saja tentu akan sulit memahaminya.
Perlu kita sadari bahwa BL pada tahun 90-an memiliki banyak perbedaan
dengan BL yang sekarang beredar. Setiap generasi memiliki tipe BL mereka
sendiri, tapi apakah adegan vulgar dalam BL merupakan elemen yang tidak akan
pernah berubah sampai kapan pun? Apakah BL bisa tetap bisa menjadi sarana
―liberasi‖ perempuan jika elemen pornografi itu dihilangkan? Tentu saja apa
Buku Pintar: Seri Boys Love
yang dianggap ―vulgar‖ bisa berbeda sesuai zaman, tapi sepertinya pemahaman
bahwa BL dan pornografi memang bersahabat dekat selalu terjadi di setiap
zaman, bahkan ketika BL pada tahun 80/90-an tampil sehalus mungkin. Sejak
awal, perempuan muda memang ingin menciptakan ―pornografi‖ untuk mereka
sendiri. Sejak awal, mereka memang ingin ―melanggar‖ standar ―kesehatan‖ yang
beredar di masyarakat. Lalu, apakah kita masih butuh yang namanya sensor dan
rating dewasa? Tentu masing-masing dari kita punya jawaban yang berbeda.
S
emua situs dan akun yang ada di daftar ini hampir semuanya tersedia
dalam bahasa Jepang. Tapi dengan bantuan situs penerjemah atau
kemampuan bahasa Jepang yang sederhana, tidak terlalu sulit untuk
memahami esensi dari informasi yang disediakan.
Chiru Chiru (Chil-chil.net) Situs ini merupakan media digital terbesar
yang fokus pada BL original. Salah satu fitur unggulannya adalah koleksi data
karya BL yang pernah diterbitkan hingga sekarang, lengkap dengan ulasan,
penilaian, informasi seme/uke, hingga di mana karya tersebut dapat dibeli.
Kamu bisa mencari karya BL yang kamu inginkan dengan memasukkan judul,
pengarang, nama penerbit, tahun diterbikan, tipe seme/uke 9 , tipe play 10 , tipe
latar11 hingga suasana ceritanya12. Selain komik, chiru chiru juga memiliki basis
data game, drama cd dan novel.
Setiap tahunnya juga situs ini mengadakan penghargaan BL Award yang
meliputi kategori-kategori menarik seperti: BL terbaik untuk pemula, desain
sampul BL terbaik, BL pilihan pegawai toko buku di Jepang. Di situs ini tidak
hanya berita-berita seputar BL domestik yang diulas, tapi juga budaya BL dari
luar negeri. Akun Twitter: @chillchill_bl, situs: chil-chil.net
9 Umur (ex: toshishita, oyaji, shota), identitas (ex: gaikoku, gay, nonke), profesi (ex: kyoushi,
isha, sarariiman), penampilan (ex: suit, kekar, rambut panjang) karakter/identitas (ex: oresama,
yankee, wanko), dan kepribadian (ex: tsundere, yandere, tennen)
10 Ex: threesome, soft S&m, aphrosidiac, nipple play, spanking, piercing
11 Ex: NTR, trauma, reuni, saudara tiri, omega verse, arabu, prostitusi
12 Ex: angst, serius, komikal, manis, dark
Buku Pintar: Seri Boys Love
BaLoon (baloon.jp). Media sosial untuk para kreator BL, dari yang amatir
hingga profesional. Situs ini fokus kepada diskusi dan informasi tentang
produksi menulis dan menggambar BL itu sendiri. Dari daftar referensi dan
panduan menulis BL hingga wawancara dengan pengarang BL profesional
seputar tips/trik menggambar BL yang dijelaskan dengan detil hingga ke
prosesnya. Akun twitter: @BaLoon_info, situs: baloon.jp
Akun Twitter Resmi Majalah dan Penerbit BL
Drap @drap_info
Emerald @emeraldmarukawa
Enigma @bl_enigma
Equal @equal_BL
Gateau @gateau_comic
Gentosha Comics @gentosha_comics
Glish @julian_glish
GUSH @GUSH_info
G-Walk @gwalk_bf
Hanamaru @hanamaruweb
Hanaoto @hanaoto_info
Holly Novels @Hollynovels
Honey Milk @honeymilk_BL
Junet @junet_info
Kachi COMI @kachi_COMI
Karen @kareninfo
LiQulle @OVL_LiQulle
Lynx @lynx_official
Melty Bullet @melty_bullet
Miere @comic_miere
Mike+ @Mikecomics1
Mobile BL Sengen @mobileblsengen
Moment @moment_ed
Omegaverse Project @OMEGAVERSE_P
OnBLUE @onBLUE_ed
OPERA @OPERA_edt
Qpa @Qpa_BLinfo
Reijin @reijin_editor
Rosekey @RosekeyInfo
Ruby Bunko @rubybunko
Rutile @rutile_official
Splush @Splush_info
Tokyo Mangasha (Cab, Fig, @tokyomangasha
Marble, apres)
WEBLink @blink_mgzn
Uvu @bl_uvu
X-BL @XBL_R18
Buku Pintar: Seri Boys Love
oppai ( お っ ぱ い ) 1 harfiah R
payudara 2 BL dada karakter pria
yang biasanya kekar. 3 etimologi dada riba ( リ バ ) 1 abreviasi reversible
pria dalam BL ditulis dengan kanji atau bolak-balik 2 BL pasangan
Buku Pintar: Seri Boys Love
yang tidak/sulit ditentukan posisi sanjisousaku ( 三 次 創 作 ) umum
uke/seme-nya karena dapat ditukar karya fiksi penggemar yang
setiap saat. Lihat juga seke berdasarkan karya nijisousaku
Kotak Saran
Sebenarnya di tengah proses menulis buku ini pun saya mendapat
beberapa request dari teman-teman seperti tentang referensi
kehidupan gay di Jepang itu sendiri atau mitos-mitos yaoi yang tidak
sesuai dengan realita. Namun sayang sekali meski energi dan kemauan
untuk 500 halaman pun masih ada, keterbatasan waktu tidak
mengizinkan saya untuk mengulas semuanya dalam edisi ini.
Tapi jangan kecewa dulu! Seri ini tidak akan berhenti sampai di sini
(insya allah)saja karena saya pun masih punya banyak sekali
pengetahuan BL yang ingin saya bagikan. Untuk perbaikan ke
depannya, saya menerima saran dan request topik macam apa yang
enaknya dibahas di edisi selanjutnya. Permintaan bisa dikirim kapan
saja ke kalengjelek@yahoo.co.jp (kalau twitter nanti tenggelem)
Semua bentuk saran disambut dengan senang hati, tapi jangan marah-
marah ya :‖)
Kalengjelek
Twitter: @kalengjelek