A. Genealogi
Ibrahim merupakan putra Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra'u
bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Al-Hafidz ibnu
Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung nabi Ibrahim bernama Amilah.
Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama Buna binti
Karbina bin Kartsi, yang berasal dari Bani Arfakhsyad.
Azar memiliki tiga putra: Ibrahim, Haran, dan Nahor. Ibrahim dilahirkan
di sebuah wilayah bernama Faddam Aram, yang terletak di kerajaan Babilonia.
Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-
Kahiliy bahwasanya nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan." Ibrahim
memiliki dua putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Ismail dan nabi
Ishaq, sementara nabi Ya'qub merupakan cucu Ibrahim. Haran juga memiliki
seorang putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Luth.
Ketika Sarah hendak ditawan raja Mesir untuk dijadikan selir, Allah
memberi perlindungan kepada Sarah sehingga raja Mesir tidak dapat
menjadikan Sarah sebagai selir. Setelah menyadari bahwa Allah telah
menghadirkan berbagai azab yang menimpa diri raja Mesir berkenaan dengan
Sarah yang merupakan istri Ibrahim, ia mengembalikan Sarah kepada Ibrahim;
kemudian raja Mesir menghadiahkan Hajar sebagai budak untuk Sarah sebagai
penebusan dosa. Hajar adalah seorang permaisuri kerajaan Mesir.
Para istri Ibrahim dan anak-anak yang dilahirkan oleh mereka adalah
sebagai berikut:
Sarah: Ishaq
Hajar al-Qibthiyah al-Mishtiyah: Ismail
Qanthura binti Yaqthan: Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan
Syuh.
C. Mukjizat
1. Melihat burung dihidupkan kembali
— Al-Baqarah 2:260
— Al-Anbiya' 21:69
Ka'ab al-Ahbar meriwayatkan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa
menyalakan api, sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali
yang mengikat dirinya." Sedangkan menurut As-Suddiy, "Saat itu Ibrahim
didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi naungan), sehingga
sewaktu Ibrahim berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman hijau.
Orang-orang melihatnya namun tidak mampu memahami keadaan itu dan
ia pun tidak keluar untuk menemui mereka." Ibnu Majah meriwayatkan
bahwa ketika Ibrahim dilempar ke dalam kobaran api besar; semua hewan
di muka bumi berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang
berusaha membuat api membesar.
Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh Namrudz,
seorang raja bengis yang berkuasa secara absolut dan zalim. Kerajaan itu
mendapat pertanda langka pada bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak
laki-laki perkasa lahir dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan
salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Ketakutan terhadap
kabar ini, maka ada perintah keji supaya bayi laki-laki itu harus dibunuh. Pada
waktu yang hampir bersamaan, Azar merasakan kebahagiaan sekaligus
kekhawatiran karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung
seorang anak, beberapa waktu setelah ia dinobatkan sebagai panglima kerajaan
sehingga Azar diperintah Namrudz supaya kelak menyerahkan bayinya itu.
Kemudian kedua putra Azar, yakni Nahor dan Haran, memberi pendapat
tentang persoalan ini. Haran, sebagai seorang ahli nujum serta memiliki ilmu
nubuat, berpendapat bahwa sang ayah dapat menyerahkan anak itu kepada raja,
sebab Haran meyakini bahwa belum ada pertanda di langit yang gagal;
sekalipun harus diserahkan ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada
keajaiban yang membuat anak itu tetap hidup. Sementara itu, Nahor memberi
saran supaya sang ibu meninggalkan Babilonia untuk sementara waktu,
sehingga sang ayah dapat menyerahkan bayi lain sebagai ganti bayinya. Azar
menerima saran Nahor supaya meninggalkan Babilonia.
Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: "aku tidak suka
kepada yang tenggelam."
— Al-An'am 6:76-78
Inilah daya logika yang Allah karuniakan untuk nabi Ibrahim sehingga
ia menolak agama penyembahan langit yang sedang dipercayai kaumnya.
Ibrahim pun menyadari bahwa Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari,
siang dan malam; juga Yang Menciptakan seluruh makhluk di bumi adalah
Tuhan yang sebenarnya.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang
anak terhadap orang tua serta melalui ucapan yang halus, Ibrahim datang
kepada ayahnya menyampaikan bahwa Allah telah mengutus ia sebagai nabi
dan rasul; serta telah diilhamkan dengan ilmu dan risalah yang tidak dimiliki
oleh sang ayah. Ibrahim mulai berbicara secara lemah lembut kepada ayahnya,
kemudian bertanya apakah gerangan yang menjadi penyebab untuk menyembah
berhala sebagaimana yang diperbuat kaumnya, walaupun berhala-berhala itu
tidak dapat mengaruniakan nasib baik untuk para penyembahnya, tidak pula
dapat mencegah nasib buruk. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa
penyembahan berhala merupakan semata-mata ajaran setan yang memang
menjadi musuh umat manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia mengajak
kepada ayahnya supaya merenungkan dan memikirkan nasihat beserta seruan
untuk meninggalkan berhala-berhala, supaya sang ayah menyembah Allah yang
telah menciptakan umat manusia beserta semua makhluk hidup lain, juga yang
mengaruniakan untuk mereka, rezeki beserta kenikmatan hidup, serta yang telah
mempercayakan bumi beserta segala isinya kepada umat manusia.
— Al-An'am 6:74
I. Perapian Babilonia
Mendengar pernyataan bahwa kelak para penyembah berhala akan
dibakar di Neraka; mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa,
justru mereka beranggapan bahwa ia hendak membakar seluruh orang yang
telah menyembah berhala. Sebagai hukuman atas tindakan terhadap patung-
patung berhala maupun pernyataan ini, mereka hendak membunuh dan
membakarnya. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan
banyak kayu bakar untuk sebuah perapian besar. Kemudian Namrudz, orang
yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala,
menyatakan secara angkuh: "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di
muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada
hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan
bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang
menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian,
bukan orang itu!"
Terdapat banyak orang dari berbagai negeri yang hadir untuk
menyaksikan peristiwa ini, bahwa sebagian besar dari mereka percaya kepada
Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang
turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak
menyerahkan kepada Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak
menuruti perintah Namrudz, ia menjawab: "Bukankah aku pernah mengatakan
bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang
tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan
bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka
menjawab: "Memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah
Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku"
mereka pun bertanya: "Apakah kamu percaya kepada Tuhannya Ibrahim?"
Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia
mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh
perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari
perapian. Haran menjawab: "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian
tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama aib
ini; akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat sehingga Ibrahim berhasil
selamat maka aku akan datang dan memeluknya."
Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir
untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri
menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang
Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku, sebab selama ini
Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut bahwasanya segala
penyelamatan hanya berasal dari Dia; sekalipun aku harus mati, maka aku
bersedia jika hal itu yang Dia kehendaki" lalu malaikat tersebut beranjak pergi.
Allah turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa banyak
manusia di muka bumi pada zaman itu memiliki satu pemikiran dari satu sudut
pandang terhadap peristiwa perapian ini, maka Allah hendak melaksanakan
ketetapan kepada pikiran orang-orang tersebut dengan menampakkan berbagai
hal berbeda dalam penglihatan mereka; yang kemudian satu umat dan satu
bangsa di bumi menjadi berbagai bangsa yang memiliki pendirian dan pola pikir
yang berbeda. Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika
Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap
Ibrahim, maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat
berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.
J. Ibadah Qurban
Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa, Allah hendak
menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah
mimpi tentang penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim, yang telah berhasil
menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali tidak berubah sewaktu
menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk
melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon
keringanan dari Allah tentang perintah ini melainkan ia melaksanakan
sebagaimana yang Allah perintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan putranya
untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan
persetujuan dari sang putra. Ibrahim berkata: "Wahai putraku, sesungguhnya
aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab: "Wahai ayahku,
laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah,
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala putranya
telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk
menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan
tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia
melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba
yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah. Kemudian
Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti
putranya. Sumber Alkitabiah menjelaskan bahwa Ishaq adalah putra Ibrahim
yang hendak dikurbankan. Walau demikian, sebagian besar sumber yang
digunakan umat Islam merujuk kepada Ismail.
K. Julukan
Khalilullah adalah julukan istimewa yang Allah berikan untuk Ibrahim
yang bermakna Kesayangan Allah:
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi KesayanganNya.
— An-Nisa 4:125