Anda di halaman 1dari 14

KISAH NABI IBRAHIM AS

Ibrahim merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia bergelar Khalilullah


(Kesayangan Allah). Ibrahim bersama anaknya, Ismail, terkenal sebagai para
pendiri Baitullah. Ia diangkat menjadi nabi yang diutus kepada kaum Kaldān yang
terletak di negeri Ur, yang sekarang dikenal sebagai Iraq. Ibrahim merupakan sosok
teladan utama bagi umat Islam dalam berbagai hal. Ibadah Haji dan penyembelihan
hewan kurban pada Idul Adha merupakan beberapa perayaan untuk memperingati
sikap berbakti Ibrahim terhadap Allah.

Ibrahim termasuk golongan manusia pilihan di sisi Allah, serta termasuk


golongan Ulul Azmi. Nama Ibrahim diabadikan sebagai nama sebuah surah, serta
disebut sebanyak 69 kali di Al-Qur'an.

A. Genealogi
Ibrahim merupakan putra Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra'u
bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Al-Hafidz ibnu
Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung nabi Ibrahim bernama Amilah.
Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama Buna binti
Karbina bin Kartsi, yang berasal dari Bani Arfakhsyad.

Azar memiliki tiga putra: Ibrahim, Haran, dan Nahor. Ibrahim dilahirkan
di sebuah wilayah bernama Faddam Aram, yang terletak di kerajaan Babilonia.
Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-
Kahiliy bahwasanya nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan." Ibrahim
memiliki dua putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Ismail dan nabi
Ishaq, sementara nabi Ya'qub merupakan cucu Ibrahim. Haran juga memiliki
seorang putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Luth.

B. Para istri Ibrahim

Ketika Sarah hendak ditawan raja Mesir untuk dijadikan selir, Allah
memberi perlindungan kepada Sarah sehingga raja Mesir tidak dapat
menjadikan Sarah sebagai selir. Setelah menyadari bahwa Allah telah
menghadirkan berbagai azab yang menimpa diri raja Mesir berkenaan dengan
Sarah yang merupakan istri Ibrahim, ia mengembalikan Sarah kepada Ibrahim;
kemudian raja Mesir menghadiahkan Hajar sebagai budak untuk Sarah sebagai
penebusan dosa. Hajar adalah seorang permaisuri kerajaan Mesir.

Para istri Ibrahim dan anak-anak yang dilahirkan oleh mereka adalah
sebagai berikut:

 Sarah: Ishaq
 Hajar al-Qibthiyah al-Mishtiyah: Ismail
 Qanthura binti Yaqthan: Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan
Syuh.
C. Mukjizat
1. Melihat burung dihidupkan kembali

Sewaktu Ibrahim telah bertekad memerangi perilaku syirik dan


penyembahan berhala, ia masih ingin meneguhkan keimanan terlebih
dahulu sehingga dapat menenteramkan kalbu. Maka Ibrahim memohon
kepada Allah, agar diperlihatkan kepada dirinya tentang cara Allah
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

"...dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, perlihatkanlah


kepada diriku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah
berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap." Allah berfirman,
"Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu
letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu,
kemudian panggilah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

— Al-Baqarah 2:260

2. Diselamatkan ketika berada di Perapian

Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa ketika Jibril menampakkan diri


kepada Ibrahim di udara, ia bertanya kepada Ibrahim apakah Ibrahim
memerlukan bantuan, kemudian Ibrahim menjawab tidak perlu bantuan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair bahwasanya Malaikat
Ar-Ra'd (malaikat pengatur awan dan hujan) mengatakan: "Kapan saja aku
diperintah, maka aku akan menurunkan hujan" namun Firman Allah hadir
lebih cepat,

"Kami berfirman, "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah


bagi Ibrahim."

— Al-Anbiya' 21:69

Ka'ab al-Ahbar meriwayatkan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa
menyalakan api, sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali
yang mengikat dirinya." Sedangkan menurut As-Suddiy, "Saat itu Ibrahim
didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi naungan), sehingga
sewaktu Ibrahim berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman hijau.
Orang-orang melihatnya namun tidak mampu memahami keadaan itu dan
ia pun tidak keluar untuk menemui mereka." Ibnu Majah meriwayatkan
bahwa ketika Ibrahim dilempar ke dalam kobaran api besar; semua hewan
di muka bumi berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang
berusaha membuat api membesar.

3. Pasir berubah menjadi makanan

Abdur Razzaq meriwayatkan bahwasanya ketika Namrudz memiliki banyak


persediaan makanan, terdapat orang-orang yang hadir untuk memperoleh
kebutuhan makanan, termasuk Ibrahim yang turut hadir. Menurut kitab
"Qashash al-Anbiyaa", pada sebuah hari ketika persediaan makanan telah
habis, Ibrahim mengambil gundukan pasir, yang kemudian berubah menjadi
bahan makanan tatkala ia sampai di rumah.

D. Kelahiran dan masa muda

Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh Namrudz,
seorang raja bengis yang berkuasa secara absolut dan zalim. Kerajaan itu
mendapat pertanda langka pada bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak
laki-laki perkasa lahir dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan
salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Ketakutan terhadap
kabar ini, maka ada perintah keji supaya bayi laki-laki itu harus dibunuh. Pada
waktu yang hampir bersamaan, Azar merasakan kebahagiaan sekaligus
kekhawatiran karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung
seorang anak, beberapa waktu setelah ia dinobatkan sebagai panglima kerajaan
sehingga Azar diperintah Namrudz supaya kelak menyerahkan bayinya itu.
Kemudian kedua putra Azar, yakni Nahor dan Haran, memberi pendapat
tentang persoalan ini. Haran, sebagai seorang ahli nujum serta memiliki ilmu
nubuat, berpendapat bahwa sang ayah dapat menyerahkan anak itu kepada raja,
sebab Haran meyakini bahwa belum ada pertanda di langit yang gagal;
sekalipun harus diserahkan ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada
keajaiban yang membuat anak itu tetap hidup. Sementara itu, Nahor memberi
saran supaya sang ibu meninggalkan Babilonia untuk sementara waktu,
sehingga sang ayah dapat menyerahkan bayi lain sebagai ganti bayinya. Azar
menerima saran Nahor supaya meninggalkan Babilonia.

Ketika telah menempatkan istrinya bersama seorang bidan supaya


berlindung di sebuah gua sampai hari bersalin; Azar mengambil seorang bayi
dari seorang hambanya untuk diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan
bayi dilakukan, Namrudz bergembira sebab ia menyangka ancaman bagi
kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, ketika istri Azar telah mengalami
persalinan, ia bersama seorang bidan merawat bayi yang dinamai Ibrahim.
Setelah beberapa waktu, Ibrahim masih ditempatkan di dalam gua tersebut
supaya menghindari kecurigaan Namrudz. Kemudian Ibu kandung Ibrahim
bersama seorang bidan harus beranjak pergi dalam keadaan berat hati, sehingga
sang ibu menangis seraya berdoa: "Semoga Sang Pelindung selalu
menyertaimu, wahai anakku....." maka Allah mengutus malaikat Jibril supaya
hadir dan merawat Ibrahim.

Haran masih mempercayai pertanda di langit bahwa adiknya masih


selamat, sehingga Haran pergi mendatangi gua yang telah digunakan sebagai
tempat perlindungan. Haran takjub ketika mendapati adiknya, yakni Ibrahim,
telah menjadi seorang anak laki-laki yang dapat berbicara. Haran mengajak
Ibrahim pulang ke negeri Babilonia, namun Ibrahim sempat menolak seraya
menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku telah tersesat
di sebuah tempat yang tidak ia kenal. Pada akhirnya Haran berhasil membawa
Ibrahim ke rumah sang ayah di Babilonia. Ketika Haran mempertemukan
Ibrahim, sang ayah tidak percaya bahwa anak yang diajak Haran merupakan
bayi yang telah ditinggalkan di gua. Ketika Ibrahim ditanyai tentang siapa yang
selama ini memberinya makan, ia menjawab bahwa Yang Maha Pemberi yang
menyediakan makanan untuknya, lalu ia kembali ditanya tentang siapa yang
merawatnya saat sakit, ia menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang
melakukannya, kemudian ketika ditanya tentang siapa yang memberitahunya
tentang jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha
Mengetahui yang mengajarinya. Maka Azar, ayah kandung Ibrahim, merasa
heran dan takjub terhadap Ibrahim. Untuk menghindari kecurigaan Namrudz,
Ibrahim diasuh di rumah Haran yang berada di luar wilayah Babilonia. Di sana
Ibrahim dibesarkan bersama anak-anak Haran yaitu Luth, Sarah dan Milka.

E. Mencari Tuhan yang sebenarnya

Ketika Ibrahim telah beranjak dewasa, ia merasa kehilangan sosok yang


sebelumnya memberi makan dan perlindungan untuk dirinya, terlebih ia telah
mendapati banyak orang yang merupakan para penyembah berhala tetapi
Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung berhala adalah dewa; sehingga
Ibrahim berniat untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya. Maka Ibrahim
memilih untuk berpindah ke rumah nabi Nuh selama beberapa waktu. Beberapa
waktu kemudian, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat jawaban
yang memuasakan dalam pencariannya; walau demikian, Ibrahim pulang
sambil memperoleh berbagai ilmu maupun risalah berharga dari nabi Nuh.
Tatkala Ibrahim kembali ke rumah Azar, ayah kandungnya, ia sering mendapati
sang ayah sedang membuat patung-patung serta meletakkan makanan di depan
patung-patung itu sehingga menyebabkan Ibrahim bertanya-tanya tentang
perilaku sang ayah. Mendapati jawaban bahwa sang ayah menyembah patung
lantaran tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tradisi ini namun sang ayah
membiarkan Ibrahim. Pada zaman Ibrahim, sebagian besar orang di
Mesopotamia beragama politeisme, yakni sebuah tradisi penyembahan kepada
lebih dari satu sembahan, baik sembahan-sembahan yang dianggap berada di
muka bumi maupun sembahan-sembahan yang dianggap berada di langit, dan
orang-orang tersebut membuat berbagai patung sebagai perlambangan
sembahan-sembahan itu. Nahor menyatakan bahwa di langit ada berbagai
sembahan, namun Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini.

Terdapat beberapa ayat yang menjelaskan sebagian kisah tentang


pencarian Ibrahim mengenai Tuhannya:

Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: "aku tidak suka
kepada yang tenggelam."

Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit ia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi


setelah bulan itu terbenam, ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata: "Inilah Tuhanku, ini


yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, ia berkata: "Wahai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan."

— Al-An'am 6:76-78

Inilah daya logika yang Allah karuniakan untuk nabi Ibrahim sehingga
ia menolak agama penyembahan langit yang sedang dipercayai kaumnya.
Ibrahim pun menyadari bahwa Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari,
siang dan malam; juga Yang Menciptakan seluruh makhluk di bumi adalah
Tuhan yang sebenarnya.

F. Berdakwah kepada ayah kandungnya

Ibrahim menganggap bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan


sebelum berdakwah kepada orang lain ialah terlebih dahulu menyadarkan Azar,
ayah kandungnya, sebagai orang yang terdekat kepadanya, juga sebagai
peringatan untuk sang ayah bahwa tindakan menyembah berhala-berhala
merupakan perbuatan sesat yang setara dengan kemusyrikan. Selain itu, Ibrahim
menganggap bahwa sikap berbakti kepada sang ayah mewajibkan dirinya untuk
memberi penerangan supaya menyingkirkan kepercayaan sesat, sehingga sang
ayah mengikutinya dalam beriman kepada Allah, Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang
anak terhadap orang tua serta melalui ucapan yang halus, Ibrahim datang
kepada ayahnya menyampaikan bahwa Allah telah mengutus ia sebagai nabi
dan rasul; serta telah diilhamkan dengan ilmu dan risalah yang tidak dimiliki
oleh sang ayah. Ibrahim mulai berbicara secara lemah lembut kepada ayahnya,
kemudian bertanya apakah gerangan yang menjadi penyebab untuk menyembah
berhala sebagaimana yang diperbuat kaumnya, walaupun berhala-berhala itu
tidak dapat mengaruniakan nasib baik untuk para penyembahnya, tidak pula
dapat mencegah nasib buruk. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa
penyembahan berhala merupakan semata-mata ajaran setan yang memang
menjadi musuh umat manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia mengajak
kepada ayahnya supaya merenungkan dan memikirkan nasihat beserta seruan
untuk meninggalkan berhala-berhala, supaya sang ayah menyembah Allah yang
telah menciptakan umat manusia beserta semua makhluk hidup lain, juga yang
mengaruniakan untuk mereka, rezeki beserta kenikmatan hidup, serta yang telah
mempercayakan bumi beserta segala isinya kepada umat manusia.

G. Peringatan terhadap para penyembah berhala

Semasa remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada sang ayah


tentang Tuhan yang sesungguhnya. Walau demikian, ayahnya tetap tak
menghiraukan Ibrahim. Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya: "Terbuat dari
apakah patung-patung ini?" maka ayahnya menunjukkan kayu sebagai bahan.
Ibrahim pun mempertanyakan: "Patutkah kayu disebut sebagai sembahan?
benda mati yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari pertanyaan-
pertanyaan lain, Azar menyuruh Ibrahim menjual patung-patung. Tetapi
didasari iman dan tauhid yang telah Allah ilhamkan, Ibrahim menyadari kesia-
siaan patung berhala sehingga ia justru berdakwah kepada banyak orang tentang
betapa tak berdaya patung buatan ayahnya: "Siapakah yang mau membeli
patung-patung diam dan tidak berguna ini?" melalui berbagai cara, Ibrahim
berusaha menyadarkan tentang kesia-siaan patung berhala, juga Ibrahim
berupaya menyebarkan dakwah tentang Tuhan yang sesungguhnya.

Sewaktu mendapati Azar, ayah kandungnya, tetap tidak mau


meninggalkan penyembahan patung berhala kayu, Ibrahim merasa sedih dan
ingin menyadarkan sang ayah tentang kekeliruan ini. Ibrahim berusaha
memperingatkan secara berulang-ulang, hingga Ibrahim menyatakan:
"Sekiranya kayu memang sembahan, bukankah api dapat menghanguskan
kayu? sekalipun api dianggap sebagai sembahan, maka air dapat memadamkan
dan melenyapkan api; meskipun air dianggap sebagai sembahan, maka air akan
lenyap diserap oleh tanah; sekalipun tanah dianggap sebagai sembahan, maka
matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus; sekalipun matahari
bersinar terang, tidaklah itu patut dianggap sebagai sembahan sebab matahari
akan kehilangan cahaya karena awan yang bergumpal-gumpal dan lenyap
dalam kegelapan malam lalu tergantikan sinar bulan dan bintang-bintang;
Awan-awan ataupun malam tidaklah patut dianggap sebagai sembahan; apakah
sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan menghilang dalam waktu
tertentu pula, sementara umat manusia beserta segala makhluk di bumi selalu
hidup dan hadir setiap waktu? Bukankah Yang telah Menciptakan langit dan
bumi beserta segala hal yang berada antara keduanya merupakan Tuhan yang
sesungguhnya? kiranya kamu mau merenungkan."

Ibrahim berseru kepada kaumnya: "Apapun yang kalian sembah itu


adalah segala yang kubenci selain Tuhannya alam semesta, Dialah yang
menciptakan diriku dan membimbing diriku, sebab Dialah yang menciptakan
sesuatu berdasar TujuanNya dan KehendakNya, Dialah yang menghadirkan
kebenaran kepadaku melalui pendengaranku, sebab semula aku hanya ciptaan
yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang menampakkan cahaya
yang menerangi supaya aku mengetahui jalan yang harus kutempuh karena aku
hanyalah ciptaan yang tersesat di antara bumiNya dan langitNya, Dialah yang
selalu hadir untukku sebab Dialah yang menyediakan segala hal untuk kumakan
dan kuminum, Dialah yang menghidupkan orang yang mati untuk Dia dan yang
mematikan orang yang hidup tanpa Dia. Aku sendiri tidak mengetahui untuk
apa aku dihidupkan maka tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan
apapun yang diperintahkan oleh Sang Pencipta yang menghidupkan diriku, dan
aku pun bersedia mati, sekiranya Dia pula yang menghendaki hal tersebut. Lalu
patutkah aku bersujud memuja benda-benda yang kalian serukan itu daripada
menyembah Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan
cara demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya; walau mereka
mengabaikan berbagai seruan Ibrahim; bahkan mereka tetap berkeras
meneruskan penyembahan berhala.

Sewaktu telah memperoleh berbagai risalah Allah, Ibrahim tetap


bertekun dalam menyampaikan berbagai dakwah menentang tindakan
penyembahan berhala yang berlangsung di tengah-tengah kaumnya; hingga
ketika Ibrahim menyadarkan ayah kandungnya beserta kaumnya, tentang
kesesatan penyembahan berhala:

"...dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, "Patutkah


kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku
melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

— Al-An'am 6:74

H. Perlawanan menghadapi kaum penyembah berhala


Sewaktu Ibrahim telah menyadarkan kesesatan berbagai jenis
penyembahan berhala, juga berbagai dakwahnya telah tersebar ke berbagai
negeri; Namrudz, yang telah mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi,
memerintahkan seluruh rakyatnya datang membawa banyak batu dan patung
untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat
berhala khusus sehingga seluruh orang di negeri itu diajak bersatu sebagai
sebuah kaum penyembah patung berhala agar orang-orang tersebut
menganggap segala jenis ibadah yang tidak menyembah patung berhala sebagai
ibadah menyimpang. Ketika mendapati berbagai patung berhala dijadikan
sebagai sembahan, maka Ibrahim bertekad untuk Allah, sewaktu berjihad
meremukkan berbagai patung berhala sebagai bentuk perlawanan terhadap
kesesatan serta kebodohan di tengah-tengah kaumnya, serta membuktikan
bahwa patung batu hanyalah benda mati yang tidak dapat bertindak apapun
untuk para penyembahnya. Ibrahim datang untuk meruntuhkan segala patung
batu yang berada di Babilonia terkecuali sebuah patung terbesar yang dianggap
sebagai sembahan paling hebat bagi kaumnya.

Mendapati terdapat batu-batu yang remuk beserta puing reruntuhan di


tempat berhala mereka, para penyembah berhala merasa marah, kemudian
mereka hendak menghukum orang yang melakukan tindakan ini. Ibrahim; yang
dikenal berani menentang penyembahan berhala, dipanggil untuk dihakimi.
Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap
sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" ia menjawab: "Sebenarnya patung
terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu jika
memang dapat berbicara." mereka pun mulai tersadar, lalu ia mengatakan:
"Sesungguhnya kalian memang orang-orang yang zalim" lalu dengan kepala
tertunduk, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa
berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara." ia berkata: "Lalu
mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah, kalian menyembah
berbagai sembahan yang tidak sedikit pun dapat mengaruniakan manfaat, tidak
pula menimpakan nasib buruk untuk kalian? sekiranya kalian tidak
menghentikan tindakan semacam ini, tentulah Tuhanku kelak membakar kalian
di Neraka.

I. Perapian Babilonia
Mendengar pernyataan bahwa kelak para penyembah berhala akan
dibakar di Neraka; mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa,
justru mereka beranggapan bahwa ia hendak membakar seluruh orang yang
telah menyembah berhala. Sebagai hukuman atas tindakan terhadap patung-
patung berhala maupun pernyataan ini, mereka hendak membunuh dan
membakarnya. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan
banyak kayu bakar untuk sebuah perapian besar. Kemudian Namrudz, orang
yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala,
menyatakan secara angkuh: "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di
muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada
hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan
bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang
menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian,
bukan orang itu!"
Terdapat banyak orang dari berbagai negeri yang hadir untuk
menyaksikan peristiwa ini, bahwa sebagian besar dari mereka percaya kepada
Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang
turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak
menyerahkan kepada Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak
menuruti perintah Namrudz, ia menjawab: "Bukankah aku pernah mengatakan
bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang
tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan
bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka
menjawab: "Memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah
Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku"
mereka pun bertanya: "Apakah kamu percaya kepada Tuhannya Ibrahim?"
Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia
mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh
perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari
perapian. Haran menjawab: "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian
tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama aib
ini; akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat sehingga Ibrahim berhasil
selamat maka aku akan datang dan memeluknya."
Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir
untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri
menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang
Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku, sebab selama ini
Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut bahwasanya segala
penyelamatan hanya berasal dari Dia; sekalipun aku harus mati, maka aku
bersedia jika hal itu yang Dia kehendaki" lalu malaikat tersebut beranjak pergi.
Allah turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa banyak
manusia di muka bumi pada zaman itu memiliki satu pemikiran dari satu sudut
pandang terhadap peristiwa perapian ini, maka Allah hendak melaksanakan
ketetapan kepada pikiran orang-orang tersebut dengan menampakkan berbagai
hal berbeda dalam penglihatan mereka; yang kemudian satu umat dan satu
bangsa di bumi menjadi berbagai bangsa yang memiliki pendirian dan pola pikir
yang berbeda. Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika
Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap
Ibrahim, maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat
berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.

Mendapati Ibrahim selamat dari tengah-tengah perapian yang


membara, seketika itu pula Haran bergegas mendekat untuk memeluknya; akan
tetapi Haran seketika mati disambar oleh kobaran api, sebab Haran tanpa
memiliki keimanan sewaktu mendekat kepada api yang dihadirkan Allah
supaya menjadi keselamatan untuk orang yang bersungguh-sungguh
mengimani Allah, yakni Ibrahim. Pada saat semacam ini, muncul banyak
pandangan dalam pengamatan orang-orang yang menyaksikan, sehingga
mereka menyatakan tentang kepercayaan masing-masing akibat munculnya
berbagai pendapat berbeda terhadap kejadian ini. Orang-orang yang saling
bersepakat tentang pandangan serupa; kemudian membentuk sebuah kelompok
tersendiri untuk membantah serta berselisih dengan pihak yang berseberangan
pandangan; disebabkan mereka saling berkeras pada pendapat masing-masing
dan mereka mendengki untuk menerima kebenaran dari pihak lain, termasuk
untuk menerima kebenaran bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim
sewaktu menghadapi perapian. Sebagian besar orang berpegang pada pendapat
masing-masing serta tidak mengakui satu sama lain bahkan mereka enggan
mengakui Allah. Walaupun orang-orang tersebut mengakui kebenaran ajaran
Ibrahim di dalam hati, mereka memiliki kedengkian serta tidak mau
menanggung rasa malu. Sejak saat itulah terdapat banyak kelompok orang yang
saling menjauh berpencar dari tempat perapian ini, kemudian mengada-adakan
bahasa dan budaya serta bentuk kepercayaan yang dianggap oleh masing-
masing sebagai hal paling benar. Kemudian terdapat tujuh puluh bahasa di muka
bumi. Di antara banyak manusia yang menghendaki hawa nafsu serta
kepercayaan masing-masing, Ibrahim maju seraya menyatakan bahwa ia hanya
beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah.
Maka Allah memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia
pilihan Allah, sehingga Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang
mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-
orang yang saling berselisih: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian
sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi
kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian
kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain,
dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang
membela kalian.

J. Ibadah Qurban

Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa, Allah hendak
menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah
mimpi tentang penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim, yang telah berhasil
menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali tidak berubah sewaktu
menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk
melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon
keringanan dari Allah tentang perintah ini melainkan ia melaksanakan
sebagaimana yang Allah perintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan putranya
untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan
persetujuan dari sang putra. Ibrahim berkata: "Wahai putraku, sesungguhnya
aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab: "Wahai ayahku,
laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah,
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala putranya
telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk
menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan
tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia
melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba
yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah. Kemudian
Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti
putranya. Sumber Alkitabiah menjelaskan bahwa Ishaq adalah putra Ibrahim
yang hendak dikurbankan. Walau demikian, sebagian besar sumber yang
digunakan umat Islam merujuk kepada Ismail.

Atas pengabdian sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim, serta


menyampaikan kabar bahwa Ishaq merupakan nabi yang termasuk golongan
saleh, demikian pula Ya'qub sebagai penerus, sehingga Allah mengistimewakan
ketiga sosok ini dengan buah tutur serta gelar terbaik di antara umat manusia
yang pernah ada. Ibrahim masih hidup untuk mendidik cucunya, Ya’qub, serta
memberkati sang cucu. Sebelum meninggal dunia, Ibrahim bersyukur kepada
Allah, kemudian Ibrahim mengumpulkan putra-putranya untuk mewariskan
agama kepada putra-putranya beserta kepada Ya’qub.

K. Julukan
Khalilullah adalah julukan istimewa yang Allah berikan untuk Ibrahim
yang bermakna Kesayangan Allah:
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi KesayanganNya.
— An-Nisa 4:125

Anda mungkin juga menyukai