Tugas Akhir Hafizh Bayu Daniswara
Tugas Akhir Hafizh Bayu Daniswara
i
LEMBAR PENGESAHAN
(0515040049
STUDI KASUS : PERUSAHAAN SEMEN DI JAWA TIMUR )
iii
Halaman ini sengaja di kosongkan
i
v
Halaman ini sengaja di kosongkan
ii
Analisis kebakaran pada Electrical Room menggunakan Metode
FTA dan perancangan sistem proteksi aktif serta identifikasi
Potensi kebakaran dengan Infrared Thermography Test
RINGKASAN
Electrical Room merupakan ruangan yang berisi Panel – Panel listrik yang melayani
suplay listrik ke suatu bangunan, unit kantor, ataupun mesin mesin berukuran besar. Electrical
Room yang menjadi objek penelitian penulis merupakan Electrical Room yang melayani suplay
listrik ke Unit stasiun kerja pengemasan semen. Dimana di dalamnya terdapat 10 mesin
pengemasan semen. Pada saat setelah Electrical Room terbakar, Stasiun kerja pengemasan
semen ini Berhenti selama 10 hari. Hal itu mengakibatkan distribusi semen ke pelanggan
menjadi terganggu. Total kerugian selama satu hari untuk satu stasiun kerja bisa mencapai
1150 ton. Kerugian seperti ini tidak bisa tergantikan. Selain itu di dalam Electrical Room yang
terbakar ini belum ada sostem proteksi aktif seperti Integrated Sistem.
Berdasarkan masalah tersebut maka perlu di lakukan evaluasi terhadap Electrical Room.
Metode FTA di gunakan oleh penulis untuk menentukan root cause dan menganalisa
kebakaran pada Electrical Room. Setelah root cause dapat di tentukan, maka penulis akan
membuat rekomendasi berupa perancangan Sistem proteksi kebakaran aktif (integrated
system) untuk mencegah kebakaran secara dini. Dan secara tidak langsung, jika terjadi
kebakaran maka kerugian yang di timbulkan tidak terlalu besar. Setelah di lakukan analisa
menggunakan FTA tadi penulis menguji Panel - Panel listrik menggunakan Infrared
Thermography Test. Dengan pengujian ini, di harapkan panel – panel yang terindikasi adanya
penyimpangan dapat segera di lakukan perbaikan agak tidak terjadi kebakaran karena overheat
.
iii
vii
iv
1 DAFTAR ISI
v
2.10Perhitungan Sistem Perpipaan .......................................................... 26
2.11Total Flooding Sistem ...................................................................... 30
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 33
3.1 Tahap Identifikasi Awal ................................................................... 33
3.1.1 Tahap Identifikasi Masalah ..................................................... 33
3.1.2 Penentuan Tujuan, Rumusan masalah, dan Manfaat .............. 33
3.2 Tahap Tinjauan Pustaka ................................................................... 34
3.3 Tahap Pengumpulan Data ................................................................ 34
3.4 Tahap Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 35
3.4.1 Investigasi Kebakaran ............................................................. 35
3.4.2 Analisa Kebakaran .................................................................. 35
3.4.3 Perencanaa sistem proteksi kebakaran aktif ........................... 35
3.4.4 Perancangan Sistem ................................................................ 35
3.5 Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 36
3.6 Skema Metode Penelitian ................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38
vi
DAFTAR TABEL
vii
2 DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Kebakaran tidak memandang apa dan siapa, kebakaran dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja. Kebakaran di Industri dapat merugikan
pengusaha, dan bahkan karyawannya sendiri mengalami kerugian juga.
Menurut data salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi
semen di Jawa Timur tahun 2018 ini telah tercatat ada 23 kejadian
kebakaran di Lingkungan Perusahaan. Kebakaran terbanyak terjadi di area
Coal Mill dan Coal Strorage sebesar 7 Kejadian. Lalu di Area Elecrical
Room, Galleri Belt Conveyor, Dan Tail RKC Masing masing sebanyak 3
Kejadian. Serta Preheater, Storage sekam dan Bahan Ke-3, lalu Burner
RKC masing masing Sebanyak 2 Kejadian. (Sumber: Data Perusahaan).
Kebakaran yang terjadi di Electrical Room pada salah satu perusahaan
semen di Jawa Timur ini cukup mengagetkan banyak pihak. Hal itu di
karenakan letak dari Electrical Room yang terbakar sendiri terletak di area
pengemasan Semen yang cenderung jauh dari bahan yang mudah terbakar,
di bandingkan Electrical Room yang melayani suplay listrik di area coal
Mill. Untuk itu perlu diadakannya proses Investigasi secara mendalam dan
terstruktur. Selain itu, peran Electrical Room di area pengemasan semen ini
sangatlah vital. Proses distribusi juga sempat terhenti selama 10 hari. Hal
ini menyebabkan kerugian release semen sebesar 1.150 ton/hari dari total 8
mesin packing zak dan 2 mesin bilows untuk curah (Sumber : data
perusahaan ). Kerugian yang seperti ini tidak dapat tergantikan, berbeda lagi
dengan kerugian material yang bisa di perbaiki lagi, meskipun biayanya
cukup mahal. Dan menyebabkan distribusi ke masyarakat luas juga
terganggu akibat terhentinya mesin pengemasan di plant 1.
Oleh karena itu, penulis berniat mengangkat tema Tugas Akhir
mengenai kebakaran di Electrical Room ini. Hal ini menarik, karena potensi
pada Electrical Room ini yang sangatlah kecil terjadi kebakaran. Penulis
juga menganalisa hasil investigasi menggunakan metode FTA (Fault Tree
Analysis dan Pengujian Infrared thermography test pada panel di dalam
Electrical Room.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat di buat rumusan masalah
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
didapatkan tujuan sebagai berikut :
1. Menganalisa penyebab kebakaran menggunakan FTA Pada Kebakaran
Electrical Room
2. Merancang sistem proteksi kebakaran aktif pada Electrical Room sebagai
bahan rekomendasi untuk perusahaan
3. Mengidentifikasi Penyimpangan Komponen Panel Berdasarkan Standart
for Infrared Insepction of Electrical System & Rotating Equipment
menggunakan Infrared Thermography test.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis :
a. Untuk mengembangkan Wawasan Penulis dalam perkembangan
Metode FTA dan Pengujian menggunakan Infrared Thermography Test.
b. Untuk mengambangkan ilmu mengenai perancangan sistem proteksi
kebakaran aktif
2. Bagi Perusahaan :
Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan bagi perusahaan dalam
melakukan tindakan Preventif pada Electrical Room di perusahaan.
3
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang di ambil pada penelitian ini adalah :
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. ANALISIS BAHAYA LISTRIK BERDASARKAN PUIL 2011 DAN
PENGUJIAN INFRARED THERMOGRAPHY TEST PADA PANEL
DI PPNS ( POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA )
6
melakukan analisa biaya menggunakan metode pendekatan Benefit Cost
Ratio. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui manfaat yang di peroleh
perusahaan dan berapa biaya yang di keluarkan perusahaan apabila
terealisasi. Sehingga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian
dapat mempertimbangkan biaya yang di keluarkan.
7
terbakar bisa disebabkan karena kabel yang digunakan memiliki
kualitas isolasi yang buruk sehingga kabel cepat panas dan
menimbulkan percikan api atau mcb yang terlalu panas karena
arusnya besar. (alfalah, 2009)
8
terjadinya genangan air.
2.3 Investigasi
Investigasi Kejadian haruslah sesegera mungkin di lakukan
setelah peristiwa terjadi. Semakin lama waktu yang di lewatkan
untuk investigasi maka semakin besar pula resiko yang kita dapatkan
untuk tidak mendapatkan informasi yang akurat dari apa yang terjadi
dan mengapa hal itu bisa terjadi. Ada dua keadaan yang tidak di
rekomendasikan pada saat memberikan pertanyaan pada orang /
pekerja terkait, yaitu :
9
2. Catatan dari hasil wawancara dapat membantu investigator
jika di panggil untuk bersaksi di pengadilan
3. Catatan tertulis merupakan sumber informasi dasar untuk
menulis laporan
10
Gambar 2. 1 Infrared Thermography Test
(Observasi, 2018)
11
e. Menekan tingkat kualitas produksi yang cacat akibat kerusakan peralatan,
produk pun konsisten terjaga kualitasnya
(Infraspection, 2008)
Prosedur dalam melakukan inspeksi peralatan :
a. Peralatan yang akan di inspeksi harus teraliri arus listrik dan beban tidak
boleh berlebih, dan idealnya pada kondisi sebagaimana semestinya
b. Obyek yang akan di inspeksi harus bebas dari suatu hal yang menghalangi
objek tersebut, perhatikan juga kemungkinan kemungkinan bahayanya
sebelum memindahkan penghalang tersebut.
12
e. Gunakan daftar peralatan pengguna alat yang akan di inspeksi untuk
memudahkan dalam menginspeksi peralatan
(firstout, 2019)
13
2.5 FTA (Fault Tree Analysis)
Fault Tree Analysis adalah suatu analisis pohon kesalahan secara
sederhana yang dapat diuraikan sebagai suatu teknik analitis . Sumber-
sumber kecelakaan kerja dari hasil analisis digambarkan dalam bentuk
model pohon kesalahan (fault tree). (Kristiana & Tanuwijaya, 2018) Fault
Tree Analysis merupakan sebuah Analytical tool yang menerjemahkan
secara grafik kombinasi-kombinasi dari kesalahan yang menyebabkan
kegagalan dari sistem. Teknik ini berguna mendeskripsikan dan menilai
kejadian di dalam sistem. (Kristiana & Tanuwijaya, 2018) FTA
menggunakan dua simbol utama yang disebut Events dan gates. FTA
menggunakan dua simbol utama yang disebut Events dan gates.
14
expanded Event adalah undesired Event dan diletakan pada
bagian atas fault tree.
2.5.2 Simbol Pada FTA
A. Event Simbol
B. Gate Simbol
(Vesely, 1981)
FTA di gunakan untuk menemukan Minimal Cut Sets.
Minimal cut set adalah seluruh kombinasi dari kegagalan yang
dapat menyebabkan kecelakaan yang juga biasa disebut dengan top
Event. Minimal cut set sangat berguna untuk menentukan tingkatan
dimana kecelakaan dapat terjadi. Cut set sendiri berarti suatu
kombinasi kegagalan dari FTA yang dapat menyebabkan top Event
tersebut terjadi.
16
6. Periksa apakah model FT sudah benar, lengkap, dan akurat
mencerminkan desain sistem.
7. Ubah FT jika diperlukan selama validasi atau karena perubahan
desain sistem.
8. Dokumentasikan seluruh analisis dengan data pendukung. Berikan
sebagai produk pelanggan atau disimpan untuk referensi di masa
mendatang.
(Ericson, 2005)
Cut Sets :
A : Tingkat 1
B,D : Tingkat 2
C,D : Tingkat 2
17
1. Kelas A : Kebakaran pada benda padat kecuali logam (Kayu, arang,
kertas, plastic, karet, kain dan lain-lain). Kebakaran kelas A dapat
dipadamkan dengan air, pasir/tanah, APAR dry chemical, APAR foam,
dan APAR HCFC.
2. Kelas B : Kebakaran pada benda cair dan/atau gas (bensin, solar,
minyak tanah, aspal, alkohol, elpiji, dan sebagainya). Kebakaran kelas
B dapat dipadamkan dengan pasir/tanah (untuk area kebakaran yang
kecil), APAR dry chemical, APAR CO2, APAR foam, dan APAR
HFCF. AIR TIDAK BOLEH DIPERGUNAKAN! Cairan yang terbakar
akan terbawa aliran air dan menyebar.
3. Kelas C : Kebakaran pada peralatan listrik bertegangan. Kebakaran
kelas ini biasanya terjadi akibat korsleting listrik sehingga menimbulkan
percikan api yang membakar benda-benda di sekitarnya. AIR TIDAK
BOLEH DIPERGUNAKAN! Air adalah konduktor (penghantar listrik)
dan akan menyebabkan orang-orang yang berada di area tersebut
tersengat listrik. Kebakaran kelas C dapat dipadamkan dengan APAR
dry chemical, APAR CO2, dan APAR HCFC.
4. Kelas D : Kebakaran yang terjadi pada bahan logam (magnesium,
almunium, kalium, dan sebagainya). Kebakaran kelas ini sangat
berbahaya dan hanya dapat dipadamkan dengan APAR sodium chloride
dry powder. Air dan APAR berbahan baku air sebaiknya tidak
digunakan, karena pada kebakaran jenis logam tertentu air akan
menyebabkan terjadinya reaksi ledakan
18
Gambar 2. 4 diagram Integrated sistem
(Depnakertrans, 2000)
19
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur
ruangan per satuan waktu yang disebabkan oleh kebakaran. Detektor
tersebut bekerja bila temperatur ruangan naik dengan kecepatan
150F/menit (8,30C/menit) atau juga dengan kecepatan 270F/menit
(150C/menit).
c. Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperatur (Rate of Rise
Temperature Detector)
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur
ruangan per satuan waktu yang disebabkan oleh kebakaran. Detektor
tersebut bekerja bila temperatur ruangan naik dengan kecepatan
150F/menit (8,30C/menit) atau juga dengan kecepatan 270F/menit
(150C/menit).
d. Detektor kombinasi (Combination of Rate of Rise and Fixed
Temperature Detector)
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur
dan atau batas temperatur maksimum yang diterapkan.
B. Detektor Asap
Detektor asap adalah Detektor yang bekerja berdasarkan batas
konsentrasi asap tertentu. Detektor asap terdiri dari :
a. Detektor asap optic adalah Detektor yang bekerja dengan prinsip
berkurangnya cahaya pada konsentrasi tertentu.
b. Detektor asap ionisasi adalah Detektor yang bekerja dengan prinsip
berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada konsentrasi tertentu.
Tabel 2. 3 Faktor pengali Detektor
(Depnakertrans, 2000)
20
C. Detektor Nyala Api
Detektor nyala api adalah Detektor yang bekerja
berdasarkan radiasi nyala api. Detektor jenis ini terdiri dari :
a. Detektor nyala api UltraViolet (UV) yaitu Detektor yang bekerja
terhadap gelombang UV dibawah 40000A.
b. Detektor nyala api Infra Merah (IM) yaitu Detektor yang bekerja
terhadap gelombang infra merah diatas 70000A.
D. Detektor Gas
Detektor gas adalah Detektor yang bekerja berdasarkan gas
yang timbul akibat kebakaran atau gas lainnya yang mudah
terbakar
2. Alarm
Alarm kebakaran adalah komponen dari integrated system
yang memberikan isyarat atau tanda terjadinya suatu kebakaran.
Tujuan pemasangan Alarm kebakaran adalah untuk memberikan
peringatan kepada semua orang akan adanya bahaya kebakaran
sehingga dapat melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan
dalam kondisi darurat dan juga untuk memudahkan petugas
pemadam kebakaran mengidentifikasi titik awal terjadinya
kebakaran (Kepmen PU, 2000). Sesuai dengan cara kerjanya
menurut Permenaker No. Per 02/MEN/1983 Alarm kebakaran
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible Alarm).
b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang
tertangkap pandangan mata secara jelas (visible Alarm)
3. Kontrol panel
Kontrol Panel berfungsi sebagai peralatan pengendali untuk
memproses signal yang akan dating dari detector dan meneruskan
/mengaktifkan Alarm I dan panel pemadam.
4. Storage system
21
Storage system adalah persediaan media pemadam yang
dikemas dalam silinder baja bertekanan.
5. Sistem distribusi
Sistem distribusi yang terdiri dari perpipaan, katup-katup,
dan nozzle – nozzle yang dipilih berdasarkan tekanannya.
2.8 Media Pemadam
Pada dasarnya bahan yang bersifat non flammable dapat
digunakan sebagai media pemadam (fire agent). Secara spesifik media
pemadam dibagi menjadi 3 jenis yaitu jenis gas, cair, dan padat.
1. Media pemadam jenis gas
Media pemadam jenis gas yang biasanya banyak digunakan adalah
- Jenis CO2
- Jenis FM-200
2. Media pemadam jenis cair
Media pemadam jenis cair yang biasanya banyak digunakan adalah
- Air
- Media pemadam jenis busa (foam agent)
3. Media pemadam jenis padat
Media pemadam jenis padat yang biasanya banyak digunakan adalah
- Media pemadam jenis tepung kimia (dry chemical)
- Media pemadam pasir dan fire blanket
22
Tabel 2. 4 Media pemadam Cleant agent
(NFPA, NFPA 2001 Standar On Clean Agent Fire Extinguishing Systems, 2018)
yang mana akan diukur dimensi masing masing kapasitas atau benda
yang ada di dalam ruang panel tersebut, setelah itu dilakukan
perhitungan spesifik volume dan berat FM200.
23
2. Perhitungan Spesifik Volume dan Berat FM 200
Perhitungan spesifik volume FM 200 dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
Dimana:
S = Spesifik Volume FM 200 (m3/Kg)
t = Temperatur Pada Rungan Yang Dilindungi (oC)
(NFPA, NFPA 2001 Standar On Clean Agent Fire Extinguishing
Systems, 2018)
24
maximum time human exprosure nya adalah 5 menit dan durasi
tersebut masi aman untuk manusia. Berdasarkan teori fenomena
kebakaran, api akan mengalami fase penyalaan sampai dengan
pertumbuhan api dalam waktu 3 sampai 10 menit, sehingga dengan
waktu 5 menit diperkirakan api dapat dipadamkan. Dalam
perancangan ini menggunakan low pressure total flooding system
dimana tekanan tabung sebesar 360 psia, maka discharge rate
(Minimum flow rate) dapat diketahui dengan membagi quantity FM-
200 yang dipersyaratkan (kg) dan durasi maksimal pemadaman
(TL). Berikut adalah rumus perhitungan Minimum flow rate total
flooding system :
𝑤(𝑘𝑔)
𝑄𝑓 = (𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑) (2. 4)
𝑡𝑙
5. Discharge nozzle
Discharge nozzle dalam system pemadam kebakaran adalah
untuk mendistribusikan clean agent dengan seragam (sama), sesuai
dengan pola dan konsentrasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Nozzle dirancang untuk memancarkan debit clean agent dalam
durasi minimal 10 detik atau sesuai dengan batasan waktu (durasi)
yang telah ditentukan. Selain itu nozzle juga diharapkan dapat
meproteksi area dari bahaya kebakaran dan memadamkan nyala api.
Yang perlu diperhatikan ketika akan memasang nozzle antara lain:
karakterisitik aliran fluida, area yang akan diproteksi, batas
ketinggian dan tekanan Minimum serta material discharge nozzle
harus dari bahan yang bersifat corrosion resistant. Discharge nozzle
tersedia dalam ukuran 3/8” – 2”(10 mm – 50 mm). Setiap nozzle
tersedia dalam 1800 – 3600 pola debit (spray angle). Kebutuhan
jumlah nozzle dapat diketahui dengan cara luas area yang diproteksi
dibagi dengan luas pancaran nozzle. Perhitungan luas area pancaran
nozzle sebagai berikut :
25
Luas area pancaran nozzle = 3.14 x Jari-jari (r) pancaran nozzle
Dimana:
A = Luas pipa (m2)
p = nilai phi (22/7 atau 3,14)
d = diameter lingkaran (m)
𝛾 = 𝜌𝑥𝑔 (2. 7)
Dimana:
γ = spesifik massa FM-200 (N/m)
ρ = massa jenis FM-200 (kg/m)
g = gravitasi (9,8 m/s2)
26
𝑄
𝑉=𝐴 (2. 8)
Dimana :
v = kecepatan aliran fluida FM-200 (m/s)
Q = debit FM-200 yang digunakan (m/s)
A = Luas pipa (m2)
𝜌𝑉𝐷
𝑅𝑒 = (2. 9)
𝜇
𝜇
𝑉= (2. 10)
𝜌
Dimana:
Re = Reyinold Number
V = kecepatan (m/s)
D = diameter pipa (m)
Ρ = massa jenis (kg/m3)
μ = viskositas absolut fluida (kg m/s2/m2)
27
3. Re > 40000 aliran turbulence (partikel fluida bergerak acak dan
berlawanan dengan kecepatan yang berbeda)
e. Friction factor
- Untuk aliran laminar, perhitungan friction factor dapat dihitung
dengan rumus:
16
𝑓 = 𝑅𝑒 (2. 11)
𝑒
Relative Rouhgness = 𝐷 (2. 12)
Dimana :
e = Kekasaran pipa
D = Diameter Pipa
Re = Reynold Number
f = friction factor
28
gesekan pada pipa lurus, sedangkan Head loss Minor adalah
kerugian energi yang disebabkan belokan, percabangan, pembesaran
ataupun penyempitan pipa secara mendadak, valve dan sebagainya.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
𝐿𝑉 2
ℎ𝑓 = 𝑓 (2. 15)
𝐷2𝑔
Dimana:
f : friction factor
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa yang dipakai (m)
v2 : kecepatan (m/s)
g : gravitasi (9,8 m/s2)
𝑉2
ℎ=𝐾 .𝑔 (2. 16)
2
29
Dimana:
h = minor losses (m)
K = nilai factor K
V = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s)
Dimana:
h = Total Head loss(m)
hLT = Head loss Mayor (m)
hL = Total Head Minor (m)
30
Kebakaran dalam satu sekam ini terjadi misalnya ditumpukan
tumpukan buku, kertas-kertas, cotton, textile, dan lain-lain. FM-200
harus dipancarkan dengan cepat dan habis dalam waktu 30 detik.
31
Halaman ini sengaja di kosongkan
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
33
tentukan tujuan dari penelitian sebagai output nya. Output yang
diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat Mencegah kejadian
serupa terulang lagi.
A. Data Primer
Data yang di peroleh dengan pengamatan langsung di lapangan
serta mengukur area Electrical Room dan panel-panel yang ada di
dalam secara langsung. Selain itu data primer juga di peroleh dari
keterangan-keterangan dari Orang di sekitar juga dari pihak HSE
Perusahaan mengenai kronologi kejadiannya.
34
B. Data Sekunder
Data Layout dari Electrical Room itu sendiri dan penempatan
Panelnya. Ini berfungsi untuk mengetahui luas dan mempermudah
Penulis dalam merancang Fire Integrated system.
35
Pada tahap ini dilakukan proses perancangan dan
perletakan sistem proteksi kebakaran otomatik FM-200 agar
kejadian serupa tidak terulang kembali di masa yang akan
datang. Perancangan ini juga memuat rancangan sensor yang
akan digunakan, jenis sensor, dan permodelan sistem proteksi
kebakaran. Perancangan sistem kebakaran aktif ini di gunakan
untuk memproteksi Electrical Room dan penentuan tata letak
sistem proteksi kebakaran. Tahap ini meliputi membuat
rancangan ruang panel dan akan dilengkapi sistem proteksi
kebakaran yang telah disesuaikan, disini juga terdapat proses
perancangan peletakan Detektor serta penataan rancangan
sistem proteksi kebakaran tersebut. Tahap ini meliputi membuat
rancangan ruang panel dan akan dilengkapi sistem proteksi
kebakaran yang telah disesuaikan, disini juga terdapat proses
perancangan peletakan Detektor, serta penataan rancangan
sistem proteksi kebakaran tersebut. Detektor yang digunakan
pada perancangan ini adalah Detektor Asap.
36
Mulai
Data Primer :
Data Sekunder :
1. Dimensi Electrical
Pengumpulan Data 1. Layout Electrical Room
Room
2. Laporan Investigasi
2. Wawancara Langsung
Selesai
37
Halaman ini sengaja di kosongkan
DAFTAR PUSTAKA
38
alfalah, T. s. (2009). ALAT PENCEGAH KEBAKARAN BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51 PADA BOX PANEL KONTROL
LISTRIK. Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1.
Ericson, C. A. (2005). Hazard Analysis Techiques for System Safety. New Jersey:
John Wiley and Sons, inc.
firstout. (2019, 01 10). rescue equipment. Diambil kembali dari firstout rescue
equipment: http://www.firstoutrescue.com/index.php/flir-k45-k55-thermal-
imaging-camera.html
NFPA. (2018). NFPA 2001 Standar On Clean Agent Fire Extinguishing Systems.
39
Usamentiaga, R. (2014). Infrared Thermography for Temperature Measurement
and Non-Destructive Testing. Sensors.
Vesely. (1981). Fault Tree Handbook. U.S: U.S Nuclear Regulatory Comission.
40