Teknik Galangan Kapal
Teknik Galangan Kapal
Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan Progam Diploma Fakultas Teknik
Univesitas Diponegoro
Semarang
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Praktek Galangan Kapal ini. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah banyak membantu
sehingga Makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah Praktek Galangan Kapal ini disusun berdasarkan informasi yang penulis
dapatkan dari hasil Praktek Galangan Kapal di PT. JMI Unit 1 dan Unit 2 serta dari berbagai
referensi yang penulis dapatkan.
Dengan tersusunnya Makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat digunakan
sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulis
mengharapkan bahwa Makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapat
disebut sebagai hasil karya yang digunakan sebagaimana mestinya.
Akhirnya penulis sadar bahwa Makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu demi
kesempurnaan Makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat mengharapkan saran serta
dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengan semua
itu kesempurnaan Makalah ini dapat tercapai.
Penulis
ii | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................ 2
1.5 Waktu & Tempat ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Perusahaan .............................................................................. 3
2.2 Perkembangan Perusahaan .................................................................. 3
2.3 Lokasi Perusahaan ............................................................................... 4
2.4 Visi & Misi Perusahaan ........................................................................ 6
2.5 Sarana & Fasilitas Galangan................................................................. 7
2.6 Pengalaman Pembuatan & Reparasi Kapal ......................................... 10
2.7 Fungsi Kepala Divisi & Kepala Bagian Perusahaan ........................... 12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................... 17
4.2 Pengembangan & Penerapan SMK3 .................................................... 17
4.3 Prosedur SMK3 Galangan ................................................................... 22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 24
5.2 Saran .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26
iii | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
BAB I
PENDAHULUAN
Senin - Jumat Tanggal 16 – 27 Maret 2015 pukul 13.00 – 17.00 di PT. Janata Marina Indah
Unit 1 & Unit 2 Semarang
PT Jasa Marina Indah Semarang berdiri dengan ijin Dirjen HUBLA (Perhubungan
Laut) No. BXXXII-1974 / DJM / 20. Didirikan pada tanggal 7 Pebruari 1977 dengan akte
notaris No. 4 P. Tamara di Jakarta, yang beralamat di jalan Tiang Bendera 82 Jakarta
Barat. Kantor pusat PT. JMI berada di Menara Kadin Indonesia, J1. HR. Rasuna Said
Block X-5 Kav.2-3, Jakarta PT. JMI mempunyai 2 galangan atau shipyard di Semarang,
yaitu :
1. PT. JMI Unit I, yang beralamat di Pelabuhan tanjung emas Jl. Deli no.21 Semarang.
2. PT. JMI Unit II, yang beralamat di Pelabuhan tanjung emas Jl. Yos Sudarso Semarang
Pada awal berdirinya, PT. Jasa Marina Indah melaksanakan perbaikan maupun
perawatan kapal dengan menyewa dock pada perusahaanperusahaan yang berada di Jakarta
dan sekitarnya. Tahun 1981 PT. Jasa Marina Indah mulai membangun dock gali (Graving
Dock) ukuran 90 x 20 x 4,6 m & kemudian pada tanggal 29 Desember 1982 Graving Dock
tersebut diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Soepardjo Roestam dengan nama
Graving Dock "Jasa Marina Indah".
4. Telah menyelesaikan 50 buah kapal dengan ukuran terbesar yang pernah dibangun
awal tahun 2003 ditingkatkan menjadi ISO 9001 : 2008 dengan Badan Akreditasi
Lloyd's Register
Mengakomodasi Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998 & UU PT No. 40 Tahun 2007 yang
menyebutkan nama perusahaan harus mencerminkan bidang usaha, maka diputuskan dalam
RUPS tanggal 16 Juli 2009 nama perusahaan menjadi "PT. Janata Marina Indah"
1. PT. JMI Unit 1, yang beralamat di Pelabuhan Tanjung Emas J1. Deli no.21 Semarang.
2. PT. JMI Unit II, yang beralamat di Pelabuhan Tanjung Emas Jl. Yos Sudarso Semarang
Dari kedua lokasi galangan milik PT. Janata Marina Indah memiliki total area :
c. Luas total Area Gedung dan Shipyard yang dimiliki adalah ±10,4 Ha
Unit I:
Unit II:
1. VISI
Sebagai perusahaan galangan kapal nasional swasta di Indonesia merupakan salah satu
2. MISI
luar negeri, terutama untuk ukuran dan jenis kapal yang sudah mampu dibangun
2.5 Sarana dan fasilitas galangan PT. Janata Marina Indah Shipyard
fasilitas galangan pada medio 1985. Building berth yang merupakan tempat untuk
DWT menjadi 7.000 DWT. Graving dok juga diperpanjang dari ukuran semula 90
Graving dok ini dilengkapi dengan pompa-pompa air untuk memompa air
dari dalam dok. Selain itu juga dibangun bengkel plat, bengkel mesin dan bengkel
listrik. Penambahan mobile crane, wharf crane dan peralatan lainya menjadikan
JMI sebagai galangan pembangun dan perbaikan kapal yang patut diperhitungkan
Peralatan yang dimiliki oleh JMI Unit 1 sudah mampu untuk bersaing
dengan galangan kapal luar negeri yang mempunyai peralatan dan teknologi yang
Tanjung Emas Semarang, dengan kapasitas 4 kali lebih besar dibandingkan dengan
JMI Unit 1.
Menempati areal seluas 8,2 hektar, dok gali di Unit 2 ini sangat strategis bagi
kapalnya. Dok gall di JMI unit 2 akan mampu menampung kapal-kapal besar
berkapasitas hingga 20.000 DWT. Sementara itu Building dock yang telah selesai
DWT.
untuk perawatan terapung sebelum dan sesudah dok serta penyelesaian kapal baru
setelah diluncurkan. Kemudian pada tahun 2013 PT. JMI Unit 2 telah berhasil
menyelesaikan 5 buah kapal tunda/ tug boat dengan panjang (LPP) 26,85 meter
2.6 Pengalaman pembuatan kapal dan reparasi kapal galangan PT. Janata Marina
Indah Shipyard
Sebagai salah satu perusahaan kapal terbesar di Indonesia tentunya sudah banyak
proyek pembuatan kapal baru yang telah dikerjakan oleh PT. Nil baik dari dalam maupun
luar negeri dengan berbagai ukuran dan jenis kapal, selain pembuatan kapal baru pastinya
juga pekerjaan reparasi kapal juga berjalan dengan baik di galangan PT. JMI baik di unit
1 maupun unit 2.
Berikut adalah data kapal bangunan baru dan data kapal repair yang pernah
10 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
8 2 x 2.100 PS Tug Boat 1 14 bulan
9 200 GRT Ferry 1 11 bulan
10 3.650 DWT General Cargo 1 14 bulan
11 3.650 DVVT Semi Container 1 12 bulan
12 4.180 DWT Container 1 15 bulan
13 6.500 LDWT Crude Oil Tanker 1 24 bulan
14 6.500 LTDW W/Product Oil Tanker 2 24 bulan
15 Navigation Vessel Aid Tender 5 10 bulan
16 Navigation Vessel Inspection Boat 2 5 bulan
17 Aluminium Inspection Boat 1 6 bulan
18 Crew Boat 2 6 bulan
19 Landing Craft Transportaion KT 1 12 bulan
20 Tug Boat 5 11 bulan
11 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
8 PT. Kayo Lapis Indonesia - Semarang Kapal Barang, Kapal Tunda
9 PT. Manalagi - Surabaya Kapal Barang
10 PT. Pelayaran Pulau Laut - Jakarta Kapal Barang
11 PT. Pagaruyung Prasetya Lines Kapal Barang
12 PT. Pelayaran Mentes - Surabaya Kapal Cargo
13 PT. Prima Vista - Surabaya Kapal Ferry
14 PT. SPIL - Surabaya Kapal Barang
15 PT. Sultra Lestari lines - Jakarta Kapal Barang
16 PT. Sumber Mas Indah Plywood Kapal Barang
17 PT. Su adaya Lestari Lines - Jakarta Kapal Barang
18 PT. Tanjung Nias Bahari Perkasa - Smg Kapal Barang
19 PT. Tankindo Perdana - Jakarta Kapal Tanker
20 PT. Tirta Kerta Abadi - Jakarta Kapal Tanker
21 PT. Tossa Sakti Samudera Lines - Smg Kapal Tanker
22 PT. Tri Kusuma Graha - Denpasar Kapal Ikan
23 PT. Trihasta Berkah Shipping-Jakarta Kapal Tanker
2.7 Fungsi Kepala Divisi dan Kepala Bagian PT. Janata Marina Indah
12 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
Kepala Departemen Logistik
13 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
Kepala Bagian listrik
14 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
Kepala Bagian Dock
Membantu dan bertanggung jawab pada Divisi Produksi dalam mengurus dan
memimpin pelaksanaan proyek yang dibebankan.
15 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya
kejadian kecelakaaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008). Bahaya adalah segala
sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera
pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan
upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Ramli,
2010).
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum
mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1996). Menurut Sahab (1997) kecelakaan dan penyakit
akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Menurut
Permenaker No. PER. 05/MEN/1996 pasal 1 tentang SMK3 yang dimaksud tempat kerja adalah
setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumbersumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
16 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
BAB IV
PEMBAHASAN
17 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
jalankan sedirian namun harus melibatkan banyak personel yang terdiri dari berbagai
departemen sehingga sebaiknya anggota Tim tersebut terdiri atas seorang wakil dari
setiap unit kerja. Biasanya manajer unit kerja,hal ini penting karena merekalah yang
tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.
2. Peran anggota Tim.
Memberikan masukan dalam pengembangan SMK3
Menjadi agen perubahan sekaligus fasilisator dalam unit kerjanya. Merekalah yang
pertama-tama menerapkan Sistem Manajemen K3 ini di unit-unit kerjanya
termasuk merubah cara dan kebiasaan lama yang tidak menunjang penerapan
sistem ini.
Selain itu mereka juga akan melatih dan menjelaskan tentang standar ini termasuk
manfaat dan konsekuensinya.
Menjaga konsistensi dari penerapan Sistem Manajemen K3,baik melalui tinjauan
sehari-hari maupun berkala.
Menjadi penghubung antara manajemen dan unti kerjanya.
3. Tanggung jawab dan tugas anggota Tim.
Mengikuti pelatihan lengkap dengan standar Sistem Manajemen K3.
Melatih staf dalam unit kerjanya sesuai kebutuhan.
Melakukan latihan terhadap sistem yang berlangsung dibandingkan dengan sistem
standar Sistem Manajemen K3.
Melakukan tinjauan terhadap sistem yang berlangsung dibandingkan dengan sistem
standar Sistem Manajemen K3.
Membuat bagan alir yang menjelaskan tentang keterlibatan unit kerjanya dengan
elemen yang ada dalam standar Sistem Manajemen K3.
Bertanggung jawab untuk mengembangkan system sesuai dengan elemen yang
terkait dalam unit kerjanya. Sebagai contoh,anggota kelompok kerja wakil dari
divisi suber daya manusia bertanggung jawab untuk pelatihan dan seterusnya.
Melakukan apa yang telah ditulis dalam dokumen baik diunit kerjanya sendiri
maupun perusahaan.
Ikut serta sebagai anggota tim audit internal.
Bertanggung jawab untuk mempromosikan standar Sistem Manajemen K3 secara
menerus baik di unit kerjanya sendiri maupun di unit kerja lain secara konsisten
18 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
serta bersama-sama memelihara penerapan sistemnya.Tim SMK3 akan diketuai
dan dikoordinir oleh seorang ketua tim biasanya seorang safety officer atau
coordinator. Di smaping menetapkan ketua tim juga menunjuk
seorang Manajement Representatif yang merupakan bagian dari manajemen dan
di tinjuk oleh Manajemen Puncak.
Di samping itu untuk mengawal dan mengarahkan Tim maka sebaiknya dibentuk panitia
pengarah (Steering Committee),yang biasanya terdari dari para anggota manajemen.
Adapun tugas SC ini adalah memberikan arahan, menetapkan kebijakan, sasaran dan lain-
lain yang menyangkut kepentingan organisasi secara keseluruhan. Dalam proses penerapan
ini maka Tim penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan SC.
4. Tim penunjang.
Jika diperlukan, perusahaan yang berskala besar ada yang membentuk Tim penunjang
dengan tugas membantu kelancaran kerja kelompok kerja penerapan, khususnya untuk
pekerjaan yang bersifat teknis administrative. Misalnya mengumpulkan catatan-catatan
K3 dan fungsi administrative yang lain seperti pengetikan, penggandaan dan lain-lain.
5. Menyediakan Sumber daya
Yang dibutuhkan Sumber daya disini mencakup :
personel,
perlengkapan,
waktu dan
dana.
Personel yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi
diluar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan
adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan
dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah
pentingnya adalah waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang
yang terlibat dalam penerapan,mulai mengikuti rapat, pelatihan,mempelajari bahan-
bahan pustaka,menulis dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit assessment.
Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan sekedar kegiatan yang dapat berlangsung
dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang lebih satu tahun perusahaan
harus siap menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya
dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau beroperasi banyak terserap ke proses
19 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan dan
pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di perlukan adalah dengan membayar
konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi,dan biaya untuk pelatihan
karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen
K3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki.
Sebagai contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan
diatas rata-rata, karena sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang
mengharuskan adanya pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan
tentu harus menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini
harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini
tergantung pada masing-masing perusahaan.
6. Gap analisis
Tim penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk meninjau sistem
yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada
dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan .
Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten prosedur atau
instruksi kerja dari SMK3/ OHSAS 18001 atau PP No 50 Tahun 2012.
Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah menerapkan sebagian atau
seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.
Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan standar
Sistem Manajemen K3 yang dipilih.
7. Pengembangan sistem
Tim SMK3 bersama dengan P2K3 melakukan pengembangan Sistem Manajemen K3
antara lain dokumentasi sistem yang mencakup:
Pembuatan kebijakan K3
Pembuatan Objective dan target
Pembuatan dokumen Risk Assessment
20 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
Melakukan identifikasi dan evaluasi pertauran dan perundangan terkait dengan
kesehatan keselamatan kerja
Pembuatan prosedur, formulir dan Instruksi kerja
8. Sosialisasi dan penerapan sistem
Dengan terbangunnya Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja/ SMK3 di
tandai semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota Tim kembali ke masing-
masing bagian untuk melakukan sosialisasi dan menerapkan sistem yang telah di
tetapkan. Adapun cara penerapannya adalah:
Anggota Tim mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan mengenai isi
dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan
masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis operasional.
Bekerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba menerapkan hal-hal yang
telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang dijumpai harus dicatat sebagai
masukan untuk menyempurnakan system.
Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti
pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan system
ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai
efektif tidaknya system yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah
termasuk waktu yang digunakan untuk menyempurnakan system dan
memodifikasi dokumen.Dalam praktek pelaksanaannya, maka tim tidak harus
menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup
salah satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai dikerjakan.
Sementara proses penerapan sistem berlangsung, kelompok kerja dapat tetap
melakukan pertemuan berkala untuk memantau kelancaran proses penerapan
system ini. Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan dengan
baik maka proses system ini relative lebih mudah dilaksanakan. Penerapan sistem
ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit internal.
Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk
rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan
sistem serta modifikasi dokumen.
21 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
4.3 Prosedur SMK3 di Galangan Kapal
Prosedur k3 pada galangan kapal merupakan aspek yang sangat penting dari
profil seluruh pekerjaan seorang karyawan galangan kapal. Kondisi kesehatan keselamatan
para pekerja galangan kapal juga mempunyai berbagai resiko bahaya dengan berbagi
potensi fatal jika prosedur keselamatan dan kesehatan tidak di perhatikan . Untuk
memastikan keselamatan pekerja pada galangan kapal sudah menjadi tanggung jawab
semua orang yang bekerja di daerah tersebut dan Metode atau pedoman yang dapat
diterima untuk menyelesaikan prosedur dan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja ini
di lakukan sesuai pedoman OSHA dan standar maritim secara umum.
Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu memastikan
keselamatan dan kesehatan kerja pada galangan kapal antara lain adalah:
1. Medical Qualifications
Menetapkan prosedur dan inspeksi keselamatan yang dirancang untuk memastikan
personel atau karyawan secara fisik sebagai persyaratan terhadap karyawan dengan
berbagai perlindungan dari berbagai paparan bahaya di daerah galangan kapal. Metode
pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan catatan tenaga medis. Pemeriksa harus
menentukan apakah evaluasi medis periodik telah dilakukan dengan benar, Kemudian
memberikan pengarahan sepenuhnya terhadap bahaya kesehatan yang berhubungan
dengan tugas-tugas mereka.
2. Worksite Safety
Dalam galangan kapal, ada beberapa lingkungan kerja berbahaya yang dapat karyawan
hadapi. Inspeksi keselamatan harus menentukan apakah karyawan dilatih mengenai
bahaya spesifik yang terkait dengan pekerjaan mereka. Bahaya tersebut antara lain
adalah bekerja di ketinggian, bahaya jatuh, bahaya lingkungan dan bahaya
menggunakan alat. Pemeriksa harus melalui prosedur catatan pelatihan, memastikan
jika pekerja memiliki masalah keamanan, dan pemeriksaan onsite lengkap dari situs
kerja. Prosedur ini dipastikan harus sesuai dengan peraturan k3 yang telah
diberlakukan.
3. Hazard Elimination
Inspeksi protokol harus memeriksa prosedur mitigasi tentang bahaya galangan.
Galangan kapal harus memiliki prosedur yang jelas untuk mengidentifikasi pekerja
terhadap berbagai bahaya yang ada, dan bagaimana bahaya tersebut ditanggulangi dan
22 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
dikendalikan. Pengendalian bahaya tersebut melalui perencanaan formal dan prosedur
mitigasi atau penghapusan kondisi berbahaya. Karyawan harus benar-benar dilatih
tentang prosedur pelaporan keselamatan bahaya resmi.
4. Subcontractors
Prosedur ini diperlukan untuk memastikan subkontraktor yang bekerja di galangan
kapal dapat memenuhi persyaratan keselamatan yang sama. Karyawan Subkontraktor
harus dilatih dan memiliki pemahaman tentang bahaya yang terkait dengan tempat
kerja. Meskipun tidak dipekerjakan oleh galangan kapal, subkontraktor juga
mempunyai hak yang sama terhadap pemahaman bahaya keselamatan dan kesehatan
pada lingkup galangan kapal seperti karyawan resmi lainnya. Prosedur ini harus
memastikan subkontraktor telah memiliki catatan tertulis terhadap standar keselamatan
kesehatan kerja pada galangan tersebut . Dokumentasi yang dibutuhkan meliputi
pelatihan keamanankaryawan, catatan medis dan, dan penggunaan alat pelindung diri.
23 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Seperti yang telah diuraikan diatas dengan menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan unsur manajernent dan lingkungan kerja
yang terpadu, diharapkan akan mengurangi jumlah kecelakaan kerja di tiap -tiap unit kerja.
Maka dari itu komitmen penerapan langkah-langkah K3 harus dilakukan oleh semua
elemen yang terlibat di galangan kapal termasuk atasan ataupun pekerja
perusahaan.Kesimulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pembahasan masalah di
PT Janata Marina Indah bagian bengkel repair di galangan kapal adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Resiko Penilaian resiko ada aktivitas kerja dengan tingkat resiko dari yang
tertinggi sampai terendah adalah proses pemeriksaan dan perbaikan plat lambung kapal,
pembersihan badan kapal, pengecatan badan kapal, pemeriksaan kelistrikan, pemeriksaan
las-lasan, pemeriksaan perpipaan dengan.
2. Dari hasil identifikasi bahaya dengan menggunakan metode job safety analysis, dapat
diketahui penyebab kecelakaan kerja di bengkel repair galangan kapal yaitu:
Banyaknya perlatan yang bahaya di bengkel repair jika penggunan yang belum terlatih
atau tidak berpengalaman
Banyaknya para pekerja bengkel repair yang tidak menggunakan APD saat melakukan
proses pengerjaan
Kurang fokusnya para pekerja pada saat melakukan proses pengerjaan sehingga
menyebabkan kecelakaan kerja
Banyak perlatan yang sudah berkarat yang membahyakan pekerja saat melakukan
proses kerja
Kurangnya kesadaran diri para pekerja untuk penggunaan APD
24 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
3. Tindakan penanggulangan resiko atau pengembangan solusi dalam aktivitas kerja sebagai
berikut:
Melakukan pengontrolan sistem kerja pekerja untuk pengawasan pekerja agar sesuai
prosedur dan juga pemberian tanda bahaya tentang keselamatan pekerja agar para pekerja
tahu akibat dari kecelakaan kerja.
Memberikan penyuluhan terhadap para pekerja tentang pentingnya pemakaian APD pada
saat melakukan proses pengerjaan ataupun hanya sekedar pengecekan visual karena
dengan pemakaian APD dapat mengurang tingkat resiko yang terjadi atau mengurangi
tingkat cidera yang didapat.
Melakukan penggantian atau perbaikan perlatan yang sudah tidak layak terpakai seperti
peralatan yang sudah berkarat karena dapat membahayakan para pekerja.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan bagian bengkel
repair galangan kapal adalah:
1. Perusahaan harus melakukan pengawasan kerja terhadap aktivitas kerja yang dikerjakan
oleh pekerja untuk mengetahui dan menghindari resiko kecelakaan kerja
2. Perusahaan harus melakukan risk assessment secara berkala (1 tahun) untuk mengukur
tingkat resiko atau kecelakaan yang terjadi.
3. Perusahaan harus memberikan penyuluhanpenyuluhan mengenai prosedur kerja,
pemakaian APD yang baik dan aman sebelum dilaksanakan proses pengerjaan
berlangsung.
4. Perusahaan harus menyediakan APD yang sesuai standard dan melakukan eenggantian
apabila ada APD yang sudah tidak layak pakai sehingga tidak membahayakan para
pekerja.
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran
guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.
25 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta : Dian Rakyat.
Suma’mur. (1996). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan . Jakarta : Toko Gunung
Agung.
Sahab, Syukuri. (1997). Teknik Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja. Jakarta
: Bina Sumber Daya Manusia.
RI.,Departemen Tenaga Kerja (1970). Undang-Undang No.1 tahun 1970 Tentang keselamatan
Kerja
26 | P r a k t e k G a l a n g a n K a p a l