Dokumen - Tips - Teknik Pembedahan Reparasi Tendon
Dokumen - Tips - Teknik Pembedahan Reparasi Tendon
Reparasi tendon bertujuan untuk mendekatkan kedua ujung tendon yang terputus
atau melekatkan ujung tendon ke tulang dan mempertahankannya selama masa
penyembuhan, dengan tetap memungkinkan dilakukannya latihan gerak dini hari pertama
pasca operasi. Latihan gerak dini aktif diperlukan untuk meminimalkan terjadinya adhesi,
yang hanya dapat dilakukan bila tensile strength jahitan tendonnya kuat. Tensile strength
adalah kekuatan jahitan untuk menerima gaya regang pada arah yang berlawanan yang
bekerja sejajar terhadap serabut kolagen tendon. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap
tensile strength adalah jenis benang jahitnya dan teknik jahitan.
Teknik jahitan 4 strand cruciate memiliki tensile strength yang lebih kuat secara
signifikan jika dibandingkan dengan 2 strand Pennington, dengan pengerjaan yang sedikit
lebih kompleks. Teknik ini banyak dipilih untuk sebagian besar cedera pada tendon
karena memiliki tensile strength yang kuat memungkinkannya untuk melakukan gerakan
menggenggam aktif .10
Saat ini secara umum sudah diterima bahwa dengan memberikan latihan gerakan pasif
dini ( LGPD ) pada tendon pasca penyambungan akan mempercepat penguatan tensile
strength , adesi lebih minimal, perbaikan ekskursi, nutrisi yang lebih baik dan perubahan
pada lokasi penyambungan yang lebih minimal dibandingkan dengan tendon yang
diimobilisasi. Latihan gerak berdampak positif pada penyembuhan tendon dengan
meningkatkan difusi nutrien dari cairan sinovial, meningkatkan produksi kolagen. Untuk itu
diperlukan suatu tehnik penyambungan yang kuat ( gap resistant suture technique ) diikuti
dengan latihan yang terkontrol.
Faktor –faktor yang berperan dalam terbentuknya adesi yang menghambat ekskursi
pada penyambungan tendon diantaranya kerusakan jaringan saat trauma awal dan saat
pembedahan, iskemia tendon, imobilisasi jari, adanya jarak pada lokasi yang disambung
serta eksisi selubung tendon.
Penyembuhan tendon setelah trauma akut sama seperti jaringan lunak yang lain
melalui proses inflamasi, proliferasi dan remodeling. Respon inflamasi timbul akibat invasi
sel dari luar yang meningkatkan terbentuknya jaringan granulasi dan vaskularisasi pada
beberapa hari setelah trauma. Akhir minggu ke-1 terjadi migrasi fibroblas dari paratenon,
terjadi proses reparasi dan sintesis kolagen. Orientasi sel dan komponen kolagen masih
bersifat random dan tegak lurus axis longitudinal, setelah terjadinya fase remodeling
komponen ini menjadi lebih teratur dan tersusun paralel sesuai aksis tendon. Fase ini berakhir
sampai dengan 6-12 bulan yang ditandai dengan maturasi kolagen yang terbentuk. Jika
tendon tidak mengalami stres, proses remodeling ini tidak terjadi. Stres terarah ini akan
meningkatkan sekresi kolagen dan ikatan antar serat kolagen sehingga meningkatkan
kekuatannya.
Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath), sel-sel untuk proses
penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon yang terpotong atau dari selubung tendon dan
akan membentuk parut.
Penyembuhan tendon eksogen dan endogen serta pengembalian fungsi tendon yang
baik memerlukan kemampuan teknik operasi yang baik sehingga ujung tendon yang putus
dapat tersambung rapat. Hal ini bergantung jenis benang yang digunakan (suture material),
kekuatan yang dihasilkan dengan teknik penjahitan yang tepat dan teknik pengikatannya
(knotting). Teknik operasi harus dapat menjaga kemungkinan rusaknya vaskularisasi tendon.
Pasca operatif diperhatikan program mobilisasi aktif tendon untuk mengurangi
terbentuknya adesi dan meningkatkan kekuatan tendon.