Anda di halaman 1dari 7

Teknik Pembedahan Reparasi Tendon

Reparasi tendon bertujuan untuk mendekatkan kedua ujung tendon yang


terputus
atau melekatkan ujung tendon ke tulang dan mempertahankannya
selama masa
penyembuhan, dengan tetap memungkinkan dilakukannya latihan gerak dini
hari pertama
pasca operasi. Latihan gerak dini aktif diperlukan untuk meminimalkan
terjadinya adhesi,
yang hanya dapat dilakukan bila tensile strength jahitan tendonnya kuat. Tensile
strength
adalah kekuatan jahitan untuk menerima gaya regang pada arah yang
berlawanan yang
bekerja sejajar terhadap serabut kolagen tendon. Faktor faktor yang berpengaruh
terhadap
tensile strength adalah jenis benang jahitnya dan teknik jahitan.
A. TEKNIK JAHITAN TENDON
Terdapat bermacam-macam jenis penjahitan tendon fleksor yang telah
diteliti.
Urbaniak membaginya menjadi 3 kelompok.
1. Kelompok pertama (interrupted suture) adalah jahitan yang sederhana, yang
gaya tariknya paralel terhadap gelendong kolagen (collagen bundles),
tegangan jahitan ditransmisikan langsung ke ujung tendon yang
berseberangan.
2. Kelompok kedua adalah penjahitan yang tegangannya ditransmisikan
langsung menyebrangi pertemuan kedua tendon melalui benang jahit,
kekuatan regangannya (tensile strength) bergantung pada kekuatan penjahitan
itu sendiri, sebagai contoh adalah teknik Bunnel.
3. Pada kelompok ketiga, penjahitan ditempatkan perpendicular terhadap
gelendong kolagen (collagen bundles), dan kemudian dikencangkan,
contohnya dalah jahitan Puuvertaft (fish-mouth weave). Urbaniak menyatakan
bahwa teknik jahitan kelompok pertama, menghasilkan kekuatan regang yang
paling lemah, sehingga tidak dianjurkan untuk perbaikan tendon.
Teknik
jahitan kelompok ketiga, menghasilkan kekuatan regang yang paling kuat, tapi
mempunyai kekuranga yaitu jahitannya menumbung (bulky). sedangkan
kelompok kedua berada diantara keduanya.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa teknik jahitan intratendinous
crisscross
(Bunnel; Kleinert modification of Bunnel) cenderung untuk merusak sirkulasi
intratendinous.
Wray dan Weeks menggunakan fleksor ayam. Keduanya membandingkan
rupture rate dan
tensile strength dari tendon jahitan Bunnel, Kessler, dan Tsuge. Mereka
menyimpulkan
bahwa keseluruhan teknik tersebut menunjukkan hasil yang kurang lebih sama.
Sehingga
kebanyakan ahli bedah menganjurkan suatu core suture seperti pada teknik
Kessler atau
modifikasinya. Teknik ini memberikan tensile strength yang memuaskan
yang dapat
dipertahankan selama fase awal penyembuhan. Teknik ini juga
menghindarkan jahitan
memotong dan keluar dari tendon dan sangat berguna pada daerah jari-jari.
Harus diingat
bahwa tidak satupun suture material maupun teknik yang dapat memelihara
perbaikan tendon
terhadap gerakan aktif tidak terbatas pada periode awal pasca operasi.
Kebanyakan peneliti
mengemukakan bahwa kekuatan perbaikan tendon sangat berkurang pada 10
hari pertama.
Setelah itu kekuatan perbaikan meningkat secara bertahap sampai pada akhir
minggu ke 10 –
12 dapat diaplikasikan daya yang cukup kuat selama program rehabilitasi.
Gambar 11. Beberapa teknik penjahitan tendon
Teknik penjahitan yang sering dipakai adalah Kessler, menggunakan dua core
suture (jahitan inti) dan dikombinasikan dengan simple epitendineal
circumferential
suture (jahitan epitendineal sederhana) yang mengelilingi tendon. Risitano,
Silverskiold,
Singer, dan Kubota menyatakan teknik jahitan tersebut tidak cukup kuat untuk
menahan
gaya yang dihasilkan akibat latihan gerak dini aktif pasca penyambungan,
sehingga
diperlukan teknik jahitan lain.
Teknik Kessler telah mengalami berbagai modifikasi, mulai dari
banyaknya
simpul, letak simpul, dan yang terakhir adalah ditambahkannya jahitan
epitendineus
running suture. Ismiarto menemukan bahwa, tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna
secara statistik pada tensile strength teknik jahitan modifikasi Kessler
2 strand
dibandingkan dengan teknik Kubota 2 strand. Teknik modifikasi Kessler dapat
dikerjakan
lebih cepat dan secara teknis lebih mudah dibandingkan Kubota.
Matthew membandingkan 8-strand pada repair tendon ke tendon dengan 2-
strand
atau 4-strand pada anjing. Pada minggu ke tiga dan ke empat setelah operasi
didapatkan
bahwa, repair yang menggunakan 8-strand memiliki ultimate force dan
rigiditas yang
lebih besar dibandingkan dengan teknik yang lain.
Eksperimen Hirpara dengan menggunakan teknik 2 strand Penington modifikasi
Kessler, 4 strandmodifikasi cruciate core repair, dan 6 strand savagerepair
menunjukkan
bahwa, dengan bertambahnyacore suture akan meningkatkan tensile
strength.Selain itu
eksperimen tersebut menunjukkan bahwa,6 strand Savage memiliki tensile
strength yang
palingkuat dan 4 strand cruciate secara signifikan lebih kuatjika dibandingkan
dengan 2
strand Pennington.Kegagalan pada 2 strand Penington modifikasi
Kesslersetengahnya
karena pullout benang. Keuntunganprinsip dari penggunaan Penington 2
strandmodifikasi
Kessler adalah karena pengerjaannyalebih sederhana dibandingkan
dengan yang
lainnya.Sehingga dapat dipilih sebagai teknik jahitan pada cedera tendon
multiple ataupun
pada reimplantasi dimana pada kasus tersebut mobilisasi dini sering tidak
memungkinkan
oleh karena itu dengan karakteristik tensile strength yang paling
rendahpun bukan

merupakan pertimbangan.
Hirpara dalam eksperimennya mendapatkan bahwa teknik penjahitan 6 strand
memang memiliki tensile strength yang paling tinggi, namun pengerjaannya
tidak praktis
dan menimbulkan bulk pada tendon sehingga pemilihan teknik ini terbatas pada
kasus
tendon yang besar dan bukan cedera tendon multiple. Teknik ini sangat
berguna pada
cedera tendon pada jari jempol yang memiliki tendon lebih besar jika di
bandingkan jari
lain dan memiliki angka kejadian rupture pasca repair yang tinggi sehingga
dibutuhkan
tensile strength yang kuat.
10
Teknik jahitan 4 strand cruciate memiliki tensile strength yang lebih kuat secara
signifikan jika dibandingkan dengan 2 strand Pennington, dengan pengerjaan
yang sedikit
lebih kompleks. Teknik ini banyak dipilih untuk sebagian besar cedera pada
tendon
karena memiliki tensile strength yang kuat memungkinkannya untuk melakukan
gerakan
menggenggam aktif .
10
Teknik modifikasi Kessler 2 Strand
1. Pertama jarum masuk dari permukaan dalam tendon yang terpotong, keluar
dari tepi
tendonsejauh 0,75-1cm
2. Membentuk locking
3. Jahitan tranversal ke arah tepi tendonsebelahnya
4. Membentuk locking
5. Keluar dari permukaan tendon yang terpotong
6. Menyeberang ke segmen tendon 'lawan'nyasejauh 0,75 - 1 cm
7. Membentuk locking
8. Jahitan tranversal ke arah tepi tendonsebelahnya
9. Membentuk locking
10. Keluar dari permukaan tendon yang terpotong
11. Dilakukan aproksimasi tendon, kemudiandibuat simpul
12. Dilakukan epitenon sutute denganmenggunakan polypropylene 6-0
Gambar Teknik modifikasi Kessler 2 Strand
Dikutip dari: Clare

Anda mungkin juga menyukai