Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH FARMAKOTERAPI SISTEM SYARAF

ANALISIS KASUS 2 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOAP

Disusun Oleh :

1. Devi Wahyuni (13613100)


2. Anggie Indriani (14613097)
3. Feri Prima Ardi (14613177)
4. Thessy Dewi A. (14613188)
5. Aulia Uffin M. (14613199)
6. Auva Azkiya (14613208)
7. Arifa Fajar N (14613218)
8. Muhammad Isnaini (14613227)
9. Titik Ullfa Annisa (14613228)
10. Vigry Fahren (14613242)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
Kasus 2

An. A (10 th, 23 kg) terdiagnosa menderita epilepsi tonik-klonik. Pasien


mendapatkan terapi epilepsy yaitu phenytoin 15mg/kg Sudah sejak 1 bulan
yang lalu An. A menggunakan obat – obat untuk terapi TBC yaitu rifampicin,
INH dan Vit B6.
Analisa kasus tersebut di atas dengan metode SOAP/ FARM.

Analisis dengan metode SOAP


a. S (Subjective)
 An. A
 10 tahun
 23 kg
b. O (Objective)
 Diagnose Epilepsi tonik – klonik
 Mendapatkan terapi epilepsy yaitu phenytoin 15mg/kg
 Sejak 1 bulan yang lalu An. A menggunakan obat – obat untuk
terapi TBC yaitu rifampisin, INH, Vitamin B6
c. A ( Assesment )
 Overdose (Phenytoin 15 mg/kg)
 Ada interaksi obat antara phenytoin dan rifampisin dimana
rifampisin dapat meningkatkan metabolisme phenytoin
 Ada interaksi obat antara phenytoin bersama isoniazid dimana
ia akan sintesis heme via delta-ALA sehingga menyebabkan
sideroblastic anemia sehingga suplemen vit.B6
direkomendasikan.
d. P (Plan)
 Dosis diturunkan menjadi 5 mg/kg/hari
 Monitoring SGPT/SGOT untuk pengobatan epilepsi
 Monitoring kreatini untuk pengobatan TBC
 Monitoring ESO
4. Plan Konseling
a. Pemberian edukasi mengenai aturan/cara pakai obat dan efek
samping obat
b. Terapi farmakologi :
 Penggunaan obat phenytoin dengan dosis 5 mg/kg/hari
 Penggunaan obat TBC (rifampisin, isoniazid, dan vitamin b6)
c. Terapi non-farmakologi :
Epilepsi
 Diet ketogenik
Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak, cukup protein, dan
rendah karbohidrat, yang akan menyediakan cukup protein
untuk pertumbuhan, terapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan
metabolisme tubuh. Adanya senyawa keton secara kronis akan
memodifikasi siklus asam trikarbosilat untuk meningkatkan
sintesis GABA di otak, mengurangi pembentukan reactive
oxigene species (ROS), dan meningkatkan produksi energi
dalam jaringan otak
 Istirahat yang cukup
Hal ini karena kelelaan yang berlebih dapat mencetuskan
serangan epilepsy. Belajar untuk mengendalikan stress dengan
menggunakan latihan tarik nafas panjang
 Tidak mengonsumsi alkohol dan narkoba
Hal ini karena kedua benda ini memicu keadaan fly pada otak
dan memicu timbulnya pengerasan syaraf pada otak
sehingga dapat berakibat fatal bagi penderita epilepsy
TBC
 Diet sehat, banyak mengonsumsi lemak dan vitamin A untuk
membentuk jaringan lemak yang baru dan meningkatkan sistem
imun
 Berolahraga seperti jalan santai di pagihari akan membantu
peredaran darah dan metabolism dalam tubuh menjadi lancer
dan virus penyebab TBC tidak akan mampu berkembang
 Mengurangi makanan bernatrium dan kafein

5. Plan Monitoring
a. Dilakukan monitoring SGPT/SGOT dan kadar obat dalam plasma
untuk pengobatan epilepsi
b. Dilakukan monitoring kreatinin pada pengobatan TBC
c. Edukasi yang disampaikan yaitu pengetahuan dasar tentangPPOK, Obat–obatan
(manfaat dan efek sampingnya), cara pencegahan perburukan penyakit,
menghindari pencetus (berhenti merokok), penyesuaian aktivitas untuk pasien
DAFTAR PUSTAKA

Gitawati, Retno. 2008. Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya. Media


Litbang Kesehatan. Volume XVIII Nomor 4

Ruslami, Rovina dan Tatang Bisri. 2016. Penggunaan Obat Anti Epilepsi
untuk Terapi Profilaksis Bangkitan pada Cedera Otak Traumatik.
Jurnal Neuroanestesi Indonesia. 5 (1) : 77–85

Omer, Allela Q. B. 2010. Pharmacokinetic Study Of Phenytoin In Malaysian


Pediatric Patients At Penang Hospital. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol 2, Suppl 1

Gurnida, Dida A. Septiana Nur Qurbani. Tatalaksana Diit Ketogenik Pada


Penderita Epilepsi Anak Intractable. Systematic Review

Kusnaeti, Mesti dan Danil Muharom. 2014. Gambaran Kadar SGOT Hati
Pada Penderita Tuberkolosis Paru (TB Paru) Yang Sedang Menjalani
Pengobatan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) Di Puskesmas Kawalu
Tasikmalaya. Jurnal Keseatan Bakti Tunas Husada. Volume 11 No 1

Mozayani, Ashraf dan Lionel P. Raymond. 2004. Handbook of Drug


Interactions. Humana Press Inc : Totowa New Jersey hal 94

Anda mungkin juga menyukai