Materi Perkerasan Jalan
Materi Perkerasan Jalan
1. Pengertian Agregat
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk di
dalamnya abu (debu) agregat.
Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formuliasi kulit bumi
yang keras dan pejal (solid). Menurut ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai
suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun
berupa fragmen-fragmen. Secara umum agregat didefinisikan sebagai suatu bahan
keras dan kaku yang digunakan sebagai campuran berupa berbagai jenis butiran atau
pecahan seperti pasir, kerikil, agregat pecah, dan abu batu. (Sukirman 1992).
Agregat dalam campuran perkerasan pada umumnya merupakan komponen
utama yang mengandung 90 – 95 % agregat berdasarkan presentase (%) berat atau
75 – 85 % agregat berdasarkan presentase (%) volume. Dengan demikian agregat
merupakan bahan utama yang turut menahan beban yang diterima oleh bagian
perkerasan dimana digunakan bahan pengikat aspal yang sangat dipengaruhi oleh
mutu agregat.
2. Jenis Agregat
Secara umum jenis agregat digolongkan sebagai berikut :
1) Pasir
Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan alami batuan atau
pemecahan batuan pasir-batu. Terdapat beberapa jenis pasir dengan masing-
masing gradasi tertentu.
- Pasir Angin
Pasir yang dibawa angin dan mengumpul di suatu tempat. Umumnya berbutir
halus dengan ukuran antara No.40 sampai No.100.
- Pasir Danau atau Pantai
Pasir berbutir halus dan bulat umumnya dicampur dengan pasir kasar. Umunya
berukuran antara No.40 sampai No.200
- Pasir Sungai
Pasir yang dibawa oleh air dan menggelinding antar butiran sehingga tidak
bersudut tajam. Umumnya bebas dari lumpur dan berbutir halus dengan
ukuran butiran antara No.4 sampai No.100.
- Pasir dari Pasir-Batu (Sirtu)
Pasir yang diperoleh dari pengayakan pasir-batu lolos No.4. Kadang-kadang
mengandung tanah dan berukuran antara No.4 sampai No.200
- Pasir Gunung
Pasir yang berasal dari deposit alami dengan sedikit atau tanpa kerikil.
Umumnya berukuran antara ⅜“ sampai No.200
- Pasir Buatan
Pasir yang diperoleh dari pengayakan batu pecah mesin lolos No.4
2) Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan, berukuran lebih besar dari pasir
yang dianggap tertahan No.4 atau ¼“.
- Kerikil Kacang Polong (Pea Gravel)
Kerikil yang bersih, berasal dari kerikil sungai dengan ukuran antara ¼“
sampai ½“
- Kerikil Sungai
Kerikil yang dapat dijumpai pada hulu maupun hilir, terdiri dari butiran bulat
berukuran diatas ¼“ dengan permukaan yang halus bercampur dengan pasir
sungai, umumnya bebas dari tanah dan lanau. Material yang lolos ¼“ ini
termasuk paisr sungai.
- Kerikil Gunung
Kerikil yang berasal dari deposit alami, umumnya berbutir, terkadang
bercampur dengan pasir halus dan tanah. Tergantung bercampur dengan
material apa, maka disebut Tanah Berkerikil, Pasir Berkerikil, Kerikil
berlempung, Kerikil berpasir.
3) Batu Pecah
Batu pecah dihasilkan dari pemecahan mekanik dari berbagai jenis batuan atau
berangkal. Contoh : batu kapur, granite, batuan singkapan, quartzite, dsb
- Batu Pecah Bergradasi
Batu pecah yang diproduksi pada gradasi yang diinginkan dengan pengayakan.
Batu pecah yang lebih disukai adalah berbentuk cubical (persegi), akan tetapi
beberapa jenis batuan berlapis mungkin akan memberikan bentuk yang agak
pipih.
- Batu Pecah Campuran
Batu pecah tanpa pengayakan, umumnya hanya digunakan ayakan 2” sebagai
scalping screen (diayak sebelum masuk secondary crusher)
- Crusher Screenings
Crusher screening adalah bagian dari batu pecah yang lolos ¼” atau No.4.
Umumnya berukuran dari ¼” ke bawah termasuk 0 sampai 6% lolos No.200.
Umunya bergradasi baik meskipun terdapat kekurangan pada No.40 sampai
No.100.
- Terak (Slag)
Terak adalah bahan bukan logam yang diperoleh dari tungku pemanasan
logam, mengandung silikat dan alumino silikat serta bahan dasar lainnya.
Terak dengan mutu yang baik akan memberikan perkerasan yang baik
meskipun seringkali terdapat terak yang porous dan menyerap banyak aspal.
Maks.12%
natrium sulfat
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 3407:2008
Maks.18%
magnesium sulfat
Campuran AC 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan
Modifikasi 500 putaran Maks.30%
mesin Los SNI 2417:2008
Semua jenis campuran 100 putaran Maks.8%
Angeles
aspal bergradasi lainnya 500 putaran Maks.40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min.95%
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90*
ASTM D4791
Partikel pipih dan lonjong Maks.10%
Perbandingan 1 : 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.2%
2) Agregat halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan merupakan bahan yang lolos saringan # 4 (4,75 mm).
Tabel Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-2448-1997 Min 60%
Angularitas Dengan Uji
SNI 03-6877-2002 Min.45
Kadar Rongga
Gumpalan Lempung
Dan Butir-butir Mudah SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Pecah Dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan
SNI ASTM C117:2012 Maks.12%
No.200
3) Mineral pengisi (filler)
Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no.200 (0.075 mm), minimum 75%
terhadap berat total agregat.
4) Mineral abu
Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no.200 (0.075 mm).
3. Sifat Agregat
Agregat yang digunakan untuk bahan perkerasan harus memiliki sifat dan
kualitas yang baik untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban beban lalu
lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya. Sifat agregat merupakan salah satu
faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan
terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan
adalah gradasi, kebersihan, kekerasan, ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur
permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya kelekatan
terhadap aspal.
1) Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam persen
dari berat total. Batas gradasi diperlukan sebagai batas toleransi dan merupakan
suatu cara untuk menyatakan bahwa agregat yang terdiri atas fraksi kasar, sedang
dan halus dengan suatu perbandingan tertentu secara teknis masih diijinkan untuk
digunakan.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus
melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan
kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per
inchi persegi dari saringan tersebut.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang
lobos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat
yang bolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa
saringan dengan menggunakan satu set saringan dengan ukurannya masing-
masing, yang dilakukan dengan analisa basah. Gradasi agregat gabungan
dibedakan menjadi:
2. Fungsi Aspal
Umumnya persentase aspal hanya 4-10% terhadap volume campuran, namun
mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu:
1) Aspal sebagai bahan pengikat, agar agregat tidak lepas dan tidak mudah
terkelupas akibat beban lalu lintas sehingga aspal dapat memberikan ikatan yang
kuat antara aspal dan agregat.
2) Aspal sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-
pori dari agregat.
3) Aspal membuat jalan kedap air dan untuk melindungi lapisan perkerasan
dibawahnya dari pengaruh air.
Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan, maka secara umum aspal
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Aspal homogen dan tidak terlalu bervariasi
2) Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
3) Aspal harus memberikan lapisan yang elastis atau tidak getas sehingga perkerasan
tidak mudah retak.
4) Aspal aman saat pengerjaan terutama dari bahaya kebakaran
5) Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk akibat penuaan
6) Aspal mempunyai adhesi (kelekatan) yang baik terhadap agregat yang dilapisi
7) Aspal mudah dikerjakan
8) Aspal sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan
9) Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat sehingga
perkerasan cukup kedap terhadap air
10) Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran beraspal.
4. Kandungan Aspal
Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangatkompleks, sangat sukar
memisahkan molekul-molekulyang membentuk aspal tersebut. Secara umum
kandungan aspal secara fisik terdiri dari:
1) Asphaltenes
Merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang larut dalam heptane.
2) Maltenes
Merupakan cairan kental yang terdiri dari resindan oils, dan larut dalam heptanes.
3) Resin
Merupakan cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi
dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa
pelayanan jalan.
4) Oils
Merupakan media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda.
Proporsi dari asphalatenes, resin, dan oils berada tergantung dari banyak factor
seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan ketebalan aspal dalam
campuran. Kandungan aspal secara kimia terdiri dari Aromat & Paraffin
5. Sifat Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja
campuran beraspal antara lain adalah:
1) Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di
sebabkan karena sifat-sifat aspal akan berubah secara signifikan akibat oksidasi
dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengangkutan dan
penghamparan campuran beraspal dilapangan. Perubahan sifat ini akan
menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengan kata lain aspal
telah mngalami penuaan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini
disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian
penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan
pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel (PAV), Thin Film
Oven Test (TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test (RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan untuk
mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan
berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau penuaan. Aspal dengan
durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
4) Kekerasan aspal
Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal pada proses
pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agregat dilapisi
aspal. Pada proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi
getas (Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah masa
pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat, semakin tinggi tingkat
kerapuhan yang terjadi.
CAMPURAN ASPAL
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat,
dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal
diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh
dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi,
tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan.
Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu
kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal
dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang
digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan
telah sesuai.
Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis
campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka. Tebal minimum
penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada ukuran maksimum agregat
yang digunakan. Tebal padat campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat
maksimum yang digunakan. Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di
Indonesia antara lain :
- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)
- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)
- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)
Laston (Lapis Aspal Beton) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada
konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus (AC-wearing
course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt Treated Base).
Lataston (HRS) juga dapat digunakan sebagai lapisan aus atau lapis pondasi. Latasir (HRSS)
digunakan untuk lalu-lintas ringan (< 500.000 ESA).
Persyaratan gradasi agregat gabungan
Tabel Persyaratan Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
harus juga bolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas "bahan bergradasi
senjang" yang bolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm) dalam
Tabel 6.3.2.(4).
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang
utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil
(0,075 mm).
Tabel Ketentuan Agregat Kasar
(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.(1a))
(Sumber: Direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.3.(1c)).
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir, HRSS) kelas A dan B
Campuran ini dimaksudkan untuk jalan dengan lalu-lintas ringan (< 0,5 juta
ESA/tahun), terutama di daerah daerah dimana batu pecah sulit diperoleh, biasa digunakan
untuk lapis permukaan.
Pemilihan Latasir kolas A atau B tergantung pada gradasi pasir yang digunakan.
Campuran Latasir biasanya memerlukan tambahan bahan pengisi untuk memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.Campuran jenis ini umumnya mempunyai daya tahan yang relatif
rendah terhadap terjadinya alur, karena itu tidak dibenarkan dipasang dengan lapisan yang
tebal, pada jalan dengan lalu-lintas berat atau pada daerah tanjakan.
Tabel Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Latasir untuk lalu Lintas
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Penyerapan Aspal (%) Max 2,0
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 20
Rongga terisi aspal (%) Min 75
Stabilitas Marshall (%) Min 200
Min 2
Pelelehan (mm)
Max 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 °C Min 75
(Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal papas, Desember 2005)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston, HRS)
Terdapat dua jenis campuran Lataston yaitu untuk lapis permukaan (HRS-wearing
course) dan Lataston untuk lapis pondasi (HRS-base). Ukuran maksimum untuk masing-
masing jenis campuran Lataston ada!ah 19 mm (3/4 inci).
Perbedaan keduanya adalah gradasi Lataston untuk lapis permukaan lebih halus
dibandingkan gradasi lataston untuk lapis pondasi, yang akan menghasilkan Lataston untuk
lapis permukaan mempunyai tekstur yang lebih halus dibandingkan Lataston untuk lapis
pondasi. Lataston sebaiknya digunakan pada jalan dengan lalu-lintas ringan sampai sedang (<
1.000.000 ESA).
Tabel Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston
Lataston
Sifat-sifat Campuran
WC BC
Penyerapan Aspal (%) Max 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (%) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman sefama 24 jam, 60 °C Min 75
Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal) Min. 2
(Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas, Desember 2005)