Anda di halaman 1dari 37

PERKERASAN JALAN

1. Pengertian Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras denganlapis
konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan,serta kestabilan
tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnyake tanah dasar secara
aman dan nyaman tanpa terjadi kerusakan yang berarti. Perkerasan jalan adalah
campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban
lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali
ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah
liat.
Apapun jenis perkerasan jalan yang digunakan, harus dapat memfasilitasi
sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, jasa
angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang
diijinkan untuk melintas atau melewati perkerasan jalan tersebut. Dengan beragam
jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi beban ringan,
sedang sampai berat.
Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban
kendaraan yang melaluinya dan meneruskan kelapisan dibawahnya. Biasanya material
yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan semakin kebawah akan
semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang berada dibawah lebih sedikit
menahan beban, atau menahan beban lebih ringan.
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan
permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk
masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-
kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi
persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas,
keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa
yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat
dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri.
2. Jenis Perkerasan Jalan
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapatdibedakan
atas:
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

(Gambar struktur perkerasan lentur)

Gambar di atas memperlihatkan struktur perkerasan jalan lentur. Wearing


course adalah lapisan aus yang menjadi lapis permukaan untuk menjaga agar
permukaan jalan tidak mudah aus akibat gesekan dengan roda kendaraan. Binder
course atau lapis pengikat yang mengikat lapis pondasi atas (base) di bawahnya
dengan lapis aus di atasnya. Sub base atau lapis pondasi bawah, lapisan yang
berada di baah base atau lapis pondasi atas. Lapisan yang paling bawah adalah sub
grade atau tanah dasar tempat di mana struktur perkerasan jalan diletakkan.
(Gambar distribusi beban kendaraan pada struktur perkerasan jalan lentur)

Pada perkerasan jalan lentur, kekakuan (stiffness) pada lapis perkerasan di


lapisan bagian atas lebih besar dari kekakuan lapisan di bawahnya, seperti
diperlihatkan pada Gambar distribusi beban kendaraan pada struktur perkerasan
jalan lentur, di mana tekanan pada lapisan di permukaan lebih besar dari tekanan
di lapisan di bawahnya.
Dalam penggunaannya, aspal dipanaskan terlebih dahulu sampai pada
temperatur tertentu hingga aspal menjadi cair. Dalam keadaan cair, aspal bisa
membungkus partikel agregat dan dapat masuk ke pori-pori lapisan jalan. Saat
temperaturnya sudah mulai turun, aspal akan menjadi keras lalu mengikat agregat
di tempatnya.
Jenis perkerasan jalan raya ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai jalan
di Indonesia. Jalan-jalan di perkotaan hingga jalan-jalan di pedesaan
menggunakan jenis perkerasan ini. Umumnya, jenis aspal yang digunakan di
Indonesia adalah jenis aspal dengan penetrasi 60/70 atau dengan penetrasi 80/100.
Jenis ini lebih cocok dengan iklim di Indonesia. Sedangkan untuk jalan di daerah
beriklim dingin dengan volume lalu lintas rendah, jenis aspal yang digunakan
adalah aspal dengan penetrasi tinggi 100/110.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

(Gambar konstruksi perkerasan lentur)

 Lapisan Permukaan (Surface)


Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang
biasanya kita pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban
kendaraan. Lapisan ini berfungsi antara lain sebagai berikut:
- Lapisan perkerasan penahan beban roda, dengan persyaratan harus
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.
- Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak teresap
ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
- Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menerima gesekan
akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
- Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain di bawah lapis permukaan

 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi
sebagai :
- Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
- Bantalan terhadap lapisan permukaan.
- Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan
pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50%, Plastisitas
Index (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah,
stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai base course.

 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :
- Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke
tanah dasar.
- Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
- Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
- Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan
pekerjaan.
- Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
 Lapisan Tanah Dasar (Sub Grade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
- Lapisan tanah dasar, tanah galian.
- Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
- Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari
sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang
menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
- Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
- Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
- Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan
misalnya kepadatan yang kurang baik.

b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement) yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. Adapun
sifat lapisan utama yang berupa plat beton adalah memikul sebagian besar beban
lalu lintas di atasnya. Jika terjadi pengulangan beban, maka akibatnya akan timbul
retak-retak di permukaan jalan.
Perkerasan kaku ini sesungguhnya bisa dikelompokkan ke dalam 3 jenis yakni
perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa menggunakan tulangan
sebagai kendali retak, perkerasan beton semen biasa dengan sambungan memakai
tulangan sebagai kendali retak, dan jenis perkerasan beton bertulang tanpa
sambungan.
Konstruksi perkerasan kaku atau jalan beton biasanya diterapkan untuk jalan
dengan beban lalu lintas yang tinggi seperti pada jalan tol. Konstruksi jalan
dengan perkerasan kaku ini memiliki kelebihan yakni lebih tahan lama dan biaya
perbaikannya terbilang lebih rendah. Tetapi memang para pengguna jalan merasa
lebih nyaman menggunakan jalan beraspal dibandingkan dengan jalan beton ini.
Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang
berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.

Konstruksi perkerasan kaku terdiri dari :

(Gambar perkerasan kaku)

 Lapisan Perkerasan Beton Semen


- Kuat beton dalam kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 haridengan
besar sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm2).
- Sambungan berfungsi sebagai pengendali retak, memudahkan pelaksanaan
dan mengakomodasi gerakan plat.
- Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel fibre) untuk meningkatkan
kuat tarik lenturnya
 Lapisan Pondasi Bawah
- Dapat berupa bahan berbutir, beton kurus giling padat (lean rolled
concrete) dan campuran beton kurus (lean mix concrete).
- Perlu diperlebar sampai 60 cm di luar tepi perkerasan beton semen.
- Tebal lapisan minimum 10 cm.
- Bersifat non struktural.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk
pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah:
- Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
- Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade
reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite
reaction).
- Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
- Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
- Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

 Lapisan Tanah Dasar


- Nilai CBR sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium
sesuai dengan SNI 03-1744-1989.
- Apabila nilai CBR < 2% maka harus dipasang pondasi bawah dari beton
kurus (lean mix concrete) setebal 15 cm yang dianggapmempunyai nilai
CBR 5%.
c. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan kaku
yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
AGREGAT

1. Pengertian Agregat
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk di
dalamnya abu (debu) agregat.
Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formuliasi kulit bumi
yang keras dan pejal (solid). Menurut ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai
suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun
berupa fragmen-fragmen. Secara umum agregat didefinisikan sebagai suatu bahan
keras dan kaku yang digunakan sebagai campuran berupa berbagai jenis butiran atau
pecahan seperti pasir, kerikil, agregat pecah, dan abu batu. (Sukirman 1992).
Agregat dalam campuran perkerasan pada umumnya merupakan komponen
utama yang mengandung 90 – 95 % agregat berdasarkan presentase (%) berat atau
75 – 85 % agregat berdasarkan presentase (%) volume. Dengan demikian agregat
merupakan bahan utama yang turut menahan beban yang diterima oleh bagian
perkerasan dimana digunakan bahan pengikat aspal yang sangat dipengaruhi oleh
mutu agregat.

2. Jenis Agregat
Secara umum jenis agregat digolongkan sebagai berikut :
1) Pasir
Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan alami batuan atau
pemecahan batuan pasir-batu. Terdapat beberapa jenis pasir dengan masing-
masing gradasi tertentu.
- Pasir Angin
Pasir yang dibawa angin dan mengumpul di suatu tempat. Umumnya berbutir
halus dengan ukuran antara No.40 sampai No.100.
- Pasir Danau atau Pantai
Pasir berbutir halus dan bulat umumnya dicampur dengan pasir kasar. Umunya
berukuran antara No.40 sampai No.200
- Pasir Sungai
Pasir yang dibawa oleh air dan menggelinding antar butiran sehingga tidak
bersudut tajam. Umumnya bebas dari lumpur dan berbutir halus dengan
ukuran butiran antara No.4 sampai No.100.
- Pasir dari Pasir-Batu (Sirtu)
Pasir yang diperoleh dari pengayakan pasir-batu lolos No.4. Kadang-kadang
mengandung tanah dan berukuran antara No.4 sampai No.200
- Pasir Gunung
Pasir yang berasal dari deposit alami dengan sedikit atau tanpa kerikil.
Umumnya berukuran antara ⅜“ sampai No.200
- Pasir Buatan
Pasir yang diperoleh dari pengayakan batu pecah mesin lolos No.4

2) Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan, berukuran lebih besar dari pasir
yang dianggap tertahan No.4 atau ¼“.
- Kerikil Kacang Polong (Pea Gravel)
Kerikil yang bersih, berasal dari kerikil sungai dengan ukuran antara ¼“
sampai ½“
- Kerikil Sungai
Kerikil yang dapat dijumpai pada hulu maupun hilir, terdiri dari butiran bulat
berukuran diatas ¼“ dengan permukaan yang halus bercampur dengan pasir
sungai, umumnya bebas dari tanah dan lanau. Material yang lolos ¼“ ini
termasuk paisr sungai.
- Kerikil Gunung
Kerikil yang berasal dari deposit alami, umumnya berbutir, terkadang
bercampur dengan pasir halus dan tanah. Tergantung bercampur dengan
material apa, maka disebut Tanah Berkerikil, Pasir Berkerikil, Kerikil
berlempung, Kerikil berpasir.
3) Batu Pecah
Batu pecah dihasilkan dari pemecahan mekanik dari berbagai jenis batuan atau
berangkal. Contoh : batu kapur, granite, batuan singkapan, quartzite, dsb
- Batu Pecah Bergradasi
Batu pecah yang diproduksi pada gradasi yang diinginkan dengan pengayakan.
Batu pecah yang lebih disukai adalah berbentuk cubical (persegi), akan tetapi
beberapa jenis batuan berlapis mungkin akan memberikan bentuk yang agak
pipih.
- Batu Pecah Campuran
Batu pecah tanpa pengayakan, umumnya hanya digunakan ayakan 2” sebagai
scalping screen (diayak sebelum masuk secondary crusher)
- Crusher Screenings
Crusher screening adalah bagian dari batu pecah yang lolos ¼” atau No.4.
Umumnya berukuran dari ¼” ke bawah termasuk 0 sampai 6% lolos No.200.
Umunya bergradasi baik meskipun terdapat kekurangan pada No.40 sampai
No.100.
- Terak (Slag)
Terak adalah bahan bukan logam yang diperoleh dari tungku pemanasan
logam, mengandung silikat dan alumino silikat serta bahan dasar lainnya.
Terak dengan mutu yang baik akan memberikan perkerasan yang baik
meskipun seringkali terdapat terak yang porous dan menyerap banyak aspal.

Berdasarkan proses terjadinya agregat dapat dibedakan atas:


1) Agregat beku
Agregat beku, adalah agregat yang berasal dari magma yang mendingin dan
membeku tedapat dua macam agregat beku yaitu agregat beku luar dan dalam.
Agregat beku luar umumnya berbutir halus seperti batu apung, andesit, basalt, dll.
Sedangkan agregat beku dalam umumnya bertektur kasar seperti gabbro, diorit,
syenit.
2) Agregat sendimen
Agregat sendimen, adalah agregat yang berasal dari campuran mineral, sisa – sisa
hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan pembekuan. Berdasar
proses pembentukanya dapat dibedakan atas agregat sendimen yang dibentuk
dengan proses mekanik, prosese organis dan proses kimiawi.
3) Agregat metamorfik
Agregat metamorfik, adalah agregat yang mengalami perubahan bentuk akibat
adanya perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi.

Berdasarkan pengolahannya dibedakan atas:


1) Agregat siap pakai
Agregat siap pakai, adalah agregat yang terbentuk melalui proses erosi dan
degradasi sehingga sangat menentukan bentuk partikelnya, agregat yang terbentuk
karena proses erosi umumnya bulat dantekstur permukaanya licin. Sedangkan
agregat yang terbentuk akibat degradasi umumnya membentuk sudut tajam dan
kasar. Agregat ini sering digunakan untuk matrial perkerasan jalan.
2) Agregat yang diolah
Agregat yang diolah, adalah agregat yang diperoleh dari sungai – sungai atau
gunung – gunung yang berbentuk masif dan besar – besar sehingga perlu diolah
terlebih dahulu, umumnya mempunyai bidang pecahan, bertekstur kasar dan
ukuran agregat sesuai yang diinginkan. Agreagat ini umumnya baik untuk matrial
perkerasan jalan.

Berdasarkan besar partikel agregat dibedakan atas:


1) Agregat kasar
Menurut spesifikasi teknik tahun 2010 Revisi 3 mensyaratkan fraksi agregat kasar
untuk rancangan campuran adalah yang tertahan # 4 (4,75 mm) yang harus bersih,
keras, awet serta bebas dari lempung atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki
dan memenuhi ketentuan seperti pada tabel Ketentuan agregat kasar.
Tabel Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai

Maks.12%
natrium sulfat
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 3407:2008
Maks.18%
magnesium sulfat
Campuran AC 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan
Modifikasi 500 putaran Maks.30%
mesin Los SNI 2417:2008
Semua jenis campuran 100 putaran Maks.8%
Angeles
aspal bergradasi lainnya 500 putaran Maks.40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min.95%
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90*
ASTM D4791
Partikel pipih dan lonjong Maks.10%
Perbandingan 1 : 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.2%

2) Agregat halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan merupakan bahan yang lolos saringan # 4 (4,75 mm).
Tabel Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-2448-1997 Min 60%
Angularitas Dengan Uji
SNI 03-6877-2002 Min.45
Kadar Rongga
Gumpalan Lempung
Dan Butir-butir Mudah SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Pecah Dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan
SNI ASTM C117:2012 Maks.12%
No.200
3) Mineral pengisi (filler)
Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no.200 (0.075 mm), minimum 75%
terhadap berat total agregat.

4) Mineral abu
Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no.200 (0.075 mm).

3. Sifat Agregat
Agregat yang digunakan untuk bahan perkerasan harus memiliki sifat dan
kualitas yang baik untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban beban lalu
lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya. Sifat agregat merupakan salah satu
faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan
terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan
adalah gradasi, kebersihan, kekerasan, ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur
permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya kelekatan
terhadap aspal.

1) Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam persen
dari berat total. Batas gradasi diperlukan sebagai batas toleransi dan merupakan
suatu cara untuk menyatakan bahwa agregat yang terdiri atas fraksi kasar, sedang
dan halus dengan suatu perbandingan tertentu secara teknis masih diijinkan untuk
digunakan.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus
melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan
kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per
inchi persegi dari saringan tersebut.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang
lobos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat
yang bolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa
saringan dengan menggunakan satu set saringan dengan ukurannya masing-
masing, yang dilakukan dengan analisa basah. Gradasi agregat gabungan
dibedakan menjadi:

- Gradasi seragam (Uniform Graded)/Gradasi terbuka


Merupakan agregat dengan ukuran yang hampir sama atau mengandung
agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga
antar agregat. Agregat dengan gradasi terbuka menghasilkan lapisan
perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, kepadatan
bervariasi, kontak antar butir baik dan berat volume kecil.
- Gradasi rapat (Dense Graded)/Gradasi menerus
Merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang seimbang dan
menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, tingkat permeabilitas
cukup, dan berat volume besar.

- Gradasi buruk (Poorly Graded)/Gradasi senjang


Merupakan gradasi celah (gap graded) yang terdiri dari campuran agregat
dengan satu fraksi hilang atau sedikit sekali. Menghasilkan lapisan perkerasan
dengan stabilitas sedang, kepadatan jelek, kontak antar butir jelek dan tingkat
permeabilitas tinggi.
2) Kebersihan agregat
Kebersihan agregat dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah,
yaitu dengan menimbang agregat sebelum dan sesudah dicuci lalu
membandingkannya. Sehingga akan memberikan persentase agregat yang lebih
halus dari 0,075 mm (No. 200). Pengujian setara pasir (Sand Equivalent Test)
adalah satu metoda lainnya yang biasanya digunakan untuk mengetahui proporsi
relatif dari material lempung yang terdapat dalam agregat yang lolos saringan No.
4,75 mm (No. 4).

3) Kekerasan Agregat (toughness)


Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi
selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Uji kekuatan agregat di
laboratorium biasanya dilakukan dengan uji abrasi dengen mesin Los Angeles
(Los Angeles Abration Test), uji beban kejut (Impact Test) dan uji ketahanan
terhadap pecah (Crushing Test) .

4) Bentuk Butir Agregat


Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat
(agre-gate interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan
(displacement) agregat yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam,
berbentuk kubikal dan agregat yang memiliki lebih dari satu bidang pecah akan
menghasilkan ikatan lonjong, dan pipih antar agregat yang paling baik.
- Bulat (Rounded)
Sering dijumpai di sungai dan telah mengalami pengikisan oleh air sehingga
umumnya berbentuk bulat. Partikel agregat kurang cocok dalam campuran
aspal karena menghasilkan daya interlocking yang kecil dan mudah tergelincir.
- Lonjong (Elongated)
Sering dijumpai di sungai atau bekas endapan sungai. Dikatakan lonjong
karena ukuran terpanjang >1,8 x diameter rata-rata.
- Kubus (Cubical)
Merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pemecah batu. dan sangat baik
digunakan pada lapisan perkerasan jalan.
- Pipih (Flaky)
Merupakan hasil pemecah batu ataupun merupakan sifat agregat tersebut, yang
jika dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang
lebih tipis dari 0,6 x diameter rata-rata, dimana mudah pecah waktu
pencampuran, pemadatan atau akibat beban lalu lintas.
- Tak Beraturan (Irregular)
Merupakan bentuk partikel agregat yang tidak mengikuti salah satu yang
disebutkan di atas.

5) Tekstur permukaan agregat


Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada
permukaan perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun mikro)
juga merupakan faktor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan
durabilitas campuran beraspal. Gesekan yang timbul antar partikel dipengaruhi
oleh jenis permukaan agregat, yang kemudian menentukan stabilitas dan daya
dukung perkerasan jalan.
Jenis permukaan agregat dibedakan menjadi:
- Permukaan kasar (rough)
- Permukaan halus (smooth)

- Permukaan licin dan mengkilap (glassy)

- Permukaan berpori (porous)


6) Daya serap agregat
Keporusan agregat menentukan banyaknya zat cair yang dapat diserap agregat.
Agregat dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak digunakan,
tetapi untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat dibenarkan asalkan
sifat lainnya dapat terpenuhi. Penyerapan merupakan persentase berat air yang
dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

7) Berat jenis (Specific Gravity)


Specific gravity dari agregat adalah perbandingan berat antara 1 unit volume
agregat dengan berat air pada suhu 250 C dengan volume yang sama dengan
agregat. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis
yang kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama
membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat dengan
dengan pori kecil membutuhkan jumlah aspal yang sedikit dengan berat jenis yang
besar.
Ada 3 macam specific gravity agregat:
- Berat Jenis Kering Oven (Bulk specific gravity)
Berat jenis kering oven (Bulk specific gravity), adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat kering dan seluruh volume agregat.
- Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry )
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) adalah berat jenis
dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan
seluruh volume agregat.
- Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)
Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume
agregat yang tidak dapat diresapi oleh air.
8) Kelekatan Terhadap Aspal
Daya lekat aspal dan agregat dipengaruhi oleh dua sifat yaitu sifat mekanis, yang
tergantung pada pori – pori, absorpsi, bentuk dan tekstur permukaan dan ukuran
butir serta sifat yang kedua adalah sifat kimiawi.
Agregat berpori sangat baik untuk menyerap aspal sehingga ikatan antar agregat
menjadi kuat, tetapi kalau pori–pori agregat sangat banyak maka akan
berpengaruh pada lapisan aspal menjadi tipis karena terserap oleh pori–pori
agregat. Disamping itu semakin banyaknya pori–pori pada agregat akan menyerap
air yang banyak pula, hal ini sangat berpengaruh negative pada ikatan antara aspal
dan agregat oleh karena sifat aspal yang anti air.
Salah satu cara untuk menguji kelekatan agregat terhadap aspal dan
kecenderungan untuk mengelupas (stripping) dengan merendam agregat yang
telah terselimuti aspal ke dalam air, lalu diamati secara visual. Tes lainnya adalah
tes perendaman-mekanik.
ASPAL
1. Pengertian Aspal
Aspal merupakan material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur
(flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat
agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air
dan mudah dikerjakan. Aspal merupakan campuran dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa-senyawa utama yaitu Aromat, Naphaten dan Alkan. Aspal yang digunakan
untuk bahan pengikat pada perkerasan jalan bersifat flexible dan lentur sehingga
disebut juga perkerasan lentur (flexible pavement).
Aspal dan bitumen adalah dua kata, yang mempunyai makna yang sama.
Istilah aspal umumnya digunakan di Amerika Serikat, sedangkan bitumen umumnya
digunakan di negara-negara Eropah terutama Inggris. Di Indonesia yang dimaksud
dengan aspal adalah sama dengan bitumen.
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwama hitam kecoklatan yang
bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous.
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasil-kan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung
atap dan penggunaan khusus lainnya.
Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal
alam.
Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas, aspal ini dibuat dengan
menambahkan bahan tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau
memodifikasi sifat rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut
aspal modifikasi.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan aspal sebagai berikut:
- Bahan pengikat
Pada perkerasan jalan, yang dimaksud dengan bahan pengikat adalah suatu bahan
yang berfungsi mengikat agregat yang satu dengan yang lain sehingga terbentuk
suatu kesatuan dengan lapisan yang keras dan stabil. Pada beton semen, bahan
pengikat adalah semen, sedangkan pada beton aspal bahan pengikat adalah aspal.
- Bitumen
Bitumen adalah suatu bahan atau zat yang merupakan senyawa hidrokarbon,
berbentuk semi padat, kenyal, elastic, berwarna coklat gelap sampai hitam. Bahan
ini umumnya diperoleh dari residu penyulingan minyak bumi atau adapula yang
tersedia di alam.
- Aspal
Di Indonesia dan Inggris yang dimaksud dengan aspal adalah sama dengan
bitumen. Di AS dan Australia, aspal diartikan sebagai campuran mineral yang
mengandung bitumen.
- Ter
Ter adalah bahan sejenis aspal yang diperoleh dari arang kayu atau batu bara
memiliki sifat lekat, berwarna hitam, tidak larut dalam air serta mengandung zat-
zat organik.

2. Fungsi Aspal
Umumnya persentase aspal hanya 4-10% terhadap volume campuran, namun
mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu:
1) Aspal sebagai bahan pengikat, agar agregat tidak lepas dan tidak mudah
terkelupas akibat beban lalu lintas sehingga aspal dapat memberikan ikatan yang
kuat antara aspal dan agregat.
2) Aspal sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-
pori dari agregat.
3) Aspal membuat jalan kedap air dan untuk melindungi lapisan perkerasan
dibawahnya dari pengaruh air.
Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan, maka secara umum aspal
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Aspal homogen dan tidak terlalu bervariasi
2) Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
3) Aspal harus memberikan lapisan yang elastis atau tidak getas sehingga perkerasan
tidak mudah retak.
4) Aspal aman saat pengerjaan terutama dari bahaya kebakaran
5) Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk akibat penuaan
6) Aspal mempunyai adhesi (kelekatan) yang baik terhadap agregat yang dilapisi
7) Aspal mudah dikerjakan
8) Aspal sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan
9) Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat sehingga
perkerasan cukup kedap terhadap air
10) Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran beraspal.

Karateristik aspal tersebut menjadi latar belakanng adanya ketentuan yang


diatur dalam spesifikasi. Beberapa ketentuan dan pengujian aspal berikut bertujuan
untuk menjamin tercapainya karateristik aspal yang dibutuhkan:
- Pengambilan sampel aspal untuk bahan uji
- Pengujian penetrasi
- Pengujjian titik lembek
- Pengujjian daktilitas
- Pengujian titik nyala dan titik bakar
Metode atau prosedur pengujjian-pengujian yang disebutkan diatas, diatur dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk tiap jenis pengujian.
3. Klasifikasi Aspal
Terdapat beberapa jenis aspal yang digunakan dalam campuran beraspal untuk
perkerasan jalan. Klasifikasi aspal yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1) Aspal alam
Aspal alam yaitu aspal yang depositnya terdapat di alam antara lain di Pulau
Buton (Indonesia), Perancis, Swiss dan Amerika. Bedasarkan sifat kekerasannya,
jenis aspal alam terdiri dari:
- Batuan (Rock asphalt)
- Plastis (Trinidad)
- Cair (Bermuda lake asphalt)

Ada dua jenis aspal alam, yaitu ;


- Aspal Gunung
Jenis aspal ini adalah aspal yang berasal dari batu$batuan contohnya aspal dari
pulau buton (aspal buton). Aspal ini merupakan campuran antara bitumen
dengan bahan mineral. Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar
bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi seperti B10, B13, B20, B25 dan
B30.
- Aspal Danau
Aspal danau adalah jenis aspal yang diperoleh langsung dari alam tanpa proses
penambangan karena dengan sendirinya muncul dipermukaan bumi kemudian
terkumpul disebuah tempat yang sering disebut danau aspal, contoh aspalnya
seperti dari Bermudez Trinidad

(Gambar Danau Aspal)


2) Aspal buatan
Aspal buatan atau aspal minyak adalah aspal yang dibuat dari residu penyulingan
minyak bumi, denagn karakteristiknya sangat tergantung pada jenis minyak bumi
yang disuling, apakah minyak bumi yang berbasis aspal (asphaltic base) atau
(parafin base) atau berbasis campuran (mixes base) yang kemudian hasil tersebut
diproses dan diperoleh jenis-jenis aspal buatan berikut:
- Aspal keras
Dalam perkerasan beraspal, pembagian jenis aspal keras dibedakan
berdasarkan nilai penetrasi, nilai viskositas, atau temperatur maksimum dan
minimum perkerasan rencana. Di Indonesia, jenis dan syarat aspal keras
berdasarkan nilai penetrasi, yang terdapat dalam SNI tentang campuran aspal
beton. Aspal keras igunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang
digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang
memenuhi persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya:
a. Aspal penetrasi rendah 40/55, digunakan untuk kasus jalan dengan volume
lalu lintas tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
b. Aspal penetrasi rendah 60/70, digunakan untuk kasus jalan dengan volume
lalu lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
c. Aspal penetrasi tinggi 80/100, digunakan untuk kasus jalan dengan volume
lalu lintas sedang/rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
d. Aspal penetrasi tinggi 100/110, digunakan untuk kasus jalan dengan
volume lalu lintas rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin

- Aspal cair (cutback asphalt)


Aspal cair adalah aspal keras yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Terdapat
3 jenis aspal cair berdasarkan bahan pelarutnya yaitu, Rapid Curring
(mengering cepat) yang bahan pelarutnya adalah premium, Medium Curing
(mengering sedang) yang pelarutnya adalah kerosin, dan Slow Curring
(mengering lambat) yang pelarutnya adalah solar.
3) Aspal emulsi
Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispresikan (disebarkan) secara merata ke
dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat nonpolar kedalam air
yang bersifat polar diperlukan emulsifier yang memiliki molekul polar dan
nonpolar.

4. Kandungan Aspal
Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangatkompleks, sangat sukar
memisahkan molekul-molekulyang membentuk aspal tersebut. Secara umum
kandungan aspal secara fisik terdiri dari:
1) Asphaltenes
Merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang larut dalam heptane.
2) Maltenes
Merupakan cairan kental yang terdiri dari resindan oils, dan larut dalam heptanes.
3) Resin
Merupakan cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi
dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa
pelayanan jalan.
4) Oils
Merupakan media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda.
Proporsi dari asphalatenes, resin, dan oils berada tergantung dari banyak factor
seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan ketebalan aspal dalam
campuran. Kandungan aspal secara kimia terdiri dari Aromat & Paraffin

5. Sifat Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja
campuran beraspal antara lain adalah:
1) Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di
sebabkan karena sifat-sifat aspal akan berubah secara signifikan akibat oksidasi
dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengangkutan dan
penghamparan campuran beraspal dilapangan. Perubahan sifat ini akan
menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengan kata lain aspal
telah mngalami penuaan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini
disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian
penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan
pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel (PAV), Thin Film
Oven Test (TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test (RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan untuk
mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan
berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau penuaan. Aspal dengan
durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.

2) Adhesi dan Kohesi


Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi
dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal
Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas
aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan
untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras
dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang
digunakan untuk mengetahui daya lekat (kohesi) aspal terhadap batuan.
Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam
air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat
akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang
tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

3) Kepekaan aspal terhadap temperatur


Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah
sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap
temperatur.

4) Kekerasan aspal
Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal pada proses
pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agregat dilapisi
aspal. Pada proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi
getas (Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah masa
pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat, semakin tinggi tingkat
kerapuhan yang terjadi.
CAMPURAN ASPAL

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat,
dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal
diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh
dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi,
tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan.
Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu
kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal
dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang
digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan
telah sesuai.
Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis
campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka. Tebal minimum
penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada ukuran maksimum agregat
yang digunakan. Tebal padat campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat
maksimum yang digunakan. Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di
Indonesia antara lain :
- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)
- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)
- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)
Laston (Lapis Aspal Beton) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada
konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus (AC-wearing
course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt Treated Base).
Lataston (HRS) juga dapat digunakan sebagai lapisan aus atau lapis pondasi. Latasir (HRSS)
digunakan untuk lalu-lintas ringan (< 500.000 ESA).
Persyaratan gradasi agregat gabungan
Tabel Persyaratan Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal

Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
harus juga bolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas "bahan bergradasi
senjang" yang bolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm) dalam
Tabel 6.3.2.(4).
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang
utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil
(0,075 mm).
Tabel Ketentuan Agregat Kasar

(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.(1a))

Tabel Ketentuan Agregat Halus

(Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan UmumRepublik Indonesia,


Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.(2a))
Jenis pengujian dan persyaratan aspal
Tabel Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Keras

Tabel Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Polimer


Lapis Aspal Beton (Laston)
Lapis beton aspal (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu (Silvia Sukirman, 1999). Material
agregatnya terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus dan filler yang bergradasi baik
yang dicampur dengan penetration grade aspal. Laston dikenal pula dengan nama AC
(Asphalt Concrete). Tebal nominal minimum Laston adalah 4 - 6 cm, sesuai fungsinya Laston
mempunyai 3 macam campuran yaitu:
- Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing
Course), dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm.
- Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course), dengan tebal nominal minimum adalah 5 cm.
- Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt Concrete-Base),
dengan tebal nominal minimum adalah 6 cm.
Lapisan aspal beton (laston) yang secara umum digunakan secara luas diberbagai
negara dalah direncanakan untuk memperoleh kepadatan yang tinggi, nilai struktural tinggi
dan kadar aspal yang rendah. Hal ini biasanya mengarah menjadi suatu bahan yang relatif
kaku, sehingga konsekuensi ketahanan rendah dan keawetan yang terjadi rendah pula.
Ketentuan tentang sifat-sifat campuran laston AC dapat dilihat pada tabel berikut.

(Sumber: Direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.3.(1c)).
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir, HRSS) kelas A dan B
Campuran ini dimaksudkan untuk jalan dengan lalu-lintas ringan (< 0,5 juta
ESA/tahun), terutama di daerah daerah dimana batu pecah sulit diperoleh, biasa digunakan
untuk lapis permukaan.
Pemilihan Latasir kolas A atau B tergantung pada gradasi pasir yang digunakan.
Campuran Latasir biasanya memerlukan tambahan bahan pengisi untuk memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.Campuran jenis ini umumnya mempunyai daya tahan yang relatif
rendah terhadap terjadinya alur, karena itu tidak dibenarkan dipasang dengan lapisan yang
tebal, pada jalan dengan lalu-lintas berat atau pada daerah tanjakan.
Tabel Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Latasir untuk lalu Lintas
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Penyerapan Aspal (%) Max 2,0
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 20
Rongga terisi aspal (%) Min 75
Stabilitas Marshall (%) Min 200
Min 2
Pelelehan (mm)
Max 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 °C Min 75
(Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal papas, Desember 2005)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston, HRS)
Terdapat dua jenis campuran Lataston yaitu untuk lapis permukaan (HRS-wearing
course) dan Lataston untuk lapis pondasi (HRS-base). Ukuran maksimum untuk masing-
masing jenis campuran Lataston ada!ah 19 mm (3/4 inci).
Perbedaan keduanya adalah gradasi Lataston untuk lapis permukaan lebih halus
dibandingkan gradasi lataston untuk lapis pondasi, yang akan menghasilkan Lataston untuk
lapis permukaan mempunyai tekstur yang lebih halus dibandingkan Lataston untuk lapis
pondasi. Lataston sebaiknya digunakan pada jalan dengan lalu-lintas ringan sampai sedang (<
1.000.000 ESA).
Tabel Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston
Lataston
Sifat-sifat Campuran
WC BC
Penyerapan Aspal (%) Max 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (%) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman sefama 24 jam, 60 °C Min 75
Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal) Min. 2
(Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas, Desember 2005)

Anda mungkin juga menyukai