Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial skenario 2 yang bertema pertumbuhan dan
perkembangan orokraniofasial.
Dalam laporan tutorial ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan laporan tutorial ini.
Dalam pembuatan laporan tutorial ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan tutorial
skenario 3, khususnya kepada :
1. drg. Swasthi P, M.Kes selaku pembimbing (tutor) pada Ruang Tutorial 1
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan laporan tutorial ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan laporan tutorial ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................3
1.2 Skenario............................................................................................................................4
1.3 Learning Objective...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pertumbuhan dan perkembangan Kranial........................................................................5
2.2 Pertumbuhan dan perkembangan Hidung........................................................................6
2.3 Pertumbuhan dan perkembangan Palatum.......................................................................9
2.4 Pertumbuhan dan perkembangan Maksila.....................................................................14
2.5 Pertumbuhan dan perkembangan Mandibula.................................................................16
2.6 Pertumbuhan dan perkembangan TMJ...........................................................................19
2.7 Faktor-faktor yang pertumbuhan dan perkembangan orokraniofasial...........................20
2.8 Kelainan pada Pertumbuhan dan perkembangan orokraniofasial..................................20
2.9 Hormon-hormon pada kehamilan..................................................................................25
2.10 Pengukuran lingkar kepala pada janin.........................................................................32
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac yang
tumbuh secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac dipisahkan oleh
oleh membran oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap, beriringan dengan
pembentukan daerah choanae primitif, bagian posterior dari primary palate. Pada
perkembangan selanjutnya choanae primitive ini akan berpindah ke belakang primary palate.
Dengan adanya pertumbuhan secondary palate dan primitive nasal chambers, choanae
definitif sekarang berada di perbatasan rongga hidung dan faring. Di waktu yang sama,
superior, middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga nasal.
Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua bentuk sabit yang
membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan medial nasal prosesus.
Selanjutnya medial nasal prosesus akan berfusi secara eksternal untuk membentuk bagian
tengah dari hidung, mulai dari pangkal sampai apex dan bagian tengah bibir atas serta
philtrum.Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral nasal
prosesus. Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari hidung.
b. Ethmoid sinus
Disebut juga ethmoid air cells karena bukan merupakan sepasang sinuses
tetapi memiliki banyak kompartemen kecil. Ethmoid bones memiliki bagian
anterior, middle, dan posterior. Di saat pertumbuhan frontal bone, bagian
posterior dari ethmoid sinuses akan tumbuh ke sphenoid bone dan membentuk
sphenoid sinuses. Ethmoid bones mulai tumbuh ketika umut 6 – 8 tahun.
c. Sphenoid sinus
Berada di badan tulang sphenoid, di bawah kelenjar pituitary.
d. Maxilllary sinus
Merupakan sinuses terbesar dari paranasal sinuses. Saat bayi lahir,
maxillary sinuses akan sebesar biji kacang polong. Namun sinuses tersebut akan
membesar dan tumbuh sampai masa puber dan sampai semua gigi permanen
tumbuh.
Fungsi dari sinuses yaitu menghangatkan udara saat melalui system respirasi, namun
fungsi ini merupakan fungsi minimal. Pertumbuhan sinuses penting karena mengubah bentuk
dan ukuran hidung saat remaja. Sinuses juga berpengaruh pada gema di suara saat puber.
Selain proses tersebut, pada dinding cavum nasi terbentuk pula tonjolan-tonjolan
yang terbagi menjadi tiga yaitu:
Di anterior, bilah ini menyatu dengan palatum primer yang berbentuk segitiga, dan
foramen insisivum merupakan tanda utama garis tengah di antara palatum primer dan
sekunder (Gambar 4B). Pada saat yang sama dengan menyatunya bilah-bilah palatum,
septum nasi tumbuh ke bawah dan bergabung dengan bagian sefalik palatum yang baru
terbentuk (Gambar 4) ( Langman’s, 2014).
A. Potongan frontal melalui kepala mudigah berusia 7,5 minggu. Lidah telah bergerak ke
bawah, dan bilah palatum telah mencapai posisi horizontal. B. Pandangan ventral bilah
palatum sesudah pengangkatan rahang bawah dan lidah. Bilah-bilah ini terletak horizontal.
Gambar 3.4 Pembentukan palatum (Sumber : Langman’s, 2014)
A. Potongan frontal melalui kepala mudigah berusia 10 minggu. Kedua bilah palatum telah
menyatu satu sama lain dan dengan septum nasi. B. Pandangan ventral palatum. Foramen
insisivum membentuk garis tengah di antara palatum primer dan sekunder.
Raphe palatal adalah sutura median yang ditutupi oleh sub mukosa yang tipis,
sehingga lapisan mukosa berada dalam kontak dekat dengan tulang yang mendasari. Untuk
wilayah ini jaringan lunak yang menutupi jaringan median palatal tidak tahan terhadap alam
dan mungkin perlu dilepas.
Pembentukan rugae palatina terjadi pada bulan ke tiga intrauterin oleh jaringan ikat
yang melindungi palatum pada saat pembentukan maksila. Perkembangan dan pertumbuhan
rugae palatina dipengaruhi oleh interaksi antara jaringan mesenkim dan jaringan epitel.
Rugae palatina pertama kali terbentuk di sekitar papila insisvus dengan panjang 32 mm. Pada
masa embrio, rugae palatina cenderung menonjol pada palatal pada saat proses peninggian
dari jaringan ikat dan jariangan mesenkim. Pada saat pemanjangan embrio 550 mm terdapat
sekitar 5 sampai 7 ketinggian. Ketinggian yang terlihat dapat diklasifkasikan dengan berbagai
bentuk yaitu melengkung, lurus, bergelombang, dan bercabang. Pada daerah tengah raphae
palatina bentuk rugae palatina jelas terlihat sedangkan pada daerah lain tidak. Pada saat akhir
kehidupan intrauterin peninggian pada bagian posterior palatum mulai menghilang dan pada
bagian anterior mulai menonjol. Perubahan ini menyebabkan posisi rugae palatina terbatas
pada bagian anterior palatum sekunder saat kelahiran hingga seterusnya . Selama
pertumbuhan, ukuran panjang rugae palatina akan terus berubah mengikuti pertumbuhan
tulang palatal. Pola khas rugae palatina yang didapatkan saat lahir akan mencapai bentuk
akhirnya pada masa remaja. Ukuran rugae palatina sedikit meningkat pada usia pertengahan,
yaitu usia 13 th sampai 30 th. Pada usia seterusnya ukuran rugae palatina konstan
sebagaimana terhentinya pertumbuhan (Nila Kasuma, 2017).
Gambar 4.1 Mikrograf elektron scanning mudigah manusia (Sumber : Langman’s, 2014)
Selama 2 minggu berikutnya, prominensia maksilaris semakin bertambah besar.
Secara bersamaan, prominensia ini tumbuh ke medial, menekan prominensia nasalis mediana
ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah di antara prominensia nasalis mediana dan
prominensia maksilaris lenyap, dan keduanya menyatu.Arkus faring pertama terdiri dari
bagian dorsal, prosesus maksilaris, yang membentang ke depan di bawah regio mata, dan
bagian ventral, prosesus mandibularis.Mesenkim prosesus maksilaris membentuk premaksila,
maksila, os zigomatikum, dan sebagian os temporale melalui osifikasi membranosa.
(Langman’s. 2012)
Maksila adalah tulang penyusun wajah yang paling besar ukurannya setelah
mandibula dan setelah berfusi kedua tulang maksila membentuk rahang atas. Tulang ini
terdiri dari korpus dan empat prosessus yaitu molar, nasal, alveolar dan palatum. Corpusnya
berbentuk piramid dan merupakan pars centralis maxilla yang menutupi sinus maksilaris.
Corpus maksila memiliki empat permukaan yaitu fasial, orbital, zigomatik dan nasal(R.drake.
2008). Maksila menyatu dengan basis kranium. Basis kranium tumbuh membesar secara
endokhondral, tetapi pertumbuhan maksila adalah secara intramembranosa pada sutura –
sutura dan aposis pada permukaan. Pertumbuhan maksila bergerak kemuka dan kebawah,
dengan demikian kranium bergeser ke belakang dan ke atas. Pertumbuhan endokhondral dari
basis kranium ke septum nasi penting untuk bergeraknya kesatuan maksila kedepan dan
kebawah. (Mochtar. 2002)
B. Post-Natal
Pada saat lahir, mandibular kondilar tumbuh lebih secara horizontal sehinggan kondilar
tumbuh memanjang, sedangkan pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertical sehingga
pertumbuhan kondilar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir masa
remaja, sekitar umur 20 tahun.
II.V Pertumbuhan dan perkembangan TMJ
Pars tympanica tulang temporale membentuk sudut posteromedial atap fossa
infratemporalis, dan juga bersendi dengan capitulum mandibulae untuk membentuk sendi
temporomandibularis (TMJ). (Gray’s Basic Anatomy International Editon, 2012)
a. Bagian bawah sendi terutama memungkinkan gerak mandibula untuk depresi dan
elevasi, seperti sendi ginglymus.
B. Gambaran Klinis
Daerah yang paling sering terlibat pada penyakit ini adalah sudut mandibula
(mandibular angle), ascending ramus, regio retromolar dan bagian posterior maksilla.
Prosesus coronoid dapat terlibat tetapi condylus selalu terhindar. Perluasan tulang
paling sering terjadi secara bilateral walaupun ada pula kasus unilateral, sebagian
besar kasus hanya pada mandibula. Pada regio posterior mandibula dapat terjadi
pembesaran yang dapat meluas sampai pada processus alveolaris dan ascending ramus
serta tidak mengakibatkan rasa sakit. Penampilan klinis bervariasi mulai dari
pembengkakan posterior pada satu rahang hingga perluasan ke anterior dan posterior
adari kedua rahang, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mengunyah, bicara dan
menelan. Pada kelainan maksila terjadi keterlibatan dasar orbita dan Binding anterior
antrum. Tekanan ke arah superior pada orbita menyebabkan terjadinya penonjolan
sclera dan tatapan mats ke arah alas. Terjadi pula pengurangan atau obliterasi
lengkung palatal. Kemungkinan dapat pula terjadi premature exfoliation gigi decidui
pada usia 3 tahun. Timbul gangguan perkembangan dan erupsi ectopik gigi permanen.
Gigi permanen mungkin missing atau malformasi, M2 dan M3 rahang bawah sering
terlibat. E3iasanya kecerdasan penderita penyakit ini tidak terpengaruh.
C. Gambaran Radiografis
Secara radiografis akan terlihat lesi yang berbatas jelas, multiple, radiolusen
dan multilokular. Pada mandibula terjadi perluasan dan penipisan dari cortical plate.
kemungkinan juga terjadi displacement canal alveolaris inferior. Pada maksila akan
terlihat gambaran mirip gelembung sabun dengan obliterasi antrum maksilla.
Histopatologi Secara histologis, lesi sangat mirip dengan central giant cel carcinoma.
Terdapat fibrous stroma dengan vaskularisasi yang banyak dan tersusun dalam pola
melingkar. Terlihat banyak fibroblas dan multinucleated giant sel dengan nuclei dan
nucleoli yang menyolok. Pada lesi mature akan terlihat banyak jaringan fibrous dan
jumlah giant eel sedikit. Pathognomonic untuk cherubism adalah perivaskuler
kolagen. Differential Diagnosis Differential diagnosis untuk pembengkakan bilateral
adalah hiperparathyroidism, infantile cortical hyperostosis dan multiple odontogenic
keratocysts, sedangkan bila pembengkakan unilateral, differential diagnosenya adalah
fibrous dysplasia, central giant cel granuloma, histiocytosis dan odontogenic tumor.
A. Penampilan klinis
B. Penampilan klinis
C. Gambaran klinis
Terjadi hipoplasi pada mandibula, maksila, zygoma serta telinga tengah dan
telinga ekstema dengan derajat yang bervariasi. Pada syndrome dengan ekspresi
penuh, penampilan muka sangat khas, sering digambarkan sebagai "bird-like" atau
"fish like". Tujuh puluh lima persen kasus menunjukkan kecacatan pada 1/3 bagian
luar kelopak mata bawah. 50% kasus menunjukkan bulu mata bawah di sebelah
medial dari bagian mata yang carat tidak ada. Fissure palpebral menunjukkan miring
ke bawah. Sering terjadi atresia kongenital lubang telinga eksterna dan microtia.
Terdapat kecacatan pada daun telinga berupa daun telinga kusut atau tidak ada sama
sekali, sering pula terjadi ketulian. Pada 30% kasus menunjukkan adanya celah
palaturn, sedangkan 15% kasus menunjukkan terjadinya macrostomia, dapat pula
disertai dengan open bite dan hipoplasi mandibula.
A. Penampilan klinis
Bersamaan dengan perkembangan sel-sel trofoblas dari sebuah ovum yang baru
dibuahi, hormon human chorionic gonadotropin disekresi oleh sel-sel trofoblast sinsitial ke
dalam cairan ibu, seperti tampak pada Gambar 1. Sekresi hormon ini mula-mula dapat diukur
dalam darah 8 sampai 9 hari setelah ovulasi, segera setelah blastokista berimplantasi di
endometrium. Kemudian kecepatan sekresi meningkat dengan cepat dan mencapai
maksimum pada kira-kira 10 sampai 12 hari kehamilan dan menurun kembali sampai kadar
yang lebih rendah pada sekitar 16 sampai 20 minggu. Keadaan ini terus berlanjut pada kadar
tinggi ini selama sisa masa kehamilan. (Guyton, 2011)
Gambar 9.1. Kecepatan sekresi estrogen dan progesteron, serta konsentrasi human chorionic
gonadotropin pada berbagai stadium kehamilan. (Sumber : Guyton, 2011)
II.VIII.2 Estrogen
Plasenta, seperti korpus luteum, menyekresi estrogen maupun progesteron. Penelitian
histokimiawi dan fisiologis menunjukkan bahwa kedua hormon ini, seperti kebanyakan
hormon plasenta yang lain, disekresi oleh sel-sel sinsitio trofoblas plasenta. (Guyton, 2011)
II.VIII.3 Progesteron
Progesteron juga penting untuk berhasilnya kehamilan kenyataannya hormon ini sama
pentingnya dengan estrogen. Selain disekresi dalam jumlah sedang oleh korpus luteum pada
awal kehamilan, kelak disekresi dalam jumlah sangat banyak oleh plasenta, rata-rata
meningkat sekitar 10 kali lipat selama kehamilan, seperti yang tampak pada Gambar 1 .
(Guyton, 2011)
Pertama, bila diberikan pada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda,
human chorionic somatomammotropin sedikitnya menyebabkan perkembangan sebagian
payudara hewan dan pada beberapa keadaan menyebabkan laktasi. Oleh karena ini
merupakan fungsi hormon tersebut yang pertama ditemukan, maka hormon ini mula-mula
dinamai human placental lactogen dan diyakini mempunyai fungsi yang mirip dengan
prolaktin. Akan tetapi, usaha untuk meningkatkan laktasi manusia dengan hormon ini tidak
berhasil. (Guyton, 2011)
Kedua, hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormon
pertumbuhan, menyebabkan pembentukan jaringan protein dengan cara yang sama seperti
hormon pertumbuhan. Hormon ini juga mempunyai struktur kimia yang serupa dengan
hormon pertumbuhan, tetapi dibutuhkan human chorionic somatomammotropin 100 kali
lebih banyak daripada hormon pertumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan. (Guyton,
2011)
7. ukuran panjang antara bokong dan ujung kepala janin (CRL/Crown Rump Length)
8. ukuran tulang pelipis kiri dan kanan (BPD/Biparietal Diameter)
10. dsb.
Head Circumferesial (HC) atau ukuran lingkar kepala, yang dapat digunakan untuk
mengetahui usia kehamilan terutama pada trimester kedua dan ketiga, juga dapat dijadikan
sebagai alat pendeteksi adanya kelainan otak bawaan.
Ukuran
tulang Ukuran Ukuran Ukuran
Usia pelipis panjang lingkar lingkar
Kehamilan kiri dantulang kepala /perut
(minggu) kanan /paha / FLHC /AC
BPD (mm) (mm) (mm)
(mm)
12 21 8 70 56
13 25 11 84 69
14 28 15 98 81
15 32 18 111 93
16 35 21 124 105
17 39 24 137 117
18 42 27 150 129
19 46 30 162 141
20 49 33 175 152
21 52 36 187 164
22 55 39 198 175
23 58 42 210 186
24 61 44 221 197
25 64 47 232 208
26 67 49 242 219
27 69 52 252 229
28 72 54 262 240
29 74 56 271 250
30 77 59 280 260
31 79 61 288 270
32 82 63 296 280
33 84 65 304 290
34 86 67 311 299
35 88 68 318 309
36 90 70 324 318
37 92 72 330 327
38 94 73 335 336
39 95 75 340 345
40 97 76 344 354
21 52 36 187 164
22 55 39 198 175
23 58 42 210 186
24 61 44 221 197
25 64 47 232 208
26 67 49 242 219
27 69 52 252 229
28 72 54 262 240
29 74 56 271 250
30 77 59 280 260
31 79 61 288 270
32 82 63 296 280
33 84 65 304 290
34 86 67 311 299
35 88 68 318 309
36 90 70 324 318
37 92 72 330 327
38 94 73 335 336
39 95 75 340 345
40 97 76 344 354
BAB III
KESIMPULAN
Guyton and Hall.2011. Guyton and Hall textbook of medical physiology 12th
edition.Amerika serikat:Saunders Elsevier
Cawson, R.A., Binnie, W.H., Eveson, J.W., 2010, Color Atlas of Oral Disease, 2 nd ed.
Wolfe, London 2.
Pathology, WB Saunders Co., Philadelphia 7. Roth GI and CaImes R., 2009, Oral Biology,
The CV Mosby
Co., St. Louis. 8, Roeslan, Budi Oetomo, 2009, Imunologi Oral, Kelainan di dalam rongga
mulut, Balai
Penerbit FKGUI, Jakarta. 9. Topazian, R.G., Goldberg, M.H., 2009, Oral and Maxillofacial
Infection, 2 nd ed., Philadelphia
Sadler, T.W. 2014. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12. Jakarta : EGC
Drake, R. L. 2012. Gray Basic Anatomy. International Edition. Canada: Elsevier Chuchill
Livingstone
Mokhtar M, Dasar-dasar Ordonti: Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial. Jakarta:
IDI, 1998;4:27-38
Nanci, Antonio. 2014. Ten Cate’s Oral Histology 8th Edition. Missouri, USA: Elsevier Health
Sciences
Suhendriyah. 2015. Perkembangan Cranium dan Rangka Wajah. Universitas Gajah Mada
Nila Kusuma, 2017. RUGAE PALATINA. Padang : Andalas University Press
Langman’s. 2012. Medical Embryology.Edisi 12. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters
Kluwer business: London.
Mochtar, Rustam.2002.Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC
Ivar A. Mjor, Ole Fajerskov. 1990. Embriologi dan Histology Rongga Mulut. Jakarta: Widya
Medika.