Anda di halaman 1dari 25

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

JARINGAN LUNAK KRANIOFASIAL


PADA MASA EMBRIO

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Martin Sean 201811081
Maya Zahara Santika 201811082
Moza Kirana 201811086
Muhammad Millien Tadanaf 201811088
Muhammad Reza Fajriana 201811093
Nabhan Arafi 201811094
Nadianisa Luthfiani 201811099
Nanda Permatasari 201811100
Kelas D
Blok Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniomaksilofasial 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah blok
Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniomaksilofasial 2 yang berjudul
“Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Lunak Kraniofasial Pada Masa
Embrio” dengan tepat waktu tanpa halangan apapun. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang Pertumbuhan
dan Perkembangan Jaringan Lunak Kraniofasial Pada Masa Embrio.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan
memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.

Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua


pihak. Kritik & saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 09 September 2019

Hormat kami,

(penulis)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PEGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot
wajah ............................................................................................. 3

2.1.1 Asal otot rangka wajah ................................................... 7


2.1.2 Otot yang berkembang dari Arkus Faring ...................... 7

2.2 Fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial) ............................... 9


2.3 Regulasi Molekuler Pembentukan Wajah ..................................... 10
2.4 Pola Pembentukan Otot-Otot Wajah ............................................. 13
2.5 Pembentukan Otot Rangka atau Lurik Sebagai Otot Wajah dan
Sel Prekursor Dari Otot-otot Wajah ............................................. 13
2.6 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lapisan Embrionik
Pembentuk Otot-otot Wajah ......................................................... 15

2.6.1 Mesoderm Paraksial ....................................................... 17


2.6.2 Mesoderm Intermediet .................................................... 18
2.6.3 Mesoderm Lempeng Lateral ........................................... 18

2.7 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lapisan Embrionik


Pembentuk Otot-otot Leher .......................................................... 19

BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Embriologi wajah diawali dengan perkembangan kepala dan leher,
gambaran yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah
terbentuknya arkus faring (istilah lama untuk struktur ini adalah arkus brankial
karena struktur ini agak menyerupai insang [brankia] ikan). Arkus-arkus ini
muncul di minggu keempat dan kelima perkembangan dan ikut berperan
menghasilkan bentuk bagian luar embrio. Mula-mula, arkus-arkus ini terdiri
dari balok-balok jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah dalam yang
dikenal sebagai celah faring (pharyngeal cleft).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot
wajah?
2. Apa fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial)?
3. Apa regulasi molekuler pembentukan otot-otot wajah (kraniofasial)?
4. Bagaimana pola pembentukan otot-otot wajah (kraniofasial)?
5. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot wajah?
6. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot leher?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot
wajah
2. Mengetahui fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial)
3. Mengetahui regulasi molekuler pembentukan otot-otot wajah
(kraniofasial)
4. Mengetahui pola pembentukan otot-otot wajah (kraniofasial)
5. Menjelaskan pembentukan otot rangka atau lurik sebagai otot wajah dan
sel prekursor dari otot-otot wajah.
6. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot wajah.
7. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot leher.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan dari makalah ini adalah:

1. Memperoleh ilmu mengenai asal lapisan embrionik pembentuk jaringan


lunak otot-otot wajah.
2. Memperoleh ilmu mengenai fungsi umum otot-otot wajah.

3. Memperoleh ilmu mengenai regulasi molekular pembentukan otot-otot


wajah.

4. Memperoleh ilmu mengenai pola pembentukan otot-otot wajah.

5. Memperoleh ilmu mengenai pembentukan otot rangka atau lurik sebagai


otot wajah dan sel prekursor dari otot-otot wajah.

6. Memperoleh ilmu mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan


lapisan embrionik pembentuk otot-otot wajah.

7. Memperoleh ilmu mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan


lapisan embrionik pembentuk otot-otot leher.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot wajah

Mesekim untuk pembentukan regio kepala berasal dari mesoderm lempeng


lateral, mesoderm paraaraksial, krista neuralis dan regio ektoderm yang menebal
yang dikenal sebagai plakoda ektoderm. Mesoderm paraksial (somit dan
somitomer) membentuk sebagian besar komponen membranosa dan kartilaginosa
neurokranium (tengkorak), seluruh otot volunter di regio kraniofasial, dermis dan
jaringan ikat di regio dorsal kepala dan meningen di sebelah kaudal
prosensefalon.1

Mesoderm lempeng lateral membentuk kartilago laring (kartilago


aritenoidea dan krikoidea) dan jaringan ikat di regio ini. Sel krista neuralis berasal
dari neuroektoderm regio otak depan, otak tengah dan otak belakang dan
bermigrasi ke ventral ke dalam arkus faring dan ke rostral mengelilingi otak depan
dan cawan optik ke dalam regio wajah.1

gambar 1.1 Mesenkim pembentuk regio kepala1

3
Embriologi wajah diawali dengan perkembangan kepala dan leher,
gambaran yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah
terbentuknya arkus faring (istilah lama untuk struktur ini adalah arkus brankial
karena struktur ini agak menyerupai insang [brankia] ikan). Arkus-arkus ini
muncul di minggu keempat dan kelima perkembangan dan ikut berperan
menghasilkan bentuk bagian luar embrio. Mula-mula, arkus-arkus ini terdiri dari
balok-balok jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah dalam yang dikenal
sebagai celah faring (pharyngeal cleft). Secara bersamaan, dengan perkembangan
arkus dan celah, sejumlah kantong penonjolan, kantong faring, muncul di
sepanjang dinding lateral faring, bagian paling kranial usus depan (foregut).
Kantong-kantong tersebut menembus mesenkim di sekitarnya, tetapi tidak
membuat hubungan langsung dengan celah eksternal. Oleh sebab itu, walaupun
perkembangan arkus, celah dan kantong faring menyerupai pembentukan insang
pada ikan dan amfibi, pada embrio manusia, tidak pernah terbentuk insang sejati.
Karenanya, untuk embrio manusia, digunakan istilah faring (arkus, celah dan
kantong). 1

gambar 1.2 Perkembangan arkus faring1

4
gambar 1.3 Kantong faring1

Arkus faring tidak hanya ikut membentuk leher, tetapi juga berperan
penting dalam pembentukan wajah. Di akhir minggu keempat, pusat wajah
dibentuk oleh stomodeum, yang dikelilingi oleh sepasang arkus faring pertama.
Saat embrio berusia 4 ½ minggu, dapat dikenali adanya lima tonjolan mesenkim:
prominensia mandibularis (arkus faring pertama), di sebelah kaudal
stomodeum; prominensia maksilaris (bagian dorsal arkus faring pertama), di
sebelah lateral stomodeum; dan prominensia frontonasalis, peninggian yang
sedikit membulat di kranial stomodeum. Perkembangan wajah kemudian
disempurnakan oleh pembentukan prominensia nasalis. Di semua kasus,
diferensiasi struktur yang berasal dari arkus, kantong, celah dan prominensia
bergantung pada interaksi epitel-mesenkim.1

5
gambar 1.4 tonjolan mesenkim2

Mesoderm arkus faring membentuk otot-otot wajah dan leher. Dengan


demikian, setiap arkus faring ditandai oleh komponen ototnya sendiri. Komponen
otot setiap arkus memiliki saraf kranialnya masing-masing, dan ke mana pun sel-
sel otot tersebut bermigrasi, sel-sel ini membawa serta komponen sarafnya. Selain
itu, setiap arkus memiliki komponen arterinya masing-masing.1

6
2.1.1 Asal otot rangka wajah
Otot rangka sangat penting tidak hanya untuk penggerak tetapi juga untuk
penglihatan bilateral, makan, bernapas, dan komunikasi vokal. Fungsi terakhir ini
dikontrol oleh otot rangka kraniofasial. Mesoderm kranial anterior menimbulkan
otot ekstraokular, yang diperlukan untuk menggerakkan bola mata; mesoderm
kranial di inti lengkung faring atau cabang menimbulkan otot pengunyahan,
ekspresi wajah, dan otot yang terlibat dalam operasi laring dan faring; dan somit
anterior atau oksipital menimbulkan sel-sel progenitor otot yang bermigrasi secara
sekunder ke kepala untuk membentuk otot-otot lidah dan leher. Demikian pula,
sel-sel induk otot rangka, atau sel-sel satelit, yang terletak di bawah lamina basal
serat otot dan berkontribusi pada homeostasis dan perbaikan otot, memiliki sifat
berbeda pada otot yang berasal dari mesoderm kranial atau somit yang cenderung
berkontribusi pada mekanisme penyakit yang mendasari otot miopati yang
terbatas.1

tabel 1.1 asal otot kraniofasial1

2.1.1 Otot yang berkembang dari Arkus Faring


A. Arkus Faring Pertama
Otot-otot yang berkembang dari arkus faring pertama mencakup otot-otot
pengunyah (m. temporalis, m. masseter, dan m. pteri-goideus), venter anterior m.
digastrikus, m. milohioideus, m. tensor timpani dan m. tensor veli palatini. Nervus
yang menyarafi otot-otot arkus pertama adalah nervus mandibularis cabang dari

7
nervus trigeminus. Karena mesenkim dari arkus pertama juga ikut membentuk
dermis wajah, suplai sensorik ke kulit wajah diberikan oleh n. oftalmikus, n.
maksilaris dan n. mandibularis, cabangcabang dari nervus trigeminus.1

Otot-otot arkus tidak selalu melekat pada komponen tulang atau kartilago
dari arkusnya sendiri tetapi kadang bermigrasi ke regio di sekitarnya. Meskipun
demikian, asal otot-otot ini dapat selalu ditelusuri, karena suplai persarafannya
berasal dari arkus asalnya.1

B. Arkus Faring Kedua


Otot-otot arkus hioid adalah m. stapedius, m. stilohioideus, venter
posterior m. digastrikus, m. aurikularis, dan otot-otot ekspresi wajah. Nervus
fasialis, saraf arkus kedua, menyarafi seluruh otot ini.1

C. Arkus Faring Ketiga


Otot-otot arkus ketiga terbatas pada m. stilofaringeus. Otot-otot ini disarafi
oleh nervus glosofaringeus, nervus arkus ketiga.1

D. Arkus Faring Keempat dan Keenam


Otot-otot arkus keempat (m. krikotiroideus, m. levator veli palatini, dan m.
konstriktor faringis) disarafi oleh n.laringeus superior, cabang n. vagus, nervus
arkus keempat. Otot-otot intrinsik laring disarafi oleh n. laringeus rekurens,
cabang n. vagus, nervus arkus keenam. 1

8
2.2 Fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial)
Struktur kepala dan leher melindungi otak, memberikan dukungan untuk
organ-organ sensorik yang halus, dan diperlukan untuk memberi makan dan
perilaku eksplorasi. Otot kraniofasial, yang meliputi otot eksraokular, wajah,
pengunyahan, faring, laring, dan lidah, diperlukan untuk semua aktivitas motoric
kepala dan leher. Otot ekstraokular bertanggung jawab atas gerakan sukarela yang
terkoordinasi dan reflektif pada organ penglihatan, mata. Susunan anatomis dan
persarafan mereka sangat dipertahankan, menunjukkan bahwa sistem motor
okular cukup kuno, mungkin mendahului beberapa otot batang dan tungkai.
Dengan pengecualian langka, bahkan vertebrata yang paling primitif memiliki
setidaknya enam otot ekstraokular untuk setiap mata. Seperti halnya dalam sistem
motor lain yang kurang dimanfaatkan, otot-otot ini berkembang dengan buruk
pada spesies yang tidak bergantung pada penglihatan, tikus-tikus telanjang.
Contoh yang bahkan lebih ekstrem dari adaptasi otot ekstraokular fungsional
terjadi pada ikan, yang otot-otot ekstraokular dorsalnya (superior) yang diperbesar
berfungsi sebagai organ penghasil panas untuk menjaga otak lebih hangat
daripada lingkungan.3

Otot-otot branchiomeric mengendalikan pergerakan rahang, ekspresi


wajah, dan fungsi laring serta faring. Otot rahang (pengunyahan) penting untuk
memberi makan dan menghasilkan suara; bersama dengan beberapa otot leher,
mereka muncul dari lengkungan cabang pertama dan kedua. Ini adalah otot
serbaguna yang disesuaikan dengan beragam rencana artikulasi rahang dan
perilaku makan. Mamalia unik karena memiliki otot ekspresi wajah dan gerakan
telinga luar. Otot faring dan laring pada mamalia sebagian besar bertanggung
jawab untuk menelan dan bernafas secara terkoordinasi (mis., Biasanya, kita tidak
menelan dan bernapas pada saat yang bersamaan). Otot laring juga terlibat dalam
refleks proteksi jalan napas dan produksi suara. Lidah yang mengandung otot
sukarela hadir di sebagian besar amfibi, dan semua reptil, burung, dan mamalia,
menunjuk pada hubungan dengan gaya hidup terestrial, dan diadaptasi untuk
memberi makan dan peran sensorik.3

9
2.3 Regulasi Molekuler Pembentukan Wajah

Sel krista neuralis berasal dari sel-sel neuroepitel yang berdekatan dengan
ektoderm permukaan di sepanjang tepi lipatan saraf. Pembentukan sinyal bone
morphogenetic protein (BMP) penting dalam membentuk regio tepi ini dan
kemudian mengatur ekspresi WNT1 untuk mendorong bakal sel krista tersebut
mengalami transisi epitel-ke-mesenkim dan memulai migrasinya ke mesenkim di
sekitarnya. Di otak belakang, sel krista berasal dari suatu pola spesifik segmen-
segmen yang disebut rombomer. Terdapat delapan segmen ini di dalam otak
belakang (R1-R8), dan sel krista neuralis dari segmen spesifik bermigrasi untuk
menempati arkus faring tertentu. 1

gambar 1.5 jalur migrasi sel neuralis1

10
gambar 1.6 pola ekspresi gen di arkus faring1

Sel-sel krista ini bermigrasi dalam tiga gelombang: Sel yang berasal dari
R1 dan R2 bermigrasi ke arkus pertama bersama dengan sel krista dari regio otak
tengah bagian kaudal; krista dari R4 bermigrasi ke arkus kedua; dan sel-sel dari
R6 dan R7 bermigrasi ke arkus 4 hingga 6. Pemisahan ketiga gelombang ini
dibantu oleh fakta bahwa sangat sedikit sel krista yang terbentuk dari segmen R3
dan R5 dan sel-sel yang terbentuk tersebut, ikut bergabung dengan gelombang-
gelombang sel tersebut untuk bermigrasi. Tiga gelombang berbeda ini sangat
penting karena ketiganya memberikan petunjuk bagi aksonakson dari ganglion-
ganglion yang terbentuk di regio kepala dan leher, termasuk ganglion trigeminale,
genikuli, vestibuloakustikus, petrosum dan nodosum. Ganglion-ganglion ini
terbentuk dari kombinasi sel-sel krista dan sel-sel dari plakoda di regio ini (lihat
Bab 18). Aksonakson dari ganglion trigeminale masuk ke otak belakang di R2;
akson-akson dari ganglion genikuli dan vestibuloakustikus di R4; dan yang
berasal dari ganglion petrosum dan nodosum di R6 dan R7, yang menjadi
penyebab adanya tiga gelombang sel krista ini. Tidak ada akson yang berproyeksi
ke R3 atau R5. 1

11
Sel krista neuralis yang menempati arkus faring membentuk komponen
tulang rangka yang khas untuk setiap arkus. Dahulu, diduga bahwa sel krista
neuralis yang mengatur pembentukan pola elemen tulang rangka ini, tetapi saat ini
jelas bahwa proses ini dikendalikan oleh endoderm kantong faring. Pembentukan
kantong faring terjadi sebelum migrasi krista neuralis dan bahkan terjadi pada saat
sel krista tidak ada. Kantong-kantong dibentuk oleh migrasi sel-sel endoderm ke
lateral, dan migrasi ini dirangsang oleh faktor pertumbuhan fibroblas (FGF).
Setelah terbentuk, kantong faring ini mengekspresikan pola gen yang sangat
khas.1

BMP7 diekspresikan di endoderm posterior pada setiap kantong; FGF8


terletak di endoderm anterior; dan ekspresi PAX1 terbatas pada endoderm paling
dorsal pada setiap kantong. Selain itu, SHH diekspresikan di endoderm posterior
pada kantong kedua dan ketiga. Kemudian pola ekspresi ini mengatur diferensiasi
dan pembentukan pola mesenkim arkus faring menjadi struktur tulang rangka
tertentu. Namun, proses ini juga bergantung pada mesenkim dan merupakan suatu
contoh lain dari interaksi epitel-mesenkim. Dalam hal ini, respon mesenkim
terhadap sinyal endoderm bergantung pada faktor transkripsi yang diekspresikan
di dalam mesenkim tersebut. Faktor-faktor transkripsi ini mencakup gen-gen HOX
dan lainnya yang dibawa oleh sel krista neuralis ke dalam arkus.1

Sel krista memperoleh pola ekspresi gennya yang spesifik dari rombomer
asalnya. Pola rombomer itu sendiri ditentukan oleh kode bertingkat dari ekspresi
gen HOX di otak belakang yang dibawa serta oleh sel krista ketika bermigrasi.
Arkus pertama bersifat negatif-HOX tetapi mengekspresikan OTX2, suatu faktor
transkripsi yang mengandung homeodomain yang diekspresikan di otak tengah;
arkus kedua mengekspresikan HOXA2; dan arkus 3 hingga 6 mengekspresikan
anggota dari kelom-pok paralog ketiga gen HOX, HOXA3, HOXB3, dan
HOXD3. Pola ekspresi yang berbeda dari faktor-faktor transkripsi ini
memungkinkan setiap 270 Embriologi Kedokteran Langman arkus untuk
merespon secara berbeda terhadap sinyal yang keluar dari endoderm kantong

12
sedemikian rupa sehingga arkus pertama membentuk maksila dan mandibula,
arkus kedua membentuk os hioideum, dst. 1

Sisa tulang rangka wajah, daerah tengah dan atas wajah, juga berasal dari
sel krista neuralis yang bermigrasi ke dalam prominensia frontonasalis. Di regio
ini, sinyal-sinyal yang berasal dari ektoderm permukaan dan area neuroepitel di
bawahnya menentukan nasib mesenkim. Lagi-lagi, tampaknya SHH dan FGF8
berperan penting dalam pembentukan pola area ini, namun interaksi genetik
spesifiknya belum diketahui.1

2.4 Pola Pembentukan Otot-Otot Wajah


Pola pembentukan otot dipengaruhi oleh jaringan ikat dimana mioblas
bermigrasi. Di daerah kepala, jaringan ikat ini berasal dari sel-sel krista neural,
di daerah serviks dan oksipital, mereka berdiferensiasi dari mesoderm somitic,
dan di dinding tubuh dan anggota badan, mereka berasal dari lapisan parietal
mesoderm pate lateral.1

2.5 Pembentukan Otot Rangka atau Lurik Sebagai Otot Wajah dan Sel
Prekursor Dari Otot-otot Wajah

Otot rangka tidak hanya untuk penggerak, tetapi juga untuk penglihatan
bilateral, pernapasan, dan komunikasi vokal. Otot rangka berasal dari
mesodermal. Semua otot rangka termasuk otot apendikular bersalah dari
kompartmen miotom dari somit, otot-otot kepala vertebrata berasal dari tuga sel
preganitor. Kranial mesoderm anterior membentuk otot ektraokular, yang
digunakan untuk menggerakan bola mata; kranial mesoderm dibagian inti faring
atau branchial arches membentuk otot pengunyahan, ekpresi wajah, dan otot yang
terlibat dalam kerja faring dan laring; dan somit anterior atau oksipital membentuk
sel otot progenitor yang bermigrasi secara sekunder ke kepala untuk membentuk
lidah dan otot leher. Sementara diferensiasi otot rangka diseluruh embrio diatur
oleh faktor transkirpsi MYOD, jalur hulu intrinsik dan ekstrinsik yang berbeda

13
secara fundamental mengontrol timbulnya miogenesis pada mesoderm cranial dan
somit-derived mesoderm. Ini tercermin dalam profil ekspresi gen yang berbeda
dan kerentanan terhadap miopati otot kepala dan otot-otot tubuh. Demikian pula,
sel-sel induk otot rangka residental, atau sel-sel satelit, yang terletak di bawah
lamina basal serat otot dan berkontribusi pada homeostatis dan perbaikan otot,
memiliki sifat yang berbeda pada otot yang berasal dari mesoderm cranial atau
somit yang cenderung berkontribusi pada mekanisme penyakit yang mendasari
miopati yang dibatasi otot. Studi embriologis dan dan anatomi yang luas telah
membedah nasib mesoderm cranial dan menganalisis perkembangan dan
diferensiasi otot kraniofasial dalam model vertebrata yang berbeda.1

Somit dan somitomer membentuk perototan untuk rangka-rangka sumbu


tubuh, dinding tubuh, ekstremitas, dan kepala. Dari region oksipital ke arah
kaudal, somit membentuk dan berdiferensiasi menjadi sklerotom, dermatom, dan
dua region pembentuk otot. Salah satu region ini muncul di tepi atau bibir
ventrolateral (BVL) bakal dermomiotom. Sel-sel dari BVL ikut membentuk
pembentukan miotom dan juga menghasilkan sel-sel progenitor untuk otot-otot
dinding tubuh dan ekstremitas. Selama diferensiasi, sel-sel prekursor, mioblas,
menyatu dan membentuk serat otot panjang berinti banyak. Di sitoplasma segera
terbentuk miofibril, dan pada akhir bulan ketiga, lurik-lintang, yaitu gambaran
khas otot rangka, muncul. Proses serupa terjadi di tujuh somitomer di bagian
kepala rostal ke somit oksipital.1

2.6 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lapisan Embrionik Pembentuk


Otot-otot Wajah
Mula-mula, sel-sel lapisan germinativum mesoderm membentuk suatu
lembaran tipis anyaman jaringan longgar di setiap sisi garis tengah. Namun,
sekitar hari ke-17, sel-sel yang dekat dengan garis tengah berproliferasi dan
membentuk lempeng jaringan tebal yang dikenal sebagai mesoderm paraksial. Ke
arah lateral, lapisan mesoderm tetap tipis dan dikenal sebagai lempeng lateral.

14
Dengan kemunculan dan penyatuan rongga-rongga interselular di dalam lempeng
lateral, jaringan ini terbagi menjadi dua lapisan:1

 Sebuah lapisan bersambungan dengan mesoderm yang melapisi amnion,


dikenal sebagai lapisan mesoderm somatik atau parietal, dan
 Sebuah lapisan bersambungan dengan mesoderm yang melapisi yolk sac,
dikenal sebagai lapisan mesoderm splanknik atau viseral.

Bersama-sama, kedua lapisan ini melapisi sebuah rongga yang baru terbentuk,
rongga intraembrional, yang berhubungan dengan rongga ekstraembrional di
setiap sisi mudigah. Mesoderm intermediet menghubungkan mesoderm paraksial
dan lempeng lateral.1

gambar 1.7 perkembangan lapisan germinativum mesoderm1

15
gambar 1.8 potongan melintan somit dan tabung saraf1

2.6.1 Mesoderm Paraksial


Di awal minggu ketiga, mesoderm paraksial mulai disusun menjadi
segmen-segmen. Segmen-segmen ini, dikenal sebagai somitomer, pertama
muncul di regio sefalik mudigah dan pembentukannya berlanjut dengan arah
sefalokaudal. Setiap somitomer terdiri dari sel-sel mesoderm yang tersusun dalam
gulungan konsentrik mengelilingi bagian tengah unit tersebut. Di regio kepala,
somitomer bersama dengan segmentasi lempeng saraf membentuk neuromer dan
ikut berperan dalam pembentukan mesenkim di kepala. Dari regio oksipital ke
kaudal, somitomer kemudian tersusun menjadi somit-somit. Pasangan somit
pertama muncul di regio oksipital mudigah pada sekitar hari ke-20 perkembangan.
Dari sini, somit-somit baru bermunculan dalam urutan kraniokaudal dalam laju
sekitar tiga pasang per hari hingga, di akhir minggu kelima, telah terdapat 42
hingga 44 pasang somit. Terdapat 4 pasang oksipital, 8 pasang servikal, 12 pasang
torakal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sakral, dan 8 hingga 10 pasang koksigeal.
Somit oksipital yang pertama beserta lima hingga tujuh somit koksigeal yang

16
terakhir kemudian lenyap, sementara sisanya membentuk kerangka tulang aksial.
Karena somit muncul dengan periodisitas yang spesifik, usia mudigah dapat
ditentukan secara akurat selama periode awal ini dengan menghitung jumlah
somit.1

gambar 1.9 gambaran perkembangan embryo1

17
2.6.2 Mesoderm Intermediet
Mesoderm intermediet, sementara menghubungkan mesoderm paraksial
dengan lempeng lateral, berdiferensiasi menjadi struktur-struktur urogenital. Di
regio servikal dan torakal bagian atas, mesoderm ini membentuk kelompok sel
segmental (bakal nefrotom), sedangkan di bagian lebih kaudal, mesoderm
membentuk massa jaringan non-segmental, korda nefrogenik. Unit ekskretorik
sistem saluran kemih dan gonad berkembang dari mesoderm intermediet yang
sebagian segmental dan sebagian lainnya nonsegmental.1

2.6.3 Mesoderm Lempeng Lateral


Mesoderm lempeng lateral terbelah menjadi lapisan parietal (somatik) dan
viseral (splanknik), yang masing-masing, melapisi rongga intraembrional dan
melapisi organ-organ. Mesoderm dari lapisan parietal, bersama dengan ektodem
di atasnya, membentuk lipatan dinding tubuh lateral. Lipatan-lipatan ini, bersama
dengan lipatan kepala (sefalik) dan ekor (kaudal), menutup dinding tubuh bagian
ventral. Lapisan parietal mesoderm lempeng lateral kemudian membentuk dermis
kulit di dinding tubuh dan ekstremitas, tulang dan jaringan ikat ekstremitas, serta
sternum. Selain itu, sklerotom dan sel-sel prekursor otot yang bermigrasi ke dalam
lapisan parietal mesoderm lempeng lateral membentuk kartilago kostalis, otototot
ekstremitas, dan sebagian besar otot dinding tubuh. Lapisan viseral mesoderm
lempeng lateral bersama dengan endoderm mudigah, membentuk dinding tabung
usus. Sel-sel mesoderm lapisan parietal yang melapisi rongga intraembrional
membentuk membran tipis, membran mesotelial, atau membran serosa, yang akan
melapisi rongga peritoneum, pleura dan perikardium dan menyekresi cairan
serosa. Sel-sel mesoderm lapisan viseral membentuk membran serosa tipis yang
mengelilingi setiap organ.1

18
Gambar. 1.10 A. Potongan melintang pada mudigah berusia 21 hari di regio
mesonefros yang menunjukkan lapisan mesoderm parietal dan viseral. Rongga
intraembrional berhubungan dengan rongga ekstraembrional (rongga korion). B.
Potongan di akhir minggu keempat. Mesoderm parietal dan ektoderm di atasnya
membentuk dinding tubuh ventral dan lateral. Perhatikan membran peritoneum
(serosa). 1

2.7 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lapisan Embrionik Pembentuk


Otot-otot Leher
Pharyngeal Mesoderm: menghubungkan pertumbuhan otot kepala dan hati
Program genetika mesodermal faring spesifik dengan situs-situs myogenesis
branchiomeric yang secara fundamental berbeda dari yang ada di tempat lain
dalam embrio. Program genetik sel-sel progenitor otot branchiomeric, termasuk
ekspresi Isl1, Tbxl, Fgf10, Capsulin dan MyoR tumpang tindih dengan populasi
sel-sel progenitor jantung di wilayah faring, disebut bidang jantung kedua.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otot kraniofasial, yang meliputi otot eksraokular, wajah, pengunyahan,


faring, laring, dan lidah, diperlukan untuk semua aktivitas motoric kepala dan
leher. Otot-otot branchiomeric mengendalikan pergerakan rahang, ekspresi wajah,
dan fungsi laring serta faring. Otot rahang (pengunyahan) penting untuk memberi
makan dan menghasilkan suara.

Pensinyalan BMP pada regulasi pembentukan otot wajah menghambat


miogenesis pada somit dan lengkung, sinyal WNT dan Hedgehog (Hh) adalah
inhibitor poten dari myogenesis kranial, namun mempromosikan ekspresi MRF di
somit. Masuknya Crest ke dalam lengkungan mungkin permisif untuk miogenesis
kranial, karena BMP (GREMLIN) dan penghambat WNT (FRZB1) diekspresikan
dalam mesenchyme lengkungan krista neural crest, sehingga mengisolasi inti dari
sinyal antimyogenik dari epitel faring. Pensinyalan FGF mempromosikan
proliferasi sel progenitor myogenik dan identitas otot branchiomeric pada
lengkung pertama.

Pembentukan pola otot regio kepala berasal dari sel krista neuralis; di
regio servikal dan oksipital, jaringan ikat berdiferensiasi dari mesoderm somitik.

Pembentukan otot rangka dan lurik sebagai otot wajah: mesoderm cranial
anterior akan membentuk otot ekstraokular, yang diperlukan untuk menggerakkan
bola mata; mesoderm cranial di inti lengkung faring atau cabang akan membentuk
otot pengunyahan, ekspresi wajah, dan otot yang terlibat dalam operasi laring dan
faring; dan somit anterior atau oksipital akan membentuk sel-sel progenitor otot.

Proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik pembentuk


otot-otot wajah: Mula-mula, sel-sel lapisan germinativum mesoderm membentuk
suatu lembaran tipis di setiap sisi garis tengah. Namun, pada hari ke-17, sel-sel
yang dekat dengan garis tengah berproliferasi dan membentuk mesoderm

20
paraksial. Ke arah lateral, lapisan mesoderm tetap tipis dan dikenal sebagai
lempeng lateral. Jaringan ini terbagi menjadi dua lapisan: lapisan mesoderm
somatik atau parietal, dan lapisan mesoderm splanknik atau viseral.

Proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik pembentuk


otot-otot leher: pharyngeal mesoderm menghubungkan pertumbuhan otot kepala
dan hati. program genetika mesodermal faring spesifik dengan situs-situs
myogenesis branchiomeric. Program genetik sel-sel progenitor otot branchiomeric
adalah ekspresi Isl1, Tbxl, Fgf10, Capsulin dan MyoR.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler TW. Langman’s Embriologi Kedokteran. edisi 12. Philadelphia:


Wolter Kluwer Health. 2015.
2. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 13th Ed. Philadelphia:
Wolter Kluwer Health. 2015.
3. McLoon LK, Andrade FH. Craniofacial Muscles A New Framework for
Understanding the Effector Side of Craniofacial Muscle Control. New
York: Springer science + business media. 2013.

22

Anda mungkin juga menyukai