Tumbang Topik 2
Tumbang Topik 2
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Martin Sean 201811081
Maya Zahara Santika 201811082
Moza Kirana 201811086
Muhammad Millien Tadanaf 201811088
Muhammad Reza Fajriana 201811093
Nabhan Arafi 201811094
Nadianisa Luthfiani 201811099
Nanda Permatasari 201811100
Kelas D
Blok Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniomaksilofasial 2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah blok
Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniomaksilofasial 2 yang berjudul
“Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Lunak Kraniofasial Pada Masa
Embrio” dengan tepat waktu tanpa halangan apapun. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang Pertumbuhan
dan Perkembangan Jaringan Lunak Kraniofasial Pada Masa Embrio.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan
memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.
Hormat kami,
(penulis)
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot
wajah ............................................................................................. 3
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal lapisan embrionik pembentuk jaringan lunak otot-otot
wajah
2. Mengetahui fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial)
3. Mengetahui regulasi molekuler pembentukan otot-otot wajah
(kraniofasial)
4. Mengetahui pola pembentukan otot-otot wajah (kraniofasial)
5. Menjelaskan pembentukan otot rangka atau lurik sebagai otot wajah dan
sel prekursor dari otot-otot wajah.
6. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot wajah.
7. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan lapisan embrionik
pembentuk otot-otot leher.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Embriologi wajah diawali dengan perkembangan kepala dan leher,
gambaran yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah
terbentuknya arkus faring (istilah lama untuk struktur ini adalah arkus brankial
karena struktur ini agak menyerupai insang [brankia] ikan). Arkus-arkus ini
muncul di minggu keempat dan kelima perkembangan dan ikut berperan
menghasilkan bentuk bagian luar embrio. Mula-mula, arkus-arkus ini terdiri dari
balok-balok jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah dalam yang dikenal
sebagai celah faring (pharyngeal cleft). Secara bersamaan, dengan perkembangan
arkus dan celah, sejumlah kantong penonjolan, kantong faring, muncul di
sepanjang dinding lateral faring, bagian paling kranial usus depan (foregut).
Kantong-kantong tersebut menembus mesenkim di sekitarnya, tetapi tidak
membuat hubungan langsung dengan celah eksternal. Oleh sebab itu, walaupun
perkembangan arkus, celah dan kantong faring menyerupai pembentukan insang
pada ikan dan amfibi, pada embrio manusia, tidak pernah terbentuk insang sejati.
Karenanya, untuk embrio manusia, digunakan istilah faring (arkus, celah dan
kantong). 1
4
gambar 1.3 Kantong faring1
Arkus faring tidak hanya ikut membentuk leher, tetapi juga berperan
penting dalam pembentukan wajah. Di akhir minggu keempat, pusat wajah
dibentuk oleh stomodeum, yang dikelilingi oleh sepasang arkus faring pertama.
Saat embrio berusia 4 ½ minggu, dapat dikenali adanya lima tonjolan mesenkim:
prominensia mandibularis (arkus faring pertama), di sebelah kaudal
stomodeum; prominensia maksilaris (bagian dorsal arkus faring pertama), di
sebelah lateral stomodeum; dan prominensia frontonasalis, peninggian yang
sedikit membulat di kranial stomodeum. Perkembangan wajah kemudian
disempurnakan oleh pembentukan prominensia nasalis. Di semua kasus,
diferensiasi struktur yang berasal dari arkus, kantong, celah dan prominensia
bergantung pada interaksi epitel-mesenkim.1
5
gambar 1.4 tonjolan mesenkim2
6
2.1.1 Asal otot rangka wajah
Otot rangka sangat penting tidak hanya untuk penggerak tetapi juga untuk
penglihatan bilateral, makan, bernapas, dan komunikasi vokal. Fungsi terakhir ini
dikontrol oleh otot rangka kraniofasial. Mesoderm kranial anterior menimbulkan
otot ekstraokular, yang diperlukan untuk menggerakkan bola mata; mesoderm
kranial di inti lengkung faring atau cabang menimbulkan otot pengunyahan,
ekspresi wajah, dan otot yang terlibat dalam operasi laring dan faring; dan somit
anterior atau oksipital menimbulkan sel-sel progenitor otot yang bermigrasi secara
sekunder ke kepala untuk membentuk otot-otot lidah dan leher. Demikian pula,
sel-sel induk otot rangka, atau sel-sel satelit, yang terletak di bawah lamina basal
serat otot dan berkontribusi pada homeostasis dan perbaikan otot, memiliki sifat
berbeda pada otot yang berasal dari mesoderm kranial atau somit yang cenderung
berkontribusi pada mekanisme penyakit yang mendasari otot miopati yang
terbatas.1
7
nervus trigeminus. Karena mesenkim dari arkus pertama juga ikut membentuk
dermis wajah, suplai sensorik ke kulit wajah diberikan oleh n. oftalmikus, n.
maksilaris dan n. mandibularis, cabangcabang dari nervus trigeminus.1
Otot-otot arkus tidak selalu melekat pada komponen tulang atau kartilago
dari arkusnya sendiri tetapi kadang bermigrasi ke regio di sekitarnya. Meskipun
demikian, asal otot-otot ini dapat selalu ditelusuri, karena suplai persarafannya
berasal dari arkus asalnya.1
8
2.2 Fungsi umum otot – otot wajah (kraniofasial)
Struktur kepala dan leher melindungi otak, memberikan dukungan untuk
organ-organ sensorik yang halus, dan diperlukan untuk memberi makan dan
perilaku eksplorasi. Otot kraniofasial, yang meliputi otot eksraokular, wajah,
pengunyahan, faring, laring, dan lidah, diperlukan untuk semua aktivitas motoric
kepala dan leher. Otot ekstraokular bertanggung jawab atas gerakan sukarela yang
terkoordinasi dan reflektif pada organ penglihatan, mata. Susunan anatomis dan
persarafan mereka sangat dipertahankan, menunjukkan bahwa sistem motor
okular cukup kuno, mungkin mendahului beberapa otot batang dan tungkai.
Dengan pengecualian langka, bahkan vertebrata yang paling primitif memiliki
setidaknya enam otot ekstraokular untuk setiap mata. Seperti halnya dalam sistem
motor lain yang kurang dimanfaatkan, otot-otot ini berkembang dengan buruk
pada spesies yang tidak bergantung pada penglihatan, tikus-tikus telanjang.
Contoh yang bahkan lebih ekstrem dari adaptasi otot ekstraokular fungsional
terjadi pada ikan, yang otot-otot ekstraokular dorsalnya (superior) yang diperbesar
berfungsi sebagai organ penghasil panas untuk menjaga otak lebih hangat
daripada lingkungan.3
9
2.3 Regulasi Molekuler Pembentukan Wajah
Sel krista neuralis berasal dari sel-sel neuroepitel yang berdekatan dengan
ektoderm permukaan di sepanjang tepi lipatan saraf. Pembentukan sinyal bone
morphogenetic protein (BMP) penting dalam membentuk regio tepi ini dan
kemudian mengatur ekspresi WNT1 untuk mendorong bakal sel krista tersebut
mengalami transisi epitel-ke-mesenkim dan memulai migrasinya ke mesenkim di
sekitarnya. Di otak belakang, sel krista berasal dari suatu pola spesifik segmen-
segmen yang disebut rombomer. Terdapat delapan segmen ini di dalam otak
belakang (R1-R8), dan sel krista neuralis dari segmen spesifik bermigrasi untuk
menempati arkus faring tertentu. 1
10
gambar 1.6 pola ekspresi gen di arkus faring1
Sel-sel krista ini bermigrasi dalam tiga gelombang: Sel yang berasal dari
R1 dan R2 bermigrasi ke arkus pertama bersama dengan sel krista dari regio otak
tengah bagian kaudal; krista dari R4 bermigrasi ke arkus kedua; dan sel-sel dari
R6 dan R7 bermigrasi ke arkus 4 hingga 6. Pemisahan ketiga gelombang ini
dibantu oleh fakta bahwa sangat sedikit sel krista yang terbentuk dari segmen R3
dan R5 dan sel-sel yang terbentuk tersebut, ikut bergabung dengan gelombang-
gelombang sel tersebut untuk bermigrasi. Tiga gelombang berbeda ini sangat
penting karena ketiganya memberikan petunjuk bagi aksonakson dari ganglion-
ganglion yang terbentuk di regio kepala dan leher, termasuk ganglion trigeminale,
genikuli, vestibuloakustikus, petrosum dan nodosum. Ganglion-ganglion ini
terbentuk dari kombinasi sel-sel krista dan sel-sel dari plakoda di regio ini (lihat
Bab 18). Aksonakson dari ganglion trigeminale masuk ke otak belakang di R2;
akson-akson dari ganglion genikuli dan vestibuloakustikus di R4; dan yang
berasal dari ganglion petrosum dan nodosum di R6 dan R7, yang menjadi
penyebab adanya tiga gelombang sel krista ini. Tidak ada akson yang berproyeksi
ke R3 atau R5. 1
11
Sel krista neuralis yang menempati arkus faring membentuk komponen
tulang rangka yang khas untuk setiap arkus. Dahulu, diduga bahwa sel krista
neuralis yang mengatur pembentukan pola elemen tulang rangka ini, tetapi saat ini
jelas bahwa proses ini dikendalikan oleh endoderm kantong faring. Pembentukan
kantong faring terjadi sebelum migrasi krista neuralis dan bahkan terjadi pada saat
sel krista tidak ada. Kantong-kantong dibentuk oleh migrasi sel-sel endoderm ke
lateral, dan migrasi ini dirangsang oleh faktor pertumbuhan fibroblas (FGF).
Setelah terbentuk, kantong faring ini mengekspresikan pola gen yang sangat
khas.1
Sel krista memperoleh pola ekspresi gennya yang spesifik dari rombomer
asalnya. Pola rombomer itu sendiri ditentukan oleh kode bertingkat dari ekspresi
gen HOX di otak belakang yang dibawa serta oleh sel krista ketika bermigrasi.
Arkus pertama bersifat negatif-HOX tetapi mengekspresikan OTX2, suatu faktor
transkripsi yang mengandung homeodomain yang diekspresikan di otak tengah;
arkus kedua mengekspresikan HOXA2; dan arkus 3 hingga 6 mengekspresikan
anggota dari kelom-pok paralog ketiga gen HOX, HOXA3, HOXB3, dan
HOXD3. Pola ekspresi yang berbeda dari faktor-faktor transkripsi ini
memungkinkan setiap 270 Embriologi Kedokteran Langman arkus untuk
merespon secara berbeda terhadap sinyal yang keluar dari endoderm kantong
12
sedemikian rupa sehingga arkus pertama membentuk maksila dan mandibula,
arkus kedua membentuk os hioideum, dst. 1
Sisa tulang rangka wajah, daerah tengah dan atas wajah, juga berasal dari
sel krista neuralis yang bermigrasi ke dalam prominensia frontonasalis. Di regio
ini, sinyal-sinyal yang berasal dari ektoderm permukaan dan area neuroepitel di
bawahnya menentukan nasib mesenkim. Lagi-lagi, tampaknya SHH dan FGF8
berperan penting dalam pembentukan pola area ini, namun interaksi genetik
spesifiknya belum diketahui.1
2.5 Pembentukan Otot Rangka atau Lurik Sebagai Otot Wajah dan Sel
Prekursor Dari Otot-otot Wajah
Otot rangka tidak hanya untuk penggerak, tetapi juga untuk penglihatan
bilateral, pernapasan, dan komunikasi vokal. Otot rangka berasal dari
mesodermal. Semua otot rangka termasuk otot apendikular bersalah dari
kompartmen miotom dari somit, otot-otot kepala vertebrata berasal dari tuga sel
preganitor. Kranial mesoderm anterior membentuk otot ektraokular, yang
digunakan untuk menggerakan bola mata; kranial mesoderm dibagian inti faring
atau branchial arches membentuk otot pengunyahan, ekpresi wajah, dan otot yang
terlibat dalam kerja faring dan laring; dan somit anterior atau oksipital membentuk
sel otot progenitor yang bermigrasi secara sekunder ke kepala untuk membentuk
lidah dan otot leher. Sementara diferensiasi otot rangka diseluruh embrio diatur
oleh faktor transkirpsi MYOD, jalur hulu intrinsik dan ekstrinsik yang berbeda
13
secara fundamental mengontrol timbulnya miogenesis pada mesoderm cranial dan
somit-derived mesoderm. Ini tercermin dalam profil ekspresi gen yang berbeda
dan kerentanan terhadap miopati otot kepala dan otot-otot tubuh. Demikian pula,
sel-sel induk otot rangka residental, atau sel-sel satelit, yang terletak di bawah
lamina basal serat otot dan berkontribusi pada homeostatis dan perbaikan otot,
memiliki sifat yang berbeda pada otot yang berasal dari mesoderm cranial atau
somit yang cenderung berkontribusi pada mekanisme penyakit yang mendasari
miopati yang dibatasi otot. Studi embriologis dan dan anatomi yang luas telah
membedah nasib mesoderm cranial dan menganalisis perkembangan dan
diferensiasi otot kraniofasial dalam model vertebrata yang berbeda.1
14
Dengan kemunculan dan penyatuan rongga-rongga interselular di dalam lempeng
lateral, jaringan ini terbagi menjadi dua lapisan:1
Bersama-sama, kedua lapisan ini melapisi sebuah rongga yang baru terbentuk,
rongga intraembrional, yang berhubungan dengan rongga ekstraembrional di
setiap sisi mudigah. Mesoderm intermediet menghubungkan mesoderm paraksial
dan lempeng lateral.1
15
gambar 1.8 potongan melintan somit dan tabung saraf1
16
terakhir kemudian lenyap, sementara sisanya membentuk kerangka tulang aksial.
Karena somit muncul dengan periodisitas yang spesifik, usia mudigah dapat
ditentukan secara akurat selama periode awal ini dengan menghitung jumlah
somit.1
17
2.6.2 Mesoderm Intermediet
Mesoderm intermediet, sementara menghubungkan mesoderm paraksial
dengan lempeng lateral, berdiferensiasi menjadi struktur-struktur urogenital. Di
regio servikal dan torakal bagian atas, mesoderm ini membentuk kelompok sel
segmental (bakal nefrotom), sedangkan di bagian lebih kaudal, mesoderm
membentuk massa jaringan non-segmental, korda nefrogenik. Unit ekskretorik
sistem saluran kemih dan gonad berkembang dari mesoderm intermediet yang
sebagian segmental dan sebagian lainnya nonsegmental.1
18
Gambar. 1.10 A. Potongan melintang pada mudigah berusia 21 hari di regio
mesonefros yang menunjukkan lapisan mesoderm parietal dan viseral. Rongga
intraembrional berhubungan dengan rongga ekstraembrional (rongga korion). B.
Potongan di akhir minggu keempat. Mesoderm parietal dan ektoderm di atasnya
membentuk dinding tubuh ventral dan lateral. Perhatikan membran peritoneum
(serosa). 1
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembentukan pola otot regio kepala berasal dari sel krista neuralis; di
regio servikal dan oksipital, jaringan ikat berdiferensiasi dari mesoderm somitik.
Pembentukan otot rangka dan lurik sebagai otot wajah: mesoderm cranial
anterior akan membentuk otot ekstraokular, yang diperlukan untuk menggerakkan
bola mata; mesoderm cranial di inti lengkung faring atau cabang akan membentuk
otot pengunyahan, ekspresi wajah, dan otot yang terlibat dalam operasi laring dan
faring; dan somit anterior atau oksipital akan membentuk sel-sel progenitor otot.
20
paraksial. Ke arah lateral, lapisan mesoderm tetap tipis dan dikenal sebagai
lempeng lateral. Jaringan ini terbagi menjadi dua lapisan: lapisan mesoderm
somatik atau parietal, dan lapisan mesoderm splanknik atau viseral.
21
DAFTAR PUSTAKA
22