Anda di halaman 1dari 25

PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH

(PEGAR)
SOSIALISASI PRODUK-PRODUK BALITBANG PUPR
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PEGAR

Tingginya tingkat erosi dan abrasi pantai akibat adanya pasang surut
dan gelombang laut merupakan salah satu permasalahan utama yang
dihadapi oleh kawasan pesisir di Indonesia.
Penyebab utama tingginya tingkat erosi pantai adalah semakin menipisnya
sabuk hijau (yaitu hutan mangrove) yang juga berfungsi sebagai
pelindung dan maraknya konversi lahan di kawasan sempadan pantai.
Penanganan erosi dan abrasi pantai telah banyak dilakukan oleh
pemerintah dengan menggunakan struktur keras (hard
structure), seperti: revetmen, pemecah gelombang, tembok laut,
groin atau kombinasi dari jenis pelindung pantai tersebut.
Walaupun struktur keras terbukti berhasil mengatasi erosi pantai
berpasir atau berkarang, namun kenyataannya kurang efektif dalam
mengatasi erosi khususnya pada pantai berlumpur. Selain itu, struktur
ini juga berbiaya relatif mahal.
TEKNOLOGI PEGAR SEBAGAI SOLUSI

PEGAR atau Pemecah Gelombang Ambang Rendah, adalah teknologi


perlindungan pantai yang dimaksudkan sebagai solusi atas permasalahan
erosi dan abrasi pantai yang disebabkan oleh adanya pasang surut dan
gelombang laut. Dengan menggunakan teknologi ini maka akan makin banyak
ruas pantai yang bisa diselamatkan dari terjadinyaa erosi dan abrasi
DESKRIPSI TEKNOLOGI PEGAR

Struktur PEGAR ini merupakan bangunan pantai yang dipasang


sejajar pantai yang berfungsi meredam gelombang sebelum
sampai ke pantai.
Elevasi puncak PEGAR terletak antara permukaan air rerata dan
permukaan air tertinggi, karena itu hampir selalu dilimpasi
gelombang (overtopping) .
Melalui limpasan gelombang di atas struktur PEGAR itulah seluruh
sedimen baik sedimen tersuspensi maupun sedimen pasir terangkut,
dan setelah gelombang pecah mengendap di belakang PEGAR dan
secara perlahan mengendap di pantai di belakang
PEGAR.
Struktur tambahan berupa bangunan PEGAR geotekstil rangka
bambu ini diharapkan mampu meloloskan butiran melalui bagian
atas untuk kemudian semakin bertambah dan menambah luas
daratan.
DESKRIPSI TEKNOLOGI PEGAR

PEGAR memiliki fungsi sebagai berikut:


1. Peredam energi gelombang, tinggi gelombang akan berkurang
setelah melewati puncak PEGAR sebelum mencapai pantai
2. Pemecah gelombang, gelombang akan pecah bersamaan dengan
melemahnya energi gelombang;
3. Penangkap dan pengendap sedimen, sedimen yang dibawa
gelombang yang pecah akan mengendap di belakang PEGAR;
4. Penahan sedimen, karena lapisan geobag yang menempel ke
dasar pantai, sedimen yang telah mengendap di belakang
struktur dan di pantai, akan tertahan dan tidak hanyut
kembali ke laut karena ada lapisan geobag yang kedap.
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR

Terdapat beberapa material yang dapat digunakan untuk membangun


PEGAR, yaitu yang telah diterapkan adalah Geotube (karung
geotekstil panjang) dan Geobag (karung geotekstil kecil).
PEGAR Geobag Rangka Bambu adalah struktur pemecah gelombang
ambang rendah berbahan karung geotekstil kecil dengan bambu
sebagai rangka PEGAR.
Struktur PEGAR berupa kombinasi tiang-tiang bambu dengan bagian
tengah struktur diisi karung pasir (geobag) ukuran 0,4 x 0,6 x 0,8 m
dengan tinggi puncak struktur di atas muka air rata rata (MSL) dan di
bawah muka air tertinggi (HWL).
Puncak struktur PEGAR muncul ke permukaan saat air rendah atau
surut, namun tenggelam saat air laut pasang.
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR

DATA DIMENSIONAL PEGAR TIPE 3B

PEGAR TIPE 3B
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR
Desain PEGAR Geobag Rangka Bambu
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR

Tataletak Pemasangan PEGAR


STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR
KEUNGGULAN TEKNOLOGI PEGAR

 Biaya pembuatannya lebih murah dan terjangkau oleh


masyarakat pesisir dibandingkan dengan biaya pembuatan
 bangunan pelindung pantai konensional..
 Pengertjaannya tidak terlalu sulit dan bersifat partisipatif
 melibatkan masyarakat setempat.
 Memberikan perlindungan pantai dari terjadinya erosi dan
abrasi pantai yang dapat menggerus ekosistem bakau dan
fasilitas publik akibat dari adanya gelombang pasang surut dan
 gelombang laut yang ekstrim
 Meningkatkan potensi penambahan sedimentasi melalui proses
 overtopping pada saat gelombang tinggi
 Memberikan perlindungan terhadap upaya reboisasi bakau.
ASPEK PERENCANAAN TEKNOLOGI PEGAR

Jenis Bambu Yang direkomendasikan


Bahan PEGAR Geobag Rangka Bambu adalah bambu bulat, dan disarankan :
 Jika menggunakan jenis bambu petung, buluh betung, bulu jawa, awi bitung atau
Dendrocalamus asper, telah mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 20-30 m; diameter 10-15 cm; batang berbulu, tebal 1,1-3,6
cm; jarak antar ruas bambu 10-20 cm di bagian bawah dan 30-50 cm dibagian
atas); serta berwarna coklat tua.
 Jika menggunakan jenis bambu apus, pring apus, peri atau gigantochloa apus, telah
mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 8-30 m; tebal batang 1,5 cm); diameter 10-13 cm; jarak antar
ruas 20-75); warna hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap;
 Jika menggunakan bambu andong, bambu gombong, atau awi surat
(gigantochloa pseudoarundinacea), telah mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 7-30 m; tebal dindig batang 2 cm; diameter 10-13 cm; jarak
antar ruas 40- 45 cm; warna hijau kuningan atau hijau muda.
ASPEK PERENCANAAN TEKNOLOGI PEGAR

Material untuk bahan Karung Geotekstil pada PEGAR Geotube harus :

1. Merupakan geotekstil, woven dan non-woven.


2. Disesuaikan dengan spesifikasi geotekstil, baik woven maupun non-
woven, terkait dengan kemampuan geotekstil dalam meloloskan
material isian, sehingga dapat dipastikan bahwa material isian
tidak lolos.
3. Mempunyai kuat tarik yang tinggi yang dapat menahan gaya pada
saat proses pengisian karung dan tekanan setelah karung terisi.
4. Mempunyai ukuran bukaan (AOS ≤ d50) dan permeabilitas yang
optimum agar air dapat cepat keluar, tapi tidak membawa material
isian ikut keluar(AOS ≤ d50).
ASPEK PERENANAAN TEKNOLOGI PEGAR

Material untuk bahan Karung Geotekstil pada PEGAR Geotube


harus (lanjutan) :

5. Jenis polimer yang digunakan untuk membuat seratnya tidak secara


khusus ditentukan, namun berdasarkan proses produksi yang ada saat
pedoman ini dibuat biasanya terbuat dari polyster (PET),
Polypropylene (PP) fibres.
6. Mempunyai ketahanan abrasi yang tinggi, sehingga geotekstil tidak
banyak terdegradasi akibat pengaruh material pengisi yang
mengikis geotekstil karena pengaruh gelombang.
7. Mempunyai ketahanan tinggi (tidak mudah sobek) terhadap
benturan benda-benda yang ada di laut yang sifatnya keras seperti
batu, kerikil, atau sampah.
8. Mempunyai ketahanan terhadap benturan benda tajam dan
keras, seperti tertabrak kapal atau sampah-sampah yang tajam.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR

1. PENYIAPAN LAHAN.


Sebelum dilaksanaan pekerjaan konstruksi dari Teknologi PEGAR harus
dilakukan penyiapan lahan berupa penentuan dan pemberian tanda pada
titik lokasi sesui dengan desain yang telah direncanakan. Penentuan lokasi

dilakukan dengan menembak titik lokasi dengan alat  total station
kemudian titik tersebut diberi tanda dengan tiang bambu
 
 Dalam penyiapan lahan dikumpulkan data-data sebagai berikut :
 
 Peta batimetri di lokasi pantai yang akan dipasang
 
 Penampang melintang pantai dan kemiringan pantai
 
 Data Pasang surut
 
 Data gelombang dan arus
 
Data sedimen pantai
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR

2. PENYIAPAN BAHAN.

Bahan-bahan penyusun PEGAR dipersiapkan dahulu di daratan sebelum


dipasang di laut. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan adalah :
 
Bambu.
Bambu yang dipakai adalah bambu yang cukup tua/matang dan lurus
merata, diameter 10-12 cm dan panjang 8-12 m.
 
Karung Geotekstil
Material merupakan geotekstil, woven dan non-woven yang mempunyai
ketahanan abrasi tinggi, tidak mudah sobek dan mempunyai ketahanan
terhadap benturan benda tajam dan keras, seperti tertabrak kapal
  Pasir 
 
 Tali Tambang Plastik
 
Kain pelindung bambu

Sebelum dirangkai di lokasi, bambu dipotong-potong sesuai ukuran yang telah


ditentukan. Materi diangkut ke lokasi menggunakan ponton bambu atau perahu.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR

3. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi pemasangan pegar secara garis besar


adalah sebagai berikut:

1. Pemancangan tiang bambu dengan panjang 3 meter yg


digunakan sebagai tiang utama untuk 1 segmen
2. Pemancangan tiang bambu dengan panjang 2 meter yg
digunakan sebagai pelidung kaki
3. Pemasangan lapisan kain sebagai pelindung dari hama
4. Memasang matras bambu yang diletakkan di atas cerucuk
yang menempel di dasar pantai sebagai landasan untuk
memasang geotekstil
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR

3. Pelaksanaan Konstruksi (lanjutan)

Pelaksanaan konstruksi pemasangan pegar secara garis besar


adalah sebagai berikut (lanjutan) :

5. Pemasangan karung geotekstil di atas matras bambu yang telah diisi


pasir sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan karung geotekstil
untuk pelindung utama terdiri dari 2 s, untuk pelindung kaki 1 lapis
6. Penjahitan lubang intake geotekstil untuk mencegah pasir keluar
7. Pemasangan bambu pengait setiap 3 tiang utama. Bambu pengait
dipasang horizontal menghubungkan dua tiang utama yang
berhadapan, dengan posisi tegak lurus dengan arah memanjang
PEGAR.
8. Pemasangan bambu palang pada tiang utama mengelilingi karung
geotekstil utama
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR

4. Monitoring


Setelah selesai dipasang, terhadap
 bangunan PEGAR harus dilakukan
 pemantauan/monitoring.


Monitoring bertujuan untuk mendapatkan informasi selengkapnya mengenai
kondisi bangunan dan pantai, serta mempelajari perubahan yang terjadi
 pada bangunan yang perlu ditangani dalam tindak pemeliharaan selanjutnya.
 
Monitoring perlu dilakukan setiap 6 bulan sekali
ASPEK BIAYA TEKNOLOGI PEMBUATAN PEGAR

Biaya Pembuatan PEGAR Geobag Rangka Bambu



Biaya pembuatan PEGAR geotube atau karung geotekstil hanya
memerlukan biaya Rp. 5 juta per meter, sedangkan untuk PEGAR
geobag rangka bambu biayanya sekitar Rp. 2 juta per meter (harga
 tahun 2014).

Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
pembuatan bangunan pelindung pantai, baik menggunakan unit
armor batu alam maupun menggunakan batu buatan seperti blok
beton,yang biayanya bahkan bisa mencapai Rp. 40 – 50 juta per
meter
PENERAPAN TEKNOLOGI PEGAR

Teknologi i PEGAR Geobag Rangka Bambu telah diujicobakan di Desa Timbulsloko,


Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Desa ini merupakan desa dengan pantai
sepanjang 2 km. yang cukup parah terkena dampak erosi. Erosi mulai terjadi tahun
2000. Pada tahun 2013 desa ini telah kehilangan sekitar 400-1300 meter daerah
pesisirnya. Penyebab tingginya erosi sementara diduga karena meningkatnya
intensitas gelombang pasang dan hilangnya mangrove
HASIL PENERAPAN TEKNOLOGI PEGAR


Setelah dilakukan pemasangan, pada tanggal 19 november 2017
atau sebulan setelah kegiata konstruksi selesai, dilakukan
monitoring terhadap bangunan fisik PEGAR. Hasil monitoring
 dasar di bagian belakang struktur telah
menunjukkan bahwa tanah
 mengalami sedimentasi.

Juga telah terjadi penambahan ketinggian tanah adalah sebesar 30 cm.
Asumsi sedimentasi yang terjadi adalah sebesar 20% dari area seluas 50
ha, atau 500.000m2 sehingga volume sedimentasi adalah sebesar
 30.000 m3.

Masyarakat Timbulsloko sangat antusias dalam menyambut teknologi
Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR) sebagai solusi untuk
mengatasi masalah abrasi yang terjadi pada Desa Timbulsoko.
PENUTUP
MELIHAT BUKTI MANFAAT DAN KEUNGGULAN
TEKNOLOGI PEGAR SEBAGAI SOLUSI ATAS
PERMASALAHAN TERKAIT YANG ADA, SUDAH
SELAYAKNYA SELURUH ELEMEN
PEMERINTAHAN DAN MASYARAKAT UNTUK
MENDUKUNG PENERAPAN TEKNOLOGI PEGAR
TERSEBUT SECARA LEBIH LUAS LAGI

Anda mungkin juga menyukai