Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN PERMINTAAN TRANSPORTASI

MANAJEMEN PARKIR

Urban Mobility for Indonesia E-1


1. Manajemen Parkir

- Kondisi saat ini dan permasalahan

Parkir sebagai instrumen manajemen kebutuhan transportasi (TDM) di kota-kota


mengalami pertentangan paradigma antara „kelancaran lalu-lintas” dengan
“meningkatkan pemasukan keuangan daerah (PAD)”. Kondisi pelayanan parkir yang
tidak baik memberikan gangguan sangat berarti bagi sistem lalu-lintas secara
keseluruhan dan menghasilkan kebocoran yang sangat signifikan (Koalisi TDM,
Jakarta, 2008). Laporan ADB “Kebijakan Parkir di kota-kota Asia” (PA Barter
11/2010) menjelaskan secara umum, permasalahan parkir di kota-kota Asia
termasuk Jakarta adalah lemahnya penegakan hukum dan rendahnya tarif parker.

Masalah parkir di perkotaan secara rinci yang dialami perkotaan di Indonesia adalah:

 Terganggunya arus lalu-lintas menerus akibat arus keluar-masuk parkir on-street


dalam bentuk efek blocking.
 Lemahnya akses parkir off-street dan tidak terkoordinirnya sirkulasi arus lalu-
lintas internal dan eksternal.
 Tidak seimbangnya permintaan (demand) dengan ketersediaan (supply) pada
waktu tertentu (jam puncak), lokasi tertentu (pusat kota).
 Ruang parkir menutup kemudahan pergerakan pejalan kaki.
 Manajemen keuangan pengelolaan parkir on-street.
 Tidak tersedianya SPM untuk parkir on-street dan off-street.
 Kurang berkembangnya fasilitas park and ride untuk mendukung perpindahan
moda dari kendaraan pribadi ke angkutan umum missal

- Tujuan manajemen Parkir

Tujuan pengelolaan parkir adalah untuk:

 Meningkatkan kinerja arus lalu-lintas yang lancar dan tertib.


 Meningkatkan aksesibilitas parkir yang bagi pengguna (custumer, visitor,
resident, emergency vehicles, public transport, handycap person).
 Memberikan pelayanan yang baik, sehingga terjadi perpindahan dari pengguna
kendaraan pribadi ke pengguna angkutan umum dan pejalan kaki.
 Pelayanan dengan diutamakan pada aspek keselamatan dan keamanan lalu-
lintas.
 Pengelolaan yang amanah, jujur, profesional, tercegah dari kebocoran
keuangan.
 Pelayanan parkir yang memungkinkan menurunkan tingkat emisi udara lokal dan
global

Urban Mobility for Indonesia Page 89


Sumber: FS Jester (2010)

Gambar E.5 Rambu Larangan Parkir dan Fakta (Yunani)

- Strategi Manajemen Parkir


a. Manajemen “On Street parking”

Daerah-daerah dimana demand terhadap parkir sudah melebihi dari kapasitas


area yang disediakan, merupakan daerah dengan tekanan parkir tinggi dan
mempunyai persaingan yang kuat antara kelompok permintaan seperti pusat
kota, CBD dan daerah pemukiman yang berkepadatan tinggi atau daerah yang
mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi. Mencegah penumpang menggunakan
mobil atau sepeda motor, karena mereka sering memblokir tempat parkir dalam
waktu yang lama untuk kebutuhan parkir yang lebih sesuai, seperti untuk
angkutan umum.

Strategi manajemen parkir on-street antara lain:

 Larangan Parkir

Menghindari kemacetan lalu lintas, terutama pada jalan-jalan utama.


Regulasi Kemenhub malarang parkir on-street pada jalan-jalan nasional dan
jalan-jalan propinsi. Aksesibilitas bangunan-bangunan yang dekat dengan jalan
utama juga harus dipastikan mampu mendukung regulasi tersebut . Perbedaan
paradigma “kelancaran lalu-lintas” dan “pendapatan daerah” perlu dijembatani
secara arif. Larangan parkir sementara khusus pada jam sibuk mungkin dapat
menjadi salah satu solusi yang layak untuk diterapkan. Rambu lalu lintas baru
mengenai “zona dilarang parkir” di tempat-tempat seperti daerah perumahan
juga dapat dijadikan pilihan yang tepat.

 Biaya parkir

Tarif parkir dapat dijadikan instrumen untuk pengedalian kebutuhan transportasi.


Kepadatan area parkir 85% merupakan kepadatan yang sesuai sebagai patokan
untuk menghindari permintaan akan ruang parkir yang berlebih. Biaya progresif
biasanya mendorong tarif menjadi lebih tinggi yang mana biaya ini dikenakan di
daerah khusus seperti kawasan perbelanjaan.

Urban Mobility for Indonesia Page 90


Tarif parkir dapat dijadikan instrumen untuk pengedalian kebutuhan transportasi.
Kepadatan area parkir 85% merupakan kepadatan yang sesuai sebagai patokan
untuk menghindari permintaan akan ruang parkir yang berlebih. Biaya progresif
biasanya mendorong tarif menjadi lebih tinggi yang mana biaya ini dikenakan di
daerah khusus seperti kawasan perbelanjaan.

Penurunan biaya per jam menjadi lebih terjangkau akan membantu


memperpanjang durasi parkir, contohnya di daerah-daerah komersil. Biaya yang
datar dan tetap, memadai dan sesuai untuk daerah-daerah dengan kegiatan dan
mobilititas yang beragam. Biaya parkir harus lebih tinggi di daerah-daerah yang
mempunyai tingkat kebutuhan parkir yang tinggi, seperti daerah pusat kegiatan,
stasiun, dll.

Biaya untuk “on-street parking” harus lebih tinggii daripada “off-street parking”
karena ini berpengaruh pada pengambil alihan fungs ruas jalan Pendapatan dari
parkir setidaknya harus menutupi biaya untuk fasilitas parkir, pengumpulan uang,
dan pengawasan. Perlu adanya pendanaan untuk angkutan umum, pejalan kaki,
dan pesepeda

Tabel E.4 Karakteristik Kebutuhan Parkir


KARAKTERISTIK
On-Street Parking

pejalan kaki lebih

parking guidance
Tergantung pada

pengenaan tarif
Pembatasan Waktu

parkir (pricing)

penggunaan
Parkir
Modal Shift

KELOMPOK panjang
singkat lama
DEMAND
penduduk
karyawan, mahasiswa
pelanggan
pengunjung
penyedia layanan
supplier

 Pembatasan durasi parkir

Hal ini bisa dijadikan sebagai solusi lain sebagai upaya untuk mencegah
penggunaan kendaraan bermotor untuk perjalanaan komuter dan mencegah
penggunaan beberapa area parkir. Yang dikombinasikan dengan biaya parkir yang
tidak diperlukan, ketika biaya parkir yang cukup tinggi sudah dapat mencegah
penggunaan parkir dalam durasi waktu yang lama. Ketika adanya kebutuhan parkir
untuk durasi waktu yang sangat pendek, misalnya di stasiun, batasan durasi parkir
sangat ketat bahkan ketika biaya parkir sudah tercukupi.
 Perizinan parkir (khusus) untuk penduduk setempat

Memungkinkan penduduk untuk parkir di daerah depan rumah tetangga


mereka,dalam keadaan apapun.

Urban Mobility for Indonesia Page 91


Gambar E.6 Pembatasan Waktu Parkir

b. Manajemen “Off Street parking”


 Tidak ada standar minimum untuk “off-street parking”
 Fasilitas “off-site parking”
 Standar maksimum parkir
 Biaya parkir
 Pajak parkir

c. Langkah-langkah yang mendukung

 Kontrol dan penegakkan


 Sistem “parking guidance”
 Park-and-ride / bike dan fasilitas pesepeda
 Hubungan kerja public

Saran untuk Solusi Jangka Pendek

 Pada lokasi di daerah dimana masalah parkir terjadi sangat parah, maka
manajemen “on street parking” yang cocok dan sesuai perlu segera
diimplementasikan dan diterapkan dengan cepat. Pada tahap ini manajemen
parkir notabene berfungsi sebagai solusi untuk memecahkan masalah parker
 Biaya parkir harus ditetapkan lebih tinggi dari sekarang. Terutama untuk biaya
parkir per hari (tarif flat) harus diganti dengan biaya per jam (linear, progresif,
atau yang turun sesuai dengan kondisi setempat) sehingga berpengaruh pada
durasi parkir yang dilakukan
 Tanggung jawab untuk menyediakan area parkir yang memadai merupakan
bagian dari proyek transportasi yang berkelanjutan dan konsep parkir akan
dialihkan kepada investor atau pengembang. Standar minimum parkir harus
dibatalkan karena memiliki banyak kekurangan, anatar lain menghalangi “car-
avoiding” dan “traffic calming”

Urban Mobility for Indonesia Page 92


 Standar maksimum parkir yang sangat rendah untuk “on-site parking” yang
mana hanya memenuhi kebutuhan parkir untuk transportasi yang krusial,
contoh : parkir jangka pendek untuk layanan dan transaksi, harus
dilaksanakan. Standar maksimum yang lebih tinggi yang juga mencakup
tempat parkir untuk parkir jangka panjang, harus dikurangi dan tidak dilakukan
 Kota-kota harus mengembangkan konsep untuk area kota untuk menentukan
fasilitas parkir yang dekat dengan jalan utama, yang mana perlu ditinjau lagi
kesesuaiannya, apakah sesuai atau tidak.
 Suatu penegakkan hokum dan organisasi yang khusus menangani kontrol
parkir harus dibentuk, untuk mengendalikan pelanggaran peraturan parkir dan
untuk menentukan pembayaran tarif dan denda
 Hukum juga perlu diimplementasikan untuk menjamin bahwa pengguna ruang
parkir dibebankan dengan biaya yang benar-benar sesuai dengan
seharusnya, untuk mengeluarkan subsidi silang ruang parkir untuk
pengenadara angkutan umum, pejalan kaki, dan pengendara sepeda dan
untuk mengalokasikan subsidi untuk biaya transportasi.

PARKING MANAGEMENT ON-STREET - Implementation Process

car-centric car-dominated car-reduced car-free


today short-term medium-term long-term
unmanaged hotspots managed widely managed (reconstructed)
uncontrolled enforced enforced (enforced)

flat rate (Rp.2000) hourly fees increasing parking in city centres:


fee collection by higher fees restrictions and no fees needed
informal attendants fees
multi-objektive pleasant street
street-desing (commuters improved street- design
dominated by cars discouraged) desing

uncontrolled reduced growth of decreasing traffic low traffic volumes


growth of traffic traffic decreasing traffic no traffic jams
increasing traffic jams increasing traffic jams jams no environmental
increasing environ- increasing environ- decreasing environ- and health problems
mental and health mental and health mental and health attractive city
problems problems problems centres
liveable urban
quarters

Gambar E.7 Evolusi Parkir On-Street

Saran untuk solusi jangka menengah


 Manajemen on-street parking akan menyebar lebih dan lebih lagi di dalam kota,
dan biaya parkir akan meningkat sejalan dengan peningkatan moda transportasi
yang berkelanjutan. Pada tahap ini manajemen parkir berfungsi sebagai
instrument TDM untuk mendorong orang untuk tidak menggunakan kendaraan
pribadi tapi kendaraan umum, berjalan kaki, atau bersepeda.

Urban Mobility for Indonesia Page 93


 Selanjutnya, pada manajemen on-street parking harus mulai diimplementasikan
untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di area perumahan dan perbelanjaan
untuk menciptakan suasana jalan yang lebih tenang “traffic calming”. Kondisi
fasilitas untuk berjalan kaki, bersepeda yang dikondisikan secara menyenangkan,
harus diciptakan untuk menciptakan kehidupan perkotaa yang vital secara optimal
 Instrumen manajemen parkir harus memungkinkan konsep manajemen parkir
yang canggih yang sesuai dengan kondisi lokal sehingga menghasilkan sistem
parkir yang optimal. Jika sesuai maka instrument harus ditambahkan, seperti
adanya “zona dilarang parkir” yang dianjurkan untuk menunjukan zona larangan
parkir dipintu masuk area tersebut, seperti di area perumahan.
 Pajak parkir di setiap area parkir, baik itu area baru maupun yang sudah ada,
harus diterapkan untuk memberikan insentif untuk konsep lalu lintas “car-avoiding”
dan konsep parkir dan untuk menghasilkan pendapatan untuk meningkatkan
fasilitas transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda

Saran untuk solusi jangka panjang:

Ketika visi kota bebas mobil menjadi kenyataan, fasilitas parkir yang sudah ada akan
dkonversi/diubah menjadi fungsi yang lebih berguna. Misalkan, penggunaan area
parkir yang dirubah menjadi rumah, took, pusat hiburan, dan lain-lain. Atau
perubahan pada fasilitas “on-street parking” akan menjadi ruang tambahan untuk
pejalan kaki, persinggahan, pohon-pohon, dan tambahan jalan yang didesain
menjadi lebih menyenangkan

Urban Mobility for Indonesia Page 94

Anda mungkin juga menyukai