1
4. Penyempitan faring / faringoplasti, kalau perlu, pada usia 6 tahun
keatas.
5. Orthodonsi pada usia 6-7 tahun
6. Alveolar Bone Graft rahang atas pada usia 8-9 tahun.
7. Perbaikan bentuk muka / maxillary advancement (Osteotomi LF 1)
pada usia 15-17 tahun keatas.
8. Bedah kraniofasial atau distraksi osteogenesis untuk anomali
kraniofasial dan dentofacial
Nonbedah
1. Speech therapy oleh Speech Therapist pada usia 4 tahun ke atas
2. Orthodonsi pada usia 6-7 tahun sebelum Alveolar Bone Graft.
12. Tempat RSUD Kabupaten Klungkung
Pelayanan
13. Penyulit Untuk labiognatopalatoskisis dan palatoskisis :
1. Karena penyakit:
a. OMP
b. Pendengaran kurang
c. Maloklusi gigi
d. Suara sengau, kata-kata tidak jelas
2. Karena operasi:
a. Parut tidak baik
b. Fistula oronasal
3. Untuk bedah kraniofasial
a. Gangguan penghiduan karena cedera lamina cribriformis
b. Relaps pada distraksi osteogenesis
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Plastik untuk semua tindakan operatif.
Dokter Spesialis Bedah Umum untuk sumbing bibir atau unilateral
komplit bila tidak ada tenaga Bedah Plastik.
2. Speech therapist untuk terapi bicara
3. Ortodontist untuk perbaikan gigi.
16. Lama Perawatan Bervariasi
17. Masa Pemulihan 3-6 bulan
18. Hasil 1. Normal:
Bentuk bibir dan hidung simetris, bentuk muka normal, gigi geligi
tumbuh bagus, suara normal, parut operasi halus. Perbaikan proporsi
estetik kepala- wajah, oklusi baik
2. Kurang normal:
Parut kasar, asimetri bibir dan lubang hidung, gigi tak beraturan,
suara sengau, bentuk muka bagian tengah lebih ke dalam.
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut 1. Penderita keluar dengan keadaan klinis baik, hasil operasi
memuaskan.
2. Pasien kontrol teratur
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
2
24. Indikator Medis Luka operasi baik, tidak ada infeksi, dan koloboma.
25. Edukasi 1. Untuk operasi bibir sumbing: Diet cair pakai sendok khusus, tidak
boleh mengedot dan mengisap selama 2 sampai 3 minggu.
2. Untuk operasi langit-langit : Diet cair pakai sendok khusus, tidak
boleh mengedot dan mengisap selama 4 minggu.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997.
3
6. Kriteria Diagnosis Kelainan bawaan pada daun telinga berupa telinga kurang terbentuk /
kecil
7. Diagnosis Banding Tak ada
8. Pemeriksaan Rontgen foto untuk melihat pembentukan organ telinga tengah bila perlu
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis THT bila ada defisit pendengaran
4
18. Hasil Sembuh dengan terbentuknya aurikula
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997.
5
6
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak Perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi hasil operasi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka operasi baik tanpa ada Fistal, penyempitan dan pancaran kencing
baik.
25. Edukasi 1. Luka operasi harus tetap bersih.
2. Rutin kontrol.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
7
8
2. Operatif:
Dilakukan apabila keadaan intrakranial sudah stabil, dan trauma
berat lainnya sudah diatasi. Pertimbangan estetik dan fungsional
harus diberikan dan dijelaskan sebaik-baiknya kepada pasien.
12. Tempat RSUP Sanglah
Pelayanan
13. Penyulit 1. Gangguan bentuk atau fungsi
2. Infeksi
3. Kematian bila ada cedera kepala berat.
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar 1. Personil unit gawat darurat pada pertolongan pertama
2. Dokter Spesialis Bedah Plastik
16. Lama Perawatan 2 sampai 20 hari, bervariasi bergantung pada jenis berat fraktur
17. Masa Pemulihan 1. Untuk 3 fraktur pertama 8 minggu atau lebih.
2. Untuk fraktur lainnya 2 rninggu
18. Hasil 1. Sembuh, normal.
2. Sembuh dengan deformitas / cacat fungsi.
19. Patologi Tidak ada
20. Otopsi Tidak ada
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi hasil operasi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka operasi baik, tanpa ada maloklusi, tanpa ada deformitas.
25. Edukasi 1. Luka operasi harus tetap bersih.
2. Oral higiene, diet lunak sementara.
3. Rutin kontrol.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
9
10
15. Tenaga Standar Spesialis Bedah Plastik
16. Lama Perawatan 2 minggu atau lebih
17. Masa Pemulihan 4 minggu sampai 1-2 tahun tergantung faktor-faktor yang menyertainya
18. Hasil 1. Sembuh baik
2. Sembuh dengan cacat
19. Patologi Tak diperlukan
20. Otopsi Tak diperlukan
21. Prognosis Dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi parut dan fungsi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka sembuh tanpa timbul skar atau keloid
25. Edukasi Rutin kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
11
12
3. Gagal
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi parut dan fungsi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka baik dan viable
25. Edukasi Rutin kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
13
14
3. Luka bakar disertai trauma berat lain: inhalasi dan sebagainya.
4. Luka bakar listrik.
5. Luka bakar daerah wajah, tangan, kaki, perineal / genital
6. Disertai trauma penyerta lain atau penyakit sistemik berat lain,
retardasi mental
7. Penderita tidak mampu merawat dirinya sendiri.
11. Terapi / tindakan 1. Didahulukan penanggulangan terhadap gangguan jalan pernapasan
(ICD 9-CM) dan sirkulasi
2. Perawatan Intensif Luka Bakar
3. Perkiraan jumlah dan pemberian cairan dengan menggunakan rumus
Baxter:
a. Hari I diperkirakan memerlukan:
a) Untuk orang dewasa rumusnya :
4cc x berat badan dalam kg x % luas luka bakar, dimana ½
diberikan pada 8 jam pertama dari trauma dan ½ nya
diberikan 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan Ringer
Lactat. Dan pada jam ke 18 diberikan tambahan Koloid 500
cc.
b) Untuk anak-anak < 5 tahun rumusnya :
(2cc x berat badan dalam kg x % luas luka bakar) +
kebutuhan maintanance.
b. Kebutuhan maintanance untuk anak-anak :
a) < 10 kg : berat badan dikalikan 100 cc
b) 10-20 kg : 1000 cc + penambahan berat badan dikali 75.
c) - >20 kg : 1000 cc + penambahan berat badan dikali 50
Cairan yang diberikan pada anak-anak :
RL + Koloid (Dextran) dengan perbandingan 17 : 3, ½ diberikan
pada 8 jam pertama dari trauma dan ½ nya diberikan 16 jam
berikutnya.
Hari berikutnya pemberian cairan hipertonik ( albumin
hiperonkotik dan NaCl 3%)
Escharotomy untuk daerah dada dan extrimitas pada eskar yang
konstriktif
15
9. Eksisi tangential dini dan skin grafting setelah pasien stabil.
10. Eksisi dini dan rekonstruksi flap untuk luka bakar listrik derajat III
12. Tempat RSUP Sanglah
Pelayanan
13. Penyulit 1. Gangguan saluran napas
2. Gangguan sirkulasi bila berlanjut dapat rnenyebabkan kegagalan
organ multipel.
3. Kelebihan atau kekurangan cairan maupun elektrolit.
4. Infeksi pada kulit, saluran napas, saluran kemih.
5. Ulkus stres.
6. Parut hipertrofi dan kontraktur, untuk jangka panjang
7. Deformitas penampakan yang hebat.
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar 1. Dokter Umum untuk luka bakar ringan.
2. Dokter Spesialis Bedah yang berkecimpung pada luka bakar (Burn
Surgeon)
3. Dokter Spesialis Bedah Plastik untuk semua luka bakar.
4. Dokter Spesialis Anestesi.
5. Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
6. Paramedis yang berkecimpung pada perawatan luka bakar
16. Lama Perawatan Sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan luas luka. Dirawat sampai luka
lebih kecil dari indikasi perawatan
17. Masa Pemulihan Sangat bervariasi, mungkin 2 tahun atau lebih bergantung pada parut
yang terjadi.
18. Hasil 1. Sembuh dengan kecacatan warna kulit saja sampai kecacatan berat,
tidak dapat menggerakkan sendi-sendi.
2. Kematian
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Mungkin diperlukan bila terjadi kematian
21. Prognosis Dubia tergantung dari kedalaman dan luas luka bakar
22. Tindak Lanjut Evaluasi parut dan deformitas
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka sembuh dengan baik (Epitelisasi)
25. Edukasi Rutin kontrol perawatan luka.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
16
18
19
19. Patologi Bila ada keraguan dengan sarkoma
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubia ad Bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi penyembuhan luka
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka sembuh
25. Edukasi Rajin Kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
20
21
23
25
27
28
docetaaxell, oxalipalin, 5-Fluorouracil)
b. Paliatif: kombinasi docetaxell, oxaliplatin, 5-FU +
Trantzuzumab)
12. Tempat Minimal RS kelas-B
Pelayanan
13. Penyulit 1. Penyakit: Anemia, Gizi
2. Terapi:
a. Operasi: perdarahan, infeksi
b. Radioterapi: radiodermatitis
c. Kemoterapi: mual, muntah, leukopeni, infeksi, toksis
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan ± 10 hari
17. Masa Pemulihan ± 14 hari
18. Hasil 1. Stadium dini : bebas kanker
2. Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang
3. Stadium sangat lanjut : tidak sembuh, paliasi
19. Patologi 1. Adenocarcinoma
2. Intestinal type
3. Diffuse type
20. Otopsi Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang tidak jelas
21. Prognosis 1. Stadium dini : baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. Stadium sangat lanjut : jelek
22. Tindak Lanjut Kontrol untuk evaluasi penyakit:
0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali
23. Tingkat Evidens Level 2C. Pada curable tumor idealnya adalah standart gastrectomy
& Rekomendasi dengan D2 Lymph node dissection.
Category 2A ( NCCN version 2014 categories of evidens and consensus)
24. Indikator Medis Keluhan, klinis, radiologis
25. Edukasi 1. Hindari makanan dengan kandungan garam tinggi, makanan
berpengawet, alkohol, merokok
2. Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayur, vitamin C, vitamin A.
26. Kepustakaan 1. Williams N S, Bulstrode C J K, O;Connel P R, (EDS): Bailey’s &
Love’s Short Practice of Surgery 25th. Edward Arnold Ltd, London,
2008.
2. Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass
HI, Thompson RW, (EDS) : SURGERY, Basic Science and Clinical
Evidence. Springer-Berlag New York Inc. 2001, pp 1565-1881.
3. Feig BW, Berger DH, Fuhrman GM, (EDS) : THE M.D.
ANDERSON SURGICAL ONCOLOGY HANDBOOK. Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Houston Texas, 2003.
4. Devita PT, Hellman S, Rosenberg SA, (EDS) : CANCER, Principles
& Practice of Oncology. 6 Ed. Lippincott – William & Wilkins,
2001.
29
31
32
15. Tenaga Standar Spesialis Bedah Digestif
16. Lama Perawatan 14 hari
17. Masa Pemulihan 30 hari
18. Hasil Tergantung stadium tumor
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Buruk
22. Tindak Lanjut Follow up dan kemoterapi post operasi
23. Tingkat Evidens Category 2A ( NCCN version 2014 categories of evidens and consensus)
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan, klinis, laboratories
25. Edukasi Jenis penyakit, stadium, planning terapi, prognosis
26. Kepustakaan 1. Schwartz SI : Principles of Surgery, 5th ed, Mc Graw Hill, 1989, p.
1429-1437
2. Way LW : Current Surgical Diagnosis and Treatment, 9th ed,
Prentice Hall International Inc
3. Keith D. Lilleane, John L. Cameron : Pancreatic and Periampullary
Carcinoma in Maingot’s Abdominal Operation, 10th ed, prentice
Hall Inc, 1997, p. 1977-2002
4. Howard A. Reber : Operation on the Pancreas in Maingot’s
Abdominal Operation, 10th ed, Prentice Hall Inc, 1997, p. 2003-
2030
33
35
kepatuhan kemoterapi
26. Kepustakaan 1. Corman ML : Colon and Rectal Surgery, 1st ed, 1984, p. 267-412
2. Golinger. JC, : Surgery of the Anus, Rectum Colon, 5th ed, Bailiere
Tindall, London, 1984, p. 426-793
3. Schwartz SI and Ellis H : Maingot’s Abdominal Operation, 9th ed,
Prentice Hall International Inc, Englewood Cliffs, 1990, p. 1033-
1172
4. Spiessl B, Schebe O. And Wagner G. : UICC-TNM Atlas, Springer
Verlag, 1982, p. 78-99
5. Helena R. Chang, Kirby I. Bland : Tumors of the Colon in Maingot’s
Abdominal Operation, 10th ed, Prentice Hall, 1997, p. 1281-1308.
6. Michael R.B. Keighley, Norman S. Williams : Surgery of the Anus,
Rectum and Colon, W.B. Saunders Co. 1993 p. 830-1091.
36
38
Disarankan mempertahankan BMI antara 18,5-25,0 kg/m2
sepanjang hidup
6. Rekomendasi Tingkat B
Disarankan melakukan aktifitas fisik (misalnya jalan) paling tidak
untuk 30 menit dalam sehari
7. Rekomendasi Tingkat C
Untuk mencegah kejadian KKR dianjurkan tidak merokok
8. Rekomendasi Tingkat B
Penggunaan estrogen replacement therapy khususnya untuk
mencegah KKR tidak direkomendasikan.
9. Rekomendasi Tingkat C
Kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
10. Rekomendasi Tingkat D
Disarankan untuk skrining dengan test darah samar sejak usia 40
tahun
11. Tindakan operasi : Category 2A ( NCCN version 2014 categories of
evidens and consensus)
24. Indikator Medis
25. Edukasi 1. Hindari makan tinggi lemak, protein, kalori, daging merah dan putih.
Cukupkan makanan dengan kalsium dan asam folat untuk menekan
kejadian KKR.
2. Pasca polipektomi adenoma disarankan pemberian suplementasi
kalsium
3. Suplementasi vitamin E, vitamin D serta asam folat dalam upaya
menekan kejadian KKR
4. Disarankan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran setiap
harinya.
5. Disarankan mempertahankan BMI antara 18,5-25,0 kg/m2 sepanjang
hidup
6. Disarankan melakukan aktifitas fisik (misalnya jalan) paling tidak
untuk 30 menit dalam sehari
7. Untuk mencegah kejadian KKR dianjurkan tidak merokok
8. Penggunaan estrogen replacement therapy khususnya untuk
mencegah KKR tidak direkomendasikan.
9. Kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
10. Disarankan untuk skrining dengan test darah samar sejak usia 40
tahun.
26. Kepustakaan 1. Pengelolaan Karsinoma Kolorektal: Suatu Panduan Klinis Nasional.
Nov. 2004, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia,
IKABDI
2. Sukardja IDG, Purnomo B, Tahalele P, Marnadi M, Murtejo U,
(EDS) : STANDAR PELAYANAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS BEDAH UMUM INDONESIA. Edisi I. Persatuan
Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002, Hal. 42-106.
3. Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass
HI, Thompson RW, (EDS) : SURGERY, Basic Science and Clinical
Evidence. Springer-Berlag New York Inc. 2001, pp 1565-1881.
4. Feig BW, Berger DH, Fuhrman GM, (EDS) : THE M.D.
ANDERSON SURGICAL ONCOLOGY HANDBOOK. Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Houston Texas, 2003.
39
5. Devita PT, Hellman S, Rosenberg SA, (EDS) : CANCER, Principles
& Practice of Oncology. 6 Ed. Lippincott – William & Wilkins,
2001.
6. Ramli M, dkk. PROTOKOL PERABOI. BANDUNG 2003.
40
41
13. Penyulit Anemia
14. Informed Consent Jenis penyakit, rencana terapi, rencana operasi
15. Tenaga Standar Dokter Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan 7 hari
17. Masa Pemulihan 7 hari
18. Hasil Baik
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak
21. Prognosis Baik (Dubius ad bonam)
22. Tindak Lanjut Follow up Poliklinis
23. Tingkat Evidens Kontrol rutin dan diet yang mengandung serat
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Pemeriksaan klinis
25. Edukasi KIE tentang pola diet tinggi serat dan hindari untuk mengedan
26. Kepustakaan 1. Condon RE. Nyhus LM : Manual of Surgical Therapeutic, 7th ed,
Little Brown & Coy, Boston, 1988, p. 317-322
2. Golinger. JC, : Hemorrhod or Piler – Surgery of the Anus, Rectum
Colon, 5th ed, Bailiere Tindall, London, 1984, p. 98-149
3. Way LW : Current Surgical Diagnosis and Treatment, 10th ed
Appleton & Langes, 1994, p. 695-698
4. Williams NS : Hemorrhoidal Disease in Surgery of the Anus,
Rectum and Colon, WB. Saunders Co. Ltd, London, Philadelphia,
1993, p. 295-363.
42
44
46
48
3. Wood G S, Gharia M, 2008. Non Melanoma Skin Cancer, BCC and
SCC, Abeloff’s Clinical Oncology, 4th Edition. Churchill
Livingstone. Philadelpia. 74: 1253-1270.
49
51
52
sekitarnya, Konsistensi padat.
2. Struma Hashimoto: Struma konsistensi padat keras, menimbulkan
tekanan pada trakea.
3. Struma Riedel: konsistensi keras seperti kayu (ligneus),
menimbulkan tekanan pada trakea atau esofagus.
7. Diagnosis Banding 1. Tumor Jinak Tiroid
2. Kanker Tiroid
8. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan BMR
Penunjang 2. Laboraturium : T3, T4. TSH
3. Radiologi : USG leher, X-Foto leher, X-foto toraks, Tiroid Scan
(atas indikasi)
4. Patologi : FNA, pemeriksaan PA spesimen operasi
9. Konsultasi Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
10. Perawatan Rawat Inap
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Bedah:
(ICD 9-CM) Operasi, macamnya tergantung proses patologis tiroid :
a. Sruma toksika : tiroidektomi total
b. Struma Uninodosa : isthmolobektomi
c. Struma multinodosa : tiroidektomi total
2. Non bedah:
Struma toksika (Basedow); obat anti-tiroid
12. Tempat Minimal R.S Kelas-C
Pelayanan
13. Penyulit 1. Penyakit: sesak nafas, suara parau, hipertiroid
2. Terapi:
a. Lesi n. Rekuren
b. Hematoma
c. Hipoparatiroidi
d. Infeksi
e. Krisis Tiroid (untuk M.Basedow)
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah (K)Onk
16. Lama Perawatan Minimal 5 hari
17. Masa Pemulihan Minimal 4 minggu
18. Hasil Tonjolan tiroid bisa terangkat, diharapkan eutiroid
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Kadang-kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus sebabnya
tidak jelas.
21. Prognosis Diharapkan baik
22. Tindak Lanjut Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
53
24. Indikator Medis Tumor terangkat & tidak ada rekuren
25. Edukasi Bila tiroidektomi total: minum substitusi hormone tiroksin setiap hari,
pagi hari saat perut kosong sesuai dari kebutuhan harian.
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Wartofsky L, 2006. Thyroid Cancer. A Comprehensive Guide to
Clinical Management. Humana Press. Totowa. New Jersey.
54
56
58
2. Infiltrating ductal atau infiltrating lobularcarcinoma
3. Varian khusus:
a. Medularry carcinoma
b. Papillary carcinoma
c. Cribriform carcinoma
d. Mucinous carcinoma
e. Scirhus
f. Pagets disease
g. Squamous cell carcinoma
h. Undifferentiated carcinoma
4. Keganasan mesenkimal:
a. Malignan Phyllodes
b. Carcinosarcoma
20. Otopsi Kadang-kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus kematian
yang sebabnya tidak jelas
21. Prognosis Tergantung stadium, jenis histopatologi, faktor prognosis dan modalitas
terapi yang didapat:
1. Stadium dini : diharapkan baik
2. Stadium lanjut : dubious
3. Stadium sangat lanjut : jelek
22. Tindak Lanjut 1. 0-2 tahun : setiap 2 bulan sekali
2. 3-5 tahun : setiap 3 bulan sekali
3. > 5 tahun : setiap 6 bulan sekali
4. Pemeriksaan fisik : tiap kontrol
5. Foto toraks : tiap 6 bulan
6. USG abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi
7. Mammografi kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi
8. Bone Scan : tiap 2 tahun atau ada indikasi
9. Tumor Marker : tiap 2 – 3 bulan
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Locoregional rekurensi (-)
25. Edukasi 1. Melanjutkan Terapi sampai tuntas
2. Hindari faktor risiko
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Harris J, 2010: Staging of Breast Cancer. In Harris J. Disease of the
Breast. 4th Edition. Philadelphia VII. 35: 489-500.
4. Therese B. Bevers, MD. 2010: NCCN Clinical Practise Guidelines in
Oncology Breast Cancer Screening and Diagnosis.
59
60
3. Terapi Operatif: dilakukan bila hemodinamika tidak stabil, ruptur
lien gr. III – V.
4. Tindakan terhadap Limpa: cedera linier dilakukan penjahitan secara
matras. Cedera laserasi atau pedikel jika putus dilakukan
pengangkatan limpa disertai tandur ulang jaringan limpa kedalam
bursa omentalis.
12. Tempat IGD Rumah Sakit Sanglah Denpasar
Pelayanan
13. Penyulit Perdarahan massif, syok hipovolemik yang bisa berakibat syok
irreversible, koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC),
koagulopati, hipotermi, asidosis, SIRS, ARF (gagal ginjal akut) gagal
multi organ.
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah KonsultanTrauma dan Bedah Akut
2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif.
16. Lama Perawatan 5-7 hari
17. Masa Pemulihan 1 – 2 minggu
18. Hasil Sembuh tanpa cacat
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Diperlukan bila meninggal
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh tanpa komplikasi
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi.
26. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
61
62
3. Terapi Operatif: dilakukan bila hemodinamika tidak stabil, rupture
hepar gr. III – V.
4. Macam tindakan pada cedera hepar:
a. Cedera linier dilakukan penjahitan secara matras dengan benang
yang tebal (no.1.0 atau 2.0) yang dapat diserap.
b. Laserasi segmental: dapat dilakukan reseksi secara wedge atau
reseksi segmental dan ditutup dengan omentum.
c. Laserasi yang luas dengan perdarahan profus dilakukan
pemasangan tampon (DCS) yang sulit dihentikan dan dalam 2 x
24 jam dilakukan stabilisasi kemudian dilakukan re-laparotomi
untuk terapi definitif.
5. DCS: Damage Control Surgery.
Catatan: untuk mengatasi perdarahan yang hebat saat melakukan
tindakan diatas, dapat dilakukan tindakan pringle.
12. Tempat IGD RSUD Kabupaten Klungkung.
Pelayanan
13. Penyulit Perdarahan massif, syok hipovolemik yang bisa berakibat syok
irreversible, koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC),
koagulopati, hipotermi, asidosis, SIRS, ARF (gagal ginjal akut) gagal
multi organ.
Peritonis kimiawi, hematobilia,TRIAS: hipotermia, Asidosis, Gangguan
koagulopati.
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah KonsultanTrauma dan Bedah Akut
2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan 5-7 hari
17. Masa Pemulihan 1-2 minggu
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Tergantung beratnya cedera
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis 1. Tidak terjadi rebleeding
2. Sembuh tanpa komplikasi.
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi
3. Prognosa
26. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
63
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
64
65
tampak distensi, memar kulit, laserasi.
2. Auskultasi:
Auskultasi region torak kiri: suara napas menurun, bisa terdengar
bising usus. Auskultasi region abdomen: bising usus menurun atau
hilang.
3. Palpasi: nyeri tekan di kwadran tertentu atau seluruh region
abdomen, Defans muscular, nyeri tekan lepas.
4. Perkusi:
Perkusi region torak bagian bawah bisa normal atau redup atau
timpani. Pekak hati bisa positif atau negatif, nyeri ketok dinding
abdomen. Tes undulasi atau shifting dullness bisa positif bisa
negatif.
6. Kriteria Diagnosis Mekanisme trauma, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding Tidak ada
8. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
Penunjang 1. Foto thorax AP, pelvis AP, FAST/USG, Lapase Peritoneum
Diagnostik(DPL), CT Scan Abdomen.
2. Indikasi FAST/USG sama dengan indikasi DPL: pasien trauma
dengan penurunan tingkat kesadaran, perubahan / gangguan fungsi
sensoris, cedera pada organ-organ yang bertetangga, pemeriksaan
fisik abdomen yang meragukan, kemungkinan putus kontak dengan
pasien untuk waktu yang cukup panjang.
3. Hasil DPL yang meragukan (khusus untuk USG abdomen) yaitu:
Lekosit < 500/mm3, eritrosit < 100.000/mm3.
9. Konsultasi Dokter Spesialis yang terkait.
10. Perawatan Rawat inap.
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau kondisi
(ICD 9-CM) pernapasan dan hemodinamika tidak stabil.
2. Terapi Konservatif: terapi koservatif dilakukan bila tidak ada
indikasi laparotomi segera atau hasil pemeriksaan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen yang nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi, dapat dilakukan sampai 2
x 24 jam.
3. Tindakan Operatif: laparotomi eksplorasi dengan insisi median.
4. Indikasi laparotomi eksplorasi:
a. Tanda-tanda perdarahan intra peritoneal, yaitu adanya syok
hipovolemi dengan distensi abdomen yang progresif.
b. Tanda-tanda peritonitis generalisata.
c. Pneumoperitoneum pada foto toraks.
d. Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika (ruptur
diafragma).
e. Cairan lavase keluar melalui pipa drinase rongga abdomen.
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau cairan usus. Hasil
DPL positif berdasarkan analisa laboratoris, yaitu jumlah
eritrosit > 100.000/mm3 cairan lavase, jumlah lekosit > 500/mm3
cairan lavase, amylase > 20 IU cairan lavase.
12. Tempat IGD RSUD Kabupaten Klungkung.
Pelayanan
66
13. Penyulit Perdarahan massif, syok hipovolemik yang bisa berakibat syok
irreversible, koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC),
koagulopati, hipotermi, asidosis, SIRS, ARF (gagal ginjal akut) gagal
multi organ.
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Trauma dan Bedah Akut
2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan Bervariasi tergantung beratnya cedera.
17. Masa Pemulihan Bervariasi tergantung beratnya cedera.
18. Hasil 1. Cedera ringan: bisa sembuh tanpa gejala sisa.
2. Cedera berat: kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan
atau tanpa kecacatan. Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau
tanpa kecacatan atau bisa meninggal dunia.
3. Cedera mengancam nyawa: bila timbul penyulit, bisa sembuh
dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa meninggal dunia. Angka
kematian bisa mencapai > 70%.
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Perlu otopsi klinik
21. Prognosis Tergantung beratnya cedera
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh tanpa komplikasi.
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi
3. Prognosa
26. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
67
69
70
18. Hasil Sembuh atau sembuh dengan cacat
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubious
22. Tindak Lanjut Konsul ke Poliklinik Bedah dan URM
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Pasien bisa bernafas tanpa ventilator dengan saturasi O2 baik
25. Edukasi Rutin kontrol ke poli bedah dan URM
26. Kepustakaan Pediatric Surgery
71
72
25. Edukasi Kontrol poliklinik bedah anak dan fisioterapi
26. Kepustakaan Aschraft – Pediatric Surgery
73
75
76
24. Indikator Medis Tidak ada komplikasi (respiratory distress, infeksi)
25. Edukasi Kontrol luka poliklinik bedah anak
26. Kepustakaan Spingare – Pediatric Surgery
77
78
79
80
82
83
21. Prognosis Tergantung kondisi penderita
22. Tindak Lanjut Kontrol luka poliklinik
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis -
25. Edukasi -
26. Kepustakaan Pediatric Surgery
84
85
86