Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

TUGAS RENCANA GARIS


ME141310

SEMESTER GANJIL 2015/2016

NAMA MAHASISWA : Josua Joel Jireh Dededaka

NOMOR POKOK : 4214 100 018

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. A. A. Masroeri, M.Eng.

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN – ITS
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

PERNYATAAN

1. Saya mengerjakan dan menyelesaikan Tugas Rencana Garis ini dengan usaha dan
jerih payah saya sendiri.

2. Saya, baik dengan sengaja atau tidak, tidak menduplikasi semua atau sebagian
pekerjaan Tugas Rencana Garis dari orang lain.

3. Saya, baik dengan sengaja atau tidak, tidak akan memberikan duplikasi semua atau
sebagian pekerjaan Tugas Rencana Garis saya kepada orang lain.

Surabaya, Desember 2015

Yang menyatakan,

Josua Joel Jireh Dededaka


4214 100 018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Koordinator

Dr. Ir. A. A. Masroeri, M. Eng. Beny Cahyono. S.T., M.T.


NIP. 1958 0807 1984 03 1004 NIP. 1979 0319 2008 01008

ii
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karunia dan penyertaan-Nya, laporan yang berjudul “Laporan Tugas Rencana Garis“ ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tugas Rencana
Garis (ME141310) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Tugas rencana garis merupakan awal dari perancangan kapal, karena rencana garis dapat
dikatakan sebagai dasar dalam merancang kapal, sehingga mahasiswa dapat melanjutkan mata
kuliah pada semester berikutnya yaitu Desain II, Desain III dan Desain IV.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga penulis pun mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Kedua orang tua beserta keluarga yang selalu memberi dukungan, baik moriil maupun
spiritual hingga tugas dan laporan ini dapat terselesaikan.
2. Dosen Pembimbing Tugas Rencana Garis, Bpk. Dr. Ir. A. A. Masroeri, M. Eng.
3. Koordinator serta dosen mata kuliah Design I / Rencana Garis Bpk. Beny
Cahyono,S.T.,M.T.
4. Teman-teman beserta mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
5. Berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas dan laporan ini.

Laporan ini disusun dengan kemampuan dan bahan yang terbatas. Oleh karena itu penulis
menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunan,
sehingga saran dan koreksi yang bersifat membangun dalam upaya perbaikan laporan ini sangat
penulis harapkan.

Surabaya, 8 Desember 2015


Penulis

iii
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...............................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................v
BAB I  FILOSOFI RANCANGAN..............................................................................................................1
I.1. Umum...................................................................................................................................................1
I.1.1. Pendahuluan................................................................................................................................1
I.1.2. Tahapan Pengerjaan...................................................................................................................2
I.1.3. Istilah-Istilah.................................................................................................................................2
I.2. Curve of Section Area........................................................................................................................5
I.3. Body Plan.............................................................................................................................................6
I.4. Half-breadth Plan................................................................................................................................7
I.5. Sheer Plan...........................................................................................................................................8
I.6. Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul.......................................................................8
1.6.1. Geladak Utama.......................................................................................................................8
1.6.2. Forecastle deck......................................................................................................................9
1.6.3. Bulwark..................................................................................................................................10
1.6.4. Poop Deck (Geladak Kimbul).............................................................................................10
BAB II  DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN...............................................................................12
II.1. Penentuan Ukuran dan Dimensi lainnya......................................................................................12
II.2. Pembuatan Curve of Section Area................................................................................................14
II.2.1. Membaca Diagram NSP..........................................................................................................14
II.2.2. Membuat CSA Ldisp................................................................................................................16
II.2.3. Membuat CSA Lpp...................................................................................................................18
II.3. Pembuatan A/2T dan B/2................................................................................................................21
II.3.1 A/2T.............................................................................................................................................21
II.3.2 B/2...............................................................................................................................................21
II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan............................................................................24
II.5. Pembuatan Body Palan..................................................................................................................27
II.6. Pembuatan Halfbreadth Plan.........................................................................................................29
II.7. Pembuatan Sheer Plan...................................................................................................................30
II.8. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul...............................................32
BAB III  GAMBAR RANCANGAN...........................................................................................................36

iv
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

BAB I 
FILOSOFI RANCANGAN

I.1. Umum

I.1.1. Pendahuluan

Untuk mengukur dan mengetahui bentuk badan kapal dapat digunakan Rencana
Garis (Lines Plan). Lines Plan merupakan kumpulan dari beberapa gambar dua dimensi
sebagai hasil dari penggambaran/pemroyeksian bentuk kapal yang 3 dimensi. Bentuk
tersebut dapat diproyeksikan ke 3 bidang antara lain bidang horizontal, bidang datar
vertikal memanjang dan bidang datar vertikal melintang yang masing masing disebut
dengan body plan, sheer plan dan half-breadth plan yang jika digabungkan akan terlihat
rancangan awal dari bentuk kapal yang akan dirancang.

Dalam Jurusan Teknik Sistem Perkapalan terdapat mata kuliah yang mempelajari
dan mengaplikasikan tentang pembuatan rencana garis. Dengan ini, diharapkan agar
mahasiswa nantinya mampu merancang atau membuat rencana garis dari suatu kapal
sebagai langkah awal dari pencapaian kemampuan mahasiswa dalam bidang – bidang
pembelajaran berikutnya seperti sistem penggerak (perporosan dan propeller) hingga
perancangan kamar mesin dimana akan dipelajari pada mata kuliah Desain II, Desain
III, dan Desain IV

Dalam pembuatan rencana garis terdapat beberapa metode yang dapat digunakan,
yaitu:
 Perancangan dilakukan sendiri berdasarkan pengalaman atau gambar rencana garis
kapal yang telah ada
 Dengan metode “Scheltema de Heere” dari buku “Buoyancy and Stability of Ship”, Ir.
Scheltema de Heere and Drs. A. R. Baker, 1969, 1970.
 Dengan metode NSP berdasarkan hasil percobaan tangki tarik pada laboratorium di
Wageningen, Netherland.
 Dengan metode program Software dengan komputer
 Dan dengan metode lainnya.

Namun dalam pengerjaan tugas rencana garis kali ini metode yang digunakan
adalah metode NSP (Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen).

1
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Pencapaian yang diharapkan dalam pengerjaan tugas ini adalah mahasiswa dapat
memahami dan mengerti tentang penggambaran bentuk bangunan lambung kapal
apabila diketahui dimensi – dimensi utama dari kapal beserta dapat menggunakan
program (software) bantuan dalam pengerjaan sebuah rencana garis (misal: Excel,
AutoCAD, dll) sehingga memiliki ketelitian, kemahiran, dan keakuratan dalam
merancang sebuah bangunan kapal dan pada akhirnya memiliki kemahiran, ketelitian
dan keakuratan dalam merancang sebuah bangunan kapal.

I.1.2. Tahapan Pengerjaan

Adapun tahapan pengerjaan /pembuatan rencana garis ini, antara lain:

1. Perhitungan Data awal


2. Pembuatan CSA
3. Pembuatan A/2T dan B/2
4. Pembuatan Haluan dan Buritan
5. Pembuatan Body Plan
6. Pembuatan Half Breadth Plan
7. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan
8. Pembuatan Bangunan Atas (Sheer Standar)
9. Pembuatan Forecastle deck, Poop deck dan Bullwark.

Berdasarkan metode NSP, dapat diketahui beberapa koefisien beserta variabel


yang digunakan dari Diagram NSP dimana data tersebut akan menjadi data awal yang
akan digunakan. Untuk pengolah data dan perhitungan dalam hal ini dipergunakan
program Microsoft Excel, sedangkan untuk visualisasi penggambaran digunakan
AutoCad. Program Excel dan AutoCad tersebut digunakan karena program tersebut
tidak hanya mendukung dalam pengerjaan tetapi juga mendukung pembelajaran
mahasiswa karena kedua program tersebut hanya menampilkan hasil masukan data
dari operator dan bukan bekerja secara otomatis .

2
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

I.1.3. Istilah-Istilah

Adapun istilah – istilah yang dipakai dalam penggambaran rencana garis adalah
sebagai berikut:

 After Perpendicular (AP)


Atau garis tegak buritan, adalah garis tegak yang terletak pada sumbu poros
kemudi.

 Fore Perpendicular (FP)


Atau garis tegak haluan, adalah garis yang terletak pada titik potong antara linggi
haluan dengan garis air pada sarat muat yang telah direncanakan.

 Length Between Perpendicular (Lbp/ Lpp)


Panjang antara 2 garis tegak atau jarak horisontal antara garis tegak depan
(haluan/FP) dengan garis tegak belakang (buritan/AP).

 Length of Water Line (Lwl)


Panjang garis air yang diukur mulai dari perpotongan linggi buritan dengan garis air
pada sarat sampai pada perpotongan linggi haluan dengan garis air pada sarat atau
FP (jarak mendatar antara kedua ujung garis muat).

 Lenght of Displacement (Ldisp)


Merupakan panjang kapal imajiner yang terjadi karena adanya perpindahan fluida
sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal, panjang ini digunakan untuk
menentukan seberapa besar luasan – luasan bagian yang tercelup air, pada saat
dibagi menjadi dua puluh station. Panjang displacement dirumuskan sebagai
panjang rata – rata antara Lpp dan Lwl, yaitu:

 Breadth Moulded (Bmld )


Lebar maksimum kapal yang diukur dari sebelah dalam pelat kulit (tidak termasuk
pelat kulit) atau dari gading terluar

3
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

 Depth (H)
Jarak vertikal (tinggi kapal) dari garis dasar kapal sampai geladak menerus diukur
pada sisi tengah kapal.

 Draught (T)
Jarak vertikal (tinggi kapal) dari garis dasar kapal sampai garis air kapal pada sarat
muat yang direncanakan.

 Vs/√Ldisp
nilai yang digunakan untuk membaca nilai - nilai lain yang terkandung dalam
diagram NSP (dalam hal ini nilai Ldisp yang digunakan dalam satuan feet)

 Coeffisien Block of Displacement (Cb)


Perbandingan antara bentuk kapal dibawah sarat dengan balok yang dibentuk oleh
panjang kapal, lebar kapal dan sarat kapal.

 Coeffisien Block of Waterline (dWL )


Merupakan perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali antara panjang,
lebar dan sarat kapal.koefisien blok ini menunjukkan kegemukan kapal. Rumusnya
yaitu:

 Coeffisien Prismatik (Cp)


Perbandingan antara bentuk kapal dibawah sarat dengan sebuah prisma yang
dibentuk oleh bidang tengah kapal.

 Coeffisien of Midship (Cm)


Perbandingan antara bentuk bidang tengah kapal (midship) dengan sebuah bidang
yang dibentuk oleh panjang kapal dan lebar kapal.

 Luas Midship (Am)


Adalah luasan tengah kapal dibawah garis air

 Volume Displacement

4
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal yang tercelup
dibawah permukaan air (volume air yang dipindahkan badan kapal). Dirumuskan
sebagai :

 Midship
Potongan melintang pada bagian tengah kapal.

 Center Line
Potongan memanjang pada bagian tengah kapal.

 Base Line
Garis dasar kapal

 Station
Pembagian panjang kapal menjadi 20 bagian dengan jarak yang sama.

 Body Plan
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara melintang pada setiap
station dilihat dari depan atau belakang.

 Buttock Line
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang vertikal.

 Water Line
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang horisontal.

 Transom
Bentuk buritan kapal yang berupa bidang lurus.

 Upper Deck
Garis geladak utama kapal dari ujung haluan sampai ujung buritan kapal.

 Poop Deck
Geladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian buritan
kapal.

 Forecastle Deck
Geladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian haluan
kapal.

 Bulwark
Pagar kapal yang terletak pada bagian tepi kapal.

 Sent
Garis yang ditarik pada salah satu atau beberpa titik yang terletak di garis tengah
(centre line) dan membuat sudut dengan garis tengah.

 Ordinate Half Breadth


Jarak vertikal antara centre line dengan garis base line pada sarat tertentu.

 Sheer
Lengkungan kemiringan geladak kearah memanjang kapal.

5
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

 Chamber
Lengkungan kemiringan geladak kearah melintang kapal.

I.2. Curve of Section Area

Curve of Sectional Area (CSA) adalah kurva yang menunjukan luasan kapal pada tiap –
tiap station. Berdasarkan persentase luasan yang didapat dari diagram NSP dikalikan dengan
luasan midship, maka akan didapatkan luasan kapal pada tiap stationnya. Kurva CSA ini
terdiri dari sumbu x (panjang kapal) dan sumbu y (luasan kapal tiap station).

Caranya adalah mencari e (persentase area per-station) dengan mengetahui nilai


Vs/√Ldisp dari diagram NSP, kemudian membuat garis datar dari angka tersebut dan membuat
titik temu antara garis datar tersebut dengan garis garis lengkung pada tabel NSP, kemudian
ditarik garis vertikal dari titik tersebut dan mendapatkan nilai e dalam persen.untuk
mengetahui luasan tiap station maka dikalikan dengan luas midship kapal.

Contoh gambar Curve of Section Area (CSA)

Setelah didapatkan data untuk luasan tiap station, maka tentukan panjang pada sumbu
x, dimana sumbu x adalah Panjang Displacement kapal yang diperoleh dengan rumus
Ldisp=1/2 (Lwl+Lpp). Yang kemudian dilakukan adalah membuat dan menyesuaikan CSA
displacement menjadi CSA Lwl dan CSA Lpp. Dalam CSA nantinya juga terdapat kurva A/2T
dan kurva B/2. Kurva A/2T didapatkan melalui perhitungan luasan dibagi 2 kali sarat air
sedngkan kurva B/2 didapatkan melalui perhitungan Lebar kapal dibagi 2 (Proses pembuatan
akan dijelaskan pada bab selanjutnya)

6
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

I.3. Body Plan

Body Plan merupakan proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara
melintang pada setiap station yang terdiri dari 2 bagian yaitu sebelah kanan adalah potongan
melintang kapal dari haluan ke arah midship (dari station 20 menuju station 10) dan sebelah
kiri adalah potongan melintang kapal dari buritan ke arah midship (dari station 0 ke station 10).
Potongan – potongan badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat
berdasarkan data-data Grafik A/2T dan B/2. Prinsip penggambaran pada body plan yaitu
bahwa terdapat dua garis lurus dan satu garis lengkung. Dua garis lurus pada body plan yaitu
waterline dan buttock line sedang garis lengkungnya yaitu penggambaran setiap station.
Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut:

Contoh gambar Body Plan

7
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

I.4. Half-breadth Plan


Half-breadth plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas, pada
setiap garis air (water line) atau berupa potongan membujur kapal secara horizontal yang
dilihat dari bawah kapal. Dalam menggambar Half-breadth Plan dapat diperoleh dari proyeksi
Body Plan. Sebelum menggambar halfbreadth plan, terlebih dahulu dilakukan penggambaran
sent line. Data penggambaran sent line diperoleh melalui gambar Body Plan pula. Setelah
sent line digambar maka kita dapat menggambar half breadth plan. Data yang diperlukan yaitu
panjang dari centerline ke setiap station di setiap waterline pada body plan. Prinsip pada
penggambaran halfbreadth plan yaitu terdapat dua garis lurus yaitu station dan buttock line
sedangkan terdapat juga satu garis lengkung yaitu waterline.

I.5. Sheer Plan


Sheer Plan merupakan gambar potongan kapal jika dilihat dari samping pada setiap
buttock line yang telah ditentukan. Penggambaran sheer plan dilakukan dari proyeksi
halfbreadth plan, dimana diproyeksikan perpotongan antara buttock line dengan waterline
pada half-breadth plan. Tetapi sebelumnya telah dilakukan penggambaran kapal beserta
bentuk linggi haluan dan buritan yang sudah direncanakan sebelumnya. Prinsip pada
penggambaran sheer plan yaitu bahwa terdapat dua garis lurus yaitu garis yang menyatakan
waterline dan station sedangkan terdapat satu garis lurus yaitu garis yang menyatakan buttock
line.

8
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

I.6. Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul

1.6.1. Geladak Utama

Geladak utama atau Main deck dapat berbentuk lurus ataupun memiliki
kelengkungan. Geladak utama yang memiliki kelengkungan dimana kelengkungan
tersebut harus dihitung terlebih dahulu menggunakan sheer standart. Kelengkungan
biasanya memiliki keuntungan dari sisi penambahan free board kapal tersebut. Rumus
sheer standart menggunakan notasi a, b, c, x, y, dan z dari tinggi kapal (H).

Untuk menghitung/membuat sheer standart maka LPP dibagi menjadi 6 bagian.


Pembagian tersebut meliputi 3 bagian di depan Midship dan 3 di belakang midship.
Masing-masing digaris dan dibuat sesuai dengan ukuran peraturan sheer standart untuk
kapal tanker sebagai berikut :

SHEER STANDART

Namun sekarang ini banyak designer menggunakan geladak utama yang mendatar
atau tanpa sheer, sehingga diperlukan sebuah perhitungan terhadap syarat lambung
timbul (freeboard) yaitu koreksi sheer dan tinggi haluan. Pada main deck juga terdapat
Camber atau lengkungan melintang

9
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

1.6.2. Forecastle deck


Geladak Akil atau Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat diatas
main deck pada bagian haluan yang memiliki ketinggian +/- 2,4~2,5 meter sejajar
dengan geladak utama (upper deck side line), sedangkan untuk panjang dari bangunan
ini ditentukan panjangnya mencapai Collision Bulkhead atau 5% sampai 8% Lpp. Serta
diletakkan tepat pada frame/gading (digambar mulai sekat tubrukan higga ke linggi
haluan)

1.6.3. Bulwark
Bulwark merupakan pagar-pagar yang terletak pada geladak tepi pada upper deck,
forecastle deck, dan poop deck yang terbuat dari plat dan berfungsi sebagai pembatas
untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Tinggi bulwark tidak boleh kurang dari
1000 mm diukur pada geladak terendah.

10
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

1.6.4. Poop Deck (Geladak Kimbul)


Geladak Kimbul atau Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main
deck pada bagian buritan yang memilki +/- 2.4~2.5 meter diukur dari geladak utama
(upper deck side line). Poop deck sebenarnya sama dengan Forecastle Deck, hanya
saja Forecastle Deck terletak di bagian haluan kapal. Panjang dari bangunan ini akan
dijelaskan pada penjelasan berikutnya.

11
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

BAB II 
DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN

II.1. Penentuan Ukuran dan Dimensi lainnya

Dalam pembuatan Lines Plan, hal pertama yang dibutuhkan adalah mencari kapal
pembanding dimana kapal pembanding ini sebagai acuan untuk menentukan ukuran dan
dimensi kapal yang akan digambar. Kapal pembanding dapat dicari di buku register, program
register of ship dan situs dari Biro Klasifikasi dari berbagai negara seperti BKI, GL, NK,
banyak lagi yang lainnnya. Dalam perancangan ini kapal pembanding yang digunakan
berasal dari kapal yang terdaftar di Nippon Kaiji Kyokai (classNK) register. Berikut ini adalah
ukuran dan dimensi kapal pembanding yang digunakan:

Data Kapal Pembanding

Tipe kapal :OIL CARRIER


Nama kapal :HINATA
Tahun pembangunan: 20 Desember 2013
GT : 3,796 Ton Merek, tipe M/E : 4 SA 6 CY
DWT : 4,999 Ton Daya motor : 2,942 kW
Lpp : 98 m RPM : 210
B : 16 m Kecepatan dinas (Vs) : 13.5 knot
H : 8.6 m Kecepatan percobaan (Vt) : 13.9 knot
T : 6.476 m

Setelah didapat data kapal pembanding yang sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan, data kapal tersebut dapat ditunjukkan kepada Dosen Pembimbing. Jika telah
disetujui, maka Dosen Pembimbing bisa menentukan data kapal baru yang akan dirancang
sehingga dapat memudahkan dalam perancangan rencana garis ini, berikut adalah data
kapal yang akan dirancang:

Tipe Kapal : OIL CARRIER


Panjang (Lpp) : 98 M
Lebar (B) : 16 m
Tinggi Geladak (H) : 8.6 m
Sarat Air : 6.476 m
Kecepatan Dinas : 13.5 knot

12
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Setelah mendapatkan Data Kapal yang akan dirancang, Langkah selanjutnya yaitu
menghitung beberapa dimensi dan data tambahan yang akan digunakan untuk merancang
rencana garis. Perhitungannya terdiri dari;

a. Length of Water Line (LWL )


Lwl = Lpp+3%Lpp
= 98 m + (3% x 98 m) = 98 m + 2.94 m = 100.94 m

b. Length of Displacement (Ldisp)


Ldisp = (Lwl+Lpp)/2
= (100.94 m + 98 m)/2 = 99.47 m = 326.345 ft

c. Vs/√Ldisp
Dimana hasil perhitungan dari rumus ini digunakan sebagai pedoman awal untuk
mendapatkan beberapa dimensi pada kapal yang dirancang melalui diagram NSP

Vs/√Ldisp = 13.5 knot : √326.345 ft = 0.75

Setelah mendapatkan Vs/√Ldisplacement, pada diagram NSP kita tarik garis lurus
horizontal dari nominal angka Vs/√Ldisplacement

d. Coeffisien Prismatik of Displacement (φdisp)


Diperoleh dari diagram NSP sebesar = 0.69

e. Coeffisien Block of Displacement (ddispl)


Diperoleh dari pembacaan diagram Nsp sebesar = 0.6859

f. Coeffisien of Midship (βdisp)


Diperoleh dari diagram NSP sebesar = 0.9819

g. Luas Am
Am =BxTxβ
= 16 m x 6.476 m x 0.9819
= 101.7507 m2

h. Coeffisien Block of Waterline (dWL )

13
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

dWL = ( Ldisp x ddisp ) / LWL


= (99.47 m x 0.6859)/100.94 m
= 0.6759
i. Coeffisien Block of perpendicular (dLpp)
dLpp = δwl x (Lwl / Lpp)
= 0.6759 x (100.94 m/98 m)
= 0.6962

II.2. Pembuatan Curve of Section Area

II.2.1. Membaca Diagram NSP

Kita harus mengetahui cara membaca dari diagram NSP agar dapat memulai proses
perancangan. Dari pembacaan diagram NSP maka dapat diperoleh luasan tiap station pada
kapal. Dari perhitungan awal kita telah mendapatkan besarnya Vs/√L disp sebesar 0.747, dari
nilai ini kita dapat mencari besarnya persen luas (%A) dari tiap-tiap station pada diagram
NSP, dengan menarik garis mendatar (ditandai dengan garis biru) sesuai nilai Vs/√L disp yang
telah diketahui maka akan ditemukan titik perpotongan antara garis mendatar dengan kurva
tiap-tiap station kemudian tarik garis vertikal ke atas (ditandai dengan garis hijau) maka
dapat diketahui besar nilai persen luas tiap station.

14
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Selain untuk mencari besar luasan tiap station dari diagram NSP maka kita juga dapat
menentukan letak LCB dengan cara menentukan titik perpotongan antara garis mendatar
Vs/√Ldisp dengan letak titik tekan b, kemudian tarik garis vertikal ke bawah dan dapat
diketahui nilai letak titik tekan dalam %Ldisp. Setelah semua data yang diperlukan telah
diketahui maka dilakukan perhitungan seperti tabel di bawah ini kemudian dilakukan
perhitungan koreksi terhadap data yang ada.

No.
Station %Am A(m2) S A.S n A.S.n
0 0.000 % 101.7507172584 1 0 -10 0.00
1 9.910 % 101.7507172584 4 40.3337 -9 -363.00
2 28.213 % 101.7507172584 2 57.4136 -8 -459.31
3 48.985 % 101.7507172584 4 199.3687 -7 -1395.58
4 68.353 % 101.7507172584 2 139.0992 -6 -834.60
5 83.293 % 101.7507172584 4 339.0061 -5 -1695.03
6 92.074 % 101.7507172584 2 187.3717 -4 -749.49
7 97.114 % 101.7507172584 4 395.2572 -3 -1185.77
8 99.216 % 101.7507172584 2 201.9061 -2 -403.81
9 100.000 % 101.7507172584 4 407.0029 -1 -407.00
10 100.000 % 101.7507172584 2 203.5014 0 0
11 100.000 % 101.7507172584 4 407.0029 1 407.0029
12 100.000 % 101.7507172584 2 203.5014 2 407.0029
13 98.833 % 101.7507172584 4 402.2520 3 1,206.7560
14 95.940 % 101.7507172584 2 195.2391 4 780.9563
15 88.822 % 101.7507172584 4 361.5090 5 1,807.5448
16 75.427 % 101.7507172584 2 153.4942 6 920.9655
17 56.579 % 101.7507172584 4 230.2783 7 1,611.9484
18 34.466 % 101.7507172584 2 70.1384 8 561.1072
19 12.937 % 101.7507172584 4 52.6544 9 473.8894
20 0.000 % 101.7507172584 1 0 10 0
∑A. ∑A.S.
4,246.3304 683.5809
S n

Koreksi

15
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Ldisp
hdisp 
20

= 99.47 m/20 = 4.97 m


Dari tabel tersebut selanjutnya dihitung Volume Simpson dan LCB Simpson yaitu
Volume Simpson = 1/3 x h x ∑A.S
= 1/3 x 4.97 x 4246.3
= 7039.7 m3
LCB Simpson = h x (∑A.S.n/∑A.S)
= 4.97 m x (683.58/4246.33)
= 0.80064 m

Selanjutnya kita menghitung Volume dan LCB dengan menggunakan rumus yaitu,
Volume Displacement = Ldisp x B x T x ddisp
=99.47 m x 16 m x 6.476 m x 0.68
= 7070.17 m3
LCBNSP = 0.81351% x Ldisp
= 0.81351% x 99.47
= 0.80919 m

Dari data-data yang telah didapatkan, harus dilakukan koreksi kesalahan pada perhitungan
Volume dan LCB yang telah ada.
a. Koreksi Volume dilakukan dengan cara:
[ Vdispl rumus - Vdispl simson ] / Vdispl rumus * 100%
= [7070.17-7039.7] / 7070.17X 100%
=0.43%<0.5%
Karena sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, maka perhitungan Volume sudah
benar
b. Koreksi LCB dilakukan dengan cara :
( Lcb rumus - Lcb simsn ) / Ldispl *100%
(0.80919-0.80064) / 99.47*100%
0.0086%<0.1%
Karena sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, maka perhitungan LCB sudah
benar

II.2.2. Membuat CSA Ldisp

CSA (Curve of Section Area) adalah gambar kurva luasan tiap station. CSA ini
dibuat dengan menggunakan skala 1 cm = 2 m2 . Adapun langkah-langkah pembuatan
CSA adalah sebagai berikut:

1. Membuat garis horizontal (sebagai sumbu X) dengan panjang Ldisp dengan skala
1 cm = 1 m
2. Membagi panjang Ldisp menjadi 20 bagian, sesuai dengan banyaknya station.
3. Pada ordinat dari hasil pembagian Ldisp menjadi 20 bagian kita tarik garis kearah
vertikal menggunakan skala 1 cm = 2 m2 yang merepresentasikan luasan dari
setiap stationnya.
4. Menghubungkan ordinat – ordinat yang didapat mulai dari AP sampai FP
sehingga membentuk sebuah kurva yang disebut dengan Curve of Sectional
Area Displacement (CSAdisp).

16
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

5. Menentukan titik tengah Ldisp yaitu dengan membagi Ldisp menjadi 2 bagian yang
sama panjang (station 10) Curve of Sectional Area Displacement (CSAdisp) telah
selesai dibuat.
6. Untuk membuat CSALwl Dari titik tersebut (station 10 dari Ldisp), dibuat garis
dengan ukuran ½ Lwl kekiri dan kekanan pada arah horizontal.
7. Grafik CSAdisp difairkan sesuai dengan panjang dari garis Lwl.
8. Bagian ujung kanan dari garis Lwl merupakan Fore Perpendicular (FP) dari
kapal, sehingga pada bagian ini dipakai sebagai acuan dalam pembuatan garis
Lpp.
9. Garis Lpp yang telah dibuat dibagi menjadi 20 bagian / station dan pada station 0
merupakan After Perpendicular (AP) dan pada stataion 10 merupakan midship
kapal yang sesungguhnya.
10. Dengan menggunakan axis Lpp maka diperoleh CSA Perpendicular atau CSA.
11. Karena terjadi penambahan, maka CSA Perpendicular atau CSA perlu dilakukan
koreksi terhadap volume dan letak LCB nya.

Hasil Skala luasan per Station dengan skala 1 cm = 2 m2


A(m2) Cm
0.000 0.00
10.083 5.04
28.707 14.35
49.842 24.92
69.550 34.77
84.752 42.38
93.686 46.84
98.814 49.41
100.953 50.48
101.751 50.88
101.751 50.88
101.751 50.88
101.751 50.88
100.563 50.28
97.620 48.81
90.377 45.19
76.747 38.37
57.570 28.78
35.069 17.53
13.164 6.58
0.000 0.00

Sehingga akan diperoleh CSA displacement seperti pada gambar di bawah ini,

17
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

II.2.3. Membuat CSA Lpp

penggambaran CSA diatas masih menggunakan Length of Dispalcement (Ldisp)


dimana hanya ada 20 station. Dari tengah CSA displasment kita tarik garis 1/2 Lwl kekiri
dan kekanan, ujung garis Lwl pada sebelah kanan kita tarik garis lagi sepanjang Lpp
kearah kiri, Lpp tersebut kita bagi 20 bagian, Sisa dari Lwl adalah can part yang kita bagi
menjadi 2 bagian, setelah itu perlebar CSA displacement keujung garis Lwl sehingga
ada luasan pada tiap station.

Gambar penambahan dari Ldisp ke LPP

Dengan adanya penambahan dan penyesuaian antara CSA displacement dengan CSA
Lwl dan Lpp, maka CSA yang dihasilkan adalah sebagai berikut (CSA dengan garis vertical
biru adalah CSA Lwl dan garis vertical hitam adalah Lpp)

18
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Seperti halnya perhitungan CSA Ldisp, pada Lpp juga dilakukan perhitungan seperti
berikut:

Station A Skala A(m2) Fs A.Fs n A.Fs.n


-2 0.00 0.00 0.3 0.00 -10.60 0.00
-1 1.12 2.25 1.2 2.70 -10.30 -27.78
0 2.31 4.62 1.3 6.00 -10.00 -60.05
1 8.23 16.46 4 65.85 -9.00 -592.62
2 18.87 37.74 2 75.49 -8.00 -603.88
3 28.98 57.95 4 231.80 -7.00 -1622.61
4 38.11 76.21 2 152.43 -6.00 -914.55
5 44.31 88.63 4 354.50 -5.00 -1772.51
6 47.93 95.86 2 191.72 -4.00 -766.87
7 49.96 99.92 4 399.67 -3.00 -1199.01
8 50.78 101.56 2 203.12 -2.00 -406.23
9 50.88 101.75 4 407.00 -1.00 -407.00
10 50.88 101.75 2 203.50 0.00 0.00
11 50.88 101.75 4 407.00 1.00 407.00
12 50.85 101.71 2 203.42 2.00 406.83
13 50.52 101.04 4 404.15 3.00 1212.45
14 48.45 96.89 2 193.78 4.00 775.12
15 44.14 88.28 4 353.10 5.00 1765.50
16 36.56 73.11 2 146.22 6.00 877.32
17 26.77 53.54 4 214.18 7.00 1499.25
18 15.22 30.43 2 60.87 8.00 486.93
19 5.46 10.91 4 43.64 9.00 392.76
20 0.00 0.00 1 0.00 10.00 0.00

19
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

∑A.FS 4320.13 ∑A.FS.n -549.94

L pp
hlpp 
20

= 98 m/20 = 4.9 m

Koreksi

VWL = LWL x B x T X δWL


= 100.94 m x 16 m x 6.476 m x 0,67599
= 7070.184 m3
Vsimpson thd wl = ⅓ x hLpp x Σ A.Fs
= 1/3 x 4.9 m x 4320.13 m2
= 7056.2071 m3

Perhitungan LCB thd Lpp = h x (Σ A.FS.n/ Σ A.FS)


= ( -549.94 / 4320.13) x 4.9
= -0.62375m

Perhitungan Cb thd Lwl = (Ldisp x Cb disp) / Lwl


= (0,68 x 99.47) /100.94
= 0.67599

Vsimp  Vwl
Koreksi Vdispl = x100%
Vwl

= ( 7056.2071-7070.1784) / 7070.1784 x 100%


= -0.1976%
Nilai koreksinya memenuhi koreksi volume yaitu lebih kecil dari 0,5%

20
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

II.3. Pembuatan A/2T dan B/2

II.3.1 A/2T

Setelah menghitung dan menggambar CSA displacement serta CSA Lwl & Lpp,
maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah membuat kurva A/2T dan B/2, tentunya
dengan data yang sudah dimiliki yaitu lebar kapal (B), sarat kapal (T) dan luasan tiap
stationnya (A). A/2T adalah perbandingan antara luasan tiap station dengan dua kali tinggi
sarat kapal, untuk mencari nilainya kita bagi luasan tiap station dengan nilai 2T. Setelah
kita mendapatkan nilai tiap station, maka langkah selanjutnya adalah proyeksikan titik-
titik tersebut dan hubungkan dengan command spline pada autocad. (jika gambar
manual, maka menggunakan mal)

Station A Skala A(m2) `A/2T


-2 0 0 0
-1 1.1237 2.2474 0.1735
0 2.3095 4.6190 0.3566
1 8.2308 16.4616 1.2710
2 18.8713 37.7426 2.9140
3 28.9751 57.9502 4.4742
4 38.1064 76.2128 5.8842
5 44.3127 88.6254 6.8426
6 47.9291 95.8582 7.4010
7 49.9589 99.9178 7.7145
8 50.7793 101.5586 7.8412
9 50.8754 101.7508 7.8560
10 50.8754 101.7508 7.8560
11 50.8754 101.7508 7.8560
12 50.8539 101.7078 7.8527
13 50.5189 101.0378 7.8009
14 48.4452 96.8904 7.4807
15 44.1376 88.2752 6.8156
16 36.5550 73.1100 5.6447
17 26.7723 53.5446 4.1341
18 15.2165 30.4330 2.3497
19 5.4550 10.9100 0.8423
20 0 0 0

Setelah itu, sesuai dengan skala A/2T yang digunakan, yaitu 1cm = 1.4m, maka
selanjutnya panjang A/2T yang sudah berskala setiap stationnya di gambar menjadi kurva
A/2T pada AutoCad. Berikut adalah hasil penggambaran A/2T di AutoCad sesuai dengan
tabel dan skalanya

21
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

II.3.2 B/2
Setelah kurva A/2T selesai, hal selanjutnya yang dilakukan adalah B/2 adalah lebar
keseluruhan suatu kapal dibagi dua. Membuat kurva B/2 berbeda dengan membuat kurva
A/2T, jika kurva A/2T proses pembuatannya memperhatikan perhitungan terlebih dahulu
setelah itu menggambarnya dalam bentuk kurva, maka proses pembuatan B/2 memperhatikan
bentuk CSA dan A/2T terlebih dahulu baru setelah itu memasukkan panjang B/2 tiap stationnya
ke dalam table untuk dilakukan koreksi apakah Kurva B/2 yang dibuat sudah benar dan tepat.

Untuk membuat kurva B/2, hal pertama yang harus di lakukan adalah menentukan
sudut masuk bagian haluan kapal berdasarkan perhitungan koefisien prismatic depan (φf)
sebagai berikut,

 Untuk mendapatkan perhitungan koefisien prismatic depan (φf), dibutuhkan e dan φ lpp.
Dimana e adalah perbandingan jarak titik tekan memanjang dibelakang atau didepan ½
Ldisp(dari diagram NSP) terhadap L disp. Sehingga

e = 0.0081351
 Kemudian untuk mencari φLpp , menggunakan rumus
φLpp = φdisp x Ldisp/Lpp
= 0,6985 x 99.47/ 98
= 0.7090
 Kemudian untuk menghitung φf untuk mendapatkan sudut masuk haluan kapal Dengan
rumus

φf = φlpp + (1.4 – φlpp) x e


= 0,7039 + (1,4 - 0,7039) x 0.81351%
= 0.7147

 Setelah mendapatkan nilai dari φf, selanjutnya menemukan berapa sudut masuk sesuai
dengan nilai φf berdasarkan grafik di bawah ini

22
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

23
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Setelah kurva B/2 jadi, selanjutnya adalah mengukur panjang garis vertikl B/2 setiap
stationnya dan dimasukkan ke dalam table. Berikut adalah hasil pengukuran dan sekaligus
di skala 1 cm = 2 m2.
Station Skala B/2 Fs B/2 x Fs
-2 0 0.0000 1 0
-1 3.7444 1.8722 3 5.0455
0 4.6442 2.3221 2 3.8866
1 7.1698 3.5849 4 14.3396
2 9.5728 4.7864 2 9.5728
3 11.8022 5.9011 4 23.6044
4 13.6194 6.8097 2 13.6194
5 15.0252 7.5126 4 30.0504
6 15.7304 7.8652 2 15.7304
7 15.7120 8 4 31.4240
8 15.7120 8 2 15.7120
9 15.7120 8 4 31.4240
10 15.7120 8 2 15.7120
11 15.7120 8 4 31.4240
12 15.7120 8 2 15.7120
13 15.7120 8 4 31.4240
14 15.4896 7.7448 2 15.4896
15 14.1206 7.0603 4 28.2412
16 12.1320 6.0660 2 12.1320
17 9.7620 4.8810 4 19.5240
18 7.2380 3.6190 2 7.2380
19 4.8250 2 4 9.6500
20 0 0 1 0
∑Fs.(B/2) 381

 Setelah table di dapatkan, maka setelah itu melakukan koreksi terhadap Luasan bidang air
yang diperoleh dengan menghitung Luasan bidang Air (Awl) dengan rumus simpson yaitu,
1/2 Awl simpson = 1/3 x ΣFs x h
= 1/3 x 381 x 4.9
= 622.227 m2
Awl Simpson = 2 x 622.227
= 1244.454m2
 Melakukan Koreksi terhadap Luasan Bidang garis air , pertama yang kita perlukan adalah
δwl = (Ldisp x δdisp) / Lwl

= (99.47 x 0.68) /100.94


= 0.67599
 Kemudian
α = 0,248 + 0,778 x δwl
= 0,248 + 0,778 x 0,67599
= 0,7739
Awl = Lwl x B x α
= 100.94 x 16 x 0,7739
= 1250

24
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan

Sebelum membuat tahap Rencana garis yang awal yaitu membuat Body Plan, kita
harus membuat Linggi Haluan dan Linggi Buritan, agar dalam penggambaran Linggi Haluan
dan Buritan pada BodyPlan bisa bagus dan sesuai terutama pada station 0 dan station 19.

Sebagai tahap awal penggambaran Linggi Haluan, yang perlu diperhatikan adalah
sudut pada linggi haluan dan lihat kembali Cb disp Kapal. Dan lihat pedoman gambar di bawah
ini,

25
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Setelah membuat Linggi Haluan, selanjutnya adalah membuat Linggi buritan dengan
memperhatikan beberapa aspek dan persyaratan seperti yang ada pada gambar selanjutnya,
karena pada tugas ini linggi haluannya tanpa menggunakan sepatu linggi, maka gambar di
bawah ini yang akan dipakai sebagai pedoman
Diameter Propeller 0.70 T 4.533 ~4.50
Poros Propeller 0.12 T 0.777 ~0.70

Jarak dasar thd garis tengah poros 0.33 T 2.13708


Jarak antara sumbu poros kemudi thd ujung poros 0.35 T 2.27

26
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Apabila nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam gambar, maka akan didapatkan gambar seperti di
bawah ini,

II.5. Pembuatan Body Plan

Sebelum membuat desain Body Plan, perlu dipahami terlebih dahulu bahwa body plan
adalah proyeksi station–station pada kapal dari pandangan depan. Untuk lebih jelasnya
perrhatikan gambar berikut:

Membuat Body Plan

Body Plan merupakan proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara
melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang. Potongan – potongan badan

27
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat berdasarkan data-data Grafik A/2T dan
B/2 dengan cara sebagai berikut:

 Membuat kotak sepanjang lebar kapal dan selebar tinggi kapal


 Membagi kotak menjadi dua bagian yang sama.
 Mengukur titik-titik B/2 dan A/2T tiap station pada garis panjang (Bm) yang diukur dari
garis tengah. Untuk station 0-10 diukurkan pada kotak sebelah kiri dan pada kotak
sebelah kanan untuk station 11-20.Untuk titik – titik A/2Tdibuat garis vertical ke bawah
setinggi T dan untuk titik – titik B/2 dibuat lengkungan –lengkungan Body Plan yang
streamline.
 Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri bawah kotak. Jari-jari
bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada station -station yang memiliki
nilai B/2 maksimum, Jari – jari ini didapat dari rumus

 
1 
 ( BxT )  Am 

R . 
2   1  
1   

  4  

Dari Rumus diatas kita dapat memperoleh nilai sebagai berikut :
 √[1/2 {(16 x 6.476)-101.75}/(1-1/4π)]
 R=2.08275

No
Sta A/2T B/2
1 0 0.0000
2 0.1735 1.8722
3 0.3566 2.3221
4 1.2710 3.5849
5 2.9140 4.7864
6 4.4742 5.9011
7 5.8842 6.8097
8 6.8426 7.5126
9 7.4010 7.8652
10 7.7145 8
11 7.8412 8
12 7.8560 8
13 7.8560 8
14 7.8560 8
15 7.8527 8
16 7.8009 8
17 7.4807 7.7448
18 6.8156 7.0603
19 5.6447 6.0660

Adapun pada penggambaran body plan perlu diperhatikan tentang kesamaan luas pada
bidang yang dibentuk, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

28
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Luasan AOB harus sama dengan luasan COE atau memiliki batas toleransi sebesar 0,5%.

II.6. Pembuatan Halfbreadth Plan

Half breadth plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas,
pada setiap garis air (water line). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Membuat Half Breadth Plan


Untuk membuat half breadth plan, pada kotak Body Plan dibuat garis horizontal yang
disebut sebagai garis water line (WL). Garis – garis ini memiliki ketinggian tertentu yang diukur
mulai dari garis dasar pada Body Plan . Pada kapal ini terdapat 9 buah water line yaitu : WL 0,
WL 0.5, WL 1, WL 2, WL 3, WL 4, WL 5, WL 6, WL 6.476.
Selanjutnya diukur jarak tiap kurva masing – masing station dengan center line untuk
tiap water linenya.Kemudian dari ukuran-ukuran tersebut dibuat grafik atau kurva yang stream
line untuk masing – masing WL. Apabila kurva yang dibuat tidak stream line maka dilakukan
perubahan pada Body Plan. Kurva – kurva ini menggambarkan bentuk separuh kapal yang
dilihat dari atas.Pada WL sarat grafik atau kurva nya akan sama dengan grafik B/2.

29
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Membuat Sent Line


Selain prosedur membuat half breadth, kita perlu membuat garis kontrol lagi yang
disebut sent line. Sent Line dibuat dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi Body
Plan dimulai dari center line kesisi bawah center line dan diukur jarak tiap kurva section
dengan titk awal garis diagonal tadi.

Setelah data Sent Line didapat kemudian digambarkan dengan cara mengambar garis
lurus sepanjang LWL yang dibagi persectionnya dan selanjutnya titik - titik itu digambarkan pada
tiap section dengan posisi dibawah garis L WL. Penggambaran garis ini harus secara stream
line.

Setelah diketahui dimension (jarak) garis sent line antara center line dengan masing-
masing station, langkah selanjutnya adalah mentransformasikan jarak(dimensi) tersebut ke
proyeksi half breadth.

30
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

II.7. Pembuatan Sheer Plan

Setelah halfbreadth plan selesai digambar dan di-check dengan body plan, selanjutnya
dibuat gambar sheer plan. Penggambaran sheer plan pada dasarnya adalah penggambaran
dari buttock line.

Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari samping
atau dengan pengertian yang berbeda bahwa sheer plan merupakan garis-garis potongan
badan kapal dengan bidang vertikal memanjang yang telah ditentukan jaraknya dari tengah
kapal atau center line. Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini:

Membuat Buttock Line


Caran membuat buttock line adalah: pertama yaitu bagi ½ lebar kapal menjadi 4 bagian
yang sama baik pada body plan maupun pada half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara
garis-garis lurus itu dengan garis-garis air (water lines), kita proyeksikan ke sheer plan,
dengan cara menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika dipotongkan dengan
garis-garis air (water lines) pada sheer plan yang sesuai pada half bread plan, maka akan
terbentuk titik-titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line.

31
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Gambar buttock line pada body plan (tampak depan/ belakang)


Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line harus mempunyai bentuk
yang fair dan stream line. Jika tidak, maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line.
Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya
merubah body plan.

II.8. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul

Pembuatan Geladak Utama


Saat ini banyak perancang memakai geladak utama tanpa sheer yaitu mendatar,
dalam hal ini perlu diperhitungkan akibatnya terhadap syarat perhitungan lambung timbul
(freeboard) yaitu koreksi sheer dan tinggi haluan (bow-height).

32
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Membuat Forecastle deck, Poop Deck dan Bulwark

Forecastle deck

Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat diatas main deck pada
bagian haluan yang memiliki ketinggian 2,4-2,5 meter diukur dari geladak utama
(upper deck side line), sedangkan untuk panjang dari bangunan ini ditentukan
panjangnya mencapai Collision Bulkhead atau 5% sampai 8% Lpp. Serta diletakkan
tepat pada frame/gading.

Bulwark

Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi
pada upper deck, forecastle deck dan poop deck yang berfungsi sebagai pembatas
untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Direncanakan setinggi 1000 mm diukur
pada geladak terendah.

Poop Deck

Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main deck pada bagian buritan
yang memilki ketinggian 2.4 sampai 2.5 meter diukur dari geladak utama (upper deck
side line) sedangkan untuk panjang dari bangunan akan dijelaskan pada penjelasan
berikutnya

33
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

Note:
1. Jarak gading pada buritan sampai tabung poros maksimum Amaks < 600mm.
2. Jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan mengikuti rumus :
Ao = Lpp/500 + 0.48 Ao < 1000mm
3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan memasukkan nilai Lpp sebesar 70.18m, maka
diperoleh jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan sebesar 650 mm
(setelah dibulatkan)
4. perhitungan jarak sekat tabung poros, sekat kamar mesin, sekat tubrukan adalah
sebagai berikut :
Sekat tabung poros :
Perhitungan sekat dimulai dari AP dan menggunakan jarakgading maksimal 600 mm
0.35T = 0.35 x 6.476
= 2.26 m atau dibulatkan menjadi 2.3 m = 2 jarak gading

Sekat tabung poros minimal 3 jarak gading dari 0.35T namun diambil 4 jarak gading
dari 0.35T, jadi terletak pada gading ke 10 dari AP yang jaraknya :
Jarak sekat tabung poros = 4 x 0.6 m
= 2.4 m atau 4 jarak gading

Jadi total jarak dari AP ke sekat tabung poros adalah 2.3 m + 2.4 m = 4.7 m ~ 6
jarakgading. (terletak pada no gading 6)

Sekat kamar mesin :


Jarak gading apada kamar mesin kedepan maksimal 1m dengan rumus diperoleh
Ao = Lpp/500 + 0.48
= 98/500 + 0.48
= 0.67 m dibulatkan menjadi 0.70 m untuk jarak gadingnya

Jarak sekat kamar mesin dari AP adalah antara 17% - 20% Lpp

(17-20)% Lpp dari AP = 18.3673% x 98


= 18 m

Sedangkan jarak sekat kamar mesin dari sekat tabung poros adalah

34
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

= 18 – 4.7
= 13.3

Sekat tubrukan/ collusion bulkhead :

Sekat ini terletak pada 0.05 – 0.08 Lpp dari FP dan terletak pada nomor gading antara
keduanya

(5-8)%LPP = 6.122% x 98
=6m

35
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

BAB III 
GAMBAR RANCANGAN

A. BODY PLAN

36
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

B. HALFBREADTH PLAN

37
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

C. SHEER PLAN

38
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

D. TABEL ORDINAT

39
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

40
Laporan Tugas Rencana Garis 2015/2016

E. LINES PLAN

41
Laporan Tugas Rencana Garis 2008/2009

42
Laporan Tugas Rencana Garis 2008/2009

43

Anda mungkin juga menyukai