Anda di halaman 1dari 5

Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM

(New Public Management)


Oleh:
Nurul Hanifah (1303685)

Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sector public yang
cukup drastic dari system manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis
menjadi model menejemen sector public yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Perubahan tersebut bkan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah
mengubah peran pemerintah terutma dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigm baru yang muncul dalam mananjemen sector public tersebut adalah
pendekatan New Public Management.
NPM berfokus pada manajemen sector public yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigm NPM tersebut menimbulkan beberapa
konsekuensi bagi pemerintah diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efesiensi,
pemangkasan biaya (cost sutting), dan kompetisi tender.
Anggaran dengan pendekatan NPM adalah anggaran yang berorientasi pada kinerja,
yang terdiri atas planning programming and budgeting system (PPBS), Zero Based Budgeting
(ZBB), dan performance budgeting.
1. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori system yang berorientasi
pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi. System anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi
tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu pengelompoan
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang
ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber
daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas
jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaan tersebut
pemerintah dihadapkan pada pilihan alternative keputusan yang memberikan manfaat paling
besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. PPBS memberikan rerangka
untuk membuat pilihan tersebut
A. Proses Implementasi PPBS
a. Langkah-langkah Implementasi PPBS meliputi:

New Public Management


 Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
 Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
 Mengevaluasi berbagai alternative program dengan menghitung cost-benefit dari
masing-masing program
 Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
 Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang diesetujui.
b. Karakteristik PPBS
 Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan
 Secara oksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang
karena PPBS berorientasi pada masa depan.
 Mempertimbangkan seua biaya yang terjadi
 Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternative program, yang
meliputi : (a) identifikasi tujuan, (b) identifikasi secara sistematik alternative
program untuk mencapai tujuan, (c) estimasi biaya total dari masing-masing
alternative program, dan (d) estimasi manfaat (hasil0 yang ingin dipeoleh dari
maisng-masing alternative program.
c. Kelebihan PPBS
 Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke
manajemen menengah
 Dalam janka panjang dapat mengurangi beban kerja
 Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program
 Lintas departemen sehingga dapat menigkatkan komunikasi, kordinasi, dan
kerjasama antar departemen.
 Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaian
tujuan organisasi
 PPBS mengunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber daya
secara optimal.
d. Kelemahan PPBS
 PPBS membutuhkan system informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya
system pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi.

New Public Management


 Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan
tekhnologi yang canggih
 PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.
 PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan
manusia yang kompleks
 PPBS merupakan teknik anggaran statistically oriented. Penggunaan satatistik
terkadang kurang tajam untuk mengukur efektifitas program. Statistic hanyan tepat
untuk mengukur eberapa program tertentu saja.
 Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat
program atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalan
melakukan alokasi bisaya. Sementara itu system akuntansi dibuat berdasarkan
depatemen bukan program.
2. Zero Based Budgeting (ZBB)
Konsep ZBB dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada system anggaran
tradisional. Penyusun anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat menghilangkan
Incremenralism dan Line-item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base).
Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran
tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikan dengan tingkat
inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun, penentuan angaran di dasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan
ZBB seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru samasekali. Item anggaran yang
sudah tidak relevan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur
anggaran, atau mungkin juga muncul item baru.
A. Proses Implementasi ZBB
a. Langkah-langkah Implementasi ZBB
 Identifikasi unit-unit keputusan
 Penentuan paket-paket keputusan
 Merangking dan mengevaluasi paket keputusan
b. Keunggulan ZBB
 Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara lebih efesien
 ZBB berfokus pada value for money
 Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya efisiensi dan ketidak efektifan biaya

New Public Management


 Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
 Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyususnan
anggaran
 Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternative aktivitas dan pola prilaku biaya serta
tingkat pengeluaran.
c. Kelemahan ZBB
 Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk
karena pembuatan paket keputusan.
 ZBB cenderug menekankan manfaat jangka pendek
 Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
 Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah proses merangking dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keptusan merupakan pekerjaan yang melelahkan
dan membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan
 Untuk melakukan peragkingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam
perangkingan muncul pertimbangan subjektif atau mungkin terdapat tekanan politik
sehingga tidak objektif lagi
 Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus
masuk dalam anggaran.
 Implementasi ZBB menimbulkan masalah keprilakuan dalam organisasi.
3. Performance Based Budgeting (PBB)/Anggaran Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan
public. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada onsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme
penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sisitmatik dan rasional
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal ersebut
anngaran kinerja dilengkaspi dengan teknik penganggaran analisis.

New Public Management


Anggaran konerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu anggarab
digunakan sebagai alay untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didsarkan pada
pelaksanaan value for money dan efektifitas anggarn. Pendekatan ini cenderung menolak
pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur
tangan, emerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros.
Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi dan
dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan audit konerja,
serta evalasi kinerja eksternal. Dengan kata lain , pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan
cost minded dan haru efesiean. Selain didorong untuk menggunakan dana secara ekonomis,
pemerintah juga dituntut untuk nmampu mencapai tujuan yang ditetapkan, oleh karena itu,
agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolak ukur
sebagai standar kinerja.
System anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan
sasaran program. Penerapan system anggaran kinerja dalam penyususnan anggaran dimulai
dengan perumusan program dan penyususnan struktur organisasi pemeritah yang sesuai
dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indicator kinerja yang
digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.

Referensi:
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta

New Public Management

Anda mungkin juga menyukai