Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KEMUDI, REM DAN SUSPENSI

MASTER SILINDER, SILINDER RODA, DAN BOOSTER


REM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Praktikum Sistem Kemudi, Rem dan Suspensi

Disusun Oleh :
1. Muhammad Fadholi NIM 14504244011
2. Ibnu Abas NIM 14504244011
3. Efan Kus Septiantoro NIM 14504244013
4. Arief Prasetyo NIM 14504244014
5. Zamrudi Rizky Putra NIM 14504244015
6. Gusti Maulana Supriyadi NIM 14504244016

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I. KOMPETENSI
1. Membongkar dan memasang silinder master, silinder roda, dan boster
rem dengan prosedur yang benar.
2. Menganalisa kondisi benda kerja yang digunakan untuk praktikum.

II. SUB KOMPETENSI


Setelah melaksanakan praktek ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi tipe – tipe silinder master, silinder roda, dan boster
rem.
2. Menjelaskan cara kerja dari silinder master, silinder roda, dan boster
rem.
3. Membongkar dan memasang silinder master, silinder roda, dan boster
rem.
4. Mengidentifikasi gangguan dalam sistem/ unit dan cara mengatasinya.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Berbagai macam silinder master, silinder roda, dan boster rem.
2. 1 set toolbox
3. SST silinder master.

IV. KESELAMATAN KERJA


1. Memakai pakaian kerja (wearpack) dan sepatu.
2. Menggunakan alat dan bahan praktek sesuai dengan fungsinya.
3. Bekerja dengan hati – hati, teliti, dan sesuai dengan prosedur pada job
sheet.
4. Menanyakan kepada dosen pembimbing apabila mengalami kesulitan.

V. DASAR TEORI
Rem dirancang untuk mengurangi dan atau memperlambat kendaraan,
menghentikan kendaraan, serta untuk memungkinkan kendaraan parkir pada
tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting pada kendaraan dan
berfungsi sebagai alat keselamatan dan menjamin pengendaraan agar aman
dalam proses berkendara.
Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (energy gerak)
untuk menggerakkan kendaraan. Sedangkan prinsip rem merupakan
kebalikannya yaitu mengubah energi kinetik kembali menjadi energi panas
untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh
adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek
pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang
ditimbulkan antara dua objek.
Sistem rem terdiri atas mekanisme penggerak (master silinder, booster
rem dan katup proporsi) dan mekanisme rem (tipe tromol dan tipe piringan).
a. Master silinder
Master silinder adalah komponen dari sistem rem yang berfungsi
meneruskan tekanan pedal rem menjadi tekanan minyak dalam suatu
silinder melalui mekanisme gerak torak. Master silinder ganda
mempunyai 2 sistem kerja saluran secara independent pada roda depan
dan belakang untuk meningkatkan stabilitas rem hidrolik. Oli reservoir
tank, terpasang di atas silinder dan terbagi untuk pengereman roda depan
dan belakang bersamaan. Pada silinder terpasang dua buah piston, piston
pada batang pendorong untuk pengereman roda belakang. Pegas
pengembali dan stopper menjaga posisi piston dan pegas pengembali
terpasang di depan dan belakang piston. Ditambahkan compensation
holes, bleeder holes, dan check valves pada setiap piston.
Piston untuk pengereman roda belakang menekan pegas
pengembali dengan batang pendorong ketika pedal ditekan dan kemudian
terjadi tekanan oli pada piston untuk pengereman roda depan dan
belakang. Pada saat yang bersamaan, piston untuk pengereman roda
depan mendapat tekanan hidrolik pada roda depan dari tekanan yang
dihasilkan oleh piston untuk pengereman roda belakang.
(1) Komponen Master Silinder

Gambar 01. Komponen Master Silinder

Keterangan :
 Silinder
 Cairan Rem
 Lubang penambahan
 Lubang Kompensasi
 Saluran ke silinder roda
 Katup
 Pegas katup
 Sil karet primer
 Cincin pelindung
 Lubang pengisian
 Torak
 Sil karet sekunder
 Reservoir
 Lubang ventilasi
(2) Jenis – Jenis Master Silinder
(a) Master Silinder Tunggal
Master rem mobil tipe silinder tunggal yaitu master rem
mobil di mana jumlah piston dalam silinder remnya hanya
satu. Pada master silinder tunggal mempunyai sistem saluran
rem yang bergabung yaitu saluran untuk roda depan dan roda
belakang. Oleh karena itu, apabila terjadi kebocoran pada
salah satu saluran rem, maka pada sistem saluran yang lain
tidak akan berfungsi sehingga terjadi kebocoran total dari
kemampuan pengereman. Master silinder tunggal ini tidak
cocok digunakan pada kendaraan tipe FF (Front Engine Front
Drive) karena dengan master silinder tunggal ini tidak akan
cukup menahan tenaga pengereman pada roda depan. Master
silinder tunggal ini lebih cocok digunakan pada kendaraan
tipe FR (Front Engine Rear Drive).
Terdapat 3 jenis masters silinder tunggal, yaitu :
o Tipe Plunger

Gambar 02. Master Silinder Tipe Plunger


Gambar 03. Cara Kerja Tipe Plunger

Cara Kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka batang pendorong
akan mendorong piston sehingga piston bergerak maju
mendorong minyak. Minyak dikembalikan ke tangki
melalui lubang pada tempat spacer, sampai lubang
balik dari piston melewati piston cap. Bila piston
bergerak maju terus sesuai dengan injakan pedal rem,
maka tekanan fluida akan bertambah, tekanan fluida
ini disalurkan ke silinder roda, sehingga silinder roda
bekerja.
Bila pedal rem dibebaskan, piston kembali ke
posisi semula dengan adanya pegas pembalik. Karena
kentalnya minyak rem di dalam sistem rem, maka
terjadi penurunan tekanan pada bagian depan piston.
Akibatnya terjadi kevakuman sehingga minyak di
sekeliling piston akan terhisap. Dengan adanya pegas
pembalik, maka piston silinder roda akan kembali ke
posisi semula dan minyak rem akan kembali ke tangki
melalui rerturn port.
o Tipe Portless

Gambar 04. Master Silinder Tipe Portless

Gambar 05. Cara Kerja Tipe Portless

Cara Kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak
maju. Akibatnya minyak rem akan mengalir ke tangki
melalui saluran di silinder master. Karena dorongan
piston maka tekanan minyak akan maik, sehingga
mendorong katup inlet sampai menutup saluran ke
tangki. Akibatnya tekanan minyak di dalam silinder
master akan semakin besar dan akhirnya minyak
menuju silinder roda melewati katup pengecek.
Bila pedal rem dibebaskan, maka piston akan
kembali ke posisi semula karena adanya tegangan
pegas. Karena adanya kekentalan pada minyak rem di
dalam pipa rem, maka akan terjadi penurunan tekanan
pada bagian depan piston dan terjadi kevakuman,
sehingga minyak akan terhisap. Bila piston kembali
seluruhnya, maka batang pendorong akan tertarik dan
katup inlet akan membuka sehingga minyak kembali
menuju tangki.

o Tipe Piston

Gambar 06. Master Silinder Tipe Piston

Gambar 07. Cara Kerja Tipe Piston


Cara kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak
maju ke depan, maka daya tekan minyak akan
bertambah. Katup outlet didorong untuk membuka
dan tekanan ke setiap silinder roda akan bertambah
pula.
Bila pedal rem dibebaskan, piston akan segera
kembali ke posisi semula dengan adanya pegas
pembalik. Dengan adanya kekentalan minyak rem,
maka akan terjadi keterlambatan kembalinya minyak
rem yang ada di pipa – pipa saluran. Oleh karena itu,
tekanan di depan piston akan menurun dan
mengakibatkan kevakuman sehingga minyak
disekeliling piston akan terhisap. Dengan adanya
tegangan pegas dari pegas pembalik sepatu rem, maka
minyak akan menekan dudukan katup outlet,
mengatasi tekanan pegas, sehingga minyak kembali ke
master silinder melalui lubang balik, kemudian
kembali ke tangki. Pada saat tekanan minyak di dalam
pipa rem seimbang, maka dudukan tertutup dan terjadi
tekanan sisa sehingga mencegah udara masuk.

(b) Master Silinder Ganda (Tandem master Silinder)


Master silinder ganda atau sering disebut dengan istilah
tandem master silinder sekarang sudah banyak digunakan
pada kendaraan untuk mengatasi kebocoran pada salah satu
sistem rem. Master silinder ganda mempunyai dua sistem
saluran hidrolik yang terpisah, yaitu untuk roda depan dan
roda belakang. Oleh karena itu apabila terjadi kebocoran pada
salah satu sistem, maka sistem lainnnya akan tetap berfungsi
atau dengan kata lain untuk mencegah kebocoran total dari
kemampuan pengereman. Pada master silinder ganda terdapat
saklar minyak rem yang ditempatkan dalam tangki minyak
rem dan ditempatkan pada silinder. Yang ditempatkan pada
tangki berfungsi untuk mengetahui banyaknya fluida,
sedangkan yang ditempatkan pada silinder berfungsi untuk
mengetahui kebocoran fluida. Terdapat 2 jenis tipe master
silinder ganda, yaitu :

o Tipe Kombinasi Piston

Gambar 08. Master Silinder Ganda Tipe Kombinasi


Piston

Seperti terlihat pada gambar di atas, dua buah


silinder dijadikan satu dengan salah satu ujungnya
digerakkan dengan batang pendorong (push rod) dan
bagian depan piston ditekan dengan tekanan hidrolik
yang ditimbulkan dari piston bagian depan.

Cara kerja :
(1) Keadaan normal, pedal rem belum ditekan
Pada posisi ini, piston cup dari piston no. 1
berada sedemikian rupa sehingga inlet port
compensating port selalu berhubungan dengan
tangki master silinder. Piston no. 2 berada pada
posisi baut penyetop (stopper bolt) dan posisi cup-
nya sama dengan piston no. 1.

(2) Pedal rem ditekan

Gambar 09. Dalam Keadaan Ditekan

Pada saat pedal rem ditekan, piston no. 1


bergerak ke depan kemudian cup-nya menutup
compensating port. Sehingga hubungan antara
tangki dengan silinder terputus. Apabila piston
ditekan terus akan menyebabkan naiknya tekanan
di depan piston no. 1 yang mana tekanan ini akan
menggerakkan piston no. 2. Selanjutnya bila pedal
rem ditekan terus, kejadian pada piston no. 1 juga
akan terjadi pada piston no. 2 sehingga di
depannya akan timbul tekanan fluida. Kedua
tekanan fluida selanjutnya disalurkan ke masing –
masing silinder roda.

(3) Pedal rem dibebaskan


Pada saat pedal rem dibebaskan, piston
akan terdorong kembali ke belakang karena
adanya tekanan pegas. Bersamaan dengan itu,
minyak rem terdorong mulai dari silinder roda
sampai tangki melalui inlet port, piston cup spacer,
dan piston cup sebelah luar. Apabila minyak sudah
penuh di dalam silinder maka minyak akan
mengalir ke tangki melalui compensating port.

o Tipe Kombinasi Portless dengan Piston

Gambar 10. Kosntruksi Master Silinder Tipe


Kombinasi Portless dengan Piston

Gambar 11. Cara Kerja

Cara kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak
ke dapan, akibatnya minyak rem kembali ke tangki
hingga katup inlet menutup saluran masuk. Jika tidak
ada gaya yang menekan katup inlet, connecting rod
saluran masuk akan tertutup oleh katup inlet melalui
conical spring. Sehingga minyak rem dapat
menimbulkan tekanan. Pada saat piston bergerak,
maka akan menimbulkan tekanan dan bersamaan
dengan itu juga timbul tekanan pada piston no. 2
sehingga akan menyebabkan tekanan fluida timbul
pada sistem rem belakang. Naiknya tekanan fluida
pada piston no. 2 menyebabkan batang pendorong
bergerak turun untuk menutup saluran minyak ke
tangki minyak rem sehingga tekanan akan
dipindahkan ke sistem roda belakang melalui katup
outlet.

o Apabila Mengalami Kebocoran Pada Sistem


 Kebocoran pada sistem rem depan
Bila pedal rem ditekan, akan
menggerakkan batang penggerak dan piston
no. 1. Piston no. 1 akan bergerak ke sisi kiri
dan berusaha menekan minyak di antara
piston no. 1 dan piston no. 2. Tetapi piston
no. 2 bergerak maju ke sisi kiri, sehingga
tekanan tidak bekerja. Dengan penambahan
tekanan pedal rem, maka pada piston no. 2
akan menyentuh ujung piston no. 1 dan akan
menimbulkan tekanan minyak di antara
kedua piston, akibatnya tekanan hanya
bekerja pada sistem rem belakang.
Gambar 12. Kebocoran Pada Sistem Rem
Depan

 Kebocoran pada sistem rem belakang


Bila pedal rem ditekan, menggerakkan
batang penggerak dan piston no. 1. Piston no.
1 akan bergerak ke sisi kiri dan berusaha
menekan minyak di antara piston no. 1 dan
no. 2. Tetapi karena terjadi kebocoran
minyak, tekanan tidak dapat terjadi sehingga
rem untuk roda belakang tidak bekerja.
Selanjutnya bila pedal rem ditekan terus,
piston no. 1 akan menyentuh ujung piston no.
2. Jadi sistem rem pada roda depan tidak
berfungsi.

Gambar 13. Kebocoran pada sistem rem


belakang
b. Silinder Roda

Gambar 14. Struktur Silinder Roda

Silinder roda dipasang pada setiap roda yang berfungsi untuk


menekan brake shoe ke drum dengan menggunakan tekanan hidrolik
yang berasal dari master silinder dan terdiri dari silinder bodi, piston, dan
piston cup. Silinder roda dihubungkan dengan saluran keluar master
silinder dengan menggunakan pipa – pipa rem. Pada silinder bodi
terdapat lubang oli yang tersambung ke pipa, bleeder screw untuk
membuang udara yang terdapat pada saluran dan expansion pegas di
dalam silinder berfungsi untuk mendorong piston cup selalu teregang.
Silinder roda ini memiliki dua macam, yaitu silinder roda dengan
menggunakan satu piston dan silinder roda dengan menggunakan dua
piston. Untuk silinder roda dengan satu piston digunakan pada jenis rem
two leading shoe dan uni servo shoe, sedangkan untuk silinder roda yang
menggunakan dua piston biasanya digunakan pada jenis rem tromol duo
servo shoe, leading trailing shoe, dual two leading shoe, dan anchor pin.
Gambar 15. Silinder Roda Dengan Satu Piston dan Dua Piston

Cara Kerja :
Bila tekanan hidrolik menekan piston cup, maka piston akan
tertekan ke arah luar dikarenakan ujung yang lain dari piston ini
berhubungan dengan sepatu rem, maka sepatu rem akan tertekan keluar
sehingga dapat menekan tromol rem. Jika tekanan pedal rem dilepaskan,
maka piston akan kembali ke posisi semula karena adanya tekanan pegas
pada sepatu rem. Pegas yang berada di depan piston cup akan menekan
piston cup agar rapat pada posisiny. Pada tiap – tiap silinder roda
dilengkapi dengan baut pembuangan angin (bleeder plug) yang berfungsi
untuk membuang angin yang berada pada sistem rem (saluran – saluran
minyak rem).

c. Booster Rem
Brake booster adalah alat yang memakai perbedaan antara engine
vacuum dan tekanan atmosfer untuk menghasilkan tenaga yang kuat
(pendorong daya) yang proporsional pada tenaga penekan pedal untuk
mengoperasikan rem. Brake booster menggunakan vacuum yang
dihasilkan pada beragam intake (pompa vacuum pada kasus mesin
diesel).
Booster rem dapat dipasang menjadi satu dengan master silinder
(tipe integral) atau dapat juga dipasangkan secara terpisah dari master
silinder itu sendiri. Tipe integral ini banyak digunakan pada kendaraan
penumpang dan truk kecil.
Booster rem mempunyai diaphram (membran) yang bekerja
dengan adanya perbedaan tekanan antara tekanan atsmosfir dan
kevakuman yang dihasilkan dalam intake manifold. Master silinder
dihubungkan dengan pedal dan membran untuk memperoleh daya
pengereman yang besar dari langkah pedal yang minimum.
Untuk kendaraan berjenis diesel, boster remnya diganti dengan
pompa vakum karena kevakuman yang terjadi pada intake manifold pada
mesin diesel tidak cukup kuat.
Booster body dibagi menjadi bagian depan (ruang tekanan
tetap/constant pressure chamber) dan bagian belakang (ruang tekanan
variasi/variable pressure chamber), dan masing masing ruang dibatasi
dengan membran dan piston boster.
Mekanisme katup pengontrol (Control valve mechanism)
berfungsi untuk mengatur tekanan didalam ruang tekan variasi.
Termasuk katup udara (air valve), katup vacum (vacuum valve). katup
pengontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan pedal rem melalui
batang penggerak katup (valve operating rod).
Gambar 16. Komponen Booster Rem

Brake booster terdiri dari komponen komponen berikut ini.


(1) Batang pengoperasian katup
(2) Batang pendorong (Push rod)
(3) Piston pendorong (Booster piston)
(4) Badan booster (Booster body)
(5) Diafragma
(6) Pegas Diafragma
(7) Badan katup (Valve body)
(8) Cakram reaksi (Reaction disc)
(9) Pembersih udara (Air cleaner)
(10) Penutup badan (Body seal)
(11) Ruang tekanan variable (Variable Pressure Chamber)
(12) Ruang tekanan konstan (Constant Pressure Chamber)
(13) Katup cek (Check valve)
Cara kerja :
(1) Rem tidak dipergunakan
Katup udar dihubungkan ke batang operasi katup, dan ditarik ke
kanan oleh pegas pembalik katup udara. Katup pengontrol didorong
ke kiri oleh pegas katup pengontrol, ini menyebabkan katup udara
bersentuhan dengan katup pengontrol. Karenanya, udara atmosfer
yang mengalir melalui elemen pembersih udara dicegah memasuki
ruang tekanan variable. Pada kondisi ini katup hampa udara dari
badan katup dipisahkan dari katup pengontrol untuk membuka jalan
antara saluran A dan saluran B. Karena akan selalu ada hampa udara
di ruang tekanan konstan, aka nada pula hampa udara di ruang
tekanan variable pada saat ini. Sebagai akibatnya, piston didorong ke
kanan oleh pegas diafragma.

Gambar 17. Posisi rem tidak bekerja

(2) Rem digunakan


Ketika pedal rem ditekan, batang pengoperasian katup
mendorong katup udara, sehingga menyebabkan katup udara
bergerak ke kiri. Katup pengontrol, yang didorong melawan katup
udara oleh pegas katup pengontrol, juga bergerak ke kiri sampai ia
berhubungan dengan katup hampa udara. Ini menutup bukaan antara
saluran A dan B. ketika katup udara bergerak lebih jauh ke kiri, ia
bergerak menjauhi katup pengontrol. Kondisi ini membuat udara
atmosfer memasuki ruang tekanan variable melalui saluran B
(setelah melewati elemen pembersih udara). Perbedaan tekanan
antara ruang tekanan konstan dan ruang tekanan variable membuat
piston bergerak ke kiri, hal ini menyebabkan cakram reaksi (reaction
disc) menggerakkan batang pendorong booster ke kiri dan
menambah tenaga pengereman.

Gambar 18. Posisi rem bekerja

(3) Kondisi menahan


Bila pedal rem ditekan setengah, batang pengoperasian katup dan
katup udara akan berhenti bergerak tapi piston akan tetap bergerak
ke kiri karena ada perbedaan tekanan. Katup pengontrol tetap
dihubungkan dengan katup hampa udara oleh pegas katup
pengontrol, tapi ia bergerak bersama dengan piston. Karena katup
pengontrol bergerak ke kiri dan berhubungan dengan katup udara,
udara atmosfer dicegah untuk memasuki ruangan tekanan variable,
sehingga tekanan pada ruang tekanan variable stabil. Akibatnya ada
perbedaan tekanan yang konstan antara ruang tekanan konstan dan
ruang tekanan variable. Karenanya, piston akan berhenti bergerak
dan mempertahankan tenaga pengereman yang sedang berlangsung.

Gambar 19. Kondisi menahan

(4) Kondisi pada dorongan maksimum


Bila pedal rem ditekan seluruhnya, katup udara akan bergerak
seluruhnya menjauh dari katup pengontrol. Pada kondisi ini, ruang
tekanan variable diisi seluruhnya dengan udara atmosfer, dan
perbedaan antara ruang tekanan konstan dan ruang tekanan variable
dibuat maksimum, hal ini membuat efek dorong maksimum bekerja
pada piston. Bahkan apabila tenaga tambahan diberikan pada pedal
rem, efek dorong pada piston akan tetap tidak berubah, dan tenaga
tambahan akan diberikan hanya pada tongkat pendorong booster dan
akan dikirimkan sebagaimana adanya ke silinder utama.
Gambar 20. Kondisi dorongan maksimum

(5) Kondisi tidak hampa udara


Bila sebuah vacuum gagal diberikan pada booster rem atas sebab
apapun, maka tidak ada perbedaan tekanan antara ruang tekanan
konstan dan ruang tekanan variable (karena keduanya akan diisi
dengan udara atmosfer). Saat booster rem dalam keadaan “off” ,
piston dikembalikak ke kanan oleh pegas diafragma. Namun saat
pedal rem ditekan, batang pengoperasi bergerak ke kiri dan
mendorong katup udara, cakram reaksi (reaction disc) dan tongkat
pendorong booster. Ini menyebabkan silinder utama piston
memberikan tenaga pengereman pada rem. Pada saat yang sama,
katup udara mendorong kunci stopper katup yang dimasukkan ke
badan katup. Sehingga, piston juga akan mengatasi pegas diafragma
dan bergerak ke kiri. Maka dengan itu, rem akan tetap fungsional
bahkan saat tidak ada hampa udara yang diberikan pada booster rem.
Namun karena booster rem tidak bekerja, pedal rem terasa akan
“berat”.
Gambar 21. Kondisi tidak hampa udara

VI. LANGKAH KERJA


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Melakukan identifikasi tipe – tipe amster silinder, silinder roda, dan
booster rem.
3. Mempelajari konsep dan cara kerja dari master silinder, silinder roda,
dan booster rem.
4. Melakukan pembongkaran terhadap master silinder, silinder roda, dan
booster rem.
5. Melakukan pemeriksaan dengan pengamatan dan pengukuran pada
komponen – komponen yang sudah dilepas (booring/ diameter silinder,
katup kontrol master silinder, lubang kompensasi, piston, clearence
piston, tekanan pegas pengembali, karet penutup debu, membran booster,
katup kontrol booster, filter udara pada bosster, dll).
6. Mendiskusikan mengenai kondisi komponen, kemungkinan penyebab
kerusakan, kemungkinan perbaikan, serta kemungkinan akibat jika
kerusakan terjadi dan dibiarkan.
7. Melakukan pemasangan kembali terhadap komponen – komponen yang
dibongkar secara efektif dan efisien.
8. Membersihkan tempat, alat, dan bahan praktek serta mengembalikan alat
dan bahan praktek.

VII. DATA PRAKTEK


A. Gambar tipe – tipe master silinder dan nama – nama komponen.
Tipe – 1 : Tipe Kombinasi Piston

Gambar 22. Tipe 1 - Kombinasi Piston

Tipe – 2 : Tipe Kombinasi Portless – Piston

Gambar 23. Tipe – 2 Kombinasi Portless – Piston


B. Gambar tipe – tipe silinder roda dan nama – nama komponen.
Tipe – 1 : Tipe 1 piston

Gambar 24. Tipe 1 – Silinder roda dengan 1 piston

Tipe – 2 : Tipe 2 piston

Gambar 25. Tipe – 2 : Silinder roda dengan 2 piston


C. Gambar booster rem dan nama – nama komponen.

Gambar 26. Booster rem dan komponennya

D. Data pemeriksaan dan pengukuran

No Uraian Hasil

1 Diameter silinder 15,80 mm


Katup kontrol master
2 Baik
silinder
3 Lubang kompensasi Baik
4 Piston Baik
5 Clearence piston 0,05 mm
Tekanan pegas
6 Baik
pengembali
7 Karet penutup debu Baik
8 Membran booster Baik
9 Katup kontrol booster Baik
10 Filter udara Kotor, perlu dibersihkan
E. Kerusakan dan cara mengatasinya
Master Silinder :
1. Minyak rem pada tabung master rem sering menyusut.
Penyebab : karena terjadi kebocoran pada sistem.
Perbaikan : dilakukan overhoul pada sistem rem dan dicari sumber
kebocoran.
2. Piston sering terlambat kembali ke posisi semula.
Penyebab : tekanan minyak di dalam master silinder di bawah
standar.
Perbaikan : dilakukan overhoul pada master silinder.
3. Asap knalpot berwarna putih.
Penyebab : karet kit master bocor sehingga minyak rem masuk ke
booster rem dan ikut terbakar.
Perbaikan : melakukan overhoul master silinder dan mengganti
komponen.
4. Pengereman tidak bekerja.
Penyebab : terjadi kebocoran pada master silinder atau minyak rem
berkurang.
Perbaikan : membongkar master silinder dan mengganti komponen
yang bocor atau memberi minyak rem pada tangki minyak
rem.

Silinder Roda :

1. Terjadi kebocoran.
Penyebab : piston cup sobek.
Perbaikan : mengganti piston cup silinder roda.
2. Piston tidak bekerja menekan sepatu rem.
Penyebab : terjadi karatan di dalam silinder roda karena terdapat air
di dalamnya.
Perbaikan : mengganti silinder roda atau membersihkan silinder dan
komponen lainnya.
Master Silinder

1. Rem keras / tidak pakem


Penyebab : terjadi kebocoran pada karet seal.
Perbaikan : mengganti karet seal booster rem.
2. Terjadi kebocoran
Penyebab : saat dibongkar dalam pemasangannya tidak tepat.
Perbaikan : memperbaiki cara pemasangan.

VIII. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari data praktek di atas dapat disimpulkan bahwa semua komponen
baik master silinder, silinder roda, atau booster rem masih dalam keadaan
baik dan masih dapat digunakan untuk kegiatan praktek. Dari hasil praktek
hanya terdapat kendala untuk mencari spesifikasi standar untuk diameter
master silinder dan clearence piston, sehingga kami tidak dapat
membandingkan antara data praktek dengan spesifikasi standar. Pemeriksaan
dilakukan dengan pengamatan secara visual dan pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat ukur, seperti jangka sorong dan feller gauge.

IX. KESIMPULAN
Dari kegiatan praktek ini, kami sudah dapat mencapai kompetensi dari
job ini, yaitu dapat membongkar dan memasang master silinder, silinder
roda, dan booster rem serta dapat menganalisa kondisi benda kerja. Untuk
membongkar diperlukan alat khusus dalam pembongkaran benda kerja,
begitu juga dalam pemasangan. Kami juga mengetahui komponen –
komponen dari benda kerja yang digunakan saat praktek. Selain itu, kami
juga mendiskusikan tentang cara kerja dari benda kerja yang digunakan saat
praktek.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. New Step 2. Chasis Group. Toyota

Anda mungkin juga menyukai