Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Tips Menangani Anak Tantrum


Sasaran : Ibu-ibu yang membawa anaknya ke Poli Rawat Jalan Anak
Tempat : Poli Rawat Jalan Anak
Hari/Tanggal :
Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Perilaku tantrum yang terjadi pada anak usia prasekolah sering terjadi

disertai dengan beberapa tingkah laku seperti menangis dengan keras,

melempar barang, memukul, menendang, menjerit, berguling-guling di lantai,

dan bahkan ada pula yang diiringi dengan muntah dan buang air kecil di celana

(Izzaty, 2017). Perilaku tantrum merupakan suatu perilaku yang umum dan

normal yang terjadi pada anak. Namun, banyak dari orangtua yang merespon

perilaku tantrum tersebut secara tidak tepat dengan menganggapnya sebagai

suatu hal yang mengganggu dan distress (Syamsuddin, 2013). Penelitian lebih

lanjut menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa orangtua memperlakukan

anak dengan tenang, lembut, dan memanjakan, anak tersebut akan mengamuk.

Ledakan ini bisa membuat frustasi dan frustasi bagi orang tua, pengasuh, dan

anggota keluarga (Fehintola, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak berusia 6 tahun menemukan

bahwa anak-anak tersebut mengalami amukan yang berupa perilaku fisik dan

verbal. Orangtua juga melaporkan bahwa anak mereka mengalami tantrum

minimal tiga kali dalam seminggu (Carlson, Danzig, Dougherty, Bufferd, &

Klein, 2016). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa sebagian besar orang tua

melaporkan bahwa anak mereka mengalami tantrum dengan perilaku yang


berupa melempar, mengamuk, merengek, atau menolak berhenti menggunakan

gawai, sementara sebagain orangtua melaporkan bahwa penggunaan gawai

pada anak biasanya diakhiri dengan perkelahian (Hiniker, Suh, Cao, & Kientz,

2016).

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan sasaran mampu memahami penanganan pada
anak yang tantrum.

C. Tujuan Khusus
 Mengetahui Pengertian Tantrum
 Mengetahui Faktor Penyebab Tantrum
 Mengetahui Langkah Mencegah Terjadinya Tantrum
 Tips Menghadapi Anak dengan Tantrum

D. Materi
Penyuluhan tentang penangan penanganan pada anak tantrum

E. Metode
Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab,dan menampilkan media yang digunakan

F. Media
 Lembar Balik
 Leaflet

G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Penyuluhan : Mahasiswa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
a. Ketua : -Reni Sundari
b. Presentator : -Fauzi Rahman
c. Moderator : - Cintia
d. Fasilitator : - GustikaPutriCania
- Giftamia
e. Observer : - Rini Sundari
f. Notulen : - Silfira

H. Penatalaksanaan Kegiatan
1. Topik : Tips menangani anak tantrum
2. Metode : Ceramah dan tanya jawab
3. Media dan alat : Leaflet dan Lembar balik
4. Waktu dan tempat
- Hari /tanggal :
- Jam :
- Tempat :

5. Seting Tempat

B
P K
P K
D
e
hi
la
n

o o g
Keterangan :
Fasilitator Moderator a
n

Ibu-ibu B CI Klinik k
es
P Penyaji materi D Dosen Pebimbing a
d
O Observer Media ar
a
K Ketua Notulen n
PL
I. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Waktu
1 Pembukaan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan 5 menit
3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan dan
Penkes memperhatikan
2 Pelaksanaan
1. Menggali pengetahuan 1. Mengemukakan pendapat 15
tentang anak dengan menit
tantrum
2. Memberikan pujian
3. Menjelaskan tentang anak 2. Menerima pujian
dengan tantrum. 3. memperhatikan dengan
baik.
3 1. Memberikan kesempatan 1. Mengajukan pertanyaan
ibu untuk bertanya 15
2. Menjawab pertanyaan yang 2. Mendengarkan dan menit
diajukan ibu-ibu memperhatikan
4 Penutup
1. Menyimpulkan yang telah 1. Menyimpulkan hasil 5 menit
disampaikan penyuluhan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Memberikan pujian
2. Memberikan salam untuk 2. Menjawab salam
penutup

J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan
b. 50% ibu-ibu yang memiliki bayi menghadiri penyuluhan
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
c. 50 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan anak dengan tantrum.
d. 85 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil
1) Ibu mampu menyebutkan Pengertian Tantrum
2) Ibu mampu menyebutkan Faktor Penyebab Tantrum
3) Ibu mampu menyebutkan Langkah Mencegah Terjadinya Tantrum
4) Ibu mampu menyebutkan Tips Menghadapi Anak dengan Tantrum

Diketahui,
CI Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian
Tantrums merupakan suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan
tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai
Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 bulan sampai 6 tahun.
(Verdinand zaveira)
Menurut Pakar Perunding Pediatrik, Datuk Dr. Zulkifli Ismail,
kanak-kanak yang suka mengamuk atau lebih dikenali dengan istilah
tantrum adalah keadaan emosi yang datang secara tiba-tiba. Ia menyebabkan
kanak-kanak boleh merengek, menangis, menendang atau memukul orang
lain tanpa sebab.
Terdapat juga kes di mana kanak-kanak yang sengaja menahan nafas
sehingga pengsan apabila mengamuk. Lebih teruk, ia boleh menyebabkan
kanak-kanak itu membenci seseorang, melukakan diri atau orang lain.
Bagaimanapun Zulkifli berkata, kelakuan itu adalah agak normal
dalam kalangan kanak-kanak berumur bermula usia dua tahun dan ia
berlaku bukan sahaja kepada kanak-kanak lelaki bahkan, kanak-kanak
perempuan.
Sementara, istilah tantrum di laman sesawang Mayoclinic.com
melalui artikel Temper tantrums: How to keep the peace menjelaskan,
kebanyakkan pakar psikologi kanak-kanak melihat ia sebagai luahan rasa
kekecewaan kanak-kanak tidak kira dari sudut fizikal, emosi atau mental.
Menurut artikel itu, dalam lingkungan usia dua hingga tiga tahun,
anak kecil cenderung untuk mudah marah kerana kehendaknya tidak
difahami. (Datuk Dr. Zulkifli Ismail)
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996)
banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu
perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses
perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi
anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti
berakhir.
 Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi
berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang
dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut
1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4. Mood-nya (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini
adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:
 Di bawah usia 3 tahun:
* Menangis
* Menggigit
* Memukul
* Menendang
* Menjerit
* Memekik-mekik
* Melengkungkan punggung
* Melempar badan ke lantai
* Memukul-mukulkan tangan
* Menahan nafas
* Membentur-benturkan kepala
* Melempar-lempar barang
 Usia 3 - 4 tahun:
* Perilaku-perilaku tersebut diatas
* Menghentak-hentakan kaki
* Berteriak-teriak
* Meninju
* Membanting pintu
* Mengkritik
* Merengek
 Usia 5 tahun ke atas:
* Perilaku- perilaku tersebut pada 2 kategori usia di atas
* Memaki
* Menyumpah
* Memukul kakak/adik atau temannya
* Mengkritik diri sendiri
* Memecahkan barang dengan sengaja
* Mengancam

II. Faktor Penyebab


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya,
anak mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar
mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.


Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin
mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa
mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi
frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.


Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu
bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat
anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan
berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan
merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah
Tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba
kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang
ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin
mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak
diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan
rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara
Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua.


Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan
Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa
yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak.
Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya,
sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua
dengan perilaku Tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak
konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum. Misalnya, orangtua
yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin
mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali
mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak
akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika orangtua
benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu
sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak
bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan
dari kedua orangtua.
5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.
6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak
aman (insecure).

III. Langkah-langkah mencegah terjadinya tantrrum


1. Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan
mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada
kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak.
2. Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat
bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu
dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over
protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu
seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan
konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan
seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya
sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum
jika kemauannya tidak dituruti.

IV. Berikut tips yang bisa kita lakukan dalam menghadapi anak tantrum
1. tetap tenang. Beri anak waktu menguasi diri nya sendiri.
2. jangan hiarukan anak hingga dia bisa lebih tenang.
3. lakukan apapun yang sedang anda lakukan selama masa tantrum
berlangsung.
4. jangan memukul atau melakukan hukuman fisik apapun.
5. jangan menyerah pada tantrum anak, begitu menyerah mereka akan
belajar mempergunakan perilaku tak pada tempatnya untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
6. Ajarkan anak memilih di dalam batasan (Kamu ingin makan telur atau
sosis? Kamu ingin main air atau mandi?).
7. Ajarkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. Anak berhak
mendapatkan semua kebutuhannya (kasih sayang, kehangatan, dll)
tetapi tidak semua keinginan yang dapat diperolehnya.
Ajari anak berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya, yaitu dengan
cara mengajaknya bermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan lainnya.
Lewat permainan, anak akan belajar menerima kekalahan, belajar untuk tidak
sombong jika menang, bersikap sportif,juga dapat bersaing secara sehat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TIPS MENANGANI ANAK TANTRUM

KELOMPOK GARUDA :
CINTIA
FAUZI RAHMAN
GIFTAMIA
GUSTIKA PUTRI CANIA
RENI SUNDARI
RINI SUNDARI
SILFIRA

PROGRAM NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2018

Anda mungkin juga menyukai