Panduan Manajemen Risiko RS Gading Pluit
Panduan Manajemen Risiko RS Gading Pluit
Dr. Suryadi
RS GADING PLUIT
Tahun 2015
DAFTAR ISI
1. DEFINISI
a. Pendahuluan
b. Tujuan
c. Batasan Operasional
2. RUANG LINGKUP
3. TATA LAKSANA
a. Identifikasi Risiko
b. Analisa Risiko
c. Evaluasi Risiko
d. Kelola Risiko
e. Monitor dan Review
f. Komunikasi dan Konsultasi
4. PELAPORAN
a. Mekanisme Pelaporan
b. Formulir Pelaporan
2
BAB I
DEFINISI
A. Pendahuluan
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk
mengidentifikasi dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini
mencakup seluruh area
baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga
area klinis.
Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistim untuk mengendalikan dan mengurangi
risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit
dan
berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat
dalam suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat mengancam
pencapaian
sasaran mutu pelayanan rumah sakit.
Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan insiden,
serta respon
terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
B.
Identifikasi risiko
Analisa Risiko
Evaluasi risiko
Tujuan Panduan
1. Memberikan panduan sistim manajemen risiko yang baku dan berlaku di rumah sakit
2. Memastikan sistim manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses
identifikasi, analisa, dan
pengelolaan risiko ini dapat memberikan manfaat bagi keselamatan pasien dan
peningkatan mutu
rumah sakit secara keseluruhan
3. Membangun sistim monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang efektif demi
tercapainya
tujuan di atas dan penerapan yang berkesinambungan.
3
C. Batasan operasional
1. Risiko : peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan
berdampak
merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan mutu
pelayanan.
2. Manajemen Risiko Rumah Sakit: merupakan upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan
risiko (grading) dan mengendalikan / mengelola risiko tersebut baik secara proaktif
risiko yang
mungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan
dampak
negative seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu rumah sakit.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari
Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada
pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera
pada pasien
tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC): adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera
pada
pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera pada
pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC): adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan
cidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel : adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan
kematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan pada pasien.
Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidak
berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar
pasien; bunuh
diri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak berhubungan
dengan
penyakit dasar pasien; pembedahan yang salah lokasi / salah prosedur / salah
pasien; penculikan
bayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orang tua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien : adalah suatu sistim untuk
mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola /
mengendalikan insiden
secara berkesinambungan.
10. Risiko Sisa : adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah
upaya pengendalian /
tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko : adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau
berpotensi terjadi dalam
pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading)
kerugian
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
4
12. Penilai Risiko : adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah
menghadiri
pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwa
tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang terlatih.
13. Internal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen di dalam rumah sakit.
14. Eksternal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen yang bukan berasal dari rumah
sakit.
Tahap persiapan mencakup : ruang lingkup kegiatan manajemen resiko, personil yang
terlibat, standar dalam penentuan kriteria resiko, prosedur / mekanisme pelaporan,
pemantuan serta review, dokumentasi yang terkait.
Identifikasi bahaya merupakan tahapan yang penting. Beberapa tehnik identifikasi
bahaya seperti observasi / survey, inspeksi, pemantauan, audit, kuesioner, data
statistik,
konsultasi dengan pekerja, Fault Tee Analysis, Walk through survey.
Penilaian resiko merupakan acuan agar penilaian yang dilakukan seobjektif mungkin
berdasarkan data yang ada. Penilaian ini mencakup : informasi tentang suatu
aktifitas,
tindakan pengendalian resiko yang ada, peralatan / mesin yang digunakan untuk
melakukan aktifitas, data Material Safety Data Sheet / MSDS, Data statistik
kecelakaan / penyakit akibat kerja, hasil studi atau survey, studi banding pada
industri
sejenis, penilaian dari pihak spesialis / tenaga ahli.
Analisa resiko adalah kegiatan analisa suatu resiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan / probability dan tingkat keparahan ( severity ) dari akibat atau
konsekuensi suatu resiko. Analisa
ini
dilakukan
untuk
membuat
pengendalian resiko.
Kegiatan yang dilakukan berupa :
•
prioritas
BAB II
RUANG LINGKUP
6
2. Tanggung Jawab Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
a. Meninjau daftar risiko rumah sakit dan memberi rekomendasi untuk menurunkan skor
risiko.
b. Meninjau risiko-risiko ekstrim, tindakan, pengendalian, dan menyoroti area-area
utama
kepada masing-masing kepala unit kerja terkait.
8).
Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan dan supervisi bagi staf
untuk
mendukung penurunan risiko. (Hal ini mencakup bahwa seluruh staf menghadiri
training wajib yang terkait).
9).
8
12). Dalam keadaan dimana rencana untuk mengelola risiko berada di luar kewenangan
Kepala Unit Kerja atau dimana ada implikasi sumber daya yang besar, risiko akan
diprioritaskan oleh Direktur Rumah Sakit.
13). Memastikan bahwa penilaian risiko divalidasi ulang pada jangka waktu yang
sesuai
atau mengikuti perubahan keadaan. Frekuensi peninjauan akan bervariasi mengikuti
tingkat sisa risiko
.
Berikut adalah yang disarankan :
Tingkat
Kategori Risiko
Sisa
Warna
Pelaksana Tinjauan
Frekuensi
Risiko
Penilaian Risiko
Tinjauan
Ekstrim
Merah
Direktur RS
Bulanan
Tinggi
Tinggi (8 - 12)
Jingga
Tiap 2 bulan
Sedang
Sedang (4 - 6)
Kuning
Tiap 3 bulan
Rendah
Rendah (1 - 3)
Hijau
Tiap 6 bulan
10
BAB III
TATA LAKSANA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Area Risiko
Akses Pasien:
1. Proses pemulangan pasien lama
2. Pasien pulang paksa
3. Kegagalan merujuk pasien
4. Ketidaktersediaan tempat tidur
5. Proses transfer pasien yang tidak baik
Kecelakaan:
1. Tersengat listrik
2. Terpapar dengan bahan berbahaya
3. Tertimpa benda jatuh
4. Tersiram air panas
5. Terpeleset
Asesmen dan Terapi
1. Kesalahan identifikasi pasien
2. Reaksi transfusi darah
3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
5. Code blue
Masalah administrasi keuangan pasien
1. Kesalahan estimasi biaya
2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x
3. Kesalahan input data tagihan
4. Perbedaan tarif dan tagihan
5. Transaksi tidak terinput
Kejadian Infeksi
1. Kegagalan / kontaminasi alat medis
2. Infeksi luka operasi
3. Needlestick injury
4. Kesalahan pembuangan limbah medis
5. Infeksi nosokomial
Rekam medik
1. Kegagalan memperoleh informed consent
2. Kesalahan pelabelan rekam medik
3. Kebocoran informasi rekam medik
4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medik
Obat
1. Penulisan resep yang tidak baik
2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
3. Kesalahan dosis obat
4. Obat rusak / expired
5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
6. Kegagalan memonitor efek samping obat
Keamanan
1. Pencurian
2. Pasien hilang
3. Lingkungan yang tidak aman
12
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan
memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence
Peringkat Resiko
Score
DxP
Jenis Risiko
No
1
Phlebitis
25
25
Pasien jatuh
25
5
25
25
15
Tertukar obat
15
Komplain pelanggan
15
15
10
3
15
11
15
12
12
13
10
14
10
15
10
16
Terjadi kebakaran/gempa
5
2
10
17
18
19
6
4
13
Error
Kategori
Hasil
No error
Error, no harm
Error, harm
Error, death
B. Analisis Risiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas
penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikan
risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
TINGKAT RISIKO
14
TK RISIKO
Deskripsi
Tdk significant
Minor
Moderat
Dampak
Tidak ada cedera
•
•
•
•
•
4
Mayor
Katatropik
•
•
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan
untuk kategori
kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root
cause
analysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect
analysis – proaktif)
C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading
yang didapat dalam analisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
15
Probabilitas
Tak Significant
1
MINOR
2
Moderat
3
Mayor
4
Katatrospik
5
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Sering terjadi
(bbrp kali/tahun)
4
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Mungkin terjadi
(1 - < 2 tahun/kali)
3
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Jarang terjadi
(> 2 - < 5 th/kali)
2
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Dari contoh terdahulu pada instalasi rawat inap, dapat dibuat evaluasi sebagai
berikut:
NAMA INSTALASI : Rawat inap
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Risiko
Total Score
Peringkat Risiko
Extreme
Dampak
Peluang
Phlebitis
Angka kejadian pasien
tanpa gelang
5
25
25
Pasien jatuh
25
25
25
15
Kepatuhan identifikasi
pasien
Angka ketidakhadiran
dokter
Angka kejadian pasien
jatuh
(15-25 ) (8-12)
tertukar obat
15
Komplain pelanggan
3
15
16
(4-6)
(1-3)
Tindakan
PJ
No
Total Score
Peringkat Risiko
Jenis Risiko
Extreme
Dampak
Peluang
(15-25 )
15
15
15
12 Kelengkapan IC
12
2
10
10
10
10
(8-12)
(4-6)
Tindakan
(1-3)
D. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pengelolaan risiko
atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level
terendah (risiko
sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah
terjadi.
LEVEL/BANDS
TINDAKAN
EKSTREM
(SANGAT TINGGI)
HIGH
(TINGGI)
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail & perlu
tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen
MODERATE
(SEDANG)
LOW
(RENDAH)
17
PJ
KELOLA RISIKO BERDASARKAN RISK GRADING & JENIS IKP
RCA
SENTINEL
KTD
KNC
INVESTIGASI
SEDERHANA
D.1. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka
tindak lanjut
evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui
tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:
- observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: - individu
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung:
- individu
- tempat kerja
Rekomendasi :
Penanggung jawab
Tanggal :
Penanggung jawab :
Tanggal :
_____________________________________________
_____________________________________________
_____________________________________________
_____________________________________________
_____________________________________________
: ________________________
Tanda tangan :
Manajemen
Risiko :
________________________
Tanggal :________________
19
Di dalam menganalisa penyebab masalah, jangan berhenti hanya pada penyebab langsung
namun harus
terus menggali hinga kepada akar masalah sehingga penyelesaian yang
direkomendasikan nantinya
bukanlah penyelesaian simptomatik semata melainkan benar-benar penyelesaian
etiologi yang dapat
mencegah berulangnya insiden yang sama di kemudian hari.
20
Contoh kasus:
Pasien setelah menjalani fisioterapi pemanasan dengan alat mengalami luka bakar
derajat 1.
Petugas fisioterapinya adalah tenaga yang baru bekerja 1 bulan
Langkah yang dilakukan:
Skor risiko = 3 x 2 = 6
Penanggung jawab
Penanggung jawab :
Training penggunaan alat bagi fisioterapis baru
Monitoring kinerja profesi
Atasan langsung
Tanggal :
29 Mei 2015
Tanggal :
29 Mei 2015
: ________________________
Tanda tangan :
Manajemen
Risiko :
________________________
: ____________________
21
Tanggal :________________
D.2. RCA (Root Cause Analysis)
2.
3.
Kumpulkan data
(Observasi, Dokumentasi , Interview)
4.
5.
6.
Analisis Informasi
(5 why’s, Analisis Perubahan, Analisis penghalang, fish bone,
dll )
7.
INVESTIGASI
ANALISA
IMPROVE
Personil lain yang dinilai perlu (misal dari komponen K3, PPI, administrasi
keuangan,
kepegawaian, farmasi, logistik dll sesuai IKP yang terjadi)
22
INSIDEN : _____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
TIM INVESTIGATOR:
Ketua : _____________________________________________________________________
Anggota : 1. ________________________ 4. _________________________
2. ________________________ 5. _________________________
3. ________________________ 6. _________________________
Apakah semua area yg terkait sdh terwakili?
o YA
o TIDAK
Apakah macam tingkat pengetahuan sdh terwakili?
o YA
o TIDAK
Notulen: ________________________
Tanggal dimulai:___________
Tanggal dilengkapi: _________________
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
1. Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang
medis)
2. Senior management expert (misal direktur medis)
3. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4. Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak
terlibat langsung
dalam insiden tersebut
Tim ini dibentuk oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien yang akan bertanggung
jawab
kepada Direksi RS GADING PLUIT.
3.
Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
b.
Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman / panduan / SPO
terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
c.
Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisah
termasuk
kepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.
23
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi dan
jika
kasus disidangkan ke pengadilan
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan sesegera
mungkin:
1. Semua catatan medis dan catatan keperawatan
2. Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
3. Incident report (laporan keselamatan pasien)
4. Kebijakan dan prosedur
5. Integrated care pathway yang berhubungan
6. Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
7. Bukti fisik
8. Daftar staf yang terlibat
9. Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
10. Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden
(misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)
Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk menemukan
bagian dalan proses dimana insiden terjadi
c. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good
practice &
CMP (care management problem), berguna untuk kejadian yang
berlangsung lama
d.
24
Contoh Tabular timeline:
WAKTU KEJADIAN
KEJADIAN
Pasien tiba di RS
Pasien datang di
ruang penerimaan,
diterima petugas.
Residen 1 dibuat
inform consent
INFORMASI
TAMBAHAN
GOOD PRACTICE
MASALAH PELAYANAN
Contoh:
6.
Analisa Informasi
1. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah, dengan
mengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan akhirnya akar
masalah.
25
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukan
pneyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab masalah.
Contoh:
2. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya.
Contoh: Kasus salah area operasi
26
3. Analisis Barrier
Contoh dari kasus di atas:
27
D.3. HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)
Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden, metode HFMEA
digunakan
untuk mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan proses) yang berpotensi terjadi
kemudian
mengidentifikasi dampak yang mungkin timbul diikuti analisis akar masalah, sebelum
melakukan
redisain proses untuk meminimalisir risiko modus kegagalan / dampaknya kepada
pasien.
HFMEA merupakan proses pro-aktif untuk memperbaiki kinerja dengan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi sehingga akhirnya meningkatkan keselamatan pasien. (F =
failure, yaitu
saat sistim tidak bekerja sesuai yang diharapkan; M = mode, yaitu cara / perilaku
yang dapat
menimbulkan kegagalan tersebut; E = effect, yaitu dampak / konsekuensi dari modus
kegagalan
tadi; A = analysis, yaitu upaya investigasi terhadap proses secara detail).
I.
28
II. Langkah 2. TIM INVESTIGASI
Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA di atas, terdiri dari orang-orang
multidisiplin yang
tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang), memahami proses yang akan
dianalisa, mewakili
unit yang akan dianalisa, dan memiliki kemampuan berpikir kritikal.
Tim melakukan pertemuan berkala untuk melakukan pembahasan dengan agenda sebagai
berikut:
Pertemuan TIm
Bahasan pertemuan
Pra Pertemuan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kunjungi unit kerja utk observasi proses, verifikasi semua langkah &
sub proses apakah sudah benar sesuai langkah 3)
Pertemuan 3
Pertemuan 4
29
Waktu
Pertemuan 5
Pertemuan 6- 8
plus 1
Pertemuan plus 2
Pertemuan plus 3
Pertemuan plus 4
Post pertemuan
30
Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing tahapan
dalam alur
proses tersebut.
31
Contoh Diagram Alur Proses:
SUB-PROCESS
SUB-PROCESS
SUB-PROCESS
A. Order
written
B. Entered
in CPRS
C. Received
in lab
A. ID Patient
B. Select
proper
tube/
equip
C. Draw
blood
D. Label
blood
A. Review order
B. Centrifuge
Specimen
C. Verify
Calibration
D. Run OC
E. Run Sample
F. Report result
G. Enter in CPRS
Failure Mode
1. Wrong Test
ordered
2. Order Not
Received
Failure Mode
Failure Mode
1. Equipment
Broken
2. Wrong
speed
3. Specimen
not clotted
4. No Power
5. No wrong
test tube
1. Instrument
not
calibrated
2. Bad
calibrated
stored
32
SUB-PROCESS
Failure Mode
QC result
unacceptable
Report
Received
SUB-PROCESS
1. Telephone
2. Visit set up
3. Result given
Failure Mode
Failure Mode
1. Mechanical
error
2. Technical
error
1. Computer crashed
2. Result entered for
wrong pts
3. Computer interface
error
4. Results not entered
IV. Langkah 4. HAZARD ANALYSIS
Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan lebih
detail dalam tabel
berikut:
33
Pengunjung
•
•
•
•
Cedera ringan
Ada Penanganan
ringan
Terjadi pada 2 -4
Pengunjung
• Cedera luas /
berat
• Perlu dirawat
• Terjadi pada 4 6 Pengunjung
• Kematian
• Terjadi pada >
6 Pengunjung
Staf
• Cedera ringan
• Ada Penanganan
/Tindakan
• Kehilangan
waktu /kec kerja
: 2-4 staf
• Cedera luas /
berat
• Perlu dirawat
• Kehilangan
waktu
/kecelakaan
kerja pada 4-6
staf
• Kematian
• Perawatan > 6
staf
Kerugian
1.000.000 s.d
10.000.000
Kerugian
10.000.000
50.000.000
Kerugian
> 50.000.000
Fasilitas
34
s.d.
LEVEL
DESKRIPSI
CONTOH
Sering(Frequent)
Kadang-kadang
(Occasional)
Jarang (Uncommon)
Hampir Tidak
Pernah
(Remote)
TINGKAT BAHAYA
SERING
4
KADANG
3
JARANG
2
KATASTROPIK
MAYOR
MODERAT
MINOR
3
2
16
12
12
HAMPIR
TIDAK
PERNAH
1
35
Dalam kaitan dengan contoh sebelumnya maka ke dalam tabel dapat dituliskan sebagai
berikut:
36
Untuk setiap hazard dengan score > / = 8, dianalisa lebih lanjut dengan Pohon
Keputusan (Decision Tree)
Bila dari analisa Pohon Keputusan berakhir pada STOP, maka tidak perlu lagi
meneruskan
pencarian akar masalah untuk hazard ini karena berarti hazard tersebut tidak
prioritas. Sedangkan
hazard yang berakhir pada titik hijau sebagaimana gambar di atas, perlu
ditindaklanjuti sebagai
langkah ke-5.
37
D.4. Menurunkan Risiko
1. Tujuan dari identifikasi dan menilai risiko adalah untuk memastikan bahwa
tindakan dilakukan
untuk mengurangi risiko pada tingkat terendah yang dapat dicapai.
2. Tabel penanda tingkat risiko dan skala waktu yang dapat diterima untuk memulai
tindakan.
Tingkat Risiko
Ekstrim (15-25)
Tinggi (8-12)
Sampai 2 minggu
Sedang (4-6)
Sampai 6 minggu
RisikoRendah (1-3)
Sampai 12 minggu
Divisi
1. KP
Risiko
Tindakan Pengendalian Peringkat Risiko Tindakan Pengendalian Peringkat Risiko Sisa
PJ
Tanggal Tanggal
Teridentifikasi
Risiko yang ada
D P R Risiko yang Diusulkan
D
P
R Risiko Tinjauan Dikeluarkan
Salah Identi- 1. Prosedur Identifikasi
fikasi Pasien
positif
2. KP
Pasien Jatuh
3. KP
Tertusuk jarum
suntik
20
12
KaRu
Mei'15
Di dalam melaksanakan fungsinya, tim dapat pula berkonsultasi baik secara internal
maupun external
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari masalah yang sedang dievaluasi.
Di dalam melakukan evaluasi, tim diharapkan dapat bekerja independen sehingga mampu
menghasilkan evaluasi yang objektif dan akhirnya membuat rekomendasi (ACTION PLAN)
yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
39
Juni'15
BAB IV
PELAPORAN
4.1. Mekanisme Pelaporan
Pengelolaan Risiko
Insiden
Buat laporan insiden
Penemu
Insiden
40
Atasan
yang
dilaporkan
Formulir Laporan Insiden ke Tim KP di RS
Rumah Sakit Gading Pluit
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama
No MR
Umur *
: .................................................................................
........................
: .........................................
Ruangan : .............................................
: �0-1 bulan �> 1 bulan – 1 tahun
�> 1 tahun – 5 tahun �> 5 tahun – 15 tahun
�> 15 tahun – 30 tahun �> 30 tahun – 65 tahun
�> 65 tahun
Jenis kelamin
: �Laki-laki �Perempuan
Penanggung biaya pasien :
�Pribadi �Asuransi Swasta
�ASKES Pemerintah �Perusahaan*
�JAMKESMAS
Tanggal Masuk
RS : ............................................................................
Jam
.....................................
41
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
�Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
�Pasien
�Keluarga / Pendamping pasien
�Pengunjung
�Lain-
lain ..............................................................................
.............(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
�Pasien
�Lain-lain
...................................................................................
..........................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
�Pasien rawat inap
�Pasien rawat jalan
�Pasien UGD
�Lain-lain
...................................................................................
..........................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi
kejadian ..........................................................................
.........................
(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
�Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
�Anak dan Subspesialisasinya
�Bedah dan Subspesialisasinya
�Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
�THT dan Subspesialisasinya
�Mata dan Subspesialisasinya
�Saraf dan Subspesialisasinya
�Anastesi dan Subspesialisasinya
�Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
�Jantung dan Subspesialisasinya
�Paru dan Subspesialisasinya
�Jiwa dan Subspesialisasinya
�Lain-
lain ..............................................................................
.............................
(sebutkan)
42
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja
penyebab ..........................................................................
.................
(sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
�Kematian
�Cedera Irreversibel / Cedera Berat
�Cedera Reversibel / Cedera Sedang
�Cedera Ringan
�Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
...................................................................................
.............................................................
......
...................................................................................
.............................................................
......
...................................................................................
.............................................................
......
13. Tindakan dilakukan oleh* :
�Tim : terdiri dari :
...................................................................................
...............................
�Dokter
�Perawat
�Petugas lainnya
...................................................................................
..................................
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
�Ya �Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
...................................................................................
.............................................................
...................................................................................
.............................................................
Pembuat Laporan
Paraf
Tgl. Lapor
: ...................................
: ...................................
: ...................................
Penerima Laporan
Paraf
Tgl. Terima
Bagian
: ………………………………………………
Unit
: ………………………………………………
Risiko Teridentifikasi :
Siapa (atau apa) yang terkena risiko dan bagaimana ? (misal : dokter, perawat,
staf, pasien, pengunjung,
gedung, reputasi RS) :
Tindakan pengendalian risiko yang ada (jika ada) (misal : peralatan, kesiapan
staff, lingkungan,
kebijakan / prosedur, pelatihan, dokumentasi) :
1.
……………………………………………………………………………………………………
2.
……………………………………………………………………………………………………
3.
……………………………………………………………………………………………………
Consequence
Likelihood
TidakBermakna
Kecil
Sedang
Besar
Malapetaka
5-10 tahun
2-5 tahun
setahun
Triwulan
Sebulan
High (8-12)
Medium (4-6)
Low (1-3)
44
NO
TINDAKAN
Penilai Resiko
BATAS WAKTU
JAWAB
PENYELESAIAN
Diperiksa Oleh
)
Nama& TT
PENANGGUNG
Menyetujui Catatan :
)
Manager Risiko
45
)
Kepala Unit Kerja