Anda di halaman 1dari 7

Labotarium Survey dan Pemetaan

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

Anggota Kelompok : 1. Aizka Fatimatuzahra - 1706042352

2. Farhan Ramadhan - 1706042402

3. Fidela Vivi Cahyati - 1706042365

4. Fikria Maharani - 1706986183

5. Livia Nur Sabrina - 1706042346

Kelompok : D9

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 26 September 2018

Judul Praktikum : 01 – Chaining A Line By Direct Ranging

Nama Asisten : Benedicta Vanessa Vanda Riberu

Tanggal Pengumpulan : Paraf :

A. TUJUAN
Untuk menghitung jarak antara dua titik pada ketinggian tanah yang sama dengan
menggunakan metode secara langsung.

B. DASAR TEORI
Metode dalam mengukur titik tengah pada garis lurus antara 2 titik pengamatan disebut
dengan ranging. Terdapat dua tipe metode ranging, yaitu:
 Metode secara langsung (direct ranging)
Metode langsung dilakukan dengan cara mengukur jarak tengah titik yang terletak
pada garis lurus menggunakan pengamatan langsung dari ujung lain. Pengukuran jarak
langsung hanya digunakan ketika kedua titik yang diamat dapat dilihat.
 Metode secara tidak langsung (indirect ranging)
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Metode tidak langsung memperkirakan di mana titik-titik perantara diinterpolasi


dengan timbal balik atau dengan garis tambahan. Metode secara tidak langsung
digunakan ketika dua titik pada tanah yang akan diukur tidak saling terlihat.
Metode secara langsung (direct ranging) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
ranging by eye dan ranging by line ranger.

C. DATA PRAKTIKUM

Gambar 1. Bentuk lapangan yang diukur


Sumber: Hasil Pengukuran Praktikan, 2018

Tabel 1. Hasil Pengukuran Praktikan


Interval Pengukuran Langsung (m)
A-B 16,24
B-C 9,89
C-D 7.21
D-E 9,91
E-A 11,2
Sumber: Data Pengamatan Praktikan, 2018
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

D. PENGOLAHAN DATA
Jarak A-B = 5,86 m + 6,08 m + 4,3 m
= 16,24 m

Jarak B-C = 3,21 m + 2,57 m + 4,11 m


= 9,89 m

Jarak C-D = 3,17 m + 4,04 m


= 7,21 m

Jarak D-E = 4,45 m + 5,46 m


= 9,91 m

Jarak E-A = 6,23 m + 4,97 m


= 11,2 m

Jarak (m) = 16,24 m + 9,89 m + 7,21 m + 9,91 m + 11,2 m


= 54,45 m

E. ANALISIS
Analisis Percobaan
Percobaan modul 01 yang berjudul Chaining A Line By Direct Ranging ini dilakukan di
lapangan GK Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Metode dalam percobaan ini digunakan
untuk mengukur suatu jarak dari titik-titik intervisible. Jarak total lapangan berbentuk
pentagon yang diukur pada percobaan ini adalah 54,45 meter. Pengukuran dengan metode
direct ranging membutuhkan pita pengukur sebagai alat pengukur jarak, pasak di lapangan
sebagai penanda titik dan titik sebagai acuan pengukuran. Karena tanah yang diukur
memiliki kontur tanah yang berbeda-beda, maka praktikan mengukur dengan menggunakan
pita pengukur dengan kondisi tidak menempel pada tanah dan harus tegang agar panjang
jarak yang diukur merupakan panjang jarak tanah pada kondisi datar sehingga data
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

pengamatan yang diperoleh akurat dan mengurangi kemungkinan adanya kesalahan dalam
pengukuran.
Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan metode pengukuran ini adalah dengan
mengukur jarak titik A dan titik B. Setelah titik A dan B ditentukan, dua praktikan berdiri di
belakang patok pada titik A dan titik B. Lalu dua praktikan lagi berdiri pada titik C dan D
antara titik A dan B sehingga membentuk urutan A-a-b-B. Praktikan pada titik A memastikan
praktikan pada titik a, titik b, dan titik B berbaris sejajar sehingga barisan yang dibentuk
lurus, yaitu dengan mengamati praktikan b sehingga praktikan pada titik A tidak dapat
melihat praktikan pada titik b dan titik B atau yang disebut dengan metode eye judgement.
Kemudian jarak antara masing-masing segmen dengan menggunakan pita pengukur dan
mencatat hasil pengukuran jarak antara titik A dan titik B. Selanjutnya, praktikan mengukur
jarak pada interval selanjutnya dengan metode yang sama.

Ranging rods

A a b B
Gambar 2. Ilustrasi Garis Rantai A-B
Sumber: Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah Modul 01, 2018

Analisis Hasil

Percobaan ini mendapatkan data pengukuran yang diuji dengan direct ranging.
Pengolahan data dihitung dengan menjumlahkan jarak pada tiap segmennya sehingga
didapatkan hasil pengolahan sebagai berikut.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 2. Jarak Titik - Titik yang Diukur


Jarak Hasil Pengukuran Langsung (m)
A-B 16,24
B-C 9,89
C-D 7.21
D-E 9,91
E-A 11,2

Sumber: Hasil Pengolahan Data Praktikum, 2018

Analisis Kesalahan
Dalam melakukan percobaan modul 01, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan
oleh praktikan yaitu:
 Kesalahan dalam menentukan barisan yang dibentuk lurus
 Kesalahan dalam mengukur dengan kondisi pita pengukur yang tidak tegang
 Pita pengukur dalam kondisi tidak datar akibat tanah yang memiliki tinggi tidak sama
 Ketidaktelitian dalam membaca pita pengukur
 Ketidaktelitian dalam perhitungan dan pembulatan angka

F. APLIKASI
Pengukuran secara langsung dapat dilakukan jika dua titik yang akan diukur jaraknya
dapat saling terlihat. Dalam kasus pengukuran terhadap durasi atau waktu tempuh seorang
pelari dengan menggunakan stopwatch dapat dikategorikan sebagai pengukuran langsung. Di
antara teknik pengukuran langsung adalah:
 Pengukuran panjang suatu buku dengan menggunakan mistar
 Pengukuran ketebalan kertas dengan menggunakan mikrometer sekrup
 Pengukuran diameter koin dengan menggunakan jangka sorong
 Pengukuran sudut dengan menggunakan busur
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan oleh praktikan, praktikan dapat
menyimpulkan bahwa:
 Jarak antara dua titik dapat diukur dengan metode langsung dan metode tidak langsung.
 Metode direct ranging digunakan ketika jarak antar titik saling terlihat.
 Dalam percobaan ini diperoleh jarak A – B 16,24 meter, jarak B – C 9,89 meter, jarak C
– D 7,21 meter, jarak D – E 9,91 meter, jarak E – A 11,2 meter.

H. REFERENSI
Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. “Chaining A Line By Direct Ranging”.

Terms, Civil Engineering. Diakses 1 Oktober 2018. "Ranging, Direct Ranging, Indirect
Ranging". https://www.civilengineeringterms.com/surveying-levelling/ranging-direct-
ranging-indirect-ranging/

Fisika, Lab. Diakses 1 Oktober 2018. “Pengukuran Langsung”.


https://labfisika.wordpress.com/author/labfisika/

I. LAMPIRAN

Gambar 3. Praktikan mengatur kondisi


pita pengukur agar tidak menyentuh
tanah dan tegang
Sumber : Dokumen Penulis, 2018
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 4. Praktikan mengukur jarak


dengan metode direct ranging
Sumber : Dokumen Penulis, 2018

Anda mungkin juga menyukai