Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Penulisan Buku Pengayaan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.

NILAI MORAL YANG TERKANDUNG DALAM

BUKU PENGAYAAN LEGENDA TIMUN MAS

Oleh

Nama : Khairunissa

NIM : 2162311004

Kelas : Non Reguler A

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah nilai
moral yang terkandung dalam buku pengayaan “legenda timun mas” dengan tepat
waktu.

Laporan makalah nilai moral yang terkandung dalam buku pengayaan


legenda timun mas tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Penulisan Buku Pengayaan.
2. Serta Saudara/ Saudari kelas Non Reguler A seperjuangan.

Apabila ada kekurangan dalam makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih.

Medan, 5- Maret- 2019

Khairunissa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 3

2.1 Pengertian Buku Pengayaan ....................................................................... 3

2.2 Jenis Buku Pengayaan ................................................................................ 4

A. Buku Pengayaan Pengetahuan ............................................................. 4


B. Buku Pengayaan Keterampilan ............................................................ 4
C. Buku Pengayaan Kepribadian .............................................................. 4

2.3 Hakikat Cerita Rakyat ................................................................................ 4

A. Pengertian Cerita Rakyat...................................................................... 4


B. Fungsi Cerita Rakyat ............................................................................ 5
C. Jenis Cerita Rakyat ............................................................................... 5
D. Contoh Cerita Rakyat (Legenda) ......................................................... 6

2.4 Nilai Moral Dalam Karya Sastra ................................................................ 10

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 12

3.1 Nilai Moral yang Terkandung dalam Buku Pengayaan ............................. 12

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 14

3.1 Simpulan .................................................................................................... 14

3.2 Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang selalu berusaha memelihara dan
melestarikan karya sastra. Dalam sebuah karya sastra salah satunya yaitu cerita rakyat yang
sampai saat ini masih berkembang di masyarakat dan terdapat nilai-nilai moral yang
ditunjukan untuk manusia dalam kehidupan seperti yang ada pada cerita rakyat timun mas
yang mengandung nilai moral dan dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini banyak sekali buku kumpulan cerita rakyat yang banyak mengandung nilai-
nilai moral tetapi nyatanya pada zaman sekarang ini adanya pengaruh hal-hal yang buruk
terhadap teman sebaya di lingkungan contohnya pada berita tanggal 29 Maret 2017 siswa
SMK di kaltara yang ditemukan tewas dibunuh pacarnya sendiri karena si korban sering tidak
menepati janji kepada si pelaku hingga membuat mereka sering bertengkar, lalu sang pelaku
tersebut merasakan sakit hati sudah beberapa kali janji si korban tersebut terus-terusan tidak
ditepati dan akhirnya sang pelaku membunuhnya dengan menggunakan pisau hingga korban
meninggal dunia, tindakan ini telah membuat orang tua semakin takut akan moral anaknya di
lingkungan rumah maupun di luar rumah. Selanjutnya, pada zaman sekarang minimnya
orangtua dalam penyampaian cerita rakyat serta menerapkan nilai moral dari amanat cerita
rakyat kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu pemicu
kurang baiknya moral pada anak di kehidupan sehari-harinya, padahal dalam cerita rakyat
tersebut banyak sekali manfaat pelajaran-pelajaran hidup yang penting bagi anak-anak untuk
mengambil hal-hal positif yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik memilih judul makalah nilai


moral yang terkandung dalam buku pengayaan legenda timun mas yang salah satu jenis dari
cerita rakyat karena terdapat permasalahan yang dijumpai minimnya nilai moral yang ada
pada siswa seperti melakukan kebaikan tetapi harus ada timbal balik yang bisa dikatakan
pamrih yaitu seperti yang ada pada cerita legenda timun mas raksasa mengabulkan keinginan
mbok rondo yang ingin memiliki anak tetapi raksasa tersebut meminta balasan yaitu mbok
rondo harus menyerahkan timun mas yang sudah dewasa untuk dijadikan santapan raksasa,
selanjutnya minimnya moral siswa seperti pada berita siswa SMK di kaltara yang ditemukan

1
tewas dibunuh pacarnya sendiri karena si korban sering tidak menepati janji kepada si pelaku
dan terdapat pula pada cerita legenda timun mas yaitu mbok rondo telah berjanji dengan
raksasa jika anaknya sudah berumur enam belas tahun, mbok rondo akan menyerahkan
kepada raksasa tersebut. Tetapi setelah berumur 16 tahun usia anak tersebut, raksasa
mendatangi mbok rondo untuk menagih janji. Akan tetapi, mbok rondo meminta waktu 2
tahun lagi untuk menyerahkannya kepada raksasa dan raksasa tersebut menyetujuinya.
Setelah 2 tahun berlalu, ternyata mbok rondo tidak menepati janjinya menyerahkan anaknya
kepada raksasa. Dari permasalahan minimnya moral kebaikan siswa tersebut, guru harus
membentuk moral kebaikan siswa melalui amanat yang sudah disampaikan penulis pada
buku pengayaan legenda timun mas bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai moral yang
terdapat dalam buku pengayaan legenda timun mas dan menerapkan ajaran moral yang baik
kepada siswa dalam kehidupan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana nilai moral yang terkandung dalam buku pengayaan legenda timun
mas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menambah wawasan nilai moral yang terkandung dalam buku pengayaan
legenda timun mas

2. Dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan


mendapatkan nilai moral kebaikan yang terkandung dari legenda timun mas.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Buku Pengayaan

Buku pengayaan merupakan jenis buku yang digunakan dalam aktifitas belajar dan
mengajar, prinsipnya semua buku dapat digunakan untuk bahan kajian pembelajaran (Arifin,
2009:56). Karakteristik buku pengayaan yakni sumber materi ajar berupa referensi baku mata
pelajaran tertentu yang disusun sistematis & sederhana disertai petunjuk pembelajaran.
Dalam buku tersebut terdapat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan, dan
memperkaya kemampuan peserta didik (Pusat Perbukuan 2008:12).

Di kalangan masyarakat, buku pengayaan juga dikenal sebagai buku bacaan atau buku
kepustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan
pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan diartikan sebagai buku yang memuat materi yang
dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk
kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku ini
dapat menjadi bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat
lainnya.

2.2 Jenis Buku Pengayaan

Berdasarkan dominasi materi/isi yang disajikan di dalamnya, Suherli (2008) membagi


buku pengayaan dalam tiga jenis klasifikasi, yaitu kelompok buku pengayaan: (1)
pengetahuan, (2) keterampilan, dan (3) kepribadian. Setiap jenis buku pengayaan kadang-
kadang sulit dibedakan, tetapi jika dikaji berdasarkan materi/isi yang mendominasi di
dalamnya maka dapat ditetapkan ke dalam salah satu jenis buku pengayaan.
A. Buku Pengayaan Pengetahuan
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan
wawasan akademik pembacanya.
Adapun ciri-ciri buku pengayaan pengetahuan adalah
1) Materi/isi buku bersifat kenyataan;
2) Pengembangan isi tulisan tidak terikat pada kurikulum;
3) Pengembangan materi bertumpu pada perkembangan ilmu terkait;
4) Bentuk penyajian berupa deskriptif dan dapat disertai gambar; dan
5) Penyajian isi buku dilakukan secara popular.

3
B. Buku Pengayaan Keterampilan
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu.
Adapun ciri-ciri buku pengayaan keterampilan adalah
1) Materi/isi buku mengembangkan keterampilan yang bersifat faktual;
2) Materi/isi buku berupa prosedur melakukan suatu jenis keterampilan;
3) Penyajian materi dilakukan secara prosedural
4) Bentuk penyajian dapat berupa narasi atau deskripsi yang dilengkapi
gambar/ilustrasi.
5) Bahasa yang digunakan bersifat teknis.
C. Buku Pengayaan Kepribadian
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang.
Adapun ciri-ciri buku pengayaan kepribadian adalah:
1) Materi/isi buku dapat bersifat faktual atau rekaan;
2) Materi/isi buku meningkatkan dan memperkaya kualitas kepribadian atau
pengalaman batin;
3) Penyajian materi/isi buku dapat berupa narasi, deskripsi, puisi, dialog atau
gambar;
4) Bahasa yang digunakan bersifat figuratif.

2.3 Hakikat Cerita Rakyat

A. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk (genre) foklor. Foklor itu sendiri adalah
sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turuntemurun di antara
kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk
lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (memonic
device) ( Danandjaja, (2007: 2). Masih menurut (Danandjaja, 2007: 3-4).

Biasanya, cerita yang terdapat dalam cerita rakyat tentang peristiwa di suatu tempat
atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya
diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia, maupun dewa. Cerita rakyat dapat diartikan
sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung
dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.

4
B. Fungsi Cerita Rakyat
Sebagai salah satu sastra lisan, cerita rakyat mempunyai fungsi di tengah masyarakat.
Bascom (Danandjaya, 1991: 19), menyatakan bahwa pengkajian folklor lisan yang di
dalamnya termuat cerita rakyat memiliki fungsi antara lain: (a) sebagai sistem proyeksi
(projective system), yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (b) sebagai alat
pengesahan pranata-pranata dan lambang-lambang kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan
anak (pedagogical device), dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Cerita rakyat memiliki fungsi-fungsi
sosial yang merupakan realitas kehidupan dan bermanfaat sebagai alat untuk mengendalikan
kehidupan sosial suatu masyarakat.
C. Jenis Cerita Rakyat
Bascom (dalam Danandjaja, 1984: 50) mengemukakan cerita rakyat dapat dibagi
dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng
(folktale).
a. Mite (Mitos)
Mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci
oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.
b. Legenda
Danandjaya (19991:66) menyatakan legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai
ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak
dianggap suci. Legenda ditokohi manusia yang ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa,
dan sering juga dibantu makhluk gaib. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa yang belum terlalu lampau, dan bertempat di dunia
seperti yang kita kenal kini.
c. Dongeng
Danandjaya (1991:83) menyatakan dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastran
lisan, dongeng penceritaannya tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan
terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan
pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.

5
D. Contoh Cerita Rakyat (Legenda)

Pada jaman dahulu di Jawa Tengah ada seorang janda yang sudah tua bernama Mbok
Rondo. Pekerjaan Mbok Rondo adalah mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali Mbok
Rondo ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula sudah
tua. Mana bisa ia mendapatkan anak. Meski demikian, ia selalu berdoa kepada Tuhan agar
dianugerahi seorang anak yang bisa menemaninya di hari tua. Kemudian suatu hari Mbok
Rondo pergi ke hutan untuk mencari kayu. Setelah mengumpulkan kayu di hutan, Mbok
Rondo duduk beristirahat sambil mengeluh. “Seandainya aku mempunyai anak, hidupku agak
ringan sebab akan ada dia yang membantuku bekerja,” Ketika sedang duduk beristirahat,
tiba-tiba bumi tempat ia duduk bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Rondo
muncul raksasa bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan. Mbok Rondo memandangnya
dengan ketakutan. Ia tidak melakukan kesalahan apapun tapi mengapa ada raksasa
mendatanginya.

“Hai, Mbok Rondo, kamu menginginkan anak? Aku bisa mengabulkan keinginanmu,” kata
raksasa itu dengan suara keras. Rupanya raksasa itu mendengar ucapan Mbok Rondo dan
tertarik membantunya.

“Benarkah kamu bisa memberiku seorang anak?” tanya Mbok Rondo. Rasa takutnya mulai
menghilang. Kini ia memiliki harapan untuk mendapatkan anak. Tapi entah bagaimana
caranya ia belum tahu.

“Aku bisa memberimu anak tapi ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur enam belas
tahun, kamu harus menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku,” jawab
raksasa itu.

Karena begitu inginnya dia punya anak maka Mbok Rondo tidak berpikir panjang lagi.
Baginya, yang penting ia bisa segera punya anak.

“Baiklah, aku tidak keberatan,” jawab Mbok Rondo.

Kemudian raksasa itu memberi biji mentimun kepada Mbok Rondo. “Tanamlah biji
mentimun ini. Kelak kamu akan bisa punya anak,” ucap raksasa dengan suara pelan.

6
“Baiklah. Terima kasih,” jawab Mbok Rondo.

Mbok Rondo masih belum paham. Bagaimana mungkin biji timun bisa menjadi bayi
manusia. Namun ia tidak mau berputus asa. Ia melakukan saja apa yang dikatakan raksasa.
Mbok Rondo segera pulang dan menanam benih itu di halaman belakang. Dua minggu
kemudian, tanaman itu tumbuh subur dan sudah berbuah. Di antara buah mentimun yang
tumbuh, ada satu buah yang sangat besar. Warnanya kekuningan. Kalau tertimpa sinar
matahari, buah itu berkilau seperti emas. Mbok Rondo memetik buah yang paling besar itu.
Mbok Rondo mengambil pisau dan membelah buah itu. Lalu, ia membukanya dengan hati-
hati. Astaga! Ternyata ada seorang bayi perempuan yang cantik di dalam buah timun! Mbok
Rondo sangat gembira. Ia menamakan bayi mungil itu dengan nama Timun Emas. Hidup
Mbok Rondo tak lagi kesepian. Ia kini bahagia karena Tuhan telah mengabulkan
permohonannya untuk memiliki anak.

Setelah Mbok Rondo bertahun-tahun merawat anak gadisnya, Timun Emas tumbuh
menjadi seorang gadis jelita. Mbok Rondo sangat menyayangi Timun Emas. Pagi itu hari
sangat cerah. Matahari bersinar dengan terik. Mbok Rondo dan Timun Emas bersiap pergi ke
hutan untuk mencari kayu. Belum lama Mbok Rondo melangkah dari pintu rumahnya, tiba-
tiba bumi bergetar kemudian disusul suara tawa menggelegar.

“Wah, celaka!” tiba-tiba Mbok Rondo teringat akan janjinya pada si raksasa pemberi biji
mentimun. Cepat-cepat ia menyuruh Timun Emas bersembunyi di kolong tempat tidur.

“Hai, Mbok Rondo, keluarlah! Aku datang untuk menagih janji,” kata raksasa itu.

Mbok Rondo berpikir keras bagaimana cara mengakali si raksasa. Dengan mengumpulkan
segenap keberanian yang dimilikinya, Mbok Rondo keluar menemui si raksasa.

“Aku tahu, kedatanganmu kemari untuk mengambil Timun Emas. Berilah aku waktu dua
tahun lagi. Kalau Timun Emas aku berikan sekarang, tentu kurang lezat untuk disantap,” ujar
Mbok Rondo mencari-cari alasan.

“Benar juga. Baiklah, dua tahun lagi aku akan datang. Kalau bohong, kamu akan ku telan
mentah-mentah,” ancam raksasa itu.

Sambil tertawa, raksasa itu pergi meninggalkan rumah Mbok Rondo. Mbok Rondo merasa
lega karena nyawa Timun Emas masih selamat. Setelah memastikan raksasa itu sudah pergi
jauh dari rumhnya, kemudian ia menghampiri anaknya yang masih bersembunyi di kolong
tempat tidur.

“Anakku, keluarlah. Raksasa itu sudah pergi,” kata Mbok Rondo.

“Aku tadi mendengar percakapan Ibu dengan raksasa itu. Rupanya raksasa itu menginginkan
aku,” kata Timun Emas.

7
“Benar, anakku. Tapi, Ibu tidak rela kamu menjadi santapan raksasa itu,” kata Mbok Rondo
sambil memeluk Timun Emas. Air matanya berlinang di pipi. Mbok Rondo lantas
menceritakan asal-usul Timun Emas. Timun Emas mendengarnya dengan seksama. Kini ia
mencari cara bagaimana mengalahkan si raksasa itu dua tahun yang akan datang. Dua tahun
kemudian, Timun Emas sudah dewasa. Wajahnya semakin cantik. Kulitnya kuning langsat.
Tapi Mbok Rondo cemas jika teringat akan janjinya kepada si raksasa. Ia terlalu sayang
dengan Timun Emas. Tidak mungkin ia akan menyerahkan Timun Emas menjadi makanan
raksasa itu. Kemudian pada suatu malam, ketika Mbok Rondo sedang tidur, ia mendengar
suara gaib dalam mimpinya.

“Hai, Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada seorang
pertapa di Bukit Gandul.” Esok harinya, Mbok Rondo pergi ke Bukit Gandul sesuai saran
orang yang ada dalam mimpinya.

Sesampai di Bukit Gandul ia bertemu dengan seorang pertapa. Pertapa itu


memberikan empat bungkusan kecil yang isinya biji timun, jarum, garam, dan terasi. Mbok
Rondo menerimanya dengan rasa heran. Sang pertapa menerangkan khasiat benda-benda itu.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan perihal pemberian pertapa itu kepada Timun Emas.
“Anakku, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tak pedu takut kepada raksasa itu,
sebab kamu sudah memiliki penangkalnya. Berdoalah selalu supaya Tuhan
menyelamatkanmu,” kata Mbok Rondo.

“Iya Ibu,” jawab Timun Emas.

Ketika Mbok Rondo sedang menjahit baju untuk Timun Emas, tiba-tiba bumi berguncang
pertanda raksasa datang.

“Hahaha… Mana Timun Emas! Ayo, cepat serahkan dia padaku. Aku sudah sangat lapar!”
kata raksasa dengan suara menggelegar.

“Baiklah. Akan kubawa dia keluar,” kata Mbok Rondo. la segera masuk ke rumah.
Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa, kemudian diberikan kepada Timun Emas.

“Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum raksasa itu
menangkapmu,” kata Mbok Rondo dengan suara cepat.

“Baiklah, Mbok,” Timun Emas segera berlari lewat pintu belakang.

Mbok Rondo segera kembali menemui raksasa yang sudah menunggunya di depan rumah.

“Mbok Rondo, mana Timun Emas?” suara raksasa itu terdengar tidak sabar.

“Maafkan aku, Raksasa. Timun Emas ternyata sudah pergi.” Jawab Mbok Rondo menahan
takut.

8
“Apa kau bilang?” geram raksasa itu menjawabnya.

Raksasa kecewa karena Timun Emas sudah pergi. Namun berkat kesaktiannya,
raksasa itu dapat melihat Timun Emas yang sedang melarikan diri menjauhi rumahnya.
Tanpa berkata-kata lagi, si raksasa langsung mengejar Timun Emas.

“Walau kau lari ke ujung dunia, aku pasti dapat mengejarmu,” teriak si raksasa.

Timun Emas mengandalkan kekuatan tubuhnya untuk terus berlari. Tapi karena terus
menerus berlari, Timun Emas mulai kelelahan. Dalam keadaan terdesak, Timun Emas
teringat akan bungkusan pemberian sang pertapa. Cepat ia taburkannya biji mentimun
disekitarnya. Sungguh ajaib. Mentimun itu langsung tumbuh dengan lebat. Buahnya besar-
besar. Raksasa itu berhenti ketika melihat buah mentimun terhampar di hadapannya. Ia
tergoda untuk memakannya. Dengan rakus ia segera melahap buah yang ada, sampai tak satu
pun tersisa. “Ha.., ha… ha… buah mentimun ini dapat menambah tenaga,” kata si raksasa.
Setelah kenyang, raksasa itu kembali mengejar Timun Emas. Pada saat itu juga, Timun Emas
membuka bungkusan dan menaburkan jarum ke tanah. Sungguh ajaib! Jarum jarum itu
berubah menjadi hutan bambu yang lebat. Raksasa itu berusaha menembusnya. Namun tubuh
dan kakinya terasa sakit karena tergores dan tertusuk bambu yang patah. Raksasa itu pantang
menyerah dan berhasil melewati hutan bambu itu sambil terus mengejar Timun Emas.
Kekuatan tubuhnya sangat hebat sehingga ia tidak merasa lelah.

“Hai, Timun Emas, jangan harap kamu bisa lolos dariku!” seru si raksasa sambil
membungkuk untuk menangkap timun Emas.

Dengan sigap, Timun Emas melompat ke samping dan berkelit menghindar.

“Oh, hampir saja aku tertangkap,” Timun Emas terengah-engah. Keringat mulai membasahi
tubuhnya. la ingat pada bungkusan pemberian pertapa yang tinggal dua itu. Isinya garam dan
terasi. la segera membuka tali pengikat bungkusan garam. Garam itu ditaburkan ke arah si
raksasa. Seketika butiran garam itu berubah menjadi lautan. Raksasa itu sangat terkejut,
karena tiba-tiba tubuhnya tercebur ke dalam laut. Tapi, berkat kesaktiannya, ia berhasil
berenang ke tepi. Ia kembali mengejar Timun Emas yang semakin menjauh darinya. Merasa
dipermainkan, kemarahan raksasa itu semakin memuncak.

“Bocah kurang ajar! Kalau tertangkap, akan kutelan kau hidup-hidup!” ujarnya.

Timun Emas semakin khawatir karena raksasa itu berhasil melewati lautan yang
sangat luas itu. Akan tetapi, ia tidak putus asa. la terus berlari meskipun sudah kelelahan.
Raksasa itu terus mengejar. Timun Emas melemparkan isi bungkusan yang terakhir. Terasi
itu langsung dilemparkan ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih. Raksasa itu terkejut sekali. Dalam sekejap, tubuhnya ditelan lautan lumpur.
Dengan segala upaya, ia berusaha menyelamatkan diri dari lumpur panas. Ia meronta-ronta.
Tapi, usahanya sia-sia. Tubuhnya pelan-pelan tenggelam ke dasar lautan lumpur mendidih.

9
“Timun Emas, tolonglah aku! Aku berjanji tidak akan memakanmu,” raksasa itu meminta
belas kasihan.

Tapi lumpur panas itu menelan tubuh si raksasa. Kini Timun Emas bisa bernapas lega
karena selamat dari bahaya maut. la segera berjalan ke arah rumahnya. Ia sangat merindukan
ibunya itu. Di kejauhan tampak Mbok Rondo berlari menyambut kedatangan Timun Emas.
Kiranya wanita itu sangat mengkhawatirkan keselamatan anaknya.

“Syukurlah anakku, ternyata Tuhan masih melindungimu.” kata Mbok Rondo setelah
keduanya saling mendekat. Mereka berpelukan dengan rasa haru dan bahagia. Kini Mbok
Rondo dan Timun Emas dapat hidup bahagia tanpa takut gangguan raksasa.

2.4 Nilai Moral dalam Karya Sastra

Moral berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari mos, yang berarti adat
kebiasaan (Bakry, 1992: 70). Dalam KBBI (1990: 592), moral menyaran pada pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; akhlak, budi pekerti.

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang
bersangkutan, pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang ingin disampaikan
kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1998: 321),
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan
oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan
sopan santun pergaulan. Petunjuk itu bersifat praktis karena dapat ditemukan dan dilihat
modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana yang ada dalam cerita lewat sikap dan
tingkah laku para tokohnya.

Nilai moral dalam karya sastra yang ditawarkan pengarang dalam berbagai jenis dan
wujudnya tersebut dapat disampaikan oleh pengarang secara langsung atau tidak secara
langsung. Bentuk penyampaian pesan secara langsung, dikatakan oleh Nurgiyantoro (1998:
335) dengan memakai teknik uraian; pengarang mendeskripsikan perwatakan tokoh atau
tokoh-tokoh cerita yang bersifat “memberi tahu” atau memudahkan pembaca untuk
memahaminya. Sementara itu, bentuk penyampaian pesan secara tidak langsung adalah jika
pesan moral yang disampaikan pengarang itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara
koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain (Nurgiyantoro, 1998: 339); pengarang tidak

10
menyampaikan pesannya secara jelas atau vulgar. Jenis dan wujud nilai moral dalam karya
sastra sangat beragam. Hal ini tergantung pada keinginan, keyakinan, dan interes
pengarangnya sehingga jenis dan wujud nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup seluruh
persoalan hidup dan kehidupan; baik moral tentang hubungan manusia dengan Tuhannya,
hubungan manusia dengan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan lingkungan
alamnya (Nurgiyantoro, 1998: 323- 324).

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Nilai Moral yang Terkandung dalam Buku Pengayaaan Legenda Timun Mas

Terdapat nilai moral yang terkandung dalam buku pengayaan “cerita rakyat timun
mas” y dan bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

a) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” jika kita sebagai
manusia janganlah menjadi seorang yang pamrih, haruslah menjadi seorang yang
ikhlas dan lapang dada dalam menolong orang lain. Apabila pamrih dalam menolong
orang lain yang nanti masa yang akan datang kita akan susah sendiri. Hal ini
dibuktikan dengan raksasa mengabulkan keinginan mbok rondo yang ingin memiliki
anak tetapi raksasa tersebut meminta balasan yaitu mbok rondo harus menyerahkan
timun mas yang sudah dewasa untuk dijadikan santapan raksasa
b) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” yaitu kita wajib taat
beribadah dan percaya dengan kekuasaan Tuhan itu benar adanya, hal ini dibuktikan
dengan seorang mbok rondo selalu berdoa dan berpuasa untuk anaknya si timun mas
yang sedang di incar oleh raksasa sakti agar diberi keselamatan oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa.
c) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” kita sebagai manusia
harus saling menyayangi, tidak ada kebencian kepada keluarga, tidak ada rasa dendam
kepada keluarga.
d) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” kita harus berbuat
kebaikan kepada sesama manusia, kebaikan akan selalu menang dari kejahatan.
e) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” disini kita sebagai
manusia selalu tegar, tetap berusaha dan jangan menyerah. Hal ini bisa dilihat bahwa
perjuangan seorang mbok rondo yang pantang menyerah menghadapi masalah yang
dihadapinya yaitu mbok rondo tidak rela raksasa mengambil timun mas dengan cara
mbok rondo berdoa lalu meminta bantuan kepada seorang pertapa yang sangat jauh
dari rumah mbok rondo yaitu di bukit gundul dan seorang petapa tersebut
memberikan penangkal kepada mbok rondo untuk dijadikan bekal timun mas pada
saat raksasa ingin menangkap timun mas.

12
f) Nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat “timun mas” yaitu kita sebagai
manusia jangan pernah membuat perjanjian yang jika kita tidak bisa menepatinya
walaupun untuk kesenangan sesaat. Hal ini bisa dilihat bahwa mbok rondo telah
berjanji dengan raksasa jika anaknya sudah berumur enam belas tahun, mbok rondo
akan menyerahkan kepada raksasa tersebut. Tetapi setelah berumur 16 tahun usia
anak tersebut, raksasa mendatangi mbok rondo untuk menagih janji. Akan tetapi,
mbok rondo meminta waktu 2 tahun lagi untuk menyerahkannya kepada raksasa dan
raksasa tersebut menyetujuinya. Setelah 2 tahun berlalu, ternyata mbok rondo tidak
menepati janjinya menyerahkan anaknya kepada raksasa.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Buku pengayaan merupakan jenis buku yang digunakan dalam aktifitas belajar dan
mengajar, prinsipnya semua buku dapat digunakan untuk bahan kajian pembelajaran. Dalam
buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan, dan memperkaya
kemampuan siswa. Berdasarkan pembahasan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa jenis
cerita rakyat (legenda) bisa membentuk nilai moral dengan melalui pesan moral yang telah
disampaikan oleh penulis. Seperti cerita legenda timun terdapat nilai moral yang dapat
diambil dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan di lingkungan terutama bagi siswa.

4.2 Saran

Kita sebagai pendidik harus menyediakan berbagai buku pengayaan untuk


mendukung buku ajar dalam proses pembelajaran, harus mengajarkan dan membentuk moral
siswa dalam hal kebaikan dari amanat yang telah disampaikan di dalam cerita tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/5662/5/5_bab2.pdf

http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2009/04/Permen-No.-2-tahun-2008-Buku-
08.pdf

http://www.irmaindriani.com/2018/01/mengenal-5-fungsi-buku-pengayaan-sekolah.html

Artikel E-Journal. Suryani, Tikah. Analisis nilai-nilai moral kumpulan cerita rakyat nusantara
edis.

http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/bahasa/article/view/833

Rahimsyah, MB. 2010. Timun Mas dan Raksasa. Bintang Usaha Jaya, Surabaya.

15

Anda mungkin juga menyukai