Anda di halaman 1dari 225

PT PLN (PERSERO) WILAYAH PAPUA & PAPUA BARAT

SEKTOR PEMBANGKITAN JAYAPURA

Jalan Jend. A. Yani No.18 – Jayapura


Telepon Hunting : (0967) 533891 – 53398 Facsimile : (0967)537445

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PEKERJAAN :

Pembangunan Rumah Singgah Operator PT. PLN (Persero) Sektor Papua dan
Papua Barat.

Lokasi :

PLTA Orya, Genyem – Jayapura


SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
DAFTAR ISI
.

DAFTAR ISI :

DIVISI 1. UMUM……………………………………………………… hal. 1 - 36


DIVISI 2. PEK. TANAH……………………………………………… hal. 1 - 19
DIVISI 3. PEK. BETON ……………………………………………. hal. 1 - 32
DIVISI 4. PEK. BAJA………………………………………………... hal. 1 - 13
DIVISI 5. PEK. PASANGAN……………………………………….. hal. 1 - 19
DIVISI 6. PEK. PINTU DAN JENDELA……………………….... hal. 1 - 7
DIVISI 7. PEK. PELAPIS LANTAI DAN DINDING………….. hal. 1 - 19
DIVISI 8. PEK ATAP, LANGIT-LANGIT DAN DINDING…. hal. 1 - 8
DIVISI 9. PEK. PENGECATAN……………………………………. hal. 1 - 6
DIVISI 10. PEK. SANITAIR………………………………………….. hal. 1 - 4
DIVISI 11. PEK. ELEKTRIKAL…………………………………….... hal. 1 - 27
DIVISI 12. PEK. ELEKTRONIK……………………………………... hal. 1 - 5
DIVISI 13. PEK. MEKANIKAL……………………………………..... hal. 1 - 21
DIVISI 14. PEK. LANDSCAPE ………………………………………. hal. 1 - 6

DAFTAR ISI
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

DIVISI I
UMUM

SEKSI 1.1
RINGKASAN PEKERJAAN

1.1.1. KONDISI SITE

1) Lokasi PLTA Orya, Genyem, Jayapura, , Propinsi Papua.


2) Kondisi Umum Site :
Luas Property Site ± ........ M2, sedang luas area lantai Dasar ...... m2
keseluruhan mencapai ± ......... m2.
3) Muka Lantai Dasar direncanakan 60 cm dari tanah asal dengan penataan
landscape disekitarnya.
4) Batas-batas Site : disebelah Selatan : Area ...............; disebelah
...........................; disebelah Utara : ..................’ dan ...................
5) Sebagai Informasi awal Lihat Gambar Site Mapping (Gbr. No. SM.01 )

1.1.2. CAKUPAN PEKERJAAN


1) Cakupan pekerjaan dari Kontrak ini meliputi pekerjaan pembangunan Sub
Struktur, Super Struktur & Upper Struktur; Pekerjaan Arsitektur; Mekanikal,
Elektrikal dan Plumbing; Pekerjaan Luar (External Work); Site Work &
Landscape.
2) Pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam Spesifikasi ini dibagi atas 5 (Lima)
Kelompok Pekerjaan yaitu : 1) Pekerjaan Persiapan dan Akhir serta testing
Commisioning; 2) Pekerjaan Struktur; 3) Pekerjaan Arsitektur; 4) Mekanikal,
Elektrikal dan Plumbing; 5) Pekerjaan Luar (External Work); 5) Pekerjaan Site &
Landscape.
3) Cakupan Kontrak ini juga mengharuskan Kontraktor untuk melakukan survei
dan investigasi lapangan secara mendetail tentang “Site Mapping, elevasi dan
re-testing daya dukung tanah” selama periode mobilisasi agar Direksi Pekerjaan
dapat melaksanakan tinjauan terhadap Gambar-gambar Rencana (DED) yang
ada dalam Kontrak dan/atau menyelesaikan detail pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 1.1.3 dari Spesifikasi ini.

1.1.3. KLASIFIKASI PEKERJAAN KONSTRUKSI

1) Umum
Cakupan pekerjaan dari Kontrak ini meliputi Kelompok Pekerjaan yang berbeda
yaitu : 1) Pekerjaan Persiapan dan Akhir serta Commisioning; 2) Pekerjaan
Struktur; 3) Pekerjaan Arsitektur; 4) Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing; 5)
Pekerjaan Luar (External Work); 5) Pekerjaan Site & Landscape; tetapi tidak
terbatas pada salah satu atau semua klasifikasi pekerjaan yang tertera di

VI-1-1/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

bawah ini. Secara mendetail bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam


Kontrak akan diuraikan terinci dalam Daftar Bill of Quantity (BQ)

2) Pekerjaan Sipil
a) Pekerjaan Sub Struktur mencakup pekerjaan :
i.) Pekerjaan Galian Tanah dan Pondasi; Pasangan Pondasi Batu Kali dan
Struktur Pondasi Beton Bertulang serta pekerjaan pendukung lainnya
yang ditunjukkan dalam Gambar Struktur maupun Spesifikasi.
ii.) Pekerjaan Beton; Struktur Lantai dan Kolom & Ground Water Tank;
hingga memenuhi syarat-syarat fungsional dan keamanan bangunan
yang diharapkan, sesuai Gambar Sub Struktur berikut gambar-gambar
kerja selama masa konstruksi.
b) Pekerjaan Super Struktur mencakup pekerjaan :
i) Pekerjaan Super Struktur Beton Bertulang (Kolom, Balok, Plat);
Pasangan Dinding; Pekerjaan Sipil Non Struktural seperti Kolom Praktis,
Latei dan Ring; serta pekerjaan pendukung lainnya yang ditunjukkan
dalam Gambar Struktur maupun Spesifikasi.
ii) Pekerjaan Super Struktur Baja dan Atap Genteng, hingga memenuhi
syarat-syarat fungsional dan keamanan bangunan yang diharapkan,
sesuai Gambar Super Struktur berikut gambar-gambar kerja selama
masa konstruksi.
3) Pekerjaan Arsitektur mencakup pekerjaan :
a) Pekerjaan Komponen & Finishing Arsitektural Gedung Eksterior dan
Interior;
b) Pekerjaan Luar (Eksternal);
c) Pekerjaan Site & Landscape;
d) Pekerjaan Art Work dan;
e) Pekerjaan Pelengkap Lainnya.
f) Sesuai Gambar Arsitektur berikut gambar-gambar kerja selama masa
konstruksi.

4) Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing :


a) Pekerjaan Mekanikal : Air Conditioning (AC); Pompa Fire Extinguiser
(Tabung Pemadam Kebakaran); dan Power Supply.
b) Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat : Gardu/Transfomator & Cubical; Panel-
panel; Sistem Kelistrikan; Sklar & Stop Kontak; Tata lampu dan Lampu
signage.
c) Pekerjaan Elektrikal Arus Lemah : Sistem Telepon & PABX; Sound Sistem;
Master Antena; Kabel Data.
d) Pekerjaan Plumbing : Instalasi Air Bersih; Instalasi Air Kotor; Instalasi Air
Bekas.
e) Pekerjaan Pelengkap lainnya sesuai kebutuhan.
f) Sesuai dengan Gambar-Gambar M,E & Plumbing berikut gambar-gambar
kerja selama masa konstruksi.

5) Pekerjaan Persiapan dan Akhir

VI-1-2/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

a) Pekerjaan baru berupa sarana dan prasarana fisik berupa Pagar Proyek;
Pos Keamanan; Sistim Dewatering; Direksi Keet dan pekerjaan Persiapan
lainnya yang dibuat sesuai Kontrak atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Melakukan pembersihan akhir dan uji coba/commisioning sarana dan
prasarana yang telah dibuat, termasuk pemeliharaan rutin selama kurun
waktu yang ditentukan dalam Kontrak.

1.1.4. KETENTUAN REKAYASA LAPANGAN

1) Survey dan Investigasi Lapangan oleh Kontraktor


a) Selama periode mobilisasi saat dimulainya Kontrak, Kontraktor harus
melaksanakan survey lapangan meliputi pengecekan kondisi property,
elevasi lapangan dan daerah sekitarnya terkait dengan penetapan Level
Datum dan aliran drainase Lapangan. Disamping itu Kontraktor harus
melaksanakan investigasi lapangan untuk mengecek kembali setting out
bangunan.
b) Setelah pekerjaan survey dan investigasi lapangan Kontraktor harus
menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survey
dan investigasi ini kepada Direksi Pekerjaan, sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, sehingga pekerjaan fisik secara nyata dapat dilaksanakan di
lapangan.
c) Kontraktor diharuskan memasang “Bench Mark (BM)” pada lokasi tertentu
pada Site Proyek sebanyak minimal 3 (tiga) titik dan Patok Bantu BM
sebanyak minimal 3 (tiga) titik, untuk memungkinkan peninjauan kembali
rancangan atau revisi desain, pengukuran ketinggian (elevasi) bagian-bagian
proyek dan penetapan titik-titik pengukuran (setting out) yang akan
dilakukan. Bench Mark dibuat dengan patok beton 20x20 Cm diberi tanda
dengan logam kuningan, dipasang di atas tanah dan tidak mudah berubah
atau bergeser.
d) Kontraktor diharuskan memasang “PIN” semacam tanda yang sifatnya
permanen (bahan anti karat) dipasang pada setiap bagian atau sudut
bangunan sejumlah 8 (delapan) buah, PIN ini akan sangat berguna untuk
memonitor kemungkinan terjadi penurunan bangunan.
e) Kontraktor harus menyediakan semua peralatan (instrument), personil
pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk memeriksa penetapan titik
pengukuran (setting out) atau bagian pekerjaan lain yang relevan.

2) Peninjauan kembali Rancangan atau Revisi Desain oleh Direksi Pekerjaan


Berdasarkan hasil survey dan investigasi lapangan ini Direksi Pekerjaan akan
melakukan peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi beberapa bagian
desain dari cakupan yang dilelang. Peninjauan kembali rancangan atau revisi
desain akan mengakibatkan diterbitkannya Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang)
kepada Kontraktor, meliputi perkiraan kuantitas untuk setiap mata
pembayaran, bersama dengan jadual yang mendetail dari semua pekerjaan
dalam cakupan Kontrak.

VI-1-3/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1.1.5. PEMBAYARAN PEKERJAAN

1) Kontraktor harus melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan detail yang diberikan


dalam Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, di mana sebagian besar pekerjaan akan
dibayar menurut sistem “Lump sum Price” atau cara lain yang disepakati pada
saat negosiasi. Pembayaran kepada Kontraktor harus dilakukan berdasarkan
kuantitas aktual yang diukur pada masing-masing Mata Pembayaran dalam
Kontrak yang telah dilaksanakan sesuai dengan Seksi yang berkaitan dengan
Spesifikasi ini, baik cara pengukuran maupun pembayarannya. Pembayaran
juga akan dilakukan berdasarkan pengukuran Lump sum untuk mata
pembayaran Pekerjaan yang diperintahkan atas dasar Pekerjaan Harian bila
diperlukan.
2) Pembayaran yang diberikan kepada Kontraktor harus mencakup kompensasi
penuh untuk seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pekerja, bahan, peralatan
konstruksi, pengorganisasian pekerjaan, biaya tak terduga, keuntungan,
retribusi, pajak-pajak kecuali PPN, iuran, pengamanan pekerjaan yang telah
selesai dikerjakan, pembayaran kepada pihak ketiga untuk sewa atau
penggunaan atas tanah atau untuk kerusakan bangunan, maupun untuk semua
biaya pekerjaan tambah yang tidak dibayar secara terpisah, seperti pembuatan
drainase sementara untuk melindungi pekerjaan selama pelaksanaan,
pengangkutan, perkakas, penyangga, pembuatan tempat kerja, pembuatan
tanda/level datum, dan lain-lain biaya yang diperlukan atau lazim dipakai untuk
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sebagaimana mestinya.

SEKSI 1.2
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1.2.1. UMUM

1) Uraian
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan
secara umum harus memenuhi berikut :
a) Ketentuan hal-hal Mobilisasi untuk semua Kontrak
i) Penyewaan sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp
Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.

VI-1-4/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

ii) Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintendant) yang memenuhi


jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya.
iii) Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak.
iv) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan
yang tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat
pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak
ini.
v) Penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur dan tempat kerja Kontraktor
di lapangan, jika perlu termasuk kantor lapangan.
b) Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu
Bilamana penyediaan suatu laboratorium lapangan atau peralatan
laboratorium tidak secara khusus dinyatakan sebagai bagian dari cakupan
pemasokan dalam Kontrak ini seperti yang disebutkan dalam Data Kontrak,
maka fasilitas pengendalian mutu, jika perlu termasuk fasilitas atau
pelayanan laboratorium seperti yang disyaratkan untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan pengendalian mutu dari Spesifikasi ini harus dipasok
melalui Laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c) Kegiatan Demobilisasi untuk semua Kontrak
Pembongkaran tempat kerja oleh Kontraktor pada saat akhir Kontrak,
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari
tanah Pemilik dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi yang
diharapkan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Syarat-syarat Umum & Khusus Kontrak : Pasal-pasal yang berkaitan
b) Kantor Lapangan dan Fasilitasnya : Seksi 1.3
c) Ketentuan Rekayasa Lapangan : Seksi 1.1.3
d) Jadual Pelaksanaan : Seksi 1.7
e) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.13
3) Periode Mobilisasi
a) Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar dalam Pasal 1.2.1.(1)
harus diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 28 (dua puluh
delapan) hari terhitung mulai Tanggal Mulai Kerja.
b) Bilamana Kontraktor gagal menyelesaikan mobilisasi Fasilitas dan Pelayanan
Pengendalian Mutu seperti yang diuraikan di atas, maka Kontraktor
akan dikenakan pengurangan sejumlah pembayaran seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 1.2.2.(2), Kontraktor juga akan dikenakan seluruh
biaya aktual ditambah 10% (sepuluh persen) untuk semua fasilitas dan
pelayanan pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan atau
pihak lainnya atas perintah Direksi Pekerjaan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja

VI-1-5/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, suatu program


mobilisasi menurut detail dan waktu yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.2 dari
Spesifikasi ini.
b) Bilamana perkuatan gorong-gorong lama atau pembuatan jembatan darurat
atau pembuatan timbunan darurat pada jalan yang berdekatan dengan
proyek, diperlukan untuk memperlancar pengangkutan peralatan, instalasi
atau bahan milik Kontraktor, detail pekerjaan darurat ini juga harus
diserahkan bersama dengan program mobilisasi sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini.

1.2.2. PROGRAM MOBILISASI

1) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Penandatangan Kontrak, Kontraktor harus


melaksanakan Rapat Pra-Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri
Pemilik/Pemberi Tugas, Tim Pengendali & Pengawas Pembangunan Daerah
(TP2D),Direksi Pekerjaan, Konsultan Perencana dan Kontraktor untuk
membahas semua hal, baik yang menyangkut teknis maupun yang non teknis
dalam proyek ini.

2) Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah Rapat Pra-Pelaksanaan, Kontraktor


harus menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program perbaikan jalan
masuk ke Site bila ada) dan Jadual Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.

3) Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi


yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.(1) dan harus mencakup informasi
tambahan berikut :

a) Lokasi base camp Kontraktor dengan denah lokasi umum dan denah detail di
lapangan yang menunjukkan lokasi kantor Kontraktor, bengkel, gudang,
Mesin-mesin, fasilitas dan utilitas pendukungnya bila memungkinkan dibuat
dalam Site.
b) Jadual pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua
peralatan yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan dalam
Penawaran, bersama dengan usulan cara pengangkutan dan jadual
kedatangan peralatan di lapangan.
c) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam
Penawaran harus memperoleh persetujuan dari Direski Pekerjaan.
d) Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan
agar aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan
jadual tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur .
e) Suatu jadual kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart)
yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva “S”
kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.

1.2.3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran

VI-1-6/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan atas


dasar jadual kemajuan mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui seperti yang
diuraikan dalam Pasal 1.2.2.(2) di atas.

2) Dasar Pembayaran
Mobilisasi harus dibayar atas dasar lump sum menurut jadual pembayaran
yang diberikan di bawah, dimana pembayaran tersebut merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, dan untuk semua
pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal 1.2.1.(1) dari Spesifikasi
ini. Walaupun demikian Direksi Pekerjaan dapat setiap saat selama
pelaksanaan pekerjaan, memerintahkan Kontraktor untuk menambah peralatan
yang dianggap perlu tanpa menyebabkan perubahan harga lump sum untuk
Mobilisasi dan Demobilisasi.

3) Pembayaran biaya lump sum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai
berikut:
50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi 50 % selesai, dan pelayanan atau
fasilitas lainnya telah lengkap dimobilisasi.
20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
30 % (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai dilaksanakan.
Bilamana Kontraktor tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan salah satu
dari kedua batas waktu yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.(3) maka jumlah
yang disahkan Direksi Pekerjaan untuk pembayaran adalah persentase
angsuran penuh dari harga lump sum.
Mobilisasi dan Demobilisasi dikurangi sejumlah dari 1% (satu persen) nilai
angsuran untuk setiap keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai
maksimum 50 (lima puluh) hari.

SEKSI 1.3
KANTOR LAPANGAN DAN FASILITASNYA

1.3.1. UMUM

1) Uraian Pekerjaan
Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan, memasang,
memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya Kontrak harus
memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-
gudang penyimpanan, barak-barak pekerja dan bengkel-bengkel yang
dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Mobilisasi dan Demobilisasi : Seksi 1.2.


b) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.6.
c) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.13.

VI-1-7/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

3) Ketentuan Umum
a) Kontraktor harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun
Daerah.
b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan pada suatu Lokasi dan Denah
Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program
Mobilisasi seperti dirinci dalam Pasal 1.2.2.(2), di mana penempatannya
harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Bangunan untuk Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa,
sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan dan
lingkungan sekitar.
d) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik,
tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya
(bebas banjir).
e) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang
cocok, sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami
kerusakan.
f) Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat lain atau dirakit
dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
g) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas pondasi yang
mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.
h) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan harus
baru dan memenuhi syarat dapat berfungsi sesuai dengan maksud
pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku.
i) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan
diratakan sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan
air, diberi pagar keliling, dan dilengkapi minimum dengan jalan masuk dari
kerikil serta tempat parkir.
j) Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K
yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang dan bengkel.

1.3.2. KANTOR KONTRAKTOR DAN FASILITASNYA

1) Umum
Kontraktor harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang memadai
dan memenuhi kebutuhan proyek sesuai Seksi dari Spesifikasi ini.

2) Ukuran
Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Kontraktor dan
harus menyediakan sebuah ruangan yang memadai digunakan untuk rapat
kemajuan pekerjaan.

VI-1-8/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

3) Alat Komunikasi
Kontraktor harus menyediakan saluran langsung berupa telepon atau radio.
Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau tidak
dapat disediakan dalam periode mobilisasi. maka Kontraktor harus
menyediakan suatu sistem komunikasi 2 arah (2-way) sejenis Telepon Flexi/HT
dan dapat diandalkan antara kantor Pemilik/Pemberi Tugas dan titik terjauh di
lapangan. Sistem komunikasi ini harus paling sedikit mempunyai 2 (dua) line
yang mampu untuk mengirim dan menerima pesan secara lisan dan tertulis,
dipasang dan digunakan sesuai dengan petunjuk dari Direksi Pekerjaan.
4) Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan Dokumentasi
Proyek
Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 12 orang
Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek
secara vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan
ruang rapat.

1.3.3. BENGKEL DAN GUDANG KONTRAKTOR


1) Kontraktor harus menyediakan sebuah bengkel di dekat lokasi proyek yang
diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik,
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan Pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan suku cadang juga
harus disediakan.
2) Bengkel tersebut harus dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu
melakukan perbaikan mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang
terlatih.

1.3.4. KANTOR DIREKSI PEKERJAAN DAN FASILITASNYA


1) Umum
Kontraktor harus menyediakan Ruang Kerja/Kantor Direksi Pekerjaan dan
fasilitas lainnya yang memadai dan memenuhi kebutuhan proyek sesuai Seksi
dari Spesifikasi ini.
2) Ukuran
Ukuran kantor, fasilitas telekomunikasi dan perlengkapannya sesuai untuk
kebutuhan umum Direksi.
3) Alat Komunikasi
Kontraktor harus menyediakan alat komunikasi saluran langsung 2 arah (2-
way) sejenis HT dan dapat diandalkan antara kantor Pemilik/Pemberi Tugas
dan titik terjauh di lapangan. Sistem komunikasi ini harus paling sedikit
mempunyai 2 (dua) line yang mampu untuk mengirim dan menerima pesan
secara lisan, dipasang dan digunakan sesuai dengan petunjuk dari Direksi
Pekerjaan.

1.3.5. AKOMODASI PARA PEKERJA

VI-1-9/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1) Umum
Kontraktor tidak diperkenankan membangun akomodasi penginapan para
pekerjanya dilapangan pada site proyek untuk keamanan proyek. Untuk itu
Kontraktor dapat mengupayakan dengan menyewa lahan di sekitar site proyek
atau pada daerah yang belum terbangun dan atas persetujuan/Ijin tertulis dari
Direksi Pekerjaan .
2) Lingkungan Akomodasi
Akomodasi yang disediakan oleh Kontraktor harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan tampak tidak kumuh. Di dalam fasilitas akomodasi para pekerja
harus disediakan fasilitas MCK dan air bersih secukupnya, penerangan listrik,
dan fasilitas lain yang dianggap perlu.

1.3.6. PAGAR PENGAMAN PROYEK


1) Pagar pengaman proyek yang termasuk Kontrak dibuat sekeliling Site proyek
lengkap dengan Pos Jaga dan 1 Unit Pintu Masuk.
2) Bahan pagar terbuat dari Seng Gelombang BJLS 19, rangka kayu Klas III,
difinishing cat tembok setara produk Decolite, warna ditentukan kemudian.

1.3.7. TATA TERTIB DILAPANGAN


1) Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban di Lapangan
a) Setelah Kontraktor mendapat batas-batas daerah kerja dan pelimpahan
lapangan kerja, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang ada di lapangan dan sekitarnya.
b) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas terjadinya gangguan lingkungan
yang diakibatkan oleh keberadaan para pekerjanya di sekitar proyek. Setiap
pekerja yang dipergunakan dalam proyek harus memiliki identitas lengkap,
tercatat, memiliki tanda pengenal serta dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan
dan Aparat yang berwenang setempat.
c) Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Kontraktor harus
mengkoordinir para pekerjanya untuk tidak berkeliaran di luar proyek,
mengotori, merusak ataupun hal-hal lainnya yang merugikan atau
mengganggu pihak lain.
d) Apabila terjadi kerusakan, kehilangan, dan kerugian pihak lain akibat ulah
para pekerja proyek Kontraktor harus mengganti kerusakan, kehilangan,
dan kerugian pihak lain tersebut atas biaya sendiri.
e) Terhadap segala gangguan keamanan proyek, Kontraktor harus segera
melaporkan kejadiannya kepada Direksi Pekerjaan dan Aparat Keamanan
setempat.
f) Untuk menjaga keamanan proyek dan lingkungan Kontraktor wajib
mengadakan “Satuan Pengamanan” proyek dan lingkungan akomodasi para
pekerja.

2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a) Kontraktor wajib memperhatikan kesehatan dan keselamatan karyawan dan
pekerjanya di kawasan proyek sesuai dengan Undang-Undang Keselamatan
Kerja.
VI-1-10/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

b) Kecelakaan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung menjadi tanggung


jawab Kontraktor dan Kontraktor harus segera mengambil tindakan
seperlunya demi keselamatan si korban
c) Kontraktor berkewajiban menyediakan Kotak P3K, alat-alat pemadam
kebakaran, dan perlengkapan keamanan kerja yang memadai.

3) Jam Kerja Proyek


Untuk menjaga ketertiban/keamanan proyek, Jam Kerja Normal
ditetapkan sbb :
a) Jam : 08.00 s.d. 17.00 WITA untuk setiap hari kerja.
b) Jika Kontraktor menghendaki Jam Kerja lain, harus terlebih dahulu
memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuannya.

1.3.8. PENGADAAN AIR KERJA DAN SUMBER DAYA LISTRIK


1) Pengadaan air kerja yang memenuhi syarat-syarat konstruksi sesuai standar
merupakan tanggung jawab Kontraktor. Sebagai sumber air kerja dapat
memanfaatkan Air PDAM Existing atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Demikian
pula sumber daya Listrik dapat memanfaatkan jaringan listrik terdekat/
eksisting.
2) Semua biaya yang diperlukan untuk Air Kerja dan Daya Listrik ditanggung oleh
Kontraktor.

1.3.9. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Bangunan yang diuraikan dalam Seksi ini akan dibayar menurut pembayaran
Lump sum untuk Kantor Lapangan dan Fasilitasnya sesuai dengan Seksi 1.2
dari Spesifikasi ini, dimana pembayaran harus dianggap kompensasi penuh
untuk pembuatan, penyediaan, pelayanan/operasional, pemeliharaan,
pembersihan dan pembongkaran semua bangunan tersebut setelah Pekerjaan
selesai.

SEKSI 1.4
PEMBAYARAN SERTIFIKAT BULANAN

1.4.1. UMUM
1) Uraian
Seksi ini merinci ketentuan dan prosedur untuk pelaksanaan pembayaran
bulanan sementara secara teratur melalui usulan Sertifikat Bulanan yang harus
disiapkan dan diajukan oleh Kontraktor, diperiksa dan dievaluasi oleh Tim
Direksi Pekerjaan disahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan seksi lain yang berkaitan dengan seksi ini
a) Syarat-syarat kontrak (Bab III dari Dokumen Kontrak ) : Pasal-pasal yang
berkaitan

VI-1-11/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

b) Prosedur variasi
c) Penutupan kontrak
d) Pasal-pasal yang berkaitan dengan pengukuran dan pembayaran untuk
setiap Seksi dalam Spesifikasi ini.

3) Pengajuan kesiapan Kerja


Usulan sertifikat bulanan harus diserahkan pada setiap bulan dari periode
pelaksanaan.
Kontraktor harus bertanggungjawab penuh untuk penyiapan dan pengajuan
setiap usulan Sertifikat Bulanan, dan harus mengikuti ketentuan berikut :
a) Usulan Sertifikat Bulanan harus disiapkan menurut formulir yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan.
b) Usulan Sertifikat Bulanan harus dilengkapi dengan dokumen pendukung
yang cukup, pengajuan tersebut lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan, agar Direksi Pekerjaan dapat mengesahkan
pelaksanaan pembayaran dalam batas waktu sesuai dengan syarat-syarat
kontrak dan spesifikasi ini
c) Usulan sertifikat bulanan yang sudah dilengkapi dengan dokumen
pendukung harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sesuai dengan
waktu yang disyaratkan di bawah ini
d) Bilamana kontraktor gagal menyiapkan data pendukung yang dapat
diterima Direksi Pekerjaan, atau dengan perkataan lain terlambat
menyerahkan, maka tanggal pelaksanaan pembayaran dapat diundurkan
dan pemilik tidak bertanggungjawab atas keterlambatan ini

1.4.2. PENYIAPAN DAN PENYERAHAN


1) Waktu
Setiap usulan Sertifikat Bulanan harus diberi tanggal menurut tanggal terakhir
dari bulan kalender, tetapi jumlah tuntutan penagihan ( claim) harus didasarkan
atas nilai yang sudah diselesaikan sampai hari kedua puluh lima pada periode
bulan yang bersangkutan. Usulan Sertifikat Bulanan yang telah disiapkan itu
harus dikirimkan kepada Direksi Pekerjaan paling lambat pada hari terakhir dari
setiap bulan kalender.
2) Isi
a) Usulan Sertifikat Bulanan harus merangkum ringkasan nilai semua jenis
pekerjaan yang telah diselesaikan menurut masing – masing Divisi dari
spesifikasi ini terhitung sejak tanggal awal kontrak, dan juga harus
menunjukkan persentase pekerjaan yang telah diselesaikan dari setiap
Divisi sebagai nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap jumlah harga
kontrak dari masing-masing Divisi yang bersangkutan. Jumlah kotor usulan
Sertifikat Bulanan yang diperoleh harus dihitung dari jumlah nilai pekerjaan
yang telah diselesaikan dari masing-masing Divisi, termasuk nilai “ material
on site “ yang telah disetujui untuk dibayar atau tidak dibayar dan juga
setiap pekerjaan tambah yang telah disahkan melalui variasi.
b) Nilai pekerjaan yang telah diselesaikan dari setiap Divisi sebagaimana
tercantum pada usulan Sertifikat Bulanan harus didukung penuh dengan
lampiran dokumentasi yang menunjukkan bagaimana setiap nilai itu

VI-1-12/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

dihitung. Perhitungan yang demikian akan mencakup hal-hal berikut ini


tetapi tidak terbatas pada :
i) Berita acara pengukuran kuantitas dan harga satuan mata pembayaran
menurut kontrak yang dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga
ii) Pencantuman setiap pekerjaan yang dilaksanakan menurut suatu variasi
yang sah, dimana harga satuan baru atau alternatif jumlah pembayaran
yang telah diterapkan untuk pekerjaan yang dimaksud dalam Divisi
yang bersangkutan.
c) Selembar atau lebih ringkasan yang terpisah dan menunjukkan status
berikut ini harus dilampirkan dalam usulan sertifikat bulanan :
Uang muka dan pengembalian uang muka
Uang yang ditahan (Retention money)
Variasi yang diminta dan usulan cara pembayaran (jika ada )
Variasi tuntutan penagihan ( klaim, jika ada )
PPN ( pajak pertambahan nilai )
d) Bilamana kontraktor telah mengajukan usulan pembayaran terpisah pada
suatu seksi atau bagian pekerjaan yang telah diselesaikan, maka baik
usulan sertifikat bulanan maupun dokumen pendukungnya harus memuat
perhitungan yang menunjukkan nilai pekerjaan yang telah diselesaikan

3) Data Pendukung lainnya


Kontraktor harus memelihara semua arsip pengukuran yang sudah disetujui
beserta data pendukung lainnya dan harus mengupayakan semua arsip ini
tersedia setiap saat jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan dan Wakil Direksi
Pekerjaan untuk memeriksa ulang perhitungan kuantitas kontraktor dalam
usulan Sertifikat Bulanan. Cara perhitungan yang digunakan untuk menentukan
kuantitas untuk pembayaran harus benar-benar sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berhubungan dengan pengukuran dan pembayaran untuk tiap
Seksi dari Spesifikasi ini.

1.4.3. PENGESAHAN OLEH DIREKSI PEKERJAAN

1) Waktu
a) Direksi Pekerjaan dan/atau Wakilnya akan memeriksa detail dan
perhitungan setiap usulan Sertifikat Bulanan, kemudian Kontraktor harus
diberitahu akan persetujuan atau penolakan dalam waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal penyerahan usulan Sertifikat Bulanan tersebut
b) Tanpa memandang apakah diadakan koreksi atau tidak terhadap usulan
Sertifikat Bulanan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan
selama pemeriksaannya, setiap Sertifikat Bulanan harus dilengkapi dengan
tanda tangan dari semua pihak, dan harus siap untuk disampaikan kepada
Pemilik Proyek paling lambat hari kesepuluh bulan berikutnya

2) Koreksi terhadap usulan Sertifikat Bulanan


a) Bilamana Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa diperlukan koreksi atau
koreksi-koreksi terhadap usulan Sertifikat Bulanan :

VI-1-13/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

i) Mengembalikan usulan Sertifikat Bulanan tersebut kepada Kontraktor


untuk disetujui, disesuaikan dan diajukan kembali oleh Kontraktor
ii) Membuat usulan perubahan sebagaimana yang diperlukan untuk
memperbaiki usulan Sertifikat Bulanan tersebut dan segera
memberitahu Kontraktor secara tertulis tentang detail dan alasan usulan
perubahan tersebut
b) Bilamana kuantitas tertentu yang ditagihkan telah dimasukkan kedalam
usulan Sertifikat Bulanan oleh Kontraktor atau cara pengukuran yang
diajukan belum dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum tanggal
terakhir ( closing date ) penyerahan Sertifikat Bulanan pada Pemilik, maka
mata pembayaran tersebut tidak boleh dimasukkan dan disahkan dalam
Sertifikat Bulanan ini, tetapi dapat dimasukkan ke dalam usulan Sertifikat
Bulanan bulan berikutnya setelah diperoleh persetujuan. Persetujuan
tersebut harus didasarkan atas hasil pengukuran ulang yang dilakukan
bersama, atau melalui suatu pembuktian yang diajukan oleh Kontraktor dan
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pengesahan untuk pembayaran


Dalam batas waktu seperti ditetapkan di atas, Direksi Pekerjaan harus
menghitung jumlah netto Sertifikat Bulanan dengan cara pemotongan dari
jumlah total (gross sum) yang diusulkan oleh Kontraktor atau jumlah yang
disetujui lain atau jumlah yang telah diubah sebagaimana ditetapkan oleh
Direksi Pekerjaan dengan sejumlah yang disyaratkan dalam syarat-syarat
kontrak ( Bab III dari Dokumen kontrak ). Usulan Sertifikat Bulanan yang telah
lengkap akan disahkan untuk pembayaran oleh Direksi Pekerjaan, dan
diteruskan pada Pemilik untuk pelaksanaan proses pembayaran, dan satu
salinannya harus disampaikan kepada Kontraktor

1.4.4. PEMBAYARAN
1) Jika tidak ditentukan lain dalam surat perjanjian kerja pelaksanaan
pembangunan (kontrak) antara Pemilik dan Pemenang Lelang, maka
pembayaran angsuran harga borongan dapat ditetapkan menurut prestasi
pelaksanaan yang perinciannya akan ditentukan di dalam kontrak tersebut.
2) Prestasi yang diperhitungkan adalah prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan
di lapangan ditambah prestasi bahan yang dinilai berdasarkan urutan
pekerjaan yang siap dilaksanakan disebut material on site dapat diperhitungkan
sebagai claim pembayaran bila hal ini dimufakati dalam proses negosiasi.

SEKSI 1.5
STANDAR RUJUKAN

1.5.1. UMUM

VI-1-14/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1) Uraian
Bilamana bahan atau pekerjaan yang diisyaratkan oleh spesifikasi ini harus
memenuhi atau melebihi peraturan atau standar yang disebutkan, maka
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan bahan dan sistem
pengerjaan yang sedemikian.
Keberlakuan dokumen pelaksanaan pada hakekatnya berlaku secara terpadu,
namun secara hirarkis urutan keberlakunya : Kontrak, RKS, Dokumen Gambar,
Peraturan dan Standar, Risalah Rapat, dan Instruksi Direksi Pekerjaan. Apabila
ada perbedaan di antara Dokumen Proyek, Kontraktor wajib dan bertanggung
jawab untuk meminta kejelasan kepada Direksi Pekerjaan.
Peraturan dan standar yang disebutkan ini akan menetapkan ketentuan mutu
untuk berbagai jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, dan cara pengujian
untuk menentukan mutu yang diisyaratkan dapat dicapai.
2) Pekerjaan seksi lain yang berkaitan dengan seksi ini
a) Syarat – syarat kontrak ( Bab III dari Dokumen Kontrak ) : Pasal – pasal
yang berkaitan
b) Nama peraturan atau standar yang disebutkan dalam gambar dan dalam
Seksi lain dari Spesifikasi ini.

1.5.2. JAMINAN MUTU

1) Sewaktu Pengadaan
Dalam pengadaan seluruh jenis bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini,
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memeriksa dengan detail
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan dan standar yang
disebutkan, dan memeriksa bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini telah memenuhi atau melebihi ketentuan yang disyaratkan

2) Sewaktu Pelaksanaan
Direksi Pekerjaan berhak untuk menolak hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
ketentuan minimum yang disyaratkan. Direksi Pekerjaan juga berhak, dan
tanpa merugikan pihak lain, untuk menerima hasil pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan dengan cara mengadakan penyesuaian terhadap Harga
Satuan atau nilai pekerjaan tersebut.

3) Tanggung Jawab Kontraktor


Bilamana disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diminta secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor tetap harus bertanggung jawab untuk
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan seluruh bukti yang menyatakan bahwa
bahan atau pengerjaan, atau keduanya, memenuhi atau melebihi ketentuan
yang terdapat dalam peraturan dan standar yang disebutkan.

4) Standar

VI-1-15/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Penggunaan standar yang tercantum dalam spesifikasi ini mencakup, tetapi


tidak terbatas pada, standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan
organisasi-organisasi berikut :
SII =Standar Industri Indonesia
SNI =Standar Nasional Indonesia
AASHTO = American Association of State Highway and Transportation
Officials
ACI =American Concrete Institute
AISC =American Institute of Steel Construction
ANSI =American National Standar Institute
ASTM =American Society for Testing and Materials
AWS =American Welding Society Inc.
CRSI =Concrete Reinforcing Steel institute
NEC =National Electrical Code
BS =British Standards

5) Tanggal Penerbitan
Tanggal pada saat penerbitan Dokumen Kontrak harus diambil sebagai tanggal
penerbitan, kecuali bilamana disebutkan tanggal penerbitan tertentu maka
tanggal penerbitan tersebut harus diambil sesuai dengan standar yang
berkaitan.

SEKSI 1.6
BAHAN DAN PENYIMPANAN

1.6.1. UMUM

1) Bahan yang dipergunakan di dalam Pekerjaan harus :


a) Memenuhi spesifikasi dan Standard yang berlaku.
b) Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam
Gambar dan Seksi lain dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus
disetujui tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
c) Semua produk harus baru.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Syarat-syarat Kontrak (Bab 3 dari Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal yang
berkaitan
b) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.13

3) Contoh dan Sumber Bahan


Sebelum mengadakan pemesanan, maka Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Pekerjaan contoh bahan, bersama dengan detail lokasi sumber
bahan atau broscure/spesifikasi pabrik dan Pasal ketentuan bahan dalam
Spesifikasi yang mungkin dapat dipenuhi oleh contoh bahan, untuk
mendapatkan persetujuan

4) Persetujuan Direksi Pekerjaan

VI-1-16/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

a) Kontraktor harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi,


memilih bahan, dan mengolah bahan alami sesuai dengan Spesifikasi ini, dan
harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi yang
berhubungan dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 14 (empat belas)
hari sebelum pekerjaan pengolahan bahan dimulai, untuk mendapatkan
persetujuan. Persetujuan Direksi Pekerjaan atas sumber bahan tersebut
tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi sumber
bahan telah disetujui untuk dipakai.

b) Bilamana bahan semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan


digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut (khusus
ditujukan untuk proyek ini) harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan
persetujuan tertulis kepada Kontraktor untuk melakukan pemesanan bahan.
Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan harus diuji ulang seperti
yang diuraikan dalam Pasal 1.6.2.(3).(b) di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

1.6.2. PENGADAAN BAHAN

1) Sumber Bahan
Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan pernah
diidentifikasi serta diberikan dalam Gambar hanya merupakan bahan informasi
bagi Kontraktor. Kontraktor tetap harus bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi dan memeriksa bahan, apakah bahan tersebut cocok untuk
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

2) Variasi Mutu Bahan


Kontraktor harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi Spesifikasi.
Kontraktor harus menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak
mungkin dapat menentukan batas-batas mutu bahan dengan tepat pada
seluruh deposit, dan variasi mutu bahan harus dipandang sebagai hal yang
biasa dan sudah diperkirakan. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
Kontraktor untuk melakukan pengadaan bahan dari setiap tempat pada suatu
deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada suatu deposit yang
tidak dapat diterima. Sedangkan untuk bahan pabrikasi harus dipesan dari satu
produsen yang telah disetujui/ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

3) Persetujuan
a) Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat persetujuan
tertulis dan Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya.
Bahan tidak boleh dipergunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan
yang telah disetujui.
b) Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan
yang sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus

VI-1-17/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

ditolak, dan harus disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali
terdapat persetujuan lain dari Direksi Pekerjaan.

1.6.3 PENYIMPANAN BAHAN

1) Umum
Bahan harus disimpan sedemikian rupa (sesuai dengan anjuran
pabrik/produsen) sehingga mutunya terjamin dan terpelihara, serta siap
dipergunakan untuk pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi
Pekerjaan. Tanah dan bangunan (property) orang lain tidak boleh dipakai
sebagai tempat penyimpanan bahan tanpa ijin tertulis dari pemilik atau
penyewanya.

2) Tempat Penyimpanan di Lapangan


Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah,
bebas dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitamya.
Bahan yang langsung ditempatkan di atas tanah tidak boleh digunakan untuk
Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya
dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm
sedemikian hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan.

1.6.4. PENUMPUKAN BAHAN (STOCKPILES)

1) Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi


dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar
air yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi
sampai maksimum 3 meter atau disesuaikan dengan karakteristik bahan.
2) Penumpukan semen disesuaikan dengan jadual kedatangan bahan tersebut,
bahan yang kedatangannya paling awal harus habis terpakai terlebih dahulu
daripada yang datangnya belakangan.

1.6.5. PEMBAYARAN

1) Kontraktor harus melakukan semua pengaturan tentang pesanan bahan untuk


memperoleh bahan yang memenuhi syarat yang ditentukan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam Pekerjaan. Kontraktor
bertanggung jawab atas semua kompensasi dan restribusi yang harus
dibayarkan sehubungan dengan pengadaan bahan atau keperluan lainnya.
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk kompensasi dan
restribusi yang dibayar Kontraktor, Seluruh biaya tersebut harus sudah
dimasukkan ke dalam Harga Satuan untuk mata pembayaran yang terkait
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
2) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk membuat jalan masuk, membuang
sisa-sisa bahan dan semua biaya pelaksanaan lainnya yang diperlukan untuk
pengadaan bahan, termasuk pengembalian lapisan humus sebelum
meninggalkan daerah dan jalan masuk tersebut dalam kondisi rapi dan dapat

VI-1-18/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

diterima. Seluruh biaya tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam Harga


Satuan untuk mata pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

SEKSI 1.7
JADWAL PELAKSANAAN

1.7.1. UMUM

1) Uraian
Jadual pelaksanaan diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan sebagaimana mestinya atas pekerjaan. Jadual tersebut diperlukan
untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan pekerjaan setelah kegiatan dalam
program mobilisasi telah selesai.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Syarat-syarat Umum & Khusus Kontrak : Pasal-pasal yg berkaitan
b) Mobilisasi dan Demobilisasi : Seksi 1.2
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.1.3
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.6
e) Prosedur Variasi : Seksi l.8

3) Pengajuan
a) Kontraktor harus menyiapkan Jadual pelaksanaan dalam batas waktu 14
hari setelah Surat Penunjukan Pemenang. Jadual pelaksanaan itu harus
diserahkan dan mendapat persetujuan dan Direksi Pekerjaan, dengan detail
yang disyaratkan dalam Pasal 1.7.2 dari Spesifikasi ini, di mana detail
tersebut harus menunjukkan urutan kegiatan yang diusulkan oleh
Kontraktor dalam melaksanakan Pekerjaan.
b) Setiap bulan Kontraktor harus melengkapi Jadual Pelaksanaan untuk
menggambarkan secara akurat kemajuan pekerjaan (progress) aktual
sampai tanggal 25 pada bulan bersangkutan.
c) Kontraktor harus menyerahkan Interval Mingguan pada setiap hari Senin
pagi, Jadual kegiatan mingguan yang menunjukkan lokasi seluruh operasi
dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama minggu tersebut.
d) Jadual Pelaksanaan untuk Sub Kontraktor harus diserahkan terpisah atau
menjadi satu dalam seluruh Jadual Pelaksanaan.

1.7.2. DETAIL JADUAL PELAKSANAAN

1) Jadual Kemajuan Keuangan

VI-1-19/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Kontraktor harus membuat Jadual Kemajuan Keuangan dalam bentuk diagram


Balok Horisontal (bar chart) dan dilengkapi “Kurva S” yang menggambarkan
seluruh kemajuan pekerjaan dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dan kelompok Mata
Pembayaran yang berkaitan harus digambarkan dalam diagram balok yang
terpisah, dan harus dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-masing
kegiatan pekerjaan.
b) Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan satuan
bulan dan mingguan.
c) Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai ruangan untuk mencatat
kemajuan aktual dari setiap pekerjaan dibandingkan dengan kemajuan
rencana.
d) Kurva seluruh kemajuan pekerjaan (overall progress) harus dapat
memberikan gambaran tentang kemajuan keuangan rencana pada setiap
akhir bulan terhadap kemajuan keuangan aktual.
e) Skala dan format dari Jadual Kemajuan Keuangan harus sedemikian rupa
hingga tersedia ruangan untuk pencatatan, revisi dan pemutakhiran
mendatang. Ukuran lembar kertas minimum adalah A3.

2) Analisa Jaringan (Network Analysis)

Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan Analisa


Jaringan yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya suatu
kegiatan, sehingga dapat diperoleh suatu Jadual jalur kritis ( critical path
schedule) dan dapat diperoleh Jadual untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan
yang kritis dalam seluruh Jadual Pelaksanaan.

3) Jadual Produksi Untuk Instalasi Pencampur Ready Mix Beton dan Peralatan
Pendukung

Kontraktor harus menyediakan Jadual untuk Instalasi Pencampur Ready Mix


dan Peralatan Pendukung secara terpisah, disertai dengan suatu perhitungan
yang menunjukkan bahwa hasil produksi Instalasi Pencampur Ready Mix Beton
dapat tercapai sesuai rencana kebutuhan. Untuk Jadual Penyediaan Bahan
Kontraktor harus menyediakan Jadual yang terpisah untuk lokasi semua
sumber bahan, bersama dengan rencana tanggal penyerahan contoh-contoh
bahan dan rencana produksi bahan dan Jadual pengiriman.

1.7.3. REVISI JADUAL PELAKSANAAN

1) Waktu

Revisi semua Jadual pelaksanaan yang diuraikan pada Pasal 1.7.2 harus
dilaksanakan bilamana kemajuan keuangan aktual berbeda lebih dari 15 (lima
belas) persen dari kemajuan keuangan rencana atau bilamana terdapat
perubahan kuantitas yang menyolok setelah diterbitkannya Variasi atau
Addenda.

2) Laporan

VI-1-20/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Pada saat menyerahkan Revisi Jadual Pelaksanaan maka Kontraktor harus


melengkapi laporan ringkas yang memberikan alasan – alasan timbulnya revisi,
yang harus meliputi :
a) Uraian revisi, termasuk pengaruh pada seluruh Jadual karena adanya
perubahan cakupan, revisi dalam kuantitas atau penambahan jangka waktu
kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi Jadual.
b) Pembahasan lokasi-lokasi yang bermasalah, termasuk faktor-faktor
penghambat yang sedang berlangsung maupun yang harus diperkirakan
serta dampaknya.
c) Tindakan perbaikan yang diambil, diusulkan dan pengaruhnya.

SEKSI 1.8
PROSEDUR VARIASI

1.8.1. UMUM

1) Uraian

Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena diprakarsai baik oleh


Direksi Pekerjaan maupun oleh Kontraktor, dan harus disepakati serta
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang dituangkan dalam Variasi.
Bilamana dasar pembayaran yang dituangkan dalam Variasi tersebut
mengakibatkan variasi dalam Struktur Harga Satuan Mata Pembayaran atau
variasi dalam Jumlah Harga Kontrak, maka Variasi tersebut harus dinegosiasi
dan dituangkan dalam Addendum Kontrak.

2) Variasi dan Addenda Kontrak harus memenuhi ketentuan berikut :


a) Variasi:
Perintah tertulis yang dibuat oleh Direksi Pekerjaan dan ditandatangani pula
oleh Kontraktor, menunjukkan bahwa Kontraktor menerima perubahan-
perubahan dalam Pekerjaan atau Dokumen Kontrak, persetujuan
Kontraktor atas dasar pembayaran dan penyesuaian waktu, jika ada, untuk
pelaksanaan atas perubahan-perubahan tersebut. Variasi harus diterbitkan
dalam format standar dan harus mencakup semua perintah yang
dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan yang akan mempengaruhi perubahan
Dokumen Kontrak atau perintah sebelumnya yang telah dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Addenda:
Perjanjian tertulis antara Pemilik dan Kontraktor, yang memuat perubahan-
perubahan dalam Pekerjaan atau Dokumen Kontrak yang mengakibatkan
variasi dalam struktur Harga Satuan Mata Pembayaran atau variasi yang
diperkirakan dalam Jumlah Harga Kontrak, dan telah dinegosiasi dan
disepakati terlebih dahulu dalam Variasi. Addenda juga harus dibuat pada
saat penutupan Kontrak dan semua perubahan kontraktual atau teknis
penting lainnya tanpa memandang apakah terjadi variasi struktur Harga
Satuan atau Jumlah Harga Kontrak.

VI-1-21/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Syarat-syarat Umum & Khusus Kontrak : Pasal-pasal yang


berkaitan.
b) Pembayaran Sertifikat Bulanan : Seksi 1.4
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.1.3
d) Jadual Pelaksanaan : Seksi 1.7
e) Penutupan Kontrak : Seksi 1.10
f) Dokumen Rekaman Proyek : Seksi 1.11

4) Pengajuan
a) Pihak Kontraktor harus menunjuk secara tertulis salah seorang anggota
dalam perusahaannya untuk menerima variasi dalam Pekerjaan dan
bertanggung jawab untuk memberitahu kepada para pelaksana lainnya
tentang adanya variasi tersebut.
b) Direksi Pekerjaan akan menunjuk secara tertulis orang yang diberi
wewenang untuk mengurus prosedur Variasi atas nama Pemilik.
c) Kontraktor harus melengkapi perhitungan untuk setiap usulan pekerjaan
yang akan dibayar lump sum, dan untuk setiap Harga Satuan yang belum
ditetapkan sebelumnya dengan data pendukung yang lengkap sehingga
dapat dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan.

1.8.2. PROSEDUR AWAL VARIASI

1) Direksi Pekerjaan dapat memprakarsai Variasi dengan memberitahu secara


tertulis kepada Kontraktor, uraian berikut :
a) Uraian detail usulan perubahan dan lokasinya dalarn proyek.
b) Gambar dan Spesifikasi tambahan atau revisinya untuk melengkapi detail
usulan perubahan.
c) Perkiraan jangka waktu yang diperlukan untuk membuat usulan perubahan.
d) Baik usulan perubahan dapat dilaksanakan menurut struktur Harga Satuan
Mata Pembayaran yang ada, maupun setiap Harga Satuan baru atau
Jumlah Harga tambahan yang diperlukan harus disepakati terlebih dahulu
untuk kemudian dituangkan ke dalam Addendum Kontrak.
Pemberitahuan yang demikian hanya merupakan informasi, dan bukan sebagai
suatu perintah untuk melakukan perubahan dan juga bukan untuk
menghentikan pekerjaan yang sedang berlangsung.

2) Kontraktor dapat mengajukan permohonan perubahan dengan memberitahu


secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, uraian berikut :
a) Uraian usulan perubahan.
b) Keterangan tentang alasan untuk mengajukan perubahan.
c) Keterangan tentang pengaruh terhadap Jadual Pelaksanaan (bila ada).
d) Keterangan tentang pengaruh terhadap pekerjaan Sub Kontraktor (bila
ada).
e) Penjelasan detail baik untuk semua maupun sebagian dan usulan
perubahan akan dilaksanakan menurut struktur Harga Satuan Mata

VI-1-22/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Pembayaran yang ada, bersama dengan setiap Harga Satuan baru atau
Jumlah Harga yang dipandang Kontraktor memerlukan kesepakatan.

1.8.3. PELAKSANAAN VARIASI

1) Variasi akan didasarkan pada salah satu dari :

a) Permintaan Direksi Pekerjaan dan jawaban Kontraktor sebagaimana


disepakati bersama antara Direksi Pekerjaan dan Kontraktor, atau
b) Permohonan Kontraktor atas suatu perubahan, sebagaimana diterima
Direksi Pekerjaan

2) Direksi Pekerjaan akan menyiapkan Variasi dan memberi nomor unit Variasi
tersebut. Variasi akan menguraikan perubahan dalam Pekerjaan, baik
penambahan maupun penghapusan, dengan lampiran Dokumen Kontrak yang
direvisi seperlunya untuk mencantukan detail perubahan tersebut.

3) Variasi akan menetapkan dasar pembayaran dan setiap penyesuaian waktu


yang dibutuhkan sebagai akibat adanya perubahan tersebut, dan bilamana
diperlukan, akan menetapkan setiap Harga Satuan baru atau Jumlah Harga
tambahan yang telah dinegosiasi sebelumnya antara Direksi Pekerjaan dan
Kontraktor, yang diperlukan untuk dituangkan dalam Addendum.

4) Direksi Pekerjaan akan menandatangani dan memberi tanggal Variasi tersebut


sebagai perintah supaya Kontraktor dapat memulai melaksanaan perubahan.
Kontraktor harus menandatangani dan memberi tanggal Variasi tersebut, untuk
menunjukkan bahwa Kontraktor sepakat atas detail didalam perubahan
tersebut.

1.8.4. PELAKSANAAN ADDENDUM

1) Isi Addendum akan didasarkan pada salah satu dari hal-hal berikut:

a) Perintah Pemilik untuk melaksanakan perubahan atas Dokumen Kontrak,


atau karena;
b) Adanya perubahan kontraktual atau teknis yang penting atau; Variasi atau
Variasi-variasi yang telah ditandatangani yang berisi Harga Satuan Mata
Pembayaran baru atau Jumlah Harga tambahan, atau;
c) Karena adanya perubahan perkiraan kuantitas sebagai akibat suatu variasi
dalam Jumlah Harga Kontrak, sebagaimana yang dimasukkan ke dalam
Perjanjian Kontrak atau Addendum sebelumnya, atau;
d) Perhitungan kuantitas akhir dan Jumlah Harga Kontrak untuk Addendum
Penutup pada saat Penutupan Kontrak;

2) Direksi Pekerjaan akan menyiapkan Addendum.

a) Addendum akan menguraikan setiap perubahan kontraktual, teknis, jika


ada perubahan gambar atau rencana disain secara prinsip yang

VI-1-23/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

menyebabkan adanya pekerjaan tambah kurang, dengan lampiran-lampiran


Dokumen Kontrak yang direvisi untuk menentukan detail perubahan.
b) Addendum akan memberikan perhitungan ringkas untuk setiap tambahan
atau penyesuaian Harga Satuan bersama dengan setiap variasi dalam
Harga Kontrak atau penyesuaian Periode Kontrak.
c) Pemilik dan Kontraktor akan menandatangani Addendum tersebut dan
menyampaikan kepada Pemilik untuk persetujuan.

SEKSI 1.9
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

1.9.1. UMUM

Laporan ini berisikan kondisi dan kejadian faktual yang terjadi pada setiap
kurun waktu yang telah ditentukan yang sangat bermanfaat bagi dasar
pengambilan keputusan dan langkah-langkah atau kebijakan dalam
Pelaksanaan Proyek.

1.9.2. MATERI LAPORAN

1) Pemborong diwajibkan membuat laporan pekerjaan untuk harian secara teratur


untuk disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Dalam laporan harian harus dicantumkan daftar bahan-bahan yang didatangkan


dan jumlah tenaga yang bekerja setiap hari, keadaan cuaca, dan catatan lain
yang dipandang perlu.

3) Kepada Pemborong diwajibkan pula setiap satu minggu sekali melaporkan


nilai/bobot pekerjaan atau hal-hal lain yang perlu diketahui oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Pihak pemborong wajib menyediakan Buku Catatan Harian Direksi yang akan
diisi pula oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam proyek. Kontraktor
wajib mempelajari catatan-catatan harian tersebut dan menandatangani
sebagai tanda setuju.

5) Apabila Pemborong tidak dapat menyetujui catatan yang dibuat Direksi


Pekerjaan, maka harus mengajukan surat keberatan selambat-lambatnya 3 x 24
jam setelah cacatan tersebut ditulis oleh Direksi Pekerjaan.
Direksi Pekerjaan akan memberitahukan secara tertulis seberapa jauh catatan
tersebut dapat diubah sebagai akibat dari surat keberatan tersebut.

1.9.3. WAKTU PELAPORAN

VI-1-24/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1) Pemborong diwajibkan minta kepada Direksi Pekerjaan untuk menilai


pekerjaan, yang telah diselesaikan, jika penilaian ini merupakan keharusan atau
syarat untuk melanjutkan pekerjaan.

2) Pemborong juga diwajibkan meminta kepada Direksi Pekerjaan untuk menilai


bobot atau prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan, satu dan lain hal adalah
untuk mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan administrasi pembayaran
angsuran.

3) Jika Pemborong lalai melakukan hal tersebut seperti ayat 1, 2, ataupun Direksi
Pekerjaan lalai melakukan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, maka
masing-masing pihak dapat mengadakan kesepakatan baru sesuai peraturan
yang berlaku.

SEKSI 1.10
PENUTUPAN KONTRAK

1.10.1. UMUM

1) Kontraktor harus mengikuti semua ketentuan seperti disebutkan dalam Syarat-


syarat Kontrak dan Spesifikasi yang menyangkut Penutupan Kontrak.
2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
Syarat-syarat Kontrak (Bab 3 dari Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal yang
berkaitan
Pembayaran Sertifikat Bulanan : Seksi 1.4
Prosedur Variasi : Seksi 1.8
Dokumen Rekaman Proyek : Seksi 1.11
Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.13
Pasal-pasal yang berkaitan dengan Penutupan Kontrak untuk setiap Seksi
dalam Spesifikasi ini

1.10.2. BERITA ACARA PENYELESAIAN AKHIR

1) Waktu

Dalam batas waktu dan sesuai dengan ketentuan pada Pasal-pasal yang
berkaitan dalam Syarat-syarat Kontrak dan bilamana Kontraktor menganggap
bahwa Pekerjaan tersebut telah selesai, termasuk semua kewajiban dalam
periode pemeliharaan, maka Kontraktor harus mengajukan permohonan untuk
penyerahan akhir. Setelah penyelesaian seluruh pekerjaan perbaikan (remedial
work) yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan akhir dan Pekerjaan tersebut dapat diterima, maka Direksi
Pekerjaan harus menyiapkan dan menerbitkan Berita Acara Penyelesaian Akhir.

2) Permohonan Kontraktor
Permohonan serah terima akhir harus memuat keterangan Kontraktor berikut:

VI-1-25/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

a) Dokumen Kontrak telah sepenuhnya ditelaah, dan;


b) Pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan Dokumen Kontrak, dan;
c) Pekerjaan telah sepenuhnya diperiksa dan diuji sesuai dengan ketentuan
dalam Dokumen Kontrak, dan bahwa semua pemeriksaan dan hasil
pengujian telah diterima oleh Direksi Pekerjaan, dan;
d) Pekerjaan telah lengkap dan siap untuk pemeriksaan akhir dan Serah Terima
Akhir.
3) Semua Dokumen Rekaman Proyek Terbangun (as build), rekaman visual proyek
(still camera dan video), manual operation dan brosure bahan/peralatan sudah
selesai dikerjakan dan disiapkan oleh Kontraktor sejumlah yang diperlukan oleh
Direksi Pekerjaan.

1.10.3. PENGAJUAN BERITA ACARA PEMBAYARAN AKHIR

1) Waktu

a) Dalam batas waktu dan sesuai dengan ketentuan pada Pasal-pasal yang
berkaitan dalam Syarat-syarat Kontrak, Kontraktor harus mengajukan
permohonan pembayaran akhir bersama dengan semua detail pendukung
sebagaimana diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Setelah ditelaah oleh Direksi Pekerjaan dan jika perlu diamandemen oleh
Kontraktor, Direksi Pekerjaan akan menerbitkan Berita Acara Pembayaran
Akhir oleh Pemilik.

2) Isi Berita Acara

Isi Berita Acara untuk Pembayaran Akhir yang diterbitkan oleh Direksi
Pekerjaan tidak terbatas pada hal-hal berikut :
i) Jumlah Harga Kontrak seperti yang tercantum dalam Kontrak.
ii) Kuantitas akhir pekerjaan yang telah diselesaikan seperti yang dibuktikan
dalam berita acara pengukuran dan hasil perhitungan pada pekerjaan yang
bersangkutan
iii) Nilai setiap pekerjaan tambah atau kurang seperti disahkan dalam Addenda
selama Periode Kontrak.
iv) Nilai setiap penambahan atau pengurangan terhadap Jumlah Harga Kontrak
sebagai akibat dari:
(1) Denda akibat keterlambatan, bila ada.
(2) Pekerjaan yang tidak lengkap atau tidak benar.
(3) Variasi yang telah disetujui tetapi masih harus dituangkan dalam
Addendum.
(4) Setiap penyesuaian lainnya yang diperlukan pada ketentuan dan
persyaratan dalam Dokumen Kontrak.
v) Perhitungan Jumlah Harga Kontrak akhir.
VI) Ringkasan lembaran neraca yang menunjukkan selesainya Pengembalian
Semua Uang Muka dan pencairan semua Uang Yang Ditahan (Retention
Money).
VII) Jadual tentang seluruh pembayaran yang telah disahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

VI-1-26/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

VIII) Jumlah yang menjadi hak atau yang harus dipotong dari Kontraktor.

1.10.4. ADDENDUM PENUTUP

Berdasarkan detail Berita Acara Pembayaran Akhir yang dibuat oleh Direksi
Pekerjaan, Direksi Pekerjaan harus juga menyiapkan Addendum Penutup yang
harus ditandatangani Pemilik dan Kontraktor, dilengkapi dengan perhitungan
akhir dari Jumlah Harga Kontrak. Setelah memperoleh tanda tangan
Kontraktor, selanjutnya Direksi Pekerjaan menyerahkan Addendum Penutup
tersebut ke Pemilik untuk ditandatangani bersama-sama dengan Berita Acara
Pembayaran Akhir yang telah disetujui.

SEKSI 1.11
DOKUMEN REKAMAN PROYEK

1.11.1. UMUM

1) Uraian
Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga rekaman yang akurat
dari semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam satu set
Dokumen Rekaman Proyek, dan harus memindahkan informasi akhir tersebut
ke dalam Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi ini


a) Pembayaran Sertifikat Bulanan : Seksi 1.4
b) Penutupan Kontrak : Seksi 1.10
c) Pasal-pasal yang berkaitan dengan Penutupan Kontrak untuk setiap Seksi
dalam Spesifikasi ini

3) Pengajuan
a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan satu set Dokumen
Rekaman Proyek yang dalam keadaan terpelihara pada setiap bulan tanggal
25 untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Rekaman
Proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini, menjadi prasyarat untuk
pengesahan Sertifikat Bulanan.
b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Rekaman Proyek akhir pada
saat permohonan Berita Acara Penyelesaian Akhir untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat pengantar yang
berisi :
Tanggal.
Nomor dan Nama Proyek
Nama dan Alamat Kontraktor.
Judul dan Nomor tiap Dokumen Rekaman.
Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang diserahkan
telah lengkap dan benar.
Tanda tangan Kontraktor, atau wakilnya yang sah.

VI-1-27/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1.11.2. DOKUMEN REKAMAN PROYEK

1) Dokumen Kerja (Job Set)

Segera setelah Pengumuman Pemenang, Kontraktor dapat memperoleh 1


(satu) set lengkap semua Dokumen yang berhubungan dengan Kontrak tanpa
biaya dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Kerja akan mencakup :
a) Syarat-syarat Kontrak.
b) Spesifikasi.
c) Gambar.
d) Addenda (bila ada).
e) Modifikasi lainnya terhadap Kontrak.
f) Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).

2) Penyimpanan Dokumen Kerja

Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di kantor


lapangan, dan Kontraktor harus menjaga dokumen kerja tersebut terlindung
dari kehilangan atau kerusakan sampai pemindahan data akhir ke dalam
Dokumentasi Proyek Akhir telah selesai dilaksanakan. Dokumen rekaman
tersebut tidak boleh digunakan untuk maksud-maksud pelaksanaan pekerjaan
dan dokumen tersebut harus selalu tersedia setiap saat untuk diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan atau Pemilik.

1.11.3. BAHAN REKAMAN PROYEK

Segera setelah semua bahan, batu/bata, agregat, bahan jalan/parkir, semen,


beton, M,E & P, dan sebagainya disetujui, maka semua contoh yang telah
disetujui harus disimpan dengan baik di lapangan.

1.11.4. PEMELIHARAAN DOKUMEN PELAKSANAAN PROYEK

1) Penanggungjawab
Kontraktor harus melimpahkan tanggung jawab pemeliharaan Dokumen
Rekaman kepada salah seseorang staf yang ditunjuk sebagaimana yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelumnya.

2) Pemberian Tanda
Segera setelah diterimanya Dokumen Kerja (Job Set), Kontraktor harus
memberi tanda pada setiap dokumen dengan judul "Dokumen Rekaman
Proyek-Dokumen Kerja", dalam huruf cetak setinggi 5 cm.

3) Pemeliharaan
Pada saat penyelesaian Kontrak, kemungkinan sejumlah Dokumen Kerja harus
dikeluarkan untuk mencatat masukan-masukan baru dan untuk pemeriksaan
dan dalam kondisi-kondisi yang demikian kegiatan seperti ini akan

VI-1-28/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

dilaksanakan, maka Kontraktor harus mencari cara yang cocok untuk


melindungi dokumen kerja tersebut untuk disetujui Direksi Pekerjaan.

4) Tata Cara Membuat Catatan dalam Gambar


Catatan pada Gambar harus dilakukan dengan menggunakan pensil berwama
yang dapat dihapus (tidak boleh memakai tinta), perubahan harus diuraikan
dengan jelas dengan pencatatan dan kalau perlu dengan garis grafis. Catat
tanggal semua masukan. Berilah C tanda perhatian pada setiap catatan dengan
tanda "awan" pada tempat atau tempat-tempat yang mengalami perubahan.
Bilamana terjadi perubahan yang tumpang tindih ( overlaping), maka
disarankan menggunakan wama yang berbeda untuk setiap perubahan.
Dokumen rekaman harus selalu diperbaharui jangan sampai terdapat bagian
yang tertanam dalam setiap pekerjaan yang dikerjakan tidak tercatat.
Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detail pelaksanaan, misalnya :
a) Kedalaman berbagai elemen pondasi sehubungan dengan data yang
ditunjukkan.
b) Posisi horisontal maupun vertikal untuk utilitas bawah permukaan harus
ditandai pada bagian permukaan pekerjaan yang permanen.
c) Lokasi utilitas yang tertanam dalam pekerjaan harus diberi tanda sehingga
mudah terlihat dengan tanda-tanda khusus pada struktur. Penambahan
dimensi dan detail pelaksanaan di lapangan. Perubahan yang terjadi
dengan adanya Variasi.
d) Gambar detail yang tidak terdapat dalam Gambar asli.

5) Waktu Pencatatan
Semua catatan harus dibuat dalam jangka waktu 24 jam terhitung sejak
diterimanya informasi :
a) Keakuratan :
Gunakan semua sarana yang diperlukan termasuk perlengkapan khusus
yang dipakai pengukuran, untuk menentukan lokasi bagian-bagian yang
terpasang dan untuk memperoleh data masukan yang akurat.

b) Kontraktor harus melakukan koordinasi atas semua perubahan yang terjadi


dalam Dokumen Rekaman, membuat catatan yang sesuai dan sebagaimana
mestinya pada setiap halaman Spesifikasi dan pada lembaran Gambar dan
pada Dokumen lainnya, dimana pencatatan yang demikian diperlukan untuk
menunjukkan perubahan yang sebenarnya terjadi. Keakuratan rekaman
harus sedemikian rupa sehingga setiap pencarian bagian-bagian pekerjaan
yang ditunjukkan dalam Dokumen Kontrak di kemudian hari dapat dengan
mudah diperoleh dari Dokumen Rekaman yang telah disetujui.

1.11.5. DOKUMEN REKAMAN AKHIR [ AS BUILD DRAWING ]

1) Umum

VI-1-29/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Akhir adalah menyiapkan informasi


nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun yang
terlihat, untuk memungkinkan modifikasi rancangan di kemudian hari dapat
dilaksanakan tanpa pengukuran ulang yang lama dan mahal, tanpa investigasi
dan pemeriksaan ulang.

2) Pemindahan data ke dalam gambar

Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja dan Gambar
Rekaman harus dipindahkan dengan teliti ke dalam “Gambar Rekaman Akhir”
menurut masing masing gambar aslinya (sesuai Nomor dan Code Gambar serta
pengembangannya), dan penjelasan yang lengkap dari semua perubahan
selama pelaksanaan dan lokasi aktual dari semua jenis pekerjaan harus
ditunjukkan dengan jelas.
Berilah tanda perhatian pada setiap catatan dengan tanda "awan" yang
mengelilingi tempat atau tempat-tempat yang mengalami perubahan.
Buatlah semua catatan perubahan pada dokumen yang asli dengan rapi,
konsisten, dan ditulis dengan tinta atau pinsil keras hitam.

a) Pemindahan data ke dokumen lain


Bilamana dokumen selain Gambar telah dijaga bersih selama pelaksanaan
Pekerjaan, dan bila setiap data masukan telah dicatat dengan rapi agar
dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka dokumen kerja ( job set) dari
Dokumen tersebut (selain Gambar) akan diterima Direksi Pekerjaan sebagai
Dokumen Rekaman Akhir berupa Hard Copy (Cetakan & Re-Kalkir) dan Soft
Copy (Compact Disk/CD). Bilamana Dokumen yang demikian belum dapat
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor harus menyiapkan salinan
baru dari Dokumen yang diperoleh dari Direksi Pekerjaan. Pemindahan
perubahan data ke dalam salinan baru ini harus dilakukan dengan hati-hati
agar dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Peninjauan dan Persetujuan


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 3 (tiga) set
lengkap atau sesuai kebutuhan Direksi Pekerjaan Dokumen Rekaman Akhir
pada saat mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima Sementara.
Salah satu set Dokumen Rekaman Akhir akan menjadi arsip Konsultan
Perencana. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaaan, maka Kontraktor
harus mengikuti rapat atau rapat-rapat peninjauan (review), melaksanakan
setiap perubahan yang diperlukan dan segera menyerahkan kembali
Dokumen Rekaman Akhir kepada Direksi untuk dapat diterima sejumlah
yang ditentukan dalam BAB IV : Data Kontrak.

c) Perubahan setelah dokumen diterima


Kontraktor tidak bertanggung jawab untuk mencatat perubahan pekerjaan
setelah serah terima sementara pekerjaan, kecuali perubahan yang
diakibatkan oleh penggantian, perbaikan, dan perubahan yang dilakukan
kontraktor sebagai bagian dari kewajibannya ( guarantee )

VI-1-30/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

1.11.6. DOKUMEN REKAMAN VISUAL

1) Umum

Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Visual adalah menyiapkan informasi


visual nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun
yang terlihat, untuk memungkinkan mengetahui proses pembangunan secara
visual, secara periodik dari proses awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.

2) Media Rekaman Visual


Media Rekaman untuk Laporan Mingguan menggunakan Camera dengan Film
kemudian dicetak sesuai kebutuhan. Untuk proses pekerjaan menggunakan
Video Camera dilengkapi dengan Camera Digital. Setiap rekaman foto diberikan
penjelasan dan lokasi obyek, demikian pula dalam rekaman video diberikan
penjelasan agar mudah dipahami dalam bentuk VCD.
Sudut dan momen rekaman harus dapat memberikan gambaran proses, situasi
dan kondisi obyek pekerjaan secara kronologis, lengkap dan utuh.

SEKSI 1.12
PEKERJAAN RUTIN PEMELIHARAAN
SELOKAN, SALURAN AIR GALIAN DAN TIMBUNAN

1.12.1. UMUM

1) Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memelihara Pekerjaan


Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan, agar tidak terendam air. Selama
masa pelaksanaan pekerjaan pondasi kondisi permukaan air tanah harus
dikendalikan sesuai dengan ambang batas yang diperkenankan.
2) Pemeliharaan selokan dan saluran air sementara maupun permanen harus
dijadwalkan sedemikian rupa sehingga aliran air lancar terjaga selama masa
kontrak dan masa pemeliharaan.
3) Selokan dan saluran air hujan sementara maupun yang permanen harus dijaga
agar bebas dari semua bahan lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan
tanaman pengganggu akan menghalangi aliran air permukaan. Pemeliharaan
seperti ini harus dilaksanakan secara teratur dan rutin.
4) Selama periode hujan lebat, Kontraktor harus menyediakan regu pemeliharaan
yang berpatroli di lapangan dan mencatat kondisi setiap sistem drainase yang
kurang berfungsi akibat penyumbatan atau sebab lain. Setiap kelainan pada
sistem drainase dicatat pada saat tersebut seperti : luapan air, kekurangan
kapasitas, erosi, alinyemen struktur drainase kurang tepat atau rancangan yang
kurang tepat; harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan
akan mengeluarkan instruksi yang sesuai dengan langkah yang harus
dilakukan.
5) Pekerjaan pemeliharaan rutin atas galian dan timbunan harus dilakukan oleh
Kontraktor sehingga mencapai kondisi yang dipersyaratkan dalam Divisi terkait.

VI-1-31/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

SEKSI 1.13
TRANSPORTASI DAN PENANGANAN

1.13.1. UMUM.

1) Uraian

a) Seksi ini menetapkan ketentuan-ketentuan untuk transportasi dan


penanganan tanah, bahan-bahan lain, peralatan dan perlengkapan.
b) Ketentuan Seksi 1.6 Bahan dan Penyimpanan; Seksi 1.14. Pemeliharaan Lalu
Lintas harus diberlakukan sebagai pelengkap isi dari Seksi ini.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Syarat-syarat Kontrak (Bab III dari Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal


berkaitan.
a) Bahan dan Penyimpanan, : Seksi 1.6.
b) Pemeliharaan Lalu Lintas. : Seksi 1.14
c) Galian. : Seksi 2.1.
d) Pembersihan Akhir. : Seksi 1.15

1.13.2. PELAKSANAAN

1) Standar

Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu kepada Peraturan Pemerintah,


Peraturan Daerah Kabupaten dan Propinsi, yang berlaku maupun ketentuan-
ketentuan tentang sumber daya alam dan lingkungan.

2) Koordinasi

Kontraktor harus memperhatikan koordinasi yang diperlukan dalam kegiatan


transportasi baik untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau yang akan
dilaksanakan dalam Kontrak, maupun untuk pekerjaan dengan Sub Kontraktor
atau perusahaan penyedia utilitas dan lainnya yang dipandang perlu.
Bilamana terjadi tumpang tindih pelaksanaan pekerjaan antar Kontraktor, maka
Direksi Pekerjaan mempunyai kekuasaan penuh untuk mengatur setiap
Kontraktor yang terlibat dan berhak menentukan urutan pekerjaan selanjutnya
untuk menjaga kelancaran penyelesaian seluruh proyek, dan dalam segala hal
keputusan Direksi Pekerjaan harus diterima dan dianggap sebagai keputusan
akhir tanpa menyebabkan adanya tuntutan apapun.

3) Pembatasan Beban Transportasi

VI-1-32/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

Bilamana diperlukan Direksi Pekerjaan dapat mengatur batas beban dan


muatan sumbu untuk melindungi jalan atau jembatan yang ada di lingkungan
proyek.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan jalan maupun
jembatan yang disebabkan oleh kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak.
Bilamana menurut pendapat Direksi Pekerjaan kegiatan pengangkutan yang
dilakukan oleh Kontraktor akan mengakibatkan kerusakan jalan raya atau
jembatan, atau bilamana terjadi banjir yang dapat menghentikan kegiatan
pengangkutan Kontraktor, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
Kontraktor mencari jalan alternative dan Kontraktor tidak berhak mengajukan
tuntutan apapun untuk kompensasi tambahan sebagai akibat dari perintah
Direksi Pekerjaan.

4) Pembuangan Bahan di Luar Site Proyek

a) Kontraktor harus mengatur pembuangan bahan galian atau bahan lainnya


yang tidak terpakai di luar Site Proyek, maka Kontraktor harus mendapatkan
ijin tertulis dari pemilik tanah dimana bahan buangan tersebut akan
ditempatkan; ijin masuk ke Lokasi Proyek dari Dinas Perhubungan/DLLAJR
setempat dan ijin tersebut harus ditembuskan kepada Direksi Pekerjaan
bersamaan dengan permohonan (request) untuk pelaksanaan.
b) Bilamana bahan yang dibuang seperti yang disyaratkan diatas mengganggu
lingkungan, maka Kontraktor harus membuang bahan tersebut ketempat lain
yang diijinkan dan diterima Direksi Pekerjaan.

SEKSI 1.14
PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1.14.1. UMUM

1) Uraian
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memelihara
Pekerjaan bebas dan akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah,
yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan,
semua sisa bahan bangunan dan bahan - bahan tak terpakai, sampah,
perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan, seluruh
permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan proyek ditinggal
dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini :


a) Syarat-syarat Kontrak (Bab 3 dan Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal yang
berkaitan
b) Penutupan Kontrak : Seksi 1.10

VI-1-33/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

C) Pekerjaan Rutin Pemeliharaan : Seksi 1.12

1.14.2. PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN

1) Kontraktor harus melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin


bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian dipelihara,
bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang
diakibatkan oleh operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat kerja
dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat.
2) Kontraktor harus menjamin bahwa sistem drainase terpelihara dan bebas dari
kotoran dan yang lepas dan berada dalam kondisi operasional pada setiap saat.
3) Kontraktor harus menjamin bahwa rumput yang tumbuh atau yang baru
dikerjakan dipangkas dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tingginya
maksimum 3 cm.
4) Bilamana dianggap perlu, Kontraktor harus menyemprot bahan dan sampah
yang kering dengan air untuk mencegah debu atau pasir yang beterbangan.
5) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan yang sudah selesai, dibersihkan
secara teratur agar bebas dari kotoran dan bahan lainnya.
6) Kontraktor harus menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa
bahan bangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang.
7) Kontraktor harus membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di
tempat yang ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan
Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku.
8) Kontraktor tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan
di lokasi tanpa persetujuan dan Direksi Pekerjaan.
9) Kontraktor tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya, seperti cairan
kimia, minyak atau thinner cat ke dalam saluran atau sanitasi yang ada.
10) Kontraktor tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke dalam
sungai atau saluran air, dan sekaligus harus merawat saluran irigasi yang ada
agar tidak terganggu atau aliran air lancar.
11) Bilamana Kontraktor menemukan bahwa saluran drainase samping atau bagian
lain dari sistem drainase yang dipakai untuk pembuangan setiap jenis bahan
selain dari pengaliran permukaan, baik oleh pekerja Kontraktor maupun pihak
lain, maka Kontraktor harus melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi
Pekerjaan, dan segera mengambil tindakan sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut.

1.14.3. PEMBERSIHAN AKHIR

1) Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai Pemilik. Kontraktor juga harus mengembalikan

VI-1-34/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokumen


Kontrak ke kondisi semula termasuk kawasan proyek yang dimanfaatkan oleh
Kontraktor.

2) Pada saat pembersihan akhir, semua bagian pekerjaan fisik, instalasi, dan
perlengkapan lainnya harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan fisik
yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi yang diperkeras di
tempat kerja dan semua lokasi yang diperkeras untuk persiapan dan tempat
kerja harus digali dan dibersihkan. Semua permukaan lahan site maupun sekitar
site lainnya kondisi permukaannya harus dikembalikan seperti semula, bersih
dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang ke luar kawasan proyek.

1.14.4. DASAR PEMBAYARAN

1) Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk operasi pembersihan
yang dilakukan oleh Kontraktor sesuai dengan atau menurut Seksi dari
Spesifikasi ini. Biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan ke dalam
berbagai harga penawaran lump sum, untuk operasi pemeliharaan rutin
sebagaimana disyaratkan dalam Seksi 10.1 dari spesifikasi ini.

SEKSI 1.15
ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

1.15.1. UMUM

1) Uraian
a) Kontraktor harus memahami dampak lingkungan yang mungkin terjadi
akibat pelaku kegiatan konstruksi, serta cara penanganannya sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.

b) Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Kontraktor harus


menyusun program pelaksanaan manajemen lingkungan yang harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Syarat-syarat Kontrak (Bab3 dari Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal yang
berkaitan
b) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.13
c) Tata Tertib di Lapangan : Seksi 1.3.7
d) Pekerjaan Site (External Work)
e) Pasal-pasal yang berkaitan dengan Aspek Lingkungan Hidup untuk setiap
Seksi dalam Spesifikasi ini.

1.15.2. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA


1) Semua kendaraan dan mesin-mesin harus mempunyai peredam sehingga
menghasilkan suara yang tidak membisingkan. Semua kendaraan dan mesin-

VI-1-35/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknisi
Bab VI - Divisi I : Umum
-

mesin harus menghasilkan gas buang yang cocok dengan mutu udara yang
ada. Operasi dan pemeliharaan semua kendaraan dan mesin-mesin harus
dilaksanakan sesuai ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari air dan
tanah.
2) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka semua kegiatan
pekerjaan dilaksanakan bukan pada malam hari.
3) Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai
dengan yang diperlukan maka prioritas harus diberikan kepada pekerja
setempat.
4) Dalam pemilihan lokasi sumber bahan (quarry) untuk urugan lokasi
pembuangan galian, beberapa arahan di bawah ini prioritas harus diberikan
pada lokasi sumber bahan dan lokasi pembuangan yang sudah dibuka, bila
semua jumlah/ kapasitas dan mutunya memenuhi.
5) Lokasi sumber bahan harus dipilih yang memberikan rasio tertinggi antara
kapasitas bahan yang digali (baik kuantitas maupun kualitas) dan kehilangan
sumber daya negara.
6) Pembuangan galian di daerah sumber daya alam yang vital harus dihindari,
seperti persawahan, hutan tanaman keras dan hutan lebat lainnya maupun
daerah-daerah penghasil bahan makanan untuk burung dan hewan lainnya.

1.15.3. DASAR PEMBAYARAN

1) Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk pengelolaan


lingkungan yang dilaksanakan sesuai dengan Seksi dari Spesifikasi ini. Biaya
pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam Harga Satuan dari semua Mata
Pekerjaan yang terdapat dalam Kontrak, di mana harga tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan semua bahan, pekerja,
peralatan, perlengkapan dan biaya lainnya yang diperlukan untuk pengelolaan
lingkungan.

VI-1-36/37
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

DIVISI II
PEKERJAAN TANAH

SEKSI 2.1
PEKERJAAN GALIAN

2.1.1. UMUM

1. Pekerjaan tanah yang spesifikasinya tercantum dalam bab ini berlaku untuk
seluruh pekerjaan tanah.

a. Pekerjaan Tanah sampai ke batas dan ketinggian yang ditentukan.


Seluruh pekerjaan tanah untuk berbagai bagian dari pekerjaan ini harus
dilaksanakan menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukkan dalam
gambar-gambar atau dalam ukuran dan ketinggian lain yang mungkin
diminta oleh Direksi.
Untuk tujuan penulisan spesifikasi, istilah ketinggian permukaan tanah
diartikan sebagai ketinggian permukaan tanah sebelum pekerjaan tanah
mulai dilaksanakan.

b. Batas/ Lingkup Pekerjaan Tanah


Batas atau lingkup pekerjaan tanah haruslah seminimal mungkin yang
menurut pendapat Direksi memang wajar diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan tanah.
Ukuran panjang pelaksanaan galian saluran untuk satu waktu tertentu
harus terbatas pada ukuran panjang yang disetujui oleh Direksi terlebih
dahulu. Kecuali ada persetujuan lain dari Direksi, pekerjaan atas panjang
galian yang disetujui harus diselesaikan terlebih dahulu sampai Direksi
merasa puas sebelum pekerjaan galian selanjutnya dapat dimulai.
2. Uraian
a. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan
tanah; batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat
proyek; pembuangan lapisan tanah atas (top soil); pembuangan akar-akar
pohon atau material keras lainnya; grading site dan pekerjaan tanah
lainnya yang kesemuanya disesuaikan dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
b. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan Lantai, Pondasi
Struktur, saluran drainase, gorong-gorong, Septictank, dan bangunan lain
yang membutuhkan galian tanah.
c. Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini belaku
untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan
pekerjaan galian dapat berupa :
- Galian Biasa;
- Galian Batu;
- Galian Struktur.
d. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
batu dan galian struktur dan tidak lebih dalam dari 1 (satu) meter.

VI-2-1/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

e. Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1


(satu) meter kubik atau lebih yang tidak dapat dilakukan dengan tata-cara
dan waktu galian tanah biasa.
f. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk keperluan
Struktur Pondasi Beton. Setiap galian yang didefinisikan sebagai galian
Biasa dan Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian pondasi kolom, sloof beton,
Septictank, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebutkan
dalam Spesifikasi ini.
Penggalian Struktur meliputi : pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai; semua keperluan drainase atau Dewatering; pemompaan;
penimbaan; penurapan; penyokong; pembuatan tempat kerja atau
cofferdam beserta pembongkarannya.
g. Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tanah
sesuai dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi.
h. Pemanfaatan kembali bahan galian ini untuk penimbunan harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.1.2. STRUKTUR
a. Penggalian untuk Pekerjaan Struktur Beton
Jika tidak ditentukan lain, Kontraktor harus menjaga agar galian selalu
kering dan tidak digenangi air selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung termasuk untuk waktu-waktu selanjutnya yang memang
diperlukan untuk menghindarkan agar struktur bangunan tidak terendam
air. Metoda untuk menjaga agar galian tidak digenangi air, dewatering dan
pembuangan airnya harus mendapat persetujuan Direksi.
Kontraktor harus menyediakan peralatan yang selalu siap sedia dan dalam
jumlah yang mencukupi dilapangan untuk selalu berjaga-jaga dan
menjamin agar pelaksanaan dewatering jika sedang berlangsung tidak
terganggu.
Hasil galian pada akhirnya harus dirapikan dengan tangan, atau dengan
cara lain yang disetujui dan diarahkan oleh Direksi, sebelum pelaksanaan
konstruksi beton dimulai. Pada akhirnya pelaksanaan permukaan tanahnya
harus digali atau diurug sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

b. Pengerjaan pada Permukaan tanah.


Ditempat-tempat dimana permukaan tanah bekas galian akan menerima
konstruksi beton atau pengurugan yang dipadatkan, batas 0.15 meter dari
tempat yang digali harus dirapikan dengan tangan atau dengan cara lain
yang disetujui atau diarahkan oleh Direksi.

VI-2-2/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

Permukaan tanah akhir harus diratakan dengan hati-hati atau dibentuk


seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

c. Laporan Kepada Direksi


Kontraktor harus membuat laporan kepada Direksi jika galian sudah selesai
dibuat dan siap menerima pondasi beton, struktur-struktur lain dan tidak
boleh melanjutkan dengan pekerjaan beton lainnya sebelum diluluskan atau
ada persetujuan dari Direksi. Pekerjaan beton atau pekerjaan lain yang
dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari Direksi harus dibongkar kembali
dengan biaya yang ditanggung sendiri oleh Kontraktor.

d. Pemilihan dan Pemadatan Pengurugan Kembali


Apabila diperlukan pengurugan kembali di bawah permukaan tanah yang
berdekatan dengan struktur bangunan, maka tanah urug yang dipakai
harus dipilih dengan hati-hati dan dipadatkan seperti yang ditentukan dalam
pasal “Metoda Pemadatan” yang tercantum dalam Spesifikasi ini.
Pengurugan kembali tidak dapat dilaksanakan sebelum mendapat
persetujuan Direksi. Jika pengurugan kembali harus dilakukan dikedua sisi
atau lebih dari struktur bangunan, maka harus dilaksanakan serentak pada
sisi-sisi yang berlawanan, sehingga perbedaan ketinggiannya tidak akan
melebihi 30 cm. Pada dasarnya pelaksanaan pengurugan kembali untuk
daerah struktur harus dilakukan secepatnya, walaupun ada perkecualian
untuk struktur-struktur pendukung dimana pengurugan harus dilaksanakan
setelah beton menjadi cukup keras.

e. Perataan Kawasan
Kawasan di sekitar atau distruktur harus diratakan sesuai dengan gambar.
Kontraktor harus mengatur pengurugan kembali sedemikian rupa agar
pelaksanaannya tidak membahayakan struktur. Perataan kawasan disekitar
struktur harus dilaksanakan dengan metoda yang telah disetujui oleh
Direksi. Jika terjadi kerusakan harus diganti atau diperbaiki dengan biaya
yang ditanggung oleh Kontraktor dan hasilnya memuaskan Direksi.

2.1.3. SPESIFIKASI PEKERJAAN GALIAN TANAH


1. Persyaratan Umum
a. Pekerjaan galian tanah ini harus sesuai dengan persyaratan dalam
dokumen kontrak secara keseluruhan.
b. Pekerjaan galian ini harus dilaksanakan dengan tidak mengganggu
terhadap kepentingan umum dan bangunan-bangunan dan orang-orang
disekitarnya. Pihak Kontraktor harus mempertimbangkan kemungkinan
adanya keluhan dari para tetangga yang akan mengakibatkan
dibatasinya jam kerja dan menambah biaya pelaksanaan.

VI-2-3/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

c. Pekerjaan galian harus dilakukan sesuai dengan Gambar Rencana Galian


yang telah disiapkan oleh Konsultan.
Jika Kontraktor hendak mengusulkan alternatif lain dari metoda galian,
pihak Kontraktor harus memasukkan usulan alternatifnya dengan
terperinci dan lengkap dengan analisa stabilitas lerengnya pada waktu
pemasukan tender dengan biaya yang tidak lebih besar dari biaya yang
sesuai dengan gambar rencana.
d. Nilai kontrak sudah termasuk galian segala jenis material termasuk
pelat, clay lunak, lempung yang stiff, fondasi beton yang ada (footing),
batang pohon dan lain lain yang ditemukan di lapangan pada batas dan
elevasi, seperti yang ditunjukkan pada gambar pelaksanaan.
e. Setiap halangan/ rintangan yang ditemukan selama pekerjaan galian
harus dilaporkan kepada pengawas dan diselesaikan sesuai instruksi
atas biaya Kontraktor.
f. Kontraktor harus mengusulkan metode galiannya dan tahap-tahap
pelaksanaan. Dengan mendapat persetujuan dari Pengawas, Kontraktor
tetap bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan galian dengan
sukses.
g. Pihak Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan dengan benar
pengukuran untuk pekerjaan galian berdasarkan site plan (gambar
denah) dan gambar-gambar lainnya , dan elevasi sesuai dengan yang
diberikan oleh Pengawas.
h. Pihak Kontraktor bertanggung jawab melindungi fasilitas yang ada,
seperti pipa air, kabel telepon, kabel listrik, saluran drainase dan fasilitas
lainnya di dekat lokasi proyek.
i. Pihak Kontraktor harus merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
sedemikian sehingga tidak terjadi kerusakan apapun pada barang-
barang atau fasilitas gedung milik bersama yang terletak pada lokasi
proyek. Jika terjadi kerusakan dan atau tuntutan yang harus
dipertanggungjawabkan, akan menjadi tanggungan Kontraktor.
j. Kontraktor perlu menyiram material yang berceceran selama masa
konstruksi supaya debu-debu tidak beterbangan di lokasi proyek di
setiap saat (siang maupun malam), dan kontraktor akan bertanggung
jawab atas semua tuntutan yang timbul dari gangguan debu tersebut.
Material galian yang akan dipindahkan dari lokasi proyek harus disiram
untuk mencegah timbulnya debu. Kontraktor melakukan usaha-usaha
untuk menghindari gangguan akibat debu dan sanksi yang dikenakan
oleh pihak yang berwenang akan menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor sendiri. Pembakaran di lokasi proyek dilarang keras.
Sejumlah tindakan pencegahan perlu diambil untuk mencegah
tertutupnya jalan publik oleh tanah serta jejak kaki dan untuk menjaga
agar semua pekerja membersihkan semua kotoran yang masih
tertinggal dan untuk melindungi kerusakan akibat pergerakan alat berat.
Semua biaya langsung dan hal-hal yang berhubungan dengan hal ini
akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

VI-2-4/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

k. Koordinasi dengan pihak kepolisian sehubungan dengan lalu lintas di


dalam maupun di luar lokasi proyek selama masa konstruksi harus
dilaksanakan. Setiap truk yang akan keluar dari lokasi proyek harus
ditutup dengan material plastik atau material sejenis dan mencuci serta
membersihkan ban-ban truk.
l. Air berlumpur atau yang telah terkontaminasi tidak boleh dialirkan ke
dalam sistem drainase kota. Kontraktor harus menyediakan sistem
untuk membersihkan sebelum mengalirkan ke dalam sistem drainase
kota.
m. Data penyelidikan tanah dan informasi lain hasil pengeboran dan SPT
harus tersedia di kantor Pengawas untuk keperluan Inspeksi. Informasi
dari hasil penyelidikan tanah dianggap benar, tapi tidak dijamin dan
disediakan untuk keperluan sebagai panduan. Kontraktor bertanggung
jawab untuk memperoleh informasi tambahan yang dianggap perlu,
yang mencakup masalah kondisi alamiah tanah, level muka air,
kenampakan fisik di lapangan dan sebagainya dengan biaya sendiri.

2. Lingkup Pekerjaan
2.1. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan setelah pekerjaan tiang
pada lokasi yang ditentukan telah selesai. Pekerjaan galian harus
meliputi pekerjaan pekerjaan berikut :
a. Persiapan.
b. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan pekerja.
c. Pembongkaran bangunan lama dan penebangan pohon yang
terdapat pada lokasi rencana bangunan.
d. Pekerjaan untuk struktur bawah harus memenuhi metode
pelaksanaan galian dan deskripsi tahapan di atas seperti yang
terdapat pada gambar, hingga level yang diinginkan sesuai dengan
gambar.
e. Ketentuan dari sistem dewatering adalah untuk menjaga level
muka air tanah pada 1 m di bawah dasar galian dan menjaga dasar
galian selalu dalam keadaan kering setiap saat. Detail persyaratan
untuk sistem dewatering terdapat pada bagian 3.2. dari spesifikasi
ini.
f. Proteksi slope galian menggunakan shotcrete dengan chicken mesh
atau metode lain diusulkan oleh kontraktor dengan persetujuan
Pengawas.
g. Kontraktor harus merencanakan pekerjaan stockpile yang
disesuaikan dengan material galian untuk digunakan sebagai
backfill. Semua material yang berlebihan harus dipindahkan dari
lokasi, yang akan menjadi tanggung jawab kontraktor.
2.2. Semua pekerjaan yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan engan pekerjaan di atas harus disertakan sebagai bagian
scope pekerjaan.

VI-2-5/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

2.3. Catatan pada gambar harus menjadi bagian dari spesifikasi ini.

3. Peralatan
Semua peralatan yang diajukan oleh Kontraktor harus sesuai dengan
pekerjaan dan harus disetujui oleh Pengawas. Kontraktor harus menjaga
peralatan dalam kondisi layak pakai.

4. Pelaksanaan
4.1. Pekerjaan Galian
a. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus menyerahkan
gambar detail lengkap shop drawing untuk semua tahap pekerjaan
sebagai metode pelaksanaan galian untuk memperoleh persetujuan
Pengawas yang diajukan untuk melaksanakan pekerjaan. Kontraktor
belum dapat memulai pekerjaan sebelum mengubah metode hingga
memperoleh ijin dari Pengawas.
b. Tahapan pelaksanaan galian dan kedalaman galian harus disetujui oleh
Pengawas sebelum dimulainya kegiatan penggalian. Kontraktor harus
mempersiapkan gambar rencana yang menunjukkan kedalaman di
lapangan dari semua galian.
c. Kontraktor harus menyerahkan estimasi volume pekerjaan galian
berdasarkan data tanah dan dimensi area galian sesuai dengan
gambar yang ada.
d. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan
kepada Pengawas agar dilakukan Inspeksi.
e. Masing-masing tahap dari pekerjaan galian harus disertai dengan
sistem dewatering.
f. Kontraktor harus menyediakan jalan untuk pelaksanaan pekerjaan
Inspeksi.
g. Jika terdapat pergerakan tanah atau pergerakan lainnya pada struktur
atau jalan didekatnya selama pelaksanaan pekerjaan galian, maka
pekerjaan galian harus segera dihentikan dan perhitungan yang cukup
harus dilakukan untuk mencegah pergerakan lebih lanjut dengan
persetujuan Pengawas. Tidak akan ada tambahan biaya perpanjangan
waktu dalam laporan untuk kasus semacam ini.
h. Setelah pekerjaan galian mencapai level dasar galian akhir, dasar
galian harus dilindungi dengan menggunakan lapisan lean concrete
dengan tebal minimum 10 cm, seperti yang terdapat dalam gambar.
i. Apabila terdapat level galian yang berada di bawah level yang terdapat
pada gambar, maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus mengurug
galian tersebut hingga elevasi rencana dengan material yang telah
disetujui seperti lean concrete atau kerikil berpasir, yang dipadatkan
hingga dapat mendukung minimal beban yang sama dengan tanah
disekitarnya.

VI-2-6/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

4.2. Dewatering Pekerjaan Galian


4.2.1. Dewatering Galian
a. Kontraktor harus mendesain, memasang, mengurus dan
mengoperasikan sistem dewatering sementara yang mampu
memenuhi kriteria berikut:
i. Menjaga kondisi undistrubed pada material tanah pada level
galian pada masing masing tahap pekerjaan galian.
ii. Mencegah terjadinya piping pada dasar galian dari masing-
masing tahap galian.
iii. Memindahkan, meresapkan atau mengalihkan air yang
memasuki area galian dan pekerjaan.
iv. Menjaga stabilitas slope dan berm sementara yang telah
digali (lihat ketentuan 2.2 dari bagian ini).
v. Mengontrol level muka air tanah di luar galian.
b. Kontraktor harus menyerahkan perencanaan yang menunjukkan
detail dari dewatering yang telah disetujui oleh Pengawas,tetapi
persetujuan tersebut tidak akan membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawab untuk menyediakan, mengoperasikan dan
menjaga sistem dewatering yang memadai. Sebagai bagian dari
persetujuan sistem dewatering, Kontraktor harus melakukan uji
coba dari sistem yang diajukan dengan menggunakan peralatan
dari instalasi uji coba sebelum melaksanakan pekerjaan galian.
Air buangan harus bersih, tanpa partikel tanah yang terlihat
yang terdapat dalam 1 liter sample. Kontraktor dengan biaya
sendiri harus memperbaiki semua kerusakan baik di dalam
maupun di luar lokasi proyek, yang diakibatkan dari semua
ketidak mampuan dari sistem dewatering atau dari tergenangnya
area konstruksi karena sebab lain.
c. Kontraktor harus membuat ketentuan-ketentuan yang mungkin
penting untuk menghindari gangguan yang diakibatkan oleh
cuaca, pemogokan tenaga kerja atau penundaan lainnya.
Kontraktor harus menyediakan diesel atau unit pompa bensin
untuk menjalankan sistem tersebut.
d. Kegagalan pada sistem dewatering tidak diperbolehkan karena
kondisi tanah akibat kenaikan muka air tanah pada area yang
sudah digali dapat mengakibatkan material pondasi menjadi
tidak stabil, sehingga tidak baik untuk menempatkan struktur
dan pekerjaan yang berhubungan.
e. Piping dan boiling atau seepage yang tidak terkontrol didasar
atau di luar lokasi galian harus dicegah setiap saat. Jika dengan
sebab tertentu sistem dewatering didapati tidak mampu
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan di atas, maka
Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat tambahan,

VI-2-7/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

perubahan atau penggantian yang diperlukan dari pihak-pihak


yang terkait.

4.2.2. Proteksi slope


Semua slope, ramp jalan dsb yang dibutuhkan selama
pelaksanaan galian harus digali dengan gradien yang terdapat
pada gambar konstruksi yang dikuasakan Konsultan kepada
Kontraktor. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap
stabilitas dan mampu menjaganya dalam kondisi baik, dan
mencegah terjadinya longsor maupun erosi dan kerusakan lain di
dalam dan di luar lokasi selama masa konstruksi dengan biaya
sendiri.
4.2.3. Konstruksi harus membuat sumur atau lubang penetrasi hingga
lapisan tanah granular untuk mencegah terjadinya seepage
setelah pelaksanaan galian dan pertimbangan untuk
melaksanakan hal ini telah diperhitungkan dalam nilai kontrak.

5. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini :

a) Transportasi dan Penanganan. : Seksi 1.13


b) Rekayasa Lapangan. : Seksi 1.1.4.
c) Bahan dan Penyimpanan. : Seksi 1.6.
d) Pekerjaan Rutin Pemeliharaan. : Seksi 1.12.
e) Timbunan. : Seksi 2.2.
f) Beton. : Seksi 3.1.
g) Pasangan Batu. : Seksi 5.1
h) Pembongkaran Struktur Lama (bila ada). : Kondisi Lapangan

6. Toleransi Dimensi
a. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selesai tidak boleh
berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau
sesuai yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik.
Sedang untuk galian saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari
yang disyaratkan dengan kemiringan yang telah ditetapkan.
b. Permukaan galian Biasa maupun galian Struktur yang telah selesai dan
terbuka terhadap aliran air, permukaannya harus cukup rata dan harus
memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas
dari permukaan tersebut tanpa terjadi genangan.

7. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan


a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum
memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan : Rencana Kerja dan Metode pekerjaan galian; detail gambar

VI-2-8/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

melintang dan memanjang yang menunjukkan elevasi tanah asli


sebelum operasi pembongkaran atau penggalian dilaksanakan.
b. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan
kepada Direksi Pekerjaan, sehingga penampang, peil dan
pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah yang belum
terganggu. Demikian pula Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan
galian tanah yang telah selesai kepada Direksi Pekerjaan, sebelum
pekerjaan lanjutan dimulai.
c. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan Gambar Detail
seluruh Pekerjaan Sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan
untuk digunakan, seperti : penyokong (shoring); pengaku (bracing);
cofferdam; dan dinding penahan rembesan (cutoff wall); perencanaan
dewatering, serta gambar-gambar lain yang dianggap perlu. Gambar-
gambar tersebut harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan
sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh
struktur sementara yang diusulkan.
d. Kontraktor harus memberitahu kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap
galian tanah dasar, formasi atau galian struktur yang telah selesai
dikerjakan, bahan timbunan perkerasan tidak boleh dihamparkan
sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan dasar dan dinding
galian disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
e. Kontraktor harus mencatat segala perubahan, kendala dan kondisi
tidak normal yang muncul dilapangan selama proses penggalian secara
tertulis serta segera melaporkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan penyelesaian atau petunjuk sesegera mungkin.
f. Kesalahan dalam penggalian merupakan tanggungjawab Kontraktor
untuk menimbun kembali lubang galian hingga mencapai kepadatan
yang setara dengan kondisi tanah sebelum digali atau yang
dipersyaratkan.
g. Kontraktor bertanggung jawab untuk mencarikan tempat pembuangan
dan pengangkutan galian ke tempat yang tidak mengganggu
lingkungan.

8. Pengamanan Pekerjaan Galian

a. Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin


keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian; pihak-pihak
ketiga (setiap orang) dan segala jenis bangunan baik di bawah
maupun di atas tanah yang ada disekitar lokasi galian.
b. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga
struktur sementara berfungsi dengan baik sehingga kondisi galian
tetap stabil. Kontraktor harus melakukan segala sesuatu yang
diperlukan untuk pengamanan orang maupun hak-milik Pihak lain yang
beresiko tinggi. Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan
pekerja maka galian tanah yang lebih tinggi harus dibuat bertangga

VI-2-9/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

dengan teras atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi


Pekerjaan.
c. Peralatan berat yang digunakan membantu pelaksanaan pekerjaan
galian (penggalian, pemindahan, atau keperluan lainnya) tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari jarak setinggi galian
dari tepi galian yang bersangkutan (membentuk sudut 45º).
d. Cofferdam, dinding penahan rembesan (cutoff wall) atau cara lainnya
untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana
mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi
keruntuhan secara mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja.
e. Setiap saat apabila pekerja atau orang lain yang berada pada lokasi
galian dimana kepala mereka berada di bawah permukaan tanah,
maka Kontraktor harus menempatkan seseorang pengawas keamanan
di lokasi kerja yang bertugas memantau keamanan kerja dan
kemajuan pekerjaan.
f. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan barikade
(penghalang) yang cukup kuat untuk mencegah pekerja atau orang
lain terjatuh ke dalamnya atau sesuai yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.

9. Jadwal Kerja
a. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi
sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam
kondisi yang stabil deng+an mempertimbangkan akibat dari
pengeringan, perendaman akibat hujan/ rembesan dan gangguan
lainnya dari operasi pekerjaan berikutnya.
b. Pelaksanaan pekerjaan Galian di luar jadwal Kerja Harian antara pk.
08.00 s.d. 17.00 WITA, harus mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

10. Kondisi Tempat Kerja


a. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air, Kontraktor harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan, peralatan dan pekerja yang
diperlukan untuk maksud tersebut. Semua peralatan untuk keperluan
pengeringan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu dan
menyediakan peralatan cadangan untuk menjamin bahwa tidak akan
terjadi gangguan dalam pengeringan tersebut.
b. Apabila pekerjaan sedang dilaksanakan pada tempat-tempat dimana
air tanah/ rembesan mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus
senantiasa memelihara kondisi tempat kerja dengan memasok air
bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci lengkap
dengan sabun dan disinfektan yang memadai.

VI-2-10/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

11.Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a. Pekerjaan galian yang tidak memenuhi ketentuan atau toleransi yang
diberikan dalam Pasal 2.1.1. (3) diatas sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan harus diperbaiki dengan tata-cara sbb :
i. Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut
sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
ii. Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau
menjadi lembek, harus ditimbun kembali dan dipadatkan dengan
timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat atau bahan lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

12.Utilitas Bawah Tanah


a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah yang masih
berfungsi dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau
wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang
diperlukan dalam Kontrak.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel
atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai
dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi
pekerjaan galian.

13.Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian


a. Semua bahan galian tanah/ pasir dan galian batu yang dapat dipakai
dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan
kembali.
b. Semua bahan yang tidak memenuhi syarat untuk dipakai formasi
penimbunan dan/ atau penimbunan kembali harus dibuang dari lokasi
proyek ketempat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.
c. Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan
biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga
termasuk pengangkutan hasil galian ketempat pembuangan akhir serta
perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan
akhir tersebut akan dilakukan.

VI-2-11/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

14.Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


a. Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur
sementara seperti cofferdam, penyokong dan pengaku harus
dibongkar oleh Kontraktor setelah struktur permanent atau pekerjaan
lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga
tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah
selesai.
b. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi
milik Kontraktor atau bila memenuhi syarat dan disetujui Direksi
Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar
menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat
dalam Daftar Harga Penawaran.

2.1.4. PROSEDUR PENGGALIAN


1. Prosedur Umum
a. Kontraktor terlebih dahulu harus mengajukan “rencana kerja dan
metode” galian sesuai dengan kondisi tanah dan kondisi lingkungan
(bangunan di bawah tanah ataupun dipermukaan tanah; sumur, saluran
drainase; instalasi listrik/telepon/PDAM) sekitar area yang akan digali,
serta kondisi musim pada saat penggalian. Rencana Kerja dan Metode
yang diajukan tersebut dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan. Pengamanan terhadap segala sesuatu
hak-milik Pihak Ketiga sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan rumput, akar-akar dan
kotoran-kotoran lainnya harus dibersihkan dari permukaan dan bawah
tanah (sub soil). Kotoran-kotoran maupun bongkahan-bongkahan batu
yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ke tempat yang
sudah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, atas biaya Kontraktor.
c. Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu
mendapatkan sistem drainase yang baik, sehingga tidak becek dan
permukaan air tanah tetap pada level yang terkontrol.
d. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk
tempat-tempat dimana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat
merusak benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan
ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini metoda
pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.
e. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup
untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah,
drainase, saluran-saluran pembuangan dan rintangan-rintangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Semua biaya yang
ditimbulkan menjadi tanggung jawab kontraktor.

VI-2-12/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

2. Galian Untuk Struktur


a. Galian untuk pondasi dan struktur lainnya, harus cukup ukurannya
sehingga memungkinkan pemasangan komponen struktur dengan
benar, pelaksanaan pemadatan penimbunan kembali di sekeliling
pekerjaan dapat dilakukan dengan leluasa.
b. Cofferdam, penyokong dan pengaku atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang, untuk pembuatan dan pemeriksaan
kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan.
Struktur sementara yang tergeser atau bergerak dan tidak kokoh lagi
harus diperbaiki dan dikembalikan ke posisi semula dan diperkuat untuk
menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pekerjaan.
c. Galian untuk pondasi struktur, balok sloof atau konstruksi lainnya harus
digali sampai pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum
pada gambar rencana atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Galian
tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan
konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar rencana, dapat
dengan mudah dikerjakan. Direksi Pekerjaan dapat menentukan
perubahan dimensi atau peil dari dasar galian bila dipandang perlu.
Sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor harus memberitahukan
kepada Direksi Pekerjaan.
d. Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian,
sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian
material yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama pengecoran beton atau untuk satu periode paling sedikit selama
24 jam sesudah dilakukan pekerjaan pengecoran dan harus
dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton
tersebut.

3. Kondisi Galian yang diharapkan :

a. Kemiringan dinding galian harus dibuat seminimal mungkin, kecuali


diperlihatkan lain dalam gambar, serta tidak terjadi longsor.
b. Dasar galian harus mencapai tanah keras sesuai yang dipersyaratkan
dan bersih dari segala kotoran serta tanah sisa-sisa galian. Apabila
kondisi dasar galian belum mencapai daya dukung yang diharapkan
sebesar ± 2,08 kg/cm2, maka harus dilakukan perbaikan permukaan
tanah.
a) Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/ jenis yaitu galian tanah biasa
atau struktur, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan
kondisi di lapangan.

2.1.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Dasar perhitungan volume galian harus didasarkan atas gambar
penampang melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui
dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi
yang disyaratkan atau diterima oleh Direksi Pekerjaan. Metoda perhitungan

VI-2-13/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

haruslah metoda luas ujung galian rata-rata, menggunakan penampang


melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
a. Pengerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
i. Bidang atas adalah bidang horizontal seluas bidang dasar pondasi
yang melalui titik terendah dari tanah asli. Di bawah bidang
horizontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai galian tanah
struktur atau galian batu atau sesuai dengan sifatnya.
ii. Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
iii. Bidang tegak adalah bidang vertical keliling pondasi.
2. Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran
a. Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan Pasal 2.1.3.(1) di atas atau tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau sebab-sebab lain, kecuali:
i. Galian yang diperlukan untuk membuang bahan lunak/ lembek atau
tidak memenuhi syarat-syarat sesuai Pasal 2.1.2. (3) (b) di atas.
ii. Pekerjaan tambah akibat dari longsoran lereng atau struktur
sementara penahan tanah atau air yang sebelumnya sudah diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
b. Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin
tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini
telah termasuk dalam harga penawaran dalam lump sum untuk
berbagai operasi pemeliharaan rutin.
c. Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pengembalian kondisi
pekerjaan lama atau kondisi semula.
3. Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran pekerjaan Galian Biasa, Galian Batu, dan
Galian Struktur dengan harga satuan Meter Kubik yang dimasukkan Dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang
terdaftar dibawah ini. Dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam,
penyokong, pengaku dan pekerjaan lain berkaitan serta biaya-biaya lain
yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana
diuraikan dalam Seksi ini.
4. Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan,
termasuk dalam Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas
dan Harga, maka pekerjaan ini akan dibayar menurut harga Penawaran
Lump Sum sesuai dengan ketentuan : bahwa Pekerjaan ini mencakup
penyediaan, pembuatan, pemeliharaan, pembuangan/ pembongkaran,
sumuran, penurapan, pengendali air (water control) dan operasi-operasi
lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian sampai
suatu kedalaman yang ditentukan sesuai Gambar dan Spesifikasi.

VI-2-14/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
2.1. (1) Galian Biasa dengan Kedalaman 0–1M Meter Kubik
2.1. (2) Galian Batu ≥ 1 M3 Meter Kubik
2.1. (3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 M Meter Kubik
2.1. (4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 – 4 M Meter Kubik
2.1. (5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 – 6 M Meter Kubik
2.1. (6) Galian Struktur dengan Kedalaman 6 – 8 M Meter Kubik
2.1. (7) Cofferdam, Penyokong, Pengaku, dan Lump Sum
2.1. (8) Pekerjaan Berkaitan Meter Kubik
Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Hasil
Galian
dengan jarak melebihi 5 Km

SEKSI 2.2
PEKERJAAN TIMBUNAN

2.2.1. UMUM

1. Pekerjaan timbunan Tanah kembali pada galian pondasi atau grading


meliputi pekerjaan: pengangkutan local, penghamparan dan pemadatan
yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
2. Pekerjaan timbunan Pasir, Limestone atau Pasir Batu (Sirtu) meliputi
pengangkutan dari sumber bahan, penghamparan dan pemadatan yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
3. Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas pelaksanaan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
timbunan Tanah/ Pasir/ Limestone sesuai dengan Gambar-gambar dan
Spesifikasi ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. Pengurugan untuk struktur akan diperlukan seperti berikut ini :


a. Sub-grade untuk perkerasan jalan dan daerah bangunan.
b. Pengurugan kembali (back fill) untuk struktur bangunan.

Setelah pekerjaan penggalian selesai dilakukan, Kontraktor harus memotong,


meratakan dan meninggalkan bekas galian dalam kondisi rapi dan memuaskan
Direksi dan jika diminta harus melaksanakan perintah Direksi tanpa biaya
tambahan, untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang perlu untuk mencegah
terjadinya genangan air di bekas galian (borrow area/ borrow pit) tersebut.
Pekerjaan tanah ini termasuk pengupasan lapisan atas tanah atau benda benda
di permukaan tanah yang tidak berguna, penggalian, memuat dan
pengangkutan ke lokasi yang telah ditentukan termasuk juga membentuk dan
merapikan urugan sampai ke ukuran yang ditunjukkan dalam gambar gambar.
Pekerjaan ini juga termasuk untuk membereskan borrow pit dan
meninggalkannya dalam kondisi yang rapi dan memuaskan Direksi.

VI-2-15/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

2.2.2. BAHAN

1. Bahan timbunan yang dipakai adalah Tanah bekas galian ( ocal),


Limestone, Pasir Batu (Sirtu) atau Pasir urug darat yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi sumber jenis bahan timbunan
tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Tanah bekas galian pada umumnya boleh di pakai lagi untuk bahan
timbunan, kecuali apabila tanah tersebut tidak memenuhi persyaratan
sebagai bahan timbunan dan harus mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
2. Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan, baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri
sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan.
3. Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan
lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan harus ditempatkan pada daerah pembuangan yang
disetujui atau ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
4. Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan
tetapi tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor
atas biaya sendiri paling lambat 3 x 24 jam.

2.2.3. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN


1. Lapisan tanah lunak ( Lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan penimbunan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah ini harus dikeringkan dan dibersihkan dari segala
kotoran-kotoran yang bersifat menggangu.
2. Sebelum penimbunan kembali lubang Pondasi, harus disemprotkan obat
anti rayap jenis Wazary ex Sumitomo Japan maupun perlengkapan lain,
sudah ditebar/dipasang sebelum dilakukan penimbunan.
3. Penghamparan timbunan tanah, Limestone atau Sirtu harus dilakukan lapis
demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm,
kemudian dipadatkan dengan alat mekanis.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan
pemadatan bahan-bahan timbunan dan juga memperbaiki kekurangan-
kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
a) Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan timbunan yang ada. Alat-alat
pemadatan ini harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm dan dipadatkan sampai
mencapai paling sedikit 95% (Modified Proctor) dari kepadatan kering
maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO- T99.
c) Tidak boleh dilakukan penimbunan atau pemadatan selama hujan
deras. Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh

VI-2-16/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk


mengeringkan sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan
kembali.
d) Pengurugan dengan tanah kering harus dilakukan lapis demi lapis yang
sama ketebalannya untuk tiap tiap lapis dan tidak lebih tebal dari 150
mm setiap lapisannya sebelum dipadatkan. Setiap lapis dari
pengurugan tanah kering ini harus dipadatkan sampai sekurang
kurangnya menjadi 90% dari kepadatan kering maksimum menurut
Modified Proctor Test (ASTM D 1557). Bahan urug yang tidak dapat
dipadatkan harus disingkirkan dan diganti dengan material yang baru.
e) Test untuk menguji hasil pemadatan akan dilaksanakan oleh Direksi
sesuai dengan spesifikasi berikut ini :
i. Untuk pemadatan tanah kering, kepadatan maksimum pada
kandungan kelembaban harus ditentukan berdasarkan standard
ASTM D-1557.
ii. Untuk pemadatan tanah kering ditempat, kepadatannya harus
ditentukan berdasarkan ASTM D-1556.
f) Metode pemadatan kering harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
berikut ini :
i. Tanah urug dihamparkan secara merata lapis demi lapis, dengan
ketebalan masing masing lapis sebelum dipadatkan tidak melebihi
150 mm.
ii. Semua bongkahan harus dihancurkan dan dicampur dengan cara
dipotong, dibajak atau dengan cara lain yang serupa sehingga
terdapat lapisan tanah yang seragam baik ketebalan masing
masing lapisannya maupun kepadatannya. Setiap lapisan tanah
urug harus sama jenis bahannya, kepadatannya dan kandungan
kelembabannya sebelum mulai dipadatkan
iii. Sebelum pemadatan, kelembaban tanah urug harus dijaga dalam
batas +_ 2% kelembaban optimum seperti yang ditetapkan dalam
ASTM D-1557. Kelembaban ini lebih disukai yang cenderung
mengarah ke keadaan yang lebih basah untuk jenis tanah yang
mudah berkembang.
iv. Tanah urug yang kelembabannya melebihi standard yang
ditentukan, harus dikeringkan dengan cara mengaduk, membajak,
mencampur atau dengan cara lain yang sama dan apabila ada
tanah urug yang kelembabannya tidak mencukupi harus disiram
dengan air sehingga kelembaban mencapai batas standard yang
ditentukan.
v. Selama pemadatan, keseragaman jenis tanah di permukaan harus
dijaga agar dapat diperoleh hasil pemadatan yang merata.
vi. Setiap lapisan harus dipadatkan sesuai dengan kepadatan yang
ditentukan dan diperiksa dengan alat test yang sesuai di lapangan
sebelum dilakukan pemadatan berikutnya. Jika tanah urug
tersebut tidak mencapai kepadatan yang ditentukan, maka
pemadatan tanah urug ini harus diulang kembali atau tanah
urugnya diganti dan metode pemadatannya diganti dengan cara
lain yang sesuai untuk mencapai standard kepadatan yang
diinginkan.

VI-2-17/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

Pengujian (test) di setiap lapisan harus terus menerus dilakukan


sampai hasil test menunjukkan adanya metode pelaksanaan yang
benar dan mencapai kepadatan pengurugan yang secara
konsisten dapat diterima dan dapat dipakai terus. Lapisan
berikutnya harus diperiksa pada tempat tempat tertentu untuk
melihat apakah pengurugan yang dilakukan selalu memenuhi
kriteria yang ditentukan. Apabila hasil test menunjukkan adanya
pelaksanaan pengurugan yang tidak benar, test secara terus
menerus, sebagai tambahan dari test untuk memperbaiki keadaan
harus dilakukan. Pengujian secara terus menerus untuk setiap
lapisan harus dilaksanakan jika terjadi perubahan pada metode
kerja atau jenis tanah urug.
vii. Tanah hasil sisa pengurugan harus dibuang ke tempat yang telah
ditentukan dan dipadatkan sehingga permukaan tanah menjadi
sama dengan permukaan tanah yang ada sebelumnya.

2.2.4. GRADING

Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan dan penggalian yang telah


dilakukan harus mencapai elevasi yang tercantum di dalam Gambar
rencana/gambar kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan, sehingga air dapat
mengalir kearah yang telah ditentukan.

2.2.5. JAMINAN MUTU


1). Bahan timbunan sebelum dikirim ke lokasi harus di test di laboratorium
untuk diketahui kadar air optimumnya, yang dimanfaatkan sebagai dasar
menentukan jenis, ukuran serta berat dari alat yang paling sesuai
dipergunakan untuk pemadatan tersebut.
2). Setiap lapisan pengurugan harus di test kepadatannya dengan metoda Sand
Cone. Lokasi serta jumlah pengambilan contoh material/ sample harus
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
3). Segala biaya yang ditimbulkan untuk pengujian-pengujian ini dan perbaikan
atas hasil pekerjaan yang tidak memenuhi syarat sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

2.2.6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah “Meter Kubik” bahan terpadatkan
yang diperlukan, diselesaikan ditempat dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil
tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan
ditempatkan dan digambar dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan
timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima.

VI-2-18/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi II : Pekerjaan Tanah
-

2) Metoda perhitungan volume bahan harus menggunakan metoda luas bidang


ujung, dikalikan dengan penampang melintang pekerjaan dengan jarak
tidak lebih dari 25 meter.
3) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat dari penurunan pondasi atau dasar galian/muka tanah asal yang
ditimbun, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang diukur untuk
pembayaran .
4) Timbunan yang digunakan di mana saja di luar batas Kontrak pekerjaan
atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
5) Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas dalam jarak
angkut berapapun yang diperlukan harus dibayar per satuan pengukuran
yaitu timbunan tanah biasa, pasir, pasir batu, limestone atau bahan lainnya
dengan satuan Meter Kubik.
6) Penggunaan tanah bekas galian sebagai bahan timbunan atas persetujuan
Direksi Pekerjaan, harga bahan timbunan tidak diperhitungkan sebagai
biaya pembelian bahan, hanya diperhitungkan biaya penimbunan hingga
mencapai kondisi yang ditentukan dalam Spesifikasi ini

VI-2-19/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

DIVISI III
PEKERJAAN BETON

SEKSI 3.1
PEKERJAAN BETON BERTULANG

3.1.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan


seluruh pekerjaan Struktur Beton, acuan, persiapan dan pemeliharaannya.
b) Pekerjaan ini juga mencakup semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
Konstruksi, Spesifikasi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
tambahan dari Direksi Pekerjaan.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan
dalam kontrak harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada Gambar atau
Seksi lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Beton yang digunakan dalam Kontrak ini sebagai berikut :

K300 atau Kedap Air : digunakan untuk struktur beton


bertulang, Pondasi Basement, Ground
water tank/septic tank dan pekerjaan
lain sejenis.
K 250 atau F’c 25 pa : digunakan untuk struktur beton
bertulang pada umumnya.
Beton K175 : digunakan unntuk beton non struktural
, beton cyclope, paving stone.
Beton K125 : digunakan untuk lantai kerja,
penimbunan kembali dengan Beton.

2) Penerbitan Gambar Kerja / Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)


Kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja/detail pelaksanaan (shop
drawing) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan. Gambar-gambar detail
Pelaksanaan ini akan digunakan sebagai dasar Variasi Pekerjaan.
3) Jaminan Mutu
a) Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara kerja dan
hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam
Seksi Standar Rujukan. Mutu performance beton yang ditargetkan adalah
kualitas “Beton Expose” terutama untuk Kolom, Balok, Listplank beton dan
Dinding beton dengan finishing expose.

VI-3-1/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

b) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton


yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi Pekerjaan dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut
harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan Laboratorium
Pengujian harus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Karakteristik Mutu Beton Struktur adalah sbb :
1. Mutu beton F’c = 25 Mpa; Kekuatan tekan beton karakteristik ( σ ) =
250 kg/cm2
2. Lentur tanpa dan/atau dengan gaya normal :
 Tekan ( σ ) = 75 kg/cm2
 Tarik ( σ ) = 7 kg/cm2
3. Geser oleh lentur atau puntir :
 Tanpa tulangan geser ( σ ) = 6,5 kg/cm2
 Dengan tulangan geser ( σ ) = 16 kg/cm2
4. Geser oleh lentur dengan puntir :
 Tanpa tulangan geser ( σ ) = 8 kg/cm2
 Dengan tulangan geser ( σ ) = 20 kg/cm2

4) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
 Panjang keseluruhan lebih dari 6 m +15 mm
 Panjang balok, plat dek, kolom dinding - 0 dan +10mm

b) Toleransi Bentuk :
 Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10mm
 Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang
Dimaksud) untuk panjang s.d. 3 m 2 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

c) Toleransi dari kedudukan (dari titik patokan)


 Kedudukan Kolom dari rencana ± 10 mm
 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
 Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 10 mm

d) Toleransi Alinyemen Vertikal :


 Penyimpangan ketegakan kolom atau dinding ± 1mm/m’

e) Toleransi Ketinggian (elevasi)


 Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm
 Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
 Puncak kolom, dinding, balok melintang ± 10 mm

f) Toleransi Alinyemen Horizontal : 0.5 mm setiap 4 m panjang mendatar.

g) Toleransi Selimut Beton/Tulangan :


 Selimut beton sampai 3 cm - 0 dan + 2,5 mm

VI-3-2/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

 Selimut beton 3 cm – 5 cm - 0 dan + 5 mm

5) Standar Rujukan / Pedoman Pelaksanaan

Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka


sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
a) Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) NI-3.
b) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2).
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5).
d) Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
e) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
f) Peraturan Bangunan Nasional 1978.
g) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983.
h) Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
i) Pedoman Beton Indonesia SKSNI T-15-1991-03
j) SII 0013-81 “Mutu dan Cara Uji Semen Portland”.
k) SII 0052-80 “Mutu dan cara Uji Agregat Beton”
l) SII 0136-84 “Baja Tulangan Beton”
m) SII 0784-83 “Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton”
n) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Direksi/ Konsultan Pekerjaan.
Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan Kontraktor di lapangan
(site).

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk
masing-masing mutu beton yang digunakan, paling lambat 14 hari sebelum
pekerjaan pengecoran dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sehingga data tersebut selalu tersedia
atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi
pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran.
e) Kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja Detail untuk seluruh pekerjaan
perancah dan acuan yang digunakan untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.
f) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
lambat 3 x 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran
atau pengecoran setiap jenis beton.
g) Pengecoran beton hanya boleh dilakukan setelah seluruh pekerjaan acuan
dan pembesian diperiksa serta mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

VI-3-3/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat
penyimpanan yang tahan cuaca, kedap udara dengan lantai yang tidak lembab.
Besi beton agar dicegah tidak karatan dan semua agregat tetap bersih dari
lumpur serta tidak tercampur antara yang satu dengan yang lainnya.

8) Kondisi Tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar
dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan selalu dijaga agar
selalu di bawah 30ºC sepanjang waktu pencampuran atau pengecoran.
Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :
 Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.
 Kelembaban udara tidak kurang dari 40%.
 Jika turun hujan atau udara berdebu atau tercemar.
 Acuan beton masih kotor dan pekerjaan persiapan belum tuntas.

9) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang cacat


a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat toleransi, atau
tidak memiliki permukaan akhir sebagai beton exposed, tidak memenuhi
campuran yang dipersyaratkan, terjadi retak atau rongga. Untuk
perbaikannya harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat mencakup :
i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dicor;
ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
iii) Melakukan injeksi dan/atau grouting pada bagian-bagian beton yang
retak atau berongga.
iv) Perkuatan atau melakukan pembongkaran menyeluruh dan mengadakan
penggantian pada bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan terhadap data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan
dapat meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi ini.

3.1.2 BAHAN

1) Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland
yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA DAN IV. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

VI-3-4/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

2) A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula, atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum
dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu
air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau air
minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar
dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan
mortar dengan air suling atau minimum pada periode perawatan yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat


Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam tabel 3.1.2 (1) tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat menunjukan dengan pengujian
bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang diisyaratkan
dalam Tabel : 3.1.3(3)

Tabel 3.1.2.(1) Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat yang Lolos Untuk Agregat


ASTM (mm) Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 ½” 38,1 - 95-100 100 - -
1” 25,4 - - 95-100 100 -
¾” 19 - 35-70 - 90-100 100
½” 12,7 - - 25-60 - 90-100
3/8” 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70
No.4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45-80 - - - -
No.50 0,300 10-30 - - - -
No.100 0,150 2-10 - - - -

4) Pemilihan Gradasi Agregat


Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja
tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus di cor.

5) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal
(boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan
pasir sungai.

VI-3-5/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam tabel 3.1.2. (2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.

Tabel 3.1.2. ( 2) Sifat-sifat Agregat


Batas Maksimum yang
diijinkan
Sifat-sifat Metode Pengujian Untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan Mesin SNI 03-2417-1991 - 40 %
Los Angeles pada 500 putaran

Kekekalan Bentuk Batu terhadap SNI 03 – 3407-1994 10 % 12 %


larutan Natrium Sulfat atau
Magnesium Sulfat setelah 5
siklus
Gumpalan lempung dan Partikel SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
yang Mudah pecah

Bahan yang lolos Ayakan No.200SK SNI M-02-1994-03 3% 1%

3.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metode yang diisyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam tabel 3.1.3.(1).

2) Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan, dengan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan
sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam Tabel : 3.1.3.( 3) di bawah.

VI-3-6/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

Tabel : 3.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran

Rasio Air / Semen


Mutu Ukuran Agregat Kadar Semen Min.
Maks.
Beton Maks. (mm) ( Kg/m3 dari campuran )
( Terhadap berat )
K 500 - 0,375 450
K 300 37 0,45 300
25 0,45 320
19 0,45 350
K 250 37 0,50 290
25 0,50 310
19 0,50 340
K 175 - 0,57 300
K 125 - 0,60 250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan dan “slump” yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam tabel
3.1.3.( 2), atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 ( AASHTO T141).

Tabel 3.1.3. (2) Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteristik Min. ( Kg/ cm2) “SLUMP” (mm)


Benda uji Kubus Benda Uji Silinder Tidak
Mutu Beton 15x15x15 cm 3 15cm x 30cm Digetarkan digetarkan

7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari

K 500 325 500 260 400 20-50 -


K 300 215 300 180 250 20-50 50-100
K 250 180 250 150 210 20-50 50-100
K 225 150 225 125 190 20-50 50-100
K 175 115 175 95 145 30-60 50-100
K 125 80 125 70 105 20-50 50-100

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan “slump” umumnya tidak boleh


digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau gelembung udara atau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran
acuan diperoleh permukaan yang rata, halus, dan padat.

VI-3-7/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di


bawah kekuatan yang diisyaratkan dalam tabel 3.1.3.(2), maka Kontraktor
tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah
diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur
28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang
sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus
diperbaiki sebagaimana disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari
kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam
pasal 3.1.6.(2).( c ).
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan, tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut
Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3
hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang
dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton, tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
terkecuali bila Kontraktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat dengan
perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan
perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal
apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air
semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meninggalkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
pekerjaan
c) Penyesuaian Untuk bahan-bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa peberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak
boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara

VI-3-8/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian


campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu
satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di
pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan
air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari tumpukan agregat .

6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air di
tambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus di masukan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapsitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk setiap penambahan 0,5 m3
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat
mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton
dengan cara manual harus dibatasi pada beton non struktural.

7) Penggunaan Beton Ready Mix dapat diijinkan, dengan catatan


a) Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton tidak
berbeda bila beton dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor.
b) Kontraktor bertanggung jawab penuh, atas kualitas beton ready mix sesuai
dengan syarat-syarat dalam Spesifikasi ini.
c) Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air dapat dilakukan
setelah kendaraan tiba di lapangan, dan beton yang dihasilkan harus
mempunyai tingkat kualitas yang sama seperti adukan beton yang
dihasilkan di lapangan.
d) Tidak ada tambahan biaya bagi Kontraktor untuk memakai beton ready mix.

VI-3-9/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

3.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau mengubah
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan dan meratakan tempat disekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas, sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk
menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah
dan aman.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti angker/jangkar,
pipa/conduit, atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran .
c) Seluruh telapak/poer pondasi, sloof dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering dan bersih, beton tidak boleh di cor di atas
tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan
Direksi beton dapat di cor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran.
d) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi.
e) Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan ditempat
yang lunak serta memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Sparing Conduit dan Pipa - pipa
a) Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur. Perhatikan
standar tulangan tambahan di sekitar lobang-lobang sparing.
b) Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan M,E & P dan bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor
harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana sparing (pipa, conduit, dll.) berpotongan dengan tulangan besi,
maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari
Direksi Pekerjaan, untuk ini Kontraktor harus membuat gambar kerja.
d) Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran
dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
e) Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.

VI-3-10/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

3) Perancah
a) Perancah harus dibuat dengan terencana sehingga tidak
mengganggu/menghambat aliran air.
b) Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh serta terhindar
dari bahaya penggerusan dan penurunan.
c) Konstruksi perancah harus kokoh terhadap pembebanan yang akan
dipikulnya. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-
langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan pelendutan perancah.
d) Konstruksi perancah harus menjamin bahwa permukaan dan bentuk
konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya menurut Gambar Rencana.
e) Perancah harus dibuat dari baja dan atau kayu. Pemakaian bambu untuk
hal ini tidak diperbolehkan.
f) Bila perancah terpasang sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton
berlangsung menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan sehingga
menurut pendapat Direksi Pekerjaan hal itu akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir tidak akan dapat dicapai sesuai dengan gambar rencana atau
penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi konstruksi, maka
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan
beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk
memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Akibat dari
semua ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g) Gambar Kerja perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.
h) Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar kerja tersebut
disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat dan kokoh untuk
dipergunakan.
i) Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (dengan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan) maka perancah harus dibongkar dan
diangkut keluar proyek.
j) Kegagalan pelaksanaan konstruksi perancah, seluruhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.

4) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus di bentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi untuk “Beton Exposed”
digunakan multiplex lapis film tebal 15 mm dibuat serapi mungkin untuk
menghasilkan kualitas performance beton yang bagus. Seluruh
penyelesaian sudut-sudut tajam harus sesuai gambar rencana.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
5) Bagian Pekerjaan Lain Terkait

VI-3-11/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

a) Pegangan penggantung plafond (bukan pabricated) dibuat dari besi beton


diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 120 cm. Dipasang pada saat
sebelum pengecoran beton dan penggantung harus dikaitkan pada tulangan
pelat atau balok (hal ini harus dipadukan dengan gambar arsitektur).
b) Setiap dinding bata yang bertemu dengan kolom harus diadakan
penjangkaran dengan jarak antara rata-rata 10 lapis bata merah, panjang
jangkar minimum 30 cm, diameter 12 mm, dengan minimum 15 cm
tertanam dalam beton.
c) Pemasangan kolom praktis dan balok praktis sehubungan dengan luas
maksimum bidang dinding bata harus sesuai dengan yang tertera dalam
Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur tembok Bertulang untuk gedung 1983, bab 4.10.
d) Untuk kebutuhan support/bantalan alat-alat mekanikal dan elektrikal dibuat
bantalan beton untuk pondasi yang ukuran, rencana dan tempatnya
berdasarkan gambar-gambar rencana mekanikal dan elektrikal. Digunakan
mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan
permukaannya.

6) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
lambat 3x24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24
jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan
persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana
Direksi pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak khusus (form oil)
yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak di
cor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik
waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan
bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan
(retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan
konstruksi (construction joint ) yang telah di setujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan selesai.
f) Beton harus di cor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk

VI-3-12/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal
pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus di cor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding
beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh di cor langsung dalam air.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa, sehingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis agar dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus
disapu/dilepa dengan adukan semen dengan campuran air secukupnya.
k) Permukaan beton tidak boleh digenangi air dalam waktu 24 jam setelah
pengecoran.

7) Sambungan Konstruksi
a) Jadual pengecoran beton yang berkaitan/merupakan satu kesatuan struktur
yang diusulkan, Direksi Pekerjaan harus menetapkan lokasi sambungan
(pengecoran) konstruksi atau seperti ditunjukkan pada Gambar, dan harus
mengikuti Pasal 5.8. dan 6.5. dari P.B.I.1971. Sambungan konstruksi tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali
disyaratkan demikian.
b) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap
monolit.
c) Khusus untuk struktur kedap air seperti Retaining Wall, Ground Water
Tank/Water Tower dan Septic Tank, sambungan konstruksi harus
menggunakan Water Stop khusus dari karet dengan kualitas baik dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
d) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat
diguinakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara
pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabriknya.
e) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan tambahan
sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi
tambahan, bilamana pekerjaan pengecoran mendadak harus dihentikan
akibat hujan, terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan
oleh Direksi Pekerjaan.
f) Bahan Pengisi Sanbungan (Joint Filler)
Bahan pengisi sambungan harus dari jenis kenyal yang tidak dikeluarkan
pracetak (premolded non extruding resilent type) atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
g) Penutup Sambungan (Joint Sealer)
Bahan untuk penutup sambungan horizontal harus sesuai dengan Hot
Poured Elastic Sealer.

VI-3-13/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

sebagai alternatif penutup dari bitumen karet yang dicor panas seperti
Expanded Plastic Grade 99 atau sejenis dapat digunakan dengan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Sambungan vertical dan miring harus
ditutup dengan sambungan expanded Plastic atau bahan sejenis yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

8) Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut, di antara dan sekitar besi tulang, benar-
benar diisi beton tanpa harus memindahkan kerangka penulangan, dan
setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghsilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai
slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang
dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam
beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai ke dasar beton yang harus dicor, dan menghasilkan kepadatan pada
seluruh ke dalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus
ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari
45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih
dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton
ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulang beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam tabel
3.1.4.(5).

VI-3-14/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

Tabel 3.1.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton ( m3 / Jumlah Alat


jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

9) Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri atas campuran beton kelas K175 dengan
batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak
boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan
yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain
yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup basah sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop.

Untuk dinding-dinding penahan tanah atau got yang lebih tebal dari 60 cm
dapat digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus
cukup dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm, batu pecah jaraknya
tidak boleh lebih dekat dari 30 cm terhadap permukaan atau 15 cm jaraknya
terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup ( coping).

10) Beton Lantai Kerja


Beton lantai kerja dibuat dari beton K125, sebagai landasan pemasangan
tulangan Pondasi Struktur dan Lantai Basement, juga sebagai dasar menggelar
waterproofing Lantai Basement. Lantai kerja dicor mengacu kepada bentuk dan
formasi Beton Sub Struktur (Pondasi Beton, Lantai Beton, Sloof beton, dan
beton bertulang lainnya yang dibuat di atas tanah).
Pengecoran dapat dilakukan setelah galian dan lapisan pasir di bawah lantai
kerja memenuhi ketentuan dalam Seksi 2.1 Galian Tanah.

3.1.5 PENGERJAAN AKHIR

1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal dari 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah plat, gelegar atau struktur
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling
sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk


pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet) dan

VI-3-15/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling


sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca.

c) Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah


mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Tidak diperkenankan
mempergunakan kembali hasil pembongkaran begesting yang telah lapuk.

d) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan untuk


pembongkaran acuan/cetakan adalah sebagai berikut :
1. Sisi - sisi balok, kolom dan dinding 3 hari.
2. Balok beton dan pelat beton dengan tiang penyangga
tidak dilepas 14 hari
3. Tiang - tiang penyanggah pelat beton 21 hari
4. Tiang - tiang penyanggah balok - balok 21 hari
5. Tiang - tiang penyanggah overstek 28 hari

e) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan sebelum


dibebani dengan beban-beban luar (kecuali berat sendiri) adalah sbb :

Jenis Jumlah hari


setelah pengecoran
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kolom 21
Balok 28
Pelat 28
Dinding 21

2). Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati
badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.

b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah


pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan walaupun tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang
kecil dan lekukan dengan adukan semen.

c) Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat


keropos, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang utuh (sound),
membentuk permukan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air,

VI-3-16/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus


selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri atas
satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan campuran kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

3). Perawatan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan permukaan
horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus
digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian
yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan
segera secara manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata
kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok,
kemudian disiram campuran pasta semen dengan lapisan ± 2 mm dan
dipukul-pukul dengan sapu lidi hingga merata dan semua pori tertutup,
sebelum beton mulai mengeras.

b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin, seperti


untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
beton mulai mengeras.

c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk mengerjakan akhir
beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal ditempat.

4). Perawatan Dengan Pembasahan


a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang telalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin
hidrasi yang sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit
3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus

VI-3-17/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

ditindih atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang diekspos


dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu ,acuan tersebut harus dipertahankan basah
pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor.
c) Lantai beton sebagai lapisan aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tanbahan (aditif), harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

3.1.6. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Pengujian untuk Kelecakan (Workability)


a) Suatu pengujian “slump” atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang
dihasilkan dan pengujian dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan
oleh Direksi Pekerjaan atau Wakilnya.

2) Pengujian Kuat Tekan


a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan
untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak
kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap
pengujian minimum harus mencakup empat benda uji, yang pertama harus
diuji pembebanan kuat tekan setelah 3 hari; yang kedua sesudah 7 hari;
yang ketiga sesudah 14 hari; dan yang keempat sesudah 28 hari.
b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40
meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas
hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu beton
tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil contoh
paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random),
kemudian karakteristiknya diuji sebagaimana ditentukan dalam PBI tahun
1971.

3) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan
tersebut meliputi :
a) Pengujian yang tak merusak, menggunakan “sclerometer” atau perangkat
pengujian lainnya;

VI-3-18/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur atau bagian struktur


yang dipertanyakan;
c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
d) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

3.1.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Beton akan diukur dengan jumlah “Meter Kubik” untuk pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa-pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang
tertanam seperti : baja tulangan, selonsong pipa ( conduit), angkur-angkur
atau Water Stop.
b) Tidak ada pengukuran tambahan yang dilakukan untuk cetakan/acuan,
perancah, pengangkutan, penyelesaian akhir permukaan, perawatan, dan
pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian beton. Semua biaya-biaya
tersebut sudah termasuk dalam harga penawaran Pekerjaan Beton.
c) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur dan beton non struktur. Beton struktur adalah beton yang
disyaratkan atau disetujui Direksi Pekerjaan sebagai K 250 atau F’c 20 Mpa
atau yang lebih tinggi. Beton non struktur adalah beton yang disyaratkan
atau disetujui sebagai K175 atau K125. Apabila beton yang karakteristiknya
lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan pada lokasi mutu/karakteristik
beton lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton non
struktur dengan mutu yang lebih rendah.

2) Pengukuran untuk beton yang diperbaiki


a) Apabila ada bagian beton telah diperbaiki dari cacat mutu, maka kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran adalah sejumlah yang harus dibayar
sesuai dengan nilai pekerjaan beton semula yang telah memenuhi
ketentuan.
b) Tidak ada pembayaran tambahan untuk tiap peningkatan kadar semen,
penambahan aditif, untuk pengujian, atau pelengkap lainnya yang
dibutuhkan dalam mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

3) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas yang diterima dari berbagai klasifikasi mutu beton yang telah
ditentukan/ disyaratkan akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata
Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran “Meter Kubik”.

VI-3-19/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

b) Harga dan Pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh


penyediaan dan pemasangan seluruh bahan serta alat bantu lain yang tidak
dibayar dalam Mata Pembayaran lain, termasuk “Water Stop”, acuan,
perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan
beton, dan semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan sebagaimana mestinya sesuai Seksi ini..

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
3.1. (1) Beton K 300 Meter Kubik
3.1. (2) Beton K 250 Meter Kubik
3.1. (3) Beton K 175 Meter Kubik
3.1. (4) Beton Siklop K 175 Meter Kubik
3.1. (5) Beton K 125 Meter Kubik

SEKSI 3.3
PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH BETON

3.3.1. UMUM

Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan
dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam
SNI 03.2847.2002. NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

3.3.2. TANGGUNG JAWAB

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan


gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan
persetujuan “pengawas yang ditunjuk” sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat
konstruksi cetakan/ acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta
system rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk
struktur yang aman. Asuransi keselamatan dan peralatan haruslah menjadi
tanggung jawab dari “Kontraktor”.

3.3.3. LINGKUP PEKERJAAN

A. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk.


Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua
cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan
dan diperinci berikut dalam bab ini.

VI-3-20/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

B. Pekerjaan yang berhubungan


1. Pekerjaan Pembesian, Bab 2
2. Pekerjaan Beton, Bab 3
3. Pekerjaan Beton Prategang, Bab 4

3.3.4. REFERENSI REFERENSI

Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar
atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-
standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
a. SNI 03.2847.202 : Tata Cara Pe rencanaan Struktur Beton untuk
: Bangunan Gedung.
b. S.I.I : Standard Industri Indonesia.
c. ACI-301 : Specification for Sructural Concrete Building.
d. ACI-318 : Building Code Requirement for Reinforced
Concrete Building.
e. ACI-347 : Recommended Practice for Concrete Formwork.

3.3.5. PENYERAHAN (SUBMITTALS)

Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan dengan segera oleh


“Kontraktor” sesuai dengan jadwal yang telah disetujui , untuk menghindari
keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.

A. Kualifikasi Mandor cetakan beton (Formwork Foreman)

“Kontraktor” harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang


berpengalaman dalam hal cetakan beton.
Kualifikasi dari mandor harus diserahkan kepada “pengawas yang
ditunjuk” untuk ditinjau.

B. Data Pabrik

Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh “Kontraktor”


kepada “pengawas yang ditunjuk” dalam waktu 30 hari kerja setelah
“Kontraktor” menerima surat perintah kerja, juga harus diserahkan
instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari lapisan-
lapisan, pengikat-pengikat dan asesoris serta sistim cetakan dari pihak lain
bila dipakai.

C. Gambar kerja

Perhatikan sistim cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan


penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan
cetakan, sirkulasi cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk”
sekurang-kurangnya empat minggu sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.

VI-3-21/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

Hanya gambar kerja untuk cetakan beton ekspose yang perlu persetujuan
dari arsitek.

D. Contoh
Lengkapi cetakan dengan “cone” untuk mengencangkan cetakan.

SEKSI 3.4
BAHAN-BAHAN / PRODUK

Bahan-bahan dan perlengkapan-perlengkapan tambahan (accessories)


harus disediakan seperti disyaratkan untuk mencetak/ membentuk dan
mendukung/ menyokong pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis
penyelesaian permukaan beton seperti disyaratkan.

3.4.1. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian rupa agar praktis
penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di atas
tanah sedemikian agar memberi kesempatan untuk pengeringan udara
secara alamiah.

3.4.2. PERANCANGAN DARI CETAKAN DAN PERANCAH

A. Definisi perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang
belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan
dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh “pengawas yang
ditunjuk”. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan
perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan
biaya untuk harga satuan perancah.

B. Perancangan/ Design
1. Perancangan/ design dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh
tenaga ahli resmi yang bertanggung jawab penuh kepada
kontraktor.
2. Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada
ketentuan ACI-347.
3. Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton
waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan
getaran alat penggetar. Apabila dipakai penggetar dari luar,
perkuatan/penyokong harus memadai dan diperhitungkan baik-baik
serta menjamin bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada
cetakan tanpa konsentrasi berlebihan.

VI-3-22/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

C. Acuan
1. Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai
bentuk, garis dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana serta uraian dan syarat
teknis pelaksanaan.

2. Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah


kebocoran adukan.

3. Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat


menyatu dan mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.

4. Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga


tidak merusak struktur yang sudah selesai dikerjakan.

D. Galian tanah sebagai cetakan langsung


Jangan memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk
permukaan tegak dari beton.

3.4.3. CETAKAN UNTUK PERMUKAAN BETON EKSPOSE.

A. Cetakan “Plastic-Faced Plywood” (Penyelesaian halus dan penyelesaian


dengan cat/ smooth finish and painted finish). Gunakan potongan/
lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat harus seragam dan
simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut maupun
pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh “pengawas
yang ditunjuk” untuk pola sambungannya.

B. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara


panel-panel cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran
dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir halus dan harus
diperkuat dengan rangka penunjang untuk mempertahankan
permukaan-permukaan yang berhubungan dari panel-panel yang
bersebelahan pada bidang yang sama. Gunakan bahan penyambung
cetakan (gasket) antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-
panel cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir
halus dari adukan beton baru ke permukaan campuran beton
sebelumnya. Tambalan pada cetakan tidak diijinkan.

3.4.4. PENYELESAIAN BETON DENGAN CETAKAN PAPAN.

A. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang
kering dioven dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua
papan harus bebas dari mata kayu yang besar, tarikan, goncangan kuat,
lubang-lubang dan perlemahan-perlemahan lain yang serupa.

VI-3-23/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

B. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar.
Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan
permukaan-permukaan pada bidang yang sama tanpa sambungan
mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-
sudut dan perubahan bidang.

C. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk


stabilitas dan untuk mencegah lepas/ terurainya adukan. Cetakan papan
harus dikencangkan pada penunjang plywood dengan kondisi akhir dari
paku yang ditanam tidak terlihat. Pola dari paku harus seragam dan
tetap (consistent) seperti disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.

3.4.5. CETAKAN UNTUK BETON TERLINDUNG (UNEXPOSED CONCRETE)

A. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam(metal), plywood


atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata
kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan
kedua ujungnya.

B. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh


rekatan dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan
plesteran.

3.4.6. PERANCAH, PENUNJANG DAN PENYOKONG (studs, wales and


support).
Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan
penyokong adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan
beban pada waktu pelaksanaan termasuk perancah yang menumpu pada
tanah.

3.4.7. JALUR KAYU


Jalur kayu diperlukan untuk membentuk garis/ alur sambungan dan
chamfer.

3.4.8. MELAPIS CETAKAN.

A. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus,


haruslah dari jenis yang tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan
meninggalkan sisa-sisa/ bekas pada permukaan beton atau efek yang
merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.

B. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan minyak/ gemuk
(oli bekas) atau suatu bahan agar beton tidak menempel pada cetakan
dari pabrik, khusus untuk cetakan dari besi pakai lapisan sesuai dengan
spesifikasi pabrik sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.

VI-3-24/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

3.4.9. PENGIKAT CETAKAN

A. Pengikat cetakan haruslah batang-batang besi yang dibuat di pabrik


atau jenis pelat memanjang (flat band type), atau model yang dapat
dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan
sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran
beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dengan luasan
perletakan yang memadai.

B. Untuk beton-beton yang umum, penempatan pengikat cetakan sesuai


pendapat kontraktor.

C. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose,


harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type). Ukuran kerucut
haruslah 2.5 cm maksimum diameter pada sisi permukaan beton
dengan 3.8 cm tebal/ tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat
haruslah lurus kedua arah baik mendatar maupun tegak di dalam
cetakan atau seperti disetujui oleh “pengawas yang ditunjuk”.

3.4.10. PENYISIPAN BESI


Penanaman/ penyisipan besi untuk angkur dari bahan lain atau peralatan
pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti disyaratkan pada
pekerjaan ini.

A. Penanaman/ penyisipan benda-benda berulir.


Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh “pengawas
yang ditunjuk”.

B. Pemasangan langi-langit (ceilling)


Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung yang menahan
penggantung langit-langit, konstruksi penggantung haruslah di-galbani,
atau type yang diijinkan oleh ”pengawas yang ditunjuk”.

C. Pengunci model ekor burung


Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galbani yang
lebih baik/ tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari
besi seperti dispesifikasikan. Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi
yang mudah dibongkar untuk mengeluarkan gangguan dari mortar/
adukan.

3.4.11. PEMASANGAN BENDA BENDA YANG AKAN DITANAM DI DALAM


BETON.

Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam
beton .

A. Penempatan saluran/ pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak


mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di
dalam PBI 1971 NI-2 Bab 5.7.

VI-3-25/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

B. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam


bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail di
dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-
tempat yang telah disetujui untuk dilewati pipa.

C. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan di dalam gambar,


tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.

D. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian


yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja
tulangan yang terpasang, maka kontraktor harus segera
mengkonsultasikan hal ini dengan “pengawas yang ditunjuk”.

E. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser/ memindah


kan baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam
melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa izin tertulis dari
“pengawas yang ditunjuk”.

F. Semua bagian/ peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-


angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan beton, harus dipasang sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.

G. Bagian-bagian/ peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada


posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton
dilakukan.

H. Kontraktor utama harus memberitahukan serta memberikan


kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagian-bagian/
peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.

I. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong


untuk penempatan benda/ peralatan yang akan ditanam dalam beton
yang mana rongga tersebut diharuskan tidak terisi beton harus ditutup
dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan
pengecoran beton.

SEKSI 3.5
PELAKSANAAN

3.5.1. Umum

A. Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan


terhindar dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan
konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap pembebanan yang

VI-3-26/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya


sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat
gaya-gaya yang bekerja padanya sedemikian rupa hingga akhir
pekerjaan beton, lendutan dari permukaan dan bentuk konstruksi beton
sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.

B. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak
mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila
perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton
berlangsung menunjukkan tanda-tanda penurunan yang berlebihan
sehingga menurut pendapat “pengawas yang ditunjuk” hal itu akan
menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan
tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi
konstruksi, maka “pengawas yang ditunjuk” dapat memerintahkan
untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut
sehingga dianggap cukup kuat.

C. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan


kontraktor. Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau
sistem lainnya secara detail (termasuk perhitungannya) harus
diserahkan kepada “pengawas yang ditunjuk” untuk disetujui dan
pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar
rancangan tersebut disetujui.

D. Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton


berlangsung untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi,
kemiringan ataupun ruang/ rongga.

E. Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan


perancah memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk,
pekerjaan harus dihentikan, dilakukan pembongkaran bila dinilai akan
terjadi kerusakan permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk
mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.

F. Rencanakan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan


pembongkaran guna mengeliminasi kerusakan pada beton apabila
cetakan & perancah dibongkar.

G. Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan


penunjang utama dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu
pengecoran.

3.5.2. Pemasangan

A. Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, bentuk, kelurusan


dan kemiringan dari beton seperti ditunjukkan pada gambar; dilengkapi

VI-3-27/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

untuk lubang-lubang (openings), celah-celah, pengunduran (recesses),


chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti yang diperlukan.

B. Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah,


kedap air dan dikencangkan secukupnya serta diperkuat untuk
mempertahankan posisi dan kemiringan serta mencegah tekuk dan
lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.

C. Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor


bertanggung jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang
diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah
jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.

D. Semua sambungan/ pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris


baik pada arah mendatar ataupun tegak, termasuk sambungan-
sambungan konstruksi kecuali memang diperlihatkan lain pada gambar.

E. Toleransi untuk beton secara umum – sesuai SNI 03.2847.2002 atau


ACI 347-78.3.3.1 “Tolerances for Reinforced Concrete Building”.

F. Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada


permukaan beton yang diekspose.

G. Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu


pembongkaran tidak mengalami kesulitan dan tidak menyebabkan
terjadinya kerusakan pada permukaan beton hasil pengecoran.

H. Cetakan kolom sudah boleh dipasang dan dicor (hanya sampai tepi
bawah dari permukaan rencana balok diatasnya) segera setelah
penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor
sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.

I. Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, kontraktor


harus benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak
yang mempunyai “plumbness”/ kemiringan lebih atau kurang dari
10mm.

3.5.3. Pengikat cetakan


Pengikat cetakan harus dipasang sedemikian pada jarak tertentu untuk
ketepatannya memegang/ menahan cetakan selama pengecoran beton dan
untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah.

3.5.4. Jalur kayu, “blocking” dan pencetakan bentuk-bentuk khusus


(moulding)
Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan
sebagainya seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang

VI-3-28/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

berbentuk khusus / berprofil dan permukaan seperti diperlihatkan pada


gambar dan untuk melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang
kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada permukaan
beton dengan suatu cara tertentu. Lapisilah jalur kayu, blocking dan
pencetakan bentuk khusus dengan bahan yang dapat memudahkan
melepaskan cetakan setelah selesai.

3.5.5. Chamfers
Garis/ lajur chamfers haruslah hanya yang ditunjukkan pada gambar-
gambar arsitek saja.

3.5.6. Bahan untuk pelepas beton (Release agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan
dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat
permukaan dari cetakan sekedar berminyak bila disentuh. Pastikan bahwa
bahan pelepas tidak mencapai tulangan beton maupun pada permukaan
beton yang diperkeras dimana beton basah akan dicor/ dituangkan. Jangan
memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk
menerima penyelesaian khusus dan/ atau pakailah penutup dimana
dimungkinkan.

3.5.7. Pekerjaan sambungan


Untuk mencegah kebocoran di celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan
beton exposed, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints.
Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada
gambar kerja. Bilamana memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat
yang tersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan dalam 24 jam
setelah jadwal pengecoran.

3.5.8. Pembersihan
A. Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan
terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk
pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan
kolom dan cetakan-cetakan dinding serta pada titik-titik lain dimana
diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan pada bagian
sisi dalam dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/ tempat
dari bukaan-bukaan pembersihan berdasar kepada persetujuan
“pengawas yang ditunjuk”.

B. Untuk beton exspose sama dengan pada umumnya, kecuali bahwa


pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton
exspose untuk permukaan expose tanpa persetujuan “pengawas yang
ditunjuk”.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton expose
dengan permukaan expose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan
yang bagian-bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh
“pengawas yang ditunjuk”.

VI-3-29/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

C. Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan diperlukan


untuk memasang beton expose, lokasi harus disetujui oleh “pengawas
yang ditunjuk”.

D. Perancah ; permukaan batang-batang penyangga cetakan harus


memadai sesuai dengan metode perancah. Pemeriksaan perancah
secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran sampai
dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi, perkuat/
kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-
penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas.
Hentikan pekerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan
memperlihatkan pergerakan terus menerus sampai melampaui batas
yang dimungkinkan dari peraturan.
E. Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari
tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak
dan lapisi secara seragam/ merata dengan “release agent” untuk
cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang tercantum.
Buanglah kelebihan dan jangan ijinkan pelapisan pada tempat dimana
beton expose akan dicor.

F. Pemeriksaan cetakan; beritahukan kepada “pengawas yang ditunjuk”


setidaknya dua puluh empat jam sebelumnya dalam pengajuan jadwal
pengecoran beton.

3.5.9. Penyisipan dan perlengkapan


A. Buatlah persediaan/ perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau
perlengkapan-perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur
dan sisipan di dalam beton.

B. Buatlah pola atau instruksi untuk pemasangan dari macam-macam


benda.

C. Tempatkan exspansion joint fillers seperti dimana didetailkan.

3.5.10. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil
seperti diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/ lubang-
lubang sementara pada bagian bawah dari semua cetakan untuk
kemudahan pembersihan dan pemeriksaan. Tutuplah bukaan/ lubang-
lubang tersebut setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam
cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan pengunci di
dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.

3.5.11. Water stop


Lengkapi dengan water stop yang menerus pada semua sambungan yang
langsung berhubungan dengan tanah atau air di bawah lapisan tanah dan
dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, letak/ posisi water stop harus
akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang sambungan kedap
air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan.

VI-3-30/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

3.5.12. Cetakan untuk kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti
terlihat pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan
pembersihan dan pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum
pengecoran beton.

3.5.13. Cetakan-cetakan untuk pelat dan balok-balok

A. tegak dari duct; pipa-pipa; conduit dan Buatlah semua lubang pada
cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk lintasan sebagainya.

B. Puncak dari camber harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan


dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya
untuk mendongkrak dan untuk mengambil alih penurunan pada
cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu pelaksanaan pengecoran
beton.

3.5.14. Pembongkaran cetakan dan pengencangan kembali perancah


(reshoring)

A. Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan SNI 03.2847.2002.


Untuk melepas cetakan dan perancah, kuat tekan beton diambil dari
contoh benda uji silinder yang dibuat mengikuti ketentuan yang berlaku,
selanjutnya diletakkan dan dirawat sama dengan struktur beton pada
tempat yang bersangkutan.

B. Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar harus dilepas
secara berhati-hati tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap
sudut-sudut, off sets ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati
lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau
permukaan beton expose dengan menggunakan peralatan ataupun
description apapun tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari
beton yang tajam dan secara umum pertahankan keutuhan dari design.

C. Bersihkan cetakan-cetakan beton expose secepatnya setelah


pembongkaran untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.

D. Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan


harus ditopang/ ditunjang kembali sepenuhnya pada semua pelat dan
balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan
perancah kembali harus tetap ditempatnya sampai beton mencapai
kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan
beton dengan test silinder atas biaya kontraktor.

E. Penunjang-penunjang sementara; sebelum pengecoran beton, tulangan


menerus balok-balok dengan bentang panjang (12m) haruslah ditunjang
dengan penopang-penopang sementara sedemikian untuk
me”minimum” kan lendutan akibat beban dari beton basah.

VI-3-31/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi III : Pekerjaan Beton Bertulang
-

Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama


pengecoran beton dan selama diperlukan untuk mencegah penurunan
dari penunjang-penunjang tersebut. Perancah tidak boleh dipindahkan
sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi

3.5.15. Pemakaian ulang cetakan beton

A. Pemakaian ulang dari cetakan; cetakan-cetakan boleh dipakai ulang


hanya bila betul-betul masih baik dan dalam kondisi yang memuaskan
bagi “pengawas yang ditunjuk”. Cetakan-cetakan yang tidak dapat
benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai
ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh “pengawas yang
ditunjuk”, bagian pembersihan cetakan, harus memperbaiki kerusakan
permukaan dengan memindahkan lembaran-lembaran yang rusak.

B. Plywood, sebelum pemakaian ulang dari plywood, bersihkan secara


menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah
memakai ulang plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang,
cacat/ kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau kerusakan
lain yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan.
.
C. Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang
dengan membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan
lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/
buanglah papan-papan yang lepas/rusak.

D. Agar cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang
diakibatkan oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton expose
pada bagian yang terlihat boleh dipakai ulang hanya pada potongan-
potongan yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu
dan hasil, pada bagian permukaan yang tampak dari beton expose
akibat cetakan yang ada bekas jalur dari plywood yang robek atau lepas
seratnya.

E. Sehubungan dengan beban saat pelaksanaan, maka beban pelaksanaan


harus didukung oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu
kontraktor harus melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan
rancangan pembongkaran perancah.

VI-3-32/38
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

DIVISI IV
PEKERJAAN BAJA

SEKSI 4.1
BAJA TULANGAN

4.1.1. UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan


sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Standar Rujukan
A.C.I.315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced
Concrete Structures, American Concrete Institut.
AASHTO M31 – 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete
Reinforcement. Ukuran diameter dan panjang : sesuai
dengan diameter yang tertera dalam gambar dan
panjang rata-rata satu batang baja tulang 12,00 m’
atau setara produk Krakatau Steel (KS).

3) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315
b) Baja Tulangan harus terpasang sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar baja tulangan yaitu 4 cm untuk beton yang tidak terekspos
langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya
kebakaran; dan 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam dan tidak bisa
dicapai atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya.

4) Penyimpanan dan Penanganan


c) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan,
diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran
batang, panjang dan informasi lainnya terkait dengan tanda yang
ditunjukkan pada daftar tulangan.
d) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sebaik
mungkin untuk mencegah distorsi, korosi, kontaminasi atau kerusakan
lainnya.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum pemesanan bahan seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus telah disiapkan oleh Kontraktor untuk mendapatkan

VI-4-1/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

persetujuan Direksi Pekerjaan, dan tidak ada bahan baja tulangan yang
dipesan sebelum daftar pesanan dan diagram pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disyahkan pabrik baja yang
memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan
mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam
pekerjaan.

6) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan atas Pekerjaan yang tidak Memenuhi Ketentuan
a) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas baja
tulangan yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi Pekerjaan dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
Laboratorium Pengujian harus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Persetujuan daftar pesanan dan diagram pembengkokan besi dalam segala
hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang
disediakan dengan daftar dan diagram untuk memenuhi rancangan dalam
Gambar, adalah atas biaya Kontraktor.
c) Baja Tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dipakai
dalam pekerjaan:
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi yang
disyaratkan dalam ACI 315;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau
Gambar Kerja Akhir.
iii) Batang dengan penampang mengecil akibat karat yang berlebih atau
sebab lainnya.
d) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang
tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan. Pembengkokan kembali dari batang
tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain
oleh Direksi Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh
pembengkokan kembali atau bilamana pembengkokan kembali tidak
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, baja tulangan tersebut harus diganti
dengan yang baru dan dibengkokkan sebagaimana diperlukan dengan
benar.
e) Kontraktor harus menyediakan fasilitas/peralatan di tempat kerja untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan
tulangan yang telah dibengkokkan maupun tidak, dan harus menyediakan
persediaan yang cukup sebagai pengganti atas kekeliruan pengerjaan baja
tulangan.

b) Penggantian Besi
a) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
b) Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada, maka :

VI-4-2/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

 Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi


pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan
kepada Perencana Konstruksi untuk sebagai konfirmasi melalui Direksi
Pekerjaan.
 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai
pekerjaan tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi atau Direksi
Pekerjaan.
 Jika diusulkan perubahan pembesian maka perubahan tersebut hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi
atas sepengetahuan Direksi Pekerjaan. Mengajukan usul dalam rangka
tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
c) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
 Harus ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
 Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah
luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh
dari pembesian aslinya.

d) Toleransi Besi
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam berat Toleransi diameter
(atau jarak antara dua yang diperbolehkan
permukaan yang berlawanan)

di bawah 10 mm +/- 7% +/- 0.4 mm

10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm) +/- 5% +/- 0.4 mm

16 mm sampai 28 mm
(tapi tidak temasuk
diameter 28 mm) +/- 4% +/- 0.5. mm

28 mm sampai dengan
32 mm +/- 2% +/- 0.6 mm

4.1.2. BAHAN

1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Memenuhi syarat SII 0136-84. Kecuali
ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi dari jenis BJTP. 24 untuk
diameter < dan sama dengan 12 mm dan besi dari jenis BJTD.40 untuk
diameter > 12 mm.

VI-4-3/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

b) Perlengkapan baja tulangan, meliputi semua peralatan yang diperlukan


untuk mengatur jarak tulangan/baja tulangan dan mengikat tulangan-
tulangan pada tempatnya. Besi tulangan harus terpasang dengan kokoh
sehingga tidak terjadi pergerakan/ pergeseran pada saat pengecoran,
ukuran, bentuk dan posisi spacer harus memperoleh persetujuan Direksi
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

4.1.3. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan seluruh baja tulangan
harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-
lekukan, pembengkokan atau kerusakan.
b) Batang tulangan dengan diameter 16 mm dan lebih besar harus
dibengkokkan dengan mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan


a) Tulangan harus dibersihkan sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak atau lapisan lain yang mengurangi
atau merusak pelekatan tulangan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dengan
kebutuhan selimut beton minimum atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
c) Tulangan harus diikat dengan kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Seluruh tulangan
harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
gambar.
d) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 kali diameter batang dan batang
tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
e) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan
beton, sehingga tidak akan terekspos.
f) Bila menggunakan Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang
sepanjang mungkin, dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan
paling sedikit satu kali jarak anyaman.
g) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terexpose untuk suatu kurun yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan adukan semen acian.
h) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan
bekerja atau beban konstruksi lainnya

VI-4-4/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

SEKSI 4.2
BAJA STRUKTUR

4.2.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup struktur baja yang dilaksanakan memenuhi garis,
kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditunjuk
oleh Direksi Pekerjaan. Terdiri atas pekerjaan : penyediaan, pengujian,
fabrikasi, pemasangan, galvanisasi dan pengecetan logam struktur sebagai
mana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar. Logam struktur terdiri atas baja struktur, baut,
pengelasan, baja khusus dan campuran, elektroda logam dan penempaan.
Pekerjaan ini harus juga mencakup setiap pelaksanaan logam tambahan yang
tidak disyaratkan, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan Gambar Rencana.

2) Pengendalian Mutu
Mutu bahan yang di pasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau
dan dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dalam
pasal 4.1.1.(5) di bawah

3) Toleransi
a) Diameter Lubang
 Lubang pada elemen utama : + 1,2 mm – 0,4 mm
 Lubang pada elemen sekunder : + 1,8 mm – 0,4 mm

b) Alinyemen Lubang
 Elemen Utama dibuat di bengkel : + 0,4 mm
 Elemen Sekunder dibuat di lapangan : + 0,6 mm

c) Gelagar
Lendutan Balik : Penyimpangan dari lendutan balik (Camber) yang
disyaratkan + 0,2 mm per meter panjang balok atau + 6mm, dipilih yang
lebih kecil.
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat perletakan 0,1
mm per meter panjang balok sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (Web ) dan sumbu flens dalam
gelagar susun : maksimum 3 mm
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok
yang di las akan ditentukan dengan pengukuran pangkal flens terhadap
bidang badan (Web) pada pertemuan sumbu badan ( Web ) dengan
permukaan luar dari plat flens. Penyimpangan ini tidak boleh melebihi
1/200 dari lebar flens total atau 3 mm. Dipilih yang lebih besar.

Ketidakrataan dari landasan atas dudukan :


 Ditempatkan pada penyuntikan (grouting ) : Maks. 3,0 mm.
 Ditempatkan di atas baja, adukan liat : Maks. 0,25 mm.

VI-4-5/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok


dan gelagar yang dilas, di ukur pada sumbu badan ( Web ), harus
sebagaimana berikut ini :
 Untuk ketinggian hingga 90 cm : + 3mm
 Untuk ketinggian diatas 90 cm hingga 180 cm : + 5 mm.
 Untuk ketinggian diatas 180 cm : - 5 mm.

d) Batang Desak panjang ( Struts )


Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-
masing flens ke segala arah : panjang / 1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih
besar.
e) Permukaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin
tidak boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat di pahat
dalam suatu segi empat dengan sisi 0,5 m.

4) Standar Rujukan
AASHTO M 160M –90 :General Requirement for Rolled Steel Plates, Shapes,
Sheet Pailing and Bar for structural Use.
AASHTO M164M –90 : High Strength Bolts for structural steel Joints.
AASHTO M169M –83 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality.
AASHTO M183M –90 : Structural Steel
ASTM A233 : Mild Steel, arc Welding Electrode
ASTM A307 : Mild Steel Bolts and Nuts ( Grade A )
AWS D20 : Bridges

5) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian pabrik yang menunjukan
kadar bahan kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja yang
digunakan dalam pekerjaan. Bilamana laporan pengujian pabrik ini tidak
tersedia maka Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Kontraktor untuk
melaksanakan pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan
sifat-sifat lain dari baja pada suatu lembaga pengujian yang disetujui.
Laporan pengujian ini harus diserahkan dengan atau sebagai pengganti
sertifikat pabrik.
b) Semua gambar kerja terinci yang di siapkan oleh atau atas nama
Kontraktor harus di serahkan kepada Direksi Pekerjaan sebanjak 3 ( tiga )
salinan untuk disetujui. Persetujuan ini tidak membebaskan tanggung
jawab Kontraktor terhadap pekerjaan dalam kontrak ini.
c) Kontraktor harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan yang
diusulkan termasuk semua gambar kerja dan rancangan untuk pekerjaan
sementara yang diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang
diperlukan harus meliputi tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman
dan pemasangan, metode pemasangan, detail sambungan dan
penghubung dan setiap keterangan yang berkaitan lainnya untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.

VI-4-6/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

d) Kontraktor harus memberitahu kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis


sekurang-kurangnya 3x24 jam sebelum memulai pemasangan baja
struktur.

6) Penyimpangan Dan Perlindungan Bahan


Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus di tumpuk di
atas balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh Direksi
pekerjaan. Apabila pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa lapis, maka
pengganjal untuk semua lapis harus berada di dalam satu garis. Bahan harus
dilindungi dari korosi dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas dari
kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing lainnya. Permukaan yang
akan di cat harus dilindungi dengan seksama baik di bengkel pabrik maupun di
lapangan. Uliran untuk penyetelan harus dilindungi dari kerusakan.

7) Perbaikan terhadap Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau
pemasangan harus diperbaiki sampai disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Setiap bahan atau sambungan yang rusak sebelum diperbaiki akan ditolak
dan segera disingkirkan dari pekerjaan.
b) Elemen baja dengan dimensi di luar toleransi yang disyaratkan dalam pasal
4.1.1.(4) tidak akan diterima untuk digunakan dalam pekerjaan.

8) Pemeliharaan pekerjaan Yang Telah Diterima


Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan dalam pasal 4.1.1.(8) di atas, Kontraktor juga harus
bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua pekerjaan baja struktur
yang telah selesai dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode
pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan seksi 10.1 dari spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut pasal
10.1.7

4.2.2. BAHAN

1) Baja Struktur
a) Kecuali ditunjukan lain dalam gambar, Jenis Baja yang dipakai adalah Baja
setara “Krakatau Steel” sebagai berikut :
1. Kuda-kuda/Kap baja dipakai : Baja Siku-Siku Sama Kaki L 80.80.6,
60.60.6 dan 50.50.5; Bj.37 atau Fe 360; Tegangan dasar ijin = 1600
kg/cm2 dan Modulus elastisitas bahan = 2.1 E 6 kg/cm2.
2. Gording : Baja Canal C150 (150.65.20.3,2); Bj 37 atau Fe 360;
Tegangan dasar ijin = 166 kg/cm2; dan Modulus elastisitas bahan = 2.1
E 6 kg/cm2.
3. Trackstang dia 12 mm
4. Ikatan Angin M 20 mm

VI-4-7/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

b) Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi


spesifikasi “American Institute of Steel Construction (AISC) dan PPBBI Mei
1984.
c) Kecuali kalau diatur tersendiri baja untuk konstruksi, sistem sambungan
utama menggunakan Baut HTB (High Strenght Bolt) atau baut mutu tinggi
dan las listrik hanya untuk bagian-bagian sambungan pelengkap, semua
sistem sambungan harus memenuhi persyaratan A.S.T.M. A53 type E atau
S.
d) Mutu Baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas
pada unit-unit yang menunjukan identifikasi selama fabrikasi dan
pemasangan.

2) Baut, Mur dan Ring


a) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A 307 Grade A, dan
mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi enam ( hexagonal ).
1. Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi Type A 325-N;
2. Baut, Mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus dipabrikasi dari baja
karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan AASHTO
M164M-90 dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2 dan
pemuluran ( elongation ) minimum 12 %; Ulir pada bidang geser
(Treads in Shear Plane) : Tegangan geser ijin (FV) = 15 Ksi = 1050
kg/cm2; Tegangan tarik ijin (F’t) = 55-1,8 FV < 44 Ksi = 3080 kg/cm2;
Gaya tarik awal T = 85 KN.
b) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan
dari AASHTO M164M-90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukan dalam
gambar.

3) Bahan Untuk Keperluan Pengelasan


Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam
dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183-90, harus
memenuhi ketentuan dari AASTM A233.

4) Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana
diminta oleh Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya
yang menyatakan bahwa bahan tersebut telah diproduksi sesuai dengan
formula standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu
dari pabrik pembuatannya. Sertifikat harus menunjukan semua hasil pengujian
sifat-sifat fisik bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa
biaya tambahan.

4.2.3. KECAKAPAN KERJA

1) Fabrics
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang
disyaratkan dalam pasal 4.1.1.(4).
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat packing jika
diperlukan, untuk menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan
VI-4-8/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

bidang yang berdampingan tidak melampaui 1mm untuk baut geser tegangan
tinggi, dan 2 mm untuk jenis sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki
akibat kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak
melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan
tetapi, baik perbedaan ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling
maupun kombinasi toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran
yang diijinkan di atas, maka penyimpangan yang melampaui 3 mm harus
diperhalus dengan suatu kelandaian yang tidak curam dari 1 : 4.

2) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan dengan akurat, hati-hati dan rapi. Setiap
deformasi yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut
tepi-tepi potongan pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah
selesai dikerjakan, harus dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau
ditumpulkan. Pengisi, pelat penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral
dapat dibentuk dengan pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian
yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus di buang.
Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudut-sudut
ini umumnya dibulatkan dengan suatu radius maksimal 1,0 mm.

3) Lubang Untuk Baut


a) Lubang untuk Baut Anti benam (countersunk) dan baut Hitam, tidak
termasuk toleransi rapat, baut silinder (turned barrel bolt) dan baut geser
tegangan tinggi;
Diameter lubang tidak boleh lebih besar dari 1 mm dari diameter nominal
baut. Semua lubang harus di bor atau di bor kecil dahulu kemudian
diperbesar atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.
Bilamana beberapa pelat atau komponen membentuk suatu elemen
majemuk, pelat-pelat tersebut harus di gabung menjadi satu dengan
menggunakan klem atau baut penyetel dan lubang harus di bor sampai
seluruh ketebalan dalam satu kali operasi, atau sebagai alternatif, pada
pekerjaan yang sama dan dikerjakan berulang-ulang, pelat atau komponen
dapat dilubangi secara terpisah dengan menggunakan jig atau mal. Semua
bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus
dibuang.
b) Lubang Untuk toleransi Rapat dan baut Silinder.
Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal baut batang (
shank) atau silinder (barrel), memenuhi toleransi + 0,15 mm dan – 0,0
mm.
Bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder
harus digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang
harus di bor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan
selanjutnya diperbesar setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat
dilakukan maka bagian –bagian yang terpisah harus di bor melalui jig baja
dan diperbesar jika diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam
seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.

VI-4-9/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

c) Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi.


Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali
diisyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diameter nominal
untuk baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter
nominal untuk baut yang lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat.
Jarak minimum dari pusat sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser
harus 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di
roll atau dipotong dengan las, harus 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus dibor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian
baja dirakit dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan bagian
tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang
dengan alat pengupas (scraper). Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5
mm. Setiap bekas tanda pada tepi permukaan bidang kontak dari ring, baut
dan mur harus dihilangkan. Pasak pengungkit ( drift ) dapat dimasukan ke
dalam lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari elemen-elemen
baja, tetapi tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama operasi
tersebut dan perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut
tidak rusak.

4) Pengaku ( Stiffer )
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai
penunjang beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik
yang dirakit di pabrik, di lapangan atau baja yang dapat di las dan terletak di
daerah tekan dari flens, dilas sebagaimana yang di tunjukkan dalam rancangan
atau diisyaratkan) pada flens di mana beban-beban tersebut diteruskan atau
dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak dimaksudkan untuk
menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukan atau diisyaratkan lain, dipasang
dengan cukup rapat untuk menahan air setelah di galvanasi.

4.2.4. PELAKSANAAN

1) Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka unit-unit konstruksi harus
dirakit di bengkel sebelum dikirim ke lapangan.

2) Sambungan Dengan Baut standar (selain Baut Geser tegangan Tinggi )


Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan ( proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus
digunakan di mana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan
salah satu bidang yang tegaklurus sumbu baut. Baut harus mempunyai
panjang sedemikian hingga seluruh mur dapat dimasukan ke dalam baut tetapi
panjang baut tidak boleh melebihi 6mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran.
Suatu “snap“ harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan
tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang
VI-4-10/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

tidak kurang dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala
baut harus diketuk dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang, Ring harus digunakan kecuali
di tentukan lain.

3) Baut Geser Tegangan Tinggi


a) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak
boleh melebihi 1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut.
Bagian –bagian yang akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan
tidak boleh diberi gasket ( lem paking mesin ) atau setiap bahan yang
dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk
yang berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak
kecuali kerak pabrik yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang
tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan dan benda-benda
asing lainnya, yang menghambat elemen-elemen tersebut untuk dapat
duduk sebagaimana mestinya.
b) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan
sekeliling elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak
pabrik, cat, gemuk, cat dasar, dempul, atau benda-benda asing lainnya.
Setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan,
atau kerusakan lainnya yang akan menghambat elemen-elemen tersebut
untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi gaya geser
di antara elemen-elemen tersebut harus dihilangkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu
kekasaran yang cocok. Tidak ada sambungan yang akan di buat sampai
permukaan yang akan dihubungkan telah diperiksa dan diterima Direksi
Pekerjaan.
c) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan
pelat pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa
tidak terjadi pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat
penyambung mempunyai bidang kontak yang rapat.
Perkakas pengencang baik kunci torsi (kunci momen) maupun mekanis,
sebagaimana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus digunakan untuk
mengencangkan baut-baut.
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus
dikalibrasi secara teratur hingga dapat diterima oleh direksi pekerjaan. Nilai
torsi yang diberikan pemasok harus disesuaikan sebelum setiap baut
digunakan dalam beban pekerjaan.

VI-4-11/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun


cara pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk
keterangan tentang persiapan permukaan-permukaan yang akan di sambung
harus diserahkan secara tertulis, untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum memulai fabrikasi. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau
detail yang ditunjukkan dalam Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan
dari Direksi Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus di setujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus
diperbaiki sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan
pengelasan diperlukan, maka perbaikan ini harus dilaksanakan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus diberikan residu kerak. Semua percikan
pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan
dengan pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “ run-on” dan “
run off” pada bagian ujung elemen.

5) Pengecatan dan Galvanisasi


Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan ketentuan dari Seksi
9.2 dari spesifikasi ini. Semua komponen pelengkap Baja struktur (baut dan
mur, plat buhul, komponen tumpuan), harus digalvanisasi dengan sistem
pencelupan panas sesuai dengan ASTM A123-89.

6) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan
untuk identifikasi dan suatu diagram pemasangan harus disediakan oleh
kontraktor dengan tanda-tanda pemasangan yang ditunjukan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian hingga dapat
diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tanpa mengalami tegangan,
deformasi, atau kerusakan lainnya yang berlebihan.
Baut dengan panjang dan diameter yang sama, dan mur yang terlepas dari
baut atau ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan
paket baut, ring dan mur harus dikirim dalam suatu kotak, krat atau tong,
tetapi berat kotor dari setiap kemasan tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan
uraian dari bahan-bahan tersebut harus ditandai secara sederhana pada bagian
luar dari setiap kemasan.

7) Peralatan dan Perancah


Kontraktor harus menyediakan setiap perkakas dan perancah yang diperlukan
untuk penanganan pekerjaan yang sebagaimana mestinya. Perlengkapan ini

VI-4-12/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
Bab VI - Divisi IV : Pekerjaan Baja
.

termasuk pengaku sementara, semua perkakas, mesin dan peralatan termasuk


pasak pengungkit (drift) dan baut penyetel.

Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara


sebagaimana mestinya agar dapat melaksanakan pemasangan elemen-elemen
dengan secara permanen.

8) Perakitan pekerjaan baja


Setiap bagian harus dirakit secara akurat sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar dan setiap tanda yang sesuai harus diikuti. Bahan harus dikerjakan
dengan hati-hati sedemikian hingga tidak terdapat bagian-bagian yang
bengkok, patah atau kerusakan lainnya. Penggunaan palu yang dapat melukai
atau mengubah elemen-elemen tidak boleh dilakukan. Permukaan bidang
kontak dan permukaan yang akan berada dalam kontak permanen harus
dibersihkan sebelum bagian-bagian tersebut dirakit. Kecuali dipasang dengan
cara kantilever, maka ruas-ruas rangka baja harus dipasang dengan suatu cara
sedemikian hingga memperoleh lendutan balik (camber) sebagaimana
mestinya. Setiap penguncian sementara harus dibiarkan sampai sambungan
tarik telah dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut.
Baut permanen untuk elemen-elemen tekan tidak boleh dimasukkan atau
dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun.

VI-4-13/13
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

DIVISI V
PEKERJAAN PASANGAN

SEKSI 5.1
BATU KOSONG

5.1.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan batu kosong meliputi semua pekerjaan hamparan/ isian batu kali
dan/ atau jenis batu lain yang diisi dengan meterial pasir urug yang difungsikan
sebagai landasan pondasi batu kali atau landasan pondasi yang disebut lain
dalam Gambar kerja Spesifikasi ini.

2) Standar dan Bahan


Batu kali dan/atau bahan batu jenis lain serta pasir urug yang dapat digunakan
adalah memenuhi persyaratan standar sebagai berikut :
- NI - 2 - 1971
- NI - 3 - 1970
- NI - 8 - 1972
3) Bahan
Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang dibelah atau batu gunung
yang keras dan tidak porous, bersih dan besarnya tidak lebih dari 30cm. Tidak
dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan. Pemecahan batu
harus dilakukan di luar batas bouwplank bangunan.
Pasir dan air pasangan adalah sama dengan yang ditentukan dalam pekerjaan
beton Seksi 3-2 Spesifikasi ini.

5.1.2. PELAKSANAAN
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Seksi 2-1 Galian Tanah, semua
permukaan galian yang dipersiapkan harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan, sebelum lapisan pasir ditebar.
2) Lapisan Pasir
Sebelum pekerjaan pasangan batu kosong dimulai Kontraktor harus
memastikan lapisan pasir urug sebagai landasan pasangan batu kosong
mencapai ketebalan padat yang disyaratkan dalam Gambar dan mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3) Pasangan Batu Kosong
Batu kali dipasang berdiri dimulai dari lapisan yang paling besar, kemudian
diurug pasir dan disiram air agar mengisi semua celah-celah batu kali pada
lapisan pertama. Lapisan berikutnya dipasang lapisan batu kali yang lebih kecil
sebagai pengunci lapisan pertama, kemudian ditebar pasir hingga mengisi
penuh celah-celah batu serta disiram air sampai jenuh. Demikian seterusnya
hingga mencapai ketinggian lapisan yang rata sesuai disyaratkan dalam
Gambar.

VI-5-1/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

4) Selisih permukaan pasangan batu kali dan/atau batu jenis lain yang digunakan
tidak lebih dari 5 cm atau mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

SEKSI 5.2
PASANGAN BATU KALI

5.2.1. UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan struktur penyangga yang dibuat dari
pasangan batu kali dengan perekat mortar sesuai ditunjukkan dalam
Gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan
ini harus termasuk pemasokan semua bahan, galian, pelaksanaan
pekerjaan, dan alat bantu lain yang diperlukan.
b) Umumnya pasangan batu kali dibutuhkan sebagai dasar penyangga dinding
penyekat ruang yang tidak lebih dari ketinggian 4 m’, dinding penahan,
got/saluran, dinding penahan plat gorong-gorong dan pekerjaan lain yang
ditunjuk dalam Gambar dan Spesifikasi ini.

2) Toleransi Dimensi
a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan
mortar tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata pasangan
batu dengan mortar disekitarnya.
b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan
dan saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak
boleh berbeda lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang
ditentukan atau yang telah disetujui, juga tidak boleh bergeser lebih dari 5
cm dari profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar minimal 15
cm.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum mulai menggunakan bahan batu yang diusulkan untuk pekerjaan
pasangan batu kali dengan mortar, Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Pekerjaan contoh pasangan batu untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.

4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap
satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan
pemasangan untuk menjamin agar seluruh batu hanya dipasangan dengan
adukan mortar baru.

VI-5-2/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

b) Setiap memulai pekerjaan pasangan batu harus sepengetahuan dan seijin


Direksi Pekerjaan.

5) Kondisi Tempat Kerja


Tempat kerja agar senantiasa kering dan dijamin tersedia fasilitas sanitasi
dengan memadai dilapangan serta kenyamanan para pekerja dilapangan untuk
menghasilkan pekerjaan yang optimal.

6) Perbaikan Pekerjaan yang ditolak dan Pemeliharaan yang telah diterima


a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi, rusak, dan
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus diperbaiki segera
oleh Kontraktor dengan biaya sendiri dengan cara yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Kontraktor juga harus bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin dari
semua pekerjaan pasangan batu dengan mortar hingga waktu serah terima
pekerjaan kepada Pemilik.

5.2.2. BAHAN

1) A d u k a n

Jenis Komposisi
No. Keterangan
Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A2 1 pc : 3 ps
3. A3 1 pc : 4 ps
4. A4 1 pc : 5 ps

- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang
harus sesuai dengan PBI-'71

2) B a h a n
a) Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang dibelah atau batu
gunung yang keras dan tidak porous, bersih dan besarnya tidak lebih dari
30 cm.
b) Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan.
Pemecahan batu harus dilakukan di luar batas bouwplank bangunan.
c) Semen, pasir dan air pasangan adalah sama dengan yang ditentukan
dalam pekerjaan beton. Penggunaan adukan :
A2= Digunakan untuk kepala pondasi yang dibuat setinggi 20 cm, diukur
dari permukaan atas pondasi ke bawah.
A4= Digunakan untuk pasangan batu kali secara umum atau sesuai
dengan gambar kerja.

VI-5-3/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

5.2.3. PELAKSANAAN

1) Pada setiap pokok galian harus dibuat profil pondasi/pasangan batu terbuat
dari kayu/reng atau bambu dengan ukuran /dimensi sesuai Gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang batu harus bersih dari bahan-bahan yang dapat mengurangi
kelekatan adukan, serta dibasahi dengan air secukupnya.
3) Untuk pondasi batu kali yang menumpu kolom dan sloof beton bertulang harus
dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter sama dengan
tulangan kolom yang akan ditumpunya pada setiap jarak 1,50 m’ dan dicor
beton K175.
4) Lapis pertama di atas lapisan batu kosong harus ditebar mortar dengan
ketebalan 60% dari ukuran maksimum batu yang akan digunakan, kemudian
dengan segera dipasang lapisan batu di atas adukan yang belum mengeras
secara merata. Selanjutnya adukan/mortar harus segera ditambahkan dan
proses tersebut dilakukan secara berulang sampai celah batu terisi penuh
hingga mencapai ukuran pasangan sesuai Gambar dengan permukaan atas
yang rata.
5) Jarak celah antara batu minimal 2,5 cm dan terisi penuh dengan mortar. Untuk
pasangan batu expose permukaan batu harus rata dengan menggunakan batu
pecah yang dipasang saling mengunci antara satu batu dengan batu lainnya.
6) Permukaan batu muka dengan mortar untuk struktur yang ter-expose harus
diselesaikan dengan pasta semen naad/siar yang rapi serta dirawat dengan
baik.
7) Penimbunan kembali lubang di sekeliling pasangan batu harus diselesaikan
dengan ketentuan Seksi 2-2 Pekerjaan Timbunan.

SEKSI 5.3
PASANGAN BATA

5.3.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan pasangan bata meliputi semua pekerjaan dinding bata merah setebal
setengah batu, satu batu, dan ketebalan lain sesuai dengan yang tertera dalam
Gambar kerja.

2) Toleransi Dimensi
a) Ukuran bata harus seragam dengan toleransi perbedaan dimensi tidak lebih
dari 5 mm untuk ukuran tiga dimensional.
b) Sisi muka masing-masing bata dari permukaan pasangan bata dengan
mortar tidak boleh melebihi 2,5 mm dari profil permukaan rata-rata
pasangan bata dengan mortar di sekitarnya.

VI-5-4/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

c) Untuk pasangan bata siar jarak siar horizontal dan vertikal rata-rata 12,5
mm dengan toleransi 2,5 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan bata adalah 1 mm
per 1 m’ atau satuan tinggi atau panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pasangan bata yang diusulkan dengan mortar,
Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan contoh pasangan
bata untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan bata dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan pasangan bata untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab terhadap ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan bata dengan mortar yang dilaksanakan setiap
satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan
pemasangan untuk menjamin agar seluruh bata hanya dipasang dengan
adukan mortar baru.
b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan bata tidak boleh lebih dari 1
m’ untuk setiap hari guna memberikan kesempatan mengeringnya mortar
sebelum pekerjaan pasangan bata dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan bata harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

5.3.2. BAHAN

1) A d u k a n

Jenis Komposisi
No. Keterangan
Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A2 1 pc : 3 ps
3. A3 1 pc : 4 ps
4. A4 1 pc : 5 ps

- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang
sesuai dengan PBI-'71

VI-5-5/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

2) Semen, pasir dan air pasangan adalah sama dengan yang ditentukan dalam
pekerjaan beton. Penggunaan adukan :
A1 = Digunakan untuk pasangan dinding kedap air yang dibuat setinggi
minimal 25 cm atau 5 lapis yang diukur dari batas daerah sumber resapan air.
A4 = Digunakan untuk pasangan bata secara umum atau sesuai dengan
gambar rencana.
3) Semua bata merah yang digunakan harus dari mutu klas satu, padat, keras,
presisi ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan Gambar
dan Sepesifikasi ini.
4) Semua bata merah yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat
produksi untuk mendapatkan kualitas dan ukuran yang seragam serta harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan bata merah
mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.

5.3.3. PELAKSANAAN
1) Pada setiap pokok formasi dinding dibuat profil pasangan bata terbuat dari
kayu/reng dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, bata harus tidak cacat dan utuh, bersih dari bahan-bahan
yang dapat mengurangi kelekatan adukan, serta direndam dengan air hingga
jenuh. Pasangan bata setengah ukuran hanya diperkenankan pada pasangan
ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan bata yang menempel kolom dan sloof beton bertulang harus
dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter minimal 12 mm
dengan jarak maksimal 80 cm’ kemudian dicor beton K175 sehingga terjangkar
kuat pada beton kolom, sloof dan ring.
4) Baik tertera dalam Gambar ataupun tidak, pasangan bata harus diperkuat
dengan kolom praktis ataupun ring beton untuk setiap satuan luas maksimum
12 m2.
5) Setiap pasangan bata yang langsung berdiri di atas landasan lembab sebagai
sumber resapan air, harus dipasang lapis pasangan bata kedap air, minimal
setinggi 5 lapis atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
6) Jarak celah antara bata rata-rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5, mm dan terisi
penuh dengan mortar, bagian bawah permukaan bata harus menempel merata
pada mortar.
7) Untuk pasangan bata siar expose permukaan bata harus rata dengan
menggunakan bata kualitas klas I utuh, tidak cacat, sudut tajam, dan dipasang
saling mengunci antara satu bata dengan bata lainnya. Sebelum mortar kering
siar bata harus dikerok atau disapu dengan sapu lidi kaku sedalam 10 mm dan
difinishing dengan mortar ayakan halus menggunakan besi beton bengkok
berdiameter 14 mm, digosokkan pada celah siar hingga halus dan rata.
8) Permukaan bata siar expose dengan mortar halus diselesaikan dengan rapi
serta dirawat dengan baik keutuhan pasangan.

VI-5-6/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

SEKSI 5.4
PASANGAN BATACO/BETON CETAK

5.4.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan pasangan bataco meliputi semua pekerjaan dinding bataco yang
dipasang setebal setengah bataco, satu bataco atau peruntukan lain sesuai
dengan yang tertera dalam Gambar Kerja.
2) Toleransi Dimensi
a) Ukuran bataco harus seragam dengan toleransi perbedaan dimensi tidak
lebih dari 5 mm untuk ukuran tiga dimensional.
b) Sisi muka masing-masing bataco dari permukaan pasangan bataco dengan
mortar tidak boleh melebihi 1,5 mm dari profil permukaan rata-rata
pasangan bataco dengan mortar di sekitarnya.
c) Untuk pasangan bataco jarak siar horizontal dan vertikal rata-rata 12,5 mm
dengan toleransi 2,5 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan bataco adalah 1 mm
per 1 m’ atau satuan tinggi atau panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pasangan bataco yang diusulkan dengan mortar,
Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan contoh pasangan
bataco untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan bataco dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan pasangan bataco untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab terhadap ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggungjawab Kontraktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan bataco dengan mortar yang dilaksanakan
setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan
pemasangan untuk menjamin agar seluruh bataco hanya dipasangan
dengan adukan mortar baru.
b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan bataco tidak boleh lebih
dari 1 m’ untuk setiap hari guna memberikan kesempatan mengeringnya
mortar sebelum pekerjaan pasangan bataco dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan bataco harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

VI-5-7/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

5.4.2. BAHAN

1) A d u k a n

Jenis Komposisi
No. Keterangan
Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A2 1 pc : 3 ps
3. A3 1 pc : 4 ps
4. A4 1 pc : 5 ps

- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang
sesuai dengan PBI-'71
2) Semen, pasir dan air pasangan adalah kualitasnya sama dengan yang
ditentukan dalam Pekerjaan Beton. Penggunaan adukan :
A1 = Digunakan untuk pasangan dinding kedap air yang dibuat setinggi
minimal 40 cm atau 2 lapis yang diukur dari batas daerah sumber resapan air.
A4 = Digunakan untuk pasangan bataco secara umum atau sesuai dengan
gambar kerja.
3) Semua bataco yang digunakan harus dari mutu klas satu press mesin setara
K125, padat, keras, presisi ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus
sesuai dengan Gambar dan Sepesifikasi ini.
4) Semua bataco yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat produksi
untuk mendapatkan kualitas dan ukuran yang seragam serta harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan bataco mengikuti
ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.

5.4.3. PELAKSANAAN
1) Pada setiap pokok formasi dinding dibuat profil pasangan bataco terbuat dari
kayu/reng dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, bataco harus tidak cacat dan utuh, bersih dari bahan-bahan
yang dapat mengurangi kelekatan adukan, serta direndam dengan air hingga
jenuh. Pasangan bataco setengah ukuran hanya diperkenankan pada pasangan
ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan bataco yang menempel kolom dan sloof beton bertulang harus
dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter minimal 12 mm
dengan jarak maksimal 80 cm’ kemudian dicor beton K175 sehingga terjangkar
kuat pada beton kolom, sloof dan ring.
4) Baik tertera dalam Gambar ataupun tidak, pasangan bataco harus diperkuat
dengan kolom praktis ataupun ring beton untuk setiap satuan luas maksimum
12 m2.
5) Setiap pasangan bataco yang langsung berdiri di atas landasan lembab sebagai
sumber resapan air, harus dipasang lapis pasangan bataco kedap air, minimal
setinggi 2 lapis atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

VI-5-8/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

6) Jarak celah antara bataco rata-rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5, mm dan
terisi penuh dengan mortar, bagian bawah permukaan bataco harus menempel
merata pada mortar.
7) Untuk pasangan bataco siar expose permukaan bataco harus rata dengan
menggunakan bataco kualitas klas I utuh, tidak cacat, sudut tajam, dan
dipasang saling mengunci antara satu bataco dengan bataco lainnya. Sebelum
mortar kering siar bataco harus dikerok atau disapu dengan sapu lidi kaku
sedalam 10 mm dan difinishing dengan mortar ayakan halus menggunakan
besi beton bengkok berdiameter 14 mm, digosokkan pada celah siar hingga
halus dan rata.
8) Permukaan bataco siar expose dengan mortar halus diselesaikan dengan rapi
serta dirawat dengan baik keutuhan pasangan.

SEKSI 5.5
PASANGAN BATA BALI DAN PARAS BALI

5.5.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan pasangan bata Bali dan paras Bali meliputi semua pekerjaan
dinding/pelapis dinding bata Bali dan paras Bali yang dipasang setebal
setengah lebar bata Bali atau paras Bali atau peruntukan lain sesuai dengan
yang tertera dalam Gambar Kerja.

2) Toleransi Dimensi
a) Ukuran bata Bali dan paras Bali harus seragam dengan toleransi perbedaan
dimensi setelah dibentuk tidak lebih dari 2,5 mm untuk ukuran tiga
dimensional.
b) Sisi muka masing-masing bata Bali atau paras Bali dari permukaan
pasangan bata Bali atau paras Bali lainnya yand dipasang dengan air semen
(expose atau terap nges) tidak boleh melebihi 0,75 mm dari profil
permukaan rata-rata pasangan bata Bali di sekitarnya.
c) Untuk pasangan bata Bali atau paras Bali jarak siar horizontal dan vertikal
rata-rata 0,5 mm dengan toleransi 0,25 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan bata Bali atau paras
Bali adalah 1 mm per 1 m’ atau satuan tinggi atau panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pasangan bata Bali yang diusulkan sebagai “terap nges”,
Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan contoh pasangan
bata Bali atau paras Bali untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan bata Bali atau paras Bali dengan air semen tidak boleh
dimulai sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan
pasangan bata Bali atau paras Bali untuk setiap bagian pekerjaan sesuai

VI-5-9/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap ketepatan


dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan bata Bali atau paras Bali dengan pengresek
adukan yang dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai
dengan tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin agar seluruh bata
Bali atau paras Bali hanya dipasangan dengan adukan mortar baru.
b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan bata-bali atau paras-bali
tidak boleh lebih dari 1 m’ untuk setiap hari guna memberikan kesempatan
mengeringnya mortar sebelum pekerjaan pasangan bataco dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan bata Bali atau paras Bali harus
sepengetahuan dan seijin Direksi Pekerjaan.

5.5.2. BAHAN

1) Adukan Pengisi (Pengresek)

Jenis Komposisi
No. Keterangan
Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A3 1 pc : 4 ps

- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang sesuai dengan PBI-'71
2) Semen, pasir dan air pasangan adalah kualitasnya sama dengan yang
ditentukan dalam Pekerjaan Beton. Penggunaan adukan :
A1 = Digunakan untuk adukan pengresek di daerah lembab yang dibuat
setinggi minimal 25 cm atau 5 lapis yang diukur dari batas daerah
sumber resapan air.
A3 = Digunakan untuk pengisi pasangan bata Bali atau paras Bali secara
umum atau sesuai dengan gambar kerja.
3) Semua bata Bali atau paras Bali yang digunakan harus dari mutu klas satu,
warna matang dan rata, padat dengan butiran halus, tidak lunak, ukurannya
presisi, mempunyai ujung tajam dan dipasang harus sesuai dengan Gambar
dan Sepesifikasi ini.
4) Semua bata Bali atau paras Bali yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu
tempat produksi untuk mendapatkan kualitas, ukuran dan warna yang seragam
serta harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pengisi pasangan bata Bali
atau paras Bali mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.

VI-5-10/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

5.5.3. PELAKSANAAN

1) Pada setiap pokok formasi lapisan bata Bali atau paras Bali dibuat profil
pasangan (gegulak) terbuat dari bambu dengan ukuran dipasang menurut tata-
cara pasang tradisional Bali dan dipasang sesuai Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, bata Bali atau paras Bali harus tidak cacat dan utuh, dibelah
dengan mesin pemotong, kemudian diserut/diketam hingga rata, serta
direndam dengan air hingga jenuh. Pasangan bata-bali atau paras-bali
setengah ukuran panjang hanya diperkenankan pada pasangan ujung, sudut-
sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan bata Bali atau paras Bali yang menempel beton kolom atau
dinding dipakai adukan A1 (1pc : 2 ps)
4) Setiap pasangan bata Bali atau paras Bali yang langsung berdiri di atas
landasan lembab sebagai sumber resapan air, harus dipasang lapis plesteran
kedap air 1pc : 2ps, minimal setinggi 5 cm atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
5) Setelah bata Bali atau paras Bali dipasang harus dibersihkan dari sisa-sisa air
semen, diratakan dengan ketam khusus sesuai bentuk dan ketebalan
(pepalihan) yang ditentukan dalam gambar.
6) Permukaan bata Bali atau paras Bali harus diselesaikan dengan rapi, bersih
dari kotoran serta dirawat dengan baik keutuhan dan sudut-sudut pasangan.
7) Untuk Pasangan Paras Bali yang permukaannya diukir harus memiliki daya
rekat dan kerapatan bagus, sehingga hasil ukirannya nampak sempurna atau
rapi.

SEKSI 5.6
PASANGAN PARAS KEROBOKAN

5.6.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan pasangan Paras Kerobokan meliputi semua pekerjaan pasangan
dinding atau hiasan kolom Paras Kerobokan yang dipasang setebal setengah
lebar Paras Kerobokan atau peruntukan lain sesuai dengan yang tertera dalam
Gambar Kerja.

2) Toleransi Dimensi
a) Ukuran Paras Kerobokan harus seragam dengan toleransi perbedaan
dimensi setelah di bentuk tidak lebih dari 5 mm untuk ukuran tiga
dimensional.
b) Sisi muka masing-masing Paras Kerobokan dari permukaan pasangan Paras
Kerobokan lainnya yang dipasang dengan air semen (expose atau terap

VI-5-11/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

nges) tidak boleh melebihi 1,5 mm dari profil permukaan rata-rata


pasangan Paras Kerobokan di sekitarnya.
c) Untuk pasangan Paras Kerobokan jarak siar horizontal dan vertikal rata-rata
0,5 mm dengan toleransi 0,25 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan Paras Kerobokan
adalah 1 mm per 1 m’ baik Tinggi atau Panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pasangan Paras Kerobokan yang diusulkan sebagai
“terap nges”, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu
unit contoh pasangan Paras Kerobokan untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan Paras Kerobokan dengan air semen tidak boleh dimulai
sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan pasangan Paras
Kerobokan untuk setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun
Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap ketepatan dan presisi
pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan Paras Kerobokan “terap nges” yang
dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat
kecepatan pemasangan untuk menjamin agar seluruh Paras Kerobokan
hanya dipasang dengan adukan mortar baru.
b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan Paras kerobokan tidak
boleh lebih dari 1 m’ untuk setiap hari guna memberikan kesempatan
mengeringnya pengresek sebelum pekerjaan pasangan Paras Kerobokan
dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan Paras kerobokan harus sepengetahuan
dan seijin Direksi Pekerjaan.

5.6.2. BAHAN

1) Adukan Pengisi (Pengeresek)

Jenis Komposisi
No. Keterangan
Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A2 1 pc : 4 ps

- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang sesuai dengan PBI-'71
2) Semen, pasir dan air pasangan adalah kualitasnya sama dengan yang
ditentukan dalam Pekerjaan Beton. Penggunaan adukan :

VI-5-12/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

A1 = Digunakan untuk adukan pengresek di daerah lembab yang dibuat


setinggi minimal 25 cm atau 2 lapis yang diukur dari batas daerah
sumber resapan air.
A2 = Digunakan untuk pengisi pasangan Paras Kerobokan secara umum
atau sesuai dengan gambar kerja.
3) Semua Paras Kerobokan yang digunakan harus dari mutu klas satu, warna
sama, padat dengan butiran halus, tidak lunak, ukurannya presisi, mempunyai
ujung tajam dan dipasang harus sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
4) Semua Paras Kerobokan yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat
produksi untuk mendapatkan kualitas, ukuran dan warna yang seragam serta
harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pengisi pasangan Paras
Kerobokan mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.

5.6.3. PELAKSANAAN

1) Pada setiap pokok formasi lapisan Paras Kerobokan dibuat profil pasangan
(gegulak) terbuat dari bambu dengan ukuran dipasang menurut tata-cara
pasang tradisional Bali dan dipasang sesuai Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, Paras Kerobokan harus tidak cacat dan utuh, dibelah
dengan mesin pemotong, kemudian ditatah/diketam hingga rata, serta
direndam dengan air hingga jenuh. Pasangan Paras Kerobokan setengah
ukuran panjang hanya diperkenankan pada pasangan ujung, sudut-sudut dan
pertemuan.
3) Untuk pasangan Paras Kerobokan yang menenpel kolom atau dinding beton
dipakai adukan A2 (1pc : 3 ps)
4) Setiap pasangan Paras Kerobokan yang langsung berdiri di atas landasan
lembab sebagai sumber resapan air, harus dipasang lapis plesteran kedap air
1pc : 2ps , minimal setinggi 5 cm atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
5) Setelah Paras Kerobokan dipasang harus dibersihkan dari sisa-sisa air semen,
diratakan dengan ketam khusus/ditatah sesuai bentuk dan ketebalan
(pepalihan) yang ditentukan dalam gambar.
6) Permukaan Paras Kerobokan harus diselesaikan dengan rapi, bersih dari
kotoran serta dirawat dengan baik keutuhan dan sudut-sudut pasangan.
7) Finishing pasangan Paras Kerobokan harus disesuaikan atau difinishing dengan
cara ditekstur (Koprak) dengan arah yang seragam (terarah)

VI-5-13/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

SEKSI 5.7
PASANGAN BATU PALIMANAN ATAU BATU ALAM

5.7.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam meliputi semua pekerjaan
pasangan penutup dinding atau hiasan kolom dan bidang-bidang lainnya yang
ditunjuk dalam Gambar Rencana. Batu Palimanan atau Batu Alam yang
dipasang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang tertera dalam Gambar atau
peruntukan lain sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

2) Toleransi Dimensi
a) Ukuran Batu Palimanan harus seragam untuk setiap penggunaan dengan
toleransi perbedaan dimensi setelah dibentuk tidak lebih dari 2,5 mm untuk
ukuran tiga dimensional.
b) Sisi muka masing-masing Batu Palimanan atau Batu Alam dari permukaan
pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam lainnya yang dipasang dengan air
semen (expose atau terap nges) tidak boleh melebihi 0,5 mm dari profil
permukaan rata-rata pasangan di sekitarnya.
c) Untuk pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam jarak siar horizontal dan
vertikal rata-rata 0,5 mm dengan toleransi 0,25 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan Batu Palimanan atau
Batu Alam adalah 1 mm per 1 m’ baik Tinggi atau Panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam yang diusulkan
sebagai “terap nges”, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi
Pekerjaan satu unit contoh pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam dengan air semen
tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui
formasi/kedudukan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam untuk setiap
bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung
jawab terhadap ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

4) Jadual Kerja
a) Jumlah pekerjaan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam “terap nges”
yang dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan
tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin agar seluruh Batu
Palimanan atau Batu Alam hanya dipasang dengan adukan mortar baru.

VI-5-14/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan Batu Palimanan atau Batu
Alam tidak boleh lebih dari 1 m’ untuk setiap hari guna memberikan
kesempatan mengeringnya pengresek sebelum pekerjaan pasangan Batu
Palimanan atau Batu Alam dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam harus
sepengetahuan dan seijin Direksi Pekerjaan.

5.7.2. BAHAN

1) Adukan Pengisi (Pengresek)

No. Jenis Keterangan Adukan Komposisi

1. A1 1 pc : 2 ps

2. A2 1 pc : 4 ps

- pc = portland cement. - ps = pasir pasang sesuai dengan PBI-'71


2) Semen, pasir dan air pasangan adalah kualitasnya sama dengan yang
ditentukan dalam Pekerjaan Beton. Penggunaan adukan :
A1 = Digunakan untuk adukan pengeresek di daerah lembab yang dibuat
setinggi minimal 25 cm atau 2 lapis yang diukur dari batas daerah
sumber resapan air.
A2 = Digunakan untuk pengisi pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam
secara umum atau sesuai dengan gambar kerja.
3) Semua Batu Palimanan atau Batu Alam yang digunakan harus dari mutu klas
satu, warna dan pola seragam, padat dengan butiran halus, tidak lunak,
ukurannya presisi, mempunyai ujung tajam dan dipasang harus sesuai dengan
Gambar dan Spesifikasi ini.
4) Semua Batu Palimanan atau Batu Alam yang dipergunakan sebaiknya berasal
dari satu tempat produksi untuk mendapatkan kualitas, ukuran, warna dan pola
yang seragam serta harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pengisi pasangan Batu
Palimanan atau Batu Alam mengikuti ketentuan yang digunakan dalam
pekerjaan beton.

5.7.3. PELAKSANAAN
1) Pada setiap pokok formasi lapisan Batu Palimanan atau Batu Alam dibuat profil
pasangan (gegulak) terbuat dari bambu dengan ukuran dipasang menurut tata-
cara pasang tradisional Bali dan dipasang sesuai Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, Batu Palimanan atau Batu Alam harus tidak cacat dan utuh,
dibelah dengan mesin pemotong, kemudian ditatah/diketam hingga rata, serta
direndam dengan air hingga jenuh. Pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam

VI-5-15/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

setengah ukuran panjang atau lebar standar hanya diperkenankan pada


pasangan ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam yang menempel kolom atau
dinding beton dipakai adukan A1 (1pc : 2 ps) dan pada bagian sisi dalam batu
dibuat takikan-takikan.
4) Setiap pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam yang langsung berdiri di atas
landasan lembab sebagai sumber resapan air, harus dipasang lapis plesteran
kedap air 1pc : 2ps , minimal setinggi 5 cm atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
5) Setelah Batu Palimanan atau Batu Alam dipasang harus dibersihkan dari sisa-
sisa air semen, diratakan dengan ketam khusus/ditatah sesuai bentuk dan
ketebalan (pepalihan) yang ditentukan dalam gambar.
6) Permukaan Batu Palimanan atau Batu Alam harus diselesaikan dengan rapi,
bersih dari kotoran serta dirawat dengan baik keutuhan dan sudut-sudut
pasangan.

5.7.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Volume pekerjaan pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam yang dapat
dibayar adalah jumlah volume dalam “Meter Persegi” yang diukur pada bidang
muka sebagai volume nominal yang selesai terpasang, memenuhi persyaratan-
persyaratan serta jaminan mutu yang ditentukan, dan diterima Direksi
Pekerjaan. Untuk aplikasi pekerjaan yang merupakan satu kesatuan utuh
(Sendi, Kepala Tiang), dapat dihitung atas dasar Harga Per Unit Satuan
Pekerjaan.
2) Kuantitas pasangan Batu Palimanan atau Batu Alam dengan tata-cara
tradisional Bali seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar atas dasar Harga
Kontrak persatuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan. Harga tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan dan harga bahan, ongkos
kerja, peralatan, pengujian dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Gambar dan
Spesifikasi ini.

SEKSI 5.8
PASANGAN CELCON BLOCK

5.8.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan pasangan Celcon Block meliputi semua pekerjaan dinding penyekat
Ruang yang dipasang setebal setengah Block, satu Block atau peruntukan lain
sesuai dengan yang tertera dalam Gambar Kerja.
2) Toleransi Dimensi :
a) Ukuran Celcon Block harus seragam 10 cm x 19 cm x 59 cm, dengan
toleransi perbedaan dimensi tidak lebih dari 5 mm untuk ukuran tiga
dimensional.

VI-5-16/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

b) Sisi muka masing-masing Celcon Block dari permukaan pasangan dengan


mortar tidak boleh melebihi 1,5 mm dari profil permukaan rata-rata
pasangan Celcon Block dengan mortar di sekitarnya.
c) Untuk pasangan Celcon Block jarak siar horizontal dan vertikal rata-rata 15
mm dengan toleransi 2,5 mm
d) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal pasangan Celcon Block adalah
1 mm per 1 m’ atau satuan tinggi atau panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Sebelum memulai pasangan Celcon Block yang diusulkan dengan mortar,
Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan contoh pasangan
Celcon Block untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan Celcon Block dengan mortar tidak boleh dimulai
sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan pasangan untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab terhadap ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan pasangan Celcon Block dengan mortar yang dilaksanakan
setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan
pemasangan untuk menjamin agar seluruh Celcon Block hanya dipasang
dengan adukan mortar baru.
b) Tinggi maksimum untuk setiap tahap pasangan Celkon Block tidak boleh
lebih dari 1 m’ untuk setiap hari guna memberikan kesempatan
mengeringnya mortar sebelum pekerjaan pasangan dilanjutkan.
c) Setiap memulai pekerjaan pasangan Celcon Block harus sepengetahuan dan
seijin Direksi Pekerjaan.

5.8.2. BAHAN
1) A d u k a n

Jenis Komposisi
No. Adukan

1. A1 1 pc : 2 ps
2. A2 1 pc : 3 ps
3. A3 1 pc : 4 ps
4. A4 1 pc : 5 ps

Keterangan : - pc= portland cement. - ps= pasir pasang sesuai dengan PBI-'71

VI-5-17/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

2) Semen, pasir dan air pasangan adalah kualitasnya sama dengan yang
ditentukan dalam Pekerjaan Beton. Penggunaan adukan :
A1=Digunakan untuk pasangan dinding kedap air seperti dinding tepi
bangunan dan pasangan dinding trasram.
A3=Digunakan untuk pasangan secara umum atau sesuai dengan gambar
kerja.
3) Semua Celcon Block yang digunakan harus dari mutu klas satu press mesin
sesuai standar pabrik atau setara K125, padat, keras, presisi ukurannya,
mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan Gambar dan Sepesifikasi
ini.
4) Semua Celcon Block yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat
produksi untuk mendapatkan kualitas dan ukuran yang seragam serta harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
5) Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan Celcon Block
mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.

5.8.3. PELAKSANAAN
1) Pada setiap pokok formasi dinding dibuat profil pasangan Celcon Block terbuat
dari kayu/reng dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, Celcon Block harus tidak cacat dan utuh, bersih dari bahan-
bahan yang dapat mengurangi kelekatan adukan, serta direndam dengan air
hingga jenuh. Pasangan Celcon Block setengah ukuran hanya diperkenankan
pada pasangan ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan Celcon Block yang menenpel kolom dan sloof beton bertulang
harus dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter minimal 12 mm
dengan jarak maksimal 80 cm’ kemudian dicor beton K175 sehingga terjangkar
kuat pada beton kolom, sloof dan ring.
4) Baik tertera dalam Gambar ataupun tidak, pasangan Celcon Block harus
diperkuat dengan kolom praktis ataupun ring beton untuk setiap satuan luas
maksimum 12 m2 atau sesuai tertera dalam gambar. Demikian pula untuk
lubang pintu ≥ 90 cm harus diberi penyangga balok Latei dengan ukuran dan
penulangan sesuai dengan perhitungan beban di atas pintu, jendela dan
ventilasi atau setiap pelubangan dinding.
5) Setiap pasangan Celcon Block yang langsung berdiri di atas landasan lembab
sebagai sumber resapan air, harus dipasang lapis pasangan kedap air, minimal
setinggi 2 lapis atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
6) Jarak celah antara Celcon Block rata-rata 15 mm dengan toleransi 2,5, mm dan
terisi penuh dengan mortar, bagian bawah permukaan Celcon Block harus
menempel merata pada mortar.

5.8.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Volume pekerjaan pasangan Celcon Block yang dapat dibayar adalah jumlah
volume dalam “Meter Persegi” sebagai volume nominal yang selesai terpasang,
memenuhi persyaratan – persyaratan serta jaminan mutu yang ditentukan, dan
diterima Direksi Pekerjaan.

VI-5-18/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi V : Pekerjaan Pasangan
.

Kuantitas pasangan Celcon Block dengan mortar seperti yang disyaratkan di


atas akan dibayar atas dasar Harga Kontrak persatuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga Satuan
Pekerjaan. Harga tersebut tersebut merupakan kompensasi penuh untuk
pemasokan dan harga bahan, ongkos kerja, peralatan, pengujian dan
pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
ketentuan dalam Gambar dan Spesifikasi ini.

VI-5-19/19
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

DIVISI VI
PEKERJAAN PINTU, JENDELA, VENTILASI, RAILING DAN
BALUSTRADE

SEKSI 6.1
PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN VENTILASI

6.1.1. UMUM
1) Uraian
Pekerjaan Pintu, Jendela dan Ventilasi meliputi semua pekerjaan pembuatan
rangka, daun, kunci, engsel dan accessories lainnya, finishing serta pemasangan
pada lokasi yang ditunjuk pada Gambar kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan Railing dan Balustrade meliputi semua pekerjaan pembuatan Railing
dan/atau Balustrade, finishing dan pemasangan pada lokasi yang ditunjuk pada
Gambar kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
3) Toleransi Dimensi
a) Dimensi Rangka dan Daun Pintu, Jendela dan Ventilasi Kayu harus sesuai
dimensi tertera dalam gambar, dengan toleransi dimensi maksimal 1,5 mm
b) Dimensi Railing dan Balustrade harus sesuai dimensi tertera dalam gambar
tanpa toleransi.
c) Ukuran lubang Pintu, Jendela dan Ventilasi, baik dari Kayu, maupun Aluminium
harus sesuai dengan ukuran tertera dalam Gambar, dengan toleransi ukuran
maksimal 1,5 mm.
d) Toleransi setting/ pemasangan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing dan Balustrade
maksimal 1 mm per 1 m’, baik vertikal maupun horizontal.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing dan Balustrade,
Kontraktor harus membuat Gambar Kerja atas dasar gambar detail yang telah
ada, termasuk membuat schedule lengkap tentang semua komponen Pintu,
Jendela, Ventilasi, Railing dan Balustrade yang diperlukan.
b) Kontraktor harus membuat satu unit contoh Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing
dan Balustrade sesuai dengan bahan yang dipakai lengkap dengan
accessoriesnya serta finishingnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

5) Jadwal Kerja
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing dan
Balustrade di Work Shop sesuai dengan kebutuhan pemasangan di lapangan.
b) Pintu, Jendela dan Ventilasi Kayu yang terpasang pada dinding bata atau
beton cetak/bataco, harus dipasang ditempat sebelum pasangan dinding
dimulai. Hal ini dapat diabaikan apabila disekeliling rangka Pintu, Jendela dan
VI-6-1/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

Ventilasi terdapat frame/bingkai beton praktis, sebagaimana pemasangan


Pintu , Jendela dan Ventilasi Aluminium.
c) Pada saat pengecoran beton tangga atau balkon yang akan dipasang Railing
dan Balustrade, harus dibuatkan tempat penjangkaran tiang/pole dari Railing
atau Balustrade.
d) Setiap memulai pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
harus sepengetahuan dan seijin Direksi Pekerjaan.

6.1.2. BAHAN
1) Pintu, Jendela dan Ventilasi Kayu
a) Kozyn Kayu : Bangkirai Merah Kualitet I

b) Daun Pintu & Jendela : Bangkirai Merah Kualitet I; Mahony Kw. I Panel/Papan
Bangkirai Merah Kw. I Kaca bening (sheet glass) 5 mm

2) Pintu, Jendela dan Ventilasi Aluminium


a) Kusen Pintu, Jendela dan Ventilasi :
Aluminium Hi-Profile setara ex. YKK, Warna YB1C untuk exterior; YH1N untuk
Interior; ukuran sesuai Gambar.

b) Daun Pintu, Jendela dan ventilasi :


Aluminium Hi-Profile setara ex YKK, Warna YB1C untuk exterior; YH1N untuk
Interior; ukuran sesuai Gambar.

3) Penggantung
a) Pintu Kayu : Satu Arah Type Kupu setara “Geze” bahan Stainless Steel; Dua
arah (swing ) Type Floor Hing setara ”Geze”; ukuran disesuaikan dengan berat
Pintu.

b) Pintu Aluminium : Satu Arah Type Kupu setara “Geze”, bahan


Stainless Steel; Dua arah (swing) Type Floor Hing setara “Geze”; ukuran
disesuaikan dengan berat Pintu.

c) Pintu Kaca : Satu Arah Type Kupu setara “Geze”, bahan Stainless Steel; Dua
arah (swing) Type Floor Hing setara “Geze” ukuran disesuaikan dengan berat
pintu.

d) Jendela/ventilasi Kayu/Aluminium : Type Ayun/Jungkit setara “Witco” Stailess


Steel sesuai berat dan ukuran Jendela. Apabila berat Jendela melebihi
kemampuan engsel, maka dapat diganti dengan type Kupu yang dipasang
pada sisi atas daun.

4) Handles Pintu, Lockcase, Cylinder, Door Closer, Door Stoper pada umumnya :
a) Ruang pada umumnya - Single Action Door :
o Handle : Satu arah setara “ Geze” Stainless Steel
o Lockcase Pintu Kayu : Setara “Geze”
o Lockcase Pintu Aluminium : Setara “Geze”.
VI-6-2/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

o Cylinder : Setara “Geze”.


o Door Closer : Setara “Gese”
o Door Stoper : Setara “Geze

b) Toilet Umum :
o Handle : Setara “Geze”
o Lockcase Pintu Kayu : Setara “Geze”
o Cylinder : Setara “Geze”
o Door Stoper : Setara “Geze”

c) Pintu Kaca Entrance Utama :


o Handle : Setara “Geze” Stainless Steel
o Lockcase : Setara “Geze deadlock for double action door”
o Cylinder : Setara “Geze”

d) Semua kunci/lock di atas menggunakan system Master Key untuk setiap


kelompok fungsi seperti kelompok : Ruang-ruang kerja Pimpinan Daerah,
Ruang kerja bagian dan sub bagian, Ruang-ruang publik, Ruang-ruang service,
Gudang, ruang-ruang teknisi/M, E dan P serta kelompok ruang lainnya.
Sebelum pemesanan kunci/lock Kontraktor harus membuat list kebutuhan
kunci serta system ”master key-nya” untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.

6.1.3. PELAKSANAAN
1) Pintu Kayu

Daun Pintu Kayu Jati digunakan pada ruang-ruang khusus sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar dan schedule pintu dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Type-type Daun Pintu kayu dapat dilihat sesuai dengan Gambar dan Daftar/
schedule Pintu.
b) Kayu yang dipergunakan adalah Kayu Jati, mempunyai kelas awet I sesuai
dengan NI - 5 – 1961.
c) Pengikat berupa paku, baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus sesuai dengan
NI - 5 – 1961 Bab VI pasal 14, 15, dan 17.
d) Kayu-kayu yang dipakai dari kualitas baik, tua dan tidak ada getah, tidak ada
celah-celah dan cacat lainnya dan harus dikeringkan dengan proses ”oven kiln”
kadar air maksimum 12 % dan diawetkan dengan bahan anti rayap atau yang
sesuai dengan ketentuan baik dalam gambar rencana maupun keputusan dari
Direksi Pekerjaan.
e) Untuk bahan perekat kayu daun pintu atau pekerjaan kayu lainnya sesuai
dengan gambar kerja digunakan perekat tahan air dari jenis Rakoll, Harferin,
Fox yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
f) Kontraktor harus menyampaikan secara tertulis bahwa bahan-bahan kayu
yang akan digunakan sudah melalui test yang diadakan di pabrik atau lembaga
pengujian bahan lainnya dengan disertai sertifikat pengujian, Persyaratan
untuk kayu adalah sebagai berikut :

VI-6-3/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

 Kekuatan Lengkung Absolut - 110 kg/cm2


 Kekuatan Tekan Absolut - 85 kg/cm2
 Modulus Elastisitas - 100.000 kg/cm2
g) Semua kayu harus dikerjakan dengan rapi, bagian yang nampak harus diketam
mesin dan diamplas mesin hingga halus sebelum di finishing.
h) Selama pekerjaan berlangsung, bahan yang terbuat dari kayu harus dilindungi
dari benturan-benturan benda keras, tidak diperkenankan terdapat cacat paku.
Kerusakan atau cacat-cacat harus diganti oleh Kontraktor dengan biaya
sendiri.
i) Pegangan kunci dipasang sesuai dengan gambar atau petunjuk pabrik. Kalau
tidak disebutkan lain, maka tinggi pegangan kunci adalah 100 cm dari lantai
dan tidak boleh tepat pada sambungan ambang tengah daun Pintu.
j) Sebelum mengadakan pembelian untuk perlengkapan pintu, Kontraktor harus
mengajukan contoh dan daftar kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
k) Engsel-engsel type Kupu-kupu minimal dipasang pada 3 titik untuk setiap daun
pintu atau diperhitungkan sesuai dengan berat daun pintu atau jendela.

2) Pintu/Jendela/Ventilasi Aluminium

Jenis pintu/Jendela/Ventilasi Aluminium digunakan pada Daun Pintu Jendela luar,


sedang daun pintu kayu sesuai Pasal 6.1.3 (1) dipakai pada ruang-ruang pada
umumnya yang ditunjukkan pada gambar dan schedule Pintu/Jendela/Ventilasi
dengan spesifikasi sebagai berikut :

a) Bilamana tidak disebutkan lain dalam Gambar, maka rangka pintu aluminium
menggunakan Profil setara produksi YKK Anodizing, pemilihan type profil
disesuaikan dengan gambar rencana type-type Pintu , Jendela dan Ventilasi
Aluminium.
b) Perakitan rangka dan daun Pintu atau Jendela sesuai dengan petunjuk/standar
pabrik, lengkap dengan accessories yang dikeluarkan pabrik yang
bersangkutan.
c) Pemasangan rangka Pintu atau Jendela menggunakan fischer dengan
paku/sekrup kuningan atau system lain yang anti karat hingga terpegang kuat
pada tempat penyangga yang sudah di aci.
d) Selama pekerjaan berlangsung, kusen-kusen harus dilindungi dari benturan-
benturan benda keras. Kerusakan atau cacat-cacat harus diganti oleh
Kontraktor dengan biaya sendiri.
e) Pegangan kunci dipasang sesuai dengan gambar. Kalau tidak disebutkan lain,
maka tinggi pegangan kunci adalah 100 cm dari lantai dan tidak boleh tepat
pada sambungan ambang tengah daun Pintu.
f) Sebelum mengadakan pembelian untuk perlengkapan Pintu/Jendela/Ventilasi
ini, Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh bahan, shop drawing dan
schedule Pintu/Jendela/Vetilasi untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
g) Engsel-engsel type kupu-kupu minimal dipasang 3 buah titik untuk setiap daun
pintu atau diperhitungkan sesuai dengan berat daun pintu, sedang untuk
jendela dengan dua engsel jungkit yang dipasang tertanam pada sisi samping
daun jendela, kecuali disebutkan lain dalam gambar. Pemasangan accessories
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan fungsional Pintu/Jendela/Ventilasi.

VI-6-4/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

3) Garansi Pekerjaan :
Kontraktor harus memberikan garansi tertulis kepada Direksi Pekerjaan mengenai
penggantian material apabila terjadi kesalahan pengerjaan. Semua lokasi
pemasangan Pintu/Jendela/Ventilasi yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Bentuk permukaan expose bebas dari goresan, gelombang, dan melengkung
dengan semua sudut persegi kecuali dinyatakan lain pada gambar, semua bagian
yang berbentuk lengkung harus sempurna dengan lengkung yang benar. Bekas
sambungan/las harus dibuat rata dan tidak kelihatan pada saat difinishing.

4) Inspeksi dan konfirmasi


Sebelum kontrak dilakukan dan dapat diterima oleh Pemilik, kepada supplier dari
pintu kayu, baja, Aluminium dan item lainnya pada bagian ini harus dilakukan
inspeksi dengan sangat hati-hati pada keseluruhan bagian untuk mendapat
konfirmasi sesuai dengan spesifikasi serta kesesuaian dengan apa yang dipasang
dan dapat berfungsi dengan sempurna, penampilan serta operasional yang
sempurna. Kontraktor bertanggung jawab atas tercapainya kondisi yang
ditentukan dan pemasangan sesuai yang disyaratkan.

5) Pemasangan
Tidak ada tambahan biaya yang disebabkan oleh kesalahan pemasangan
Pintu/Jendela/Ventilasi ini. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas semua hasil
perakitan dari seluruh pekerjaan dan bahan sub pekerjaan ini. Kontraktor harus
memastikan pemasangan pintu tepat pada lokasinya serta bebas cacat.

SEKSI 6.2
RAILLING

6.2.1. UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan Railing dan mencakup pengadaan, pengerjaan dan pemasangan
Railing pada tangga beton, tangga baja, maupun Balustrade pada balkon atau
teras lantai tingkat. Termasuk di dalamnya pengadaan perlengkapan, peralatan
dan ongkos kerja dan lain-lain untuk pelaksanaan pekerjaan.

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pekerjaan tangga, railing Kontraktor harus membuat
Gambar Kerja atas dasar gambar detail yang telah ada serta penyesuaian di
lapangan, termasuk membuat schedule lengkap tentang semua komponen
yang diperlukan.

VI-6-5/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

b) Kontraktor harus membuat satu unit contoh terpasang tangga, railing dan
balustrade sesuai dengan bahan yang dipakai lengkap dengan accessoriesnya
serta finishingnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
d) Sebelum pembuatan, semua material yang dibutuhkan harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3) Jadwal Kerja
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan type tangga, railing sesuai dengan
kebutuhan pemasangan di lapangan.
b) Railing dan balustrade yang terpasang pada kolom/balok/dinding beton, harus
dibuatkan lubang-lubang angkur sesuai kedudukan tiang railing atau
balustrade untuk keperluan pengelasan. Dudukan tangga, railing dan
balustrade harus kokoh dan tidak mudah roboh.
c) Setiap memulai pekerjaan tangga, railing harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

6.2.2. STANDAR DAN BAHAN

1) Railing Tangga Kayu :


Railing tangga terbuat dari bahan Kayu Bangkirai Klas I untuk pole dan hand rail di
profile dengan sistem sambungan pen dan lubang, sedang penutup balustrade
terbuat dari panel Kayu Jati di ukir dan finishing politur Ultran atau bahan lain
sesuai gambar detail.

2) Finishing :
Untuk pekerjaan finishing railling kayu menggunakan politur setara Ultran dan
(lihat Seksi Finishing

3) Penggantian Material :
Untuk material yang tidak ditunjukkan di atas atau tidak tertera dalam gambar,
atau terdapat penggatian pemakaian material yang setara, maka pihak Kontraktor
wajib dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.

6.2.3. PELAKSANAAN

1) Dimensi dan Setting


Kontraktor harus mengukur/mencek kembali setting tangga, railing dan balustrade
dilapangan sesuai dengan kondisi tempat yang ada kemudian dibandingkan
dengan gambar rencana. Apabila terjadi ketidaksesuaian harus dilaporkan kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan keputusan.
2) Pengecatan pekerjaan railing dilakukan setelah semua pekerjaan pengelasan dan
pemasangan selesai. Pengecatan dengan sistem duco
3) Hasil Akhir :
a) Railing berdiri kokoh pada dudukannya.
b) Semua komponen terpasang rapi, lurus dan tidak cacat.

VI-6-6/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VI : Pekerjaan Pintu, Jendela, Ventilasi, Railing, dan Balustrade
.

c) Hasil akhir pengecatan halus dan merata sesuai dengan tata-warna yang
dikehendaki.
d) Sesuai dengan ketentuan gambar dan spesifikasi serta diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

VI-6-7/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

DIVISI VII
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

SEKSI 7.1
PEKERJAAN PASANG WATER PROOFING

7.1.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan Pasang Water proofing meliputi semua pekerjaan pasang Water
proofing pada lantai dan dinding seperti : Lantai dan dinding; Atap Plat Beton,
dinding luar bangunan tanpa teritisan (overstek) atap atau bidang-bidang
lainnya atau sesuai dengan yang tertera dalam Gambar dan petunjuk Direksi
Pekerjaan.

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan peralatan
secukupnya sebelum memulai pekerjaan pasangan Water proofing.
b) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu unit contoh
(Mock Up) bidang pasangan Water proofing untuk setiap jenis penggunaan
ruang atau bidang pasangan dalam rangka mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
c) Pekerjaan pasangan Water proofing tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

3) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan pasang Water proofing yang dilaksanakan setiap satuan
waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan dan presisi
pekerjaan pasang Water proofing.
b) Luas bidang pasang Water proofing minimal setiap tahap pasang harus
mengacu kepada luas ruang atau bidang yang akan dipasang Water
proofing untuk setiap tahap kerja yang dibatasi dengan membuat
construction joint.
c) Setiap tahap pekerjaan, pasangan Water proofing tidak boleh
terganggu/diinjak sebelum lapisan mengering sesuai jenis Water proofing
yang dipakai.
d) Setiap memulai pekerjaan pasang Water proofing harus sepengetahuan dan
seijin Direksi Pekerjaan.
e) Garansi Pekerjaan Water proofing minimal 10 (sepuluh) tahun sejak Serah
Terima I Pekerjaan Konstruksi.

VI-7-1/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

7.1.2 BAHAN

1) Bahan dan Standar :


Water proofing untuk air bersih, bak mandi maupun Septic Tank dipakai jenis
anti toxic (tidak beracun) dari jenis cement base atau setara “FOSROCK”. Untuk
lantai toilet pada lantai tingkat dan talang beton digunakan Aquashield setara
jenis “FOSROCK”; Atap beton menggunakan Aquashield ex. “FOSROCK”;. Untuk
dinding luar exposed tanpa teritisan atap digunakan Water proofing jenis :
setara ex. ”LEMKRA type TG 301” – sebagai lapis pertama (pengikat partikel
debu dan kotoran, lapisan dasar aplikasi water proofing, lapisan dasar
penyambung beton) dengan daya sebar 8-10 m2/ltr. dan type DS 105 –
sebagai lapis kedua (water proofing) sekaligus sebagai finishing dengan daya
sebar 4-6 kg/m2 (media rata).
Pasir sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2; Air sesuai NI-3 pasal 10; Semen sesuai NI-8

2) Lapisan Screed dan Penutup Akhir Water Proofing Access Floor :


Lapisan screed dari campuran 1Pc : 4 Ps, tebal maksimum 3 cm; sedang
penutup akhir dari plesteran kedap air A1 (1Pc : 2 Ps) yang diberikan
wiremesh/kawat ayam galvanized untuk atap plat beton.
3) Contoh Bahan :
Kontraktor harus memberikan contoh bahan, tiap jenis penggunaan Water
proofing terlebih dahulu kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan.

7.1.3 PELAKSANAAN

1) Pembuatan Beton Screed :


Semua bahan beton Screed harus bersih dari kotoran-kotoran, terbuat dari
campuran 1Pc : 4Ps dihampar di atas bidang dinding atau lantai yang akan
dilapis Water proofing dengan ukuran sesuai gambar atau dengan sudut
kemiringan minimal 1% kearah floor drain.
Sebelum screed dicor dipastikan bahwa dinding atau lantai dasarnya sudah
kedap air, apabila ada retak atau cacat harus digrouting terlebih dahulu.

2) Contoh bidang pasang Water proofing :


Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang Water proofing terlebih
dahulu, kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang
Water proofing harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.
3) Persiapan pada bidang yang akan dipasang Water proofing :
a) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran/debu dan telah
diadakan perbaikan hingga mendapatkan permukaan yang kedap air melalui
uji rendam air min. 3 x 24 jam.
b) Semua bidang pasang telah direncanakan system drainasenya dengan
derajat kemiringan ketempat pembuangan sebesar minimal 1% dengan
beton screed K175 kedap air.

VI-7-2/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

4) Pasang Water proofing :


Water proofing sesuai jenisnya dipasang mengikuti petunjuk pabrik dan
dikerjakan oleh tenaga kerja terampil dan memiliki sertifikasi. Setelah lapisan
Water proofing terpasang harus diuji kedap air melalui uji rendam air minimal 3
x 24 jam. Untuk lantai atap access floor di atas lapisan water proofing dihampar
plesteran padat kedap air (A1/1pc:2ps) setebal minimal 3 cm yang diperkuat
dengan kawat ayam galvanized, permukaan plesteran atau pelapis lantai harus
rata dan miring ke arah pembuangan air.
5) Pasang Delatation Joint/Construction Joint (bila diperlukan) :
Pada setiap delatation joint struktur beton harus dipasang lapisan penutup
delatation joint dari bahan silicon sealant setara “Formrok T28” ex. ”Hitching
Group”. Sebagai pelindung sealant pada bagian atasnya dipasang Pelat Baja
50x5 mm yang dijangkarkan/dibout ke lantai finishing dan di cat besi.
6) Hasil akhir yang dikehendaki :
a) Bidang pasang Water proofing rata atau tidak bergelombang
(bergelembung udara), dan tidak cacat.
b) Bidang yang dilapisi water proofing tidak bocor dan plesteran pelindung
tidak retak.
c) Air dapat mengalir lancar kearah floor drain.
d) Setiap penggunaan Water proofing harus mendapatkan garansi minimal
selama 10 (sepuluh) tahun dari pabrik pembuatnya.

SEKSI 7.2
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

7.2.1 UMUM
1) Uraian :
Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan plesteran dinding, kolom beton,
plat beton, listplank beton, got atau sesuai dengan yang tertera dalam Gambar
kerja.

2) Toleransi Dimensi :
a) Tebal plesteran rata-rata 15 mm untuk setiap lapis plesteran dengan
toleransi perbedaan ketebalan tidak lebih dari 2,5 mm setiap bidang
plesteran.
b) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal plesteran adalah 1 mm per 1
m’ baik Tinggi atau Panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Sebelum memulai pekerjaan plesteran, Kontraktor harus mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan contoh bidang plesteran untuk setiap jenis
adukan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

VI-7-3/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

b) Pekerjaan plesteran tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan


menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang plesteran untuk setiap
bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung
jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan plesteran yang dilaksanakan setiap satuan waktu
haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan plesteran
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan plesteran hanya digunakan adukan
plester baru.
b) Lebar bidang plesteran maksimum setiap tahap plesteran tidak boleh lebih
dari 1 m’ untuk setiap tahap kerja yang dibatasi dengan membuat plesteran
kepala secara vertikal.
c) Setiap tahap pekerjaan, tebal plesteran tidak boleh lebih dari 20 mm, tahap
pekerjaan berikutnya harus dibatasi jumlah hari guna memberikan
kesempatan mengeringnya plesteran lapis pertama sebelum pekerjaan
berikutnya dilanjutkan.
d) Setiap memulai pekerjaan plesteran harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.

7.2.2 BAHAN
1) Adukan Plesteran :
No. Jenis Adukan Plesteran Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps

Keterangan :
- pc = portland cement.
- ps = pasir pasang
2) Bahan dan Standar :
a) Semen, sesuai NI-8
b) Pasir, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2
c) Air, sesuai NI-3 pasal 10
d) Kapur/Mil, sesuai NI-7
e) Kontraktor harus memberikan contoh bahan terlebih dahulu kepada Direksi
Pekerjaan.

3) Penggunaan Komposisi Campuran


Adukan untuk plesteran dibuat sesuai dengan yang digunakan pada pasangan
batanya ;
VI-7-4/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

a) Plesteran trasraam/kedap air A2: 1pc : 3ps


b) Plesteran kolom, level, dan naad bata expose A2 : 1pc : 3ps ayakan halus
(expose)
c) Plesteran base pasangan Batu Alam/Granit A2 : 1pc : 3ps
d) Plesteran dinding pada umumnya A4 : 1pc : 5ps
e) Pasangan dinding sejauh tidak menempel pada tanah harus diplester sesuai
dengan adukan untuk dindingnya.

7.2.3 PELAKSANAAN
1) Membuat campuran :
a) Pasir harus bersih dari kotoran-kotoran dan diayak sesuai dengan
kebutuhan campuran.
b) Campuran harus dibuat secara homogen dengan cara dan peralatan
mekanis (molen beton) dengan pemakaian air secukupnya.
c) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan dibiarkan adukan
membeku lebih dari satu jam
2) Contoh bidang plesteran :
Kontraktor harus membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu, kemudian
setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan plesteran harus dilanjutkan
sesuai dengan contoh.
3) Persiapan pada bidang yang akan diplester :
a) Semua siar hendaknya dikerok sedalam lebih kurang 10 mm sebelum
diplester dan bila di naad bidang bata harus bersih dari bekas-bekas
perekat/kotoran-kotoran lainnya.
b) Semua dinding dan kolom beton yang akan diplester harus diketrik agar
plesterannya dapat melekat dengan baik atau disawut dengan adukan 1 pc
: 2 ps ayakan halus.
c) Semua dinding bataco/beton cetak harus disawut dengan adukan 1pc : 2 ps
ayakan halus sebelum diplester agar plesteran dapat melekat dengan baik.
d) Semua bidang yang akan diplester harus disikat atau disapu sampai bersih
dan dibasahi hingga jenuh sebelum diplester.
4) Sudut-sudut dan bidang plesteran :
Semua sudut-sudut harus tegas, tajam dan lurus serta bidang–bidang plesteran
harus rata tidak bergelombang.
5) Kerataan bidang Plesteran :
Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu plesteran sebaiknya
diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang, baik horisontal maupun vertikal
yang berpedoman kepada plesteran kepala.
6) Perbaikan bidang Plesteran :
Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diperbaiki secara
keseluruhan. Bagian-bagian yang diperbaiki harus dibobok terlebih dahulu
dengan baik, bobokan dibuat dalam bidang segi empat kemudian diplester rata
dengan sekitarnya.

VI-7-5/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

7) Bidang Plesteran Tebal :


Tebal plesteran tidak kurang dari 1,5 cm dan tidak lebih dari 2,0 cm. Dipasang
merata toleransi 1 mm setiap meter panjang. Untuk plesteran lebih dari 20 mm
dan kurang dari 40 mm, sebelum lapisan tahap pertama kering benar
permukaannya di garis silang-silang untuk mengikat lapisan berikutnya.
Permukaan harus dibasahi secara berkala dan dilindungi dari terik matahari
atau hujan.
8) Plesteran Interior Finishing Cat :
Untuk plesteran Interior yang akan difinishing cat harus di aci terlebih dahulu.
Pengacian dilakukan setelah lapisan mengeras dan tidak berkerut lagi. Tebal
acian tidak kurang dari 1 mm dan tidak lebih dari 2 mm, memakai bahan siap
pakai seperti “hard finished” setara ex. Jaya Board atau dibuat dari kapur/mil
dan semen yang diayak halus dengan perbandingan campuran 1 pc : 8 kapur
gamping/mil ayakan halus dan disetujui Direksi Pekerjaan. Permukaannya halus
dan rata, dilindungi dan dibasahi seperti tersebut di atas.
9) Plesteran Eksterior Finishing Cat :
Plesteran Eksterior yang difinishing cat harus diaci terlebih dahulu, pengacian
dilakukan setelah lapisan plesteran mengeras dan tidak berkerut lagi. Tebal
acian tidak kurang dari 1 mm dan tidak lebih dari 2 mm, memakai bahan pasta
semen ayakan halus dicampur aditif jenis : Lemkra FK 103 untuk menghidari
retak-retak.
10) Plesteran Exposed :
Plesteran expose dengan adukan 1pc : 3ps ayakan halus ditambah aditif jenis
Lemkra FK 103, dikerjakan langsung jadi sesuai dengan luas bidang yang
dikehendaki dan sesuai petunjuk Gambar atau Direksi Pekerjaan. Setiap satu
satuan bidang plesteran dengan bidang lainnya harus dipisahkan dengan alur
ukuran 10x10 mm. Tebal plesteran tidak kurang dari 1,5 cm dan tidak lebih dari
2,0 cm. Dipasang merata toleransi 1 mm setiap meter panjang baik vertikal
maupun horizontal.
11) Acian Plafond Plat Lantai Beton :
Plat Lantai yang langsung dimanfaatkan sebagai plafond, harus diaci terlebih
dahulu, pengacian dilakukan setelah kondisi permukaan bawah plat lantai dan
balok beton bebas dari cacat dan permukaannya rata. Bahan acian
menggunakan acian siap pakai seperti poin (8) atau pasta semen ayakan halus
dicampur aditif jenis setara : Lemkra FK 103, agar terhindar dari retak dan
terkelupas.
12) Naad Plesteran dan Benangan :
Antara bidang plesteran dan kozyn atau kolom harus dibuat alur-alur pemisah
yang rapi. Bila tidak disebutkan dalam gambar ukuran alur dibuat 8x8 mm
finish termasuk acian. Sedang benangan dibuat antara pertemuan sudut dalam
dan sudut luar bidang plesteran dengan bahan yang sama dengan acian.
Benangan harus lurus, siku, bersudut tajam dan lurus.
13) Hasil akhir yang dikehendaki :

1) Bidang plesteran halus, rata atau tidak bergelombang dan tidak retak-retak
VI-7-6/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

2) Alur-alur lurus dengan ukuran yang sama dan lurus


3) Sudut-sudut tajam, rapi dan lurus.

SEKSI 7.3
PEKERJAAN PASANG TEGEL/UBIN

7.3.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan Pasang Tegel/Ubin meliputi semua pekerjaan pasang Tegel
Keramik/Tegel Homogenous atau Tegel Terrakota pada dinding, kolom, lantai
dan bidang-bidang lainnya atau sesuai dengan yang tertera dalam Gambar
kerja dan/atau petunjuk Direksi Pekerjaan.

2) Toleransi Dimensi :
a) Dimensi Tegel rata-rata sama dengan toleransi perbedaan dimensi tidak
lebih dari 1 mm setiap Tegel.
b) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal plesteran adalah 1 mm per 1 m’
baik bidang vertikal atau bidang datar dengan ukuran panjang per seribu.
c) Toleransi kerataan permukaan masing-masing Tegel adalah 0.25 mm,
sedang kemiringan bidang untuk keperluan drainase dibuat rata-rata 1% ke
arah pembuangan.
d) Alur naad Tegel sesuai rekomendasi pabrik dengan toleransi 0.25 mm per 1
m’.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :

a) Kontraktor harus menyiapkan shop drawing pola pasangan tegel, tenaga


kerja yang terampil dan peralatan secukupnya sebelum memulai pekerjaan
pasangan Tegel.
b) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu unit contoh
bidang pasangan tegel untuk setiap jenis penggunaan ruang atau bidang
pasangan dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Pekerjaan pasangan Tegel tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan
menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk setiap
bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung
jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :

a) Jumlah pekerjaan pasang Tegel yang dilaksanakan setiap satuan waktu


haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan pasang Tegel
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan pasang Tegel hanya menggunakan
adukan mortar baru.

VI-7-7/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

b) Luas bidang pasang Tegel minimal setiap tahap pasangan tegel harus
mengacu kepada luas ruang atau bidang yang akan dipasang Tegel untuk
setiap tahap kerja yang dibatasi dengan membuat pasangan kepala/acuan
secara vertikal maupun horizontal.
c) Setiap tahap pekerjaan, pasangan Tegel tidak boleh terganggu/diinjak
sebelum mortar pelekat kering dan alur naad tegel harus dibersihkan dari
kotoran perekat, untuk selanjutnya di pasang semen naad sesuai warna
Tegel.
d) Setiap memulai pekerjaan pasang Tegel harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

7.3.2. BAHAN

1) Adukan/mortar Pasang Tegel Interior :


No. Jenis Adukan Mortar Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
Keterangan : - pc = portland cement. - ps = pasir pasang

2) Penggunaan Perekat Pasang Tegel Exterior :


Jenis perekat yang digunakan adalah setara jenis “LEMKRA FK 111”, berfungsi
untuk menempelkan keramik, granit, marmer, batu alam pada dinding vertikal.
Campuran perekat adalah 1 Lt air : 4 Kg Lemkra FK 111, dipasang setebal ±3
mm di atas plesteran dinding atau bidang yang akan dipasang tegel/batu alam.
Tata cara pemasangan Tegel dengan perekat harus mengikuti standar dan
petunjuk pabrik bahan perekat.

3) Bahan dan Standar :


a) Tegel Keramik :
Produksi Tegel Keramik setara produksi “PLATINUM”
Ukuran dan pola sesuai tertera dalam gambar kerja atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
b) Bahan perekat :
Semen, sesuai NI-8
Pasir, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2
Air, sesuai NI-3 pasal 10
c) Kontraktor harus memberikan contoh bahan, pola dan warna terlebih
dahulu kepada Direksi Pekerjaan.

7.3.3. PELAKSANAAN

1) Membuat campuran :
a) Semua bahan mortar harus bersih dari kotoran-kotoran dan bahan pasir
diayak halus sesuai dengan kebutuhan campuran.
b) Campuran harus dibuat secara homogen dengan cara dan peralatan
mekanis (molen beton) dengan pemakaian air secukupnya.

VI-7-8/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

c) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan dibiarkan adukan
membeku lebih dari satu jam
2) Contoh bidang pasang Tegel :
Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang Tegel terlebih dahulu,
kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang Tegel
harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.
3) Persiapan pada bidang yang akan dipasang Tegel :
a) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran yang menempel
dan debu, dibersihkan dengan sikat baja atau semprotan kompresor
tekanan tinggi kemudian dibasahi hingga jenuh.
b) Semua dinding beton atau bataco dan kolom beton yang akan dipasang
tegel harus dikerik dan kemudian disawut dengan 1pc:2ps ayakan halus
agar mortar pasangan dapat melekat dengan baik.
c) Bilamana kebutuhan mortar perekat tegel lebih dari 25 mm untuk dinding
dan 50 mm untuk lantai, harus diplester terlebih dahulu dengan campuran
mortar sesuai yang disyaratkan dalam pekerjaan plesteran. Kemudian
digaris-garis silang sebelum plesteran tersebut mengering.
4) Pemasangan Tegel Keramik :
Tegel Keramik sebelum dipasang harus direndam hingga jenuh, bidang lekat
tegel sebelum dipasang harus dilem dengan semen campur air (pasta semen)
seluruh bidang ubin atau di atas mortar ditabur bubuk semen kering secara
merata. Selanjutnya tegel keramik dipasang di atas hamparan Mortar perekat
yang berpedoman kepada elevasi akhir yang ditentukan dengan cara memukul-
mukul dengan palu karet sedemikian rupa sehingga didapat permukaan yang
rata dan air semen tidak turun. Sisa-sisa mortar harus segera dibersihkan
dengan lap basah atau pembersih lainnya hingga tidak menimbulkan noda pada
permukaan tegel. Alur naad tegel harus segera dibersihkan dengan sikat baja
atau alat khusus untuk itu.
5) Sudut-sudut dan bidang pasang Tegel :
Semua sudut-sudut harus tegak lurus, setiap pertemuan sudut pasang harus
diberi nossing/pinggulan baik dari bahan semen naad/siar atau bahan tegel
khusus sesuai petunjuk dalam Gambar atau Direksi Pekerjaan.
6) Kerataan bidang pasang Tegel :
Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu bidang pasang tegel
sebaiknya diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang bahan logam
aluminium kotak, baik horisontal maupun vertikal yang berpedoman kepada
pasangan kepala yang disetting menggunakan pesawat penyipat datar.
7) Perbaikan bidang pasang Tegel :
Bilamana terdapat bidang pasang tegel yang bergelombang harus diperbaiki
secara keseluruhan. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus dibobok terlebih
dahulu dengan baik, bobokan dibuat dalam bidang segi empat kemudian
dipasang tegel baru rata dengan sekitarnya.

VI-7-9/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

8) Naad/Siar Tegel :
Antara bidang bidang tegel harus dibuat alur-alur pemisah/siar yang rapi. Bila
tidak disebutkan dalam gambar ukuran alur dibuat sesuai dengan
rekomendasi pabrik. Kemudian dinaad dengan semen khusus setara AM Grout
type AM 51, dengan warna yang sama dengan warna tegel. Setiap jarak naad
mencapai kelipatan 4 m’ (±16 m2) vertikal dan 8 m’ horizontal (± 64 m2)
harus dibuat siar konstruksi (construction joint) yang dinaad dengan joint
sealant setara Formrok 28T ex. Hitching Group, dengan cara pasang sesuai
dengan petunjuk pabrik bersangkutan.
9) Hasil akhir yang dikehendaki :
a) Bidang pasang tegel rata atau tidak bergelombang, padat/tidak berongga
dan tidak cacat.
b) Alur-alur/siar lurus dengan ukuran yang sama dan rapi.
c) Sudut-sudut nossing dan tekukan tajam dan rapi.
d) Air dapat mengalir dengan lancar ke floor drain.
e) Permukaan tegel harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya.

SEKSI 7.4
PEKERJAAN PASANG PAVING BLOCK

7.4.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan Pasang Paving meliputi semua pekerjaan pasang Paving Block pada
lantai atau bidang-bidang lantai lainnya sesuai dengan yang tertera dalam
Gambar kerja dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Toleransi Dimensi :
a) Dimensi Paving Block rata-rata sama, dengan toleransi perbedaan dimensi
tidak lebih dari 2 mm setiap Paving
b) Toleransi kerataan permukaan masing-masing Paving adalah 0.25 mm,
sedang kemiringan bidang untuk keperluan drainase dibuat minimal rata-
rata 1% ke arah pembuangan.
c) Alur naad Paving sesuai rekomendasi pabrik.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Kontraktor harus menyiapkan Shop Drawing Pola dan Warna Paving Block
dan tenaga kerja yang terampil serta peralatan secukupnya sebelum
memulai pekerjaan pasangan Paving.
b) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu unit contoh
bidang pasangan Paving Block untuk setiap jenis penggunaan ruang atau
bidang pasangan dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
c) Pekerjaan pasangan Paving Block tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk
VI-7-10/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap


bertanggung jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan pasang Paving yang dilaksanakan setiap satuan waktu
haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan dan presisi pekerjaan
pasang Paving.
b) Luas bidang pasang Paving minimal setiap tahap pasang Paving harus
mengacu kepada luas ruang atau bidang yang akan dipasang Paving untuk
setiap tahap kerja yang dibatasi dengan membuat pasangan kepala/acuan
secara horizontal.
c) Setiap tahap pekerjaan, pasangan Paving tidak boleh terganggu/diinjak
sebelum dicor pasir halus sebagai pengisi siar Paving.
d) Setiap memulai pekerjaan pasang Paving harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

7.4.2. BAHAN

1) Bahan dan Standar :


a) Paving untuk Jalan Kendaraan :
Produksi Paving produk Pres Mesin kekuatan minimal 8 Ton, lengkap
dengan accessoriesnya. Tebal Paving 65 mm dan pola sesuai tertera dalam
gambar kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Paving untuk Jalan Kaki dan Parkir Sepeda Motor :
Produksi Paving produk Pres Mesin kekuatan 6 Ton, lengkap dengan
accessoriesnya. Tebal Paving 40 mm dan pola sesuai tertera dalam gambar
kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
c) Pasir, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2
d) Air, sesuai NI-3 pasal 10

2) Contoh Bahan dan Pola :


Kontraktor harus memberikan contoh bahan, pola dan warna terlebih dahulu
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.

7.4.3. PELAKSANAAN

1) Pembuatan Subbase Paving Block :


a) Semua bahan Subbase Paving harus bersih dari kotoran-kotoran organis,
dari bahan Limestone atau Pasir batu (sirtu).
b) Untuk Pasangan Paving Block langsung di atas permukaan tanah, bahan
Subbase harus dihampar secara merata minimal setebal 40 cm padat untuk
Jalan kendaraan roda empat dan 20 cm padat untuk Jalan Kaki, Plaza dan
parkir sepeda motor, kemudian di atas lapisan subbase dihampar lapisan

VI-7-11/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

pasir setebal 15 cm padat. Setiap lapis harus dilakukan pemadatan dengan


alat pemadat mekanis yang disetujui Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989.
c) Pasangan Paving Block di atas plat beton menggunakan mortar 1pc : 5ps
yang dihampar merata di bawah Paving Block yang berfungsi sebagai sub
base dan sekaligus sebagai perekat Paving Block.

2) Contoh bidang pasang Paving :


Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang Paving terlebih dahulu,
kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang Paving
harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.
3) Persiapan pada bidang yang akan dipasang Paving :
a) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran organis dan telah
dihampar pasir padat setebal 15 cm.
b) Semua bidang pasang telah direncanakan system drainasenya dengan
derajat kemiringan ketempat pembuangan sebesar minimal 1%.

4) Pasang Paving :
Paving dipasang dengan suatu pola sesuai dengan gambar kerja, dipasang di
atas hamparan pasir yang telah dipadatkan dan diratakan. Pola pasangan
berpedoman kepada elevasi akhir yang diharapkan dengan cara memukul-
mukul dengan palu kayu sedemikian rupa sehingga didapat permukaan yang
rata, padat dan rapat sesuai dengan bentuk dan pola paving. Sedang Paving
Block yang terpasang di atas plat beton dipasang menggunakan mortar 1pc : 5
ps.
5) Kerataan bidang pasang Paving :
Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu bidang pasang Paving
sebaiknya diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang bahan logam
aluminium kotak, secara horisontal berpedoman kepada pasangan kepala yang
sebelumnya telah di setting menggunakan pesawat ukur penyipat datar.
6) Perbaikan bidang pasang Paving :
Bilamana terdapat bidang pasang Paving bergelombang, cacat atau retak,
harus diperbaiki secara keseluruhan. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus
dibongkar terlebih dahulu dengan baik, kemudian dipasang Paving kembali
hingga rata dengan Paving sekitarnya.
7) Naad/Siar Paving :
a) Bidang yang terpasang langsung di atas tanah, harus dibuat alur-alur
pemisah/siar yang rapi. Bila tidak disebutkan dalam gambar ukuran alur
dibuat sesuai dengan rekomendasi pabrik. Kemudian dicor dengan ayakan
pasir halus hingga Paving tidak dapat bergerak.
b) Bidang Paving yang terpasang di atas plat beton dan menggunakan mortar,
naad pasangan harus dicor dengan mortar 1 pc : 3 ps ayakan halus, hingga

VI-7-12/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

memenhi bidang tegak paving dan tidak sampai menutup sudut chamfer
paving.
8) Hasil akhir yang dikehendaki :
a) Bidang pasang Paving rata atau tidak bergelombang, padat dan tidak cacat.
b) Alur-alur/siar lurus dengan ukuran yang sama.
c) Siar terisi penuh dengan pasir atau mortar.
d) Air mengalir lancar ke saluran drainase atau pit collection
e) Permukaan Paving bersih dari bekas-bekas semen dan kotoran lainnya.

SEKSI 7.5
PEKERJAAN PASANG BATU ALAM

7.5.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan Pasang Batu Alam meliputi semua pekerjaan pasang Batu Alam pada
lantai atau bidang-bidang datar lainnya sesuai dengan yang tertera dalam
Gambar kerja dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Toleransi Dimensi :
a) Dimensi Batu Alam rata-rata sama, dengan toleransi perbedaan dimensi
tidak lebih dari 5 mm setiap bidang batu Alam.
b) Toleransi kerataan permukaan masing-masing Batu Alam adalah 2,5 mm,
sedang kemiringan bidang untuk keperluan drainase dibuat minimal rata-
rata 1% ke arah pembuangan.
c) Alur naad Batu Alam sesuai rekomendasi pabrik atau berkisar antara 8 – 10
mm.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Kontraktor harus menyiapkan Shop Drawing Pola, Warna Batu Alam dan
tenaga kerja yang terampil serta peralatan secukupnya sebelum memulai
pekerjaan pasangan.
b) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu unit contoh
bidang pasangan Batu Alam untuk setiap jenis penggunaan ruang atau
bidang pasangan dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.

VI-7-13/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

c) Pekerjaan pasangan Batu Alam tidak boleh dimulai sebelum Direksi


Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan pasang Batu Alam yang dilaksanakan setiap satuan waktu
haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan dan presisi pekerjaan
pasang Batu Alam.
b) Luas bidang pasang Batu Alam minimal setiap tahap pasang harus mengacu
kepada luas ruang atau bidang yang akan dipasang Batu Alam, untuk setiap
tahap kerja yang dibatasi dengan membuat pasangan kepala/acuan secara
horizontal.
c) Setiap tahap pekerjaan, pasangan Batu Alam tidak boleh terganggu/diinjak
sebelum dicor mortar/Grout sebagai pengisi siar bidang Batu Alam.
d) Setiap memulai pekerjaan pasang Batu Alam harus sepengetahuan dan
seijin Direksi Pekerjaan.

7.5.2. BAHAN

1) Bahan dan Standar :


a) Batu Alam untuk Jalan Kendaraan :
Batu Alam yang dipakai minimal memiliki kekuatan 8 Ton, Tebal Batu 50
mm, pola/jenis dan warna sesuai tertera dalam gambar kerja atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
b) Batu Alam untuk Jalan Kaki dan Plaza:
Batu Alam minimal memiliki kekuatan 3 Ton, Tebal Batu Alam 15 - 20 mm,
pola/jenis dan warna sesuai tertera dalam gambar kerja atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.

2) Bahan perekat :
Pasir, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2
Air, sesuai NI-3 pasal 10

3) Contoh Bahan dan Pola :


Kontraktor harus memberikan contoh bahan, pola/jenis dan warna terlebih
dahulu kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.

7.5.3. PELAKSANAAN

1) Pembuatan Subbase Pasangan Batu Alam :

VI-7-14/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

a) Semua bahan Subbase Batu Alam harus bersih dari kotoran-kotoran


organis, dari bahan Limestone atau Pasir batu (sirtu).
b) Untuk Pasangan Batu Alam langsung di atas permukaan tanah, bahan
Subbase harus dihampar secara merata minimal setebal 40 cm padat untuk
Jalan kendaraan roda empat dan 20 cm padat untuk Jalan Kaki, Plaza dan
parkir sepeda motor, kemudian di atas lapisan subbase dihampar lapisan
pasir setebal 10 cm padat. Setiap lapis harus dilakukan pemadatan dengan
alat pemadat mekanis yang disetujui Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989.
c) Batu Alam dipasang menggunakan mortal 1pc : 5ps yang dihampar setebal
minimal 50 mm merata di bawah bidang Batu Alam yang sekaligus sebagai
perekat Batu Alam.
2) Contoh bidang pasang Paving :
Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang Batu Alam terlebih dahulu,
kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang Batu harus
dilanjutkan sesuai dengan contoh.
3) Persiapan pada bidang yang akan dipasang Batu Alam :
a) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran organis dan telah
dihampar pasir padat setebal 10 cm.
b) Semua bidang pasang telah direncanakan system drainasenya dengan
derajat kemiringan ketempat pembuangan sebesar minimal 1%.
4) Pasang Batu Alam :
Batu Alam dipasang dengan suatu pola sesuai dengan gambar kerja
menggunakan mortar 1pc : 5 Ps, dipasang di atas hamparan pasir yang telah
dipadatkan dan rata. Pola pasangan berpedoman kepada elevasi akhir yang
diharapkan dengan cara memukul-mukul dengan palu kayu sedemikian rupa
sehingga didapat permukaan yang rata, padat dan rapat sesuai dengan bentuk
dan pola rencana.
5) Kerataan bidang pasang Paving :
Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu bidang pasang Batu
Alam sebaiknya diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang bahan logam
aluminium kotak, secara horisontal berpedoman kepada pasangan kepala yang
sebelumnya telah di setting menggunakan pesawat ukur penyipat datar.
6) Perbaikan bidang pasang Batu Alam :
Bilamana terdapat bidang pasang Paving bergelombang, cacat atau retak harus
diperbaiki secara keseluruhan. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus dibongkar
terlebih dahulu dengan baik, kemudian dipasang Paving kembali hingga rata
dengan Paving sekitarnya.
7) Naad/Siar Batu Alam :
Bidang yang terpasang langsung di atas tanah, harus dibuat alur-alur
pemisah/siar yang rapi. Bila tidak disebutkan dalam gambar ukuran alur dibuat
sesuai dengan rekomendasi pabrik atau berkisar antara 8 – 10 mm. Kemudian

VI-7-15/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

dicor dengan semen Grout setara AM 50 with Sand dengan warna sesuai
dengan Batu Alam, hingga tidak dapat bergerak.
8) Hasil akhir yang dikehendaki :
a) Bidang pasang Batu Alam rata atau tidak bergelombang, padat dan tidak
cacat.
b) Alur-alur/siar lurus dengan ukuran yang rata-rata sama.
c) Siar terisi penuh dengan semen Grout.
d) Air mengalir lancar ke saluran drainase atau pit collection
e) Permukaan Batu Alam bersih dari bekas-bekas semen dan kotoran lainnya.

SEKSI 7.6
PEKERJAAN PASANG FLOOR HARDERNER

7.6.1. UMUM

1) Uraian :
Pekerjaan Floor Harderner meliputi semua pekerjaan finishing lantai Ramp
Kendaraan; Loading Kendaraan; dan bidang-bidang lainnya atau sesuai dengan
yang tertera dalam Gambar dan petunjuk Direksi Pekerjaan.

2) Toleransi Dimensi :
a) Gradasi bahan pasir yang dipakai adalah ayakan halus dengan diameter 2,0
mm dengan toleransi perbedaan butiran tidak lebih dari 0,5 mm atau sesuai
standar pabrik.
b) Toleransi kerataan permukaan masing-masing adalah 1 mm per 1 m’,
sedang kemiringan bidang untuk keperluan drainase dibuat rata-rata 1% ke
arah pembuangan.
c) Alur naad non slip Ramp Kendaraan satu bidang dengan bidang lainnya
adalah 20 mm.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Kontraktor harus menyiapkan Rencana Kerja dan Gambar Kerja serta
tenaga kerja yang terampil dan peralatan secukupnya sebelum memulai
pekerjaan pasangan .
b) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu bidang contoh
pasangan Floor Harderner untuk setiap jenis penggunaan bidang pasangan
dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Pekerjaan pasangan Floor Harderner tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap
bertanggung jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya

VI-7-16/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi


Pekerjaan.

4) Jadual Kerja :
a) Jumlah pekerjaan Floor Harderner yang dilaksanakan setiap satuan waktu
haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan pasang Floor
Harderner untuk menjamin agar seluruh pekerjaan floor harderner hanya
digunakan adukan mortar baru dan permukaan dapat dibersihkan sesegera
mungkin.
b) Setiap tahap pekerjaan, pasangan Floor Harderner tidak boleh
terganggu/diinjak sebelum pasta Floor Harderner kering.
c) Setiap memulai pekerjaan Floor harderner harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

7.6.2. BAHAN

1) Produk Floor Harderner :


Setara “MASTER TOP 100”; Formerly Mastercron/Colorcron; type Natural
aggregate concrete surface harderner; ex. Master Builder Technology (MBT),
warna ditentukan kemudian.

2) Bahan dan Standar :


Koral :
Koral dipilih yang tidak porous dan permukaannya halus dan keras. Ukuran
butiran seragam yang didapat dari dua kali ayakan.
a) Semen, sesuai NI-8
b) Pasir sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2
c) Air, sesuai NI-3 pasal 10
Ukuran dan pola sesuai tertera dalam gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
Kontraktor harus memberikan contoh bahan dan pola terlebih dahulu kepada
Direksi Pekerjaan.

3) Penggunaan Komposisi Campuran :


Menggunakan campuran beton dengan slump 75 mm atau kurang dan
maksimum 3 % campuran air. Desain dan konstruksi floor harderner mengacu
kepada kondisi beban/getaran, traffic dan beban lantai lainnya.

7.6.3. PELAKSANAAN
1) Membuat campuran dasar :
a) Semua bahan adukan harus bersih dari kotoran-kotoran organis dan bahan
pasir diayak sesuai dengan kebutuhan campuran.
b) Campuran harus dibuat secara homogen dengan cara dan peralatan
mekanis (molen beton) dengan pemakaian air secukupnya.
c) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan dibiarkan adukan
membeku lebih dari satu jam.
f) Contoh bidang plasang Floor Harderner :

VI-7-17/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang Floor Harderner terlebih


dahulu, kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang
Floor Harderner harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.

2) Persiapan pada bidang yang akan dipasang Floor Harderner :


a) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran yang menempel
dan debu, dibersihkan dengan dikerok atau semprotan kompresor.
b) Semua lantai beton yang akan dipasang Floor Harderner, sebelumnya
dilapisi beton screed sebagai lapisan pertama hingga level yang
direncanakan.
c) Bilamana kebutuhan screed melebihi ketebalan 50 mm untuk lantai, harus
dilapis secara bertahap. Kemudian digaris-garis silang sebelum
plesteran/screed pertama tersebut mengering.
3) Pemasangan Floor Harderner :
a) Pencampuran dan pemasangan Lapis Pertama :
Tandai luas lantai yang akan dipasang Floor harderner, dan siapkan
sejumlah kantong Mastertop 100 sesuai perkiraan kebutuhan. Selanjutnya
hamparkan campuran Floor Harderner pada permukaan lantai base, setelah
dibasahi dengan air secukupnya. Hamparkan lapis pertama tersebut
keseluruh bidang hingga ke batas dinding, kolom, sambungan lantai dengan
trowel kayu atau mesin trowel setelah campuran agak mengering
sedemikian rupa, sehingga didapat permukaan yang rata.

b) Pencampuran dan pemasangan Lapis Kedua :


Sesuai dengan cara pertama di atas dihamparkan lapis kedua Mastertop
100 satu sampai tiga kali dengan tangan, dimana ditambahkan campuran
melebihi dari lapis pertama. Bersamaan dengan mengeringnya lapisan Floor
harderner, ratakan lapisan dengan mesin trowel. Apabila dikehendaki
permukaan non slip gunakan mesin trowel seperlunya atau dapat digunakan
trowel kayu dengan tangan.

c) Finishing :
Bila dikehendaki permukaan yang agak halus, perataan dengan mesin
trowel dapat dilakukan tiga sampai empat kali seiring dengan mengerasnya
lapisan Floor Harderner.

4) Perbaikan bidang Floor Harderner :


Bilamana terdapat bidang pasang Floor harderner tidak baik/cacat atau
bergelombang harus diperbaiki. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus dibobok
terlebih dahulu dengan hati-hati, kemudian dipasang Floor Harderner yang baru
hingga rata dengan sekitarnya.
5) Naad/Siar Floor Harderner :
Pada sambungan konstruksi yang tak dapat dihindarkan diberikan naad/alur
pemisah yang rapi kemudian diberikan joint sealant setara ”Formrok 28T” ex.
Hitching Group, dengan cara pasang sesuai dengan petunjuk pabrik
bersangkutan.
VI-7-18/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VII : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
.

6) Hasil akhir yang dikehendaki :


a) Bidang pasang Floor Harderner, rata atau tidak bergelombang, dan tidak
cacat.
b) Alur-alur/siar lurus dengan ukuran yang sama.
c) Sudut-sudut nossing dan tekukan tajam dan rapi.
d) Air dapat mengalir dengan lancar ke floor drain.
e) Permukaan Floor Harderner harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran
lainnya.

VI-7-19/25
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

DIVISI VIII
PEKERJAAN ATAP, LANGIT- LANGIT DAN DINDING PARTISI

SEKSI 8.1
PEKERJAAN ATAP

8.1.1. UMUM
1) Uraian :
Pekerjaan Atap meliputi semua pekerjaan pembuatan rangka atap kayu dan
listplank dari kayu, pemasangan atap dan accessories lainnya, pada lokasi yang
ditunjuk pada Gambar kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Pada pekerjaan ini
tidak termasuk struktur rangka atap Baja sesuai tercantum dalam Divisi IV.
Pekerjaan Baja Spesifikasi ini.

2) Toleransi Dimensi :
a) Dimensi bahan penutup atap sesuai standar produk setara “BHP Spandek
0.40TCT tebal 0,35 mm zincalume”, sebagai atap lapis pertama, dan atap lapis
kedua adalah Atap Genteng Keramik setara “Kanmuri atau Ikad, berglasur
warna merah maroon”
b) Reng Atap lapis kedua menggunakan reng baja ringan setara Topspan Hi-Ten
Z/A Tebal 0.60 mm TCT, dipasangan sesuai ketentuan jarak reng genteng
yang dipakai.
c) Dimensi perlengkapan lain dari bahan besi/baja maupun genteng keramik
sesuai dengan dimensi tertera dalam gambar atau standar pabrik pembuat.
d) Toleransi setting/pemasangan elemen-elemen rangka dan atap maksimal 1mm
per 1 m’, baik vertikal maupun horizontal.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Sebelum memulai pekerjaan Rangka Atap Kayu dan Penutup Atap Kontraktor
harus membuat Gambar Kerja atas dasar gambar detail yang telah ada,
termasuk membuat schedule lengkap cutting list dan setting out tentang
semua komponen Rangka atap dan Atap yang diperlukan.
b) Kontraktor harus membuat satu unit contoh dari accessories Atap (Dore,
Murda, Listplank dan lainnya yang dianggap perlu) sesuai dengan bahan yang
dipakai lengkap dengan accessoriesnya serta finishingnya, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

4) Jadual Kerja
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen Rangka Atap
Exposed di Work Shop dengan peralatan yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pemasangan dilapangan.
b) Pastikan bahwa semua angkur-angkur yang diperlukan untuk pekerjaan rangka
atap telah siap terpasang pada tempat-tempat tumpuan yang diperlukan.

VI-8-1/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

c) Setiap memulai pekerjaan Atap dan Accessoriesnya harus sepengetahuan dan


seijin Direksi Pekerjaan.

8.1.2.BAHAN
1) Penutup Atap :
a. Atap Lapis Pertama
Atap Metal setara BHP Spandek Zincalume 0.40TCT, lengkap dengan Flashing
dan Talang Atap dengan ketebalan metal sheet minimal sama dengan
bidang atap.
b. Atap Lapis Kedua
Genteng Keramik setara produksi Kanmuri atau Ikad, dengan Sistem Double
Cut, berglasur warna merah maroon.

2) Baut & Mur, Begel dan pengikat baja lainnya. :


a. Paku/Sekrup Spandek/Polycarbonat
Sekrup Galvanized C Teks 12-14 x 45 HGS dan Rubber Ring.
b. Baut atau Sekrup Genteng
Baut atau Sekrup Baja minimal diameter 5 mm Galvanized.

3) Reng Genteng :
setara produk BHP tipe Topspan Hi-Ten Z/A, tebal 0.60 mm TCT. Skrup ITW
Buildex Selfdrilling Screw 8 mm.

4) Bahan Talang
setara produk BHP sheet Colorbond tebal : 0.45 TCT, dipasang di atas papan
Bangkirai tebal 2,5 cm.

8.1.3.PELAKSANAAN
1) Atap Bangunan Utama dan Tangga Emergency:
a) Sebelum pemasangan atap, semua komponen rangka atap baja harus
dipastikan sudah selesai dan difinishing sesuai dengan gambar dan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Pekerjaan Baja Struktur.
b) Elevasi dan leveling sudah diperiksa dengan teliti serta mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Urutan pekerjaan atap dimulai dari pemasangan talang sheet di atas papan
dek, atap spandek, reng topspan, genteng keramik dan bubungan atau nok
satu komponen dengan dore dan murda atau yang lainnya harus terkait
dengan baik dan rapi. Pemasangan atap harus sesuai dengan gambar detail
dan petunjuk/standar pabrik, lengkap dengan accessories yang dikeluarkan
pabrik yang bersangkutan.
d) Pemasangan Dore atau Murdha harus dijangkarkan/angker dengan besi beton
sehingga berdiri kuat dan tidak mudah runtuh.
e) Sebelum mengadakan pembelian untuk perlengkapan rangka atap, Kontraktor
harus mengajukan contoh-contoh bahan dan gambar kerja khusus

VI-8-2/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

penyelesaian teknis dan pelaksanaan untuk mendapatkan persetujuan Direksi


Pekerjaan.
f) Bidang permukaan atap harus merupakan bidang rata sesuai dengan
kemiringan dalam gambar, tidak bergelombang dan tidak muntir.

2) Atap Bangunan Hall Canopy :


a) Sebelum pemasangan atap Genteng, semua rangka atap yang terbuat dari
kayu dengan plafond lumber shering expose dan reng topspan baja ringan
harus dipastikan sudah selesai sesuai dengan gambar dan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Pekerjaan Struktur Kayu.
b) Elevasi dan leveling sudah diperiksa dengan teliti serta mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Urutan pekerjaan atap dimulai dari pemasangan, reng topspan, genteng
keramik dan bubungan atau nok satu komponen dengan dore dan murda atau
yang lainnya harus terkait dengan baik dan rapi. Pemasangan atap harus
sesuai dengan gambar detail dan petunjuk/standar pabrik, lengkap dengan
accessories yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.

3) Atap Plat Beton :


a) Semua bidang atap yang telah dicor dibersihkan dengan air compressor,
segala kotoran lepas harus dibersihkan terlebih dahulu. Apabila ada atap beton
yang rusak atau cacat harus diperbaiki terlebih dahulu hingga tidak bocor. Cek
elevasi kemiringan arah drainage dan pit collection air hujan berfungsi baik
serta tidak bocor.
b) Tambahkan screed campuran 1Pc : 3 Ps untuk tebal tidak lebih 5 cm, dan cor
beton kedap air untuk lapisan screed lebih dari 5 cm. dengan membuat lereng
menuju pit collection terdekat.
c) Setelah screed kering pasang water proofing sesuai petunjuk pabrik dan
ketentuan spesifikasi pada Divisi VI section 6.1. Baik disebutkan dalam gambar
atau tidak setiap sambungan atap beton harus diperkuat dengan alat-alat
penyambung sesuai dengan kebutuhan seperti joint sealant.
d) Untuk bidang atap beton yang dapat di akses, di atas lapisan water proofing
difinishing dengan plesteran kedap campuran 1Pc : 2Ps setebal minimal 3cm
dengan tulangan susut berupa kawat ayam, untuk bidang luas diperlukan
construction joint yang kemudian dicor dengan lapisan bitumen sebagai
sealant. Selama pekerjaan berlangsung, semua bahan pelapis atap beton
harus dilindungi dari benturan-benturan benda keras. Kerusakan atau cacat-
cacat harus diganti oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.

4) Hasil Akhir Yang diharapkan :


a) Bidang atap rata atau tidak bergelombang, alur genteng lurus, terpasang kuat
pada posisinya, dan air dapat mengalir dengan lancar, bersih dari semua
kotoran-kotoran.
b) Semua komponen atap dan perlengkapannya terpasang dengan kokoh dan
baik pada tempatnya.
c) Semua bidang atap maupun accessoriesnya harus bersih dari kotoran-kotoran
bekas konstruksi maupun lainnya.
d) Finishing akhir bidang atap rata, tidak cacat dan bocor.

VI-8-3/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

SEKSI 8.2
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

8.2.1. UMUM

1) Uraian :
a) Pekerjaan langit-langit meliputi pengadaan, pengerjaan dan pemasangan
langit-langit atau plafond yang terbuat dari bahan : Gypsum Board, Kalsiboard;
Lumber shering Kayu Bangkirai untuk plafond Hall Canopy,; Lat kayu Bangkirai
untuk Toilet; serta Aluminium Latice untuk Tehnical Ceiling; maupun Acian Plat
Beton untuk ruang-ruang interior tidak penting, sesuai ditunjuk dalam gambar
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, termasuk bahan, ongkos kerja dan
peralatan yang diperlukan.
b) Kecuali disebutkan pada poin a) di atas, pekerjaan langit-langit/plafond “plat
beton exposed” tidak termasuk dalam pekerjaan ini, semuanya sudah
termasuk pada pekerjaan Divisi III Pekerjaan Beton.

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan-Pekerjaan yang Cacat :


a) Sebelum memulai pekerjaan langit-langit, Kontraktor harus membuat Gambar
Kerja atas dasar gambar detail yang telah ada, termasuk membuat schedule
lengkap tentang semua komponen dan accessories yang diperlukan serta
kaitannya dengan pekerjaan lainnya.
b) Kontraktor harus membuat satu unit contoh terpasang langit-langit sesuai
dengan bahan yang dipakai lengkap dengan accessoriesnya serta finishingnya,
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Sebelum pembuatan, semua material yang dibutuhkan harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

3) Jadual Kerja
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen Rangka Plafond di
Work Shop dengan peralatan mekanis sesuai dengan kebutuhan pemasangan
di lapangan.
b) Pastikan bahwa semua angkur-angkur yang diperlukan untuk pekerjaan rangka
plafond telah siap terpasang pada tempat-tempat gantungan yang diperlukan.
c) Setiap memulai pekerjaan Langi-langit harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.

8.2.2. STANDAR DAN BAHAN

1) Struktur Rangka :
Struktur Rangka Plafond/Ceiling menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized
Components setara ex MMJ yang terdiri atas components sbb : Concrete Bracket
VI-8-4/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

(MMJ A002); Rod ø 5 mm (MMJ A003); Suspension Rod Clamp (MMJ001); Primary
Frame (MMJ R150); Top Hat Furring Frame (MMJ TF01); Furring Channel Clip
(MMJ MA01); Metal Flushing (MMJ A006). Dilengkapi pula dengan Plaster Bead
untuk penyelesaian sudut dan alur-alur aluminium, Casing Bead, Shadow Moulding
Bead, Control Joint Bead sesuai kebutuhan penyelesaian detail sesuai ditunjuk
dalam gambar atau kondisi di lapangan. Jarak Frame MMJ TF01 adalah 600 mm x
1200 mm sedang jarak MMJ 150 adalah 1200 membujur satu arah dan Jarak
suspension rod setiap 900 mm bujur sangkar untuk plafond Gypsum tebal 9 mm
dan Kalsiboard 6 mm.

2) Langit-langit Gypsum Board :


System rangka plafond menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized Components
setara ex MMJ. Penutup Plafond adalah Panel Gypsumboard ukuran 9x1200x2400
mm ex setara Jayaboard lengkap dengan accesorries serta penyelesaian ending
plafond seperti ditunjuk dalam gambar dengan sistem sambungan flush joint dan
perapihan lainnya hingga siap di finishing Cat Emulsion setara Dulux atau Levis.

3) Langit-langit Kalsiboard :
System rangka plafond menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized Components
setara ex MMJ. Plafond Kalsiboard setara Produk “Eternit Gresik” ukuran nominal
6mm x 2400mm x 1200 mm.

4) Langit-langit Acustical Board :


System rangka plafond menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized Components
setara ex MMJ. Plafond Acoustic Board setara produk “Keumkang MITONE (KCC)”
Type MT-440 tebal 9 mm, digunakan pada ruang-ruang khusus seperti Lobby,
Ruang Rapat, Ruang Pertemuan Besar, Madya dan Kecil dan ruang-ruang lain
yang ditunjuk dalam gambar. Plafond Acoustic Board ini dipasang dengan sistim
M-BAR (adhesive & nailing system) pada lapisan ceiling Kalsiboard tebal 6 mm
yang telah dipasang sebelumnya.

5) Langit-langit Aluminium Latice Ceiling :


System rangka plafond menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized Components
setara ex YKK : Hanger Rod dia.6 mm Pitch =500; Steel Bending 30x60x1,6 mm.
Rangka bidang latice ceiling steel hollow 40x40x1,6 mm; Latice ceiling tipe K-
98703 dengan List tepi tipe K-98706 dan List tengah K-98712, lengkap dengan
accessories yang diperlukan. Bahan langit-langit Aluminium setara ex “YKK
Alumico Indonesia warna YB1N” dipasang dengan sekrup khusus anti karat. Jenis
Plafond ini digunakan untuk Technical Ceiling.

6) Langit-langit Metal Sheet :


System rangka plafond menggunakan Steel Ceiling Frame Galvanized Components
setara ex MMJ.
Penutup plafond dari metal sheet setara produk BHP Lysaght V-CRIME tebal
nominal 0.35 mm warna Beige dop.

VI-8-5/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

7) Langit-langit Lat Kayu Bangkirai Merah Kualitas I :


Langit-langit Lat Kayu dengan rangka utama Kayu Bangkirai 5/7 cm digunakan
pada ruang Toilet Umum lengkap dengan list profil kayu, finishing setara Mowilex
Water Base Woodstain transparan.

8) Langit-langit Acian Plat Beton di Cat :


9) Jenis langit-langit ini digunakan pada ruang-ruang interior yang tidak memerlukan
penutup plafond tambahan. Bidang bawah Plat beton yang ada hanya diamplas
atau diaci hingga siap di Cat. 321
Bentuk profile, ukuran maupun bahan list Plafond sesuai dengan detail yang
ditunjuk dalam gambar plafond
10) Pada tempat-tempat yang ditunjuk dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Lapangan kontraktor harus menyiapkan “manhole” pada bidang ceiling yang
dipasang untuk keperluan pemeliharaan instalasi yang terpasang di atas bidang
ceiling.

8.2.3. PELAKSANAAN

1) Dimensi dan Setting :


Kontraktor harus mengukur/mengecek kembali setting rangka plafond dilapangan
sesuai dengan kondisi tempat yang ada. Apabila terjadi ketidak-sesuaian dengan
gambar harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
keputusan.

2) Sistem pemasangan :
Penggantung plafond dan bidang Gypsum dan Acoustic harus mengikuti gambar
rencana dan spesifikasi dan/atau petunjuk yang ditentukan pabrik; Plafond Lat
Kayu, Aluminium Latice dipasang pada steel frame dengan paku skrup galvanized .

3) Koordinasi dengan Sub Bidang Pekerjaan Lain :


Sebelum semua bidang Langit-langit (Gypsum, Kalsiboard, Acoustical, Lumber
shering Kayu, Lat Kayu) dipasang, dipastikan bahwa semua instalasi dan peralatan
lain yang semestinya terpasang di atas langit-langit sudah selesai seluruhnya
dengan baik serta telah melalui proses uji, serta diterima oleh Direksi Pekerjaan.

4) Pemasangan Plafond Gypsum, Kalsiboard dan Akustik:


a) Setelah Rangka plafond terpasang kuat dan benar, Gypsum dan Kalsiboard
dipasang dengan arah melintang Top Hat Frame Pasang sekrup khusus
Gypsum/Kalsiboard (self-embedding 3,5x21mm) pada setiap jarak maksimum
250 mm sepanjang Top Hat Frame dengan ketentuan minimum 15 mm dari
tepi panel dan 50 m dari sudut panel.
b) Untuk sistem sambungan tertutup digunakan perekat berbahan dasar epoxy (1
lem epoxy : 1 tepung calsium carbonat), di sepanjang celah panel kemudian
ditutup dengan Topping compound, sehingga prmukaan plafond siap dicat oleh
Sub Kontraktor Pengecatan.

VI-8-6/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

c) Plafond lapis akustik dipasang pada bidang Kalsiboard yang telah terpasang
rata dengan sistem M-BAR (adhesive dan nailing system) dan tidak perlu di
finish cat.

5) Langit-langit Aluminium Latice Ceiling dan Lat Kayu Bangkirai :


Langit-langit ini dipasang kearah tegak lurus dengan sisi dinding bangunan luar
hingga mencapai dinding dalam shaft pada ground floor, pada Galvanized Frame
yang telah terpasang kokoh dan benar sebelumnya.

6) Pengecatan :
Pekerjaan pengecatan atau tekstur plafond Gypsum/Kalsiboard dilakukan setelah
semua pekerjaan pemasangan selesai seluruhnya dalam satu ruang. setara tata-
cara pengecatan yang direkomendasi pabrik; Acoustical Board tidak perlu di cat
atau tekstur, sedang untuk Plafond Lumber shering dan Lat kayu menggunakan
system pengecatan Mowilex Water-Based Woodstain transparan.

7) Hasil Akhir :
a) Bidang Plafond rata, sambungan rapi dan kokoh tergantung pada dudukannya.
b) Semua komponen terpasang rapi, rata, lurus dan tidak cacat.
c) Hasil akhir pengecatan atau tekstur halus dan merata sesuai dengan tata-
warna yang dikehendaki.
d) Sesuai dengan ketentuan gambar dan spesifikasi serta diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

SEKSI 8.3
PEKERJAAN DINDING PARTISI DAN PARTISI LAPIS ACOUSTIC

8.3.1. UMUM

1) Uraian :
a) Pekerjaan Dinding Partisi lapis Akustik meliputi pengadaan, pengerjaan dan
pemasangan dinding partisi pada Ruang Kerja Staff dan Ruang-ruang lain
yang ditunjuk pada Rencana Gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Kecuali disebutkan pada poin a) di atas, pekerjaan dinding dan plafond akustik
khusus setara ex Yumen Board tebal 9 cm atau bahan lainnya adalah
terpasang pada ruang Generator Set (Genset) sebagai bahan pelapis kedap
suara.

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a. Sebelum memulai pekerjaan dinding partisi, Kontraktor harus membuat
Gambar Kerja atas dasar gambar detail yang telah ada, termasuk membuat

VI-8-7/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

schedule lengkap tentang semua komponen yang diperlukan serta kaitannya


dengan pekerjaan lainnya.
b. Kontraktor harus membuat satu unit contoh terpasang dinding partisi sesuai
dengan bahan yang dipakai lengkap dengan accessoriesnya serta finishingnya,
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c. Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
d. Sebelum pembuatan, semua material yang dibutuhkan harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3) Jadual Kerja :
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen Rangka Partisi di
Work Shop dengan peralatan mekanis sesuai dengan kebutuhan pemasangan
di lapangan.
b) Pastikan bahwa semua finishing dinding, lantai dan plafond ruang-ruang yang
akan dipasang Partisi selesai seluruhnya.
c) Setiap memulai pekerjaan Dinding Partisi harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

8.3.2. STANDAR DAN BAHAN

1) Dinding Partisi Kalsiboard Lapis Acoustic :


a) Bahan utama struktur rangka dinding partisi adalah Aluminium Profil sebagai
berikut :
Ambang atas dan tiang; tipe K-76876 + steel tube untuk penutup partisi
Kalsibord; tipe K-76876 + K-76878 dan K76879 dan seal karet
untuk penutup partisi kaca.
Ambang Tengah ; tipe K-76879 + K76878 + 2 x K76877, Steel Tube dan
rubber cover untuk penutup partisi Kaca atau kombinasi
Kalsiboard.
Ambang Bawah ; Steel Tube + 2 x K-76886 dan rubber cover.

b) Bahan penutup partisi menggunakan Kalsiboard setara Produk “Eternit Gresik”


ukuran nominal 2400mm x 1200 mm tebal 9 mm.
c) Bahan Akustik dari Glass Wool setara Produk “NITTOBO”
Penjangkaran dinding partisi menggunakan system knock down agar sewaktu-
waktu dinding partisi tersebut dengan mudah digeser tanpa merusak lantai,
dinding dan plafond ruang pada tempat mana dinding partisi tersebut terpasang.
Modul dinding partisi dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diangkat/dipindah
hanya menggunakan tenaga manusia.

2) Dinding Partisi Kayu Bangkirai Merah Kualitas.I dan Teak Plywood :


Bahan utama struktur rangka dinding partisi adalah Steel Stud System Galvanize
setara ex MMJ Type S040a ukuran tebal 40 mm. Dinding Partisi Kayu dan Teak
Plywood tebal 9 mm, digunakan pada dinding Ruang Pertemuan, dan tempat-

VI-8-8/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi VIII – Pekerjaan Atap, Langit-langit dan Dinding Partisi
.

tempat lain sesuai dengan gambar atau ditunjuk Direksi Pekerjaan, lengkap
dengan list profile dan hiasan Bali. Finishing Partisi ini menggunakan Politur Ultran
Woodstain Cleardof.

8.3.3. PELAKSANAAN

1) Dimensi dan Setting :


Kontraktor harus mengukur/mengecek kembali setting dinding partisi dilapangan
sesuai dengan kondisi tempat yang ada setelah finishing. Apabila terjadi ketidak-
sesuaian dengan gambar harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan keputusan.

2) Sistem pemasangan :
Rangka bidang Partisi (Solid Panels, Kalsiboard & Acoustic, Kayu & Teak Plywood,
dan Yumen) sesuai Type dipasang pada tempat yang ditunjuk dengan tata-cara
petunjuk Pabrik. Kemudian lapis penutup partisi dipasang sesuai Jenis Partisi dan
petunjuk pabrik hingga siap di finishing.

3) Koordinasi dengan Sub Bidang Pekerjaan Lain :


Sebelum semua bidang dinding partisi dipasang dipastikan bahwa semua instalasi
dan peralatan lain yang semestinya terpasang di dalam dinding partisi sudah
selesai seluruhnya dengan baik serta telah melalui proses uji, serta diterima oleh
Direksi Pekerjaan.

4) Pengecatan :
Pekerjaan pengecatan dinding partisi dapat dilakukan setelah semua pekerjaan
pemasangan selesai seluruhnya dalam satu ruang dan diterima Direksi Pekerjaan.
Pengecatan dinding partisi Yumen menggunakan cat emulsi sesuai sistem
pengecatan setara Dulux atau Levis, sedang untuk dinding Partisi Kayu dan Teak
Plywood menggunakan system pengecatan Politur Ultran Woodstain Cleardoft.

5) Hasil Akhir :
a) Bidang dinding rata, sambungan rapi dan kokoh pada dudukannya.
b) Semua komponen dan instalasi terpasang rapi, rata, lurus dan tidak cacat.
c) Hasil akhir pengecatan halus dan merata sesuai dengan tata-warna yang
dikehendaki.
d) Sesuai dengan ketentuan gambar dan spesifikasi serta diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

VI-8-9/10
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

DIVISI IX
PEKERJAAN PENGECATAN

SEKSI 9.1
PEKERJAAN CAT EMULSION / ACRYLIC

9.1.1. UMUM
1) Uraian :
Pekerjaan Cat Emulsion meliputi semua pekerjaan pengecatan Dinding dan
Kolom Acian; Langit-langit Gypsum, Kalsiboard Acustical Board ex Yumen Board
(bila perlu); dan Plat Beton acian, serta bagian-bagian lainnya pada lokasi yang
ditunjuk pada Gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Pada pekerjaan ini
sudah termasuk persiapan bidang cat, cat dasar atau alkali resisting, plamur
atau tanpa plamur, dan cat finishing.

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :


a) Sebelum memulai pekerjaan Cat Kontraktor harus membuat schedule
finishing Cat atas dasar Schedule dan Gambar Rencana yang telah ada,
termasuk membuat jadwal waktu (schedule lengkap) tentang semua jenis
dan volume pekerjaan serta komponen/bahan yang diperlukan.
b) Kontraktor harus membuat satu bidang contoh pengecatan untuk setiap
warna dan jenis Cat terpilih dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

3) Jadual Kerja :
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen bahan dan
peralatan pengecatan sesuai dengan kebutuhan aplikasi dilapangan.
b) Pastikan bahwa semua bidang cat sudah kering sempurna sesuai ketentuan
pabrik cat serta tidak ada yang cacat apabila diperlukan harus diperiksa
dengan peralatan khusus humidity.
c) Setiap memulai pekerjaan Pengecatan harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

9.1.2. BAHAN
1) Bidang Interior (dalam ruang) dipakai setara Dulux atau Levis Painting System:
a) Cat Dasar (Primer) : Alkali Resisting Primer A931-1050 = 1 lapis
b) Under Coat : Dulux Acrylic Wall Filler A931-49001 = 1 lapis
c) Cat Finish : Dulux Catylac Synthetic Enamel = 2 lapis.

VI-9-1/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

2) Bidang Exterior (luar ruang) dipakai setara Dulux Weathershield atau Levis
Painting System:
a) Cat Dasar (Primer) : Alkali Resisting Primer A931-1050 = 1 lapis
b) Under Coat : Tanpa Wall Filler
c) Cat Finish : Dulux Weathershield A918 = 2 lapis.

3) Bidang Exterior Dinding Samping dan Belakang Bangunan tanpa Teritisan


(Waterproofing) :
a) Cat Dasar (Primer ) : TG 301 ex Lemkra sbg pengikat debu dan cat dasar
aplikasi waterproofing. = 1 lapis
b) Cat Finishing : DS 105 ex Lemkra sbgi lapis Waterproofing = 2 lapis

9.1.3. PELAKSANAAN
1) Pengecatan Bidang Interior:
a) Permukaan bidang cat harus rata, tidak cacat/retak, dan semua acian atau
benangan sudah baik, serta dalam kondisi bersih dan kering.
b) Bidang cat harus diamplas halus dibersihkan dari semua kotoran-kotoran
yang melekat, kemudian dibersihkan dengan kompresor 4 Bar.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Alkali Resisting
Primer yang dikuaskan merata seluruh bidang dengan kuas roll : 1 lapis.
Lapis kedua digunakan Acrylic Wall Filler dengan kapi untuk mendapatkan
permukaan bidang rata, setelah kering diamplas hingga halus dan rata,
semua siar dan benangan dibuat rapi dan lurus. Lapis ketiga digunakan cat
finish yang dikuas merata dengan kuas roll, sedang lapis keempat dengan
cat yang sama setelah semua bidang cat dalam kondisi baik dan kering.
2) Pengecatan Bidang Exterior:
a) Permukaan bidang cat harus rata, tidak cacat/retak, dan semua acian atau
benangan sudah baik, serta dalam kondisi bersih dan kering.
b) Bidang cat harus diamplas halus dibersihkan dari semua kotoran-kotoran
yang melekat, kemudian dibersihkan dengan kompresor 4 Bar.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Alkali Resisting
Primer atau Cat Dasar TG 301 ex Lemkra, yang dikuaskan merata seluruh
bidang dengan kuas roll: 1 lapis. Lapis kedua digunakan cat finish
Weathershield atau Waterproofing yang dikuas merata dengan kuas roll,
sedang lapis ketiga dengan cat yang sama setelah semua bidang cat dalam
kondisi baik dan kering.

3) Persetujuan Bahan:
Sebelum mengadakan pembelian bahan dan perlengkapan Cat, Kontraktor
harus mengajukan contoh-contoh bahan dan metode pengecatan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
4) Hasil Akhir Yang diharapkan :
a) Bidang cat rata atau tidak belang-belang, permukaan rata dan bersih dari
semua kotoran-kotoran.
b) Semua komponen cat teraplikasi dengan benar sesuai dengan jenis, merk,
dan petunjuk pabrik atau Direksi Pekerjaan.

VI-9-2/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

c) Finishing akhir warna merata, permukaan rata, tidak cacat dan kotor.

SEKSI 9.2
PEKERJAAN PENGECATAN LOGAM DAN KAYU

9.2.1. UMUM
1) Uraian :
Pekerjaan Cat Logam dan Kayu meliputi semua pekerjaan pengecatan
komponen bangunan “expose” yang terbuat dari Logam/baja seperti : rangka
atap, angkur-angkur, penggantung, support, pintu dan jendela besi, railing
tangga, balustrade dan cat leader serta bahan-bahan logam/baja lainnya.
Komponen bangunan dari Kayu seperti : rangka atap, pintu dan jendela kayu,
hiasan kayu, hand rail, dan bahan-bahan lain yang terbuat dari kayu terpasang
expose lainnya, pada lokasi yang ditunjuk pada Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan. Pada pekerjaan ini sudah termasuk persiapan bidang cat, cat dasar
dan/atau epoxy, dempul atau tanpa dempul, dan cat finish.
2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :
a) Sebelum memulai pekerjaan Cat Kontraktor harus membuat schedule
finishing Cat atas dasar Schedule dan Gambar Rencana yang telah ada,
termasuk membuat jadual waktu (schedule lengkap) tentang semua jenis
dan volume pekerjaan serta komponen/bahan yang diperlukan.
b) Kontraktor harus membuat satu bidang contoh pengecatan untuk setiap
warna dan jenis Cat terpilih dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
3) Jadual Kerja
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen bahan dan
peralatan pengecatan sesuai dengan kebutuhan aplikasi dilapangan.
b) Pastikan bahwa semua bidang cat sudah kering sempurna serta tidak ada
yang cacat.
c) Setiap memulai pekerjaan Pengecatan harus sepengetahuan dan seijin
Direksi Pekerjaan.

9.2.2. BAHAN
1) Bidang Logam /Baja Biasa dipakai setara Dulux painting System :
a. Cat Dasar (Primer) : Dulux Quick Drying Universal Primer A540-49524
= 1 lapis merata
b. Under Coat : Dulux Under Coat A543-101 = 1 lapis
c. Cat Finish : Dulux Super Gloss A365 = 2 lapis.
2) Bidang Logam/Baja Galvanize/Aluminium dipakai setara Dulux Painting System:
VI-9-3/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

a) Cat Dasar (Primer): Dulux Etching Primer R565-49001 = 1 lapis


b) Under Coat : Dulux Under Coat A543-101 = 1 lapis
c) Cat Finish : Dulux Aluminium Paint A338-2212 = 2 lapis.
3) Bidang Kayu Solid dipakai setara Dulux Painting System:
a) Cat Dasar (Primer) : Dulux Red Oxide Primer A540-49014 = 1 lapis
b) Under Coat : Dulux Under Coat A543-101 = 1 lapis
c) Cat Finish : Dulux Supergloss A365 = 2 lapis.
4) Bidang Kayu Expose Exterior dipakai setara Mowilex Painting System :
a) Lapis pertama : Wood Filler penutup pori kayu = 1 lapis
b) Lapis kedua : Mowilex Waterbase Woodstain 10 %-20% = 1 lapis
c) Cat Finish : Mowilex Waterbase Woodstain 10 %-20% = 2 lapis
5) Bidang Kayu Expose Interior dipakai setara Ultran Politur Painting System :
a) Lapis pertama : Wood Filler penutup pori kayu = 1 lapis
b) Lapis kedua : Sanding Sealer Woodstain 10 %-20% = 1 lapis
c) Cat Finish Cleardof: Ultran Politur Woodstain 10 %-20% = 2 lapis
6) Bidang Dinding atau Kolom Exterior (Kedap Air) dipakai Sealflex Exterior
Weather proofing System setara ex Hitching :
a) Lapis pertama : Primer Filler = 1 lapis
b) Lapis kedua : Body Coat = 1 lapis
c) Cat Finish Texture : Top Coat = 2 lapis

9.2.3. PELAKSANAAN
1) Pengecatan Bidang Logam/Baja:
a) Permukaan bidang cat harus bersih dari karat, semua bekas las sudah rapi
dan halus.
b) Bidang cat harus diamplas/disikat halus dibersihkan dari semua kotoran-
kotoran dan karat yang melekat, kemudian dibersihkan dengan lap.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Dulux Quick Drying
Universal Primer A540-49524 yang dikuaskan merata seluruh bidang
dengan kuas halus : 1 lapis. Lapis kedua digunakan Dulux Under Coat
A543-101 dengan kuas halus untuk mendapatkan permukaan bidang rata,
setelah kering diampelas hingga halus dan rata, semua lubang-lubang agar
tertutup rapi. Lapis ketiga digunakan cat finish Dulux Super Gloss A365
menggunakan alat air sprayer, sedang lapis keempat dengan cat dan cara
yang sama setelah semua bidang cat dalam kondisi baik dan kering.
Sampai dengan lapis ketiga untuk pengecatan baja harus dikerjakan
sebelum semua komponen baja di-erection atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Pengecatan Bidang Logam Galvanize :
a) Permukaan bidang cat harus bersih dari karat dan kotoran, semua bekas las
sudah rapi dan halus.
b) Bidang cat harus diampelas/disikat halus dibersihkan dari semua kotoran-
kotoran dan karat yang melekat, namun lapisan Galvanize tidak boleh
hilang kemudian dibersihkan dengan lap.

VI-9-4/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama Dulux Etching Primer R565-
49001 dipakai yang dikuaskan merata seluruh bidang dengan kuas halus : 1
lapis. Lapis kedua digunakan Dulux Under Coat A543-101 dengan kuas
halus untuk mendapatkan permukaan bidang rata, setelah kering diampelas
hingga halus dan rata, semua lubang-lubang agar tertutup rapi. Lapis ketiga
digunakan cat finish Dulux Aluminium Paint A338-2212 menggunakan alat
air sprayer, sedang lapis keempat dengan cat yang sama setelah semua
bidang cat dalam kondisi baik dan kering. Sampai dengan lapis ketiga
untuk pengecatan baja Galvanize harus dikerjakan sebelum semua
komponen baja di-erection atau dipasang atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
3) Pengecatan Solid Bidang Kayu :
a) Bidang cat harus kering, bersih dari kotoran, cacat-cacat, sambungan sudah
rapi dan permukaan rata.
b) Bidang cat harus diamplas halus, dibersihkan dari semua kotoran-kotoran
dan bekas-bekas ketaman, ratak-ratak tidak tampak kemudian dibersihkan
dengan lap.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Dulux Red Oxide
Primer A540-49014 yang dikuaskan merata seluruh bidang dengan kuas
halus : 1 lapis. Lapis kedua digunakan Dulux Under Coat A543-101 dengan
kuas halus untuk mendapatkan permukaan bidang rata, setelah kering
diampelas hingga halus dan rata, semua lubang-lubang agar tertutup rapi,
sebelum cat ini dapat diratakan dengan dempul (wood filler)
d) Lapis ketiga digunakan cat finish Dulux Supergloss A365 dengan alat air
sprayer, sedang lapis keempat dengan cat dan metode yang sama, setelah
semua bidang cat dalam kondisi baik dan kering. Sampai dengan lapis
ketiga untuk pengecatan bidang kayu harus dikerjakan sebelum semua
komponen kayu dipasang atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
4) Pengecatan Expose/Transparant Bidang Kayu Exterior, Parket dan Lantai Kayu :
a) Bidang cat harus kering, bersih dari kotoran, cacat-cacat, sambungan sudah
rapi dan permukaan rata.
b) Bidang cat harus diampelas halus, dibersihkan dari semua kotoran-kotoran
dan bekas-bekas ketaman, retak-retak tidak tampak kemudian dibersihkan
dengan lap.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Wood Filler yang
dikuaskan merata seluruh bidang dengan kuas halus : 1 lapis, kemudian
diampelas mesin hingga pori-pori kayu tertutup rapat dan permukaan
bidang halus dan serat kayu tampak jelas. Lapis kedua digunakan Mowilex
Waterbase Woodstain 10%-20% dengan kuas halus untuk mendapatkan
permukaan bidang rata, setelah kering diamplas hingga halus dan rata,
semua lubang-lubang agar tertutup rapi. Lapis ketiga digunakan cat finish
Mowilex Waterbase Woodstain dengan kuas halus atau alat air sprayer,
setelah semua bidang cat dalam kondisi baik dan kering. Sampai dengan
lapis kedua untuk pengecatan bidang kayu expose harus dikerjakan
sebelum semua komponen kayu dipasang atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

VI-9-5/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi IX – Pekerjaan Pengecatan
.

5) Pengecatan Expose / Transparant Bidang Kayu Interior :


a) Bidang cat harus kering, bersih dari kotoran, cacat-cacat, sambungan sudah
rapi dan permukaan rata.
b) Bidang cat harus diamplas halus, dibersihkan dari semua kotoran-kotoran
dan bekas-bekas ketaman, retak-retak tidak tampak kemudian dibersihkan
dengan lap.
c) Setelah bidang cat siap di cat, lapisan pertama dipakai Wood Filler yang
dikuaskan merata seluruh bidang dengan kuas halus : 1 lapis, kemudian
diamplas mesin hingga pori-pori kayu tertutup rapat dan permukaan bidang
halus dan serat kayu tampak jelas. Lapis kedua digunakan Ultran Sanding
Sealer Woodstain 10%-20% dengan sprayer halus untuk mendapatkan
permukaan bidang rata, setelah kering diamplas hingga halus dan rata,
semua lubang-lubang agar tertutup rapi. Lapis ketiga digunakan cat finish
Ultran Politur Woodstain 10%-20% Cleardof dengan alat air sprayer hingga
tertutup rata dan halus. Jaga dari gangguan semua bidang Politur hingga
kondisi kering dan halus. Sampai dengan lapis kedua untuk Politur bidang
kayu expose harus dikerjakan sebelum semua komponen kayu dipasang
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
6) Sebelum mengadakan pembelian bahan dan perlengkapan pengecatan,
Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh dan metode pengecatan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
7) Hasil Akhir Yang diharapkan :
a. Bidang dan warna cat rata atau tidak belang-belang, permukaan rata dan
bersih dari semua kotoran-kotoran.
b. Semua komponen cat teraplikasi dengan benar sesuai dengan jenis, merk,
petunjuk pabrik atau Direksi Pekerjaan.
c. Finishing akhir warna merata, permukaan rata, dan tidak cacat.

VI-9-6/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi X – Pekerjaan Sanitair
.

DIVISI X
PEKERJAAN SANITAIR

SEKSI 10.1
KETENTUAN UMUM

10.1.1. UMUM

1) Peraturan dan Acuan


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan peraturan
sebagai berikut :
a. Peraturan Umum Instalasi Plumbing
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/MEN/1982.
c. Keputusam Menteri P.U. No.02/KPTS/1985.
d. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Dit.
Jen. Bina Lindung dari Pusat maupun Daerah.
e. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.

2) Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh :


a. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya, atau sebagai agen resmi dari merek yang
ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merek yang ditawarkan.
b. Khusus untuk ijin dari Instansi PAM (PAS PAM dengan kelas yang sesuai)
diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki ijin
PAM yang dimaksud.

3) Testing dan commissioning


a. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan peralatan dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang
diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik
pembuat dan instansi yang berwenang.
b. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

4) Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding, kolom dan sebagainya yang diperlukan
dalam pelaksanaan instalasi ini serta pengembaliannya ke kondisi semula,
menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada
persetujuan dari pihak Direksi Pekerjaan secara tertulis.
5) Pemeriksaan Rutin dan Khusus
a. Pemeriksaan rutin pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor
instalasi secara periodik dan tidak kurang dari setiap dua minggu.

VI-10-1/4
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi X – Pekerjaan Sanitair
.

b. Pemeriksaan khusus pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh


Kontraktor instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi Pekerjaan dan
atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.

SEKSI 10.2
PERALATAN SANITAIR

10.2.1. UMUM

1) Uraian
Pekerjaan perlengkapan Sanitair meliputi semua pekerjaan pengadaan peralatan
dan accessories, pemasangan dan pengujian operasional dari peralatan Sanitair.
Termasuk di dalamnya pembelian peralatan, ongkos kerja, pengujian dan alat
bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai petunjuk pabrik dan
ketentuan serta persyaratan yang tertera dalam Gambar dan Spesifikasi ini

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pekerjaan Sanitair, Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Pekerjaan contoh brosur Sanitair untuk setiap jenis/type peralatan yang
dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan Sanitair tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui
formasi/ kedudukan dan kondisi tempat Sanitair untuk setiap bagian pekerjaan
sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung jawab atas ketepatan
dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggungjawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

3) Jadual Kerja
a) Kontraktor harus membuat gambar kerja dan schedule lengkap peralatan
Sanitair yang akan dibutuhkan dalam proyek ini termasuk brosur dan
spesifikasi teknis tata cara pemasangan yang dikeluarkan pabrik Sanitair yang
bersangkutan.
b) Jadual kerja pemasangan accessories Sanitair harus mengikuti atau koordinasi
dengan Pekerjaan Instalasi Plumbing dan finishing lantai, dinding serta
pekerjaan lain terkait.
c) Setiap tahap pekerjaan Sanitair harus dikerjakan dengan teliti dan hati-hati
agar akurat dan terhindar dari pekerjaan cacat atau bocor.
d) Setiap memulai pekerjaan Sanitair harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.

10.2.2. PERALATAN SANITAIR

1) Jenis atau Type Peralatan yang dipakai setara produksi TOTO:

VI-10-2/4
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi X – Pekerjaan Sanitair
.

Tabel di bawah ini hanya sebagai acuan umum, untuk lebih spesifik
model + system mengikuti gambar
Tabel : 10.2.2.1. Daftar Sanitair Toilet Umum setiap Lantai

NO JENIS SANITAIR TYPE SANITAIR


1 Closet Duduk Komplit Standar Type : CW 661JT1/SW 516 JP.
2 Closet Duduk Diffable (Orang Cacat) Type : Disable C704 L/SW 784 JP 1bh
komplit Satu Unit Toilet Laki & Peremp di LT 1
3 Whastafel Komplit Top Counter Type : 521 V1A w/Deck Soap
Dispenser
4 Hand Grip pada Closet Diffable Type : T 134 GLC Y8S, dan T114 CP7
5 Hand Griff Defable Lavatory Type : T114CP5
6 Urinoir/Urinal Komplit Type : Standar UW 447 JT1 dan UW
447 JT1M 1Bh/Unit Toilet
8 Double Robe Hook (dipasang pada daun Type TX 704 AE
pintu)
9 Urinal Partition Plate Ceramic A 100
10 Shower Spray w/Stop Valve u/setiap TX 403SPIV (Pastel Ivory)
Closet
11 Floor Drain TX 1 BV1 Square Flange
12 Mirror Mirror Beuvle 3 cm + Mata Ikan
13 Table Counter Urinal Granite Alam t : 3 cm Black Bold
14 Keran Cleaning Service T 26-13 w/Hose Coupling
15 Towel Hanger Towel Ring TS 115 S

2) Warna Peralatan Sanitair


Color scheme peralatan sanitair secara keseluruhan adalah ber-“warna putih” yang
berbahan keramik dan “Chrome atau Stailess Steel” yang berbahan logam.

3) Standar Pekerjaan dan Garansi Peralatan


Mengikuti Pedoman Plumbing Indonesia, Petunjuk Pabrik (Fixation & Operation
Manual yang dikeluarkan pabrik) dan Spesifikasi ini. Kontraktor harus
mendapatkan garansi dari semua peralatan yang akan dipasang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

10.2.3. PELAKSANAAN PEMASANGAN

1) Tempat yang akan dipasang peralatan tersebut di atas harus sudah disiapkan
terlebih dahulu dengan seksama sehubungan dengan joint, gantungan, hubungan
instalasi yang diperlukan oleh setiap peralatan. Pastikan bahwa semua saluran
instalasi sudah dalam posisi yang benar dan berfungsi dengan baik dan lancar
melalui koordinasi dengan Sub Kontraktor ME & P.
2) Pemasangan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik, berkaitan dengan
ukuran, koordinat komponen, konstruksi penggantung yang diperlukan. Dikerjakan
oleh tenaga ahli bersertifikat dan berpengalaman dalam pemasangan sanitair atau
direkomendasi Agent Produk.

VI-10-3/4
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab VI - Divisi X – Pekerjaan Sanitair
.

3) Hasil Akhir yang Diharapkan :


a) Peralatan terpasang dengan benar, aman, nyaman dan dapat berfungsi
dengan baik.
b) Tidak terdapat kebocoran-kebocoran baik pada peralatan maupun sambungan
instalasi pemipaan.
c) Peralatan terpasang dengan kokoh, rapi, bersih, lengkap tanpa cacat.
d) Kontraktor harus menyiapkan operation/service manual lengkap setiap
Peralatan Sanitair yang dipasang.

VI-10-4/4
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

DIVISI XI
ELEKTRIKAL

SEKSI 11.1
INSTALASI

1. PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

1.1 UM U M
Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pembangunan (RKS) merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam koneksitas disiplin yang mengacu kepada integritas
bekerjanya tubuh bangunan nanti

Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan umum. Apabila ada klausul dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan umum ini, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan
klausul-klausul lainnya dari syarat- syarat umum.

Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan, maupun peralatan
yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam
salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja.
Pemborong harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku

Pekerjaan sistem Elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja,
pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi calon
operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi dengan sempurna :

1.1.1. Gambar-gambar Kerja

Setelah daftar bahan dan persesuaian dengan keadaan-keadaan lapangan / lokasi


pemakaian disetujui oleh Direksi, Kontraktor masih harus menyerahkan gambar-
gambar kerja untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar-gambar


kerja dan detail ( shop drawing ) yang harus diajukan kepada Konsultan untuk
mendaipatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan Pemborong untuk
disetujui Konsultan MK, dianggap bahwa pemborong telah mempelajari situasi dan
telah mengadakan kordinasi dengan pekerjaan lainnya

Gambar-gambar perencanaan tidak menunjukan semua accessories dan fixture


secara terperinci.
Semua bagian diatas walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik
harus disediakan dan dipasang oleh pemborong, sehingga sistem dapat bekerja
dengan baik.

Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan, maupun

II-11-1/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya
dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja.

Pemborong harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang


berlaku

Dalam gambar kerja ini lebih dijelaskan katalog dari Manufacture, dimensi-dimensi,
data performance nama badan usaha yang menyediakan spareparts dan after sales
service untuk material-material tertentu.

Dalam gambar kerja ini dengan jelas terlihat dan dijamin bekerjanya alat-alat /
peralatan-peralatan didalam sistem secara keseluruhan. Bila dirasakan perlu adanya
perubahan – perubahan ataupun penyimpangan-penyimpangan dari pada sistem
yang direncanakan sehubungan dengan daftar bahan yang diajukan tanpa merubah
fungsi sistem, serta maksud dari sistem semula / sebenarnya dapatlah diajukan
dengan memberi alasan-alasan persetujuan yang tepat.

Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan


instalasi.
Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi di Lapangan.
Gambar-gambar arsitektur dan struktur / sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail "finishing" dari proyek.

Perubahan diatas haruslah mendapat persetujuan dari Direksi dan tidak membawa
akibat tambahan biaya bagi pemilik.

1.1.2. Koordinasi

a. Pemborong pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus


bekerja sama dengan Pemborong bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu yang
telah ditentukan.

b. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi / menghambat pekerjaan lainnya.

1.1.3. Daftar Bahan dan Contoh.

a. Pada waktu mengajukan penawaran Pemborong harus melampirkan " Daftar Material
" yang lebih terperinci dari semua bahan yang akan dipasang untuk proyek ini,
sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi harus disebutkan pabrik, merek,
manufacture, type lengkap . dengan brosur/katalog.
Ketentuan lain yang harus dipenuhi pada waktu penawaran harus dinyatakan:
- Kapasitas peralatan.
- Cara pemasangan.
- Dimensi.
- Peralatan yang ditawarkan harus diberi tanda.

b. Sebelum pekerjaan dimutai Pemborong harus menyerahkan contoh bahan-bahan


yang akan dipasang kepada Konsultan. Semua biaya yang berkenaan dengan

II-11-2/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

penyerahan dan pengambilan contoh-contoh ini adalah menjadi tanggung jawab


Pemborong.
Sebelum contoh bahan disetujui dengan konsultan MK, bahan tersebut tidak diizinkan
untuk dipasang.

c. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud didalam


spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah dikerjakan
oleh orang-orang yang ahli.

d. Pemborong diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala


ukuran/kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat
keragu-raguan Pemborong harus segera menghubungi Konsultan untuk
berkonsultasi.

e. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya tidak


dikonsultasikan dengan Konsultan, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut
menjadi beban tanggung jawab Pemborong. Untuk pemilihan equipment dan
material harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan.

1.1.4. Commisioning dan Testing

a. Pemborong pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan


pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui
apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan
telah memenuhi persyaratan -persyaratan yang berlaku.

b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan


testing tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong. Hal ini termasuk
pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini sesuai
yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Pemborong.

c. Peralatan yang disebut dengan Merk dan Penggantinya.


Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accosseries dan lain-lain yang
disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan merk ini, maka Pemborong
wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk tersebut diatas.
Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan
dari Perencana.

1.1.3. Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Pemborong,


Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis
lainnya.

1.1.6. Pengujian dan Penerimaan

Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah


dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan
dengan baik, Pemborong harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan
dari peralatan-peralatan yang dipasang, dan jika sudah ditest dan ternyata

II-11-3/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak,


maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada
Konsultan.

1.1.7. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan

a. Peralatan-peralatan utama harus digaransikan selama 1(satu) tahun terhitung


dari penyerahan pertama. .
b. Masa pemeliharaan untuk instaiasi ini adalah 3(tiga) bulan terhitung saat
penyerahan pertama.
c. Selama masa pemeliharaan ini pemborong pekerjaan ini diwajibkan untuk
mengatasi segala kerusakan-kerusakan dari pada instalasi yang dipasang
tanpa ada tambahan biaya.
d. Selama masa pemeliharaan tersebut, Pemborong harus menyediakan tenaga-
tenaga yang diperlukan dan bertanggung jawab atas seluruh instalasi yang
dikerjakan.
e. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan
bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik yang
ditandatangani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan tersebut
dan MK lapangan serta dilampirkan sertifikat pengujian yang sudah disahkan
oleh Badan instansi yang berwenang.
f. Jika pada masa pemeliharaan tersebut, Pemborong instalasi ini tidak
melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa pemeliharaan maka Konsultan
lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
pada pihak lain atas biaya dari Pemborong yang melaksanakan pekerjaan
instalasi tersebut.
g. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, pemborong harus mendidik dan
melatih karyawan / petugas yang ditunjuk oleh pemberi tugas hingga
memahami sistem instalasi dalam pengoperasian serta pemeliharaan.
h. Selama masa pemeliharaan ini pelaksaan pemeliharaan serta pemeriksaan
routine harus dilaksanakan tidak kurang dari setiap 2(dua) minggu sekali.

1.1.8. Laporan Harian

Pemborong wajib membuat Laporan Harian dan Laporan Mingguan yang


memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dilapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan fisik
2. Catatan dan Perintah Konsultan yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah : .
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah/kurang
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan, dimana laporan
tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan
rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditanda tangani oleh
manager Proyek dan diserahkan pada Konsultan untuk diketahui/disetujui.
II-11-4/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

1.1.9. Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan dalam rangkap 5 (lima)


mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil pengetesan kabel-kabel (megger dan pemberian tegangan).
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Konsultan MK pekerjaan ini.

1.1.10. Penanggung Jawab Pelaksana

a. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pemborong harus


menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman yang bertindak selaku wakil dari Pemborong dan mempunyai
kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung Jawab
penuh dalam menerima segala instruksi-instruksi dari Konsultan
b. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada saat yang
dikehendaki oleh Konsultan MK, petunjuk dan perintah Konsultan di dalam
pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pemborong melalui
penanggung jawab Pemborong.

1.1.11. Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan

a. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang


disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Konsultan.
b. Dalam merubah gambar rencana tersebut, Pemborong harus menyerahkan
gambar perubahan yang dimaksud kepada Konsultan Perencana melalui
Konsultan lapangan untuk disetujui.
c. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,
harus diajukan oleh, Pemborong kepada konsultan Perencana melalui
Konsultan secara tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana
yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis
oleh Konsultan dan Perencana.

1.1.12. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

a. Pembongkaran tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam


rangka pemasangan instalasi harus dikembalikan seperti keadaan semula,
termasuk tanggung jawab Pemborong instalasi ini.

b. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari


Konsultan.

c. Pengelasan, pengeboran dan sebagainya pada konstruksi bangunan hanya


dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Konsultan.

II-11-5/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

1.1.13. Kantor Pemborong, Los kerja dan Gudang

a. Pemborong diperbolehkan untuk membuat keet, kantor, gudang dan los kerja di
halaman tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi
lapangan, penyimpanaan barang/bahan serta peralatan kerja dan sebagai area /
tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar) , dimana pelaksanaan tugas instatasi
berlangsung.

b. Pembuatan keet, kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila
terlebih dahulu mendapatkan izin dari Pemberi Tugas.

1.1.14. Penjagaan

a. Pemborong wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus


selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat
kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).

b. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang


tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Pemborong.

1.1.15. Penerangan dan Sumber daya

a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan


yang dianggap perlu harus diberi penerangan yang cukup.

b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/
daya kerja harus diusahakan oleh Pemborong.

1.1.16. Kebersihan dan Ketertiban

a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan


tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan harus selalu dalam keadaan
bersih.

b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang


maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan
jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.

c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh


Konsultan pada waktu pelaksanaan.

1.1.17. Kecelakaan dan Kotak PPPK

a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan


ini, maka Pemborong diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departemen yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini
Polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

II-11-6/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan
pertama pada kecelakaan.

1.1.18. Pegawai Penyelenggara dari Pemborong

a. Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Pemborong harus


diserahkan kepada penyelenggara kepala dengan kualifikasi ahli,
berpengalaman dan mempunyai wewenang penuh untuk mengambil
keputusan.

b. Site Manager mewakili Pemborong di tempat pekerjaan dapat bertindak penuh


kepada Konsultan.

c. Petunjuk dan perintah Konsultan di dalam pelaksanaan disampaikan langsung


kepada Pemborong atau melalui Site Manager, sebagai penanggung jawab di
lapangan.

d. Pemborong diwajibkan untuk, menjalankan disiplin yang ketat terhadap semua


pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar terhadap
peraturan umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak
wajar, melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan
pekerjaan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah
harian.
Bila Pemborong lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai dengan yang
dimaksud dalam pasal denda.

1.1.19. Konsultan Pengawas

a. Melakukan pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah


dilakukan oleh Konsultan.

b. Pada setiap saat Konsultan harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji
setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus
mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari


pengamatan Konsultan adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.

1.1.20. Lingkup Pekerjaan.

1. Pekerjaan Sistem Distribusi Daya Listrik :

a. Pemasangan dan penyambungan panel utama tegangan menengah.

b. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya tegangan menengah 20


KV lengkap dengan cable fitting :
- Dari Cubicle MV-DP ke Trafo
- Dari Cubicle PLN ke cubicle MVDP

II-11-7/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

c. Pemasangan transformator

d. Pengadaan dan pemasangan peralatan control / monitor (on/off) berikut panel


kontrol / monitor.

e. Pembuatan gambar sistem

f. Pengadaan, pemasangan unit-unit panel tegangan rendah,


- LVMDP lengkap dengan sistem interlock dan accessories.
- PP-Air Conditioning & panel pompa lengkap dengan sistem starter dan
accessories.
- Panel-panel penerangan dan panel daya lengkap dengan accessoriesnya.

g. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya tegangan rendah – 1.000


V dengan berbagai ukuran dan type.

h. Pekerjaan pentanahan (earthing) dari panel, trafo, kotak kontak, pintu, rak, tangki,
pompa, peralatan dari bahan metal lainnya.

2. Pekerjaan Sistem Penerangan dan Stop Kontak.

a. Sistem penerangan dan stop kontak

- Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur dan lampunya.

- Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa dan atau stop
kontak khusus.

- Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switches.

- Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel serta


berbagai accessories lainnya, seperti : box untuk sakelar dan stop kontak,
junction box, fleksible conduit, bends / elbows, socket dan lain-lain.

- Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan dan stop


kontak.

b. Pekerjaan Sistem Penerangan Luar (Outdoor Lighting)

- Pengadaan dan pemasangan tiang lampu penerangan luar.

- Pengadaan dan pemasangan armature dan lampu penerangan luar.

- Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel intalasi penerangan luar.

- Pengadaan dan pemasangan pipa pelindung atau, batu pelindung kabel dan
accessories lainnya.

2.1.1 Standar dan Referensi.

Standar dan Referensi yang digunakan disini adalah sesuai dengan standar :

II-11-8/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

a. Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2000 (PUIL)

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 023/PRT/1978 tentang
Peraturan Instalasi Listrik (PIL).

c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tenaga Listrik No. 024/PRT/1978 tentang


syarat-syarat penyambungan listrik (SPL).

Juga dijadikan standar pegangan antara lain adalah :

d. AVE Belanda
e. VDE / DIN Jerman
f. British Standard Associates
g. IEC Standard
h. JIS Japan Standard
i. NFC Perancis
j. NEMA USA

2.1.2 Galian dan Bobokan

Pemborong harus menutup dan merapikan kembali setiap galian atau bobokan yang
dilakukan pada Konstruksi bangunan, yang disebabkan pekerjaan-pekerjaan instalasi
elektrikal.
Untuk menghindari sejauh mungkin pekerjaan pembobkan maka semua inserts,
sleeves, raceways atau openings harus telah dipersiapkan dan dipasang dalam tahap
pekerjaan konstruksi.

2.1.3 Sleeves dan Inserts.

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus
dipasang oleh Pemborong. Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang
peralatan, termasuk inserts untuk penggantung busduct (hangers) dan penyangga
lainnya harus dipasang oleh Pemborong.

2.1.4 Proteksi

Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilindungi
terhadap cuaca dan dijaga selalu dalam keadaan bersih.
Semua pipa pelindung kabel dalam tanah yang menembus keluar dinding pondasi
batas luar bangunan, harus ditutup rapat pada ujung-ujungnya dengan sealant untuk
mencegah masuknya air ke tanah.
Ujung kabelnya sendiripun harus ditutup rapat.

2.1.5 Pengecatan

Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang lecet karena pengapalan, pengangkutan
atau pemasangan harus segera ditutup dengan dempul dan di cat dengan warna
yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.

2.1.6 Garansi

Suatu sertifikat pengetasan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya.Bila peralatan


mengalami kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam
spesifikasi teknis ini maka pabrik pembuat bertanggung jawab terhadap peralatan

II-11-9/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat. Setelah


mengalami pengetesan ulang dan setifikat pengetesan telah diterima dan disetujui
oleh Konsultan pengawas.

2.1.7 Testing dan Pengujian

Pemborong harus melakukan serangkaian pengujian – pengujian untuk


mendemonstrasikan bahwa bekerjanya semua peralatan dan material yang telah
selesai terpasang, memang benar-benar memenuhi persyaratan yang disebutkan
didalam spesifikasi teknis ini. Pemborong personil yang perlu untuk melakukan
pengujian tersebut 14 (empat belas) hari sebelumnya kepada konsultan
pengawas/MK
Sebelumnya pemborong sudah harus mengadakan koordinasi dengan pemborong-
pemborong lainnya mengenai rencana pengujian tersebut.

2.1.10. Pendidikan Dan Latihan

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, pemborong harus menyelenggarakan


semacam pendidikan dan latihan kepada 3 orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas,
tentang operasi dan perawatan lengkap dengan 3 kopi buku operating Maintenance,
repair Manual dan as built, segala biaya ditanggung pemborong.

2.1.11. Tambahan

Pemborong harus menyediakan peralatan tambahan (accessories) yang tidak


ditunjukan dalam gambar dan persyaratan teknis ini, tetapi perlu untuk menunjang
terselenggaranya sistem secara lengkap, baik dan rapi sehingga sistem dapat
beroperasi dengan baik dan sempurna

2.2. PERENCANAAN DAN PEMASANGAN

2.2.1. Instalasi dan Pemasangan Kabel

a. Umum

Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan
PUIL/LMK. Semua kabel.kawat harus baru dan harus jelas ukurannya, jenis kabelnya,
nomor dan jenis pintalannya.

Semua kawat dengan penampangan 6 mm (keatas haruslah terbuat secara dipilin


(stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil 2,5
mm2, kecuali untuk pemakaian remote control.

Kecuali dipersyaratkan lain, Konduktor yang dipakai ialah dari type :


- Untuk instalasi penerangan adalah NYA atau NYM dengan conduit PVC.
- Untuk kabel distribusi dan penerangan taman dengan menggunakan kabel NYY dan
NYFGBY.

b. “ Splice “ / pencabangan

Tidak diperkenankan adanya “Splice” ataupun sambungan-sambungan baik dalam


feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung
yang bisa dicapai (accessible). Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat

II-11-10/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

secara mekanis dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara “ Solderless
Connector “. Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered “.

Dalam membuat “splice”, konektor harus dihubungkan pada konduktor-konduktor


dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang
yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat lainnya
harus mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan
porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diameternya disesuaikan dengan diameter
kabel.

c. Bahan Isolasi

Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes,
gelas, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari type yang
disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang
memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau
Manufacturer.

d. Penyambungan Kabel

1. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan


yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain). Pemborong harus
memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan
oleh pabrik kepada Perencana.

2. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-namanya


masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan
sesudah penyambungan dilakukan.
Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh MK.

3. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-


penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.

4. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC / protolen
yang khusus untuk listrik.

5. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk menjaga nilai isolasi
tertentu.

6. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal temperatur-
temperatur pengecoran dan semua lubang-lubang udara harus dibuka selama
pengecoran.

7. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi
dengan pipa baja dengan tebal maksimal 2,5 mm.

e. Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling saluran


penghantar (conduit) ditanam di dalam beton.

II-11-11/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung saluran


penghantar (conduit) dipasang diatas cable tray dengan tidak membebani ceiling.
3. Seluruh kabel feeder harus diletakkan pada cable tray.

4. Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, dipergunakan saluran beton,


kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized dengan diameter
sesuai standarisasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-
belokan.

5. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum 5/8”
diameternya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus menggunakan
junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan
terminal strip di dalam junction box.
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
“Socket / lock nut”, sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak
ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai sampai
dengan 2 M, harus dimasukkan dalam pipa logam dan pipa harus diklem ke
bangunan pada setiap jarak 50 cm.

f. Instalasi Khusus

Pemasangan Kabel dalam Tanah

a. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm


b. Kabel yang ditaman langsung dalam tanah harus dilindungi dengan cetakan
beton cor dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
c. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilindungi pipa
Galvanized.
d. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa galvanized
atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel harus berjarak
tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.
e. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih dari
bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran
bahan kimia dan lain sebagainya.
f. Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. kemudian kabel
diletakkan, ditutup dengan pasir setebal 15 cm dan dipadatkan, diatasnya diberi
bata dan akhirnya ditutup dengan tanah urug.
g. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung, harus
mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalamn tanah.

2.3.5. Konstruksi Panel dan Instalasinya

h. Kabinet

Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 2 mm. Kabinet
untuk “panel board” mempunyai ukuran yang proporsionil seperti yang
dipersyaratkan untuk panel board, yang besarnya sesuai dengan ukuran pada
gambar perencana atau menurut kebutuhan, sehingga untuk jumlah dan ukuran
kabel yang dipakai tidak terlalu sesak.
Frame / rangka panel harus di grounding / ditanahkan pada kabinet harus ada cara-
cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel “panel board” serta
tutupnya.
Kabinet dengan kabel-kabel “Trought Feeder” harus diatur sedemikian, sehingga
ada saluran dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board.
II-11-12/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus
disediakan 2 buah anak kunci dengan sistem Master Key.

i. Finishing

Semua kabinet harus dicat dengan warna yang ditentukan olek Konsultan. Semua
kabinet dari pintu-pintu untuk panel board listrik, harus dibuat tahan karat dengan
cara “Galvanized Plating”, atau dengan “Zink Chromate Primer”. Selain yang
tersebut diatas, harus dilapisi dengan lapisan anti karat yaitu sebagai berikut :

1. Bagian dalam dari box dan pintu.


2. Bagian luar dari box yang di galvanisir atau cadmium plating tak perlu dicat
kalau seluruhnya terpendam, kalau dipakai Zink cromate primer harus dicat
dengan cat bakar.

j. Pasangan Panel

Pasangan panel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel dengan
mudah masih dapat dijangkau, tergantung dari pada macam atau type panel. Maka
bila dibutuhkan alas / fondasi / penumpu / penggantung, maka pemborong harus
menyediakannya dan memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar ( tidak
ada biaya tambahan lagi).

d. Panel-panel Distribusi Utama

Panel-panel distribusi harus seperti ditunjuk pada gambar, kecuali ditunjuk lain.
Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan. Panel distribusi utama dari jenis indoor type tersebut dari plat baja
(metal clad).

Kontruksi harus dari rangka baja struktur yang baku, yangb bisa mempertahankan
strukturnya oleh streess mekanis pada waktu hubungan singkat, Rangka ini secara
lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi dengan plat-plat penutup
(metal clad) harus cukup louves, untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang
bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL/LMK/VDE untuk peralatan yang
tertutup.

Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap


kemungkinan percikan air, semua material dan tombol transfer yang dipersyaratkan
harus dikelompokan pada satu papan panel yang berengsel yang tersembunyi.

e. Papan nama

Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama dan
dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara pemeberian nama harus menunjukan
dengan jelas rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang disambung padanya
keterangan mengenai ini harus diajukan dalam shop drawing.

II-11-13/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

f. Bus-bas/Rel

Bus bar minimal harus dari bahan tembaga yang lapisan luarnya dilapis dengan
lapisan perak, dengan ukuran sesuai dengan kemampuan arus 150% dari arus
beban terpasang yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran PUIL(daftar no.630-
D1 – D4/PUIL 1977) . Semua bus bar /rel harus dipegang oleh isolator dengan kuat
dan baik kerangka panel. Semua bus bar/rel harus dicat dengan warna yang sesuai
dengan yang disebutkan pada PUIL. Cat tersebut harus tahan sampai temperatur
75 oC.
Busbar disusun oleh isolator dengan baik untuk sistem 3 phase 4 kawat seperti
ditunjuk dalam gambar. Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir
terhadap tanah, sebuah bus panel dan dilengkapi dengan klem untuk pentanahan
dari peralatan perlu diketanahkan (5 bar)

Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) harus menunjukan ukuran –ukuran


dari bus-bus dan susunannya. Ukuran dari bus harus ukuran sepanjang panel dan
harus disediakan cara untuk penyambungan di kemudian.

g. Terminal dan Mur Baut

Semua terminal cabang harus diberi lapis (vertin) dan disekrup dengan
menggunaklan mur baut ring dari bahan tembaga atau mur baut yang dvernikel
(atau stainleess) dengan ring tembaga

h. Cadangan/Penyambungan di kemudian hari

Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya,
untuk peralalatan yang dipasang dikemudian hari dapat berupa equipment bus bar,
panel kayu, switch,circuit breaker dan lain-lain.

i. Alat-alat ukur

Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar, meter-
meter adalah type” moving Iron Vane Type” khusus untuk panel, dengan scale
sirkular, flash atau semi flush, dalam kotak tahan getaran. Dengan ukuran 144x 144
mm atau 96 x 96 mm, dengan skala linier dan ketelitian 1,5% Posisi dari saklar
putar untuk voltmeter (voltmeter selector switch) harus ditandai dengan jelas.

J. Transformator Arus

Trafo adalah dari type kering, dalam ruang type jendela dengan perbandingan
kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0.3 dengan burden sesuai dengan
standard-standard VDE, Pemasangan arus kuat dan dapat menahan gaya-gaya dan
mekanis. Pada waktu terjadinya hubungan singkat 100 KA trafo arus untuk
ampermeter juga boleh dipergunakan bersamaan dengan KWH meter, asalkan
ketelitiannya masih baik, Bila tidak baik, maka harus dipergunakan trafo arus
khusus.

k. Sikring

Sikring adalah dari type kapasitas interupsi tinggi . Semua sikring harus dipasang
pada sisi sumber dari suatu peralatan yang dapat dicabut (draw out) atau di sisi
beban dari peralatan-perlatan lainnya, harus mempunyai kapasitas interupsi 100

II-11-14/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

KA. Bila sikring merupakan bagian dari suatu saklar, maka harus diatur sedemikian
rupa, sehingga saklar tersebut dapat dimasukan bila sikringnya tidak pada
tempatnya, harus ada indikator untuk sikring putus.
Sikring harus dipasang pada pendukung yang sama pada peralatan –peralatan yang
dapat dicabut(drawout)

L. Sikring cadangan

Untuk setiap panel harus disediakan sikring cadangan sebanyak sikring yang ada,
yang disimpan dalam almari khusus dan diberi pengenal yang jelas.

m. Kabel – kabel pengontrol

Kabel pengontrol dari panel-panel harus dipasang di pabrik/bengkel secara lengkap


dan dibundel dan dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran minimal adalah
2,5 mm2 dari type 600 volt PVC

n. Merk Pabrik

Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik peralatan-


peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada frame
panel. Panel adalah assembling lokal.

o. Peralatan Pengaman Pemutus daya

Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type draw out tanpa minyak
dengan sikring pembatas arus, pemutus daya denganrumah tuang (moulded case)
dilengkapi dengan sikring pembatas arus dan pemutus sikring berkapasitas 100 KA
minimum pemutus sikring harus dari type yang membuka dan menutup dengan
cepat

p. Pilot lamp

Semua tutup muka panel harus dilengkapi dengan :

1. Pilot lampu untuk menyatakan adanya tegangan R.S.T.


2. Pilot lampu untuk push button on/off.
3. Pilot lampu untuk remote control pada pane, untuk menyatakan sistem telah
menjalankan/memberhentikan sistem yang diinginkan.

Penyediaan dari pilot lampu yang disebutkan diatas merupakan keharusan,


biarpun pada gambar-gambar tidak tertera.

Warna –warna untuk pilot lamp:

1. Untuk phase R. : Warna merah


2. Untuk phase s: warna kuning
3. Untuk phase T : warna biru
4. Untuk menyatakan sistem telah dijalankan dengan push button atau dengan
saklar, ataupun dengan “Time Swicth” menyatakan sistem on : warna
merah.
5. Untuk menyatakan sistem telah off: warna hijau.

II-11-15/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

2.2.3. Intalasi Sakelar dan stop kontak (outlet)

a. Saklar –saklar dari jenis rocker mekanisme rating 10A - 250A. Saklar pada
umumnya dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika tidak
ditentukan lain, saklar saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada
tembok setinggi 150 cm diatas lantai yang sudah jadi kecuali ditentukan lain oleh
arsitek.
Saklar – saklar tersebut harus dipasang dalam kotak –kotak (end bowdoos) ari
plat dan ring, setelanya yang standard, dilengkapi de3ngan tutup persegi,
sambungan – sambungan hanya diperbolehkan antara yang berdekatan.

b. Stop kontak.

Stop kontak haruslah dengan type yang memakai earting contact dengan rating
10 A 250 VAC, semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus
diberi saluran ke tanah (grounding)
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian
30 cm atas lantai yang sudah jadi atau sesuai petunjuk ENGGINEER ARSITEK
.

2.2.4. Sistem Pentanahan (Grounding )

Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus
dihubungkan menjasi satu secara elektrik dengan baik. Suatu rel pentanahan harus
disediakan dimana bagian metal tersebut diatas dihubungkan.
Rel pentanahan dihubungkan dengan kawat tembaga berpenampang sesuai gambar
sistem, dihubungkan dengan rod tembaga berdiameter minimal 1” ditanam didalm
tanah, sehingga diperoleh tahanan pentanahan -< 1 Ohm.

Hal-hal dibawah ini harus dihubungkan pada rel pentanahan :


- Pisau switch pentanahan
- Pelindung baja dari kabel tegangan menengah
- Housling transformator
- Panel-panel daya dan penerangan
- Pintu-pintu besi
- Tangki
- Rak kabel
- Housing Generator
- Pompa –pompa
- Mesin AC
Dan lain-lain

2 . 3 PERALATAN /MATERIAL DISTRIBUSI LISTRIK

2.3.1. Panel tegangan Menengah

a. Type

Type panel adalah jenis pasangan dalam (in door type )

b. Standard
Switchgear harus dibuat dengan standard EIC atau standard international lainnya.

II-11-16/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

c. Karakteristik Switchgear

Tegangan kerja : 20 KV
Tegangan kerja maksimum : 24 Kv
Tegangan Test 2 menit : 75 Kv
Frequency : 50 Hz
Kapasitas hubungan singkat 1 detik : 16 KA
Busbar rating : 630 A

d. Konstruksi

Switchgear harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas (seperti


pengoperasian CB) harus dapat dilakukan tanpa membuka pelindung awitchgear)

Switchgear harus dibuat sedemikian rupa sehingga cara operasi, sistem


pengaman dan perawatan adalah sesederhana mungkin, operasi terhadap
switchgear harus dapat dilakukan dengan satu gerakan dengan sebuah handel
mekanis yang di bagian muka panel.

e. Trap kubikal dilengkapi dengan alat pemanas dari tahanan ( anti) condensatron
heater)
f. Cubicle harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mendeteksi dan merekam
jenis dan besar ganguan pada jaringan TM maupun pada panel itu sendiri.

g. Interlock

Perlengkapan untuk locking dan interlocking harus disediakan untuk mencegah


kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam operasi dan menjamin keselamatan
petugas.
Peralatan ini bekerja me0kanis dan mempunyai kekuatan mekanis lebih besar dari
alat yang dikontrol.

* Interlock pintu :

- Pintu tidak dapat dibuka bila switch dalam posisi tertutup dan bila switch
pentanahan dalam posisi terbuka
- Pintu tidak dapat ditutup bila switch pentanahan dalam keadaan terbuka.

* Interlock untuk Switch T.M.

- Switch dapat dioperasikan bila pintu dalam keadaan tertutup.

*. Interlock untuk switch pentanahan

- Switch pentanahan tidak dapat ditutup bila switch utama dalam keadaan
tertutup

h. Test dan Pengujian

 Test Routine
- Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
- Pemeriksaan alat-alat interlock, dan fungsi kerja handel –handel

II-11-17/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

- Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock


- Pemeriksaan kontinuitas rangkaian
- Pengujian dengan tegangan

 Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik pembuat menunjukan sertifikat


pengujian yang diakui oleh PLN (LMK)
-Test kekuatan tegangan impuls
-Test kenaikan temperatur
-Test kekuatan hubungan singkat
-Test untuk alat-alat pengaman

2.3.2. Kabel Tegangan Menegah

a. Standard.

Kabel dan perlengkapan harus direncanakan dan dibuat mengikuti peraturan dan
ketentuan yang berlaku dari PUIL dan EIC terbitan terakhir, disamping itu juga
harus mengikuti peraturan-peraturan terakhir dari :
-VDE/DIN, Jerman
-NEMA , USA
- B.S , Inggris

b. Karakteristik sistem
- Tegangan antar phase - 20
– Tegangan continue sistem - 24 KV
- Test tegangan impuls - 125 KV
- Frekwensi - 50 Hz
- Rating daya hubung singkat pada jaringan - 500 MVA

c. Kontruksi kabel
- Konduktor dari bahan tembaga Stranded
- Insulasi X.L.P.E.
- Lapisan semi konduktor sebelah dalam warna hitam
- Lapisan semi konduktor sebelah luar warna hitam
- Metalic screen dari tembaga
- Birder dari pita polyester
–Selubung terluar dari tPVC warna merah.

2.3.3. Transformator daya

a. Kapasitas dan Type

Kapasitas transformator disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daya listrik


gedung, type pemasangan dalam (in door), transformator harus buatan pabrik dalam
negeri.

b. Karakteristik Sistem

- Fasa - 3 fasa
- Frekquensi - 50 Hz
- Daya hubung singkat - 500 MVA
- Isolasi tegangan kumparan primer - 24 KV

II-11-18/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

-Tegangan test impuls - 125 KV


-Tegangan test bolak balik -50 KV - 50 KV

c. Karakteristik Trafo

- Tegangan Primer 20 Kv
- Tegangan Sekunder 400-240 V
- Vektor Dyn – 5
- Titik netral harus dikeluarkan dan disediakan terminal netral dengan sistem
pentanahan terpisah
- Kenaikan suhu maksimum kumparan 65
- Kenaikan suhu maksimum dari minyak di bagian atas tangki 55 OC dengan
toleransi 10%
- Tingkat kebisingan tidak boleh melebihi 52 dB dengan toransi 2 dB.

d. Papan Nama

Data yang harus dicantumkan pada papan nama adalah :


-Type Trafo
- Nama pabrik
- Nomor serie
- Tahun pembuatan
- Harga nominal : tegangan , frekwensi, arus
- Tegangan hubungan singkat pada arus nominal
- Type pendinginan
- Berat total
- Berat minyak

2.3.5. Kabel Daya Tegangan Rendah


- Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan
type yang sesuai dengan gambar, kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai
dengan standart S.I.I. atau S.P.L.N.
- Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus ditest dengan pengujian-pengujian
sebagai berikut
* Test insulasi
* Test kontinuitas
* Test tahanan pentanahan

2.3.6. Panel Tegangan Rendah

a. Umum

Panel – panel daya dasn penerangan lengkap dengan semua kompensasi yang
harus ada seperti yang ditunjukan pada gambar, Panel – panel yang dimaksud
untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phasa. 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded
dan harus dibuat mengikuti standard IEC. VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya

* Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (metal endosed), free
standing, untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen
yang ada :
- LVMDP, Panel AC, panel-panel pompa

II-11-19/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

* Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup(metal endosed) wall
mounting, lengkap, dengan semua kompanen –komponen pasangan dalam
semua panel-panel penerangan dan panel-panel daya lainnya.

b. Karaktersirtik Panel

- Tegangan kerja : 400 Volt


- Tegangan Uji : 3000 Volt
- Tegangan Uji impuls : 20.000 Volt
- Frekwensi : 50 Hz

c. Persyaratan –persyaratan kerja Startemotor Y-D

Kerja starter motor Y-D adalah automatic starter Y-D dan harus dapat
dihidupkan secara manual.

Masing-masing starter motor Y-D terdiri dari :


- 3 buah kontraktor daya
- 1 thermal overload relay
- 1 motor timer
- Tombol Start Stop
- Perlatan lain yang menunjang sistem tersebut.

Juga peralatan proteksi untuk :

-Locked motor
-Starting overload
-Abnomarlly high ambient
-Voltage unbalance

d. Circuit Breaker

Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini circuit breaker


(MCB) dengan breaking Capacity minimal KA simetris.
Circuit Breaker lainnya harus type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB) atau
No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana
dengan breaking capasity minimal 10 KA simetris, Circuit breaker harus dari
type automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantanous magnetic unit.
Main CB dari panel emergency harus dilengkapi dengan shunt trip terminal.
Untuk dihubungkan dengan panel remote tripping unit yang ada di ruang
security, memakai kabel kontrol.

e. Bus Bar

Bus bar adalah batang tembaga murni dengan minimum konduktivitas 98%.
Rating ampere sesuai gambar, Busbar harus di cat sesuai dengan kode warna
dalam PUIL sebagai berikut :
-Phase : Merah, kuning, hitam
- Netral : Biru
-Ground : Hijau –kuning

II-11-20/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

f. Accessoriees

Bus bar, terminal – terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnnya harus
buatan pabrik dan berkualitas ex eropa dan dipasang di dalam oanel dengan kuata
dan tidak boleh ada bagian yang bergertar

2.3.7. Penerangan dan stop Kontak.

a. Lampu dan Armaturnya

Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan seperti yang
dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal

- Semua armatur yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding)

- Semua lampu Fluorencent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi
dengan “power factor corecction capasitor “ yang cukup kuat terhadap kenaikan
temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri
- Life time lampu harus sesuai dengan spesifikasi teknis pabrik pembuat.
- Reflektor terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi
- Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal box harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen itu sendiri.
- Vebtilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna, kabel – kabel dalam box
harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel
pada sballast atau kapasitor Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0.5 mm,
dicat dasar tahan karat, kemudian difinish dengan cat akhir dengan oven warna
putih.

- Ballast dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu
fluorecent )
Ballast dipergunakan single single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu
fluorescent)
- Ballast yang dipergunakan type Low loss.
- Tabung fluorescent harus dari merk ballast ( satu ballast untuk satu lampu
fluarescent )
- Tabung Fluorescent harus dari merk PHILIPS type TLD dan warna nomor 54
- Armatur lampu pijar terdiri dari dudukan dan diffuser. Dudukan harus dari bahan
aluminium silicon ally atau dari moulded plastic.
- Emergency lighting pada pintu darurat dan tangga kebakaran memakai armatur
lampu dengan built in batteray dari nickel cadmium bateray dan harus mampu
beroperasi dengan mengantikan supply PLN selama dua jam

b. Stop kontak

- Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa untuk
pemasangan di dinding dan pemasangan di lantai (floor outlet )
- Stop kontak dinding harus satu tipe untuk pemasangan rata dengan dinding
dengan rating 250 volt, 10 ampere.

II-11-21/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

c. Stop kontak khusus (SKK)

Stop kontak khusus yang dipakai adalaha stop kontak satu phasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 200 cm diatas lantai . SKK harus
mempunyai terminal phasa , netral dan pentanahan .
SKK harus dilengkapi dengan saklar dan lampu dengan rating 250 volt, 10
Ampere.

d. Sakelar Dinding
Sakelar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe rovker dengan rating
250 volt, 10 ampere, single atau multiple gangs (grids Switch)

e. Box untuk Sakelar dan Stop Kontak


Box (end bow doos) harus dari bahan baja dengan kedalaman tidak kurang dari
35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.

Sakelar atau stop kontak dinding terpasang pada box (end bow doos) dari plat
dengan menggunakan baut. Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak
diperbolehkan
.
f. Kabel
Pada umumnya kabel , instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus kabel
inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau NYY)
Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2 ½ mm2

g. Kode warna
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai berikut :
– Fasa -1 : merah
– Fasa -2 : Kuning
– Fasa - 3 : hitam
– Netral : biru
- Tanah (ground ) : Hijau – Kuning

Kabel harus merk setara Kabelindo, kabel Metal, tranka atau Supreme

h. Pipa Instalasi Pelindung Kabel


- Pipa Instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah pipa PVC tanpa ulir
(high impact PVC)
- Pipa , elbow.socket, jungtion box, clamp dan accessories lainnya, yaitu tidak
kurang dari ¾” diameter.
- Pipa fleksible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung
(Junction box) dan armatur lampu.

DAFTAR MATERIAL PEKERJAAN ELEKTRIKAL

NO MATERIAL/KOMPONEN MERK ASAL MERK KET

1 LOW VOLTAGE PANEL


a. Panel Lampu - Simetri Indonesia
b. Panel Power - Trigonomitra Indonesia
- Rajawali Indonesia

2 MEDIUM VOLTAGE PANEL - Alsthom, MG Perancis

II-11-22/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

- ABB, Siemens Jerman


3 KOMPONEN PANEL
a. ACB, MCCB, MCB - ABB, Siemens Jerman
- Merlin Gerin Perancis
- Mitsubishi Jepang
b. Kontaktor, Star Delta Stater - ABB, Siemens Jerman
- Telemecanique Perancis
c. HRC / NH Fuse, Diazed Fuse - Siemens Jerman
d. Load Break Switch - ABB, Siemens Jerman
- Merlin Gerin Perancis
e. Cam Switch, Rotary Switch - AEG Jerman
f. Control Switch, Selector Switch - ABB, Siemens Jerman
- Telemecanique Perancis
g. Control Relay/ Protection Relay - Telemecanique Perancis
under voltage, over voltage, - Omron Jepang
Reverse power, over load, over - Mitsubishi Jepang
current, short circuit, over speed,
shunt trip
h. Push Button, pilot lamp - Telemecanique Perancis
4 MEASURING EQUIPMENT
a. Transformer for measuring - Fuji, Bina Jepang
- Circutor Spanyol
- Celsa Indonesia
b. KWH meter 3 phasa digital - Merlin Gerin Perancis
- GAE Jerman
c. KWH Tenant electronic counter - Merlin Gerin Perancis
- Fuji Jepang
d. KWH, Frecuency, Hour, Ampere, - GAE Jerman
Voltmeter - HB, Celsa Indonesia
- Mitsubishi Jepang
- Circutor Spanyol
5 ACCESSORIES PANEL
a. Busbar, Terminal - terminal, Jepang
solator West Europe

6 CABLE
a. NYY, NYFGBY, NYM, NYA - Supreme Indonesia
- kabel Control - Kabelindo Indonesia
- N2XSY - Tranka Indonesia
- N2XSEFGBY - Kabel Metal Indonesia
- Voksel Indonesia
7 INSTALASI EQUIPMENT
a. Installation Pipe/conduit, terminal - MK Inggris
box, elbow, coupling, flexible conduit, - EGA Inggris
adaptor-female thread, space bar, - Clipsal Australia
sadler
b. Spring Connector / Las Dop - 3M USA
II-11-23/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

c. Switch, grid switch, power outlet - Berker Jerman


- MK Inggris
- Clipsal M2000 Australia
- Hager Perancis
d. Metal Junction Box - Berker Jerman
- MK Inggris
- Clipsal M2000 Australia
- Hager Perancis
e. Cable ladder, Cable Tray - Tri Abadi Indonesia
- Three star Indonesia
- Interack Indonesia
8 LIGHTING COMPONENT
a. Florescent Lamp type,PL, TLD, - Philips Indonesia
SL, Incandescent - Osram Jerman
- Thorn Inggris
b. Ballast Mercury - Philips Indonesia
- May Cristy Singapura
- Iwasaki Jepang
c. Ballast TL ( Low Loss Type ) - Philips Indonesia
- May Cristy Singapura
- Iwasaki Jepang
d. Lampu Merkuri - Philips Indonesia
- May Cristy Singapura
- Iwasaki Jepang
e. Starter - Philips Indonesia
- Osram Jerman
f. Fitting dan Accessories TL/ Pijar - BJB Jerman
- Philips Indonesia
- Vosloh Jerman
g. Lampu Holder - Philips Inggris
h. Capasitor - Philips Indonesia
- Vosloh Jerman
- Atco Australia
i. Battery Nicad - Menvier Inggris
- Encolite Malaysia
- Hits Australia
- WA Emergency Australia
9 ARMATURE LAMPU
a. Surface Mounted 1 x TLD 36 W
- TMS 012/136 Mark II IC - Philips Indonesia
- TKO 1 x 36 W - Artolite Indonesia
b. Recessed Mounted 2 x TLD 36 W
- TBS068 236 IC G2 c/w lamp & gear - Philips Indonesia
- RM 300 Gloss 2 x 36 ALML (m1) - Artolite Indonesia
c. Recessed Mounted 2 x TLD 18 W
- TBS318 218 IC G2 c/w lamp & gear - Philips Indonesia
- RM 300 Gloss 2 x 18 ALML (m1) - Artolite Indonesia
d. Downlight Essential 1 x 18 W
- FBS 120 118 W c/w gear & lamp - Philips Indonesia

II-11-24/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

- RD 150 E27 - Artolite Indonesia


e. Downlight PLC 1 x 26 W
- FBH 058 - Philips Indonesia
- RD 175 - Artolite Indonesia
f. Spot light - Philips Indonesia
- Artolite Indonesia
- Artolite Indonesia
i. Lampu Taman 70 W - Philips Indonesia
- Artolite Indonesia

10 FIRE RESISTANCE CABLE - Fuji Japan


- Pirelli Italy
- Wilson Singapore
IKI (Sumi
- IndoKabel) Indonesia
- Sigma, Triangle Australia
- Max Poh Singapore

11 CAPASITOR BANK - ABB Germany


- Nokia Finland
- MG France
- Alpivar France

12 LIGHTNING PROTECTION - LPI (Guardian) Australia


- EF Australia

Unindo,
13 OIL TRANSFORMER - Trafindo Indonesia
- Starlite Indonesia

Flamestic -
14 FIRESTOP - Hitachi Japan
- Flamester USA
- Innaba Japan

2. Gambar-gambar Rencana
Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan-peralatan seperti : Diesel Gen-set, transformator, panel-panel, tray
kabel dan lain-lain. Penyesuaian harus dilakukan dilapangan karena keadaan
sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi
lapangan.

3. Gambar-gambar Kerja (Shop Drawing)


Pemborong harus membuat gambar-gambar kerja (shop drawings) yang
menunjukkan tata letak pemasangan yang lengkap, dimensi-dimensi
peralatan, detail-detail dan sebagainya.
Gambar-gambar kerja dan juga katalog, brosur dan type peralatan yang akan
dipasang harus diserahkan kepada untuk disetujui. Shop drawing harus sudah
diserahkan kepada Konsultan, 120 hari sebelum pemasangan.

II-11-25/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

4. Gambar-gambar sesuai pelaksanaan (asbuilt drawing)


Pemborong harus membuat catatan yang cermat dari penyesuaian-
penyesuaian pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar
(kalkir) dan 5 (lima) set lengkap gambar blue-print sebagai gambar-gambar
sesuai pelaksanaan (as built drawing) dalam ukuran A1.
As built drawing harus diserahkan kepada Konsultan segera setelah pekerjaan
selesai.

5. Standard dan Peraturan

a. Seluruh pekerjaan elektrikal termasuk perencanaan, pembuatan dan


pemasangan harus dilaksanakan mengikuti standard dalam PUIL 1987, Sll
atau standard- standard International lainnya yang tidak bertentangan
dengan PUIL.

b. Seluruh pekerjaan pemipaan harus dilaksanakan mengikuti standard dan


peraturan-peraturan dari Pedoman Plambing Indonesia dan Jawatan
Keselamatan Kerja (Depnaker).

c. Seluruh pekerjaan sipil/struktur harus dilaksanakan mengikuti standar dan


peraturan-peraturan dalam PBI.
Disamping itu peraturan-peraturan setempat yang ada hubungannya
dengan pekerjaan ini harus ditaati pula.
Surat izin bekerja instalatir dari kelas yang sesuai dengan pekerjaan ini
harus dimiliki secara sah oleh Pemborong.
Satu copy surat izin tersebut harus diserahkan kepada Konsultan MK.

6. Bahan dan Tenaga Pelaksana


Semua bahan yang akan dipasang harus 100% baru dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimaksud. Pemborong harus menempatkan dilapangan
secara full time seorang koordinator yang ahli dalam bidangnya,
berpengalaman dalam pekerjaan yang serupa dan dapat mewakili Pemborong
dengan predikat baik.
Tenaga Pelaksana lainnya harus dipilih yang sudah berpengalaman dan
sudah biasa menangani pekerjaan instalasi diesel-genset denqan baik, aman
dan rapi.

7. Syarat Pengujian (Test Conditions)


Pemborong harus menyelenggarakan serangkaian pengujian sebagai salah
satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk penyerahan pekerjaan
(acceptance test prosedure).
Pemborong harus menyerahkan jadwal waktu kapan akan diselenggarakan
dan cara-cara pengujiannya kepada.
Seluruh pengujian dilaksanakan oleh Pemborong dan segala biayanya
ditanggung oleh Pemborong,termasuk bila test harus dilakukan di
Manufacturer plant jika diperlukan.
Pengujian-pengujian tersebut meliputi:
a. Factory test

II-11-26/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Bab II - Divisi XI – Pekerjaan Elektrikal
.

- Steped load test (0%, 25%, 50%, 75%, 100% dan 110% beban penuh)
terhadap setiap diesel genset.
Dari beban penuh memakai resistance, masing-masing sebagai berikut :
-0% = 5 menit
- 25 % = 10 menit
- 50 % = 60 menit
- 75 % = 60 menit
- 100 % = 60 menit
- 110 % = 25 menit

- Trial run dari keseluruhan system emergency.


- Impack load test 100 % ( test beban ejut dengan beban 110 % )

b. Site test
Test yang dilaksanakan setelah pekerjaan erection / installation selesai
tersebut, meliputi :
- Insulation resistance test
- Contuniuty test
- Simulation of Exces temperatur
- Simulation of over speed
- Test run
- Automatic Main Failure test
- Automatic load transfer switching test
- Automatic sequence starting
- Sinkronizing

Pengujian pabrik dan pengujian lapangan tersebut diadakan oleh pabrik


pembuat dengan disaksikan oleh Perencana dan Konsultan, catatan-
catatan hasil pengujian setelah disyahkan harus diserahkan bersama- sama
tets sertificate dari independent international survayor kepada Konsultan.

II-11-27/27
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XII - Pekerjaan Elektronik
.

DIVISI XII
ELEKTRONIK

SEKSI 12.1
INSTALASI

12.1.1. UMUM

1) Peraturan Dan Acuan


 Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan
sebagai berikut :
 PUIL 1987 dan PUIPP 1983.
 AVE.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/1982.
 National Fire Protection Association (NFPA).
 Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan.
 Fire Office Comitte (FOC).
 Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh intansi yang berwenang
sepertiPLN,PERUMTEL, Dit.Jen. Bina Lindung dan Perusahaan Daerah Air
Minum.

2) Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh :


a) Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang
dan telah biasa mengerjakannya, serta sebagai agen resmi dari merek yang
ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merek yang ditawarkan.
b) Khusus untuk izin dari Instansi PLN, TELKOM, PAM (PAS PLN, TELKOM, PAM
dengan kelas yang sesuai) diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan
lain yang telah memiliki PAS PLN, TELKOM, PAM yang dimaksud.

3) Testing dan Commissioning


a) Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan peralatan dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang
diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik
pembuat dan instansi yang berwenang.
b) Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk
testing.

4) Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a) Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta pengembaliannya ke kondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
VI-12-1/5
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XII - Pekerjaan Elektronik
.

b) Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada


persetujuan dari pihak Direksi Pekerjaan secara tertulis.

5) Pemeriksaan Rutin dan Khusus


a) Pemeriksaan rutin pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
Kontraktor instalasi secara periodik dan tidak kurang dari setiap dua minggu
sekali.
b) Pemeriksaan khusus pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
Kontraktor instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi Pekerjaan
dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
c) Kontraktor harus membuat laporan periodik tentang gangguan dan perbaikan
yang telah dilaksanakan selama masa pemeliharaan.

SEKSI 12.2
PEKERJAAN INSTALASI KABEL DATA

12.7.1 UMUM

Sistem jaringan komputer yang akan dipasang dapat dilihat pada gambar. Beberapa
point penting yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pusat jaringan komputer terletak di lantai 1 ( Front Office ) dan didistribusikan
ke jaringan-jaringan yang lainnya ( sesuai gambar ).
2) Distribusi pada jaringan local per lantai menggunakan gabungan sistem 10/100
Base-T sehingga memungkinkan berjalan pada kecepatan 100 atao 10 Mbps.
3) Seluruh perangkat jaringan nantinya menggunakan Network Management
System sehingga dapat dimonitor dan dikonfigure secara remote melalui sebuah
Network Management Console yang terletak pada jaringan.
4) Instalasi network termination (konektor jaringan) menggunakan systen
pemasangan inbow dan outbow, dengan tidak mngurangi performance dan
system secara keseluruhan.

12.7.2 PERSYARATAN BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut:
1) Semua perlatan dan instalasi yang akan dipasang haruslah baru sama sekali dan
tidak terdapat cacat sedikitpun, terhadap ketidaksempurnaan/ kekurangbaikan
barang/peralatan yang dikirim, Direksi Pekerja berhak untuk menolak dan
kontraktor harus mengganti dengan yang baru sesuai persyaratan.

2) Untuk alasan kompatibiliti dan keseragaman dalam configuring, seluruh


perangkat jaringan initi harus menggunakan merek yang sama ( single vendor
solution ).

VI-12-2/5
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XII - Pekerjaan Elektronik
.

3) Perangkat jaringan inti beserta pengkabelan, konektor dan assesories lainnya


yang dibutuhkan harus kompatibel satu sama lainnya, sehingga kerjasamanya
dapat mengghasilkan untuk kerja yang maksimum.

4) Kabel dan konektor:


Kabel-kabel distribusi Jaringan Komputer di dalam gedung menggunakan jenis
UTP minimal category 5e yang dijamin bekerja pada kecepatan minimal 100
Mbps. Kabel ditempatkan dalam conduit dan determinasi pada Konektor RJ 45
female (menuju Ethernet Card komputer) yang dipasang secara wall-mounted.
Konektor RJ 45 female yang digunakan harus memenuhi spesifikasi kecepatan
100 Mbps, serta memenuhi standart ISO/ IEC IS11801, CENELEC EN50173 dan
EIA/ TIA 568.

5) Konduit dan Tray


Jenis konduit yang dipakai adalah PVC conduit high impact dengan diameter
dalam minimum 16 mm. Pipa, elbow, socket, jungtion box dan assesories lainnya
haruslah sesuai satu dengan lainnya. Cable tray haruslah dari bahan yang tahan
lama ( hotdipped galvanizrd ).

6) Perangkat Utama
i. Jaringan komputer lantai satu.
- Jaringan kabel distribusi 3 titik sesuai gambar
- Kabel UTP minimal category 5e
- Diambil dari FO
Gambar tata letak perangakat jaringan dan titik-titik komputer dapat dilihat
pada gambar Rencana Posisi Komputer Lantai Satu )
ii. Jaringan Komputer Lantai 2:
- Jaringan Kabel Distribusi 1 titik sesuai gambar
- Menggunakan kabel minimal UTP category 5e
Gambar tata letak perangakat jaringan dan titik-titik komputer dapat dilihat
pada gambar Rencana Posisi Komputer Lantai 2
iii. Jaringan Komputer Lantai 3
- Jaringan Kabel Distribusi 2 titik sesuai gambar
- Menggunakan kabel minimal UTP category 5e

7) Gambar tata letak perangakat jaringan dan titik-titik komputer dapat dilihat pada
gambar Rencana Posisi Komputer.
Catatan:
Perlengkapan lain yang belum disebutkan disini, namun merupakan
kebutuhan pokok agar sistem tersebut bisa beroperasi secara
sempurna, harus dilengkapi olah kontraktor dan diinformasikan
kepada Direksi Pekerja.

VI-12-3/5
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XII - Pekerjaan Elektronik
.

12.7.3 PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN DAN PENGESETAN

1) Semua kabel yang dipergunakan harus ditempatkan dalam konduit PVC dan
dipasang tertanam. Konduit harus diklem pada struktur bangunan dengan
saddle klem, bila diperlikan (misalnya pada lintasan melingkar) konduit PVC bisa
dikimbinasikan dengan pipa fleksible.
2) Untuk jalur-jalur utama menggunakan kabel tray yang sudah ditentukan
spesifikasinya dan dipasang dengan supportnya sedemikian sehingga tidak
berbenturan jalur dengan kabel yang lainnya (power) dan diatur sedemikian
dengan jarak minimal diantaranya 20 cm
3) Untuk perangkat jaringan ini, konfigurasi pemasangan dimungkinkan
menggunakan system stack/cascade beberapa perangkat, agar jumlah port yang
dibutuhkan bisa tercapai, serta harus mendukung minimal Fast Ether Channel.
4) Semua peralatan Jaringan Komputer harus dipasang pada tempat-tempat
yang sesuai seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana
koordinat yang tepat dapat dilihat lebih jelas dalam Gambar Rencana Titik
komputer. Bagi penempatan perangkat jaringan yang belim jelas atau
pada penempatannya mengakibatkan masalah dengan ammature
penerangan atau peralatan yang terdapat di plafond lainnya, agar
dibicarakan dengan Direksi Pekerja.

12.7.4 PENGUJIAN

1) Semua peralatan Jaringan Komputer ini harus diuji oleh perusahaan pemegang
keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh Direksi Pekerja. Pengujian
meliputi testing kabel UTP end to end untuk masing-masimg work area. Testing
commissioning Rise backbone Kabel Fiber Optic.
2) Sebelum melakukan pengujian Jaringan Komputer, kontraktor wajib
memberitahu Direksi Pekerja terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan
tanpa disaksikan oleh Direksi Pekerja akan dinyatakan tidak sah dan harus
diulan kembali.
3) Sebelim melakukan pengujian, kontraktor harus melaporkan kesiapan alat
uji/alat ukur yang diperlukan.
4) Semua biaya yang diperlukan untuk melakukan pengujian, baik untuk daya
listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.
5) Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka
kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya sepenuhnya menjadi
tanggungan kontraktor.

12.7.5 GARANSI DAN PEMELIHARAAN

Setelah selesai pengujian dan dinyatakan baik, kontraktor (c.q. perusahaan


pemegang keagenan) harus menyerahkan surat jaminan untuk masa waktu
sedikitnya 12 (dua belas) bulan atas kesempurnaan bekerjanya system dan
penggantian suku cadang selama masa garansi tersebut. Dan setelah masa

VI-12-4/5
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XII - Pekerjaan Elektronik
.

pemeliharaan selesai, wajib menyerahkan Surat Garansi untuk Structured Cabling


System dari Principles dengan masa garansi minimal 1 (satu) tahun.

1) Kontraktor wajib menyerahkan semua dokumen baik berbentuk check list


pengujian, dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan system garansi.
2) Setelah semua system berjalan dengan baik, kontraktor menjadwalkan training
pengesetan/ pemrograman serta trouble shooting sederhana system Jaringan
Komputer bagi sekelompok Engineer/teknisi pemilik/Pemberi Tugas.

12.7.6 PRODUK

Bahan dan peralatan yang dipilihharus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Untuk
peralatan cabling system, kontraktor diminta untuk mengajukan penawaran dengan
memberikan alternatif dari solusi:
1) Kabel : Belden Cat 5 4 pairs
2) Konduit : EGA, CLIPSAL.

VI-12-5/5
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

DIVISI XIII
MEKANIKAL

SEKSI 13.1
UMUM

13.1.1 UMUM

1) Peraturan dan Acuan


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan peraturan
sebagai berikut :
a) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/MEN/1982.
c) Keputusam Menteri P.U. No.02/KPTS/1985.
d) Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti
PLN,PERUMTEL, Dit.Jen. Bina Lindung dari Pusat maupun Daerah.
e) Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
f) National Fire Protection Association (NFPA).

2) Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan Oleh :


a) Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang
dan telah biasa mengerjakannya, serta sebagai agen resmi dari merek yang
ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merek yang ditawarkan.
b) Khusus untuk izin dari Instansi PLN, TELKOM, PAM (PAS PLN, TELKOM, PAM
dengan kelas yang sesuai) diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan
lain yang telah memiliki PAS PLN, TELKOM, PAM yang dimaksud.

3) Testing dan commissioning


a) Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan peralatan dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang
diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik
pembuat dan instansi yang berwenang.
b) Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

4) Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a) Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta pengembaliannya ke kondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
VI-13-1/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

b) Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada


persetujuan dari pihak Direksi/Manajemen Konstruksi secara tertulis.

5) Pemeriksaan Rutin dan Khusus


a) Pemeriksaan rutin pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
Kontraktor instalasi secara periodik dan tidak kurang dari setiap dua minggu.
b) Pemeriksaan khusus pada masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
Kontraktor instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi/Manajemen
Konstruksi dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.

SEKSI 13.2
SISTEM TATA UDARA DAN PENGHAWAAN

13.2.1 LINGKUP PEKERJAAN

1) Lingkup pekerjaan meliputi,


a) Sistem distribusi dan ekstraksi udara beserta seluruh peralatan utama AC Split
jenis Concealed Duct, beserta peralatan bantunya secara lengkap sampai
sistem tersebut dapat beroperasi dengan baik.
b) Pekerjaan Pemipaan Refrijeran dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor
Unit.
c) Pekerjaan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase
yang disediakan oleh Plumbing.
d) Pekerjaan Panel-panel Daya Tegangan Rendah. Pekerjaan Low Voltage Main
Distribution Panel, Sub Distribution Panel, Panel-panel Daya dan termasuk
peralatan bantunya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem.
e) Instalasi Daya, Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk
menghubungkan panel daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti
Exhaust Fan, motor-motor listrik pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan
gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi Teknis.
f) Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem
sehingga dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, termasuk
penyediaan peralatan uji/ukur dan segala keperluan lainnya secara lengkap.
g) Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala
sampai dengan overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk
setiap peralatan/unit-mesin yang dipasang dan segala keperluan operasi
lainnya untuk seluruh peralatan dalam sistem ini.

13.2.2 KONDISI DAN OPERASI SISTEM

1) Sistem yang diterapkan adalah,

VI-13-2/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

a) Sistem Direct Expansion AC dengan jenis Concealed Duct Connection


b) Peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem AC ini adalah,
 Indoor unit
 Outdoor unit
 Air Cooled Package Condensing Unit.

2) Operasi sistem AC,


Pengatur temperatur ruangan dilakukan dengan thermostat

3) Kondisi desain,
a) Suhu ruangan : 75 + 4 deg. F
b) Kelembaban nisbi : 60 + 10 % RH
c) Fresh air ventilation : ASHRAE Standard 62-1981.

4) Condensing Unit,
Dilengkapi weather-proof casing yang mampu melindungi seluruh. Komponen di
dalamnya termasuk peralatan kontrol terhadap cuaca, uap air laut dan sinar
matahari. Kelengkapan unit harus mengikuti ketentuan berikut,
 Hermetic compressor
 Air-cooled condenser coil, dengan Alluminium fin (Coated) dilapisi dengan
cat anti karat khusus uap air laut, atau menggunakan Copper Fin.
 Fan dan motor drive
 Refrigerant circuit c/w receiver, drier dan filter
 Charging valve
 Heavy duty coil guard
 Control equipment.

13.2.3 PEKERJAAN PEMIPAAN REFRIJERAN DAN KONDENSAT

1) Persyaratan Umum Pemipaan Refrijeran


a) Harus mengikuti 'Safety Code for Mechanical Refrijeration ASA-B9.1-1965' dan
Code for Refrijerant Piping ASA-133.5-1962.
b) Apabila terdapat ketidak sesuaian antara Gambar Perencanaan dengan
peraturan/Rekomendasi dari Manufacturer, maka Kontraktor harus melaporkan
kepada DIREKSI PENGAWAS/MK untuk mendapatkan penyelesaian.
c) Suction Line.
 Harus dibuat dengan Total Pressure Drop maksimum 3 psi (setara dengan
perubahan temperatur sebanyak 2°).
 Harus memiliki kecepatan aliran yang cukup untuk menghantarkan oli ke
Comppresor.
 Harus diisolasi dengan lapisan isolasi yang khusus untuk pipa Refrijeran.
 Harus dilapisi dengan Vapor Barrier dari bahan Alurninium Foil, untuk
pemipaan yang langsung terkena sinar matahari.
 Harus dibuat Suction Line Loop untuk Evaporator yang lokasinya lebih
tinggi dari Compressor.
VI-13-3/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

 Liquid Line.
 Harus dibuat dengan Total Pressure Drop antara 3 sampai 6 psi (setaraf
dengan perubahan temperatur 1 - 20).
 Refrijeran harus pada tingkat keadaan Sub Cooling pada saat
mencapai'Refrijerant Control Device'.
 Sub-Cooling harus diperhitungkan untuk dapat mengatasi Friction Loss
pada pipa dan Vertical Rise.
 Liquid Line yang berada di luar gedung, atau yang terkena sinar matahari
langsung harus diisolasi seperti Suction Line.

2) Persyaratan Pemasangan Pipa Refrijeran


a) Sambungan.
 Harus dengan Branzed Joints with Sweat Fitting,
 Harus menggunakan Forged Extruded Copper Fitting sesuai dengan
standard ASA-B. 16.181963,
 Harus dengan proses Hard Solder.
 Filter Material dengan 'Silver Base Alloy' Melting for 1000 degree F.
 Sambungan ke peralatan di sesuaikan dengan outlet dari peralatan
tersebut.
 Proses soldering/brazing harus dilakukan dengan mengalirkan gas Nitrogen
pada bagian dalam pipa, untuk menghindari penumpukan jelaga pada
bagian dalam pipa sambungan/fitting/elbow.
b) Belokan-belokan harus menggunakan elbow, tidak diizinkan membengkokkan
pipa untuk membuat belokan.
c) Pernasangan isolasi baru boleh dilakukan setelah pipa ditest.
d) Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa.

3) Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrijeran


a) Isolasi harus dipasang dengan cara memasukkan pipa ke lubang yang telah
tersedia tanpa merobek isolasi tersebut.
b) Apabila terjadi robekan pada isolasi, maka harus dirapatkan kembali dengan
menggunakan lem karet seperti Castrol, Aica Aibon atau sejenisnya.
c) Bila robekan lebih panjang dari 40 cM, maka isolasi tersebut harus diganti.
d) Setelah isolasi terpasang, untuk pemipaan yang terkena sinar Matahari
langsung, harus dibungkus dengan Aluminium Foil.
e) Sisi-sisi Aluminium foil tersebut harus direkat dengan Foil Tape sehingga
benar-benar rapat.
f) Pada bagian-bagian yang akan diklem atau ditumpu harus dilindungi dengan
pelat BjLS 100 yang dilekuk sesuai dengan bentuk isolasi.
g) Pada bagian Filter Drier dan peralatan lainnya, isolasi mengunakan Foamed
Plastic Insulating Tape.

4) Persyaratan Pemasangan Pipa Kondensat


a) Harus dipasang dengan kemiringan minimum 1 %.

VI-13-4/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

b) Sambungan dengan Solvent Cement.


c) Pipa harus diisolasi dengan lapisan isolasi jenis Styrofoam yang sudah dicetak
setengah pipa dan dibungkus dengan Aluminium Foil, Isolasi sampai
penyambungan ke scope Kontraktor lain.
d) Fitting harus dari jenis Injection Moulded Fitting.

13.2.4 PERSYARATAN UNIT-UNIT MESIN AIR COOLED SPLIT AIR


CONDITIONER

1) Ketentuan Umum,
a) Harus dari jenis Air Cooled Split Air Conditioner secara lengkap berikut sistem
kontrol operasinya (thermostat, relay, kontaktor dan kontrol-kontrol lainnya).
b) Kapasitas mesin harus dapat mengatasi beban pendinginan sesuai yang
tercanturn dalam gambar Skedul Peralatan AC & Fan.
c) Unit harus disediakan secara lengkap sehingga siap untuk disambung dengan
'refrigerant piping' dan diisi refrijerant untuk kemudian dioperasikan tanpa
perlu ditambah dengan kelengkapan lainnya.

2) Condensing Unit,
a) Dilengkapi weather-proof casing yang mampu melindungi seluruh komponen
didalamnya termasuk peralatan kontrol terhadap cuaca dan sinar matahari.
b) Kelengkapan unit harus mengikuti ketentuan berikut,
 1. Air-cooled condenser coil
 2. Fan dan motor drive
 3. Refrigerant circuit c/w receiver, drier dan filter
 4. Charging valve
 5. Heavy duty coil guard
 6. Hermetic compressor
 7. Control equipment.

3) Refrigerant Field Piping,


a) Mengikuti rekomendasi dari pabrik pembuat untuk penentuan diameter pipa,
penempatan trap, tambahan receiver dan lainnya.
b) Dilengkapi dengan isolasi dari jenis Foamed Neoprene Rubber Pipe Insulation
tebal 0.5 inch, Armaflex atau setaraf.
c) Menggunakan 'hard drawn copper tube' sesuai dengan ketentuan pada Bab
Persyaratan Teknis M&E atau sesuai rekomendasi pabrik, pembuat unit AC.

VI-13-5/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

13.2.5 AXIAL FLOW VENTILATING FAN

1) Ketentuan Umum
a) Unit harus dipilih dengan laju aliran udara yang mampu mengatasi beban kerja
seperti yang dicantumkan pada gambar skedul peralatan,
b) Pada saat pengajuan usulan tipe dan kapasitas Fan,Kontraktor harus, sudah
memperhitungkan segala kemungkinan adanya penurunan kapasitas terhadap
pertambahan static pressure sebagai akibat dari static pressure loss pada
diffuser atau grille atau atau filter atau damper dan/atau peralatan lain di
dalam saluran udara sesuai dengan yang akan dipasang.

2) Konstruksi
 Harus dari jenis ADJUSTABLE PITCH AXIAL-FLOW FAN factory adjusted
dan fixed pada sudut tertentu sesuai dengan kebutuhan.
 Form of running dengan motor berada pada sisi hulu dari arah aliran
udara.

3) Impeller
a) Harus dari bahan die-cast aluminium alloy dengan kekuatan sesuai standard
ARI atau standard lain yang setaraf yang disetujui.
b) Harus seimbang secara dinamis maupun statis.
c) Kipas harus dari jenis AIRFOIL atau AEROFOIL.
d) Harus direct coupied dengan motor penggeraknya.

4) Casing
a) Harus dari bahan hot dip galvanized cold-rolled steel dicat anti korosi dengan
bahan chlorinated rubber paint
b) Casing dari jenis long-type casing yang menutupi impeller dan motor.
c) Dilengkapi bell-mouth inlet and fan outlets untuk sambungan dengan saluran
udara.

5) Motor
a) Dari jenis non-ventilated squirrel-cage induction type,
dustgrease-corrosion-proof motor dengan insulation class F.
b) Dapat digunakan untuk menghisap udara pada temperatur yang berkisar
antara 50-75 C-grade.
c) Kelengkapan (jika diperlukan)
d) Rainhood,
e) Shutter,
f) Fan guard.

VI-13-6/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

13.2.6 PERSYARATAN PEMASANGAN

1) Ketentuan Umum,
a) Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba ditapak,
segera harus dilakukan pembongkaran peti pembungkus atau container
dengan disaksikan secara bersama oleh DIREKSI, wakil Pemberi Tugas,
Petugas dah perusahaan jasa pengiriman (carrier/transporter agencies) dan
dilakukan pemeriksaan visual terhadap kondisi peralatan.
b) Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemeriksaan dan
diserahkan kepada DIREKS1. Ketentuan lebih detail tentang hal ini diatur oleh
DIREKSI.
c) Apabila dalam pemeriksaan visual diatas ditemukan kerusakan fisik terhadap
peralatan, maka segala penggantian/perbaikan dan lain-lainnya diatur oleh
DIREKSI.
d) Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan
perbaikan dengan melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang
paling tidak harus sama, dimana sebelumnya harus dilakukan pembersihan
yang sempurna (dengan sikat kawat, degreasing liquid dan sebagainya).
e) Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian diatas menjadi
tanggungan dan atas beban biaya Kontraktor yang bersangkutan.

2) Pemasangan Unit Mesin,


a) Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan pemipaan harus
disesuaikan dengan persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian dengan
Dokumen Kontrak, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya operasi,
pemborong harus mengajukan gambar kerja (shop drawing) unluk disetujui
oleh DIREKSI.

13.2.7 PERSYARATAN PENGUJIAN

1) Ketentuan Umum,
Pengujian harus disaksikan oleh DIREKSI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas.
Pengujian operasi sistem baru boleh dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan
baik selama 3 x 24 jam,
Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus
mengajukan prosedur pengujian kepada DIREKSI untuk dimintakan
persetujuannya.
Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Ahli dari
Perwakilan merk tersebut di Indonesia.

2) Penyediaan Peralatan Pengukur Dan Penguji,


a) Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas
biaya Kontraktor.

VI-13-7/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

b) Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya harus
disediakan Kontraktor untuk pengujian adalah:
 Thermo Hygrograph 3 (tiga) buah.
 Sling Psikrometer: 2 (dua) buah.
 Portable Measuring Station : 1 (satu) buah,
 Portable Hotwire Anemometer: 1 (satu) buah.
 Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran
udara dan tempat lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan
oleh Kontraktor dan telah disetujui.

3) Pengujian Sistem Pemipaan,


a) Dilakukan dengan metoda Hidrostatik Test sesuai dengan ketentuan pada Bab
Persyaratan Teknis ME.
b) Tekanan pengujian adalah 8 atm.
c) Bila selama 12 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian
dinyatakan selesai.
d) Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan
pengujian harus diulangi dari awal.

4) Pengaturan Distribusi Aliran Udara Ke Ruangan,


a) Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan
seluruh komponen dalam saluran telah selesai dipasang.
b) Pekerjaan yang harus dilakukan
c) Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh ruangan sesuai dengan
yang tertera pada gambar.
d) Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang
mengalir ke setiap ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut.
e) Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan
mesin-mesin Air Conditioning dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.

5) Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria),


a) Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran
atau skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga
dapat dibuat kurva Noise Criteria.
b) Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot
pada NC chart.
c) Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu,
maka Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran
udara, misalnya duct acoustic lining.

6) Penyetelan dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,


a) Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus
memeriksa seluruh wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan

VI-13-8/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

melakukan dummy test untuk memeriksa gerakan-gerakan, response dan


kehalusan kerja sistern tersebut.
b) Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment)
adalah set point dan throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak
terjadi kegagalan operasi/kerja akibat perbedaan throttling range antara setiap
peralatan.

7) Pengujian Operasi Sistem,


a) Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan
dibersihkan, dan telah menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.
b) Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem
dengan dioperasikan secara terus menerus selama 3x24 jam.
c) Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama DIREKSI dan
atas petunjuk DIREKSI, hal-hal berikut
d) Mengamati seluruh sistem pemipaan.
e) Mengamati seluruh sistem saluran udara serta mengamati kerja sistem kontrol.
f) Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air
Conditioning.
g) Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan
bila terdapat getaran atau noise yang berlebihan dan segala hal yang menurut
DIREKSI perlu diadakan penyempurnaan.

8) Laporan Pengujian,
a) Menggunakan formulir-form ulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA,
Testing and Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB',
National Engineering Balancing Bureau.
b) Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor yang bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil
fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang
baik.

9) Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),


Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya
Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada pressure gauge, thermometer, valve
opening, flow meter, splitter damper, volume damper dan peralatan pengatur
serta pengukur lainnya dengan

VI-13-9/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

SEKSI 13.3
PEKERJAAN PLUMBING

13.3.1. UMUM
1) Uraian
Yang dimaksud disini dengan pekerjaan Instalasi Mekanikal, Plumbing secara
keseluruhan adalah pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan-
peralatan, bahan-bahan utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh
instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar, dan Bill Of
Quantity.

2) Lingkup Pekerjaan Plumbing


Lingkup pekerjaan secara garis besar adalah :
a) Sistem Air Bersih.
b) Sistem Air Panas
c) Sistem Air Bekas
d) Sistem Air Kotor.

3) Gambar Kerja
Sebelum Kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan di lapangan harus
menyerahkan gambar kerja antara lain sebagai berikut :
a) Denah tata ruang dan detail pemasangan peralatan utama, perlengkapan dan
fixtures.
b) Detail denah pemipaan.
c) Detail denah perkabelan.
d) Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai atau tembok dan
lain-lain.
e) Detail lain yang diminta oleh pemberi tugas.

4) Gambar Instalasi Terpasang


Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus memberi tanda sesuai
jalur terpasang pada Re-kalkir gambar tender maupun gambar kerja, sehingga
pada akhir penyelesaian pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang
mendekati keadaan sebenarnya.

13.3.2. SISTEM PEMIPAAN


1) Uraian
a) Lingkup Pekerjaan Sistem Pemipaan melipui
- Pipa
- Sambungan
- Katup
- Strainer
- Sambungan ekspansi
- Sambungan Fleksibel
- Penggantung Penumpu
VI-13-10/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

- Sleeve
- Lubang Pembersihan
- Bak Kontrol
- Blok beton
- Galian
- Pengecatan
- Pengakhiran
- Pengujian
- Peralatan bantu

b) Spesifikasi dan gambar menunjukan diameter minimal dari pipa dan letak serta
arah masing-masing pipa.
c) Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau dari pipa dan letak serta
arah dari masing-masing sistem pipa.
d) Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan
stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
e) Khusus pipa dengan perlengkapan dari bahan plastik selain disebut di atas
harus juga terlindung dari sinar matahari.
f) Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukan identitas pabrik
pembuat

13.3.3. BAHAN PEMIPAAN

1) Daftar Spesifikasi Bahan Pemipaan


Sistem Kode Tek. Tek. Tek. Spesifikasi
sistem Kerja Standar Uji Pipa Isolasi
Bahan
Air Bersih 5 10 15 PVC AW Tidak diisolasi
Air Bekas No prs 10 15 PVC AW Tidak diisolasi
Air Kotor No prs 10 15 PVC AW Tidak diisolasi
Air Hujan No prs 10 15 PVC D Tidak diisolasi

2) Spesifikasi G 10 Penggunaan : Air Bersih

Daftar Pipa Tekanan Standar : 10 bar


Uraian Keterangan
Pipa Galvanized steel pipa BS 1387/1967, Class medium
Sambungan/ Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B 16.3 class 150 lb, screwed end.
Fitting Dia 40 mm keatas, wrought steelbutt weld fitting ANSI B. 16.9, sch. 40
Flange Dia 40 mm kebawah Galvanized malleable cast iron RF class 150 lb, screwed
Dia 40 mm keatas forged steel RF class 150 lb, welding joint
Valve/Strainer Dia 40 mm kebawah bronxe atau A-metal body class 150 lb dengan
sambungan ulir, BS 21/ANSI B 2.1 d.
Dia 40 mm keatas cast iron body class 150 rb flanges

VI-13-11/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

3) Spesifikasi PV 10 Penggunaan : Air kotor; Air hujan.

Daftar Pipa Tekanan standar : 10 bar


Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
Elbow & Junction PVC Injection moulded sanitary fitting large radius, solvent cement joint
type.
Reducer PVC Injection moulded sanitary fitting concentric, solvent cement joint type.
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

4) Skedul Katup

Isolating Regulating Check


Services Up to 2 and Up to 2 and Up to 2 and
1½ Above 1½ Above 1½ Above
Air bersih Ball Butterfly Globe Butterfly Swing Double disc
Air Kotor Ball Gatefly Globe Butterfly Swing Double disc

5) Persyaratan Jenis Peralatan


Jenis peralatan yang boleh dipergunakan disini adalah sebagai berikut :

Fungsi Peralatan Ukuran & Joint W.O & G


Katup penutup (Stop Valve) S/d 40 mm screwed Ball ; Butterfly; Gate;
Diaphragm
50 mm keatas flanged Butterfly; Gate
Katup pengatur (Regulating S/d 40 mm screwed Globe; Butterfly
Valve) Diaphragm
50 mm keatas flanged Butterfly; Globe

Non Return Valve S/d 40 mm screwed Swing check


Globe check
50 mm keatas flanged Double swing check
Disc check
Strainer „Y‟ type
„Bucket‟ type
Pressure Reducer Die and flow type
Pressure Indikator Dial dia 100 mm Dial type
Note : W = water, O = oil, G = gas

13.3.4. PEMASANGAN PIPA DAN PERLENGKAPANNYA


1) Umum
a) Pemipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapian, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
b) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari
50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan, dan peralatan.

VI-13-12/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

c) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya. Pekerjaan pemipaan harus dilengkapi dengan semua
katup-katup yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik,
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan
digambar.
d) Pekerjaan pemipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik, dan sebagainya,
sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan di gambar.
e) Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan UNION atau FLANGE.
f) Sambungan lengkung, reducer dan expander, dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan pemipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
g) Reducers dan expanders yang terletak dijalur pipa-pipa uap pada posisi
horisontal dasarnya harus datar untuk memungkinkan drainase. Pemipaan
untuk uap harus menurun searah dengan aliran uap.
h) Kemiringan menurun dari pekerjaan pemipaan air limbah harus seperti berikut,
kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
 Dibagian dalam bangunan, Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½ %
 Dibagian luar bangunan, Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½ %
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %
i) Semua pekerjaan pemipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik
buangan. Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan.
j) Katup (valve) dan saringan (trainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan
danpenggantian. Pegangan dikatup (valve handled) tidak boleh menukik.
k) Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur
pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau
alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
l) Pekerjaan pemipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat kearah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-
katup dan fitting pada pemipaan harus ukuran jalur penuh.
m) Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-
pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta peregangan
terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan dan persyaratan
pabrik.
n) Kecuali tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan dimana
pipa-pipa menembus dinding-dinding lantai, balok, kolom, atau langit-langit.
Dimana pipa-pipa melalui dinding-dinding tahan api, ruang-ruang kosong
diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-wool.
o) Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan pemipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda
lainnya.

VI-13-13/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

p) Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.


q) Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

2) Penggantung dan Penunjang Pipa


a) Pemipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets, atau sadel
dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian
atau peregangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan
pada tabel berikut ini :

Jenis Ukuran Pipa Batas Maximum Ruang


Pipa (mm) Interval Mendatar (m) Interval Tegak (m)
Sampai 20 1.8 2
25 s/d 40 2.0 3
100 s/d 150 4.0 4
200 atau lebih 5.0 4
Pipa Tembaga Sampai 20 1.0 2
20 s/d 40 1.5 2
50 2.0 3
65 s/d 100 2.5 3
125 atau lebih besar 3.0 4

Pipa besi cor Seluruh ukuran 1 titik/sambungan 1 titik/sambungan

b) Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pd pipa berikut ini :


 Perubahan-perubahan arah
 Titik-titik percabangan
 Beban-beban terpusat karena katup, saringan, dan hal-hal lain yang
sejenis.
c) Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa adalah sebagai berikut :
 Diameter Batang
Ukuran pipa Batang
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar Dihitung dari faktor keamanan 5.
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas
Penunjang pipa lebih Dihitung dengan faktor keamanan 5 terhadap kekuatan
puncak

 Bentuk Gantungan
- Untuk air panas : Roller guite type.
- Untuk yang lain-lain : Splite ring type atau Clevis type
d) Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.

VI-13-14/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

e) Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat
sebelum dipasang.

3) Cara Pemasangan Pipa Air Limbah Dalam Tanah


a) Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup
b) Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda yang keras atau
tajam.
c) Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian
dengan adukan semen.
d) Urugan pasir setinggi dasar benda dan dipadatkan.
e) Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas landasan pipa.
f) Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
g) Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar.

4) Pemasangan Katup-Katup

Katup-katup harus disediakan sesuai dengan yang diminta dalam gambar,


spesifikasi, dan untuk bagian-bagian berikut ini :
a) Sambungan masuk dan keluar peralatan.
b) Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang mesin
Ukuran Pipa Ukuran Katup

Sampai 75 mm : 20 mm
100 mm s/d 200 mm : 40 mm
250 mm atau lebih besar : 50 mm
- lain-lain, ukuran katup : 20 mm

c) Ventilasi udara otomatis


d) Katup kontrol aliran keatas dan ke bawah
e) Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan
kebawah.
f) Steam trap untuk aliran keatas dan ke bawah.
g) Katup by-pass

5) Pemasangan Strainer :

Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi, & untuk alat-alat berikut ini :
a) Katup-katup pengontrol
b) Katup-katup pengurang tekanan
c) Steam traps

VI-13-15/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

6) Pemasangan Katup-Katup Pelepasan Tekanan :

Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin


timbul kelebihan tekanan

7) Pemasangan Katup-Katup Pengaman :

Katup-katup pengaman harus ditempatkan dekat dengan sumber tekanan.

8) Pemasangan Vent Udara Otomatis :

Vent udara otomatis harus disediakan di tempat-tempat tertinggi dan kantong


udara

9) Pemasangan Katup-Katup Pengurang Tekanan :

Katup-katup pengurang tekanan harus disediakan ditempat-tempat dimana


tekanan pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

10) P emasangan Sambungan Fleksibel :

Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber


getaran.

11) Pemasangan Pengukur Tekanan :


Penguku tekanan harus disediakan di tempat yang diperlukan untuk mengukur,
antara lain :
 Katup-katup pengurang tekanan
 Katup-katup pengontrol
 Setiap pompa
 Setiap bejana berhubungan

12) Sambungan ulir


a) Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir
berlaku untuk ukuran sampai 40 mm.
b) Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebnyak 3 ulir
c) Semua sambungan ulir harus mempergunakan perapat henep dan Zinkwite
dengan campuran minyak
d) Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau rod
e) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan
streamer
f) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan

VI-13-16/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

13) Sambungan Solder


a) Sambungan solder ini berlaku antara cupper tube dan fitting.
b) Untuk pipa ukuran 20 mm kebawah boleh mempergunakan soft solder.
c) Untuk pipa ukuran 25 mm keatas harus menggunakan hard solder.
d) Kontraktor harus mengajukan bahan solder dan hasil solderan kepada
pengawas sebelum pekerjaan pemipaan dimulai.
e) Brander pemanas yang harus dipergunakan adalah dari jenis pemanas LPG
atau Acetyline. Kompor gas tidak boleh dipergunakan.

14) Sambungan Las


a) Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b) Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las. Kawat las atau
elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang di las. Sebelum
pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi contoh
hasil las untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
c) Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.
d) Setiap bekas sambungan las harus dicat dengan cat khusus untuk itu.
e) Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik
menurut penilaian Direksi/Pengawas

15) Sambungan Lem


a) Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
b) Pipa harus masuk sepenuhnya dalam fitting, maka untuk itu harus
dipergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
mempergunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak
urus terhadap batang pipa.
c) Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa

16) Sambungan yang mudah dibuka


a) Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut :
- Antara lavatory faucet dan Supply Valve
- Pada Waste fitting dan siphon

17) Sleeves
a) Sleeves untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
b) Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran
diluar pipa ataupun isolasi

VI-13-17/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

c) Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus dipergunakan sayap.
d) Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yag mempunyai
lapisan kedap air (Water Proofing) harus dari jenis “Flushing Sleeves”.
e) Rongga antar pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan rubber sealed
atau "Caulk"

18) Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan
di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-
cara/metoda-metoda yang disetujui sampai benda-benda asing disingkirkan.

13.3.5. PENGUJIAN
1) Sistem Air Bersih
a) Kalau tidak dinyatakan lain, semua pipa harus diuji dengan tekanan air
dibawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah 50% atau 10
kg/cm2 dan tidak lebih tinggi dalam jangka waktu 1 jam.
b) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji
kembali.
c) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas(diputus)dari
hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.

2) Sistem Air Limbah


a) Pipa-pipa bertekanan harus diuji dengan tekanan air sebesar tekanan kerja
ditambah 50% atau 8 kg/Cm2 selama 1 jam
b) Pipa-pipa gravitasi harus diuji dengan tekananstatis sebesar 3.0 meter diatas
titik tertinggi selama 1 jam.

13.3.6. PENGECATAN DAN LABEL


1) Umum
Barang-barang yang harus di cat adalah sebagai berikut :
- Pipa sevice
- Support pipa dan peralatan konstruksi besi
- Flanges
- Peralatan yang belum di cat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus diperbaharui

2) Persyaratan pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :
Lokasi Pengecatan Pengecatan
Pipa & Peralatan dalam plafond Zinchromate primeer 2 lapis
Pipa & Peralatan Expose Zinchromate primer 2 lapis & cat akhir 2 lapis
Pipa dalam tanah 2 lapis flincote

VI-13-18/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

3) Label Katup (Valve Tag)


a) Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan
b) Fungsi-fungsi seperti “Normally Open” atau “Normaly Close” harus ditunjukan
di tags katup
c) Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau
kawat

DAFTAR MATERIAL PEKERJAAN MEKANIKAL

NO URAIAN SPESIFIKASI MATERIAL MERK

PLAMBING
1 Water Pump - Kap : 100 lpm Grundfos
Pompa air Bersih - Head : 25 mtr Ebara
- Power : 1.5 kw ( 220/1/50) ACME
- Putaran : 2900 rpm Regent

3 Pipa Air Bersih - PVC Class AW 10 K Rucika


Wavin
Pralon
Vinilon

4 Pipa Air Kotor & Bekas - PVC Class AW 10 K Rucika


Wavin
Pralon
Vinilon

5 Pipa Vent - PVC Class D 5 K Rucika


Wavin
Pralon
Vinilon

8 Flexible Joint - Dia. 65 ke bawah ( Rubber ) Muraflex


Tozen
Showa

9 Foot valve - Class 10 K Kitz


Socla
Samyang

VI-13-19/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

10 Float valve - Class 10 K Yuta


Socla
Samyang

11 WLC - Automatic Omron


Honeywell
kasuga
copler

12 Fitting PVC Vinilon


Pralon
Rucika
Wavin

TATA UDARA

1 Split Wall Type ACSON


Mc-Quay
National
Sanyo

3 Ducting Lockform
Fumira
Sarana

4 Isolasi Duct AB Wool


Inswool
ACI

5 Aluminium Foil Ins Foil


ACI
AB Foil
Polyfoil

6 Aluminium Tape AB Tape


Instape

Grille, Diffuser,
7 Damper Primawangi
Catura
Injen, modul

8 Flexible Duct Duflex


Polar
Simplex
Polyaire

VI-13-20/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIII - Pekerjaan Mekanikal
.

TD

Mueller
9 Pipa refrigerant Streamline
Kembla
Denji

10 Pipa PVC Vinilon


Rucika
Pralon

11 Peredam Getaran Kinetic


mason

12 Fan Panasonic
KDK
Fantech

13 Pipe Insulation Thermaflex


K.Flex
Insulfex

VI-13-21/21
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

DIVISI XIV
PEKERJAAN LANDSCAPE
SEKSI 14.1

14.1.1. UMUM
1) Uraian :

Pekerjaan Landscape meliputi semua pekerjaan pertamanan , perkerasan dan jalan


lingkungan pada ruang luar, maupun bentukan –bentukan, serta bagian-bagian lainnya
pada lokasi yang ditunjuk pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pada
pekerjaan ini sudah termasuk persiapan , menempatan material , dan transport
pengangkutan dari luar, tanah taman, pupuk, urukan dan pengaspalan jalan maupun
material paving sebagai perkerasan lahan untuk sirkulasi dan masa pemeliharaan sesuai
waktu yang ditentukan dalam kontrak

2) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat :

a) Sebelum memulai pekerjaan Landscape Kontraktor harus membuat schedule dan


Gambar Rencana yang telah ada, termasuk membuat jadwal waktu (schedule
lengkap) tentang semua jenis dan volume pekerjaan serta komponen/bahan
b) Kontraktor harus membuat satu bidang contoh untuk memberi gambaran jenis dan
macam tanaman supaya bisa dilihat secara visual sebelum semuanya dilaksanakan
dalam rangka mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana Gambar dan
ketentuan yang disyaratkan, harus segera diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab
Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

3) Jadual Kerja :
a) Kontraktor harus membuat/menyiapkan semua komponen bahan dan peralatan
Landscape sesuai dengan kebutuhan aplikasi dilapangan.
b) Pastikan bahwa semua tanaman dan Landscape terpasang dengan benar dan
terpasang sempurna sesuai ketentuan bestek dan kontrak jika ada yang cacat dan
mati maka harus segera dibenahi atau diganti

Setiap memulai pekerjaan Landscape harus sepengetahuan dan seijin Direksi Pekerjaan

14.1.2. PERTAMANAN
A) BAHAN
Yang dimaksud disini adalah tanaman yang mempunyai besaran tertentu dan
jenis tanaman meliputi ketentuan dalam kontrak yang terbagi sebagai berikut:
1. Tanaman rumput sebagai penutup lahan kosong taman
2. Tanaman perdu sebagai elemen pengisi bentukan taman
3. Tanaman Semak sebagai pembentuk taman
4. Tanaman keras sebagai point pengarah
5. Tanaman Hias sebagai pengisi ruang yang memerlukan daya tarik aktivitas

VI-14-1/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

6. Tanaman penanda sebagai elemen pelengkap ruang


7. Elemen keras sebagai hiasan pelengkap taman

1. Tanaman rumput penutup lahan taman:


a. Menggunakan jenis tanaman rumput yang telah ditentukan dalam spesifikasi
sebagai penutup dan pengisi lahan taman sesuai rencana
b. Termasuk urugan tanah subur dan pemupukan
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penanaman harus terlihat penuh sesuai dengan penempatan pada areal yang
ditunjuk.

2. Tanaman perdu pembentuk taman:


a. Menggunakan jenis tanaman perdu dan rumput sebagai penutup dan pengisi
bentukan taman
b. Termasuk urugan tanah subur dan pupuk
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penanaman harus terlihat penuh sesuai dengan penempatan pada areal yang
ditunjuk.

3. Tanaman semak pembentuk taman:


a. Menggunakan jenis tanaman semak sebagai penutup dan pengisi bentukan garis
taman
b. Termasuk urugan tanah subur dan pupuk
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penanaman harus terlihat penuh sesuai dengan penempatan pada areal yang
ditunjuk.

4. Tanaman keras pengarah taman:


a. Menggunakan jenis tanaman keras sebagai pengarah garis bentuk taman
b. Termasuk urugan tanah subur dan pupuk
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penanaman harus terlihat penuh sesuai dengan penempatan pada areal yang
ditunjuk.
d. Semua keperluan alat bantu adalah bagian dari kontrak kerja ,mis: penyangga
sementara ,pipa pemumukan dan lain-lain
e. Ketinggian tanaman keras minimal untuk jenis palm adalah 3 meter batang
f. Ketinggian tanaman beringin dan buah sejenisnya minimal ketinggian batangnya 2
m

5. Tanaman hias pengisi ruang dan taman:


a. Menggunakan jenis tanaman hias yang tahan terhadap kering dan minim cahaya
pada ruang dan taman yang biasanya minim cahaya.
b. Termasuk tanah subur dan pupuk juga pot jika perlu
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penempatan harus terlihat sesuai dengan penempatan pada areal yang ditunjuk dan
sesuai jenis ketinggian yang diharuskan.
d. Semua keperluan alat bantu adalah bagian dari kontrak kerja

6. Tanaman penanda ruang dan taman:


a. Menggunakan jenis keras tapi hias yang mempunyai jenis langka sebagai point
penanda yang bisa dipakai petunjuk dari suatu bangunan atau ruang taman yang

VI-14-2/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

tahan terhadap kering dan minim cahaya pada ruang dan taman yang biasanya
minim cahaya.
b. Termasuk tanah subur dan pupuk juga pot jika perlu
c. Kontraktor tidak boleh melakukan aktivitas pembibitan dilokasi, sehingga pada saat
penempatan harus terlihat sesuai dengan penempatan pada areal yang ditunjuk dan
sesuai jenis ketinggian yang diharuskan.

7. Elemen keras sebagai pelengkap taman :


a. Suatu perkerasan berupa elemen yang fungsional atau elemen assesories pelengkap
taman
b. Termasuk jasa tranport dan pemasangan dilokasi sampai baik dan benar sesuai
kontrak.
c. Kontraktor tidak boleh mengerjakan fabrikasi elemen keras diareal kerja supaya
tidak menggangu pekerjaan lain. (Datang dari Work shop harus sudah jadi)

B. PELAKSANAAN
1) Perkerasan pembentuk Landscape:
a) Permukaan bidang harus sesuai dengan petunjuk gambar detail dan spesifikasi yng
ditulis dalam kontrak
b) Bidang harus rata halus dibersihkan dari semua kotoran-kotoran yang melekat,
kemudian dibersihkan dengan kompresor 4 Bar.
c) Setelah bidang siap di coating jika mengharuskan pakai pelindung cuaca pada
permukaan bidang rata, semua siar dan benangan dibuat rapi dan lurus. Lapis an
dalam kondisi baik dan kering.
2) Tanaman perdu:
a) Permukaan dan ketinggian pohon harus rata dan sama umurnya sehingga terlihat
lurus jika ditanam dan dapat sebagai pembentuk bidang taman
b) Bagi tanaman yang baru dipasang harus disiram dan dirawat sesuai standart
penanaman pohon sehingga subur dan jika ada yang mati harus segera diganti
c) Setelah ditanam maka selama kontrak belum selesai dan dalam masa pemeliharaan,
maka kontraktor masih harus menggaransi dan bertanggung jawab penuh terhadap
tanaman dan harus merawat sampai benar2 bisa diterima oleh Direksi.

3) Tanaman keras:
a) Permukaan dan ketinggian pohon harus sesuai dengan yang diharuskan dalam
rencana kontrak sehingga benar-benar sesuai dengan gambar rencan dan sebelum
pekerjaan dimulai harus mengajukan gambar shop drawing terlebih dahulu kepada
direksi pekerjaan
b) Bagi tanaman yang baru dipasang harus disiram dan dirawat sesuai standart
penanaman pohon sehingga subur dan jika ada yang mati harus segera diganti
c) Setelah ditanam maka selama kontrak belum selesai dan dalam masa pemeliharaan,
maka kontraktor masih harus menggaransi dan bertanggung jawab penuh terhadap
tanaman dan harus merawat sampai benar2 bisa diterima oleh Direksi.

4) Material pengisi dalam planter box:


a) Lapisan bawah sendiri pecahan batu bata dan limbah2 bomgkaran teteapi harus ada
pipa drain supaya air tidak berhenti dan bisa mengalir
b) Lapisan diatas pecahan bata adalah koral 2/3 tebal 10 cm
c) Lapisan diatas koral adalah pasir 10 cm
d) Lapisan diatas pasir adalah 25 cm tanah subur
VI-14-3/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

5) Pemeliharaan dan pemupukan :


Sebagai pelaksana pekerjaan kontraktor masih bertanggung-jawab dalam hal
pemeliharaan areal taman dan tanaman selama dalam massa pembangunan dan
sampai masa pemelihaharaan dan serahterima akhir dengan mentraining tenaga
penerus dari owner/direksi , dalam hal ini meliputi pekerjaan :
a) Pembersihan areal taman dari kotoran daun semak dan tumbuhan liar yang bersifat
sebagai gulma
b) Penggemburan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman supaya berkembang
baik
c) Penggantian tanaman yang mati supaya taman tetap terlihat indah
d) Pemupukan pada tanaman untuk merangsang pertumbuhan pohon supaya subur
e) Penyemprotan hama dan perlindungan tanaman dari penyakit
f) Penyiraman dan pemangkasan pohon yang sudah tinggi

6) Persetujuan Bahan:
Sebelum mengadakan pembelian bahan dan pelaksanaan , Kontraktor harus
mengajukan contoh-contoh bahan dan tanaman dan metode pelaksanaan maupun shop
drawing untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
7) Hasil Akhir Yang diharapkan :
a) Pekerjaan Landscape bersih dari semua kotoran-kotoran.
b) Semua komponen Landscape teraplikasi dengan benar sesuai dengan jenis, merk,
dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
c) Finishing akhir warna merata, permukaan sesuai dengan gambar rencana , tidak ada
yang kelihatan layu atau mati.

14.1.3. PERKERASAN JALAN SIRKULASI


A) BAHAN
Yang dimaksud disini adalah perkerasan jalur sirkulasi meliputi ketentuan dalam
kontrak yang terbagi sebagai berikut:
1. Pasangan perkerasan pembentuk jalur hijau
2. Pasangan paving sebagai penutup jalur pejalan kaki dan sirkulalsi keliling dan
seputar bangunan
3. Pasangan lantai beton dilapis batu alam, koral sikat dan paras sebagai jalan masuk
kendaraan dan areal entrance.
4. Pasangan urugan limestone dan pengaspalan termasuk lapisan agregat/biscours A
dan B

1. Perkerasan pembentuk jalur hijau:


a. Menggunakan jenis bahan jadi atau pabrikasi yang berupa kanstin .
b. Menggunakan material pasangan berupa batu bata yang dibentuk sesuai dengan
disain sebagai pembatas
c. Menggunakan bahan perkerasan beton yang dilapis batu alam atau koral sikat
sebagai [embentuk jalan sirkulasi dan entrance

VI-14-4/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

2. Pasangan paving + kanstin sebagai jalur sirkulasi :

a. Menggunakan paving dengan tebal 6 dan 10 cm


b. Kekerasan paving K250 dan K300
c. Lapisan pasir bawah tebal 10 cm
d. Bentuk paving harus seragam dan presisi bermutu bagus
e. Pasangan paving termasuk border dengan topi uskup sebagai pembatas
pinggiran
f. Produks paving setara dengan CONBLOK atau Cisangkan
g. Pemadatan dan permukaan harus rata dengan menggunakan stamper kodok
h. Kanstin yang dipakai berbentu L dengan ketinggian 4 Cm yang diatas tanah dan
tertanam 20 dengan kuncian pasangan sebagai penyangga dan ketebalan
minimal 5 cm
i. Bentuk kanstin mempunyai Gutter sebagai pengalir hujan yang tiap jarak 2 m
mempunyai lubang drainange yang menuju saluran atau reol lingkuan

3. Pasangan lantai beton dilapis batu alam, koral sikat dan paras:

a. Beton pelapis tebal 12 cm dengan wire mesh M-6


b. Penempel batu alam dan koral sikat menggunakan media semen yang telah
dicampur additive atau menggunakan product spesialist setara SIKA atau Fosroc,
atau semen setara MU.
c. Motif batu alam atau koral sikat harus mempunyai warna yang senada dan
selaras dalam satu area dan memakai siar atau nak dari logam berupa kuningan
atau aluminium tebal minimal 5 mm
d.

4. Pasangan urugan limestone dan pengaspalan:

a. Urugan limestone tebal 30 cm dan perataan jika sudah ada


b. Urugan Biscourse b tebal 20 cm
c. Urugan biscourse A 15 cm
d. Atb tebal rata-rata tebal 5 cm

B). PELAKSANAAN
1. Perkerasan pembentuk Landscape:
a. Permukaan bidang harus sesuai dengan petunjuk gambar detail dan spesifikasi
yang ditulis dalam kontrak
b. Bidang harus rata halus dibersihkan dari semua kotoran-kotoran yang melekat,
kemudian dibersihkan dengan kompresor 4 Bar.
c. Setelah bidang siap di diaspal jika mengharuskan pakai pelindung cuaca pada
permukaan bidang rata, semua lapisan dibuat rapi rata dan lurus. Lapis an dalam
kondisi baik dan kering.

2. Persetujuan Bahan:
Sebelum mengadakan pembelian bahan dan pelaksanaan , Kontraktor harus
mengajukan contoh-contoh bahan dan tanaman dan metode pelaksanaan
maupun shop drawing untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

VI-14-5/6
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SINGGAH OPERATOR PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PAPUA DAN PAPUA BARAT
Buku II : Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis
Bab VI - Divisi XIV - LANDSCAPE
.

3. Hasil Akhir Yang diharapkan :


a. Pekerjaan Landscape bersih dari semua kotoran-kotoran.

b. Semua komponen Landscape teraplikasi dengan benar sesuai dengan jenis,


merk, dan petunjuk Direksi Pekerjaan.

c. Finishing akhir warna merata, permukaan sesuai dengan gambar rencana , tidak
ada yang kelihatan layu atau mati.

VI-14-6/6

Anda mungkin juga menyukai