Anda di halaman 1dari 203

6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Suwardi Lubis MPK Pendidikan tidak hanya d… telusuri

29th January 2016 IMPLIKASI PERTUMBUHAN MEDIA


TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA
IMPLIKASI PERTUMBUHAN MEDIA TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA

Oleh Suwardi Lubis

1. Pengaruh Media Massa terhadap Perubahan Budaya

Harrold Innis dan Marshal McLuhan adalah Sarjana modern yang mengkaji hubungan

antara alat komunikasi yang terdapat dimasyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan

membentuk karakter serta bidang sosial mereka, seperti bidang politik dan sosial budaya. McLuhan

yang banyak belajar dari Innis, mengembangkan ide pada periode modern. Ia mulai melihat, bahwa

pengaruh sistem percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan (Rowland, 1994 : 2).

Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-

pindahkan, secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Pada tahun 1500, jutaan buku

dicetak. Dari kenyataan ini, McLuhan menyatakan bahwa media elektronik modern, khususnya

radio, televisi, fotografi dan film dapat membentuk pola pikir masyarakat modern. Ide itu

berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media dan implikasinya dalam

konteks global, media telah membuat sesuatu yang pertama dalam sejarah mungkinya sistem

komunikasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut McLuhan sebagai the

global village (desa global) .

Fenomena percepatan transformasi ide disebut Konetjaraningrat sebagai difusi, ketika

unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat

sekali, bahkan seringkali tanpa kontak antar individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-

alat penyiaran yang bekerja efektif, seperti surat kabar, majalah, radio, buku, film dan televisi

(Koentjaraningrat, 1990: 246-247).

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan, juga ditimbulkan oleh peralihan pekerjaan yang

diakibatkan oleh Revolusi Industri. Di akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, orang-orang

dalam kelompok besar bermigrasi dari pekerjaan sektor pertanian di desa-desa ke pekerja industri

di sejumlah kota. Urbanisasi ini ditumbulkan oleh media massa, karena secara serempak mereka

mendapatkan informasi tentang apa yang akan mereka lakukan pada masa akan datang bagi

kehidupan mereka melalui media massa. Migrasi ini menyebabkan pertemuan antara kelompok-

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 1/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, individu-individu dalam

kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Proses yang dapat

terjadi dari pertemuan budaya ini adalah akulturasi budaya, dan sekaligus proses asimilasi

(Kontjaraningrat, 1990: 247-255)

Saat ini, pertemuan budaya tidak lagi terbatas pada integrasi kelompok masyarakat yang

berbeda, tetapi lebih banyak diakibatkan oleh media massa. Membanjirnya citra-citra simbolis pada

dekade ini, telah menimbulkan perubahan-perubahan radikal pada sintetis-sintetis budaya di

seluruh dunia. Pertemuan budaya dan proses mempelajari budaya disebabkan juga oleh banyaknya

waktu digunakan manusia untuk berinteraksi dengan media massa. Media komunikasi dan

teknologi adalah komponen yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hasil penelitian

menunjukkan, orang dewasa Amerika menghabiskan empat jam sehari untuk menonton televisi,

tiga jam untuk mendengarkan radio, setengah jam untuk membaca surat kabar. Orang-orang

Amerika juga menghabiskan waktu setengah jam setiap hari untuk berbicara lewat telepon, dan dua

jam sehari untuk komputer pribadinya. Belum terhitung waktu yang dihabiskan untuk menonton

film, menonton video di rumah, mendengarkan musik, membaca buku-buku dan majalah, dan

komunikasi tertulis.

Dari sini dapat dilihat, bahwa lebih dari separuh waktu seseorang dalam sehari,

dihabiskan untuk pertukaran informasi. McLuhan dengan mengembangkan ide Innis menghasilkan

kesimpulan, bahwa media massa adalah perpanjangan alat indra manusia. Dengan media massa,

orang dapat memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat, dengan tidak perlu

mengalaminya secara langsung. Dengan media itu pula, manusia dapat mengembangkan pola pikir

dan perilaku mereka.

2. Bentuk-bentuk Perubahan Budaya

Budaya dalam pandangan antropolog, adalah seluruh yang disetujui oleh masyarakat

dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kontribusi pewarisan tingkah laku dalam

masyarakat biasanya dilakukan oleh institusi formal, seperti gereja dan Negara, dan saat ini

dilakukan oleh media (Wilson, 2002: 4). Dikaitkan dengan perkembangan media massa, (Wilson,

2002) membagi tahapan-tahapan perkembangan budaya pada:

1. Tahap Elitis

Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas,

yaitu Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-

orang kaya. Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga

kurang dari 200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 2/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

lainnya yakni budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit,

adalah orang-orang yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik.

2. Tahap Populer

Pada abad ke-19, perbedaan antara budaya elit dan budaya rakyat menjadi kabur dengan

dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri.

Kekuatan ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Keberadaan media massa juga

merangsang Budaya Populer (Staubhaar dan La Rose, 1996: 4). Budaya Populer, didefinisikan

Ray B. Browne sebagai:

“The cultural world around us. Our attitudes, habits and actions; how we act why we act. What we

eat, wear, buildings, roads and means to travel, out entertainment, sport, our politicts, religion,

medical practices, our beliefs and activities and what shapes and control them. It is, in other

words, to us what water is to fish; it is the worlds, we live in”

(Wajah dunia di sekeliling kita. Sikap kita, kebiasaan dan perilaku; bagaimana kita bertindak dan

mengapa kita bertindak. Apa yang kita makan, pakai, bangunan, jalan-jalan dan apa maksud

perjalanan kita, hiburan-hiburan kita, olah raga, politik kita, dan aktivitas-aktivitas, bagaimana

bentuk dan cara mengontrolnya. Dengan kata lain, seperti air dan ikan yang tidak dapat dipisahkan,

seperti dunia yang kita tinggali).

Penggunaan istilah Budaya Populer dilukiskan sebagai segala yang mengelilingi

kehidupan kita setiap hari. Budaya Populer adalah budaya yang dengannya kita berpedoman

terhadap busana, mode, dan seluruh kegiatan yang kita lakukan. Budaya Populer yang juga disebut

dengan Budaya Massa, dimungkinkan oleh kombinasi teknologi industri dan ekonomi, memasuki

produksi massa budaya untuk sejumlah besar audience. Budaya yang dipelihara sejak lama oleh

orang-orang yang terpelajar dan orang-orang elit kaya, menjadi produk budaya massal lewat buku-

buku, surat-surat kabar, majalah-majalah, rekaman-rekaman, CD, bioskop, radio, dan media massa

lainnya. Karena industrialisasi media pada dasarnya terciptanya budaya massa (Staubhaar dan

LaRose, 1996: 54-56).

Paul Willis (1990), menamakan media massa sebagai “media budaya”, karena media

massa mengimplikasikan sebuah sumber “menghasilkan secara massal” pesan-pesan yang

dikirimkan kepada “khalayak massa”. Dalam benak sejumlah kritikus, kondisi ini telah

menciptakan “budayamassa” yang lebih rendah mutunya (Paul Willis dalam James Lull, 1998:

194). Kekuatan media massa yang besar dalam melakukan transformasi pesan-pesan ini, sehingga

tidak berlebihan bila McLuhan menyebut “the medium is massage” (media adalah pesan)

(McLuhan dalam Rowland Lorimer, 1994: 4).

3. Tahap Spesialisasi

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 3/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad XX ditandai dengan banyaknya terobosan

media massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Tahap ini digambarkan futurolog Alvin

Toffler sebagai ”demassifikasi media massa”. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi

sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri.

Kondisi ini dimungkinkan dengan banyaknya pilihan masyarakat terhadap media, serta untuk

televisi misalnya, orang dapat memilih program yang disenangi hanya dengan

menekan remote kontrol.

Bentuk lain dari perubahan budaya yang diakibatkan oleh media massa adalah bahwa

media massa menciptakan imperialisme budaya dan kekuasaan budaya (Staubhaar, 1996: 138-139).

Hal ini dimungkinkan karena media massa dewasa ini mudah menerobos batas-batas nasional dan

budaya. Peran media massa dalam perubahan budaya, selanjutnya dikemukakan oleh Lull (1998:

186-192), sebagai peran transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi.

Transkulturasi, mengacu pada sebuah proses ketika bentuk-bentuk budaya secara

harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling

mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru. Proses transkulturasi dihasilkan oleh

proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi

kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh media massa dan industri kebudayaan.

Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya yang esensial, yakni ruang dan

waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu bagian

dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis budaya baru.

Sementara, transkulturasi menghasilkan hibrida budaya, yakni penyatuan (fusi) bentuk-

bentuk budaya. Bentuk-bentuk dan genre-genre hibrida menurut definisi dapat dikatakan Budaya Pop

(Lull, 1998: 187).

Pribumisasi,merupakan bagian dari hibridasi. Pribumisasi berarti bahwa bentuk-bentuk

budaya impor menerima unsur-unsur lokal yang menonjol. Ini dapat terlihat misalnya pada jenis musik

tertentu yang masuk ke Indonesia dan tampil sebagai musik jenis baru. Misalnya musik rap, yang

liirknya sudah mengacu pada kepribadian, kondisi dan situasi lokal Indonesia.

Bahan Bacaan :

1. Lull, James. 1998. Media, Communication and Culture: A Global Approach. Diterjemahkan

oleh Setiawan Abadi : ’Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global’. Cetakan

I; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 4/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2. Staubhaar, Joseph dan Robert LaRose. 1996. Communications, Media in Society. Belmont,

Wadworth Publishing Company.

3. Wilson, Stan Le Roy. 1993. Mass Media/Mass Culture. New York Time Company.

4. Tan, Melly G. 1997. Masalah Perencanaan Penelitian. Dalam Koentjaraningrat ‘Metode-Metode

Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga, Cet. XIV; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

2 Lihat komentar

EFEK MEDIA MASSA TERHADAP


29th January 2016
BUDAYA
EFEK MEDIA MASSA TERHADAP BUDAYA
OLEH SUWARDI LUBIS

Media merupakan hasil perkembangan ilmu dan teknologi, sebagai bentuk penguasaan
manusia terhadap sunnatullah yang menguasai alam. Eksistensinya dalam kehidupan manusia
memiliki implikasi sosial, yang juga berkaitan dengan sunnatullah yang menguasai kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial. Justru itu hukum-hukum Tuhan yang berkaitan dengan media dan terutama
media massa, harus dipahami dan dikuasai, agar kehadiran media massa bermanfaat bagi manusia
dalam menopang agama, kebudayaan, dan peradabannya. Justru itu media sangat penting dan memiliki
urgensi bagi kehidupan, terutama media massa yang dapat menjangkau khalayak yang banyak (massa)
dengan cepat.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

Kehadiran media massa tentunya memiliki warna tersendiri bagi kehidupan kita, juga
menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
Di Amerika orang melihat kecintaan anak-anak pada televisi, yang ternyata lebih sering menyertai
mereka dari pada orang tua mereka. Televisi juga terbukti lebih dipercaya daripada keduanya. Itu di
Amerika. Di Indonesia, penelitian penulis kepada tokoh-tokoh politik membuktikan buku sebagai
media terpercaya, disusul radio, dan surat kabar, dan yang paling tidak dapat dipercaya adalah televisi.
Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan
pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat
berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan apapun yang disiarkannya.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

Adapun beberapa pembahasan dalam makalah yang berjudul efek media massa bagi budaya
antara lain: Pengertian efek dan pengertian media massa, kemudian sejarah perkembangan media
massa, jenis-jenis dan fungsi media, serta efek media massa terhadap budaya.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 5/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1. Pengertian Efek dan Media Massa

Efek menurut bahasa berarti akibat, pengaruh. Sedangkan media massa menurut bahasa
berarti alat (sarana) komunikasi masyarakat seperti koran, majalah, televisi, radio, film, poster,
spanduk.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym] Media
massa sangat berhubungan dengan komunikasi massa, karena salah satu keistimewaan dari komunikasi
massa adalah pemanfaatan saluran atau media massa semaksimal mungkin. Adapun beberapa
pengertian komunikasi massa adalah :

1. Komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasikan atau membagi
pesan/informasi dari sebuah sumber kepada sasaran penerima.

2. Komunikasi massa merupakan komunikasi satu arah yang merupakan kebalikan dari komunikasi
tatap muka antarpribadi yang dua arah.

3. Komunikasi massa adalah suatu rangkaian aktivitas atau proses yang dimotori oleh komunikator
yang secara profesional menggunakan teknologi pembagi untuk menyebarluaskan pesan-pesan
melintasi jarak/ruang untuk mempengaruhi audiens yang luas.

Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk
menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek-efek tertentu.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas,
seksi media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas
(yang dimaksudkan dengan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara).
Pengertian media massa ini makin luas penggunaannya sehubungan dengan lahirnya percetakan oleh
Guttenberg di abad pertengahan dan disusul oleh penemuan radio yang melintasi lautan Atlantik pada
1920, dan terakhir dengan perkembangan jaringan radio, televisi, meluasnya sirkulasi surat kabar dan
majalah serta internet yang berhubungan dengan massa.

Kini dengan kemajuan teknologi komunikasi, semakin banyak orang yang menggantungkan
hidup pada media sehingga teknologi media sangat mempengaruhi audiens, misalnya dalam teori
technological determinism yang diperkenalkan oleh Marshall McLuhan (1911-1980). Kata teori ini,
keyakinan bahwa pengembangan teknologi sangat menentukan perubahasan sosial dan kultural, karena
teori ini menerpa kita dari segala penjuru. Media seolah mendorong rasio dan perasaan kita untuk
bagaimana mengalami dunia.

Marshall McLuhan menbagi dua jenis media sebagaimana dijelaskan dalam bukunya
Understanding Media yang mengemukakan bahwa kita dapat membagi media berdasarkan tingkat
pengaruhnya kepada audiens, dan tingkat partisipasi audiens terhadap media. Adapun dua tipe media
yaitu :

1. Hot media : adalah media yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap manusia melalui
persepsi sensorisnya,bahkan hanya menggunakan satu sensoris atau sensoris tunggal saja seperti
melalui cahaya/mata dan suara/telinga. Contohnya fotografi, radio, dan film movie.

Cool media : adalah jenis media yang selalu melibatkan lebih sedikit stimulus. Karena
audiens mengakses media ini, maka mereka harus berusaha lebih aktif untuk berpartisipasi misalnya
dengan memanfaatkan semua sensoris secara serentak agar dapat memahami semua informasi yang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 6/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

mereka terima. Contohnya televisi, forum seminar, film kartun, dan telepon.5
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

2. Sejarah Perkembangan Media

Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media yakni: Pertama,
era masyarakat tribal the tribal age. Di era ini, komunikasi manusia dimediasi melalui komunikasi
lisan oral communication karena masyarakat umumnya terikat dengan budaya lisan oral culture
sehingga yang berperan disini ialah storytelling yang mengandalkan keterlibatan pemikiran intuitif dan
historis. Ada empat karakteristik komunikasi lisan, yaitu :

1. Mengandalkan emosi di saat komunikasi lisan, terutama pada waktu mendengarkan sense of
hearing, diiringi rangkulan tangan serta kecupan di kening atau hidung, dan selalu berusaha
menciptakan suasana batin yang aman.

2. Komunikasi antarpersonal sangat mengutamakan keterlibatan encouranges high involvement,


misalnya menyatakan sikap simpati dan empati kepada sesama.

3. Memotivasi pendengar bahwa apa yang diceritakan itu penting importance of stories.

4. Komunikasi selalu memperhatikan interaksi personal.

Kedua, era masyarakat tulis the age of literacy. Di era ini, komunikasi manusia dimediasi
oleh tulisan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip bangunan logika. Ada empat karakteristik
dasar dari era masyarakat tulis, yakni:6 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

1. Sangat didominasi oleh komunikasi visual.

2. Mendorong permenungan pribadi ketimbang melibatkan kelompok.

3. Memperkenalkan logika.

4. Matematika, sains, dan filsafat.

Ketiga, era percetakan the print age. Di era ini, komunikasi antarmanusia menekankan pada
cetakan visual yang berpusat pada galaksi Guttenberg, di sini peranan mata sangat dominan, status
sains diperhitungkan, serta munculnya sikap individual.

Keempat, era elektronika the electronic age, yang menekankan pada image visual. Era ini
diawali dengan terbentuknya kesadaran dan pengalaman hidup dengan prinsip global village. Pada era
ini, televisi merupakan media yang sangat dominan karena melibatkan semua sensori manusia
(persepsi, sikap, stereotip, pikiran, perasaan, emosi, tindakan). Setelah revolusi telekomunikasi
bertumbuh pesat yang mendorong dan mengubah peran teknologi media, maka studi komunikasi
manusia juga mengalami revolusi yang sangat cepat, dan peranan media dianggap penting untuk
dimasukkan dalam model proses komunikasi manusia. Peranan media, dengan dukungan teknologi
telekomunikasi, ternyata sangat membantu, memudahkan, mempercepat, memperluas peluang bagi
sumber yang mengirimkan dan bertukar informasi kepada audiens.

3. Jenis-Jenis dan Fungsi Media Massa

Orang-orang yang hidup dalam suatu masyarakat kadang kala melupakan bahwa banyak
pelajaran yang mereka peroleh lewat media. Tatkala surat kabar mulai dikenal, media ini berperan
sebagai sumber berita utama bagi peristiwa-peristiwa dunia. Seluruh generasi manusia membentuk

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 7/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pendapat mereka tentang masalah-masalah dunia sebagai hasil dari apa yang mereka pelajari selain
melalui surat kabar, film, televisi, dan majalah-majalah. Mengingat media mampu memberikan
informasi secara efektif.7 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym] Untuk itu adapun jenis-jenis media massa dan
fungsinya antara lain :

1. Jenis-jenis media massa

1. Media Cetak

Media Cetak adalah media yang terdiri dari lembaran kertas yang tertulis dengan sejumlah kata,
kalimat, gambar, dan wacana yang ditata rapi serta berisikan berbagai macam informasi-informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan, tips, lapangan pekerjaan, bisnis, aspirasi, opini, promosi dan
juga mengenai kejadian di dalam dan luar negara. Contoh: a. Surat kabar, majalah, dan buku teks.

2. Media Elektronik

Media Elektronik adalah sarana komunikasi yang mempergunakan peralatan elektronik sebagai
perantara dalam penyampaian informasi. Contoh: Televisi, radio, handphone, internet, dan laptop.

3. Media Online

Media Online adalah sarana komunikasi yang mempergunakan jaringan antar computer yang
saling berkaitan. Contoh: Email, world wide web, facebook.

2. Fungsi media massa

Adapun beberapa fungsi media massa adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana informasi.


Dengan adanya media kita dapat mengetahui kejadian yang terjadi disekitar kita. Dengan
adanya media sebagai sumber informasi, maka kita akan mengetahui apa-apa saja masalah yang terjadi
saat ini.
2. Sebagai sarana pendidikan
Media massa juga dapat memberikan informasi yang membantu kita untuk dapat pengetahuan
yang lebih baik. Misalnya dengan adanya media majalah, buku, internet semua media itu dapat
digunakan sebagai salah satu sumber informasi yang kita dapatkan dalam mendapatkan pendidikan.
3. Sebagai sarana hiburan
Dengan banyak membaca/melihat informasi dari media massa, terutama dalam beberapa jenis
tayangan tertentu (infotainment, hiburan), kita bisa menjadi rileks dan merasa terhibur.
4. Sebagai sarana sosialisasi
Media juga dapat digunakan untuk menyebarkan ide, kebijakan dan aturan-aturan baru yang ada di
masyarakat. Dengan mengkonsumsi informasi media massa secara tidak langsung, kita juga terlibat
dalam kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam masyarakat.8 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote8sym]

4. Efek Media Massa Terhadap Budaya

Globalisasi budaya meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi dengan berkurangnya
keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Globalisasi juga merubah cara pandang sekolompok
manusia maupun individu tentang pola berperilaku, pola berpakaian, pola kerja, dan lain lain. Hal ini
karena masuknya pengaruh dari luar Indonesia. Sehingga saat ini, mayoritas penduduk Indonesia mulai
ikut-ikutan trend asing. Salah satunya cara berbusana, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya
berbusana di Indonesia sudah mengikuti trend barat. Seperti yang kita ketahui bahwa dahulu Indonesia
sangat sopan dalam berbusana, akan tetapi pada saat ini sudah banyak pria maupun wanita

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 8/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

menggunakan pakaian ketat, celana di atas lutut, baju di atas pusar. Hal tersebut menegaskan bahwa
kebudayaan di Indonesia telah terglobalisasi oleh pengaruh luar.
Kontak tidak langsung dapat terjadi melalui alat-alat elektronik atau alat komunikasi massa,
seperti televisi, radio, internet, film, majalah, dan surat kabar. Akan tetapi, pengaruh dari kontak ini
terhadap perubahan sosial-budaya belum sepenuhnya benar. Misalnya, perubahan pola hidup akibat
pengaruh televisi. Jika sebab-sebab perubahan sosial bersumber pada masyarakat lain, hal ini terjadi
karena kebudayaan dari masyarakat lain tersebut telah memberikan pengaruhnya.
Hubungan yang dilakukan antara dua masyarakat yang berbeda memiliki kecenderungan
menimbulkan pengaruh timbal balik. Jika hubungan tersebut dilakukan melalui saluran alat-alat
komunikasi, ada kemungkinan pengaruh tersebut hanya datang dari satu pihak saja, yaitu dari
masyarakat pengguna alat-alat komunikasi yang bersangkutan. Jika pengaruh dari masyarakat tersebut
diterima dan tidak melalui cara-cara paksaan, hasilnya dinamakan demonstration effect. Proses
pengadaptasian suatu kebudayaan baru cenderung lebih kuat dan lebih cepat sehingga budaya
tradisional setiap masyarakat mulai ditinggalkan tidak menutup kemungkinan akan dilupakan.
Berikut merupakan proses-proses perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat.9 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]

1) Akulturasi

Akulturasi adalah pertemuan unsur-unsur dari berbagai kebudayaan yang berbeda yang
diikuti dengan pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.

Biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma
masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah
menjadi tidak dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada
orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.

Budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada
orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya
Barat.

Akulturasi dapat terwujud melalu kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara
lain sebagai berikut:

a) Kontak sosial dapat terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan
antarindividu dalam dua masyarakat. Kehadiran teknologi misalnya, tentu berbeda dengan kehadiran
seorang ulama dan kehadiran seorang psikolog dengan kehadiran seorang ahli ekonomi.

b) Kontak budaya dapat terjadi dalam suasana bersahabat atau suasana bermusuhan.

c) Kontak budaya dapat terjadi antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya,
baik dalam segi ekonomi, bahasa, teknologi, kemasyarakatan, agama, kesenian maupun ilmu
pengetahuan.

d) Kontak budaya dapat terjadi antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.

e) Kontak budaya dapat terjadi dalam tiga wujud budaya, baik sIstem budaya, sIstem sosial, maupun unsur-
unsur budaya fisik.

Hasil proses akulturasi budaya lebih didasarkan pada kekuatan setiap budaya. Semakin kuat
suatu budaya maka semakin cepat memengaruhi budaya lainnya.10

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 9/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]

2) Asimilasi

Asimilasi adalah suatu proses penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh
suatu masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Proses asimilasi dapat berjalan
cepat maupun lambat, tergantung pada berbagai faktor berikut:

a) Toleransi

Toleransi adalah suatu sikap menghargai, membiarkan dan memberikan hak berkembang
suatu pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Jika sikap toleran tinggi,
maka akan memmungkinkan proses asimilasi berjalan lancar tanpa hambatan. Sifat toleransi juga dapat
mempercepat berkembangnya proses globalisasi budaya di Indonesia.

b) Ekonomi

Kedudukan ekonomi dalam suatu sistem sosial dapat memengaruhi jalannya asimilasi.
Sebagai contoh, jika dalam suatu masyarakat terdapat kelompok ekonomi yang bermaksud menguasai
kehidupan ekonomi kelompok lain, asimilasi akan sulit dijalankan. Hal yang sama juga terjadi jika
dalam suatu kelompok masyarakat terjadi diskriminasi.

c) Simpati

Simpati adalah keterlibatan perasaan dari satu kelompok sosial budaya kepada kelompok
budaya lainnya, didalamnya terkandung aspek kepedulian atau keikutsertaan merasakan perasaan
kelompok masyarakat lain, yaitu perasaan senang, sedih, bangga, bahagia, maupun haru. Sifat simpati
ini dapat mempercepat proses globalisasi budaya, karena seseorang secara sukarela akan merasakan
perasaan suatu perasaan seseorang lainnya dalam kondisi tertentu.

3) Sikap Meniru

a) Meniru perilaku yang buruk

Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda.
Misalnya, perkelahian antarpelajar dan adegan-adegan kekerasan lainnya serta pelajar yang
terintimidasi atau sering ejek dan diganggu dalam sekolah, sifat tawuran dan saling mengejek Antara
sesama pelajar di Indonesia sudah sering terjadi belakangan ini, padahal kalau kita lihat pada masa-
masa lalu tidak ada yang namanya tawuran maupun saling mengejek Antara pelajar di Indonesia.

b) Meniru Idola

Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh seperti aktris/aktor atau penyanyi, pasti ingin sama
persis menjadi seperti idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Cara berpakaian para
aktris/aktor atau penyanyi dari barat (luar Indonesia) sangat bertentangan dengan cara berpakaian di
Indonesia bahkan ada yang bahkan dianggap tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan “gila”. Tapi
semua itu seolah tak berarti dan tak diindahkan oleh kaum muda di Indonesia, dan tetap diikuti.11
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11sym]

c) Cara Berpakaian

Barat yang identik dengan liberalism dengan kata lain penuh kebebasan dalam berpakaian,
sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena tren pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka
style/cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy
dengan rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah. Padahal berpakaian seperti itu di Indonesia sangat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 10/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

bertentangan dengan budaya dan adat, apa lagi kalau di masukkan dalam peraturan agama islam yang
mengharuskan kita berpakaian sopan dan menutup semua aurat kita, jadi ini sangat bertentangan
dengan gaya berpakaian orang Indonesia.

4) Sekularisme

Sekularisme adalah suatu sistem etika yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan
terlepas dari agama-wahyu atau supranaturalisme. Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa
sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama [http://id.wikipedia.org/wiki/Agama]
atau kepercayaan [http://id.wikipedia.org/wiki/Kepercayaan] . Dalam kajian keagamaan, masyarakat
dunia barat pada umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_beragama] yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau
sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu
saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-
negara ini.

Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi
bidang sosial budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan
IPTEK”. Kemajuan IPTEK ini tidak dapat kita pungkiri lagi kehadirannya, bahkan sudah merupakan
“nyawa kedua” bagi sebagian besar orang Indonesia. Kemajuan IPTEK adalah dampak positif dari
globalisasi dalam bidang Teknologi, namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial
Budaya yang diantaranya melahirkan gaya hidup yang:12 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote12sym]

a. Individualistis

Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun
mengobrol. Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan
kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah akar dari individualistis
yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat merusak karena
menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.
Individualistis juga merusak budaya bergotong-royong di Indonesia.

b. Pragmatisme

Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri
sendiri. Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi semakin
majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai gotong royong dan tolong-menolong dalam hal-hal
kebaikan.Individu lebih mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan dirinya saja. Dalam hal ini,
tentu seseorang akan menolong seseorang lainnya jika ada maunya atau diberi upah yang besar.

c. Materialisme

Materialsme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan
merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. Materialisme adalah kecenderungan untuk lebih
peduli dengan materi dari pada rohani atau tujuan dan nilai intelektual.

Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 11/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda
berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.

d. Hedonisme dan Konsumerisme

Hedonisme adalah pandangan hidup atau pola hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,
bersenang-senang, pesta pora, dan berpoya-poya merupakan tujuan utama hidup, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Konsumerisme merupakan paham dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi
secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.13
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13sym]

Efek menurut bahasa berarti akibat, pengaruh. Sedangkan media massa menurut bahasa
berarti alat (sarana) komunikasi masyarakat seperti koran, majalah, televisi, radio, film, poster,
spanduk. Media massa sangat berhubungan dengan komunikasi massa, karena salah satu keistimewaan
dari komunikasi massa adalah pemanfaatan saluran atau media massa semaksimal mungkin. Adapun
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 12/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

salah satu pengertian komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasikan atau
membagi pesan/informasi dari sebuah sumber kepada sasaran penerima.

Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media yakni: Pertama,
era masyarakat tribal the tribal age. Kedua, era masyarakat tulis the age of literacy. Ketiga, era
percetakan the print age. Keempat, era elektronika the electronic age, yang menekankan pada image
visual.

Jenis-Jenis dan Fungsi Media Massa dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: Media
Cetak, Media Elektronik, Media Online. Sedangkan beberapa fungsinya adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai sarana informasi, 2. Sebagai sarana pendidikan, 3. Sebagai sarana hiburan, 4. Sebagai
sarana sosialisasi.

Efek media massa terhadap budaya ditandai Globalisasi budaya meningkatkan kontak lintas
budaya namun diiringi dengan berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Globalisasi
juga merubah cara pandang sekolompok manusia maupun individu tentang pola berperilaku, pola
berpakaian, pola kerja, dan lain lain. Hal ini karena masuknya pengaruh dari luar Indonesia, Berikut
merupakan proses-proses perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
yaitu : Akulturasi, asimilasi, sikap meniru, dan sekularisme.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Anwar. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011.

Alwi Hasan dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2001.

Depari Eduard, Colin MacAndrews. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1995.

Liliweri Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana, 2011.

Rakhmat Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999.

http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html [http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-
dan-media-massa.html] , diakses tanggal 04-10-2015,
pukul: 11.30

http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html
[http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html] , diakses

tanggal 5-10-2015, pukul: 13.55


http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 13/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 14/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Anwar
Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h. 88

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 15/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 222

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 16/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Hasan
Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), h. 726

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 17/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Alo
Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 874

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 18/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Alo
Liliweri,….h. 875

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 19/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Alo
Liliweri,…h. 872

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 20/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc] Eduard
Depari, Colin MacAndrews, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press, 1995), h. 52

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 21/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc]
http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html
[http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html] , diakses tanggal 04-10-
2015, pukul: 11.30

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 22/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html [http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-
globalisasi-terhadap-budaya-di.html] , diakses tanggal 5-10-2015, pukul: 13.55

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 23/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

10 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 24/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

11 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 25/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

12 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote12anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 26/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

13 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

1 Lihat komentar

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF


29th January 2016
MEDIA SOSIAL FACEBOOK
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
MEDIA SOSIAL FACEBOOK
Oleh Suwardi Lubis

[https://www.blogger.com/null] Dunia facebook sekarang ini banyak dibincangkan


dalam masyarakat umum. Terutama dikalangan remaja. Tetapi tidak menutut kemungkinan kalau
anak SD pun juga mengenal cara berkomunikasi lewat dunia maya ini. Pada umumnya facebook
(yang lebih dikenal dengan FB) tersebut mampu menghipnotis ribuan remaja yang di dunia ini,
dengan waktu singkat facebook sudah mampu menarik minat masyarakat untuk mencobanya. Tak
segan-segan para ibu-ibu (orang tua) pun ikut terhipnotis dalam pengaploadtan dunia maya
tersebut. Padahal banyak dampak positif dan negative yang dapat kita temukan dalam melakukan
atau berhubungan di dunia maya dengan jejaring internet yang di kenal dengan facebook (FB)
tersebut.
Kita dapat lihat dari pengaruh dampak positif dan negative facebook dalam pendidikan
terhadap perkembangan tingkah laku remaja saat ini. Banyak remaja yang terjerumus dalam
jejering social tersebut.
Pada umumnya remaja hanya ingin mencari teman dan sekedar mengapload status saja.
Tetapi disini tidak sedikit pada remaja menyalah gunakan facebook dalam memenuhi
kepentingan mereka baik pribadi maupun umum. Contohnya, seorang wanita dimana dia sangat
mencintai seorang lelaki, tetapi lelaki itu menyukai teman si wanita itu sendiri, karena emosi
yang dipengaruhi juga oleh rasa dendam sehingga si wanita ini meneror si wanita yang disenangi
oleh lelaki itu lewat jejaring sosial facebook tersebut. Sehingga karena merasa takut, si wanita ini
melaporkannya ke kantor pilisi atas dasar pencemaran nama baik. Disinilah dampak negative dari
jejaring sosial facebook tersebut.
Anak-anak remaja juga demikian. Mereka sering larut dalam facebook, sampai
melupakan kegiatan mereka sebagai seorang pelajar. Bukan hanya ini saja dmpak negatifnya,
masih banyak dampak-dampak negative lainnya. Dimana dapat merugikan banyak orang terutapa
dalam dunia pendidikan. Sebab pendidikan yang selama ini ka dapatkan yang seharusnya juga
dapat mendidik moral dan juga dapat menumbuhkembangkan norma dalam diri kita, akan
menjadi sia-sia. Hanya karena pengaruh jejaring sosial facebook. Jika kita dapat berfikir secara
formal, jejaring sosial facebook (FB) ini dapat memotifasi diri kita sendiri agar lebih baik dan
tanpa merugikan pendidikan yang telah kita dapatkan, jika kita mampu memanfaatkan dunia
jejaring tersebut dengan arif yang berdasarkan atas norma-norma yang ada. Sehingga tidak aka
nada lagi orang yang dirugikan oleh jejaring sosial ini dan justru akan berdampak positif bagi
kita.

1. Pengertian Media Facebook

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 27/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Media adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan komunikasi dari seorang
komunikator kepada komunikan. Media ini sangat berpengaruh dalam membentuk efek dari
pesan komunikasi yang disampaikan. Facebook adalah website jaringan sosial dimana para
pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk
melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-
teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat
tentang dirinya Selanjutnya Facebook dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat
atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan dengan alamat
email apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan
satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau
wilaya.
Media sosial Facebook adalah alat atau saluran dalam jejaring sosial ang pergunakan
untuk menyampaikan pesan komunikasi kepada para pengguna Facebook lainnya. Media
Facebook berkaitan erat dengan jaringan internet (internasional networking) dan pengguna
Facebook berasal dari berbagai negara di belahan dunia.

2. Sejarah Singkat Facebook

Nama layanan ini berasal dari nama buku [http://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Facebook_%28direktori%29&action=edit&redlink=1] yang diberikan kepada mahasiswa pada
tahun akademik pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas di Amerika Serikat dengan
tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang

berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini.[


[http://id.wikipedia.org/wiki/Facebook#cite_note-15] diluncurkan pertama kali pada tanggal 4
Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa
Harvard Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa Harvard
telah mendaftar dan memiliki account di Facebook [http://facebook.com/] . Tak hanya itu,
Beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan dalam
jaringan Facebook [http://facebook.com/] . Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua
temannya untuk membantu mengembangkan Facebook [http://facebook.com/] dan memenuhi
permintaan kampus-kampus lain.

3. Dampak Positif Facebook

Facebook (FB) merupakan jejaring sosial yang juga dimanfaatkan untuk mengapload
status, dan juga merupakan alat berkomunikasi modern. Facebook (FB) ini telah banyak menarik
minat kaum masyarakat pada umumnya. Facebook juga telah menghipnotis ribuan bahkan jutaan
remaja di dunia ini termasuk anak-anak pun kini telah mengenal facebook tersebut. Facebook ini
pertama kali berada di Negara Amerika yang kemudian masuk ke Negara Indonesia. Facebook
ini pun Facebook dapat memudahkan kita mengetahui kejadian-kejadian yang belum tersiar
dalam media cetak maupun media elektronik. Dan secara rincinya adalah:

1. Melalui facebook kita dapat berinteraksi secara cepat.


2. Kita dapat mengetahui wajah lawan kita berinteraksi.
3. Dalam facebook kita juga dapat dengan mudah mengapload masalah-masalah tentang pendidikan
sehingga dapat membantu dan memotifasi diri kita menjadi semangat dalam belajar.
4. Mampu merubah pola tingkah laku yang biasa menjadi tidak biasa. Dalam kita berhubungan
dengan facebook kita akan tahu dampak positif dan negative dari facebook dalam pendidikan
terhadap pengembangan tingkah laku remaja.

Facebook berdampak positif dalam pendidikan yang akan mempengaruhi tingkah laku para
remaja, salah satunya adalah:

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 28/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1. Dampak Positif Untuk Remaja


1. Media untuk mengasah bagi pelajar, baik membuat puisi dan artikel.
2. Memperkaya perbandingan dengan bahan pembelajaran.
2. Dampak Positif Facebook Untuk Umum

Facebook membuat kita dapat menemukan teman-teman lama, ataupun memperluas


pertemanan kita sampai ke negara-negara luar. Facebook pun dapat menjadi salah satu sarana
yang efektif sebagai situs untuk menawarkan barang. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali
toko online yang menawarkan barang dagangannya melalui facebook. Tentunya ini
menguntungkan bagi keduabelah pihak. Baik pembeli maupun penjual.
“Facebook dapat menghibur saya dan mengurangi kebosanan tentunya, ketika saya
bosan, saya cukup mengupdata status, lalu turut mengomentari status saya ataupun teman saya,
meskipun terdengar simple, tapi itu sangat menghibur. Saya pun juga dapat bermain game di
facebook yang menurut saya sangat menyenangkan.” Begitu penuturan salah seorang pengguna
facebook.

4. Dampak Negative Facebook


Facebook tidak akan selalu berdampak pisitif. Kadang kala ada dampak negative yang
sangat perpengaruh pada dunia pendidikan yang kemudian akan mempengaruhi pengembangan
tingkah laku para remaja, diantaranya:

1. Dapat merusak mental para remaja dalam melakukan suatu tindakan.


2. Melalui facebook tindak kejahatan dan pelecehan terhadap remaja kerap terjadi.
3. Para remaja khususnya para pelajar, seringkali melupakan kegiatannya bebagai seorang pelajar,
karena terhipnotis oleh facebook.

1. Pengaruh Buruk Facebook Untuk Remaja


1. Menghambur-hamburkan Uang Pengaruh buruk facebook bagi remaja yang pertama ialah
menghambur-hamburkan uang atau pemborosan. Mengapa? Karena, untuk membuka facebook,
diperlukan akses internet yang tentu saja memakan biaya. Meski kelihatannya tidak terlalu mahal,
namun bila diakumulasikan akan mempengaruhi keuangan para remaja. Padahal, sebagian remaja
di Indonesia masih mengandalkan kucuran dana dari orang tua mereka.
2. Tidak Peduli Dengan SekitarPengaruh buruk facebook yang kedua ialah ketidakpedulian remaja
tersebut pada kondisi sekitarnya. Hal ini dikarenakan remaja yang suka bermain facebook lama-
lama akan kecanduan. Remaja yang sudah kecanduan facebook terlalu asyik dengan dunianya
sendiri sehingga tidak peduli lagi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
3. Berkurangnya Waktu Belajar Pengaruh facebook yang paling buruk bagi pelajar tentu saja
berkurangnya waktu belajar. Padahal, belajar merupakan kewajiban utama seorang pelajar.
Bahkan, tak sedikit pelajar yang asyik bermain facebook saat jam pelajaran masih berlangsung.
4. Kurangnya Sosialisasi Dengan Lingkungan Pengaruh buruk facebook bagi pelajar yang
berikutnya ialah berkurangnya sosialisasi dengan lingkungan. Hal ini sangat mengkhawatirkan
bagi perkembangan kehidupan sosial para remaja itu sendiri. Mereka yang seharusnya belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, justru lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia
maya bersama teman-teman facebooknya
5. Mengganggu Kesehatan Pengaruh buruk facebook bagi remaja yang kelima ialah mengganggu
kesehatan. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak nongkrong di depan monitor tanpa
melakukan kegiatan apapun dan tidak pernah berolah raga akan beresiko untuk kesehatan remaja
yang seharusnya aktif berolah raga. Penyakit akan mudah menyerang. Obesitas, gangguan
lambung, dan penyakit mata merupakan gangguan kesehatan yang paling mungkin terjadi.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 29/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6. Tersebarnya Data Pribadi Mayoritas pengguna facebook memberikan data-data mengenai diri
mereka dengan sangat detail pada info facebook. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang yang baru
mengenal internet. Mereka tidak tahu resikonya menyebarkan data pribadi di internet.
7. Awas Penipuan Pengaruh buruk facebook yang berikutnya ialah ancaman penipuan. Bagi penipu
yang sering mengatasnamakan dirinya sebagai penjual barang, remaja-remaja yang belum
mengerti dunia maya adalah sasaran empuk untuk mereka mangsa.
8. Maraknya Konten-Konten Berbau Sex Dan Pornografi Pengaruh buruk facebook yang berikutnya
ialah maraknya konten-konten berbau sex dan pornografi. Bukan menjadi masalah yang sulit bagi
para facebooker untuk menemukan konten-konten berlendir di internet khususnya jejaring sosial
facebook. Hal ini tentu membawa dampak buruk bagi perkembangan psikis dan mental remaja
yang masih tergolong labil.

2. Dampak Negative Facebook Untuk Kehidupan


Kita memang banyak dan tidak dapat di duga, tetapi tidak kita pungkiri, facebook juga
dapat berdampak negatif bila kita tidak menggunakannya dengan bijak. Kabar terdengar dari
seorang gadis di Indonesia yang kabur dari kediamannya bersama dengan seorang pria yang di
kenalnya lewat situs jejaring sosial facebook. Bahkan sang gadis ini pun telah mengaku kepada
kedua orang tuanya bahwa ia telah menginap bersama di hotel dengan pria yang baru di kenalnya
itu. Itu hanya sedikit gambaran mengenai dampak negatif yang disebabkan oleh kepopuleran
facebook.
Masih banyak sekali dampak-dampak negatif yang terjadi apabila kita tidak
menggunakan facebook dengan bijak. Misalnya saja, facebook membuat kita menjadi berlama-
lama di depan komputer hanya untuk sekedar mengupdata status ataupun mengupload foto.
Facebook dapat mengakibatkan kecanduan bila kita tidak memanfaatkannya dengan benar.
Intinya, segala sesuatu pasti dapat memberikan dampak yang positf maupun negatif. Tergantung
bagaimana kita menggunakannya. Jika kita menggunakannya dengan benar, maka kita akan
mendapatkan

5. Cara Mengatasi Dampak Negative Facebook

1. Jangan gunakan indentitas asli saat mendaftar maupun sedang ber-Facebook-an.


2. Waspada atau hati-hati kepada orang yang belum kita kenal.
3. Ajak teman pada saat ingin berjumpa dan hidarkan apa bila di ajak ke tempat yang sepi.
4. Gunakan Facebook yang lebih berguna dan bermanfaat saja.
5. Hindari Facebook-an yang mengarah dari perbuatan negatif.
6. Orang tua harus megawasi anaknya setiap saat kalau perlu diperketat pengawasanya. Semoga
dengan beberapa cara ini kita sebagai orang tua dapat mengantisipasi sedini mungkin agar kaum
remaja yang menjadi tumpuan bangsa ini tidak terjebak asesuatu yang tidak kita inginkan.

6. Kesimpulan

Beradasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa media Facebook adalah salah
satu alat/ saluran dalam komunikasi yang digunankan dalam jejaring sosial, berbagai manfaat
yang ditawarkan oleh Facebook adalah Facebook membuat kita dapat menemukan teman-teman
lama, ataupun memperluas pertemanan kita sampai ke negara-negara luar. Facebook pun dapat
menjadi salah satu sarana yang efektif sebagai situs untuk menawarkan barang. Seperti yang kita
ketahui, banyak sekali toko online yang menawarkan barang dagangannya melalui facebook.
Tentunya ini menguntungkan bagi keduabelah pihak. Baik pembeli maupun penjual.
Selain dari dampak positif yang diberikan Facebook tentu sudah pasti ada dampak
negatifnya juga dan diantara dampak negatifnya adalah banyaknya kalangan remaja enghabiskan
uang, waktu untuk memainkan Facebook, meningginya akses kejahatan yang terjadi di

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 30/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

masyarakat baik dalam kegiatan sex dan pencurian. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut
perlu diperhatiakan hal berikut: jangan menggunakan identitas asli ketika mendaftarkan di
Facebook, hindari berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal, dan gunakan Facebook
seperlunya saja.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 31/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. 1994.

Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. Computer-Based Instruction: Development. Englewood Cliffs:
Prenctice-Hall, Inc. 1985.
Eni Maryani, Media dan Perubahan Sosial Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

7 Lihat komentar

29th January 2016 KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM


MENINGKATKANBUDAYA KERJA
KOMUNIKASI ORGANISASI
DALAM MENINGKATKANBUDAYA KERJA
Oleh Suwardi Lubis

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu interaksi sosial,
oleh karena itu berpengaruh dalam dunia kerja. Tempat kerja merupakan suatu
komunitas sosial yang memfokuskan pada peran dari komunikasi, sehingga aktivitas
kerja dapat dioptimalkan. Penggunaan komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal berpengaruh cukup besar pada lingkungan kerja yang diwujudkan dalam
visi serta misi perusahaan.
Secara tidak langsung dibutuhkan suatu komunikasi yang efektif dalam menggerakkan
jalannya perusahaan, semakin efektif komunikasi yang dibina dalam tiap departemen,
maka semakin produktif perilaku karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
Dewasa ini, di era keterbukaan membina hubungan dengan pihak luar negeri,
membuka peluang tenaga kerja dari luar Indonesia, yang secara tidak langsung
berpotensi menimbulkan suatu persoalan adaptasi budaya kerja dan komunikasi
dalam perusahaan. Seperti kendala penggunaan bahasa dan bagaimana
mensosialisasikan budaya kerja pekerja asing yang mempunyai posisi sebagai atasan
kepada para bawahannya yang memiliki latar belakang budaya yang jelas berbeda,
sehingga mampu mengoptimalkan produktivitas kerja.

1. Komunikasi
Komunikasi ada di mana-mana oleh karena itu banyak orang merasa telah
mengetahui dan menguasainya. Dalam kehidupan sehari-hari terutama di dalam
hubungan dengan orang lain maka kita menggunakan komunikasi, demikian pula
di dalam pekerjaan kita melakukan komunikasi agar dapat tercapai tujuan kita.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 32/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Dalam pekerjaan jenis apa pun selalu komunikasi ini ada, karena komunikasi
merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain.
Umpamnya saja untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari suatu organisasi,
maka pimpinan akan berusaha mengkomunikasikannya sebaik mungkin agar
bawahan ataupun orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut dapat
memahami. Dalam hal ini pimpinan menjadi komunikator, sedangkan orang lain
menjadi penerima (komunikan). Komunikasi dapat diartikan sebagai :
1. Suatu penyampaian energi dari suatu tempat ke tempat yang lain (seperti dalam
sistem saraf ataupun penyampaian gelombang-gelombang suaru).
2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.
3. Proses yang dilakukan sistem untuk mempengaruhi sistem lain.

Dalam hal ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan :


1. Komuniksi mencakup penciptaan arti atau makna dalam diri penerima. Karena
makna tidak dapat dialihkan maka pengirim berusha menciptakan suatu arti atau
makna dalam pikiran penerima yang sama dengan makna dalam pikirannya.
2. Komunikasi melibatkan pengalihan informasi. Pada waktu komunikasi terjadi,
seseorang sedang berusaha meneruskan informasi kepada orang lain. informasi
dialihkan dengan menggunakan lambang yang dapat berbentuk verbal atau
kedua-duanya.
3. Komunikasi melibatkan ribuan rangsangan potensional. Setiap stimulus dapat
menjadi pesan apabila individu memberikan arti kepadanya.

Setiap hubungan interaksional mengandung situasi komunikasi dan proses


komunikasinya yang terjadi berbeda-beda untuk setiap hubungan interaksional.
Misalnya antara situasi komunikasi dalam kerja dengan situasi komunikasi
wawancara ataupun konsultasi, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, maka komunikasi itu pada dasarnya adalah
penyampaian dan penerimaan suatu pesan. Pesan itu dapat berbentuk verbal
ataupun nonverbal. Bahkan seringkali keduanya tercampur, orang dapat
menyatakan sesuatu dan di samping itu lebih menekankan apa yang dikatakan itu
dengan suatu gerakan tangan.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

2. Fungsi – Fungsi Komunikasi

Komunikasi memberi peluang bagi kita untuk melakukan sesuatu yang


penting dalam kehidupan, oleh karena itu komunikasi mempunyai fungsi dalam
kehidupan seseorang, di bawah ini dijelaskan fungsi-fungsinya sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Individu
Kita berkembang dan tumbuh melalui komunikasi dengan lingkungan. Makin
banyak pengalaman yang kita peroleh makin berkembang kita sebagai
manusia.
2. Belajar
Erat hubungannya dengan pertumbuhan adalah proses belajar. Dalam
hubungan ini belajar berarti mengumpulkan informasi sedangkan
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 33/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pertumbuhan mencakup kepribadian secara keseluruhan.

3. Kesadaran diri
Kita sadar akan diri kita terutama berkat komunikasi. Kita mendapatkan
informasi dari orang lain (langsung atau tidak langsung) tentang diri kita.
4. Integrasi dan lingkungan

Kita semua ada dalam suatu dunia yang terdiri dari manusia, ide,
ruang/tempat, dan benda-benda. Dunia yang dimaksud adalah lingkungan
perseptual sering pula disebut kerangka acuan. Untuk hidup dalam dunia
perseptual, kita harus mengubah pikiran dan tingkah laku kita terus menerus.

Ada beberapa ciri umum komunikasi antara lain sebagai berikut :


1. Dinamis dan berkelanjutan

Maksudnya bahwa proses memberi dan menerima informasi akan


berlangsung terus tanpa henti-hentinya.

2. Fungsional dan bertujuan


Komunikasi membantu manusia mendapatkan apa yang diinginkan,
membantu mencapai tujuan atau mendapatkan pengukuhan sosial. Dengan
komunikasi manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka
dan menjadikannya sesuatu yang bermakna.
3. Bersifat sosial

Pada waktu kita berusaha menyederhanakan dan memberikan kepastian


tertentu pada lingkungan kita, maka berkembanglah keterampilan kita
sehingga mampu berkomunikasi dengan orang lain.

4. Bersifat kompleks
Komunikasi diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Proses
komunikasi tidaklah sederhana karena melibatkan manusia yang komplek
dan sukar diramalkan. Tingkahlaku, sikap, orientasi nilai, presepsi dan ide
manusia terlibat dalam proses komunikasi.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

3. Dimensi Komunikasi

Proses penyampaian pesan ataupun pertukaran informasi mempunyai


berbagai dimensi :
1. Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal merupakan suatu proses pertukaran pengertian yang
menggunakan kata-kata. Sedangkan komunikasi nonverbal merupakan proses
penyampain pesan tanpa menggunakan kata-kata, seperti ekspresi wajah,
gerakan tangan, gerakan tubuh dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang sering melakukan komunikasi
verbal maupun nonverbal. Misalnya orang sedang marah, disamping
mengeluarkan kata-kata keras atau memaki ia juga melotot dan tangannya
memukul meja maupun menuding – nuding muka orang yang dimarahinya.
Dengan kata lain, orang dapat menyatakan sesuatu dan disamping itu lebih
menekankan apa yang diakatakan itu dengan gerakan tangan, dan dapat juga
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 34/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

terjadi orang yang menyatakan sesuatu, tetapi nada suaranya mengingkari apa
yang dikatakannya itu.

2. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah


Pada komunikasi seperti ini maka yang ditekannkan adalah arus pesan.
Pada komunikasi satu arah, pesan hanya mengalir pada pengirim pesan. Di lain
pihak pada komunikasi dua arah pesan mengalir baik dari pengirim pesan
maupun penerima. Pada umumnya komunikasi dua arah menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada komunikasi satu arah.
Komunikasi satu arah pada umunya :

1. Lebih cepat dan efisien


2. Tampak lebih rapi dan beraturan
3. Kurang cermat
4. Digunakan apabila komunikator ingin agar kesalahan – kesalahnnya tidak
diketahui
5. Apabila ia ingin melindungi kekuasaanya dengan cara menyalahkan penerima
bahwa pesan tidak diterima
Komunikasi dua arah :

1. Lebih lambat tetapi lebih cermat


2. Penerima merasa lebih yakin akan dirinya
3. Tampak lebih kacau dan ramai, karena terjadi banyak interupsi, ungkapan
perasaan, permintaan akan penjelasan dan sebagainya.
4. Komunikator merasa lebih rawan, lebih mudah dikecam karena penerima dapat
melihat kesalahan dan kehilafan yang terjadi.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

4. Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Budaya Kerja


Komunikasi organisasi, dipandang dari suatu perspektif interaktif (subjektif)
adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi.
Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan
bagaiman mereka terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas
apa yang terjadi.
Sifat penting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran
dan penanganan kegiatan anggota organisasi, bagaimana komunikasi
berlangsung dalam organisasi dan maknanya bergantung pada konsepsi
seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur
yang telah ada seblumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai substansi
nyata yang mengalir ke atas, ke bawah dan ke samping dalam suatu wadah.
Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem
organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan – pesan
mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integratif dan inovasi.
Komunikasi bukan sekedar alat yang menggambarkan pikiran, namun ia
adalah pikiran dan ia adalah pengetahuan suatu dunia tertentu diciptakan dalam
komunikasi, dan setiap penafsiran komunikasi tersebut harus mempertimbangkan
konteks yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik komunikasi.
Membahas tentang masalah organisasi, maka manusialah yang menjadi
subyek utama dalam menjalankannya. Secara esensial hubungan antara dua

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 35/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

orang atau lebih dengan memiliki kepentingan bersama dapat disebut sebagai
organisasi, dalam suatu perusahaan dapat dipastikan bahwa kepentingan
bersama teruang dalam visi serta misi perusahaan tersebut.
Ada dua tipe hubungan manusiawi penting yang bersifat organisasional,
yaitu :

1. Hubungan antar manajer dan pekerjaan


2. Hubungan antar pekerjaan dengan pekerjaan lain yang di dalam organisasi.
Tidak dapat dipungkiri adanya suatu interaksi kebutuhan dalam suatu
perusahaan antara kebutuhan perusahaan itu sendiri dengan kebutuhan
karyawan. Setiap karyawan memiliki kebutuhan pribadi yang secara tidak
langsung masuk dalam kehidupan kerjanya. Hal tersebut sangat mempengaruhi
motivasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Hawkins bahwa kekuatan besar mampu berperan penting dalam
pengambilan keputusan dan kesuksesan menjalankan usaha dengan
menekannkan kedekatan personal dan pemahaman karakter budaya secara
individu.
Kebutuhan individu akan prestasi merupakan salah satu faktor dominan
dalam dunia kerja dimana individu dapat merasakan bahwa apa yang
dikerjakannya dihargai dan memberikan masukan yang berarti bagi perusahaan
dan hal ini bergantung kepada sejauh mana motivasinya untuk meraih
kesuksesan, kemungkinan mendapatkan kesuksesan, serta penghargaan yang
diberikan oleh perusahaan.
Kebutuhan individu inilah yang menjadi faktor pendorong individu dalam
bekerja/perilaku organisasi. Melalui pemahaman diatas akan kebutuhan-
kebutuhan manusiawi dapat diciptakan suatu iklim dalam dunia kerja yang
mampu memotivasi individu untuk terus berkarya secara optimal.
Disamping kebutuhan-kebutuhan tersebut, inidividu memiliki harapan
terhadap apa yang telah ataupun akan dikerjakan. Keadaan tersebut juga perlu
mendapatkan perhatian yang serius dimana individu secara psikologis merasakan
kepuasan dalam melakukan pekerjaan jika harapannya sesuai dengan apa yang
diterima setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, di mana hal ini berpengaruh
dengan kinerja individu untuk melakukan pekerjaan lainnya.4
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 36/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno Edy. 2011. Budaya Organisasi. Jakarta : Prenada Media Group.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 37/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Edy
Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 41

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 38/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid., h.
43

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 39/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Ibid., h.
45

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 40/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ibid., h.
47

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

2 Lihat komentar

29th January 2016 HUBUNGAN KOMUNIKASI BUDAYA


DENGAN KOMUNIKASI
INTERNASIONAL
HUBUNGAN KOMUNIKASI BUDAYA DENGAN
KOMUNIKASI INTERNASIONAL
Oleh Suwardi Lubis

Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi
antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Kemiripan
budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial
atau suatu peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan
gaya bahasa yang kita gunakan dan perilaku-peilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan
respons terhadap dan fungsi budaya kita.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Tidak hanya komunikasi antar budaya saja yang membutuhkan sisi nilai pemberian makna
dalam suatu komunikasi internasionalpun juga sangat membutuhkan makna dalam berinteraksi.
Komunikasi internasional (International Communications), yaitu proses komunikasi antara
bangsa dan negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali
berhubungan dengan situasi intercultural (antar budaya) dan interracial (antar ras). Komunikasi
internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain
yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. Menurut Maletzke,
komunikasi antar budaya lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan antropologis, sementara
komunikasi antar bangsa lebih banyak mengkaji realitas politik. Namun demikian, komunikasi
internasional (antar bangsa) pun masih merupakan bagian dari komunikasi antar budaya.

A. Komunikasi Lintas Budaya


Komunikasi lintas budaya adalah (1) suatu studi tentang perbandingan gagasan atau konsep
dalam berbagai kebudayaan; (2) perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dalam satu
kebudayaan; (3) atau perbandingan anatara satu aspek atau minta tertentu dengan satu atau lebih
kebudayaan lain. Disini terlihat bahwa arti komunikasi antar budaya itu lebih meliputi interaksi antar
orang dari latar belakang budaya yang berbeda-beda, sedangkan komunikasi lintas budaya lebih
menekankan pada perbandingan interaksi antarorang dari latar belakang budaya yang sama, atau

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 41/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

perbandingan suatu aspek tertentu dari suatu kebudayaan dengan orang-orang dari suatu latar belakang
budaya lain.
Hal-hal sejauh ini yang membicarakan tentang komunikasi, tidak jauh membahas tentang
komunikasi antar budaya yang saat ini sering disebut lintas budaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-
hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya yang paling utama ditandai dengan sumber dan penerimanya berasal dari
budaya yang berbeda.
Menurut Richard E. Porter yang dikutip dalam sebuah bukunya menjelaskan tentang model
yang digunakan komunikasi antar budaya/komunikasi lintas budaya terjadi apabila produsen pesan
adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam hal
ini budaya sangat mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh
pembendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
B. Komunikasi International
Komunikasi internasional adalah komunikasi antar bangsa-bangsa dan antarlembaga-lembaga
pemerintahan berbeda negara.Komunikasi internasional terjadi antara dua atau lebih bangsa dan negara
yang memiliki struktur politik yang berbeda, lebih dari sekedar komunikasi antara dua individu
berbeda bangsa dan negara.Komunikasi ini sering juga berarti diplomasi atau propaganda, yang
kadang-kadang meliputi situasi hubungan antaretnik maupun antarras.Dalam kasus komunikasi
internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan,
dan ekonomi sebuah bangsa.
Komunikasi internasional adalah suatu bentuk komunikasi antar bangsa atau antar negara,
karena suatu bangsa terdiri dari banyak orang maka komunikasi itu adalah merupakan komunikasi
yang ditujukan kepada orang banyak atau lebih tepat komunikasi dari orang banyak kepada orang
banyak, karena itu banyak orang melihat komunikasi ini ditujukan kepada orang banyak maka sering
juga disebut atau digolongkan sebagai mass communication, dan karena dasar komunikasi adalah
bersifat politik, maka banyak penulis menyebutnya Komunikasi Politik Internasional atau
International Political Communication.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Bentuk komunikasi internasional itu biasnya penuh dengan acara ritual dan protokoler yang
diadakan dalam situasi dan suasana yang sangat formal. Komunikasi internasional dipegaruhi oleh
hukum internasional, kekuatan militer, perjanjian kerja sama, persetujuan rahasia, dan opini (Larry
Samovar dan Richard E. Porter, 1991).
Secara lebih spesifik (Liliweri) studi-studi komunikasi internasional disandarkan atas
pendekatan-pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:

Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun liputan
internasional pada bangsa atau negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia,
disamping antarwilayah.

Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui suatu
medium atau multimedia.

Pedekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji suatu peristiwa lewat suatu medium.

Pendekatan ideologis (idelogical approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau
melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-
mata.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 42/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

C. Kriteria Pembanding Komunikasi Lintas Budaya dengan Komunikasi Internasional

Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi Internasional

1. Pertukaran simbolis: Penggunaan simbolis, Jenis isu, pesannya bersifat global.


baik verbal maupun non verbal.
2. Proses: Berarti sifat saling keterkaitan pada Komunikator dan komunikannya berbeda
kegiatan komunikasi . Sifat transaksional kebangsaan.
dalam komunikasi antar budaya berkaitan
dengan proses encoding dan decoding. Jika
kedu aproses ini selaras, maka pengirim
dan penerima pesan telah menyelesaikan
satu makna isi yang dipahami bersama.
3. Komunitas budaya yang berbeda: Batas Saluran media yang digunakan bersifat
komunkiasi budaya adalah untuk internasional.
menggambarkan perbedaan budaya. Dapat
mengacu pada letak geografis,
kepercayaan, nasionalitas, atau bisa juga
dengan etnisitas.
4. Negotiated shared meaning.
5. Situasi interaktif.

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


Perlunya kompetensi yang khas dalam komunikasi antar budaya untuk dapat mengatasi
keberbedaan antar budaya.Kompetensi itu adalah kesadaran dari komunikator (mindfulness). Menurut
Langer (1989) Konsep penuh kesadaran berarti kesiapan mengubah cara pandang dan motivasi untuk
menggunakan cara pandang baru di dalam memahami keberbedaan budayadan kesiapan untuk
bereksperimen dengan pengambilan keputusan dan pensolusian masalah. Sebaliknya jika komunikator
sangat bergantung pada cara pandang lama (mindlessness).4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
1. Kriteria penuh kesadaran
Pengubahan cara pandang lama menjadi cara pandang baru tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin
dicapai antara lain:

Tujuan interaktif inetrumental : hasil substantif atau sumebr daya yang ingin diraih misal
mengubah sikap orang lain.
Tujuan Representasi diri berkaitan dengan gambaran diri yang ingin dipertahankan di depan
publik dan ingin orang lain menghargai
Tujuan relasional : berhubungan dengan status hubungan antar pribadi.

2. Kriteria kompetensi komunikasi


Spitzberg dan Cupach (1984) berendapat kompetensi komunikasi perlu memiliki dua kriteria:
kesesuian dan efektivitas. Untuk bertindak sesuai dan efektif, harus memperkaya tiga komponen
kompetensi komunikasi yaitu pengetahuan, keterampilan dan motivasi.Pengetahuan mengenai
pemahaman kognitif dan kesiapan afektif uuk berkomunikasi secara efektif.Keterampilan berkaitan
dnegan kemampuan operasional. Motivasi untuk mempelajari cara berinteraksi dengan orang dari
budaya yang berbeda.
Komunikasi internasional dapat dipelajari dari tiga perspektif yaitu perspektif diplomatik,
jurnalistik, dan propogandistik.Dalam perspektif diplomatik, komunikasi internasional lazimnya
dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil.Jalur diplomatik atau komunikasi langsung antara
pejabat tinggi negara lebih banyak dipergunakan untuk memperluas pengaruh dan mengatasi
ketidaksepakatan, salah pengertian ataupun pertentangan dalam masalah tujuan dan kepentingan setiap

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 43/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

negara untuk memperteguh keyakinann dan menghindari konflik. Dalam perspektif jurnalistik,
komunikasi internasional dilakukan melalui saluran media massa dan cetak dan elektronik. Arus
informasi yang bebas dan terbuka dari negara-negara maju yang datang mealui media tersebut saat ini
dinilai lebih merugikan negara-negara berkembang. Dalam perspektif propagandistik bidang
komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat
negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan. Tujuan
ini mencakup perolehan dan penguatan dukungan rakyat dan negara sahabat., mempertajam atau
mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau suatu peristiwa atau kebijakan luar
negeri tertentu, pelemahan atau peruntuhan pemerintah asing atau penggagalan kebijakan serta
program nasional negara tidak bersahabat, serta netralisasi atau penghancuran propaganda tidak
bersahabat dari negara atau kelompok lain.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 44/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

KESIMPULAN
Studi-studi komunikasi antar budaya semakin menemukan relevansinya karena dihadapkan
oleh fakta keragaman budaya baik di dalam negeri maupun internasional. Berbagai konflik yang
muncul tidak saja didasari oleh motif politik dan ekonomi, tetapi juga disebabkan oleh benturan
budaya. Budaya memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangan sekelompok masyarakat, dan hal itu akan
menjadi krusial apabila nilai dianut sekelompok masyarakat berbenturan dengan nilai-nilai budaya
kelompok lain. Misalnya, budaya Barat yang cenderung bebas (terutama dalam pergaulan) banyak
berbenturan dengan budaya Timur yang lebih religius.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka kajian mengenai komunikasi antar budaya bukan
saja menarik, tetapi sudah menjadi kebutuhan setiap individu dan kelompok maupun. Dalam ungkapan
lain, kebutuhan akan disiplin komunikasi antar budaya bukan hanya didasarkan pada kebutuhan
pragmatis, melainkan pula kebutuhan akademis.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 45/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo. 2007.Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LkiS.

Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Antar Budaya (Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang
Berbeda Budaya). Bandung.

Rudy, May. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung.

http://komhum.blogspot.com/2012/02/komunikasi-internasional.html
[http://komhum.blogspot.com/2012/02/komunikasi-internasional.html] .

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 46/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Deddy
Mulyana, Komunikasi Antar budaya (Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
BerbedaBudaya). (Bandung:2006), h. 24.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 47/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid. h.
20.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 48/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Alo
Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar budaya, (LkiS Yogyakarta: 2007),h.
18.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 49/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
http://matamolekular.wordpress.com/2011/05/23/komunikasi-antar-budaya/

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 50/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] T. May
Rudy, SH,Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional,(Bandung), 2005, h.
16.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

4 Lihat komentar

Masyarakat Modern dan


29th January 2016
Kebudayaanya
Masyarakat Modern dan Kebudayaanya

Oleh Suwardi Lubis

A. Pengertian Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya


mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa
kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga
disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut
masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya
gelandangan.

B. Ciri-ciri Masyarakat Modern

1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan


pribadi.

2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana


yang saling mempengaruhi

3. Kepercayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana


untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

4. Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari


dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan

5. Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.

6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks

7. Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas


penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 51/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

C. Masyarakat Modern Dilihat Dari Berbagai Aspek

Aspek Mental Manusia:

1. Cenderung didasarkan pada pola pikirserta pola perilaku rasionalatau logis,


dengan cirri-cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu,
menghargai mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif percaya pada diri
sendiri, disiplin, dan bertanggung jawab.

2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan


orang lain.

Aspek Teknologi:

1. Teknologi merupakan faktor utama untuk menunjang kehidupan kearah


kemajuan atau modernisasi.

2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi


yang tinggi.

D. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Modern

Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi


kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi
dengan keluarga.

Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnnya,


dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres
dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan
dan pola kerja.

Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan,


karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger
menyebutnya sebagai “lonely crowd” karena pribadi menemukan dirinya amat kuat
dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kebudayaan industrialisasi, terus terjadi
krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah makna karena otonomisasi dan
sekularisasi sehingga rasa aman lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-
robek karena individu mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai
kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan
waktu mitologi.

Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan


perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih
merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini
mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam gejala
dehumanisasi budaya modern.

Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga


penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk
kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme,

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 52/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah.1


[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

E. Kebudayaan Modern

Proses akulturasi di Negara-negara berkembang tampaknya beralir secara


simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat
dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus:”the things
of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan
menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara
positif.

Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kli timbul
reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau
penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan
masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain
sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat
mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi
dalam (Bakker; 1984).

Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan menggerogoti


Kebudayaan Nasional yang telah ada? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi
yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern. Menurut para ahli kebudayaan modern
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Kebudayaan Teknologi Modern

Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan


Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak
Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas
sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan
sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.

Kebudayaan Teknologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks.


Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya
akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan
hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil
oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi,
sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta
persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah
melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.

Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas
nilai. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau
keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis
atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal
dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan
mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat
instumental.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 53/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

b. Kebudayaan Modern Tiruan

Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya
sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud
dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan
kemodrenan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah
saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket
(mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).

Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia


bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal
yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan,
suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh
dunia sama, tak ada hubungan batin.

Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan
dengan hasil-hasil teknologi modern, menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial
itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita
malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera
kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin
dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini
tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.

Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan


membeli, bukan karena membutuhkan, atau ingin menikmati yang dibeli, melainkan
demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita
kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh.
Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak
mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak
rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan
trendy adalah modern.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat

Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat
Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan
hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan
Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum
mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika
Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun
di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan
Coca Cola.

Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu,
dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Juga belum mengerti
bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik
dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 54/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

tanggung jawabnya (Suseno; 1992).3 [https://www.blogger.com/blogger.g?


blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

F. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern

1. Kebudayaan Modern Tiruan

Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan


Modern Tiruan. Dia mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang
ditawarkan adalah semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik,
manusia tanpa kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah.

Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai


daya tarik luar biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang nilai,
tentang dasar harga diri, tentang status, dan juga menawarkan menawarkan
kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan
kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti berpikir sendiri, berhenti
membuat kita kehilangan penilaian kita sendiri.Akhirnya kita kehabisan darah.
Kehabisan identitas, kebudayaan modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan
tradisional kita sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern
sungguhan.

2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia


dalam mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling mendasar
bagi manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan. Ketika orang
kekurangan gizi bagaimanaakan menjadi orang yang cerdas. Ketika kebutuhan pokok
saja tidak terpenuhi bagaimana orangakan berpikir maju dan menciptakan teknologi
yang hebat. Jangankan untuk itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat
mempengaruhi pola hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan
membunuh agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini bukan
hanya berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan
berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial masyarakat.4
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

3. Masalah Pendidikan yang Tepat

Pendidikan masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius jika


bangsa ini ingin dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik
terkait dengan hal ini, yaitu mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan,
dalam artian bagaimana sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di
dalamnya. Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi spirit dari sistem pendidikan
yang kita terapkan.

4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas
produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang
dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 55/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap
mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka kita terus terbelakang. Oleh
karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan iptek dari negara-
negara maju.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

G. Dampak Negatif dari Budaya Masyarakat Modern

1. Penyalahgunaan media teknologi sebagai sarana pencarian hal-hal yang tidak


ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan.

2. Timbulnya praktek-peraktek curang dalam dunia kerja seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme.

3. [https://www.blogger.com/null] Sekularisasi adalah sebuah proses pemisahan


institusi-institusi dan simbol-simbol politis dari initusi-institusi dan simbol-simbol
religius. Kebijakan-kebijakan Negara yang mengatur sebuah masyarakat tidak lagi
didasarkan pada norma-norma agama, melainkan pada asas-asas non-religius,
seperti: etika dan pragmatisme politik. Kelahiran Negara nasional dan Negara
konstitusional di zaman modern menandai proses ini. Konstitusi Negara modern
tidak lagi didasarkan pada doktrin-doktrin religius, seperti pada Negara-negara
tradisional di Eropa abad pertengahan, melainkan pada prosedur-prosedur
birokratis rasional yang mengakui kesamaan hak dan kebebasan setiap
warganegara. Mengapa masyarakat modern menempuh jalan sekularisasi?
Karena (1) Otoritas politis tidak merasa cukup dengan wewenangnya atas wilayah
publik dan ingin juga memberikan regulasi dalam ruang privat seperti yang
dilakukan oleh otoritas religius; dan (2) pikiran kritis dicurigai sebagai unsur
‘subversif’ yang melemahkan kepatuhan kepada otoritas.Sekularisasi adalah
upaya memberi batas-batas di antara kedua bidang itu dengan memandang
keduanya otonom, yakni yang satu tidak dapat direduksi kepada yang lain.
Dengan sekularisasi, urusan-urusan religius dianggap beroperasi di dalam ruang
privat, tercakup dalam kebebasan subjektif individu untuk menemukan jalan
hidupnya. Efek positif sekularisasi adalah toleransi agama, sebab doktrin-doktrin
dan nilai-nilai religius tidak lagi dikalkulasi di dalampolitik.Kita berbicara tentang
sekularisme jika kita memusatkan perhatian kita pada efek negatif sekularisasi.
Sekularisasi dapat mendorong pada ekstrem atau ekses, yakni suatu sikap
berlebih-lebihan untuk menyingkirkan segala alasan, motif atau dimensi religius
sebagai omong kosong. Pandangan-pandangan seperti ateisme, materialisme
dan saintisme merupakan berbagai aspek dalam sekularisme. Sekularisme dalam
arti ini bukanlah sebuah proses sosial-epistemologis, melainkan sebuah ideologi
dengan kesempitan berpikir yang tidak dapat mentoleransi eksistensi agama di
dalam masyarakat majemuk. Jika agama menghasilkan fundamentalisme religius,
proses sekularisasi juga dapat menghasilkan suatu fundamentalisme tertentu,
yakni fundamentalisme profane. Itulah sekularisme.Jadi, di sini kita dapat
mengatakan bahwa sekularisasi adalah proses yang wajar di dalam modernisasi,
karena pemisahan antara agama dan Negara memang diperlukan untuk
memungkinkan kebebasan dan keadilan dalam masyarakat majemuk, namun
sekularisme harus diwaspadai. Untuk masyarakat kita yang cenderung religius,
sekularisme bukanlah ancaman real; fundamentalisme agamalah yang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 56/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

merupakan ancaman real bagi kemajemukan. Yang sebaliknya juga harus


dikatakan: Sekularisme bukanlah solusi untuk masalah kemajemukan, sebab
sekularisme adalah bentuk intoleransi terhadap agama manaupun yang
merupakan anggota masyarakat majemuk. Yang dibutuhkan masyarakat kita
adalah tingkat sekularisasi tertentu (baik secara structural maupun kultural) agar
dapat bersikap “fair” terhadap kemajemukan orientasi nilai di dalam masyarakat
kita. Kebijakan-kebijakan politis yang berorientasi agama tertentu, misalnya, tidak
dapat begitu saja dijadikan norma publik untuk mengatur keseluruhan
masyarakat, karena akan bersikap tidak fair terhadap kelompok-kelompok lain
bahkan dalam agama yang sama.

4. Liberalisme adalah ideologi modern, karena munculnya bersamaan dengan


modernisasi dan segala pertentangan ideologis dalam masyarakat modern tak
lain daripada pertentangan dengan liberalisme, sehingga cerita tentang
modernitas tak kurang daripada cerita tentang liberalisme dan para lawannya.
Dalam arti ini, liberalisme sangat sensitif terhadap kolektivisme dan
absolutisme kekuasaan. Ekonomi tidak dapat tumbuh jika terus diintervensi
Negara, maka liberalisme sejak awal mendukung ekonomi pasar bebas. Di
dalam pasar orang tidak bertransaksi dengan membeda-bedakan latar-
belakang agama dan kebudayaan, yang penting transaksi itu fair. Dengan kata
lain, di dalam transaksi orang melihat agama partner transaksinya sebagai
urusan privatnya yang tidak relevan untuk proses pertukaran dalam pasar.
Pola transaksi yang melihat agama sebagai persoalan privat yang tidak
relevan untuk proses pertukaran itu oleh liberalisme diaplikasikan di dalam
hubungan yang lebih luas, yaitu di dalam Negara modern. Liberalisme
ekonomi mengandung bahaya tertentu, yaitu intoleransi terhadap mereka yang
dimarginalisasikan secara ekonomis oleh mekanisme pasar bebas itu. Namun
liberalisme yang berkaitan dengan pendirian intelektual dan sikap-sikap politis
justru membantu sebuah masyarakat untuk toleran terhadap kemajemukan.
Jika Negara berkonsentrasi pada the problem of justice dan tidak
mengintervensi the problem of good life yang adalah kewenangan kelompok-
kelompok dalam masyarakat itu, negara menjadi milik bersama kelompok-
kelompok sosial itu dan tidak bersikap diskriminatif. Negara liberal berupaya
bersikap netral terhadap agama-agama di dalamnya, dan ini justru mendukung
kebebasan individu. Di sini liberalisme dapat juga dilihat sebagai hasil dari
sekularisasi yang tidak secara mutlak perlu bermuara pada sekularisme.
Artinya, suatu Negara liberal tidak harus sekularistis, yakni ingin
menyingkirkan agama di dalamnya. Negara liberal juga bisa memiliki respek
terhadap agama, namun regulasi-regulasinya tetap sekular. Bersikap netral
dari agama, namun memberi infrastruktur yang adil bagi agama-agama untuk
berkembang, sebab para anggota agama-agama itu adalah juga
warganegaranya.

5. Pluralisme adalah sebuah pandangan yang beroperasi di dalam kebudayaan


dalam bentuk sikap-sikap yang menerima kemajemukan orientasi-orientasi
nilai di dalam masyarakat modern. Dasar pluralisme adalah the fact of plurality,
yakni suatu kenyataan bahwa jika sebuah masyarakat mengalami
modernisasi, masyarakat itu mengalami pluralisasi nilai di dalam dirinya.
Pluralitas tidak serta merta memunculkan pluralisme, karena tidak semua
orang setuju pluralitas. Kaum konservatif dan rmonatis, misalnya, meratapi
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 57/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pluralitas sebagai sindrom disintegrasi sosial dan moral. Namun ada


kelompok-kelompok yang menerima pluralitas sebagai kenyataan hidup
bersama dan mencoba hidup bersama secara toleran. Kelompok-kelompok ini
bisa berasal dari kalangan agama, cendikia, politikus atau budayawan.
Pandangan yang menerima pluralitas sebagai realitas hidup bersama dan
mencoba mengembangkan sarana-sarana moral dan intelektual untuk
membuka ruang kebebasan dan toleransi bagi aneka orientasi nilai etnis,
religius ataupun poltis di dalam mayarakat modern itu kita sebut pluralisme.
Jika kita menilik ke belakang, ke dalam sejarah agama-agama itu, kita tidak
dapat memisahkan agama dari kebudayaan. Setiap agama “tertanam” dan
tumbuh dalam konteks kebudayaan dan juga sejarahnya, maka pluralitas juga
menandai sejarah setiap agama. Tidak ada hanya satu Kristen, satu Hindu,
satu Islam atau satu Budha, karena di tiap kebudayaan berkembang cara-cara
dan simbol-simbol spesifik dalam menghayati Tuhan. Simbol-simbol itu bahkan
‘dipinjam’ dari konteks kebudayaan tertentu, misalnya, Jawa, Romawi, India
atau Arab. Namun tak semua kelompok agama mau bersikap fair terhadap
fakta pluralitas di dalam agama-agama ini. Kelompok-kelompok macam ini – di
antara mereka konservatif garis keras-terobsesi pada sebuah fiksi bahwa
agama mereka itu homogen dan murni dari unsur-unsur kebudayaan. Fiksi itu
sudah barang tentu berbahaya sekali karena menjadi intoleran terhadap
kemajemukan kebudayaan dan agama. Kelompok-kelompok agama yang
menerima fakta kemajemukan bahkan di dalam agama mereka sendiri serta
mencoba mengembangkan sebuah teologi pluralis sering dicurigai
sebagai sesuatu yang morongrong integritas iman, padahal mereka ini bisa
saja justru mendorong cara-cara beriman yang dewasa dan terbuka terhadap
perubahan dan perbedaan di dalam masyarakat modern.6
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 58/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Benny Kurniawan, 2012, Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa

Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan


Tamansiswa.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics. Boston: Sargent.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 59/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Agus R Sarjono,Pembebasan Budaya-


Budaya Kita,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999),h.15

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 60/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Koentjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.24

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 61/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Turnomo
Rahardjo, Menghargai Perbedaan Kultural, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), h. 15

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 62/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ki
HajarDewantara, Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa,1994), h.15

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 63/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu


Pengantar,(Jakarta:Rajawali Pers, 1990), h.23

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 64/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Benny
Kurniawan, Ilmu Budaya Dasar, (Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012), h. 20
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

12 Lihat komentar

29th January 2016 PENGERTIAN KONSEP NILAI DAN


SISTEM NILAI BUDAYA
PENGERTIAN KONSEP NILAI DAN SISTEM NILAI BUDAYA
Oleh Suwardi Lubis

1. Konsep Nilai
Theodorson Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang
dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan
orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat
emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah dirmuskan oleh beberapa ahli seperti
:
Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi–konsepsi
yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal–hal yang
mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan
rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya
dalam menentukan alternatif, cara–cara, alat–alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.1
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Clyde Kluckhohn(1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia
dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal–hal yang diingini dan tidak diingini yang
mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sumaatmadja(2000) mengatakan bahwa pada perkembangan, pengembangan, penerapan
budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur
keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu
dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai – nilai atau
sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak
mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan
sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari
– hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain – lain. Jadi, secara universal, nilai itu
merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia dianugerahi akal maka
manusia dapat berfikir. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-
masalah hidup yang dihadapinya.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang
dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 65/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2. Sistem Nilai

Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari
kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep
yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian pendidikan yang
dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang
sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu
masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk
budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.
Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit,
menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang diinginkan yang
mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia.
Orientasi nilai budaya adalah konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang
berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan
tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antar orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam
masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang
dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan
pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata
kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin
dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota
suatu masyarakat.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai yang
dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan 6 masalah
pokok kehidupan.
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum)
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada tindakan
dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973).
.Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang


2. Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten.
3. Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang.
4. Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual
diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahankannya.

C. Sistem Nilai Budaya

1. Sistem

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 66/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian
atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :


MenurutL. James Haverysistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi
sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
MenurutJohn Mc Manamasistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-
fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.

2. Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.3
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.Sistem Nilai Budaya,
Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan
abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep –
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat
mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga
masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam
suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang
singkat.Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain
sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal
dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan
itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka
variasi sistem nilai budaya adalah :
Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk
dan menyedihkan.Pada agama Budha misalnya,pola–pola tindakan manusia akan mementingkan
segala usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan –
kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang
indah dan menggembirakan.
Masalah mengenai hakekat dari karya manusiaKebudayaan memandang bahwa karya
manusia bertujuan untuk memungkinkan hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia
itu untuk memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia
sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Kebudayaan
memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan serupa ini orang akan
mengambil pedoman dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau.
Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit.
Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat penting.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 67/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya,


kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia hanya
dapat bersifat menyerah tanpa dapat berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang
memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan
alam. Kebudayaan lain masih ada yang menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari
keselarasan dengan alam.
Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya.
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya. Tingkah
lakunya akan berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan
horizontal antara manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan tetangga dan
sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup. Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak
menganggap manusia tergantung pada manusia lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.4
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

DAFTAR PUSTAKA

Benny Kurniawan, 2012, Ilmu Budaya Dasar, Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa
Herimanto, 2011, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara
Koentjaraningrat, 2000, Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta: Rineka Cipta

[https://www.blogger.com/null] http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-
konsep-nilai-dalam-islam.html [http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-
nilai-dalam-islam.html]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 68/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu


Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.24

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 69/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 19

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 70/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam-budaya.html
[http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam-islam.html] . Tanggal 20 oktober pukul 13:00

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 71/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Benny
Kurniawan, Ilmu Budaya Dasar, (Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012), h. 20
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

12 Lihat komentar

29th January 2016 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI


DALAM ORGANISASI
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Oleh Suwardi Lubis

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam
kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari
atasan dan bawahannya. Oleh karena itu komunikasi efektif [http://gofaztrack.com/training-
komunikasi/] dianggap sebagai elemen penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Bagaimana
mungkin orang lain bisa menangkap ide kita kalau kita tidak dapat mengungkapkannya kepada orang
lain dengan baik.
Komunikasi yang efektif dalam organisasi menjadi hal sangat penting, seperti halnya aliran
darah bagi suatu organisasi, dan miskomunikasi memberi kontribusi yang dapat disamakan dengan
rusaknya sistem peredaran darah dalam lebih dari satu organisasi. Komunikasi menjadi faktor
terpenting bagi organisasi dalam mendapatkan informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik
maka suatu organisasi akan dapat berjalan lancar dan begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak
adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang efektif di antara
berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut organisasi tidak akan melayani kebutuhan seseorang
dengan baik.
Kegagalan dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi yang
dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Ditambah lagi dengan perbedaan budaya masing-masing
sehingga menghambat dalam proses komunikasi dan menimbulkan efek kurang baik yaitu tidak
adanya kerjasama sesama pengurus. Seperti yang dikatakan Luthans bahwa komunikasi yang tidak
efektif adalah akar utama permasalahan dalam organisasi. Komunikasi yang efektif antara pimpinan
dan anggota menjadi faktor penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. Pemimpin organisasi
sebagai leader memiliki peran penting dalam berkomunikasi dengan anggota. Untuk itu dalam makalah
ini akan dibahas mengenai efektivitas komunikasi dalam organisasi.

A. Proses Komunikasi Dalam Organisasi


Dalam kehidupan sehari-hari kita menerima banyak pesan / informasi dari berbagai sumber, dari
teman, orang tua, rekan kerja, iklan dan berita di media massa dan sebagainya baik disadari maupun

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 72/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

tidak. Dari sekian banyak pesan-pesan tersebut, hanya sebagian kecil saja yang menarik perhatian kita
dan kita perbincangkan. Beberapa pesan bahkan memberikan efek atau dampak baik positif maupun
negatif pada kita.
Ternyata dalam organisasi semua kegiatan organisasi diawali dengan lalu lintas komunikasi. Proses
penetapan tujuan, pemberian tugas sampai pelaporan dilakukan melalui komunikasi. Komunikasi
adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan maupun pendapat dari setiap anggota
organisasi guna mencapai kesamaan makna.
Komunikasi bertindak dan berfungsi mengendalikan perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara.
Dalam hal ini, komunikasi melaksanakan empat fungsi utama dalam organisasi, yaitu fungsi informasi,
fungsi kendali, fungsi motivasi dan fungsi penyampaian perasaan emosional. Fungsi internal
komunikasi ini akan berunjung pada diri anggota organisasi itu sendiri berupa munculnya kesadaran
diri yang tinggi terhadap organisasi, pemahaman terhadap kinerja organisasi, struktur organisasi dan
reputasi organisasi.
Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks, salah satunya dalam lingkup
organisasi. Organisasi memiliki suatu jenjang jabatan dan kedudukan yang memungkinkan semua
anggota organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi dan tanggung jawab pada bidang pekerjaan
masing-masing. Dalam konteks organisasi, pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi
yang terjadi didalamnya seperti: apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh
bawahan? atau bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan? Hal-hal seperti
ini memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Namun yang menjadi persoalan, sering kali ditemukan banyak masalah dalam proses komunikasi
dalam organisasi. Persoalan pokok sebenarnya terletak pada “perbedaan tentang pesan” yang diterima.
Pesan yang dimaksudkan oleh pengirim sering kali salah dipahami atau bukan seperti yang diinginkan
oleh penerima. Penerima pesan tidak membalas makna pesan sebagaimana yang diinginkan oleh
pengirim pesan. Pesan itu sendiri juga bisa menjadi masalah manakala simbol-simbol yang dipilih oleh
pengirim pesan tidak tepat dan waktu pengiriman pesan yang salah. Ditambah lagi, adanya perbedaan
latar belakang para pelaku komunikasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mempersepsi
pesan yang diterima karena adanya kepentingan. Adanya konflik antar pribadi / kelompok juga turut
mempengaruhi kinerja organisasi.
Disisi lain, masih banyak yang beranggapan bahwa komunikasi itu mudah karena setiap saat kita
melakukannya. Bahkan dalam organisasi pun, komunikasi sering dianggap tidak penting. Keadaan
menjadi berubah ketika kemudian munculnya konflik dalam proses kerja, terjadi hambatan,
penyimpangan, kegagalan, ketegangan, perbedaan pendapat dan sebagainya. Barulah komunikasi
dipandang sebagai hal penting, hal yang pelik, perlu cara-cara atau teknik yang pas dalam
menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada guna mendatangkan keberhasilan dalam organisasi.
Komunikasi itu sendiri mencakup pentransferan dan pemahaman makna. Suatu gagasan yang dimiliki
seseorang, sebagus apa pun itu, tidak ada gunanya jika tidak disampaikan kepada orang lain dan
dipahami. Proses penyampaian informasi dalam kegiatan penyelesaian tugas dalam diskusi dan rapat-
rapat tentang perubahan yang akan dilakukan di dalam organisasi, merupakan kebijakan interaksi
terbuka yang akan membangun hubungan sangat positif guna kelangsungan pengembangan organisasi
ke depan.
Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan
kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan individu untuk
menyampaikan pesan atau informasi dengan baik, menjadi pendengar yang baik, menggunakan
berbagai media audio-visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif
dalam suatu organisasi. Komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam kehidupan
setiap manusia dan organisasi.
Steven Covey mengibaratkan komunikasi adalah napas kehidupan makhluk. Ia menitikberatkan
pada konsep saling ketergantungan untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Faktor penting dalam

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 73/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

komunikasi tidak sekadar pada apa yang ditulis atau dikatakan seseorang, tetapi lebih pada karakter
seseorang dan bagaimana sesorang dapat menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat utama komunikasi yang efektif
adalah karakter dan integritas pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk
membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu:

1. Usaha untuk benar-benar mengerti orang lain,


2. Kemampuan untuk memenuhi komitmen,
3. Kemampuan untuk menjelaskan harapan,
4. Kemampuan untuk meminta maaf secara tulus jika melakukan kesalahan,
5. Kemampuan memperlihatkan integritas.

Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yang memiliki makna melakukan
komunikasi untuk mengerti dan memahami karakter dan maksud dan peran orang lain yang menerima
pesan. Dalam hal ini, kebaikan dan sopan santun seperti halnya kemampuan dan kemauan untuk
memenuhi komitmen yang disampaikan, dan menjelaskan harapan yang diharapkan dalam suatu
hubungan komunikasi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya harapan yang bertentangan atau
berbeda dengan peran dan tujuan komunikasi.
Selain itu, integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran juga diperlukan dalam
membangun hubungan komukasi yang efektif dan sehat. Kejujuran menekankan pada kemauan untuk
mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas menyesuaikan
realitas dengan kata-kata setiap individu yang menyampaikan pesan.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mampu mengidentifikasi
sasaran yang menjadi penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih
media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik.
Disamping itu, komunikator harus bisa memutuskan isi pesan, format pesan dan struktur pesan
sehingga pesan yang disampaikan memiliki daya tarik maksimal, baik daya tarik rasional, emosional
dan moral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih media, media komunikasi yang
bisa digunakan yaitu telepon, surat, internet atau media massa seperti papan reklame, poster, media on
line. Kemudian suasana lingkungan organisasi yang dirancang sedemikian rupa baik sebagai daya
tarik, dan melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan “eksistensi” dan image positif organisasi.

Selain itu, Komunikasi yang efektif juga dianjurkan oleh ajaran agama Islam agar terjadinya
hubungan baik sesame manusia dan nilai-nilai yang baik tentunya harus dimiliki oleh seorang individu,
kelompok atau organisasi. Dalam Islam dikenal dengan Qaulan Ma’rufa yaitu baik dan diterima oleh
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu
yang baik dalam pandangan masyarakat. Dengan kata lain bahwa Qaulan Ma’rufa mengandung arti
perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai
dengan kaidah dan hukum dan logika.

Kemudian Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya,
terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan
yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat
diartikan sebagai ucapan yang efektif.

B. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi


Organisasi, baik yang berorientasi pada keuntungan (profit) maupun nirbala (non profit) memiliki
empat fungsi, yaitu :

1. Fungsi Informasi

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 74/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam
organisasi. Mereka yang berada pada level manajemen membutuhkan informasi untuk membuat
kebijakan organisasi atau mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan para karyawan
membutuhkan organisasi untuk melaksanakan pekerjaan, mendapat jaminan sosial, jaminan kesehatan,
izin cuti dan sebagainya.
Pemimpin pada level manapun, harus memiliki kemampuan dan ketrampilan memberikan informasi
yang jujur, terbuka apa adanya sesuai fakta dan yang mampu menjaring umpan balik. Hal ini sangat
berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan mendengarkan, terutama mendengarkan saran, keluhan
dan kritik dari bawah dan pihak lain. Umpan balik merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat
apakah proses komunikasi dalam organisasi sudah berjalan efektif atau tidak.
Disisi lain, mendengarkan, memperhatikan dan menyimak informasi dari bawah akan mendatangkan
rasa nyaman bagi bawahan secara emosional. Mereka merasa dihargai dan diperhatikan oleh
atasannya. Penghargaan tersebut merupakan faktor penting untuk membangun dan meningkatkan
motivasi bawahan dalam bekerja dan menjadi modal penting dalam mencapai kesuksesan sebagai
seorang pimpinan.

2. Fungsi Persuasi
Perkembangan zaman menunjukan, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai yang diharapkan. Mempersuasi orang lain lebih membuka peluang besar untuk bekerja sama
mencapai hasil karena menghasilkan tingkat partisipasi dan kepedulian yang tinggi dibandingkan
dengan pemberian tugas dengan perintah yang memperlihatkan kekuasaan dan kewenangan.
Efek positif persuasi adalah adanya kesadaran dan kerelaan penerima pesan untuk mengikuti dan
melakukan dengan penuh tanggung jawan pesan yang diterimanya tanpa merasa dipaksakan.
Kemampuan persuasi adalah kemampuan untuk mempengaruhi yang menjadi inti kepemimpinan.
Proses komunikasi persuasi dalam organisasi diperlukan dalam rangka menjadikan jajaran dan publik
sadar dan mau memberikan perhatian, persetujuan dan dukungannya kepada organisasi.

3. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi. Fungsi ini dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu Pertama, mereka yang berada pada level manajemen memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang didapat dan disampaikan dan juga kewenangan untuk memberi
instruksi. Sehingga dalam struktur organisasi, mereka ditempatkan pada lapis atas supaya perintah-
perintahnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan dalam
menjalankan perintah banyak bergantung pada: kekuatan pimpinan dalam memberikan sanksi ketika
terjadi pelanggaran, keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah, kepercayaan bawahan
terhadap atasan sebagai seorang pemimpin dan sebagai pribadi, serta tingkat kredibilitas pesan yang
diterima oleh bawahan. Kedua, berkaitan dengan pesan itu sendiri. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan selalu membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi selalu berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini terdapat dua saluran komunikasi dalam
organisasi. Pertama, saluran komunikasi formal, seperti laporan-laporan kemajuan organisasi dan
penerbitan khusus dalam organisasi (buletin, newsletter, website, dll). Kedua, saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antar pribadi / kelompok, pertandingan olahraga, darma wisata dan
sebagainya. Hal-hal seperti ini akan membangkitkan keinginan yang kuat untuk berpatisipasi yang
tinggi dalam diri bawahan terhadap organisasi.

C. Komunikasi Antar Budaya dalam Organisasi

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 75/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak lepas dari komunikasi dan lingkungannya. Kepribadian
seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada
sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang
kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau seseorang
yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk dapat menentukan dan membentuk sesuatu
yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak
berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud
tidak lain adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan
sebagainya.

Komunikasi yang baik sangat diharapkan bagi kayawan, apalagi berbeda budaya agar tidak terjadi
miskomunikasi dan penghambat untuk mencapai tujuan dari organisasi. Sehingga diperlukan
terjadinya proses komunikasi efektif dalam sebuah organisasi.

Disamping itu, didalam organisasi terdapat budaya yang dapat diartikan sebagai alat perekat sosial
yang membantu untuk mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat
untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Budaya juga berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para
karyawan. Sebagai sistem sosial budaya, organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian,
pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat kerja.

Oleh karena itu, budaya organisasi adalah suatu nilai yang menjadi pegangan bagi karyawan yang
terlibat di dalam organisasi mereka, yang dapat dijadikan sebagai faktor pembeda terhadap organisasi
lain, menjadi acuan untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku karyawan dalam
berinteraksi antar karyawan, dan berinteraksi dengan organisasi lainnya.

Budaya organisasi harus mampu diartikan oleh seluruh karyawannya sebagai sistem nilai-nilai,
keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal untuk
menghasilkan norma perilaku yang memberi arti bagi karyawan suatu organisasi, serta aturan-aturan
bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Budaya organisasi dibentuk oleh sesuatu yang terlibat
dengan organisasi serta dalam perjalanan terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan tetap
mengacu pada tercapainya tujuan organisasi.

Sementara itu lingkungan kerja yang kondusif dalam suatu sistem nilai, norma, dan peraturan yang
mendukung merupakan faktor penting untuk meningkatkan semangat dan kinerja serta motivasi kerja
karyawan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Melihat dari efek yang ditimbulkan oleh budaya
organisasi yang ada di dalam suatu perusahaan atau organisasi, maka hakikatnya budaya organisasi
yang sudah baik patut tetap terus dijaga, dipelihara serta terus menerus ditingkatkan.

D. Hambatan-hambatan Komunikasi dalam Organisasi


Secara umum dapat diklasifikasikan tentang hambatan-hambatan dalam berkomunikasi pada sebuah
organisasi, yang mengakibatkan terjadinya miskomunikasi dan menghambat terjalinnya kerjasama
serta tujuan dari organisasi tersebut tidak tercapai. Adapaun hambatan-hambatannya sebagai berikut;
1. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
2. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si
pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
3. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 76/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
5. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/
mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
6. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa
adanya akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
7. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi,
dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara),
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
8. Hambatan Semantik, Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata
yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan
bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
9. Hambatan Psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga
menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan
yang hendak disampaikan.
10. Hambatan Manusiawi terjadi karena adanya faktor; emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 77/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara).


Hasibuan, Melayu. 2003. Organisasi Dan Motivasi. Cetakan Keempat. (Jakarta : Bumi
Aksara).

Larry A.Samovar,dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. (Jakarta: Salemba


Humanika).
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

6 Lihat komentar

DOLANAN ANAK SEBAGAI MEDIA


29th January 2016
KEBUDAYAAN SOSIAL
DOLANAN ANAK SEBAGAI MEDIA KEBUDAYAAN SOSIAL
Oleh Suwardi Lubis
Perkembangan teknologi ternyata telah menghadapkan kita pada persoalanpersoalan yang

cukup rumit terutama menyangkut akibat terhadap jiwa anak-aak yang masih sangat rentan

terhadap ragam budaya asing yang belum tentu selaras dengan nilai budaya kita1

[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym] .

Permainan tradisional yang dulu sering kita jumpai di setiap sudut kampung kini tak ada lagi.

Sebagai gantinya anak-anak dimanjakan dengan permainan modern.Inilah benih guyup rukun

yang akan tumbuh di masyarakat. Saat ini dolanan anak sudah mulai menghilang 2

[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym] .

Dolanan anak atau permainan anak-anak tradisional sarat dengan tuntunan budi pekerti,

kebersamaan, kearifan, dan komunikasi sosial, serta mengandung unsur olah raga, semua itu

kini sudah mulai menghilang(Diknas, 1981/1982). Lebih lanjut Larasati (1997)

mengungkapkan perlunya menghidupkan kembali dolanan bocah yang nyaris ditelan kemajuan

teknologi, sebagaimana tampak dalam rangkaian peringatan tumbukyuswa atau tingalandalem

atau ulang tahun ke-56KGPAA Mangkunegara IX, permainan anak atau dolanan dipergelarkan.

Penelitian yang mengkaji secara dalam dan mendetail berkait dengan dolanan anak sangat

penting dilakukan. Dunia anak adalah dunia masa depan penentu sejarah bangsa. Anak

memiliki posisi strategis sebagai pewaris dan penerus nilai-nilai budaya 3

[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

(Danandjaya, 1987).Yaitu, nilai-nilai budaya yang mengarahkan anak-anak kepada perilaku


http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 78/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

sopan santun, hormat, dan berbakti kepada orang tua, serta menghormati keberadaan orang lain.

Metode belajar sambil bermain dalam wujud dolanan anak sebenarnya merupakan wahana

tumbuh kembang yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai budaya.

A. Pengertia Dolanan Anak

Dolanan Anak berasal dari Bahasa Jawa yakni dari kata “Dolan”yaitu bermain - main. Dalam

hal ini , kata Dolan yang dimaksudkan adalah dolan yang artinya main, yang mendapat akhiran –an,

sehingga menjadi dolanan. Kata dolanan sebagai kata kerja yaitu ‘bermain’, sebagai kata benda

yaitu’permainan’,dan atau ‘mainan’.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?

blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

Dolanan anak sering disebut sebagai Permainan tradisonal yang merupakan simbolisasi dari

pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di

mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau

wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.

Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana

belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.

Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang

luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. Menurut Pellegrini

dalam Naville Bennet bahwa permainan didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut: (1)

Permainan sebagai kecendrungan, (2) Permainan sebagai konteks, dan (3) Permainan sebagai prilaku

yang dapat diamati.

Menurut Mulyadi bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang

dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain; (1) sesuatu yang menyenangkan dan

memiliki nilai intrinsik pada anak (2) tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat

intrinsik (3) bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak

serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, dan (4) memiliki hubungan sistematik yang khusus

dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,

perkembangan sosial.

Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan

sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal

sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk

menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 79/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai

dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam

permainan tradisional. Menurut Bennet dengan ini diharapkan bahwa permainan dalam penddikan

untuk anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan yang jelas tentang kualitas belajar, hal

ini diindikasikan sebagai berikut: (1) gagasan dan minat anak merupakan sesuatu yang utama dalam

permainan, (2) permainan menyediakan kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan mutu

pembelajaran, (3) rasa memiliki merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh melalui

permainan, (4) anak akan mempelajarai cara belajar dengan permainan serta cara mengingat pelajaran

dengan baik, (5) pembelajaran dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan, (6)

permainan mumudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan

mengalami berkurangnya frustasi belajar.

Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa

permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk

tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan

tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana

asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan adang-kadang mengalami perubahan nama atau

bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dariakar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah

kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi

terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.

Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. (1985-1986), permainan adalah perbuatan untuk menghibur

hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud

tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua

atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau

tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk

menyenangkan hati.

Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu : permainan untuk

bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan yang bersifat edukatif.

Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang.

Permainan tradisional yang bersifat kompetitif, memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat kompetitif,

diainkan oleh paling sedikit 2 orang, mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan

yang kalah, serta mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya. Sedangkan perainan

tradisional yag bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan

seperti ini anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya

akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Berbagai jenis dan

bentuk permainan pasti terkandung unsur pendidikannya. Inilah salah satu bentuk pendidikan yang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 80/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

bersifat non-formal di dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak

agar mereka dapat menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok sosialnya.

B. Jenis-jenis Permainan Tradisional

Banyak sekali macam-macam permainan tradisional di Indonesia, hampir di seluruh daerah-

daerah telah mengenalnya bahkan pernah mengalami masa-masa bermain permainan tradisional ketika

kecil. Permainan tradisional perlu dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan

persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh permainan

tradisional akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Galasin

Galah asin atau galasin yang juga sibeut gobak sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari

Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-

masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos

melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota

grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada

atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi

6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang

mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas

horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis

batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha

untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang

mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini

mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan

ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari

secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.

2. Congklak

Congklak adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama

di seluruh indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji

congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.

Di malaysia permainan ini juga lebih dikenal dengan nama congklak dan istilah ini juga dikenal

di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan melayu. Di jawa, permainan ini lebih dikenal

dengan nama dakon. Selain itu di lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 81/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang

dan nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut mancala.

3. Petak Umpet

Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain

maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup mudah, dimulai dengan hompimpa untuk

menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang

bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai

10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya

bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah,

contohnya di beberapa daerah di jakarta ada yang menyebutnya inglo, di daerah lain menyebutnya bon

dan ada juga yang menamai tempat itu hong). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah

disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau

20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya

tersebut.

4. Gasing

Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada suatu titik.

Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali.

Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan

ramalan nasib.

Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan

lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari

nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda

bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung

untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak.

Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang

sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.

5. Kelereng

Kelereng (atau dalam bahasa jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang

terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci

(1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang

dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.

6. Egrang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 82/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri

dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga

sebagai tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di

atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantai atau tanah labil, bangunan sering dibuat di

atas jangkungan untuk melindungi agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser.

Jangkungan telah dibuat selama ratusan tahun.

1. Kondisi Dolanan Anak Saat ini

Kondisi dolanan anak di saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor, antara lain minat anak-anak terhadap dolanan anak tradisional semakin berkurang

karena adanya perkembangan tekhnologi yang membawa konsekwensi terhadap munculnya

permainan baru dalam beraneka bentuk barang elektronik5 [https://www.blogger.com/blogger.g?

blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym] . Selain faktor tersebut, faktor yang

menyebabkan tersingkirnya dolanan anak tradisional adalah faktor transfer budaya yang hampir

tidak berjalan. Hal tersebut terjadi karena terputusnya proses pewarisan dolanan anak

tradisional dari orang tua kepada anaknya. Perkembangan kota – kota kecil menuju kota

metropolitan memberikan dampak terhadap semakin terbatasnya wahana atau tempat bermain

untuk anak-anak. Sanggar dolanan anak diperlukan sebagai sarana untuk mewadahi dan

memfasilitasi kebutuhan berkreasi anak.Keberadaan Sanggar Seni Dolanan Anak saat ini sangat

dibutuhkan oleh masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan dolanan anak

tradisional.Anak-anak membutuhkan arena untuk bermain, bersosialisasi, berkreatifitas, dan

mengembangkan kemampuan motorik mereka. Seharusnya Ada beberapa sanggar seni dolanan

anak di kota – Kota Kecil yang konsen terhadap pelestarian dan pengembangan seni dolanan

anak sebagai wadah kreatifitas anak agar nilai sosial masyarakat mereka tidaklah berkurang.

2. Menurunnya Respon Masyarakat terhadap Dolanan Anak

Derasnya arus globalisasi yang merambah setiap segi kehidupan, merambah pula dunia anak-

anak. Munculnya model-model permainan baru terutama dalam bentuk barang dan online yang

diproduksi secara besar-besaran mempengaruhi cara pandang anak-anak sebagai penikmat

langsung dari produk permainan ini, sehingga respon terhadap dolanan anak pun menjadi

berkurang. Kurangnya respon ini terutama dipengaruhi anggapan bahwa dolanan anak yang

bersifat tradisional kurang memberi daya tarik dan tantangan dibandingkan dengan permainan

modern (misalnya :game online, play station, dan benda-benda mainan buatan pabrik).

Faktor lain yang memberi pengaruh kurangnya respon terhadap dolanan anak adalah

berkurangnya media untuk memainkan dolanan anak, diantaranya adalah semakin

berkurangnya lahan kosong seperti lapangan, kebun dan tanah kosong yang seringkali beralih

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 83/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

fungsi menjadi perumahan dan bangunan-bangunan lainnya, sehingga anak-anak pun semakin

sulit untuk mendapat sarana bermain. Situasi demikian seringkali justru juga dipengaruhi oleh

sikap orang tua yang mulai terpengaruh dengan budaya konsumtif sebagai konsekuensi dari

munculnya berbagai iklan dan promosi yang giat dilakukan oleh para produsen mainan modern.

Sebagian dari orang tua menganggap dolanan anak ketinggalan jaman dan menginginkan model

permainan baru bagi anak-anaknya agar dapat mengikuti gaya hidup modern.

Persaingan dalam hal kepemilikan dan kemampuan untuk mendapatkan permainan modern

(baik barang maupun online) dengan demikian menjadi trend tersendiri dari kalangan orang tua.

Keadaan saling mempengaruhi antara cara pandang orang tua yang satu dengan yang lain ini

niscaya berpengaruh pula terhadap cara pandang anak-anaknya terhadap dolanan anak. Budaya

konsumtif dengan demikian menjadi masalah utama dalam pengembangan dolanan anak di

tengah masyarakat saat ini.Persaingan kepemilikan model mainan baru dan kemampuan untuk

memainkannya menjadi salah satu trend tersendiri bagi masyarakat. Maka usaha untuk

meningkatkan respon terhadap dolanan anak harus didasari oleh usaha merubah cara pandang

orang tua yang kemudian akan berpengaruh terhadap cara pandang anak-anaknya untuk tidak

terpengaruh dengan budaya konsumtif sebagai dampak negatif dari arus globalisasi.

3. Model Pengembangan Dolanan Anak sebagai Kontruksi Sosial

Dolanan anak tradisional yang hampir punah diperlukan upaya revitalisasi untuk melestarikan

berbagai dolanan anak tersebut , seperti pengenalan ulang berbagai jenis dolanan di sekolah melalui

media yang menarik, seperti dalam bentuk compact disc atau modul.Selain dengan cara itu festival

atau lomba dolanan juga perlu diadakan untuk melestarikan dolanan tradisional. Selain untuk

melestarikan budaya dolanan tradisional festival atau lomba dolanan tradisional juga bisa sebagai

sektor pariwisata.

Hilangnya dolanan anak tradisional akan membawa berbagai dampak, terutama terhadap unsur

budaya lokal yang sudah ada terlebih dahulu. Karakter masyarakat Indonesia yang sangat

terkenal akan keramahannya, mulai bergeser dengan adanya konflik, kekerasan, dan hilangnya

rasa solidaritas. Tentunya hal tersebut sangat tidak kita harapkan, masyarakat Indonesia yang

ramah tamah dengan solidaritas sosial yang tinggi akan sangat kita idam-idamkan untuk

mempertahankan identitas bangsa dan memperkuat diri dalam menghadapi pusaran arus

globalisasi.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 84/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Borley,Lester.1992.“Principles For Revitalizing the Cultural Heritage” dalamUniversal Tourism


Enriching or Degrading Culture?.Yogyakarta: Proccedings On The International Conference
On Cultural Tourism Gadjah Mada University

Danandjaya, James. 1987. Folklore Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Handayani,Titi.2003.Upaya menghidupkan kembali dolanan anak-anak sebagai media pelestarian


budaya. Yogyakarta: Sarasehan Menggali Nilai-Nilai Kebangkitan nasional

Hastanto,Sri.2002.“Peran Serta Masyarakat Dalam Indiginasi Budaya Indonesia” dalam Mistisisme


Seni dalam Masyarakat Disampaikan dalam Serial Seminar Internasional Seni Pertiunjukan
Indonesia Seri II 2002-2004 20 dan 21 Desember 2002 di Gedung Teater Kecil Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI)Surakarta. Surakarta:STSI.

Larasati, R Diyah. 1997. “Kecak Rina, Sadono, W Kusuma dan ARMA (Kerja Kreatif Seniman
Tradisional dan Modern)”. Jurnal Seni Pertunjukkan Indonesia Tahun VIII. Bandung: MSPI.

Prawiroatmojo,Bausastra Jawa – Indonesia,Jakarta,1988.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 85/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Handayani,Titi.2003.Upaya menghidupkan kembali dolanan anak-anak sebagai media
pelestarian budaya. (Yogyakarta: Sarasehan Menggali Nilai-Nilai Kebangkitan nasional),h.67

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 86/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Larasati, R Diyah. 1997. “Kecak Rina, Sadono, W Kusuma dan ARMA (Kerja Kreatif Seniman
Tradisional dan Modern)”. Jurnal Seni Pertunjukkan Indonesia Tahun VIII. Bandung: MSPI.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 87/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
Danandjaya, James. 1987. Folklore Indonesia. (Jakarta: Gramedia),h.45.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 88/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
Prawiroatmojo,Bausastra Jawa – Indonesia,( Jakarta,1988),h.95

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 89/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Hastanto,Sri.2002.“Peran Serta Masyarakat Dalam Indiginasi Budaya Indonesia” dalam Mistisisme
Seni dalam Masyarakat Disampaikan dalam Serial Seminar Internasional Seni Pertiunjukan
Indonesia Seri II 2002-2004 20 dan 21 Desember 2002 di Gedung Teater Kecil Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI)Surakarta. Surakarta:STSI.

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

2 Lihat komentar

Kaitan antara Budaya dengan


29th January 2016
Bahasa
Kaitan antara Budaya dengan Bahasa
Oleh Suwardi Lubis

Kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi


Kebudayaan merupakan pondasi/landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda pula.
Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses
mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Antara komunikasi dan kebudayaan sangatlah erat kaitannya. Tidak akan ada budaya tanpa
adanya komunikasi dan begitu pula sebaliknya.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan, kerap kali menemui


masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa,
lambang-lambang, nilai, atau norma-norma masyarakat dan sebagainya. Pentingnya pernan
komunikasi dan budaya atau sebaliknya yang mempunyai hubungan timbal balik, budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 90/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

B. Kaitan antara Komunikasi dengan Budaya

1. Pengertian Komunikasi

Untuk pembahasan mengenai pengertian komunikasi tidak akan dijelaskan panjang lebar
karena komunikasi itu sendiri telah mendapatkan banyak sekali materi. Sebagai catatan saja bahwa
dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang memang selalu ada ketika proses komunikasi terjadi
yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Unsur-unsur komunikasi ini tetap terjadi
ketika KAB berlangsung. Yang perlu diingat bahwa di dalam KAB unsur tersebut ditambah satu unsur
lagi yaitu konteks yang ternyata dalam KAB menjadi sangat penting pula untuk diperhatikan.1
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

2. Hakekat Kebudayaan

Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing
lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan
secara bermacam-macam. Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung
dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-
masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat
suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan bahwa kebudayaan
menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan
sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi. Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks
langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang
merupakan hasil dari proses belajar. Yang penting adalah manusia umumnya belajar dalam konteks
sosial, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam
kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan.
Dengan demikian, kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan : apa yang baik dan apa
yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.
Individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan
keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mengenai keyakinan,
adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya. Maka individu
tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan
kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan
yang melingkupinya.

3. Pengertian Kebudayaan

Budaya menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti akal budi; pikiran. Sedangkan
kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia. Seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari "budhi" yang berarti budi atau akal.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

Kebudayaan merupakan pola hidup yang bersifat mencakup segalanya. Selain itu kebudayaan
bersifat kompleks, abstrak dan merasuki semua aspek dan segi kehidupan.
Menurut Ruben menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan sub budaya) yaitu
Kompleks dan banyak segi Tidak dapat dilihat Berubah sejalan dengan waktu Jika kita menganalisis

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 91/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar
maupun kebudayaan dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga
pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan
berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi
(khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan
sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).

Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan
keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi,
keyakinan dan sistem nilai.

Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi
satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri.
Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi
dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari
masyarakat yang bersangkutan. Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi,
mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial
serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan
mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan
sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak
terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan)
kebudayaan baru muncul ketika terjadi :

1. Anggota kebudayaan melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.

2. Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan atau subbudaya lain
dan ketika terjadi interaksi terlihat adanya perbedaan tingkah laku yang selama ini dikenalnya
dan dilakukannya.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

4. Pengertian Komunikasi antar budaya

Yang menjadi fokus perhatian KAB adalah Proses komunikasi (interaksi) antara individu-individu atau
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.

Sitaram (1970)

Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural
communication…..the art of understranding and being understood by the audience of another culture)

Samovar and Potter (1972)

Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut
membawa serta latar belakang budaya, pengalaman yang berbeda, yang mencerminkan nilai yang
dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan dan nilai

Carley H. Dood (1982)

Komunikasi antar budaya adalah interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 92/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5. Kaitan Komunikasi Dan Budaya

Komunikasi antarbudaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi dan


kebudayaan serta saling ketergantungan antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, menurut
Serbaugh, apabila disadari bahwa :

1. pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok
kebudayaan khusus tertentu.

2. Kesamaan tingkah laku antara satu generesi dan generesi berikutnya hanya dimungkinkan berkat
digunakannaya sarana-sarana komunikasi.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

Sementara itu, Smith menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan
kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut : kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan
peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan
komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus
dipelajari dan dimiliki bersama.

Hubungan antara individu dan kebudayaan saling memengaruhi dan menentukan.


Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktivitas komunikasi para individu anggotanya.
Secara kolektif, perilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita (kebudayaan) yang
mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari unit. Dengan demikian,
jelaslah bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan yang erat.

Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk menciptakan bahasa simbolik,
tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-nilai, aturan aturan dan tata, yang
memberi batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi, dan masyarakat yang
terus berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan unsur-unsur
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta dari satu tempat ke tempat lainnya.
Komunikasi juga merepukan sarana yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri
dengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya. Tepat kiranya jika
dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan, dan dipelajari melalui
komunikasi.

Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari individu-individu sebagian


terbesar merupakan hasil penyesuain diri dengan cara-cara khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem
sosial dimanamereka berada. Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa,
mengenai apa dan bagaimana komunikas sebagainya berlangsung. Tetati juga menentukan cara
mengkode atau menyandi pesan atau makna yang diletakkan pada pesan dalam kondisi berbagai
macam pesan yang dapat dikirimkan dan ditafsirkan.

Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi individu terutama bergantung pada


kebudayaannya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan landasan bagi komunikasi. Kebudayaan
yang berbeda akan menghasilkan praktik-praktik komunikasi yang berbeda pula5
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym] .

Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Komunikasi > Budaya, artinya : melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan


Budaya > komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi. Keseluruhan

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 93/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

perilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaannya.

Penjelasan lebih lanjut sbb :

Komunikasi --> Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-nilai,
aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan. Melalui
komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya
serta dari satu tempat ke tempat lain.

Budaya --> Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya.Kesimpulan : Jadi kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari
melalui komunikasi.

6. Tujuan Komunikasi Antarbudaya

Hakikatnya proses KAB bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan perilaku-perilaku
komunikatif (sebagian / keseluruhan).

2. Meningkatkan pengetahuan kita tentang orang lain dan budaya lain.

3. Menjelaskan kendala-kendala dan masalah-masalah terhadap pemahaman atas proses antar


budaya.

4. Meningkatkan pengetahuan kita tentang kemajuan informasi dan teknologi sehingga kita tidak
salah dalam memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut serta supaya tidak “gatek” (gagap
teknologi).

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 94/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

REFERENSI

Dedy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989

KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)

Daryanto, Ilmu Komunikasi, Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2013

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 95/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Dedy
Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1989),h.37.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 96/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] KBBI,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1996),h.98.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 97/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Dedy
Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya..........h.55.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 98/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Daryanto, Ilmu Komunikasi,


(Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2013).h.96.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 99/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Ibid.h.97.

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

5 Lihat komentar

29th January 2016 PERAN SURAT KABAR DALAM


MENYAMPAIKAN RISALAH
DAKWAH

PERAN SURAT KABAR DALAM MENYAMPAIKAN RISALAH DAKWAH


Oleh Suwardi Lubis

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, untuk mencapai dakwah yang efektif
maka diperlukan media. Merebaknya media saat ini seperti media cetak dan online merupakan salah
satu wujud dari era reformasi dan keterbukaan informasi. Fungsi media itu sendiri adalah memberikan
informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Media mampu menggiring opini publik kepada
suatu fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan berita. Maka pada tahap
inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak memihak kepada dunia muslim
dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada pemberitaan yang bernilai dakwah.

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bil qalam (dakwah melalui
tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, novel, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan
yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Media cetak juga sebagai salah satu media dakwah yang efektif untuk berdakwah bil qalam.
Namun pada zaman sekarang ini dakwah bil qalam tidak hanya dilakukan di media cetak saja
melainkan juga di internet seperti dikemas dalam blog, website dan artikel-artikel lain yang bisa
diakses melalui internet. Dan majalah-majalah yang mengandung sisi dakwah juga bisa diposting di
internet dan bisa dibaca oleh jutaan umat. Meskipun Internet merupakan barang baru, namun internet
secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal. Inti dari dakwah bil qalam
adalah menulis, menulis laksana mendayung, berlayar dengan pikiran yang denganya penulis akan
menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan.

BAB II

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 100/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

PEMBAHASAN

1. Pengertian Surat Kabar

surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan


gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat
mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

Media cetak adalah media yang terdiri dari lembaran kertas yang tertulis dengan
sejumlah kata, kalimat, gambar, dan wacana yang tata rapi serta berisikan berbagai macam
informasi-informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan, tips, lapangan pekerjaan,
bisnis, aspirasi, opini, promosi dan juga mengenai kejadian di dalam dan di luar negara.

2. Peran Surat KabarTerhadap Penyampaian Risalah Islam

Media massa yang harus mutlak dipergunakan dalam pelaksanaan dakwah Islam
yang harus memiliki efektivitas yang tinggi, antara lainPers (surat kabar)Wilayah dakwah ini
amat besar manfaatnya, sebab ia termasuk dari beberapa media massa pembentukan opini
masyarakat hampir bisa disebut sebagai makanan pokok masyarakat mendambakan
informasikan dan selalu dapat mengikuti perkembangan dunia. Dakwah Islam melalui
wasilah ini dapat membentuk berita-berita Islam, artikel-artikel Islam dan sebagainya.

[https://www.blogger.com/null] Dalam Alquran terdapat satu surah yang bernama


surah Al-Qalam warta pena, sebagai isyarat tentang pentingnya peran huruf, pena dan
penulisan dalam pelaksanaan dakwah Islamiyah. Firman Allah dalam surah Al-Qalam ayat 1

(١) َ‫ﻧ َﻮ ْاﻟﻘَﻠَ ِﻤ َﻮ َﻣﺎﯾَ ْﺴﻄُﺮُون‬


Artinya.” Nundemi kalam dan apa yang mereka tulis.

Ayat diatas menjelaskan bahwa peran huruf, pena tulisan dalam pelaksanaan dakwah
Islam sangat penting, sama pentingnya dengan dakwah itu sendiri. Dapat juga dipahami
bahwa sejak semula dakwah Islamiyah telah merintis jalan selektif ke arah pembinaan
penghurupan, penerapan dan tulisan atau dengan kata lain hal karangan-karangan.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

3. Ciri-ciri Surat Kabar

1. Publisitas (Publicity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari
berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun
sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada
sekelompok orang atau golongan.

2. Periodesitas (Periodicity)

Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari
bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam
penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun
isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.

3. Universalitas (universality)

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 101/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru
dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu
profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian,
tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak
umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek
kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.

4. Aktualitas (Actuality)

Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-
duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah
laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai
peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan
aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa
menyampingkan pentingnya kebenaran berita.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

4. Tantangan Dakwah Dalam Surat Kabar

Dakwah merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim. Dalam Al Quran pun juga
menerangkan kepada kita bahwa kita harus mengajak untuk berbuat ma’ruf dan menjauhi
yang munkar. Maka dari itu, di era globalisasi ini dakwah Islam harus bisa menyelaraskan
dengan media-media komunikasi yang modern untuk penyebaran pesan-pesan dakwah Islam
kepada masyarakat luas.
Sering pesan yang dusampaikan oleh seorang da’i kepada mad’u terjadi
kesalahpahaman, bahkan yang lebih parah lagi jika terjadi salah penafsiran. Ini merupakan
tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan ketika menjadikan surat kabar menjadi media
dakwah. Seorang da’i harus bisa menulis dengan jelas agar bisa diterima oleh mad’u. Berikut
adalah hambatan yang bisa terjadi ketika berdakwah melalui surat kabar yaitu:

1. Semantic Faktor.

Hambatan ini berupa pemakaian kosa kata yang tidak dipahami oleh mad’u. Ini bisa
berdasarkan pengalaman sebanyak apa mereka mendapatkannya. Seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, kelompok masyarakat sangat mempengaruhi diterima tidaknya suatu pesan.

2. Prejudise (Prasangka).

Prasangaka adalah hambatan yang paling berat terhadap kegiatan dakwah. Dan kita
pun tidak mampu mencegah masalah ini karena tentu saja kita tidak bisa mengendalikan
siapa yang membaca tulisan kita.

3. Merusak atau memalsu isi komunikasi.

Terkadang ada juga seorang wartawan memutarbalikan fakta untuk menarik


pembaca. Tentu saja hal ini dapat merusak kebenaran dalam agama apabila berita yang
disampaikan berhubungan dengan Islam.

4. Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran luas lingkup pandandangan sendiri yang terlalu sukar
untuk dimengerti. Jadi karena dalam surat kabar feedback tidak bisa diterima langsung antara dai
dan mad’u, maka mad’u menafsirkan sendiri sesuai dengan pengalama yang aia pahami sendiri.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 102/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Melalui bahasa itulah terjadi komunikasi anatara individu dengan individu lainnya,
sehingga mereka berbahasa sama merasakan suatu ikatan batin sebagai suatu kelompok..
Apabila seorang dai mampu menggunakan bahasa yang mampu dipahami oleh siapa saja,
tentunya tujuan dakwah bisa tersampaikan kepada mad’u. Tidak hanya yang beragama
muslim saja mengerti dengan bahasa tulisan yang dimaksud, tapi juga bisa mempengaruhi
orang yang belum beragama Islam menjadi tertarik dengan Islam karena bahasanya yang
mudah dimengerti serta menarik perhatian.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

5. Peluang Dakwah Dalam Surat Kabar

Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan para dai dalam berdakwah melalui surat
kabar antara lain dapat mengisi rubric-rubrik seperti berikut ini.

1. Arikel Keislaman. Dengan melalui artikel keislaman maka pesan yang ingin disampaikan akan
cepat tersampaikan kepada masyarakat luas. Asalkan bahasa yang digunakan mudah dipahami
dan menggunakan kalimat-kalimat yang tepat.
2. Tanya Jawab Masalah-Masalah Agama Islam. Biasanya dalam surat kabar ada kolom khusus
untuk tanya jawab, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah. Dan dai harus mampu
memberikan jawaban yang benar terhadap suatu permasalahan yang dikemukakan oleh mad’u.
3. Cerita yang Bernafaskan Islam. Dalam hal ini peran para seniman muslim sangat dibutuhkan.
Merek dapatmenyisipkan cerita-cerita yang mengandung ajaran Islam yang sesungguhnya.
4. Puisi-Puisi yang Bernafaskan Islam. Penyajian dakwah dengan puisi-puisi Islami, syairnya dapat
diambil dari ajaran agalma Islam. Dakwah ini sangat diminati oleh kalangan remaja.
5. Rubrik Khusus Agama Islam.. Rubrik Khusus adalah suatu kolom yang memang disediakan
untuk rubric agama Islam, katakanlah seperti kolom agama atau mimbar agama. Dengan adanya
rubric ini , dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk berdakwah. Namun tentunya tidak
melupakan prinsip-prinsip dakwah yang selalu melihat kondisi psikologis mad’u. Jangan sampai
ada kesalahan ketika kita sudah mengerti metode-metode yang harus kita gunakan dalam
menyebarkan ajaran Islam.

Dalam dakwah bil qalam ini memang dibutuhkan keahlian khusus dalam
hal menulis, yang kemudian disebarluaskan melalui media cetak. Inilah
tantangannya, walaupun kelihatannya mudah namun nyatanya tidak semua da’i
dapat melakukan hal ini. Karena dibutuhkan keahlian khusus inilah yang
menyebabkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan ajaran Islam
melalui tulisan. Kita adalah dai sebelum yang lain.5
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

6. Kelebihan Dan Kekurangan Dakwah Melalui Surat Kabar


Kelebihan

1. Tulisan yang terdapat dalam lembaran kertas dapat bertahan lama.


2. Tulisan yang terdapat dalam lembaran kertas dapat disimpan.
3. Bisa dibaca ulang jika diperlukan oleh penerima dakwah.
4. Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.
5. Dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
6. Harganya lebih terjangkau maupun dalam distribusinya.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 103/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Kekuranganya.

1. Tidak seluruh mad’u yang bisa membaca.


2. Makan waktu lama untuk membacanya.
3. Dari segi waktu media cetak lambat dalam memberikan informasi. Karena media cetak tidak
dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi pada masyarakat dan harus menunggu turun
cetak.
4. Media cetak hanya dapat berupa tulisan.
5. Media cetak haya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
6. Biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengireimkannya
sebelum dapat dinikmati masyarakat.6 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

DAFTAR PUSTAKA

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 104/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Http://All-About-Theory.Blogspot.Com/2010/10/Pengertian-Surat-Kabar.Html [http://all-about-

theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-surat-kabar.html] , Di Akses Selasa 23 April 2015. Pukul 11.00

Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Alquran, Jakarta, Bulan Bintang: 1984

Onong UchohjonoEfendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung Remaja Karya: 1984

Soiman, Metodelogi Dakwah, Medan, T. Tempat Terbit: 2010

Departemen Agama, RI, Alquran dan Terjemahan, Bandung 2010.

Samsul Muni,Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta, Hamzah: 2009

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 105/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Http://All-About-Theory.Blogspot.Com/2010/10/Pengertian-Surat-Kabar.Html [http://all-about-
theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-surat-kabar.html] , Di Akses Rabu 30September 2015.
Pukul 22.00

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 106/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Hasjmy,
Dustur Dakwah Menurut Alquran, (Jakarta, Bulan Bintang: 1984), h.100.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 107/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Efendi
Onong Uchohjono, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung Remaja Karya: 1984), h.
119-121.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 108/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Efendi
Onong Uchohjono, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, h

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 109/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Amin,
Samsul Muni, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Hamzah: 2009), h.113.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 110/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Soiman,
Metodelogi Dakwah, (Medan, T. Tempat Terbit: 2010), h, 100-102.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

6 Lihat komentar

MEDIA MASSA DAN PERUBAHAN


29th January 2016
BUDAYA
MEDIA MASSA DAN PERUBAHAN BUDAYA
Oleh Suwardi Lubis

Media massa adalah istilah untuk menggambarkan bentuk komunikasi yang dilakukan lewat
media massa untuk umum. Media massa yang dikategorikan sebagai alat, instrument komunikasi yang
memungkinkan kita untuk merekam serta mengirim intormasi dan pengalaman-pengalaman dengan
cepat kepada khalayak luas, terpencar-pencar dan heterpgen.

Media massa dengan dukungan teknologi telah membantu mematahkan jarak antara
makrososial dan mikrososial. Media massa membawa tema-tema publik ke dalam lingkungan privat
tempat ia memasuki dan dipengaruhi oleh kondisi, orientasi dan kebiasaan lokal. Olehnya itu tidak
salah jika Thomson mengatakan: Dunia publik telah dibangun kembali dalam zaman elektronika, baik
secara teknologi, maupun secara sosial (dalam Lull, 1998: 71).

Media massa dengan perpaduan komputer dan telekomunikasi (ITC: Information Tecnonogy
Communication) menghasilkan gerakan informasi dengan kecepatan cahaya kepada khalayak yang
jumlahnya luar biasa, menyalurkan berita dan kata, yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang
salah, ke seluruh tempat di dunia ini.

Teknologi komunikasi yang telah menciptakan “Jalan bebas hambatan” (Writson, 1996: 3)
tidak hanya menciptakan ekonomi global, tetapi juga mengaburkan batas-batas sosial budaya, karena
dunia yang kita bangun sekarang ini, tidak mungkin dipertahankan kedaulatan atas informasi, sebab
“informasi dan alurnya juga meliputi lanngit bebas, dipergunakan secara bersama-sama. Budaya,
sebagai identitas sebuah masyarakat, tidak luput dari pengaruh media massa.

1. Media Massa

1. Pengertian Media Massa

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 111/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Media massa diartikan sebagai alat, instrumen komunikasi yang memungkinkan seseorang
untuk merekam serta mengirim informasi dan pengalaman-pengalaman dengan cepat kepada khalayak
yang luas, terpencar-pencar dan heterogen.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym] Rowland Lorimer dan Paddi Scannel (1994)
mendefinisikan media massa secara lebih luas dengan mengaitkan dengan fungsi dan peran media.
Media massa sebagai alat komunikasi massa, digambarkan oleh Loriel dan Paddy Scannel dengan
elemen-elemen seperti dikemukakan oleh McQuail (1993) sebagai berikut:

1. Media massa merupakan aktifitas komunikasi massa yang berorientasi berdasarkan isi media.

2. Media massa menggunakan konfigurasi teknologi (televisi, radio, videoteks, majalah dan buku).

3. Sistem media massa, apakah formal atau non-formal (menyangkut sistem media, kantor pusat,
sistem publikasi dan sebagainya).

4. Dioperasikan berdasarkan ketentuan hukum dan kesepakatan antara para professional dan
praktisi, khalayak dan kecenderungan sosial masyarakat.

5. Diterbitkan oleh kelompok yang terdiri atas: Pemilik modal, redaktur, distributor, periklanan dan
pelanggan.

6. Menyampaikan informasi, hiburan, pikiran-pikiran dan simbol-simbol.

7. Ditujukan kepada audience yang banyak (Rowland, 1994: 25).

2. Pertumbuhan Media Massa

Everett M. Rogers (1978) membagi perkembangan komunikasi manusia dalam empat era,
dimulai dari tahun 34000 SM, periode CroMagnon, hingga memasuki era komunikasi interaktif. Tabel
berikut menjelaskan tahaptahap perkembamgam komunikasi manusia:

Tabel 1: Pertumbuhan Media Massa

Era Nama Era/Tahun Jenis Temuan Tahun

I Era Komunikasi - Tulisan Bangsa Sumeria di Clay Tablets 4000 SM


Tulisan/4000 SM ke
depan - Pi Seng (China) menemukan jenis cetakan buku yang 1041 SM
digerakkan
1242 M
- Lempengan logam pengganti clay digunakan di Korea

II Era Komunikasi - Bible Guttenberg dicetak 1456 M


Tulisan/1456 M ke
depan - Sirkuliasi mass media dimulai dengan Surat Kabar Penny 1833 M
Pers oleh New York Sun
1839 M
- Metode fotografi ditemukan oleh Daguere yang digunakan
oleh surat-surat kabar

III Era Telekomunikasi/ - Samuel Morse mengirimkan telegrap pertama 1844 M

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 112/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1844 ke depan - Gambar bergerak ditemukan dan film pertama 1876 M


dipertontonkan kepada public
1895 M
- Guglielmo Marconi menyiarkan pesan-pesan radio
1912 M
- Lee De Forest menemukan pengerasan dari vacuum tube
1920 M
- Jadwal resmi penyiaran radio pertama oleh KDKA di
Pittshburg 1933 M

- Televisi didemonstrasikan oleh RCA 1941 M

- Penyiaran pertama televisi komersial

IV Era Komunikasi - Komputer mainframe pertama, ENIAC dengan 18.000 1946 M


Interaktif vacuumtube ditemukan di Universitas Pennysilvia
1947 M
- Transistor ditemukan oleh William Shockley, Jhon Berden,
dan Wolter Brattain di Laboratorium Bell 1956 M

- Video Tape ditemukan oleh Ampax Company, di Kedwood 1957 M


City, California
1969 M
- Rusia meluncurkan satelit pertama, Sputnik
1970 M
- NASA untuk pertama kalinya melakukan penerbangan
setelah ditemukan mini komputer yang ukurannya 3000 1975 M
kali lebih kecil dari ENIAC
1975 M
- Penemuan mocroprocesor unit control komputer (the Central
Procesor Unit atau CPU) pada chip semi konduktor, oleh 1976 M
Ted Hoff di Intel Corporation, perusahaan mikro
elektronik Silicon Valley) 1977 M

- Mikro komputer pertama Altair 8800 dipasarkan 1979 M

- HBO (Home Box Office) memulai penyiaran program sistem


TV kabel menandai TV kabel di Amerika Serikat

- Sistem teletex untuk pertama kalinya disediakan oleh dua


jaringan televisi Inggeris (BC dan ITU)

- Qube,sistem televisi kabel interaktif pertama, mulai


dioperasikan di Columbus, Ohio

- Site videotext untuk pertama kalinya disiapkan oleh Kantor


Pos Inggeris

Sumber: Everett M Rogers, 1978: 22

Riwayat perkembangan komunikasi di atas menunjukkan, bahwa ternyata semakin


belakangan, ternyata semakin cepat jarak dari inovasi teknologi komunikasi. Kemajuan yang dianggap
penting adalah era komunikasi cetak yang ditandai dengan penemuan huruf cetak yang dapat dipindah-
pindahkan oleh Johanes Guttenberg (1450), memulai era industri media, khususnya media cetak.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 113/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Selain itu, kemajuan selanjutnya yang dianggap penting adalah pengoperasian telegrap, yang
difungsikan pertama kali pada tahun 1836.

Peluncuran satelit komunikasi pertama dalam tahun 1962, menandai kelahiran teknologi
satelit. Sinyal-sinyal satelit ditangkap oleh antenna berbentuk piring yang disebut stasiun bumi. Stasiun
ini pada mulanya hanya mampu dimiliki oleh perusahaan komunikasi kabel. Kini, makin banyak
jumlah pemilik stasiun-stasiun bumi secara individual sejalan dengan harganya yang semakin turun
dan wujudnya yang makin praktis. Piring-piring penerima ini juga memungkinkan pemirsa untuk
menonton televisi langsung dari stasiun itu.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

Pada awal perkembangan teknologi komunikasi ini, satelit yang ada diintegrasikan ke dalam
infrastruktur telekomunikasi seperti PPT, perusahaan telepon dan lain-lain. Perkembangan ini
menandai Revolusi Satelit I. Saat ini, kita telah memasuki Revolusi Satelit II ditandai dengan
komunikasi satelit dapat memotong jalur infrastruktur yang ada, seperti Direct Broadcast Satelit
(DBS), Mobile Communication dan Private Network.

Selain meningkatkan pilihan pemirsa, satelit juga membuat mungkin terciptanya jaringan-
jaringan pribadi yang sangat banyak dan masing-masing dapat disesuaikan menurut kebutuhan
pemakai. Dengan menggunakan teknologi satelit, orang dapat melakukan komunikasi melalui
hubungan telepon atau faksimili sementara dalam perjalanan di mana saja berada, dapat berbelanja
jarak jauh (teleshopping), dapat melakukan konferensi pers (teleconference) yang meliputi seluruh
Negara (nation- wide)atau seluruh dunia, tanpa harus meninggalkan rumah atau kantor, sehigga
videoconference atau sistem networking telah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini.

2. Mengenal Budaya

1. Pengertian Budaya

Budaya, berasal dari kata Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Ada pendapat yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah “daya
dari budi” yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan
karsa itu.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

Kebudayaan didefinisikan oleh Edward Tylor (1871) sebagai: that complex wich includes
knowledge, belief, art, moral, costum, and any other capabilities acquired by man as a member society
(dalam Randall Stokes, t,th.: 68). (Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi
kepercayaan, seni, moral, hukum, dan kemampuan lainnya, dan kebiasaan yang didapatkan seseorang
dari masyarakat).

Kilman, Saxton dan Serpa (1986) mendefenisikan kebudayaan sebagai “culture can be
definet as the philosophies, ideologis, values, assumptions, expectations, attitudes and norms that knit
acommunity together. (Budaya dapat dirumuskan sebagai serangkaian falsafah, ideologi, nilai, asumsi,
harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama yang mengikat suatu masyarakat). Menurut Ilmu
Antropologi, budaya adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia untuk belajar.4
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa kebudayaan
menyangkut sebuah kesepakatan kelompok, baik eksplisit maupun implisit, tentang bagaimana

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 114/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

seseorang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara bersama dalam kelompoknya.

Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat, mengacu pada J.J.Hongmann (1959), terdiri


atas tiga, yakni:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari masyarakat

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan lokasinya berada
dalam alam pikiran warga masyarakat, tempat kebudayaan itu hidup. Wujud ideal kebudayaan, disebut
juga adat atau adat istiadat. Wujud kedua dari kebudayaan, disebut dengan sistem sosial, mengenai
tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-
manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dari hari ke hari menurut
pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu
masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diobservasi,
difoto dan didokumentasi. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut dengan kebudayan fisik berupa
benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

Unsur-unsur kebudayaan universal, disebut juga sebagai isu pokok dari tiap kebudayaan di
dunia, adalah:

1. Bahasa.

2. Sistem pengetahuan.

3. Organisasi sosial.

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.

5. Sistem mata pencaharian hidup.

6. Sistem religi.

7. Kesenian.

Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, misalnya
unsur universal kesenian, wujud idealnya adalah gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan dan syair-syair
indah. Wujud berpola dapat berupa interaksi antar seniman-pencipta, seniman-penyelenggara, sponsor,
pendengar dan penonton. Dan, wujud kesenian sebagai benda seni dapat berupa benda-benda indah,
candi, kain tenun, dan lain sebagainya.

2. Perubahan Budaya

Haviland berpendapat, bahwa dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan berubah
sebagai tanggapan atas hal-hal seperti masuknya orang luar, atau terjadinya modivikasi perilaku dan
nilai-nilai di dalam kebudayaan. Proses perubahan dan pergeseran budaya, dibedakan Koentjaraningrat

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 115/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

dalam: (1) Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari: Internalisasi, sosialisasi dan
enkulturasi; (2) Proses perkembangan kebudayaan atau evolusi kebudayaan (cultural evolution); (3)
Proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di bumi,
yakni proses difusi (diffusion); (4) Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga
masyarakat, yakni proses akulturasi (acculturation), dan proses asimilasi (assimilation); dan (5) Proses
inivasi (innovation) dan penemuan baru (discoveri dan invention) (Kontjaraningrat, 1990: 227-228).

Proses internalisasi, adalah proses belajar kebudayaan yang panjang, sejak individu dilahirkan
sampai ia meninggal. Ia belajar menanamkan dalam kepribadiaanya segala perasaan, hasrat, nafsu,
serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Proses sosialisasi, adalah proses ketika seorang
individu sejak masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi
dengan berbagai macam individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peran sosial yang
mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses enkulturasi atau proses pembudayaan, adalah proses
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat,
sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

Proses evolusi kebudayaan, adalah proses perubahan kebudayaan bila dilihat dari interval
waktu yang panjang, akan terlihat perubahan-perubahan besar dalam kebudayaan. Sementara, proses
difusi kebudayaan, disebabkan oleh proses migrasi kelompok manusia di bumi. Dengan migrasi
tersebut, tersebar pula unsur-unsur kebudayaan di penjuru dunia. Akulturasi atau acculturation atau
culture contac, adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dalam suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebuudayaan asing. Lambat laun, unsur-unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri. Asimilasi atau assimilation, adalah proses sosial yang timbul bila:

1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda

2. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama.

3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran
(Kontjaraningrat, 1990: 221-260).

3. IMPLIKASI PERTUMBUHAN MEDIA TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA

1. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Budaya

Harrold Innis dan Marshal McLuhan adalah sarjana modern yang mengkaji hubungan antara
alat komunikasi yang terdapat di masyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan membentuk
kararkter serta bidang sosial mereka, seperti bidang politik dan social budaya. McLuhan yang banyak
belajar, mengembangkan ide pada periode modern. Ia mulai melihat, bahwa pengaruh sistem
percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan (Rowland, 1994: 2).

Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-pindahkan,
secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Pada tahun 1500, jutaan buku dicetak atas
permintaan (Staubhaar dan LaRose, 1996: 49). Dari kenyataan ini, McLuhan menyatakan bahwa media
elektronik modern, khususnya radio, televisi, fotografi dan film dapat membentuk pola pikir
masyarakat modern. Ide itu berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media dan
implikasinya dalam konteks global, media telah membuat--sesuatu yang pertama dalam sejarah--
mungkinya sistem komunikasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 116/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

McLuhan sebagai the global village (desa global) (McLuhan dalam Rowlan Lorrimer dan Paddi
Scannel, 1994: 2).

Fenomena percepatan transformasi ide disebut Konetjaraningrat sebagai difusi, ketika unsur-
unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat sekali,
bahkan seringkali tanpa kontak antar individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat
penyiaran yang bekerja efektif, seperti surat kabar, majalah, radio, buku, film dan televisi
(Koentjaraningrat, 1990: 246-247). Penyebaran unsur-unsur kebudayaan, juga ditimbulkan oleh
peralihan pekerjaan yang diakibatkan oleh Revolusi Industri. Di akhir tahun 1800-an dan awal tahun
1900-an, orang-orang dalam kelompok besar bermigrasi dari pekerjaan sektor pertanian pertanian di
desa-desa ke pekerja industri di sejumlah kota.

Urbanisasi ditumbulkan oleh media massa, karena secara serempak mereka mendapatkan
informasi tentang apa yang akan mereka lakukan pada masa akan datang bagi kehidupan mereka
melalui media massa (Staubhaar dan LaRose, 1996: 50). Migrasi ini menyebabkan pertemuan antara
kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, individu-individu
dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Proses yang dapat
terjadi dari pertemuan budaya ini adalah akulturasi budaya, dan sekaligus proses asimilasi.6
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Budaya

Budaya dalam pandangan antropolog, adalah seluruh yang disetujui oleh masyarakat dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kontribusi pewarisan tingkah laku dalam
masyarakat biasanya dilakukan oleh institusi formal, seperti gereja dan Negara, dan saat ini dilakukan
oleh media. Dikaitkan dengan perkembangan media massa, Wilson (2002), membagi tahapan-tahapan
perkembangan budaya pada:

1. Tahap Elitis

Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas, yaitu
Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-orang kaya.
Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga kurang dari
200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya lainnya yakni
budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit, adalah orang-orang
yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik. Para petani dengan folk culture,
berhubungan langsung dengan karnaval di jalan-jalan, lagu-lagu dan dongeng-dongeng rakyat.

2. Tahap Populer

Pada abad ke-19, perbedaan antara Budaya Elit dan Budaya Rakyat menjadi kabur dengan
dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri. Kekuatan
ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Keberadaan media massa juga merangsang
Budaya Populer (Staubhaar dan La Rose, 1996: 4).

2. Tahap Spesialisasi

Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad XX ditandai dengan banyaknya terobosan media
massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi
sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 117/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Peran media massa dalam perubahan budaya, selanjutnya dikemukakan oleh Lull (1998: 186-
192), sebagai peran transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi. Transkulturasi, mengacu pada sebuah
proses ketika bentuk-bentuk budaya secara harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk
berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya
baru.

Proses transkulturasi dihasilkan oleh proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi
geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh
media massa dan industri kebudayaan. Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya
yang esensial, yakni ruang dan waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi
dan hiburan dari satu bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis budaya baru.

KEPUSTAKAAN

Achmad, AS. 2002. Media Massa dan Khalayak. Makassar:.Hasanuddin University Press.

Lorimer, Rowland and Paddy Scannel. 1994. Mass Communication, A Comparative Introduction.
Manchester University Press, New York.

Lull, James. 1998. Media, Communication and Culture: A Global Approach. Diterjemahkan oleh
Setiawan Abadi:’Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global’. Cetakan I;
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Tan, Melly G. 1997. Masalah Perencanaan Penelitian. Dalam Koentjaraningrat ‘Metode-Metode


Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga, Cet. XIV; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wilson, Stan Le Roy. 1993. Mass Media/Mass Culture. New York Time Company.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 118/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Achmad, Media Massa dan Khalayak, (Makassar:.Hasanuddin University Press, 2002), h 10.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 119/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid,
h.52

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 120/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Cet. XIV; (Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 181

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 121/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ibid,
h.180

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 122/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Ibid,
h.187-188

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 123/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Achmad, Media Massa dan


6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc]
Khalayak. (Makassar:.Hasanuddin University Press, 2002), h.20

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

1 Lihat komentar

29th January 2016 MEDIA dan BUDAYA

MEDIA dan BUDAYA


Oleh Suwardi Lubis

Islam di kawasan Kepulauan Nusantara sesungguhnya telah berkembang dengan pesat karena
melalui proses akulturasi budaya lokal. Integrasi pemikiran Islam selalu disesuaikan dengan kekhasan
budaya lokal. Dalam konteks ini, dakwah Islamiyah selalu melihat lingkungan sosial budaya dengan
kacamata kearifan, kemampuan adaptasi ini merupakan kecerdasan sosial, intelektual, dan spiritual
yang dimiliki oleh para ulama dahulu yang bertugas menyebarkan agama Islam. Bukti-bukti seni
budaya Islam Nusantara telah merefleksikan bagaimana Islam sebagai ajaran samawi dan pranata
keagamaan, disebarkan dan disosialisasikan di Nusantara. Sosialisasi tersebut telah menggunakan cara-
cara damai dan memanfaatkan sumber daya kultur lokal sebagai media komunikasi yang efektif.

1. [https://www.blogger.com/null] Budaya Media

Salah satu pengertian budaya media adalah suatu kondisi proses kebudayaan di mana
dialektika dari berbagai unsur budaya dalam membentuk sosok mapan sementara dari suatu
kebudayaan melibatkan banyak interaksi media. Artinya : Kebudayaan tidaklah merupakan produk
akhir yang mantap selama-lamanya. Ia senantiasa dibentuk dalam kondisi tesis-antitesis antara
berbagai unsur budaya.

Dalam masyarakat tradisional (dengan penyangga ekonomi pertanian) istilah ‘budaya media’
punya arti tersendiri. Masyarakat etnik dengan latar pertanian tradisi pada perkembangan dialektiknya
mencapai ‘sosok budaya ‘ (sistem pertanian, kekerabatan,sistem budaya) melalui wahana media yang
erat dengan ritual/upacara. Upacara-upacara tersebut mempunyai makna yang khas sebagai ‘media’
karena berfungsi menyampaikan informasi.

Budaya media bisa ditemukan dalam bentuk images, suara dan tontonan yang memproduksi
struktur kehidupan seharihari, mendominasi waktu luang seseorang, membentuk pandangan politik dan
prilaku sosial juga menyediakan material bagi bahan pembentukan identitas. Budaya media merupakan
sarana konstruksi seseorang akan kesadaran kelas,etnik, ras, kebangsaan seksuality juga istilah kita dan
mereka. Budaya mediaadalah industri kebudayaan, diorganisasikan dalam model produksi massa yang
digolongkan kepada type-type atau genre, dengan formula, kode-kode dan aturantertentu (Kellner,
2003:1). Budaya media terkandung dalam film, tiap tontonan yang disajikan tv nasional maupun tv
berbayar internasional, radio, musik juga bentuk-bentuk budaya media lainnya.

Budaya Media merupakan medan berlangsungnya kontes reproduksiideologi atau hanya sekedar
makna dan penanamannya kepada khalayak, jadi bukan hanya sebuah instrumen dominasi (Kellner,

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 124/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2003:102). Yang inginditemukan pada pengkajian kritis akan sebuah budaya media adalah ideologi
yangtertanam di dalamnya dengan melihat konteks sosial masyarakat yang luas danterbagi atas
kekuatan-kekuatan tertentu. Ada kelompok dominan yang selalu berhasil menggiring opini karena
mereka mayoritas dan memiliki sumber daya, juga kelompok lainnya yang berjuang dengan ideologi
mereka termasuk kelompok resistensi yang mencoba melawan kekuatan dominasi.

2. Budaya Rakyat (Folklore)

Folklore sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman
sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, setiap
daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan
folklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor
ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan
maupun gerak isyarat.Dapat juga diartikan Folklor adalah adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat
yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang
tersebar dan diwariskan turun menurun. Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris.
Kata tersebut merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Menurut
Alan Dundes kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan
kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal itu
antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, dan agama
yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu
kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah
mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki
kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi dari folk, yaitu
sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklor
adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk
lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

3. Ciri-ciri folklore

Agar dapat membedakan antara folklor dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri
utama folklor. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

(a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut
ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

(b) Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.

(c) Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan
sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.

(d) Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.

(e) Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat
(menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju
sawijing dina (pada suatu hari).

(f) Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat
pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 125/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

(g) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini
terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.

(h) Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.

(i) Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan.
Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.

4. Jenis-jenis Folklor

Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga
kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.

a. Folklor Lisan

Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:

(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;

(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;

(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;

(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;

(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite
(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat,
Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari
Bali;

(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.

5. Budaya Elite

Pengertian kebudayaan elite menyangkut pengetahuan, model-model, skema-skema, pola


pikir (kognisi), blueprint, dan nilai-nilai yang membentuk perilaku manusia dalam suatu masyarakat/
komunitas.

6. Budaya Populer (Popular Culture)

Istilah “budaya pop“ (popular culture) dalam bahasa sepanyol dan portugis secara harfiah
berarti “kebudayaan dari rakyat” (de la gente , del pueblo ; da gente , de povo ). Pop , dalam
pengertian ini , tidak berarti tersebar luas , arus utama , dominan atau secara komersial sukses. Dalam
bahasa dan kebudayaan Latin kata ini lebih banyak mengacu pada ide bahwa kebudayaan berkembang
dari kreatifitas orang kebanyakan. Budaya pop berasal dari rakyat ; budaya pop bukan diberikan
kepada mereka. Perspektif ini menjebol pembedaan antara produsen dan konsumen artifak budaya ,
antara industri kebudayaan dan konteks penerimaan . Kita semua memproduksi budaya pop .
Membangun kebudayaan pop merupakan pelaksanaan kekuasaan budaya .

Teoretikus kajian budaya John Fiske (1989) menjelaskan hubungan antar budaya pop dan
kekuasaan budaya ketika dia membahas bagaimana artifak-artifak yang mencakup mulai dari blue
jeans hingga Madonna diintrepatisikan bermacam-macam dan digunakan secara taktis oleh para
pencintanya lewat cara-cara yang sesuai dengan kepentingan mereka. Tetapi Fiske membawa masalah
ini satu langkah lebih lanjut yang kontroversial. Dia berargumen bahwa budaya pop tak pernah
dominan karena “budaya pop selalu terbentuk dalam hubungan dengan –dan tak pernah sebagai bagian
dari-kekuatan-kekuatan yang mendominasi” (hlm. 43).
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 126/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Proses membuat budaya, menurut Fiske, merupakan perjuangan kelas. Bertentangan dengan
kritik yang sering diajukan orang bahwa budaya pop tak lain dari –eksoploitasi komersial yang
kapitalistik atau “budaya massa”, Fiske berpendapat bahwa pop tercipta sebagai hasil perlawanan
terhadap dan pengelakan dari kekuatan-kekuatan ideologis dan budaya dominan. “kesenangan –
kesenangan pop pasti selalu merupakan kesenangan-kesenangan kaum tertindas; kesenangan-
kesenangan itu pasti mengandung unsur-unsur oposisi, mengelak, skandal, menghina, vulgar, dan
menentang. Kesenangan-kesenangan yang ditawarkan oleh konfromitas ideologis sifatnya patuh dan
hegemonis; dan jelas bukanlah kesenangan pop dan bertentangan dengannya” (hlm.127)

Budaya populer merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi pupularitas dan
kedangkalan makna atau nilai-nilai. Menurut Ray B. Brownie budaya populer adalah budaya yang ada
di dunia ini, disekeliling mita yang meliputi sikap kita, perilaku, tindakan, makanan, pakaian,
bangunan, jalan perjalanan, hiburan, olah raga, politik, aktivitas serta bentuk dan cara mengontrolnya.
Misalnya HP, jaringan sosial dan lain-lain.

Budaya ini lahir karena adanya hemegoni media masa dalam ruang-ruang budaya publik. Budaya
populer berkembang diluar control budaya tinggi. Ide-ide budaya populer lahir dari segala budaya baik
budaya rendah ataupun budaya tinggi.

Jadi, budaya pop memberdayakan. Media massa menyumbang pada proses itu dengan
mendistribusikan sumber-sumber budaya kepada individu yang tertindas dan kelompok-kelompok
bawah untuk kemudian oleh mereka demi mengembangkan taktik-taktik perlawanan terhadap strategi-
strategi pengepungan hegemonial. Salah satu contoh paling tajam mengenai hal ini yang dikemukakan
Fiske adalah bagaimana orang-orang muda pribumi Australia (aborigin) yang menonton film-film
koboi TV Amerika bersimpati pada orang-orang Indian dan “menyemangati mereka ketika mereka
menyerang kereta wagon atau rumah, dan membunuh orang-orang lelaki putih membawa lari
perempuan-perempuan kulit putih” (hlm. 25)

1. Kelahiran Budaya Populer

Budaya populer (sering juga dikenal sebagai budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-
gagasan, perspektif-perspektif, sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai
sebuah kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada akhir abad
kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya popuper ini banyak dipengaruhi oleh media massa
dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari. Istilah “budaya populer” sendiri berasal dari
abad ke sembilan belas, yang penggunaan awalnya merujuk kepada pendidikan dan kebudayaan dari
kelas-kelas masyarakat yang lebih rendah. Istilah tersebut kemudian mengandung arti sebuah
kebudayaan dari kelas-kelas masyarakat yang lebih rendah, yang berbeda dari dan bertentangan
dengan “pendidikan yang sebenarnya” yang ada pada akhir abad tersebut. Makna istilah tersebut saat
ini, yaitu budaya konsumsi massa, secara khusus berasal dari Amerika Serikat, yang muncul pada akhir
perang dunia kedua. Sedangkan istilah yang lebih singkat “pop culture” muncul pada tahun 1960-an.
Istilah ini juga sering disebut sebagai budaya massa dan sering dikontraskan dengan budaya tinggi
(misalnya, musik klasik, lukisan bermutu, novel sastra, dan yang sejenis lainnya).

Menurut Dominic Strinati, budaya populer atau budaya massa berkembang, terutama sejak
dasawarsa 1920-an dan 1930-an, bisa dipandang sebagai salah satu sumber historis dari tema-tema
maupun perspektif-perspektif yang berkenaan dengan budaya populer. Perkembangan ini ditandai
dengan munculnya sinema dan radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme
dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat. Budaya populer pertama kali
dipersoalkan oleh Mazhab Frankfurt. Mazhab ini didirikan pada tahun 1923. Para pendirinya pada
umumnya merupakan para intelektual Yahudi, bangsa Jerman sayap kiri yang berasal dari kelas atas
dan menengah masyarakat Jerman. Fungsi mazhab ini adalah untuk pengembangan teori dan penelitian
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 127/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

kritis. Kegiatan ini melibatkan karya intelektual yang bertujuan mengungkapkan kontradiksi-
kontradiksi sosial yang melatarbelakangi lahirnya masyarakat kapitalis pada masa itu maupun
kerangka-kerangka ideologis umum untuk membangun sebuah kritik teoritis terhadap kapitalisme
modern. Dari sekian banyak kaum intelektual menonjol yang kadang-kadang dikaitkan dengan mazhab
tersebut, di antaranya yang paling penting adalah Adorno (1903-1970), Horkheimer (1895-1973) dan
Marcuse. Budaya populer diangkat menjadi persoalan dalam mazhab ini karena budaya populer
bertentangan dengan semangat pencerahan, misalnya: individu melebur dalam massa, dan rasionalitas
dalam kenikmatan. Mazhab ini melihat massa sebagai yang dibuat bodoh oleh “industri budaya”
kapitalis

2. Karakteristik Budaya Populer

a) Relativisme

Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada yang mutlak benar maupun
mutlak salah, termasuk juga tidak ada batasan apapun yang mutlak, misalnya: batasan antara budaya
tinggi dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak dalam bidang seni dan moralitas.).

b) Pragmatisme

Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa memperdulikan benar atau salah
hal yang diterima tersebut. Semua hal diukur dari hasilnya atau manfaatnya, bukan dari benar atau
salahnya. Hal ini sesuai dengan dampak budaya populer yang mendorong orang-orang untuk malas
berpikir kritis sebagai akibat dari dampak budaya hiburan yang ditawarkannya. Kita dapat melihat
kecenderungan ini dari semakin banyaknya diterbitkan buku-buku yang bersifat pragmatis praktis
(buku-buku mengenai how to atau buku-buku self-help) atau majalah-majalah yang berisi tips-tips
praktis mengenai berbagai hal praktis.

c) Sekulerisme

Budaya populer mendorong penyebarluasan sekularisme sehingga agama tidak lagi begitu
dipentingkan karena agama tidak relevan dan tidak menjawab kebutuhan hidup manusia pada masa ini.
Hal yang terutama adalah hidup hanya untuk saat ini (here and now), tanpa harus memikirkan masa
lalu dan masa depan.

d) Hedonisme

Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan pemuasannya daripada intelek.
Yang harus menjadi tujuan hidup adalah bersenang-senang dan menikmati hidup, sehingga memuaskan
segala keinginan hati dan hawa nafsu. Hal seperti ini menyebabkan munculnya budaya hasrat yang
mengikis budaya malu. Para artis dengan mudah mempertontonkan auratnya sebagai bahan tontonan.
Seks yang kudus dan hanya boleh dilakukan dalam konteks pernikahan dipertontonkan secara
‘murahan’ dalam film-film dengan tujuan untuk menghibur. Bahkan bisnis yang berbau pornografi
merupakan sebuah bisnis yang mendapatkan penghasilan yang besar. Diperkirakan sekitar 12, 7 milyar
dolar Amerika dihasilkan oleh industri hiburan dewasa yang berbau pornografi (termasuk di dalamnya
majalah playboy, penthouse, mainan seks (sex toy), dan industri pornografi di internet). Banyak
industri yang menjadikan seks sebagai obat mujarab bagi sukses industri mereka, misalnya: majalah
bisnis atau majalah popular yang gambar sampulnya adalah wanita telanjang, sebuah pameran mobil
mewah yang pemandunya adalah seorang promo-girl yang seksi, sebuah iklan kopi yang presenternya
seorang model-girl yang aduhai. Hal-hal ini merupakan salah satu strategi visual yang sering

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 128/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

digunakan untuk memberikan provokasi dan efek-efek psikologis yang instan, yang biasanya berkaitan
dengan gejolak hasrat dan libido.

e) Materialisme

Budaya populer semakin mendorong paham materialisme yang sudah banyak dipegang oleh
orang-orang modern sehingga manusia semakin memuja kekayaan materi, dan segala sesuatu diukur
berdasarkan hal itu. Budaya populer atau budaya McWorld sebenarnya menawarkan budaya pemujaan
uang, hal ini dapat kita lihat dengan larisnya buku-buku self-help yang membahas mengenai
bagaimana menjadi orang sukses dan kaya.

f) Popularitas

Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi latar
belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Budaya populer
mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-orang muda dan remaja, hampir di semua
bagian dunia, khususnya di negara-negara yang berkembang dan negara-negara maju.

g) Kontemporer

Budaya populer merupakan sebuah kebudayaan yang menawarkan nilai-nilai yang bersifat
sementara, kontemporer, tidak stabil, yang terus berubah dan berganti (sesuai tuntutan pasar dan arus
zaman). Hal ini dapat dilihat dari lagu-lagu pop yang beredar, termasuk lagu-lagu pop rohani yang
terus berubah dan berganti.

h) Kedangkalan

Kedangkalan (disebut juga banalisme) ini dapat dilihat misalnya dengan muncul dan
berkembangnya teknologi memberikan kemudahan hidup, tetapi manusia menjadi kehilangan makna
hidup (karena kemudahan tersebut), pertemanan dalam Friendster maupun Facebook adalah
pertemanan yang semu dan hanya sebatas ngobrol (chatting), tanpa dapat menangis dan berjuang
bersama sebagaimana layaknya seorang sahabat yang sesungguhnya. Kedangkalan atau banalisme ini
juga terlihat dari semakin banyak orang yang tidak mau berpikir, merenung, berefleksi, dan bersikap
kritis. Sifat-sifat seperti keseriusan, autentisitas, realisme, kedalaman intelektual, dan narasi yang kuat
cenderung diabaikan. Hal ini menimbulkan kecenderungan bahan atau budaya yang buruk akan
menyingkirkan bahan atau budaya yang baik, karena lebih mudah dipahami dan dinikmati. Akan
muncul generasi yang ‘tidak mau pakai otak secara maksimal’.

Kedangkalan juga dapat dilihat dalam seni, misalnya: koor gereja yang suci yang dulu hanya
diperdengarkan di katedral-katedral, sekarang dapat disimpan di dalam bentuk pita rekaman yang
dibunyikan kembali di kamar tidur sebagai lagu pengantar tidur. Demikian juga lukisan unik yang
dahulu direnungkan secara khimat dan devosional sekarang dapat diperbanyak secara mekanis menjadi
foto-foto yang dapat digantung di dinding mana pun. Kita dapat melihat contoh-contoh lainnya seperti
koran yang dulu penuh dengan berita luar negeri dan dunia, sekarang banyak diisi dengan gosip-gosip
mengenai selebritis, mengenai tren pakaian wanita muda, dapat hal-hal dangkal lainnya. Televisi juga
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 129/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

telah menggantikan drama-drama dan film-film yang berkualitas tinggi dengan acara masak-memasak,
opera sabun dan program-program “gaya hidup” yang lain.

i) Hibrid

Sesuai dengan tujuan teknologi, yaitu mempermudah hidup, muncullah sifat hibrid, yang
memadukan semua kemudahan yang ada dalam sebuah produk, misalnya: telepon seluler yang
sekaligus berfungsi sebagai media internet, alarm, jam, kalkulator, video, dan kamera; demikian juga
ada restoran yang sekaligus menjadi tempat baca dan perpustakaan bahkan outlet pakaian.

j) Penyeragaman Rasa

Hampir di setiap tempat di seluruh penjuru dunia, monokultur Amerika terlihat semakin
mendominasi. Budaya tunggal semakin berkembang, keragaman bergeser ke keseragaman.
Penyeragaman rasa ini baik mencakup konsumsi barang-barang fiskal, non-fiskal sampai dengan ilmu
pengetahuan. Keseragaman ini dapat dilihat dari contoh seperti: makanan cepat saji (fast food),
minuman ringan (soft drink), dan celana jeans yang dapat ditemukan di negera manapun. Keseragaman
ini juga dapat dilihat dari hilangnya oleh-oleh khas dari suatu daerah, misalnya: empek-empek
Palembang dapat ditemukan di daerah lain selain Palembang seperti Jakarta, Medan dan Lampung

k) Budaya Hiburan

Budaya hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala sesuatu harus
bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak membosankan, maka muncullah
edutainment. Olah raga harus menghibur, maka muncullah sportainment. Informasi dan berita juga
harus menghibur, maka muncullah infotainment. Bahkan muncul juga religiotainment, agama sebagai
sebuah hiburan, akibat perkawinan agama dan budaya populer. Hal ini dapat dilihat sangat jelas
khususnya ketika mendekati hari-hari raya keagamaan tertentu. Bahkan kotbah dan ibadah harus
menghibur jemaat supaya jemaat merasa betah. Bisnis hiburan merupakan bisnis yang menjanjikan
pada masa seperti saat ini. Hal ini dapat dilihat dari contoh taman hiburan Disney di seluruh dunia
yang memperoleh pendapatan 3,3 milyar dolar AS, sementara pendapatan Disney per tahun adalah 7,5
milyat dolar AS, dengan pendapatan dari film 3,1 milyar dolar AS dan produk-produk konsumennya
(dihubungkan dengan taman hiburan dan film) memperoleh pendapatan 1,1 milyar dolar AS.

l) Budaya Konsumerisme

Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah masyarakat
yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan
konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua
yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita
miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Misalnya,
komputer “membutuhkan” perangkat lunak, yang “membutuhkan” kapasitas memori yang lebih besar,
yang “membutuhkan” flash disk dan hal-hal lain yang tidak berhenti berkembang. Ketika kita sudah
memiliki memori yang besar, kita ingin memori yang lebih besar lagi supaya komputer kita dapat
bekerja lebih cepat. Barang-barang tersebut memperbudak manusia sepanjang hidupnya agar mampu
mendapatkannya. Kemudian ada saatnya seseorang mengeluh kalau dia tidak lagi dapat menikmati
“miliknya” yang dirasakannya malah memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya. Industri

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 130/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

budaya massa bersentuhan dengan kesalahan dan bukan dengan kebenaran, dengan kebutuhan-
kebutuhan dan solusi-solusi palsu dan bukan dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi riil.
Bahkan kedangkalan yang disebabkan budaya populer dan budaya massa membuat kita tidak dapat
membedakan dengan jelas manakah kebutuhan semu dan kebutuhan asli. Misalnya: apakah mesin cuci
merupakan kebutuhan semu atau kebutuhan asli?

Hal tersebut juga disebabkan oleh iklan yang semakin berkembang di zaman ini dengan tujuan
menciptakan rasa ingin (want), walaupun sesuatu yang diiklankan itu mungkin tidak dibutuhkan
(need). Misalnya: banyak orang muda yang membeli telepon seluler blackberry yang mahal harganya
hanya karena trend, bukan karena kebutuhan yang mendesak karena pekerjaannya menuntut perlunya
pemakaian telepon selular seperti itu. Hal yang serupa juga dapat dilihat dari maraknya penggunaan
facebook di kalangan remaja dan orang muda saat ini. Sebuah benda juga dibeli bukan lagi karena
kegunaannya tetapi karena trend, bahkan gengsi (membelikan status sosial dan bahkan rasa
penerimaan diantara teman-teman yang juga memakai benda yang sama). Maka semakin banyak iklan
produk sebuah barang yang memakai ikon artis atau bintang terkenal, bukan penjelasan deskriptif
persuasif mengenai kegunaan barang itu.

Thorstein Veblen, seorang sosiolog Amerika, dalam bukunya yang berjudul The Theory of Leisure
Class (terbit pertama kali pada 1899), mengidentifikasi kelas borjuis baru yang punya banyak waktu
luang di Amerika. Mereka menggunakan konsumsi untuk mendefinisikan diri dan status mereka. Alih-
alih menggunakan cara-cara tradisional untuk mengartikulasikan status–misalnya dengan kerja dan
jabatan,–mereka mengartikulasikan status melalui apa yang disebut Veblen sebagai ‘konsumsi yang
menyolok mata.’ Identitas individu diberikan oleh produk-produk bermerek dan bergantung kepada
apa yang dipakai, sehingga manusia menjadi hamba materi.

Konsumerisme muncul pada akhir 1950-an dan awal 1960-an – momen ‘konsumsi massa’ – hakikat
konsumsi berubah secara mendasar. Pada periode ini, untuk pertama kali terdapat kemakmuran relatif
yang memadai bagi para pekerja untuk mengkonsumsi berdasarkan keinginan, bukan berdasarkan
kebutuhan, misalnya: membeli beberapa mobil,dan liburan ke luar negeri. Selain itu, periode ini
menandai munculnya para pekerja yang menggunakan pola-pola konsumsi untuk mengartikulasikan
rasa identitas. Konsumerisme ini menawarkan janji bahwa konsumsi adalah jawaban bagi semua
problem kita; konsumsi akan membuat kita utuh lagi; konsumsi akan membuat kita penuh kembali;
konsumsi akan membuat kita lengkap lagi; konsumsi akan mengembalikan kita pada kondisi ‘imajiner’
yang diliputi kebahagiaan.

Maka berbelanja sudah menjadi sebuah gaya hidup dan budaya populer. Di Inggris dan Amerika,
selain menonton televisi, berbelanja merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang paling populer.
Maka pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop, persewaan atau penjualan video
(VCD, DVD, dll), tempat makan cepat saji, tempat-tempat hiburan, butik, dan sebagainya. Walaupun
gaya hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti berkumpul di pusat perbelanjaan lokal
tanpa membeli apa yang sedang dijual, melainkan hanya menggunakan ruang publik mal, hanya untuk
melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para produksen juga berusaha menciptakan barang yang
semakin canggih (makin cepat, makin keren, dll), misalnya komputer yang semakin canggih, sehingga
konsumer semakin merasa komputer yang dimilikinya semakin lambat dan ketinggalan zaman, dan
ingin membeli yang baru. Hal tersebut mendorong para produsen melihat semua manusia sebagai alat
untuk mencapai sasaran mereka. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua dijadikan objek
produk atau konsumen. Hal ini dapat dilihat dalam contoh boneka Barbie. Mary Roger mengatakan
bahwa boneka Barbie merupakan model busana remaja dan lambang fenomena konsumerisasi anak-
anak, sebuah proses transformasi anak-anak menjadi konsumen.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 131/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Ideologi konsumerisme, yaitu sugesti bahwa makna kehidupan kita harus kita temukan pada apa yang
kita konsumsi, bukan pada apa yang kita hasilkan, telah merasuki anak-anak hingga orang dewasa.
Mungkin inilah satu satu penyebab mengapa tidak banyak inovasi atau penemuan dalam zaman ini
seperti penemuan-penemuan pada zaman sebelumnya (misalnya: pesawat, komputer, mobil, radio, dan
televisi.), yaitu karena mentalitas memakai, bukan menghasilkan. J. I. Packer mengatakan bahwa
masyarakat zaman sekarang merupakan masyarakat yang lebih suka mempraktekan dan
mempromosikan belanja daripada menabung, kesenangan diri daripada pengembangan diri, dan
kesenangan diatas segalanya.

m) Budaya Instan

Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan, makanan cepat
saji, sampai pendeta instan dan gelar sarjana theologis instan. Budaya ini juga dapat dilihat dari
semakin banyak orang ingin menjadi kaya dan terkenal secara instan, sehingga banyak orang
berlomba-lomba menjadi artis, dengan mengikuti audisi berbagai tawaran seperti Indonesian Idol,
Indonesia Mencari Bakat, dan Kontes Dangdut Indonesia (KDI).

n) Budaya Massa

Karena pengaruh budaya populer, individu melebur ke dalam massa, rasionalitas melebur ke dalam
kenikmatan. Hal ini disebabkan karena segala cara dipakai oleh para produsen untuk mencari pasar
baru, mengembangkan pasar yang ada atau paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh
memberikan keuntungan dan memasarkan produk mereka semaksimal mungkin. Sifat kapitalisme ini
membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya
menjadi satu massif konsumsi. Maka muncullah berbagai produk yang diproduksi secara massa yang
sering mengabaikan kualitas produknya.

Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa
dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini
berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi
seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya. Akibatnya musik dan seni tidak lagi
menjadi objek pengalaman estetis, melainkan menjadi barang dagangan yang wataknya ditentukan
oleh kebutuhan pasar.

o) Budaya Visual

Budaya populer juga erat berkaitan dengan budaya visual yang juga sering disebut sebagai
budaya gambar atau budaya figural. Oleh sebab itu, pada zaman sekarang kita melihat orang tidak
begitu suka membaca seperti pada zaman modern (budaya diskursif/kata). Pada zaman sekarang orang
lebih suka melihat gambar, itulah sebabnya industri film, animasi dan kartun serta komik berkembang
pesat pada zaman ini.

p) Budaya Ikon

Budaya ikon erat kaitannya dengan budaya visual. Muncul banyak ikon budaya yang berupa
manusia sebagai Madonna, Elvis Presley, Marlyn Monroe, Michael Jackson, dan sebagainya; maupun
yang berupa artefak seperti Patung Liberty, Menara Eiffel, dan sebagainya, termasuk juga ikon merek
seperti Christian Dior, Gucci, Rolex, Blackberry, Apple, Ferrari, Mercedes, dan sebagainya.

q) Budaya Gaya

Budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya lebih
dipentingkan daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah “Aku bergaya maka aku

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 132/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

ada.” Maka pada budaya ini, penampilan (packaging) seseorang atau sebuah barang (branding) sangat
dipentingkan.

r) Hiperealitas

Hiperealitas (hyper-reality) atau realitas yang semu (virtual reality), telah menghapuskan
perbedaan antara yang nyata dan yang semu/imajiner, bahkan menggantikan realitas yang asli.
Hiperealitas menjadi sebuah kondisi baru di mana ketegangan lama antara realitas dan ilusi, antara
realitas sebagaimana adanya dan realitas sebagaimana seharusnya menjadi hilang. Menjadi hiper
berarti menjadi cair, bukan melampaui atau memisahkan, opisi lama. Ketika garis batas antara yang
nyata dan yang imajiner terkikis, realitas tidak lagi diperiksa, untuk membenarkan dirinya sendiri.
Realitas ini lebih “nyata daripada yang nyata” karena telah menjadi satu-satunya eksistensi. Realitas
semu ini dapat dilihat pada permainan tomagochi atau hewan peliharaan semu (virtual pet),
penggunaan stimulator (untuk permainan, untuk latihan mengemudikan pesawat dan mobil),
permainan video, dan sebagainya.

Menurut seorang kritikus media, Mark Crispin Miller, tujuan televisi adalah membuat anda
tetap menatapnya, sehingga media itu dapat bergerak “mengotakkan” para pemirsa, di dalam atau di
luar rumah, menggantikan realitas mereka dengan realitas televisi. Maka dunia realitas yang semu
seperti televisi, film, komik, dan yang sejenisnya akan mengimbangi, bahkan mengambil alih dunia
realitas yang nyata. Gambar-gambar komputer, TV, permainan video, komik, dan yang sejenisnya
memberikan rangsangan-rangsangan yang berpotensi dapat menggantikan rangsangan-rangsangan
nyata. Dunia yang nyata dengan segala rutinitas (misalnya pekerjaan) terasa membosankan, sehingga
manusia memerlukan dunia yang lain sebagai pelarian. Misalnya: kita dapat melihat bahwa semakin
banyak orang yang ketika hari libur tiba, mereka pergi kepada tempat-tempat wisata atau hiburan
seperti Disney Land atau Dunia Fantasi (untuk mengurangi stress karena pekerjaan atau beban hidup
dan rekreasi keluarga misalnya). Bahkan Jenderal Schwarkopf, ahli strategi hebat dalam perang Teluk
merayakan kemenangannya dengan mengadakan pesta besar di Disney World.

s) Hilangnya Batasan-batasan

Budaya popular menolak segala perbedaan dan batasan yang mutlak antara budaya klasik dan
budaya salon, antara seni dan hiburan, yang ada antara budaya tinggi dan budaya rendah, iklan dan
hiburan, hal yang bermoral dan yang tidak bermoral, yang bermutu dan tidak bermutu, yang baik dan
jahat, batasan antara yang nyata dan semu, batasan waktu, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan
tersebut tidak lagi memiliki arti yang nyata. Perbedaan-perbedaan dan batasan-batasan tersebut
ternyata hanya dimanipulasi untuk alasan-alasan pemasaran. Akibatnya, tidak berbeda dengan es krim,
burger, dan hal yang lain. Musik dan karya seni yang lain juga dapat ditanggapi sebagai objek sensual
oleh para pendengar positif, yang “ketika bereaksi, tidak lagi membedakan apakah reaksi itu kepada
Simfoni Ketujuh Beethoven atau kepada sepotong bikini.”

3.Contoh Budaya Populer

1. Berbelanja

Di Inggris dan Amerika, selain menonton televisi, berbelanja merupakan aktivitas pengisi
waktu luang yang paling populer. Maka pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop,
persewaan atau penjualan video (VCD, DVD, dll), tempat makan cepat saji, tempat-tempat hiburan,
butik, dan sebagainya. Walaupun gaya hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti
berkumpul di pusat perbelanjaan lokal tanpa membeli apa yang sedang dijual, melainkan hanya
menggunakan ruang publik mal, hanya untuk melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para
produksen juga berusaha menciptakan barang yang semakin canggih (makin cepat, makin keren, dll)

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 133/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2. Demam Korea (Korean wave) Demam Korea (Korean wave)

Hal itu diakibatkan karena penyebaran dan pengaruh budaya Korea di Indonesia, terutama
melalui produk-produk budaya populer1. Film, drama, musik dan pernak-pernik merupakan contoh
dari produk budaya popular. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan pengaruhnya di
negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Di Indonesia, penyebaran budaya popular dari negeri
gingseng ini dilihat sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular berbandrol
drama seri berjudul „Autumn in My Heart‟ atau „Autumn Tale‟ yang lebih popular dengan judul
„Endless Love‟, ditayangkan stasiun TV Indosiar2. Keberhasilan drama seri Korea tersebut yang
dikenal dengan Korean drama (K-drama) diikuti oleh Koean drama lainnya.
Tercatat terdapat sekitar 50 judul K-drama tayang di tv swasta Indonesia.

3. Korean Pop (K Pop)

Setelah keberhasilan menguasai pasar Indonesia dengan dramanya, Korea pun mulai
menguasai Indonesia dengan tampilan musik Korea. Korean Pop (Musik Pop Korea)
disingkat K-pop, adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan
kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Musik
pop Korea pra-modern muncul pertama kali pada tahun 1930-an yang dipengaruhi oleh masuknya
musik pop Jepang. Tidak hanya budaya pop Jepang, pengaruh musik pop barat mulai menjajah Korea
sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Awalnya berkembang musik bergenre “oldies”, kemudiantahun
1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil.

Muncul kemudian genre musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang. Tahun 1992
merupakan awal mula musik pop modern di Korea, yang ditandaidengan kesuksesan grup Seo Taiji
and Boys diikuti grup musik lain seperti Panic,dan Deux. Tren musik ini turut melahirkan banyak grup
musik dan musisi berkualitaslain hingga sekarang.

Di tahun 2000-an mulai bermunculan artis dengan aliran musik yang berkiblat ke Amerika seperti
aliran musik R&B serta Hip-Hop. Mereka adalah MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang yang cukup
sukses di Korea dan luar negeri. Selain genre musik sebelumnya bertahan, lahir kembali jenis musik
techno memberi nuansa modern.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 134/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

7. Budaya Massa

Secara sederhana budaya massa (mass culture) serupa dengan budaya popular dalam basis
penggunanya: Masyarakat kebanyakan. Namun, berbeda dengan budaya popular yang tumbuh dari
masyarakat sendiri dan digunakan tanpa niatan profit, budaya massa diproduksi lewat teknik-teknik
produksi massal industri. Budaya tersebut dipasarkan kepada massa (konsumen) secara komersial.
Budaya ini kemudian dikenal pula sebagai budaya komersial yang menyingkirkan budaya-budaya lain
yang tidak mampu mencetak uang seperti budaya elit (high culture), budaya rakyat (folk culture) dan
budaya popular (popular culture) yang dianggap ketinggalan zaman. Jika budaya elit (high culture),
folk culture, dan budaya popular tidak mampu mencetak uang, untuk apa ia dikembangkan dan
dipelihara? Demikian retorika kasar para produsen mass culture. Budaya massa adalah suatu budaya
yang terus menerus direproduksi dan dikonsumsi oleh suatu kelompok yang mempunyai akibat secara
menyeluruh.

Produsen budaya massa melihat para penerima budaya sebagai pasif, lembek, mudah dimanipulasi,
mudah dieksploitasi, dan sentimentil. Bertindak selaku agen dari budaya massa ini media massa.
Televisi, radio, majalah, surat kabar, dan internet menempati posisi penting selaku agen budaya.
Sementara produsen dari budaya massa adalah para pemilik pabrik barang (pakaian, kosmetika,
kendaraan) dan jasa (konsultan marketing, event organizer, manajer artis).

Partner utama mass culture adalah mass media. Kemampuan mass media menjangkau khalayak
(audiens potensial) secara luas, membuat mass culture sangat mudah dipasarkan. Mass media di masa
kini emoh menayangkan high culture, folk culture atau popular culture karena dianggap sudah kurang
diminati dan memiliki daya jual yang rendah. Lihatlah konten acara televisi Indonesia lalu hitung
berapa banyak yang menampilkan budaya-budaya lokal atau daerah secara periodik.

Hal yang menarik untuk terus ditelusuri adalah bagaimana manifestasi budaya massa dalam
keseharian masyarakat Indonesia kini. Diyakini bahwa budaya massa ini telah berkembang jauh dan
pesat, menjangkau seluruh wilayah dan lapisan suku-suku bangsa yang mengalami persentuhan dengan
teknologi informasi dan pusat perputaran barang dan jasa.

8. Shopping Mall

Shopping mall disebut oleh Yasraf Amir Piliang sebagai manifestasi budaya massa yang bersifat
fantasi.Dalam shopping mall, kegiatan belanja yang semata-mata transaksi jual beli mengalami
perubahan. Dalam shopping mall kegiatan belanja berubah fungsi sebagai pengisi waktu senggang
(leisure time) atau tempat membolos bagi siswa sekolah yang nakal. Ini dapat kita lihat pada berapa
banyak setiap harinya orang-orang berkeliling shopping mall tanpa berbelanja apapun. Terkadang
mereka cuma berkeliling, berbincang, atau mengagumi barang-barang produk baru.

Shopping mall memuaskan rasa penasaran manusiawi akan hal baru. Shopping mall terus
meremajakan diri lewat sajiannya atas wahana-wahana toko baru, permainan kanak-kanak, serta
lingkungan yang semakin nyaman (taman, tempat duduk, AC, dan kebersihan). Jumlah shopping mall
ini terus bertambah setiap tahunnya di Indonesia. Di Jakarta terdapat kurang lebih 60 shopping mall
yang tersebar di kota-kota madyanya seperti Mall of Indonesia, Tamini Square, Town Square, Mal
Kelapa Gading, Kota Casablanca atau Grand Indonesia. Di Sulawesi Selatan sekurangnya 6 mall telah
beroperasi seperti Mall Ratu Indah, Makassar Trade Center, Mall Panakukang, Pusat Grosir Butung,
Pusat Souvenir Somba Opu, dan Global Trade Center. Bahkan di wilayah Nusa Tenggara Timur,
sekurangnya satu mall telah berdiri yaitu Mall Flobamora.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 135/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Pada satu sisi, berdirinya mall merupakan upaya dari para pemerintah daerah untuk menggerakkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Mall terdiri atas beragam diversifikasi usaha seperti bank, toko
makanan, toko buku, toko mainan, taman bermain prabayar, bioskop, dan sejenisnya. Tenaga kerja
yang direkrut pun cukup banyak, termasuk potensi-potensi yang dibawanya yaitu bergeliatnya kegiatan
ekonomi di sekeliling mall seperti rumah kontrakan, kos, angkutan umum, warung makan, dan
sebagainya. Namun, dari sisi budaya, mall menjadi agen massalisasi. Produk-produk barang dan jasa
yang ditawarkan setiap mall cenderung homogen. Bioskop, sebagai misal, adalah Twenty One yang
menjadi milik dari satu perusahaan. Lalu, hampir di setiap mall, department-department store relatif
homogen seperti Naga, Matahari, Ramayana, Borobudur, dan sejenisnya. Department-department store
tersebut menawarkan produk-produk barang pabrikan yang jenis produknya relatif sama dari satu
tempat ke tempat lain. Jadi, pabrik menggunakan agen mereka (department store) untuk memasarkan
produk mereka. Maka jadilah produk-produk mereka digunakan secara massal oleh masyarakat. Dari
penghujung mall yang ada di Aceh hingga Papua, tawaran produk relatif sama.

Kapitalisasi produk – bahkan manusia – pun berlangsung di mall. Relatif sering terlihat di hampir
setiap department store, manusia (umumnya kaum perempuan) dipajang menjajakan produk pabrikan
tertentu seperti kosmetik dan pakaian. Layaknya manequin mereka berdiri statis dan bedanya sekadar
bisa tersenyum dan menyapa. Selain shopping mall, kini berkembang pula fenomena hypermall, yang
berbeda dengan shopping mall yang beraneka agen. Hypermall ditandai satu agen tunggal.
Homogennya produk dijual lebih tinggi dalam hypermall. Ia pun seolah memindahkan satu pasar
tradisional ke dalam sebuah toko tunggal. Carrefour, Giant, Hypermart, dan sejenisnya kini pun telah
berkembang di Indonesia. Barang yang mereka jual, kendati satu agen tunggal, sangat bervariasi dari
bahan mentah makanan hingga barang elektronik canggih semisal televisi flat dan laptop. Terkadang
kendaraan roda dua dan empat pun dijajakan di sana. Konsumen begitu dimanjakan dengan sifat segala
ada, nyaman, cepat, terklasifikasi, seperti disediakan oleh hypermall.

Fenomena hypermall ini mendukung teori penciptaan kebutuhan konsumen oleh produsen barang.
Hypermall adalah sekadar agen, barang-barang yang mereka jual berasal dari beragam produsen.
Namun, produsen tersebut biasanya tetap. Misalnya untuk odol, merk-merk seperti Pepsodent,
Formula, Oral-B, dan sejenisnya adalah pasti ditemukan di setiap hypermall.

Fenomena homogenisasi produk dapat dilihat dalam Carrefour. Carrefour tersebar di Jakarta (25
lokasi), Tangerang (5 lokasi), Bekasi (4 lokasi), Bandung (4 lokasi), Jawa – Bali (18 lokasi), Sumatera
(2 lokasi), dan Sulawesi (3 lokasi). Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup signifikan mengingat
Carrefour termasuk debutan baru di kalangan mall di Indonesia. Group yang didirikan oleh keluarga
Fournier and Defforey dari Perancis pada tahun 1959 ini kini berkembang pesat di seluruh penjuru
dunia, dan CEO-nya kini dipegang oleh Lars Olofsson.

Berbeda dengan pasar tradisional, interaksi sosial antara penjual dan pembeli di hypermall sepenuhnya
ditentukan pengelola. Misalnya, barcode yang ditempelkan di setiap barang adalah harga pasti tanpa
bisa ditawar. Negosiasi harga tidak ada antara penjual dan pembeli dan demikian satu aspek interaksi
sosial berkurang. Kemasan setiap produk lebih menentukan ketimbang isi, dan ini berbeda dengan
pasar tradisional di mana hampir seluruh produk dagangan tidak dikemas (kecuali produk-produk
pabrikan). Pembeli sulit memaknai barang akibat pemaknaan disekat kemasan. Pembeli jadi amat
bergantung pada informasi yang terkandung di dalam kemasan, dan kalaupun bertanya, paling banter
ia akan dilayani oleh tenaga marketing produk bersangkutan yang intinya memperkuat informasi
tertoreh di kemasan.

9. McDonald-ization

Fenomena restoran fast-food juga merupakan bentuk umum budaya massa. Perlu diingat,
makanan adalah salah satu komponen material budaya. Restoran yang di Negara asalnya disebut
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 136/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

menyediakan junk-food (makanan sampah), di Indonesia justru dimaknai secara baru: high-class.
Hampir seluruh kalangan masyarakat (kaya, miskin, tua, muda) menemui pemenuhan kebutuhan sosial
mereka di restoran fast-food McDonald, termasuk ke dalamnya Kentucy Fried Chicken, Hoka-hoka
Bento, Pizza Hut, dan sejenisnya. Jika ditelusuri mendalam maka penyebaran restoran-restoran fast-
food ini di-stir oleh oleh satu perusahaan. Mereka menjalankan manipulasi publik dengan menawarkan
kelezatan, kecepatan, dan kenyamanan. McDonald adalah milik Ray Croc yang ia bangun pada tahun
1955. McDonald mengklaim memiliki 30.000 anjungan di seluruh dunia dan seharinya dikunjungi
50.000.000 orang. Bidikan utamanya adalah penjualan produk makanan dan mereka memiliki sentra-
sentra anjungan dalam negara-negara dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan ada dalam
peralihan masyarakat agraris ke industrial.

Homogenisasi budaya merupakan konsekuensi tidak terelakkan dari fenomena McDonald-ization ini.
Hamburger, Coca Cola, Fanta, Walls Ice Cream, merupakan beberapa jenis makanan yang dijajakan di
McDonald. Di 30.000 anjungan McDonald seluruh dunia, jenis-jenis makanan tersebut dijajakan
dalam format dan rasa serupa. Publik tidak dapat menentukan sendiri selera mereka di restoran cepat
saji, tetapi dengan dukungan strategi marketing dan maraknya iklan, akhirnya ilusi penentu pun dapat
dikondisikan di dalam benak audiens. Ini berbeda tatkala kita memasuki rumah makan Padang yang
menyediakan ayam bakar, ayam goreng, ikan panggang, rendang, kikil, dan ragam lainnya yang
masing-masing memiliki bumbu spesifik. Selain itu, menu rumah makan Padang sesungguhnya
memiliki bahan dasar bumbu dan varietas makanan yang biasa dikonsumsi orang Indonesia sehari-hari.
Makanan Padang merupakan folk culture yang beralih menjadi popular culture. Hal yang mirip juga
terdapat dalam fenomena tahu gejrot, gado-gado, karedok, ataupun rujak petis.

10. Televisi

Jika dibandingkan media lain seperti radio dan surat kabar/majalah, maka di Indonesia,
televisi satu-satunya media di mana pemirsanya terus meningkat, dan dapat dilihat pada tabel.[2]
Pemirsa radio dan surat kabar atau majalah di Indonesia cenderung menurun sejak 2003 hingga 2009.
Hanya televisi satu-satunya yang mampu meningkatkan jumlah pemirsa mereka dalam kurung
tersebut. Televisi mampu menyajikan hot issue dalam format audio visual. Dalam format ini pemirsa
dalam dirambah ranah kognisi dan afeksinya. Dalam konteks televisi ini, budaya massa merambah
layar elektronik.

Acara televisi seperti opera sabun dalam wadah sinema elektronik (sinetron), program-program
penggalian bakat (new idol), talk-show, dan sejenisnya. Bayangkan, sejumlah program seperti Who
wants to be a Millionaire? yang pada tahun 2004 saja telah dijual ke 106 negara, rekaman kompilasi
hits The Beatles terjual 12 juta kopi dalam 2 bulan di akhir tahun 2000, atau Elvis Presley yang telah
menjual kurang lebih 1 milyar record baik dalam bentuk kaset ataupun CD di seluruh penjuru dunia
pada tahun 2005 kendati bintang tersebut telah meninggal dunia sejak 1977.[3]

Hal yang perlu diingat, dalam komoditas budaya yang dijadikan mass culture, audiens (pemirsa)
dianggap lembek, tidak kritis, dan mudah dibujuk. Sebab itu, produk-produk mass culture dapat
langsung dikonsumsi tanpa melalui filter yang mencukupi. Misalnya, produk-produk sinetron
Indonesia yang banyak mengumbar bentakan-bentakan kasar (bullying), penyederhanaan karakter
yang cenderung hitam-putih (tidak mendalam), alur cerita yang cenderung berputar-putar dan seolah
tidak pernah selesai (episode diperpanjang jika kontrak diperpanjang oleh saluran televisi), termasuk
gaya laki-laki yang mewadam hampir setiap hari disajikan. Semua produk tersebut dikonsumsi oleh
mayoritas audiens hampir tanpa reserve. Audiens cuma memilih antara tidak menonton lalu berpindah
ke saluran televisi lain. Namun, akhirnya mereka pun menemui tayangan-tayangan sejenis dan suka
atau tidak suka, harus menikmatinya.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 137/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1. Karakteristik Budaya massa

Budaya massa memiliki beberapa katrakter yaitu sebagai berikut:

a) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. Misalnya,
acara-acara yang ada di televise seperti Indonesian Idol, Penghuni terakhir, dll.

b) Bersifat merakyat.

c) Budaya massa juga memproduklsi budaya massa seperti infotainment adalah produk pemberitaan
yang diperuntukan kepada massa secara meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai
hiburan umum.

d) Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya popular sebagai sumber budaya massa. Contohnya
srimulat, ludruk, maupun campursari. Pada mulanya kesenian tradisional ini berkembang di
masyarakat tradisional dengan karakter-karakter tradisional, namun ketika kesenian ini dikemas di
media massa, maka sentuhan popular mendominasi seluruh kesenian tradisional itubaik kostum, latar,
dan sebagainya tidak lagi menjadi konsumsi masyarakat pedesaan namun secara missal menjadi
konsumsi semua lapisan masyarakat di pedesaan dan perkotaan.

e) Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa diproduksi dengan menggunakan biaya
yang cukup besar, karena itu dana yang besar harus menghasilkan keuntungan untuk kontinuitas
budaya massa itu sendiri, karena itu budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi
jaminan keberlangsungan sebuah kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi
capital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.

f) Budaya massa juga diproduksi secara eksklusif menggunakan simbo-simbol kelas sehingga terkesan
diperuntukan kepada masyarakat modern yang homogen, terbatas dan tertutup. Syarat utama dari
eksklusifitas budqaya massa ini adalah keterbukaan dan ketersediaan terlibat dalam perubahan budaya
secara massal.

2.Contoh Budaya Massa

1. Baju Batik

Dalam buku laporan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles, tentang Jawa yang
sudah bersifat kanonik (buku induk), The History of Java, batik diletakkan sebagai bagian
dari cara penduduk Jawa memproduksi dan mengenakan pakaian, Ia menjelaskan prinsip cara hidup
orang Jawa yang ia sebut ”sederhana”, yang bisa memenuhi sendiri semua kebutuhan domestik
lingkungannya (sekampung), termasuk berpakaian dengan batik. Sehingga pekerjaan membatik ini

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 138/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

sudahlah lama dibuat dan hingga sekarang masih terus berjalan, sehingga demikian, batik bisa disebut
istimewa karena mampu bertahan sebagai subkebudayaan Jawa, meski cenderung dideskripsikan oleh
Raffles sebagai budaya yang ”sederhana” dan ”tidak menimbulkan daya tarik bagi orang Eropa”

Dan batik juga telah ditransformasikan bentuknya dalam hal barang apapun, seperti dijadikan jaket,
baju, peralatan rumah tangga dan sebagainya, sehingga budaya yang tadinya primitive, menjadi budaya
massa.

2. Mesin Uap dan Tenaga Listrik

Sejak ± 1700, dengan ditemukannya mesin uap dan tenaga listrik, hingga 1940an, dianggap
sebagai bagian awal perkembangan budaya industri. Masa ini disebut zaman modern. Revolusi industri
adalah awal dari cepatnya perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman
pencerahan yaitu ilmu pengetahuan dan pandangan rasional di abad-19, tidak hanya ditandai oleh
relativitas Einsten dan Psikoanalisa Freud, perkembangan dan penemuan-penemuan teknologi yang
belum pernah terjadi telah menyebabkan priode baru: industrialisasi. Awal dimulainya era
industrialisasi produksi. Kemudian di abad XX, Frankfurt School, dikenal juga sebagai Neo-Marxis,
menyatakan masyarakat massa dihubungkan (diciptakan) ke suatu masyarakat individualis yang
terasing dengan tetap menjaga kesatuan melalui budaya industri yang ditangani kapitalisme. Budaya
ini terhasil melalui logika massification of product dan homogenization of taste. Sedikit terkesan sinis,
Chaney berpendapat konsumerisme menjadi pusat perkembangan sosial modernitas. Dia berpendapat,

priode setengah terakhir abad 19 dan dekade pertama abad 20, tema budaya dasar mengenai
masyarakat massa abad ke 20 telah terbentuk, terutama keinginan dari orang-orang biasa untuk
menginvestasikan sumber daya dalam memburu gaya.
” Dan sekarang dengan kecepatan dan kecanggihan teknologi, maka akses pada informasi bisa cepat
didapat, pemanfaatan teknologi ini mengakibatkannya Saat ini dianggap sebagai membaurnya antara
realitas dan ilusi (melalui bentukan simulasi, yang kemudian disebut hyper realitas), digital
mendominasi berbagai citraan atau visual yang hadir.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 139/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

A. Kesimpulan

Budaya media adalah suatu kondisi proses kebudayaan di mana dialektika dari berbagai unsur
budaya dalam membentuk sosok mapan sementara dari suatu kebudayaan melibatkan banyak interaksi
media. Artinya : Kebudayaan tidaklah merupakan produk akhir yang mantap selama-lamanya. Ia
senantiasa dibentuk dalam kondisi tesis-antitesis antara berbagai unsur budaya.

Folklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik
dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.

kebudayaan elite menyangkut pengetahuan, model-model, skema-skema, pola pikir (kognisi),


blueprint, dan nilai-nilai yang membentuk perilaku manusia dalam suatu masyarakat/ komunitas.

Budaya populer merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi pupularitas dan
kedangkalan makna atau nilai-nilai.

Budaya massa adalah suatu budaya yang terus menerus direproduksi dan dikonsumsi oleh
suatu kelompok yang mempunyai akibat secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 140/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Burton, Graeme. 2012. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/LMM2006-41-Bab%202.pdf
[http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/LMM2006-41-Bab%202.pdf]

http://www.scribd.com/doc/78279639/11/Definisi-Budaya-Media
[http://www.scribd.com/doc/78279639/11/Definisi-Budaya-Media]

http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer
[http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer]

Ibrahim, Idi Subandi. 2005. Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam

Masyarakat Komoditas Indonesia Edisi Kedua. Yogyakarta: Jalasutra.

Kellner, Douglas. 2003. Media Culture. London : Rouletdege.

Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Ken Browne. 2006. Introducing Sociology for AS LevelSecond Edition.

Cambridge: Polity Press.

Lull, James. 1998. Media, Komunikasi, Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Yasraf, Amir Piliang. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya melampaui Batas-

batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra.

http://tiyaarsyil.blogspot.co.id/2013/05/makalah-budaya-media.html

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

13 Lihat komentar

29th January 2016 PENGARUH MEDIA TERHADAP


PERUBAHAN SOSIAL

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 141/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

PENGARUH MEDIA TERHADAP PERUBAHAN


SOSIAL
Oleh Suwardi Lubis

Media massa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan


masyarakat. Peran komunikasi sangat menentukan dalam penyampaian informasi
maupun suatu kebijakan pemerintah. Seiring dengan perkembangan zaman media
massa tumbuh dan berkembang dengan subur, bak jamur dimusim hujan. Era
globalisasi memiliki pengaruh yang kuat disegala dimensi kehidupan masyarakat.
Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial baik secara positif
maupun negatif. Perkembangan teknologi membuat masyarakat terapit diantara dua
pilihan. Disatu pihak masyarakat menerima kehadiran teknologi, di pihak lain
kehadiran teknologi modern justru menimbulkan masalah-masalah yang bersifat
struktural yang kemudian merambah di semua aspek kehidupan masyarakat. Terkait
dengan perkembangan teknologi yang berdampak kearah modernisasi, IPTEK
merupakan yang paling pesat perkembangannya. Salah satu diantaranya yang
cukup membuat masyarakat terkagum-kagum ialah perkembangan teknologi
informasi.
Media massa adalah bentuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Melalui media massa yang semakin banyak berkembang memungkinkan informasi
menyebar dengan mudah di masyarakat. Informasi dalam bentuk apapun dapat
disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang,
gaya hidup, serta budaya suatu bangsa. Maka tidak salah apa yang dikatakan
Dennis McQuil bahwa “Media massa merupakan salah satu sarana untuk
pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol
tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan
norma-norma”.

1. Definisi, Peran, dan Fungsi Media Massa

1. Definisi Media Massa

Terdapat beberapa pengertian terhadap media, media berasal dari bahasa


Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau
pengantar dari pengirim ke penerima pesan.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Pada pengertian lain, media ialah saluran penyampai pesan dalam
komunikasi antar manusia. Menurut McLuhan media massa adalah perpanjangan
alat indera manusia. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang
benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa
bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak informasi itu dapat
membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra.2

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 142/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Media juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak . berdasarkan
sifatnya, media terdiri dari dua yaitu media cetak dan media elektronik.3
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym] Media massa atau Pers adalah
suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
[http://id.wikipedia.org/wiki/1920-an] untuk mengistilahkan jenis media yang secara
khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media
[http://id.wikipedia.org/wiki/Media] .4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]

2. Peran Media Massa

Peran media dalam ilmu komunikasi terdapat dalam ranah komunikasi


massa, yang dimana komunikasi massa itu sendiri dapat diartikan dalam dua cara
yakni komunikasi oleh media dan komunikasi untuk massa. Namun dalam hal ini
tidak berarti komunikasi massa adalah untuk setiap orang. Komunikasi massa ialah
komunikasi yang penting dalam kehidupan kita. Setiap hari kita membaca surat
kabar, buku, majalah, menonton televisi, dan mendengar radio. Radio, TV, surat
kabar dan majalah media massa yang penting dalam mencorakkan hidup manusia,
baik dewasa maupun anak-anak.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
Media tetap cenderung memilih khalayak dan demikian pula sebaliknya,
khalayak memilih-milih media. Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa
ialah sifatnya yang satu arah. Memang ada televise dan radio yang mengadakan
dialog interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya
keperluan terbatas.
Media juga mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang
diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetensinya selalu
berlangsung ketat. Banyak yang tidak menyadari bahwa media sesungguhnya telah
mempangaruhi pandangan dan tindakannya. Sebagian kecil orang saja yang
mengetahui bahwa media mempengaruhi minat atau apa yang mereka suka atau
tidak mereka sukai. Sejak 1970-an ada indikasi bahwa jumlah orang yang
menyadari dan mau memikirkan secara serius dampak-dampak media telah
bertambah. Kritik terhadap media pun berkembang, meskipun tidak semuanya
tepat.
Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian
tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya media adalah
perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk
mengembangkan struktur sosialnya.
Disetiap masyarakat, mulai dari yang paling primitif hingga yang kompleks,
sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Laswell telah mendefinisikan
tiga diantaranya : penjagaan lingkungan yang mendukung, pengaitan berbagai
komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan,
serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm menggunakan istilah yang lebih
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 143/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

sederhana, yakni system komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan
sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat : sumber hiburan.
Sistem komunikasi juga mampu mengubah kebudayaan. Harold Adams
Innis, seorang ekonom Kanada yang menjadi teorisi ilmu komunikasi percaya
bahwa teknologi komunikasi merupakan inti dari teknologi. Innis juga
menambahkan bahwa berbagai media komunikasi yang ada telah mempengaruhi
bentuk-bentuk organisasi sosial. Itu berarti media juga mempengaruhi jenis-jenis
asosiasi manusia yang berkembang pada berbagai periode.
Carey mendukung pendapat Innis yang menyatakan bahwa teknologi
komunikasi memainkan peran utama dalam mempengaruhi organisasi sosial dan
kebudayaan. Ilmuwan Kanada lainnya, Marshall McLuhan, menambahkan bahwa
teknologi komunikasi juga mempengaruhi organisasi kehidupan dan bahkan
pemikiran manusia.
McLuhan berpendapat bahwa pada era Listrik (Electric Age), yang dimulai
sejak ditemukannya telegram, dunia sudah disatukan oleh jaringan raksasa kabel
listrik. Dunia pun menjadi sebuah desa global.
McLuhan juga sependapat dengan Innis bahwa manusia, ketika menemukan
sarana komunikasi baru, tidak saja menciptakan alat baru komunikasi massa,
namun juga mengubah esensi dari komunikasi massa itu sendiri. McLuhan lebih
lanjut mengatakan bahwa sebelum adanya alfabet, telinga merupakan alat
komunikasi dominan : “apa yang didengar itulah yang dipercaya”. Setelah alfabet
ditemukan, peran dominan bergeser ke mata : “seeing is believing”. Ketika sarana-
sarana yang canggih ditemukan, terutama setelah datangnya era listrik, maka peran
dominan itu merata ke berbagai indera. McLuhan juga mengatakan bahwa “Media
adalah pesan itu sendiri”, yang maksudnya adalah apa yang disampaikan media
kepada masyarakat ternyata lebih dari apa yang akan diterima masyarakat itu jika
mereka berkomunikasi tanpa media, itu berarti adanya materi cetak paling penting
dari kandungan maksud yang disampaikannya. Dan keberadaan televisi lebih
penting daripada apa yang ditayangkannya.
Melalui beberapa bukunya McLuhan menguraikan idenya tersebut. Ia
bahkan berpendapat bahwa media merupakan “wujud perluasan” dari manusia,
sama seperti mobil, pakaian, arloji, dan berbagai benda lain yang menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia melihat perkembangan era satu ke era
lain terkait dengan tahap-tahap perkembangan media komunikasi.
Media massa terutama televisi memberikan kesan yang berpengaruh sekali
terutama kepada anak-anak. Mereka belum dapat menilai dengan lebih kritikal, jadi
apa yang dilihat, dipercayai, diikuti, dan dilakoni semua. Begitu berkesannya media
massa dalam menukar pemikiran, sikap dan perlakuan penonton yang terpengaruh
kepada media itu.
Ditengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan
perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran.
Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita
secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi
perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain
berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh Koran. Seringkali Koran
memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini pula
yang kemudian diisi oleh majalah. Majalah acapkali sengaja meliput sesuatu yang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 144/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

diberitakan oleh media siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik
untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan televisi akan
mencarinya di majalah. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari
bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media
sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai
informasi.
Media tidak selamanya berbagi peran secara jelas, dan adakalanya mereka
tidak Cuma melakukan sesuatu yang menjadi bidang unggulannya. Media siaran
mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat
menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Koran cukup
mendalam dalam mengulas suatu berita, namun ada kalanya ia mengabaikan berita
atau aspek tertentu yang bagi sebagian orang lebih penting. Majalah, buku, dan film
dokumenter dapat mengisi kekurangan ini. Namun faktanya, tiap media acapkali
mencoba melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ia kuasai, bahkan terkadang
dengan mengorbankan kelebihannya. Padahal tiap jenis media mempunyai
kelebihan sendiri dalam menyampaikan dan menafsirkan informasi.6
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

3. Fungsi Media Massa

1. Media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam


pengetahuan. Jadi, media massa memainkan peran intuisi lainnya
2. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan public. Pada
dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat
secara sukarela, umum, dan murah
3. Pada dasarnya hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan
seimbang dan sama
Media massa menjangkau lebih banyak orang dari pada insitusi lainnya dan
sejak dahulu ‘mengambil alih’ peranan sekolah, orang tua, dan lainnya.7
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym] Sedangkan beberapa fungsi
media massa pada budaya diantaranya :
1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi
untuk suatu masalah.
3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang
mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas
kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan
fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan
fungsi negatif (disfungsi).8 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote8sym]

2. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat


http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 145/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Perubahan sosial adalah proses yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat
kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal
meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian
menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem
sosial yang baru.9 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]

Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah
sebagai berikut :

Gillin ‘Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari
cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi] , kebudayaan material
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebudayaan_material&action=edit&redlink=1] ,
komposisi penduduk [http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk] , ideologi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi] , maupun adanya difusi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi] atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.’

Emile Durkheim ‘Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis
dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang
diikat oleh solidaritas organistik.10 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]

William F. Ogburn ‘Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-


unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya
pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial’

Raja ‘Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di


dalam suatu masyarakat yang memengaruhi suatu sistem sosial.’

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan


sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri
antara lain :

1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami


perubahan baik lambat maupun cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga [http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga]


kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-
lembaga sosial [http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial] lainnya.

3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi


yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 146/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual


[http://id.wikipedia.org/wiki/Spiritual] karena keduanya memiliki hubungan timbal
balik yang kuat.11 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote11sym]

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk


meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih
menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial
dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat
baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara, dan dunia yang
mengalami perubahan. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-
aspek perubahan pola piker masyarakat, perubahan budaya materi.12
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote12sym]

3. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media


massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa
sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru
dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari
media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah
kebutuhan.
Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu
perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup
masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh
yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media
membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat
pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-
hari.
1. Pengaruh Positif

Media sebagai sebuah system komunikasi manusia telah kian penting di


dunia, seperti yang diuangkapkan oleh C. Wright Mills “pengalaman primer telah
digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti media cetak, radio, televisi, dan film
film. Media telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial
menjadi masyarakat serbamasal. Lebih dari itu, menurut Mills, media juga kian
penting sebagai alat kekuasaan kaum elite. Media tidak hanya menyaring
pengalaman eksternal manusia, melainkan bahkan ikut membentuk pengalaman itu
sendiri. Media memberi tahu kita tentang apa atau siapa diri kita, harus menjadi apa
diri kita nanti, apa yang kita inginkan, dan bagaimana kita menampilkan diri
kepada orang lain. Media menyajikan aneka informasi tentang dunia. Namun
karena media menyajikannya dalam bahasa, stereotype dan harapannya sendiri,
media sering membuat manusia frustasi dalam upayanya mengaitkan kehidupan
pribadinya dengan kenyataan dunia di sekelilingnya. Manusia kian tergantung pada
media untuk memperoleh informasi dan kian rapuh terhadap manipulasi dan
eksploitasi kalangan tertentu di masyarakat yang menguasai media.13

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 147/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote13sym]
Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak
bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat
menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi
standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat,
didengar dan dibaca dari media. Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa
jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa
senang akan diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengempiskan
kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain.
Selain itu juga terdapat beberapa dampak positif yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Media memiliki cara untuk menunjukkan kepada kita informasi yang tersusun
rapi dalam berita. Anak-anak juga mendapat manfaat dari media karena dapat
meningkatkan pengetahuan mereka dalam mata pelajaran tertentu
2. Kita memiliki rasa atas apa yang terjadi disekitar kita dan juga tentang segala
sesuatu di tempat lain. Kita dapat melihat dunia melalui televisi, bahkan jika
kita berdiam diri disatu tempat sepanjang waktu. Kita menjadi punya
pengetahuan tentang apa yang terjadi disana tanpa kita sendiri berada ditempat
itu
3. Media dalam segala bentuknya dapat memperkenalkan kita cara berfikir kreatif
yang dapat membantu kita memperbaiki diri dengan cara yang berbeda, baik
itu dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan kita. Hal ini dapat mengubah
perspektif dan memotivasi kita untuk melakukan hal yang baru
4. Media juga dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain diseluruh
dunia dan menjadi lebih terbuka serta memahami budaya bangsa lain.14
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote14sym]

2. Pengaruh Negatif

Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat
terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya
hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang firgur
yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya
seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut
baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara
berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8).
Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan
menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk
anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh
apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa
maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau
informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh
anak-anak (Amini, 1993).

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 148/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya


terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-nilai
budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut
bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari trend massa
kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat
dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis.
Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola
hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan
munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat
masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba
instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas yang ada
dalam diri kita dikemudian hari.
Tayangan dari layar TV dan media lainnya yang menyajikan begitu banyak
unsur-unsur kenikmatan dari pagi hingga larut malam membuat menurunnya minat
belajar dikalangan generasi muda. Dari hal tersebut terlihat bahwa budaya dan pola
tingkah laku yang sudah lama tertanam dalam kehidupan masyarakat mulai pudar
dan sedikit demi sedikit mulai diambil perannya oleh media massa dalam
menyajikan informasi-informasi yang berasal dari jaringan nasional maupun dari
luar negeri yang terkadang kurang pas dengan budaya kita sebagai bangsa timur.
Selain itu juga terdapat beberapa dampak negatif yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kekerasan merupakan faktor utama yang terlihat dan berpotensi menjadi
penghasut yang berbahaya pada khalayak muda. Anak-anak mudah
dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat di televisi atau internet, kemudian
menirukan tindakan kekerasan
2. Pada saat ini, informasi yang dilaporkan mungkin tidak otentik dari setiap
sudut. Oleh karena itu, mungkin ada salah tafsir terhadap situasi
3. Berita dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pikiran penonton. Sebagai
contoh, partai politik tertentu dapat memanipulasi laporan yang
menguntungkan mereka, yang akan menunjukkan kontrol politik di media
4. Sebuah peristiwa tertentu yang menyajikan gaya hidup mewah dapat
menanamkan cita-cita yang salah dikalangan anak-anak
5. Sensasionalisme yang tidak perlu dari sebuah isu dapat memproyeksikan
informasi yang salah kepada publik
6. Pesan menyesatkan mengalihkan pikiran menuju jalan yang salah15
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote15sym]

Dalam pandangan yang lain, Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup
kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan
tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Pengaruh media juga bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold
Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang
sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 149/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Siapa (who)
Pesannya apa (says what)
Saluran yang digunakan (in what channel)
Kepada siapa (to whom)
Apa dampaknya (with what effect)
Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model
tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka
sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak
dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi
memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media
mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan
dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga
ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu
pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku
tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan
kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak
kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry
Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses
pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru
gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang
dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran
yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus.
Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai
penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka
menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan
pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya
menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat
pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah
dari yang lain.16 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote16sym] Itulah beberapa dampak positif
dan negatif dari media massa, pada akhirnya, tergantung kepada setiap individu
dalam menyikapinya.

3. Teori-teori mengenai pengaruh media massa

Pengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan pembaharuan-


pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud
perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan
pengaruh komunikasi massa, yaitu:
1. Teori Norma-Norma Budaya

Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh


media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 150/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara


tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu
tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam
mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan
dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan
masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di
patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang
dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak
bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya
yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat
itu sendiri.
2. Teori pergantungan

Ball-Rokeach & DeFleur mengungkapkan sebuah teori gambaran


bagaimana masyarakat memerlukan media massa sehingga mewujudkan
keadaan dimana ada orang merasakan seolah-olah tugas harian mereka tidak
lengkap kalau tidak membaca Koran, maupun tidak dapat menonton berita
di TV. Kita sendiri tentu bisa mengalami keadaan ini dimana kita merasakan
berita yang didapati dari media massa amat penting bagi kita dalam
menjalankan tugas harian. Keadaan amat memerlukan media massa ini
dilihat sebagai pergantungan atau dependency. Dan kajian menunjukkan
ketergantungan ini sangat terlihat ketika terjadinya pergolakan, krisis
ataupun bencana. Media juga merubah taraf pengetahuan, sikap dan
perilaku setelah mendapatkan pesan dari media tersebut.17
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote17sym]

3. Teori Penanaman

Menurut Gerbner (1986) “orang yang banyak menonton televisi


mengalami perasaan takut terhadap keganasan yang terjadi di dunia.” Hal
ini dikarenakan apa yang sering ditampilkan di televisi ialah mengenai
bencana, peperangan, masalah kemanusiaan seperti pembunuhan, penyakit
dan marabahaya. Keadaan ini apabila ditonton setiap hari menyebabkan kita
berasa seolah-olah dunia ini penuh dengan keganasan yang menyebabkan
kita takut sepanjang masa.18 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote18sym]
Oleh karena itu teori Penamaan mungkin berupaya menguraikan
sebagian daripada kesan TV terhadap pembentukan perasaan takut di
kalangan penonton. Mungkin golongan penonton yang mudah terpengaruh
adalah disebabkan latar belakang pendidikan yang rendah. Kesan program
TV terhadap individu perlu mengambil jenis program yang ditonton, pesan
yang diperoleh melalui program, oleh karena itu ciri individu dapat
menentukan kesan TV terhadap penonton.19
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote19sym]

4. Solusi Mengatasi Dampak Negatif Media Massa


http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 151/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Setelah kita membicarakan pengaruh media massa di era globalisasi ini,


yang telah menimbulkan dampak negatif yang tidak sedikit jumlahnya. Maka dari
itu perlu adanya solusi untuk mengatasi dampak negatif itu, diantaranya adalah :
1. Menegakkan fungsi hukum yang berlaku, misalnya pembentukan cybar task forte
yang bertugas untuk menentukan standar operasi pengendalian dalam
penerapan media massa (internet) di instansi pemerintahan.
2. Menghindari penggunaan telepon seluler berfitur canggih oleh anak-anak di
bawah umur dan lebih mengawasi pemakaian ponsel.
3. Mempertimbangkan pemakaian internet dalam pendidikan, khususnya untuk
anak di bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang
melakukan pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya pemakaian.
4. Tidak menjadikan internet sebagai media atau sarana satu-satunya dalam
pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih
tetap membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital library,
namun juga masih berkunjung ke perpustakaan.
5. Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’
anak. Misalkan dengan beberapa program atau software yang dapat
memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan
kekerasan.
6. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan pengajaran-
pengajaran etika dalam penggunanaan media massa internet dan televise agar
dapat dipergunakan secara optimal tanpa menghilangkan etika.
7. Program televisi:
a. Mewaspadai muatan pornografi, kekerasan dan tayangan mistis.
b. Menghindari penempatan TV pribadi didalam kamar.
c. Memperhatikan batasan umur penonton pada film yang telah di tayangkan.
8. Tindakan yang bisa dilakukan pemerintah:
a. Menciptakan dan mengesahkan UU tentang hak cipta.
b. Menyaring informasi yang masuk ke negaranya.
c. Membuat software yang mampu memproteksi situs-situs porno di internet.
d. Menciptakan dan mengesahkan undang-undang penyiaran.20
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote20sym]

Dari segala permasalahan pengaruh media massa terhadap perubahan sosial,


anak-anaklah yang paling rentan mengalami suntikan-suntikan berbahaya dari
perkembangan dan penyalahgunaan media massa di era globalisasi ini. Solusi yang
tepat untk menghadapi masalah tersebut terletak pada peran orang tua. Karena
disini peranan dari kedua orang tua sangatlah penting. Kedua orang tua diharapkan
dapat membimbing dan mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Sehingga anak-anak dapat mengerti hal apa saja yang
termasuk hal yang baik dan hal yang kurang baik. Dan disini juga terdapat beberapa
cara untuk mencegah dampak-dampak negatifnya.
Selain itu juga kebijakan pemerintah tetap memegang kuasa tertinggi dalam
suatu pembentukan dan perkembangan moral bangsa. Bukan dengan menolak
secara keras perkembangan dan penggunanaan media massa. Karena itu merupakan
hal yang tidak mungkin terjadi di masa sekarang ini. Namun dengan adanya
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 152/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pengawasan-pengawasan atas apa yang disajikan media massa baik dari dalam
negri maupun dari luar. Walaupun pada hakikatnya, itu semua kembali kepada sang
pengguna media massa tersebut.

[https://www.blogger.com/null]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 153/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

AssumptaRumanti OSF, Maria, Dasar-dasar public relations teori & praktik


(Jakarta: Grasindo,2005)
Bungin, Burhan, SosiologiKomunikasi, Teori, Paradigma,
danDiskursusTeknologiKomunikasi di Masyarakat( Jakarta :
KencanaPrendan Media Grup, 2013)
Hooguelt, Ankle MM, SosiologiSedangBerkembang (Jakarta, Raja
GrafindoPersada, 1995)
http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa [http://id.wikipedia.org/wiki/Media%20massa]
http://www.wedaran.com/7491/dampak positifdampaknegatif media/
[http://www.wedaran.com/7491/dampak%20positif%20dampak%20negatif%20media/]
html blogspot.com/2012/12/ makalahdampaknegatifteknologi
Lawang, Robert M.Z. BukuMateriPokokPengantarSosiologiModul 4–6, (Jakarta,
DepartemenPendidikandanKebudayaanUniversitas Terbuka,1985)
L.Rivers, William, Jay W.Jensen, Theodore Peterson, Media Massa danMasyarakat
Modern (Jakarta :Prenada Media, 2003)
Madya, Saodah wok, Narimahismail, Mohd.Yusuf, Teori-teorikomunikasi (Kuala
Lumpur :PercetakanCergas,2004)
Nova ,Firsan, Crisis Public Relations (Jakarta: Grasindo,2009)

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 154/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Sr.
Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relations Teori & Praktik (Jakarta:
Grasindo,2005) h. 118

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 155/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Firsan
Nova, Crisis Public Relations (Jakarta: Grasindo,2009) h. 204

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 156/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Ibid, h.
205

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 157/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa [http://id.wikipedia.org/wiki/Media%20massa]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 158/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Madya,
Saodah wok, Narimah Ismail, Mohd.Yusuf, Teori-teori komunikasi (Kuala Lumpur :Percetakan
Cergas,2004) H.102

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 159/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] William
L.Rivers, Jay W.Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta :
Prenada Media, 2003) h. 228-229

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 160/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc] Firsan
Nova, Crisis, h. 204-205

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 161/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/ Media massa [http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 162/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc] Burhan
Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat ( Jakarta : Kencana Prendan Media Grup, 2013) h.91

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 163/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

10 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc]
Hooguelt, Ankle MM, Sosiologi Sedang Berkembang (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995)
h.56

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 164/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

11 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11anc]
Robert M.Z. Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 4–6, (Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka,1985) Hlm. 79

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 165/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

12 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote12anc] Burhan, Sosiologi, h.91

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 166/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

13 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13anc]
William, Media, h. 321-322

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 167/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

14 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote14anc]
http://www.wedaran.com/7491/dampak positif dampak negatif media/
[http://www.wedaran.com/7491/dampak%20positif%20dampak%20negatif%20media/]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 168/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

15 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote15anc]
http://www.wedaran.com/7491/dampak positif dampak negatif media

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 169/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

16 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote16anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/ [http://id.wikipedia.org/wiki/] Media massa

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 170/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

17 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote17anc]
Madya, Teori-teori, h.104

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 171/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

18 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote18anc] Ibid,
h. 105

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 172/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

19 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote19anc] Ibid,
h. 107

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 173/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

20 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote20anc]
blogspot.com/2012/12/ makalah dampak negatif teknologi.html

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

7 Lihat komentar

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
29th January 2016
ANTARBUDAYA DALAM BUDAYA
YANG BERBEDA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUDAYA YANG


BERBEDA
Oleh Suwardi Lubis

Komunikasi pada hakikatnya merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk menjalankan
kehidupan di dunia ini sebagai khalifah yang telah diamanahkan oleh Allah Swt. Tanpa adanya
komunikasi tentu manusia tidak akan berkembang hingga seperti sekarang ini. Apalagi komunikasi
memang sudah terjadi sejak Allah Swt hendak menciptakan Adam, pada saat itu terjadi komunikasi
antara Allah Swt dengan para malaikat dalam surat Al-Baqarah ayat 30-35.
Komunikasi yang baik memang harus terjalin di setiap lingkungan dalam kehidupan manusia,
di antaranya dalam lingkungan sekitar yang notabene terdiri atas beragam suku, budaya, dan agama. Di
sebuah lingkungan hidup sehari-hari, seseorang dituntut untuk harus mampu berkomunikasi dengan
baik dengan masyarakat sekitar baik yang bergama Islam, Kristen, atau agama lainnya serta bersuku
Jawa, Papua, maupun Padang. Karena pastinya, perbedaan yang terdapat, mampu membawa
keberagaman jika komunikasi yang dijalankan dapat berjalan dengan baik, sementara jika gagal
pastinya akan menimbulkan perselisihan yang berbuntut kepada perpecahan.
Untuk mampu melakukan komunikasi dengan baik, maka perlu untuk mengetahui elemen
dalam komunikasi dan peranannya . Elemen dalam komunikasi terdiri dari tiga yaitu elemen verbal
yaitu kata-kata yang digunakan, elemen vokal yaitu suara dan intonasi, dan terakhir elemen visual
seperti gerak-gerik tubuh dan mimik muka yang dapat dilihat.
Oleh sebab itu, dalam melakukan komunikasi kita tidak dapat hanya mengandalkan unsur
verbal atau isi pesan saja tetapi juga harus memanfaatkan unsur nonverbal yaitu vokal dan visual yang
mempunyai peran yang jauh lebih besar agar komunikasi yang dilakukan menjadi efektif.

A. Efektivitas Komunikasi Antarbudaya


Efektif dapat diartikan mencapai sasaran atau tujuan sesuai dengan maksud komunikator. Dalam
komunikasi antarbudaya, bila memiliki tujuan untuk bisa saling memahami pendapat, sikap, dan
tingkah laku komunikasi yang berbeda tersebut, dapat tercapai, maka komunikasi antarbudaya bisa jadi
efektif.
Dalam berinterkasi dengan orang lain, seseorang ingin menciptakan dampak tertentu dan memberikan
kesan-kesan tertentu dalam diri orang lain tersebut. Kadang-kadang berhasil mencapai semuanya,

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 174/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

namun tidak jarang pula gagal. Pengertiannya yaitu terkadang orang memberikan reaksi terhadap
tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang diharapkan. Keefektifan seseorang dalam
hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan dengan
secara jelas apa yang kita ingin sampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi
orang lain sesuai dengan kehendak kita.
Efektifitas komunikasi juga bergantung pada siapa, serta cara penyampaian komunikasi. Seseorang
harus melihat pada siapa dirinya melakukan komunikasi dan memposisikan diri serta memerankannya.
Komunikasi antarbudaya dapat dikatakan efektif bila proses komunikasi bisa menyenangkan bagi
kedua belah pihak, mempunyai suatu kesamaan dalam suatu kelompok akan menyenangkan bagi kita
komunikasipun akan lancar dan terbuka. Dan sebaliknya, berkomunikasi dengan orang-orang yang
tidak sepaham dengan kita akan sangat membosankan, akan membuat kita tegang, sesak, dan
situasinya pun membuat kita tidak nyaman. Komunikasi akan lebih efektif bila antara pihak yang
terlibat komunikasi saling menyenangi satu sama lainnya. 1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

B. Komunikasi Interpersonal Berbeda Budaya (Intercultural)

Beragamnya budaya di negeri kita akan menjadikan komunikasi yang berbeda budaya
tersebut menjadi satu hal yang sangat penting. Ketika komunikasi yang dilakukan individu berbeda
budaya, yang jelas komunikasi di antara mereka pastinya juga berbeda, baik itu bahasa, karakter dan
sebagainya. Maka di sinilah pentingnya komunikasi antarbudaya untuk bisa dikuasai.
Contoh kasus, mungkin kita masih ingat dengan konflik yang terjadi antara Madura-Sampit,
GAM-Pemerintah, ataupun konflik agama yang terjadi di ambon beberapa tahun yang lalu. Hal
demikian memang menjadikan sebagian orang yang mengetahui kasus tersebut akan bertanya-tanya
kenapa konflik tersebut harus terjadi? Jawaban sederhana yang bisa kami asumsikan di sini adalah
tidak terjalinnya komunikasi (interpersonal) antarbudaya secara baik dan efektif.
Apabila sudah tidak terjalin hubungan yang baik ataupun mungkin terjadinya miss
communication, konlfik menjadi hal yang tidak diayalkan lagi bakal terjadi dalam ranah mereka.
Begitulah betapa pentingnya komunikasi individu yang berbeda budaya tersebut harus bisa memahami
budaya yang berbeda. 2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Hubungan interpersonal dalam sebuah perbedaan budaya, mungkin bisa menjadi solusi
bagaimana komunikasi berbeda budaya tersebut bisa berlangsung dengan baik, sehingga tidak terjadi
konflik. Sejujurnya, dalam komunikasi interpersonal individu berbeda budaya, masih belum
menemukan rujukan yang tepat mengenai hal itu.
Pola komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang berbeda budaya, cenderung memiliki
karakter dan personality yang berbeda dalam mengungkapkan komunikasi tersebut. Komunikasi yang
dilakukan oleh seseorang yang memiliki budaya yang sama, akan cendung memiliki kesamaan yang
(homoginitas) yang lebih besar dibandingkan yang berbeda budaya. Sedangkan komunikasi berbeda
budaya akan cenderung bersilang pendapat dan bisa dibilang terkesan tidak memiliki kesamaan yang
besar, mungkin saja ada kesamaan tapi kecil.
Di sinilah peran penting komunikasi interpersonal untuk diterapkan dalam komunikasi lintas
budaya yang berbeda. Begitupun dalam komunikasi interpersonal individu yang berbeda budaya, perlu
dipahami komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti, bahasa, nilai-nilat, adat, dan ataupun kebiasaan.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 175/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Berbagai fenomena sosial yang terjadi saat ini, transaksi sosial-budaya terjadi di mana-mana.
Di negeri kita saat ini yang marak mungkin budaya westernisasi yang tengah digembor-gemborkan
kaum barat di negeri ini. Westernisasi budaya yang kian marak terjadi, kalau boleh kami mengambil
contoh sederhana saat ini adalah kasus konser Lady Gaga yang bakal digelar bulan Juni 2012 lalu,
yang mengalami pro kontra di tengah-tengah masyarakat kita, tentu hal tersebut juga merupakan
proses akulturasi budaya yang tengah gencar-gencarnya kaum barat lakukan di negeri ini.
Terlepas dari berbagai polemik dan problem yang ada, posisi komunikasi antar budaya,
khususnya dalam komunikasi interpersonal harus menjadi acuan utama, supaya tidak terjadi konflik
berkepanjangan yang dikhawatirkan akan memakan korban.
Tidak hanya akulturasi budaya barat, peleburan budaya yang terjadi di berbagai kalangan dan
di berbagai daerah di negeri ini, tengah terjadi. Orang jawa merantau ke sumatera, ataupun ke
kalimantan. Begitupun dengan orang Kalimantan yang merantau ke jawa dan seterusnya, hal tersebut
merupakan sebuah proses peleburan budaya di berbagai kalangan dan di berbagai daerah. Kita
mungkin mengenal watak orang batak yang keras, kita juga mungkin mengenal watak orang sunda dan
jawa mungkin secara keseluruhan yang halus, tentunya peran komunikasi antar budaya dalam
komunikasi interpersonal sangat menentukan keberlangsungan interaksi sosial yang dilakukan.
Kendatipun berbeda budaya, tapi ketika komunikasi antar budaya dalam komunikasi
interpersonal bisa dilakukan dengan proporsinya, maka tentu tidak akan pernah terjadi yang namanya
konflik sosial. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya, terdapat berbagai penduduk
yang berbeda budaya. Kalau di Jakarta kita mengenal budaya Betawi, namun orang Madura dan
berbagai daerah lainnya juga banyak yang tinggal dan mencari kehidupan di sana.
Begitu pun di Bandung, dengan adanya perguruan tinggi yang cukup bonafit di Bandung,
mengundang semangat juang remaja dan pemuda dari luar Bandung itu sendiri. Di UNPAD khususnya,
tidak jarang mahasiswa dari sumatera yang menempuh pendidikannya di sana, dan bahkan Kalimantan
dan Indonesia timur pun terdapa di sana. Untuk itulah, gunanya komunikasi antar budaya dalam
komunikasi interpersonal selalu dan selalu menjadi penting keberadaannya.

Tentunya tidak mungkin, apabila mahasiswa dari Sumatera ketika berkomunikasi dengan
orang Jawa ataupun Kalimantan, menggunakan bahasa mereka masing-masing. Apabila hal tersebut
terjadi, rusaklah komunikasi tersebut. Begitupun dengan watak orang Batak yang keras kepala, kita
harus memahami karakter komunikasi mereka. Kendatipun mereka keras kepala dan biasaya ngotot
dalam segala hal, kita harus memahami bahwa bukan karena kesengajaan yang menjadikan mereka
seperti itu, akan tetapi budaya mereka yang demikian sudah menjadikan mereka seperti itu.
Sejalan dengan adanya komunikasi antarbudaya dalam komunikasi interpersonal, ada
berbagai teori yang menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan apa tujuan komunikasi
tersebut ketika komunikasi antar budaya tersebut berlangsung. Merujuk pada ikhtisar dari Coleman
dan Hammen (1974) dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat Psikologi Komunikasi, menyebutkan bahwa,
ada beberapa model yang dilakukan dalam komunikasi tersebut, yaitu, model pertukaran sosial (social
exchange model), model peranan (role model), model permainan (the “games people play” model),
dan model interaksional (interactionl model).
Pertama, model pertukaran sosial. Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal
sebagai suatu transaksi dagang. Hubungan yang dijalin dalam interpersonal pastinya ada tujuan, yaitu
mengharapkan sesuatu dari orang yang diajak berhubungan. Orang yang biasa saja berteman dengan
orang yang cerdas dan pintar, tujuannya karena ingin orang yang biasa saja bisa menjadi pintar seperti
temannya tersebut, dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 176/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Kedua, model peranan. Berbeda dengan model pertukaran sosial tadi, jika model pertukaran
sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, akan tetapi, dalam model
peranan ini memandang sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memegang peranannya
sendiri sesuai dengan naskah yang telah ditentukan. Tidak mungkin seorang peran pembantu
memainkan peran dari tokoh utama, dan sebagainya.
Ketiga, model permainan. Model ini diyakini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1974)
dengan analisisinya yang dikenal dengan analisis transaksional, memandang bahwa komunikasi
interpersonal yang dilakukan dalam rangka permainan.
Keempat, model interaksional. Model yang keempat ini merupakan model yang memandang
bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural,
integratif, dan medan.
Beberapa model di atas, kami memandangnya dari perspektif psikologi. Karena kami
meyakini dengan perspektif ini, model-model tersebut cukup dominan. Dalam sosial budaya ada
unsur-unsur di dalamnya, meliputi, sistem keyakinan, nilai, dan sikap, unsur pandangan hidup tentang
dunia, dan unsur organisasi sosial.

Dari sebuah komunikasi antar-budaya yang berlangsung tadi, sedikit kami menyinggung
berbagai model hubungan interpersonal di atas dan berbagai unsur-unsur budaya. Lantas apa
hubungannya dengan komunikasi interpersonal individu berbeda budaya? Kesemuanya merupakan
sebuah interaksi yang saling memiliki keterpaduan. Pemahaman tersebut menjadi penting adanya
ketika kita ingin berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya, supaya tidak terjadi konfllik
dalam komunikasi interpersonal yang berbeda budaya tadi.

C. Hambatan-Hambatan dan Langkah Solutif


Segala bentuk dan proses dalam komunikasi tidak akan terlepas dari hambatan dan kendala di
dalamnya. Berbagai hambata tersebut bisa terjadi karena faktor eksternal ataupun internal, atapun bisa
juga hambatannya bersifat objektif ataupun subjektif.
Antara hambatan yang bersifat objektif ataupun subjektif tadi, banyak dinyatakan oleh para
ahli mengenai hambatan dalam komunikasi. Hambatan yang bersifat objektif merupakan hambatan
yang bersifat tidak disengaja, dengan kata lain hambatan (noise) dalam komunikasi yang ada bukan
karena kesengajaan yang dilakukan dari pihak lain. Melainkan berbagai hambatan yang ada cendrung
terjadi karena memang keadaan yang menginginkan hal demikian.
Sedangkan hambatan yang bersifat subjektif, merupakan hambatan yang memang disengaja
dibuat oleh pihak lain supaya komunikasi yang dilakukan menjadi gagal. Karena pertentangan
kepentingan terjadi di dalamnya.
Contoh kasusnya seperti ini, ketika terjadinya hambatan dalam komunikasi antarbudaya
dalam komunikasi individu berbeda budaya, antara orang Indonesia dan orang luar negeri ketika
berlangsungnya interaksi komunikasi interpersonal yang berbeda budaya, kemudian hambatannya
adalah perbedaan pandangan mengenai budaya salam sapa misalnya. Apabila di luar negeri ada budaya
orang yang senang bertemu dengan sahabatnya menampar-nampar pipi, akan tetapi di Indonesia
menampar pipi menjadi perbuatan yang kurang baik. Di sinilah hambatan komunikasi terjadi.
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam hambatan yang bersifat objektif, biasanya terjadi
karena cuaca yang kurang mendukung, suasanan atau lingkungan yang bising juga bisa menjadi
hambatan dalam komunikasi. Begitupun dalam hambatan yang bersifat subjektif yang sengaja dibuat
oleh pihak lain, dengan mengganggu misalnya. Hal itu menjadi hambatan yang cukup memicu
terjadinya kegagalan dalam komunikasi.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 177/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Selain hambatan-hambatan di atas, para ahli meninjau bahwa hambatan dalam komunikasi
interpersonal dalam budaya (culture) meliputi, pertama, penyampaian pesan yang berbeda budaya akan
mengundang perbedaan persepsi di anatara peserta komunikasi tersebut. Kedua, menyampaikan pesan
pesan verbal kepada orang yang belaianan budaya tentunya akan banyak perbedaan bahasa, karena
akan terjadi perbedaan semantik dan sebagainya.
Ketiga, penyampaian pesan verbal yang berbeda budaya dengan disertai penekanan non-
verbal akan mengundang perbedaan penafsiran berbeda, sehingga tujuan penyampaian pesan tidak
tersampaikan. Keempat, penyampaian pesan terhadap orang yang berbeda budaya ketika penyampaian
dan isi pesannya bertentangan dengan adat, kebiasaan, norma-normanya maka akan terjadi penolakan
dalam komunikasi interpersonal tersebut.
Mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi antarbudaya individu yang berbeda budaya
tersebut, maka perlulah individu tersebut dapat dan mampu memahami komunikasi interpersonal yang
didukung dengan komunikasi lintas budaya secara detail. 3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

D. Islam Memandang Hubungan Antarpribadi Dalam Kehidupan


Setiap manusia tentunya selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan
meskipun adanya perbedaan yang terjadi seperti budaya, karena akan berpengaruh terhadap
kenyamanan dalam menjalani aktivitas kehidupan. Tentu lingkungan yang menyenangkan tersebut
dapat terjalin ketika, semua pihak yang berasal dari budaya yang berbeda dapat melakukan komunikasi
antarpribadi dengan baik.
[https://www.blogger.com/null] Di dalam Islam memberikan ketenangan dan kenyamanan di
antara sesama manusia adalah sebuah keharusan. Di dalam surat Mujadalah Ayat 11 dikatakan: ‘Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”(Q.S.Mujadalah (58):11)
Isi kandungan surat Mujadalah ayat 11, di atas yakni apabila seseorang berada dalam suatu
majlis, hendaknya saling menghormati dan menjaga suasana damai, dengan memberikan kelapangan
bagi orang lain. Termasuk di saat kita berada di kantor tempat kita bekerja karena bekerja adalah salah
satu bentuk amal soleh untuk mencukupi kebutuhan hidup kita dan ayat di atas juga mengajarkan
Setiap perbuatan manusia akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya. 4

[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Selain itu, komunikasi antarpribadi dapat terjalin dengan baik apabila komunikator mampu
menerapkan cara-cara yang efektif. Soal cara (kaifiyah), dalam alquran dan alhadis ditemukan berbagai
panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. 5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
Dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam
melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi antarpribadi, berdakwah secara lisan dan tulisan,
maupun dalam aktivitas lain, seperti dalam surat Thaha ayat 43-44
َ ُ‫ْاذھَﺒَﺎ إِﻟَﻰ ﻓِﺮْ ﻋَﻮْ نَ إِﻧﱠﮫ‬
‫طﻐَﻰ‬
‫ﻓَﻘُﻮﻻ ﻟَﮫُ ﻗَﻮْ ﻻ ﻟَﯿﱢﻨًﺎ ﻟَ َﻌﻠﱠﮫُ ﯾَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أَوْ ﯾَ ْﺨﺸَﻰ‬
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui
batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan dia sadar atau takut”.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan
yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 178/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan


suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu
bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati
siapapun yang mendengarnya.

Dari makalah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa


beragam budaya di negeri kita Indonesia, menjadikan negeri kita kaya akan ragam budaya
yang meliputi seni, bahasa, dan berbagai kebiasaan-kebiasaan lainnya. Dari itulah, beragamnya budaya
di negeri ini menjadi penting adanya untuk kita memahami bagaimana interaksi sosial berlangsung
dalam sebuah komunikasi antarbudaya dalam budaya yang berbeda.
Sebuah interaksi sosial dalam komunikasi interpersonal maupun komunikasi antarabudaya,
tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kendala yang terjadi di dalamnya. Kendatipun demikian
berbagai hambatan dan kendala tersebut pastinya ada jalan keluar dan solusi mengatasinya.
Jadi memang, kemampuan untuk melakukan komunikasi antarabudaya yang didukung
dengan penguasaan komunikasi antarpribadi sangat penting dalam membangun sebuah tatanan
kehidupan. Lantas, Kemampuan komunikasi antarpribadi dapat ditingkatkan dengan belajar dan
berlatih secara terus menerus.

Daftar Pustaka

Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Mahmud, Yunus. Tafsir Quran Karim. Pisangan Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2011.
Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rakhmat (peny). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja
Rosdakaraya. 1993.
Sumber:http://www.gumilarcenter.com/KLB/materi4pintumasukklb.pdf.BahanAjar Komunikasi
diakses 1 Oktober 2015 pukul 20.35 Wib.

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 14-19.

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Sumber:http://www.gumilarcenter.com/KLB/materi4pintumasukklb.pdf.BahanAjar Komunikasi diakses 1 Oktober 2015 pukul 20.35

Wib.

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Deddy
Mulyana dan Jalaludin Rakhmat (peny), Komunikasi Antarbudaya (Bandung: Remaja Rosdakaraya, 1993), h. 34.
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Yunus
Mahmud, Tafsir Quran Karim (Pisangan Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2011). H. 75.

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam (Jakarta: Logos, 1999). h. 106.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 179/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

17 Lihat komentar

Perkembangan Media Modern dan


29th January 2016
Pengaruhnya Terhadap Media
Tradisional di Indonesia
Perkembangan Media Modern dan Pengaruhnya Terhadap Media Tradisional di Indonesia
Oleh Suwardi Lubis

1. Pendahuluan

Faktor pendorong terbesar yang telah merobah wajah dunia dan mengantarnya ke era modern
adalah ilmu pengetauan dan teknologi. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya dalam
ujudnya yang sekarang, adalah capaian cemerlang dunia Barat Modern, terutama setelah masa
renaisans.Renaisans yang bermula di Italia pada paroh kedua Abad ke 14 dan kemudian meluas ke
daratan Eropa telah membawa benua ini ke dalam satu transisi penting dari era teologi ke era
rasionalisme. Pada gilirannya, rasionalisme inilah yang melandasi pengembangan ilmu pengetahuan
modern di benua ini. Posisi sentral ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari dunia Barat
dalam peradaban modern membuatnya menjadi posisi penting dalam perkembangan pembaharuan
dunia sekarang. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam ukuran kemodernan.
Dapat dikatakan bahwa di satu sisi, pembaharuan adalah upaya menghasilkan perubahan yang
diakibatkan oleh aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Erat hubungannya antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Barat sepanjang sejarah.
Ada kekaguman atau bahkan ketergiuran dengan berbagai sisi peradaban Barat, terutama yang
berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan demokrasi dan
pemerintahan.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Pokok pembahasan dalam makalah ini ialah membahas tentang perkembangan media modern
dan pengaruhnya terhadap media tradisional di Indonesia. Penting dikaji, karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ialah membawa perubahan bagi seluruh penjurudunia, negara maaju dan
negara berkembang dari wilayah pusat sampai ke wilayah tepi (penggiran) dalam satu transisi penting
dari era teologi ke era rasionalisme.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa
Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan
yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.

2. Pembahasan
A. Sejarah Media
Sejak awal, para komunikasi tidak sependapat dengan model komunikasi yang ditawarkan
karena model-model ini tidak memasukkan media sebagai sesuatu yang penting dari tiga dimensi
tersebut, akibatnya para ahli komunikasi yang muncul sekitar 1960-an mengkritisi dan memperbaiki
model komunikasi dengan mengikutsertakan media.
Pada umunya, para ahli yang dikritik lantaran tidak memasukkan mediadalam analisis model
komunikasi berasumsi bahwa proses komunikasi manusia dilakukan secara artifisial melalui saluran
penyuaraan pesan (vocalisasi), bahasa isyarat (gusture), terkadang pula melalui tulisan, dan lukisan.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 180/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media, yakni:


Pertama, era masyarakat tribal (the tribal age). Di era ini, komunikasi dimediasi melalui
komunikasi lisan (oral communication) karena masyarakat umumnya terikat dengan budaya lisan (oral
culture) sehingga yang berperan di sini ialah storytelling yang mengandalkan keterlibatan pemikiran
intuitif dan holistis.
Kedua, era masyarakat tulis (the age of literacy). Di era ini, komunikasi manusia dimediasi
oleh tulisan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip bngunan logika, komunikasi visual, dorongan
perenungan pribadi, matematika, sains, dan filsafat.
Ketiga, era percetakan (the print age). Di era ini, komunikasi antarmanusia menekankan pada
cetakan visual yang berpusat pada “Galaksi Guttenberg” di sini peranan mata sangat dominan, cara
berpikir linear, status sains semakin diperhitungkan, serta munculnya sikap individual. Karakteristik
era ini berkaitan dengan melakukan konversi tulisan perorangan ke teknik cetakan, standarisasi bahasa
nasional sebagai syarat membangun nasionalisme, serta mempertahankan prototipe revolusi industri.
Keempat, era elektronika (the electronic age), yang menekankan pada image visual. Era ini
diawali dengan terbentuknya kesadaran dan pengalaman hidup dengan prinsip global village. Pada era
ini, televisi merupakan media yang sangat dominan karena melibatkan semua sensori manusia
(persepsi, sikap, strereotip, pikiran, perasaan, emosi, tindakan) yang mendorong warga masyarakat ke
retribalization, serta memudarnya logika dan cara berpikir linear. Ada empat karakteristik era ini:

1. Bertumbuhnya global village.


2. Kehadiran cool medium seperti televisi yang secara spontan menawarkan hakikat lingkungan,
serta retribalisasi kemanusiaan (perhatikan film-film horor, mitos).
3. Pengaruh media makin kuat sehingga para penonton menjadi pasif.
4. Cara berpikir dari linear ke lokal..

Setelah revolusi telekomunikasi bertumbuh pesat yang mendorong dan mengubah peran
teknologi media, maka studi komunikasi manusia juga mengalami revolusi yang sangat cepat, dan
peranan media dianggap penting untuk dimasukkan dalam model proses komunikasi manusia. Peranan
media, dengan dukungan teknologi komunikasi, ternyata sangat membantu, memudahkan,
mempercepat, memperluas peluang bagi sumber yang mengirimkan dan mempertukarkan informasi
kepada atau dengan audiens atau massa yang sekaligus seolah mengabaikan ruang dan waktu fisik di
muka bumi.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
B. Pendekatan Multikultural Terhadap Budaya
Memahami multikulturalisme sebagai bagian dari teologi (Theos= Tuhan, logos=ilmu)
memberi kejelasan bahwa menegakkan multikulturalisme tidak saja dilatarbelakangi oleh interes
politik, sosial, ekonomi, dan intelektual. Tetapi merupakan pesan Tuhan. Sehingga penegakannya
merupakan bagian dari teologi pengabdian kepada tuhan. Istilah multikulturalisme tidaklah memadai
jika dipahami hanaya secara harfiah sebagai paham banyak budaya. Untuk memudahkan pemahaman
kita ada baiknya dikedepankan bahwa multikulturalisme dapat dikategorikan kepada
multukulturalisme dan multukulturalisme normatif.
Adalah kenyataan sosial yang mencerminkan adanya kemajemukan (pluralistis). Adapun
multikulturalisme normatif berkaitan dengan dasar-dasar moral, yaitu adanya ikatan moral dari para
warga dalam lingkup negara atau bangsa untuk melakukan sesuatu yang menjadi kesepakatan
bersama.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Budaya adalah pola perilaku, keyakinan, dan hal-ahal yang dihasilkan oleh sesuatu kelompok
orang tertentu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Produk yang dihasilkan
berasal dari interaksi di antara kelompok-kelompok manusia dan lingkungannya yang telah
berlangsung selama bertahun-tahun. Budaya merupakan ksebuah konsep yang luas, budaya dapat
melibatkan banyak komponen dan dapat dianalisis dalam berbagai cara. Seorang pakar di bidang lintas
budaya Richard Brislin (1993) mendeskripsikan sejumlah karakteristik budaya, yaitu budaya disusun

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 181/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

oleh sejumlah idealisme, nilai dan asumsi mengenai kehidupan yang mengarahkan perilaku manusia
yang hidup di budaya tersebut.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Pengaruh sosial dalam konteks psikologi berarti usaha seseorang untuk mengubah prilaku
sikap satu atau lebih orang lain. Kapasitas atau kemampuan individu untuk menjalankan kontrol dan
otoritas disebut kekuasaan. Kekuasaan dapat formal atau informal. Kekuasaan formal terutama
dijalankan di dalam aktivitas yang didefenisikan oleh aturan resmi, undang-undang, dan aturan
kelembagaan. Kekuasaan informal dijalankan oleh individu dalam situasi tanpa regulasi resmi, dalam
kebanyakan ialah kultur tradisional.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
C. Komunikasi Sebagai Dasar Proses Budaya
Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi
yang ditunjukkan pada orang tua atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya,
anda berkomunikasi dengan suku aborigin Australia, secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi
berdasarkan kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi
kebudayaan lain.6 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]
Media rakyat
Berrigan, (1979) mendefenisikan media rakyat (media masyarakat), ialah media yang
bertumpu pada landasan yang lebih dari kebutuhan semua khalayak, memberi kesepatan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka mengnginkan kesempatan itu.
Fungsi media masyarakat adalah memberikan saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka, membantu menjembatani kesenjangan antara
pusat dengan pinggiran.

1. Koran Masuk Desa

Koran Masuk Desa atau Program disingkat KMD. Di Indonesia mulai dilaksanakan pada
tahun 1980 berdasarkan SK Menteri Pendidikan pada tanggal 29 januari 1980. Penetapan sebuah KMD
dilakukan atas saran gubernur yang berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat kabar (SPS) dan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakatan antara proyek
pembinaan dari Departemen Pendidikan dengan perusahaan penerbit pers yang bersangkutan. Ini
dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk mensosialisasikan pesan-pesan pembangunan pada
masyarakat.
Pentingnya koran masuk desa tercermin dari tujuannya ialah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai aspek-espek pembangunan dan pembaruan.


Sebab, masyarakat pedesaan masih berpegang teguh pada norma, nilai tradisi yang sangat
bertolak belakang dengan pembangunan. KMD juga bisa mengubah perilaku dan kepercayaan
yang menghambat pembangunan. Tentunya, informasi yang dikemukakan dalam KMD tidak
bertolak belakang dengan adat istiadat setempat.
2. Meningkatkan keterampilan (skill) terutama yang menyangkut cara hidup dan cara
memenuhikebutuhan hidup. KMD bisa menjadi agen pembaruan yang berperan mengubah
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Khususnya mengubah sikap mental yang
bisa menghambat pembangunan dan pembaruan.
3. Memotivasi masyarakat untuk menimbulkan keinginan mengubah nasibnya. KMD bisa
menciptakan serta mendorong masyarakat pedesaan agar mampu dan terampil sehingga
menciptakan suasana yang dapat mendorong prakarsa kreativitas dan inovasi dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
4. Meratakan informasi dalam rangka peningkatan arus komunikasi ke pedesaan. Untuk itu perlu
dilakukan kerja sama yang baik antara pemerintah dengan KMD dalam hubungan yang saling
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 182/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

menguntungkan.

Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan di atas, maka diusahakan agar ada
pengintegrasian lembaga-lembaga atau potensi yang mempunyai hubungan dengan pelaksana KMD,
terutama pada pihak instansi setempat atau yang berpengaruh langsung dengan KMD seperti pemuka
adat, alim ulama, kiai, dan tetua kampung (opinion leader).

2. Media dan Seni Tradisional

Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media massa. Kalau media
massa adalah media dengan menggunakan alat teknologi modern, sedangkan media tradisional adalah
alat komunikasi yang sudah lama digunakan di suatu tempat (desa) sebelum kebudayaan tersentuh oleh
teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun isinya masi berisi
tulisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian.
Seni tradisonal di masyarakat pedesaan telah menjadi suatu pola dalam proses komunikasi yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Seni tradisional telah membantu perkembangan masyarakat baik
menyangkut kepercayaan, perkembangan sosial dan budaya atau secara ekonomis.bahkan, lewat
tradisional itulah jati diri suatu kelompok masyarakat bisa terlihat.
Membicarakan media tradisional idak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu
bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan media tradisional. Media komunikasi
tradisional sering disebut sebagai bentuk foklor. Bentuk-bentuk foklor tersebut antara lain ialah:

1. Cerita prosa rakyat (legenda, mite, dongeng).


2. Ungkapan rakyat (peribahasa, pemeo, pepatah)
3. Puisi rakyat.
4. Nyanyian rakyat.
5. Teater rakyat.
6. Gerak isyarat (memicingkan mata tanda cinta).
7. Alat pengingat (mengirim sirih berarti meminang).
8. Alat bunyi-bunyian (kantong, gong, bedug dan lain-lain).

Ditinjau dari aktualitasnya, ada seni tradisional seperti wayang purwa, wayang golek, ludruk,
ketoprak. Seni ini memakai peralatan atau media tradisional. Seni tradisional tersebut juga sampai
sekarang masih ada dan akan terus dipelihara. Hanya saat ini sudah mengalami transformasi dengan
media massa modern. Dengan kata lain, ia tidak lagi dimunculkan secara apa adanya, melainkan sudah
masuk ke media televisi (transformasi).
William R. Bascom mengemukakan fungsi-fungsi pokok foklor sebagai media tradisional
adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sistem proyeksi.


2. Sebagai pengesahan atau penguat adat.
3. Sebagai alat pendidikan.
4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh
anggota kolektifnya.7 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym]

D. Perkembangan Media Komunikasi


Teknologi pada dasarnya memiliki konstribusi dalam menciptakan keberagaman media.
Inilah salah satu ciri dalam lingkungan media baru menurut McNamus, bahwa ada pergeseran dari
ketersediaan media yang dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang
melimpah. Dari sisi industri, biaya produksi media dan tentu saja alat produksi yang semakin murah
serta canggih menyebabkan kemunculan media secara massal. Media cetak, sebagai misal, sudah
bukan lagi barang langka dan bisa dijumpai di setiap sudut kota di Indonesia. Atau, media komunikasi
seperti telepon genggam (handphone) seolah-olah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 183/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

untuk melakukan koneksi komunikasi jarak jauh. Bandingkan dengan surat pos atau telegram yang
memerlukan waktu jauh lebih lama dibandingkan telepon genggam. Tidak hanya itu, teknologi juga
memungkinkan industri media untuk memproduksi media yang lebih beragam, setidaknya kondisi ini
bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak hanya berada dalam bentuk cetak semata, tetapi juga
khalayak bisa menemukan media yang sama dalam bentukelektronik. Artinya, media saat ini tidak
hanya banyak dari sisi jumlah, tetapi juga khalayak diberikan pilihan untuk mengonsumsi melalui jenis
medianya mulai dari cetak, radio, visual, audio-visual, hingga online.8
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8sym]

1. Media

Kehadiran media siber dan gerakan citizen journalism (jurnalisme warga) secara langsung
maupun tidak membawa dampak pada media yang selama ini dianggap sebagai penguasa atas produksi
dan distribusi informasi sehingga menipisnya hegemoni dan berkembangnya demokratisasi media..
Sebab internet memberikan kemudahan akses warga dalam membuat akun di milis, situs jejaring
sosial, web-blog, hingga membuat situs sendiri pada kenyataannya menambah sumber untuk
memproduksi dan mendistribusi media.

1. Berubahnya Organisasi dan Kultur Media

Shoemaker dan Reese (1996) menegaskan, terdapat dua faktor yang mempengaruhi media,
yakni faktor internal yang antara lain karakteristik individu pekerja media dan rutinitas yang
berlangsung dalam organisasi media (media routine) dan faktor eksternal media, yakni variabel
ekstramedia dan ideologi yang memengaruhi isi media. Variabel di tingkat ekstramedia
mempersoalkan berbagai sistem kepercayaan, nilai, dan makna yang digunakan oleh media massa
untuk menentukan isi yang ditampilkan.

2. Penjualan dan Periklanan

Iklan dan penjualan (produk) media, baik itu edisi terbitan maupun program, merupakan
sumber pendanaan yang diperoleh media. Semangkin banyak penonton yang menyaksikan, membaca,
atau mendengar suatu program, maka akan semakin populer program cum media itu di tengah warga.
Dengan demikian, kehadiran media siber dan munculnya media jurnalisme warga tidak hanya
menambah keragaman media dalam memublikasikan dan medium distribuser konten, tetapi juga telah
menjelma menjadi salah satu pesaing di distribusi media dalam penjualan serta pengiklanan.9
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]

2. Media Siber sebagai Media Komunikasi

Hal yang menjadi pertanyaan yaitu mengapa internet itu ditempatkan penulis sebagai media
komunikasi yang penting. Ini tidak terlepas dari karakteristik itu sendiri yang berbeda dibandingkan
media komunikasi tradisional seperti surat-menyurat, surat kabar, radio, dan televisi. Salah satu
karakteristik itu yaitu sifat jejaring (network). Jejaring ini tidak hanya diartikan sebagai infrastruktur
yang menghubungkan antarkomputer dan perangkat keras lainnya, namun juga menghubungkan antar-
individu.
Hubungan ini tidak hanya bertipe koneksi dengan dua individu, tetapi juga bisa melibatkan
jumlah individu yang bahkan tidak dibatasi. Pada dasarnya karakteristik jejaring ini memiliki beragam
tipe jaringan yang dibuatnya, yakni local Area Network (LAN atau Ethernet) dan a Wide Area Network
(WAN). LAN menandakan bahwa jaringan yang terjadi berada dalam area yang terbatas,
menghubungkan antarkomputer yang berada di satu gedung perkantoran atau satu lokasi yang
memiliki beberapa gedung perkantoran. Sementara WAN menandakan bahwa jaringan yang terjadi
mengoneksikan area yang lebih luas, antartempat, antarnegara, hingga ke dunia secara global. Untuk
menandai atau mengidentifikasi perangkatyang terhubung, maka masing-masing perangkat memiliki
identitas tunggal tersendiri yang disebut dengan protocol.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 184/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Joost van Loon (2006) menyatakan, bahwa kata jejaring tidak lagi mewakili terminologi
dalam teknologi informasi semata, tetapi juga telah melebar pada terminologi di bidang antropologi,
sosiologi, budaya, dan ilmu sosial lainnya yang terkadang terminologinya semakin berkembang karena
adanya proses mobilitas dari masyarakat, komoditas, kapital, tanda-tanda hingga informasi yang
berkembang di dunia global. Oleh karena itu, jejaring tidak hanya melibatkan perangkat seperti
komputer tetapi juga melibatkan individu atau actor networking.10
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]

3. Kesimpulan
Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang.
Mediamemberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap
bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan
manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang
bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi
mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita.
Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu
dijaga kelestariannya.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 185/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

Daftar Pustaka
Asari,Hasan,Modernisasi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2002.

Liliweri, Alo,Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana, 2011.

Santrock, John, W. Remaja Jilid II, Edisi Ksebelas, Judul Asli: Adolescense, Eleventh Edition, John W.
Santrock, Alih Bahasa Oleh: Benedictine Widyasinta,Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2007.

Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, Jakarta: Prenada, 2011.

Shiraev, Eric B. & Levy, A.David Psikologi Lintas Kultural, Pemikiran Kritis dan Terapan Modern
Edisi Keempat, Jakarta: 2012.

Nasrullah, Rulli,Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama, Jakarta: Kencana
prenamedia Grouf, 2014.

Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 186/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Hasan
Asari, Modernisasi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2002), h. 8.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 187/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Alo
Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 872-873.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 188/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Syahrin Harahap, Teologi


Kerukunan, (Jakarta: Prenada, 2011), h. 151.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 189/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] John W.
Santrock, Remaja Jilid II, Edisi Ksebelas,Judul Asli: Adolescense, Eleventh Edition, John W.
Santrock, Alih Bahasa Oleh: Benedictine Widyasinta,(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2007), h. 189.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 190/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Eric B. Shiraev & David A. Levy,


Psikologi Lintas Kultural, Pemikiran Kritis dan Terapan Modern Edisi Keempat, (Jakarta: 2012), h. 413.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 191/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc]
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 49.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 192/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc] Nuruddin, Sistem Komunikasi


Indonesia, h. 102-117.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 193/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc] Rulli
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana
prenamedia Grouf, 2014), h. 1.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 194/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc] Rulli
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama,h. 40-42.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 195/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

[https://www.blogger.com/null] 10 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc] Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber
(Cyibermedia) Edisi Pertama,h. 75-76.

Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

10 Lihat komentar

FAKTOR-FAKTOR YANG
29th January 2016
MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
DAN PERGESERAN BUDAYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
DAN PERGESERAN BUDAYA
Oleh Suwardi Lubis

PENDAHULUAN
Rangka pengalaman dibentuk dalam hidup kita oleh pengalaman-pengalaman masa yang
lampau. Pengalaman-pengalaman ini yang mengendap menjadi konsepsi-konsepsi dan kemudian
merupakan unsur-unsur dari rangka pengalaman kita. Maka jika ada orang yang kecewa dalam
menghadapi suatu peristiwa, ada kemungkinan, bahwa pengalamannya ini akan menimbulkan konsepsi
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
yang negatif dalam diri orang tersebut.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang beragam
banyaknya. Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuan suku bangsa. Indonesia memiliki 67
budaya induk yang tersebar dari barat sampai ke timur nusantara. Selain itu Indonesia terdiri atas 6000
buah pulau yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 pulau. Dari pernyataan diatas dapat
diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam dan sumber daya
budaya yang melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multibahasa,
multibudaya, maupun multiagama. Semua itu bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi
untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa kita. Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah
didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan identitas diri manusia yang diperoleh
dengan cara belajar.
Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan
hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas dan ciptaan
manusia. Contohnya adalah tari daearah, lagu daerah, dan kesenian daerah lainnya yang diperoleh
dengan cara belajar. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan
didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di
dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi
identitas dari masyarakat bersangkutan. Baik perspektif klasik maupun kontenporer sama-sama
mengakui bahwa kebudayaan adalah identitas diri yang akan membedakan dengan bangsa-bangsa lain.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu pelestarian secara turun-temurun sehingga cipta, karsa, dan karya
manusia tersebut tidak hilang.

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 196/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

1. Defenisi Kebudayaan

Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial


yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta
menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-
aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-
model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi
lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia
dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia). Sebagai satuan ide,
kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk
melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta
berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai berbagai tindakan dan
tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi suatu lingkungan
sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya adalah selektif sesuai
dengan lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya.
Ketika berhadapan dengan ajaran moral, maka terkandung di dalamnya penilaian baik buruk,
benar-salah, diterima atau tidak sebuah perilaku menurut suatu norma, aturan, ajaran, dan hukum
2
tertentu. Dalam ajaran agama Islam, penilaian baik dan buruk ini dikenal dengan istilah akhlak.
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]

Dari berbagai sisi, kebudayaan dapat dipandang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah milik
masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang
mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 197/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan;
(4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena
kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku
yang bersangkutan.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan
petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan
untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan
dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup.
Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

2. Unsur-unsur Kebudayaan
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut
kebudayaan antara lain unsur kebudayaan. Unsur kebudayan dalam kamus besar Indonesia berarti
bagian dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya
unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar perjumlahan
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul
Universal Categories of Culture (dalam Gazalba, 1989: 10) dituliskan bahwa Unsur-unsur Kebudayaan
yang bersifat Universal (Universal Cultur) adalah sebagai berikut:

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam
membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan
secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa.
Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang
diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya
dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga.
Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena
daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa
digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem
ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 198/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam.
Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan
mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai
suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang
ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain :

1. Alam sekitarnya;
2. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
3. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
4. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
5. Tubuh manusia;
6. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
7. Ruang dan waktu.

2. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social
dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat
karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi
sosial.

2. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana.
Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan
teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

2. Sistem Ekonomi atau Mata Pencaharian Hidup


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 199/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain :

1. Berburu dan Meramu;


2. Beternak;
3. Bercocok Tanam di Ladang;
4. Menangkap Ikan;
5. Bercocok Tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah
pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia
untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi
pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan
keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

2. Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam


masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan
gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitive.

2. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam
suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis,
dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas
prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap
melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak,
3
tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 200/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan

Menurut “Dr. H. Th. Fischer” dalam bukunya Pengantar Antropologi ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi kebudayaan. Secara garis besar berikut bebera faktor yang mempengaruhi kebudayaan
adalah :

1. Faktor Kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) faktor lingkungan fisik lokasi geografis
merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat;
2. Faktor Induk Bangsa ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu
pandangan Barat dan pandangan Timur. Pandangan Barat berpendapat bahwa perbedaan induk
bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak
kebudayaan. Berdasarkan pandangan Barat umumnya tingkat caucasoit dianggap lebih tinggi dari
pada bangsa lain, yaitu mingloid dan negroid. Sedangkan pandangan Timur berpendapat bahwa
peran induk bukan sebagai faktor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat
masih “tidur dalam kegelapan. Hal itu lebih jelas ketika dalam abad XX, bangsa Jepang yang
dapat dikatakan lebih rendah dari pada bangsa Barat; dan
3. Faktor Saling Kontak Antar Bangsa. Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana
perhubungan yang makin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
bangsa lain.

Akibat dari pada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa mempertahankan
kebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat
bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah dari pada kebudayaan asing maka
lenyaplah kebudayaan asli dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.

4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Budaya


Untuk mempelajari pergeseran budaya maka perlu diketahui sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya proses pergeseran itu, apabila diteliti lebih mendalam mengenai sebab
terjadinya suatu pergeseran kebudayaan masyarakat mungkin saja dikarenakan adanya sesuatu yang
dianggap sudah tidak lagi memuaskan mungkin saja pergeseran terjadi karena adanya faktor baru yang
lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama itu.
Atau mungkin juga suatu masyarakat mengalami pergeseran budaya karena terpaksa demi
untuk menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih
dahulu.
Sumber-sumber yang melatar belakangi terjadinya pergeseran budaya Menurut “Soerjono
Soekanto” terbagi menjadi 2 (Dua), yaitu faktor intern dan faktor ekstern terletak dalam masyarakat itu
sendiri (intern) dan ada yang terletak di luar (ekstern). Sebab-sebab yang bersumber dari masyarakat
itu sendiri diantaranya :

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.


2. Adanya penemuan-penemuan baru.
3. Pertentangan masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Sedangkan Sumber-sumber yang berasal dari luar masyarakat, yaitu :

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia.
2. Peperangan
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 201/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Pergeseran Budaya

Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses pergeseran budaya terdapat faktor-faktor
yang mendorong jalannya pergeseran yang terjadi. Menurut “Soerjono Soekanto” (2006 : 287) faktor-
faktor tersebut antara lain :

1. Kontak dengan kebudayaan lain.


2. Sistem pendidikan formal yang maju.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpan yang bukan delik.
5. Sistem terbuka lapisan masyarakat
6. Penduduk yang heterogen.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
8. Orientasi ke masa depan.
6
9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]

Selain itu Rosenberg percaya bahwa komunikasi massa berdampak besar terhadap
kebudayaan, dan pendapatnya terangkum berikut ini :
“Tidak diragukan lagi bahwa media massa dapat mengancam otonomi seseorang. Selain bisa
menyemaikan bibit kebebasan, media juga berpotensi menghasilkan berbagai hal buruk. Tidak ada
seni, pengetahuan atau sistem etika yang terbebas dari pengaruhnya”.
Inti pendapat Rosenberg adalah bahwa proses penciptaan budaya massal terus berlangsung.
Karya besar Shakespare acap kali diperlakukan sama dengan karya picisan, dan ini mengakibatkan
7 [https://www.blogger.com/blogger.g?
goyahnya apresiasi para pembaca.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym]

6. Faktor-Faktor Yang Menghalangi Pergeseran Budaya

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.


2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
3. Sikap masyarakat yang tradisional.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat.
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.

7. Hambatan-Hambatan Yang Bersifat Ideologis

1. Adat atau kebiasaan


2. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

DAFTAR PUSTAKA
Budianto. Heri (Ed) dan Hamid. Farid, 2011, Ilmu Komunikasi Sekarang Dan Tantangan Masa Depan,
Prenada Media Group : Jakarta.
Rivers. William L., dkk, 2004, Media Massa & Masyarakat Modern Edisi Kedua, Prenada Media
Group : Jakarta.
Soedjito, 1987, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, PT. Tiara Wacana : Yogyakarta.
Sumber Internet :

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 202/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016

http://ariplie.blogspot.co.id/2015/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses.html, Diakses Pada


Tanggal 23 November 2015, Pada Pukul 01:02 WIB.
http://atikkaa.blogspot.co.id/2012/03/faktor-faktor-yang-menyebabkan.html, Diakses Pada Tanggal 23
November 2105, Pada Pukul 00:52 WIB.
http://mbahkarno.blogspot.co.id/2013/09/unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html, Diakses Pada
Tanggal 23 November 2015, Pada Pukul 00:14 WIB.
http://yossyuslaf.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, Diakses Pada Tanggal
23 November 2015, Pada Pukul 00:35 WIB.
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Soedjito, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, (Yogyakarta : PT. Tiara
Wacana, 1987), h. 46.
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Farid Hamid dan Heri Budianto (Ed), Ilmu Komunikasi Sekarang Dan Tantangan Masa Depan,
(Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 133.
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
http://mbahkarno.blogspot.co.id/2013/09/unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html, Diakses Pada
Tanggal 23 November 2015, Pada Pukul 00:14 WIB.
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
http://yossyuslaf.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, Diakses Pada
Tanggal 23 November 2015, Pada Pukul 00:35 WIB.
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
http://atikkaa.blogspot.co.id/2012/03/faktor-faktor-yang-menyebabkan.html, Diakses Pada
Tanggal 23 November 2105, Pada Pukul 00:52 WIB.
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc]
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses.html, Diakses
Pada Tanggal 23 November 2015, Pada Pukul 01:02 WIB.

7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc]
William L. Rivers, dkk, Media Massa & Masyarakat Modern Edisi Kedua, (Jakarta : Prenada
Media Group, 2004), h. 293.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis

41 Lihat komentar

http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 203/203

Anda mungkin juga menyukai