Harrold Innis dan Marshal McLuhan adalah Sarjana modern yang mengkaji hubungan
antara alat komunikasi yang terdapat dimasyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan
membentuk karakter serta bidang sosial mereka, seperti bidang politik dan sosial budaya. McLuhan
yang banyak belajar dari Innis, mengembangkan ide pada periode modern. Ia mulai melihat, bahwa
pengaruh sistem percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan (Rowland, 1994 : 2).
Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-
pindahkan, secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Pada tahun 1500, jutaan buku
dicetak. Dari kenyataan ini, McLuhan menyatakan bahwa media elektronik modern, khususnya
radio, televisi, fotografi dan film dapat membentuk pola pikir masyarakat modern. Ide itu
berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media dan implikasinya dalam
konteks global, media telah membuat sesuatu yang pertama dalam sejarah mungkinya sistem
komunikasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut McLuhan sebagai the
unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat
sekali, bahkan seringkali tanpa kontak antar individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-
alat penyiaran yang bekerja efektif, seperti surat kabar, majalah, radio, buku, film dan televisi
diakibatkan oleh Revolusi Industri. Di akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, orang-orang
dalam kelompok besar bermigrasi dari pekerjaan sektor pertanian di desa-desa ke pekerja industri
di sejumlah kota. Urbanisasi ini ditumbulkan oleh media massa, karena secara serempak mereka
mendapatkan informasi tentang apa yang akan mereka lakukan pada masa akan datang bagi
kehidupan mereka melalui media massa. Migrasi ini menyebabkan pertemuan antara kelompok-
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 1/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Proses yang dapat
terjadi dari pertemuan budaya ini adalah akulturasi budaya, dan sekaligus proses asimilasi
Saat ini, pertemuan budaya tidak lagi terbatas pada integrasi kelompok masyarakat yang
berbeda, tetapi lebih banyak diakibatkan oleh media massa. Membanjirnya citra-citra simbolis pada
seluruh dunia. Pertemuan budaya dan proses mempelajari budaya disebabkan juga oleh banyaknya
waktu digunakan manusia untuk berinteraksi dengan media massa. Media komunikasi dan
teknologi adalah komponen yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hasil penelitian
menunjukkan, orang dewasa Amerika menghabiskan empat jam sehari untuk menonton televisi,
tiga jam untuk mendengarkan radio, setengah jam untuk membaca surat kabar. Orang-orang
Amerika juga menghabiskan waktu setengah jam setiap hari untuk berbicara lewat telepon, dan dua
jam sehari untuk komputer pribadinya. Belum terhitung waktu yang dihabiskan untuk menonton
film, menonton video di rumah, mendengarkan musik, membaca buku-buku dan majalah, dan
komunikasi tertulis.
Dari sini dapat dilihat, bahwa lebih dari separuh waktu seseorang dalam sehari,
dihabiskan untuk pertukaran informasi. McLuhan dengan mengembangkan ide Innis menghasilkan
kesimpulan, bahwa media massa adalah perpanjangan alat indra manusia. Dengan media massa,
orang dapat memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat, dengan tidak perlu
mengalaminya secara langsung. Dengan media itu pula, manusia dapat mengembangkan pola pikir
Budaya dalam pandangan antropolog, adalah seluruh yang disetujui oleh masyarakat
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kontribusi pewarisan tingkah laku dalam
masyarakat biasanya dilakukan oleh institusi formal, seperti gereja dan Negara, dan saat ini
dilakukan oleh media (Wilson, 2002: 4). Dikaitkan dengan perkembangan media massa, (Wilson,
1. Tahap Elitis
Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas,
yaitu Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-
orang kaya. Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga
kurang dari 200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 2/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
lainnya yakni budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit,
adalah orang-orang yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik.
2. Tahap Populer
Pada abad ke-19, perbedaan antara budaya elit dan budaya rakyat menjadi kabur dengan
dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri.
Kekuatan ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Keberadaan media massa juga
merangsang Budaya Populer (Staubhaar dan La Rose, 1996: 4). Budaya Populer, didefinisikan
“The cultural world around us. Our attitudes, habits and actions; how we act why we act. What we
eat, wear, buildings, roads and means to travel, out entertainment, sport, our politicts, religion,
medical practices, our beliefs and activities and what shapes and control them. It is, in other
(Wajah dunia di sekeliling kita. Sikap kita, kebiasaan dan perilaku; bagaimana kita bertindak dan
mengapa kita bertindak. Apa yang kita makan, pakai, bangunan, jalan-jalan dan apa maksud
perjalanan kita, hiburan-hiburan kita, olah raga, politik kita, dan aktivitas-aktivitas, bagaimana
bentuk dan cara mengontrolnya. Dengan kata lain, seperti air dan ikan yang tidak dapat dipisahkan,
kehidupan kita setiap hari. Budaya Populer adalah budaya yang dengannya kita berpedoman
terhadap busana, mode, dan seluruh kegiatan yang kita lakukan. Budaya Populer yang juga disebut
dengan Budaya Massa, dimungkinkan oleh kombinasi teknologi industri dan ekonomi, memasuki
produksi massa budaya untuk sejumlah besar audience. Budaya yang dipelihara sejak lama oleh
orang-orang yang terpelajar dan orang-orang elit kaya, menjadi produk budaya massal lewat buku-
buku, surat-surat kabar, majalah-majalah, rekaman-rekaman, CD, bioskop, radio, dan media massa
lainnya. Karena industrialisasi media pada dasarnya terciptanya budaya massa (Staubhaar dan
Paul Willis (1990), menamakan media massa sebagai “media budaya”, karena media
dikirimkan kepada “khalayak massa”. Dalam benak sejumlah kritikus, kondisi ini telah
menciptakan “budayamassa” yang lebih rendah mutunya (Paul Willis dalam James Lull, 1998:
194). Kekuatan media massa yang besar dalam melakukan transformasi pesan-pesan ini, sehingga
tidak berlebihan bila McLuhan menyebut “the medium is massage” (media adalah pesan)
3. Tahap Spesialisasi
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 3/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
media massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Tahap ini digambarkan futurolog Alvin
Toffler sebagai ”demassifikasi media massa”. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi
sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri.
Kondisi ini dimungkinkan dengan banyaknya pilihan masyarakat terhadap media, serta untuk
televisi misalnya, orang dapat memilih program yang disenangi hanya dengan
Bentuk lain dari perubahan budaya yang diakibatkan oleh media massa adalah bahwa
media massa menciptakan imperialisme budaya dan kekuasaan budaya (Staubhaar, 1996: 138-139).
Hal ini dimungkinkan karena media massa dewasa ini mudah menerobos batas-batas nasional dan
budaya. Peran media massa dalam perubahan budaya, selanjutnya dikemukakan oleh Lull (1998:
harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling
mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru. Proses transkulturasi dihasilkan oleh
proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi
kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh media massa dan industri kebudayaan.
Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya yang esensial, yakni ruang dan
waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu bagian
bentuk budaya. Bentuk-bentuk dan genre-genre hibrida menurut definisi dapat dikatakan Budaya Pop
budaya impor menerima unsur-unsur lokal yang menonjol. Ini dapat terlihat misalnya pada jenis musik
tertentu yang masuk ke Indonesia dan tampil sebagai musik jenis baru. Misalnya musik rap, yang
liirknya sudah mengacu pada kepribadian, kondisi dan situasi lokal Indonesia.
Bahan Bacaan :
1. Lull, James. 1998. Media, Communication and Culture: A Global Approach. Diterjemahkan
oleh Setiawan Abadi : ’Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global’. Cetakan
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 4/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2. Staubhaar, Joseph dan Robert LaRose. 1996. Communications, Media in Society. Belmont,
3. Wilson, Stan Le Roy. 1993. Mass Media/Mass Culture. New York Time Company.
Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga, Cet. XIV; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
2 Lihat komentar
Media merupakan hasil perkembangan ilmu dan teknologi, sebagai bentuk penguasaan
manusia terhadap sunnatullah yang menguasai alam. Eksistensinya dalam kehidupan manusia
memiliki implikasi sosial, yang juga berkaitan dengan sunnatullah yang menguasai kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial. Justru itu hukum-hukum Tuhan yang berkaitan dengan media dan terutama
media massa, harus dipahami dan dikuasai, agar kehadiran media massa bermanfaat bagi manusia
dalam menopang agama, kebudayaan, dan peradabannya. Justru itu media sangat penting dan memiliki
urgensi bagi kehidupan, terutama media massa yang dapat menjangkau khalayak yang banyak (massa)
dengan cepat.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Kehadiran media massa tentunya memiliki warna tersendiri bagi kehidupan kita, juga
menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
Di Amerika orang melihat kecintaan anak-anak pada televisi, yang ternyata lebih sering menyertai
mereka dari pada orang tua mereka. Televisi juga terbukti lebih dipercaya daripada keduanya. Itu di
Amerika. Di Indonesia, penelitian penulis kepada tokoh-tokoh politik membuktikan buku sebagai
media terpercaya, disusul radio, dan surat kabar, dan yang paling tidak dapat dipercaya adalah televisi.
Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan
pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat
berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan apapun yang disiarkannya.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Adapun beberapa pembahasan dalam makalah yang berjudul efek media massa bagi budaya
antara lain: Pengertian efek dan pengertian media massa, kemudian sejarah perkembangan media
massa, jenis-jenis dan fungsi media, serta efek media massa terhadap budaya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 5/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Efek menurut bahasa berarti akibat, pengaruh. Sedangkan media massa menurut bahasa
berarti alat (sarana) komunikasi masyarakat seperti koran, majalah, televisi, radio, film, poster,
spanduk.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym] Media
massa sangat berhubungan dengan komunikasi massa, karena salah satu keistimewaan dari komunikasi
massa adalah pemanfaatan saluran atau media massa semaksimal mungkin. Adapun beberapa
pengertian komunikasi massa adalah :
1. Komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasikan atau membagi
pesan/informasi dari sebuah sumber kepada sasaran penerima.
2. Komunikasi massa merupakan komunikasi satu arah yang merupakan kebalikan dari komunikasi
tatap muka antarpribadi yang dua arah.
3. Komunikasi massa adalah suatu rangkaian aktivitas atau proses yang dimotori oleh komunikator
yang secara profesional menggunakan teknologi pembagi untuk menyebarluaskan pesan-pesan
melintasi jarak/ruang untuk mempengaruhi audiens yang luas.
Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk
menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek-efek tertentu.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas,
seksi media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas
(yang dimaksudkan dengan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara).
Pengertian media massa ini makin luas penggunaannya sehubungan dengan lahirnya percetakan oleh
Guttenberg di abad pertengahan dan disusul oleh penemuan radio yang melintasi lautan Atlantik pada
1920, dan terakhir dengan perkembangan jaringan radio, televisi, meluasnya sirkulasi surat kabar dan
majalah serta internet yang berhubungan dengan massa.
Kini dengan kemajuan teknologi komunikasi, semakin banyak orang yang menggantungkan
hidup pada media sehingga teknologi media sangat mempengaruhi audiens, misalnya dalam teori
technological determinism yang diperkenalkan oleh Marshall McLuhan (1911-1980). Kata teori ini,
keyakinan bahwa pengembangan teknologi sangat menentukan perubahasan sosial dan kultural, karena
teori ini menerpa kita dari segala penjuru. Media seolah mendorong rasio dan perasaan kita untuk
bagaimana mengalami dunia.
Marshall McLuhan menbagi dua jenis media sebagaimana dijelaskan dalam bukunya
Understanding Media yang mengemukakan bahwa kita dapat membagi media berdasarkan tingkat
pengaruhnya kepada audiens, dan tingkat partisipasi audiens terhadap media. Adapun dua tipe media
yaitu :
1. Hot media : adalah media yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap manusia melalui
persepsi sensorisnya,bahkan hanya menggunakan satu sensoris atau sensoris tunggal saja seperti
melalui cahaya/mata dan suara/telinga. Contohnya fotografi, radio, dan film movie.
Cool media : adalah jenis media yang selalu melibatkan lebih sedikit stimulus. Karena
audiens mengakses media ini, maka mereka harus berusaha lebih aktif untuk berpartisipasi misalnya
dengan memanfaatkan semua sensoris secara serentak agar dapat memahami semua informasi yang
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 6/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
mereka terima. Contohnya televisi, forum seminar, film kartun, dan telepon.5
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media yakni: Pertama,
era masyarakat tribal the tribal age. Di era ini, komunikasi manusia dimediasi melalui komunikasi
lisan oral communication karena masyarakat umumnya terikat dengan budaya lisan oral culture
sehingga yang berperan disini ialah storytelling yang mengandalkan keterlibatan pemikiran intuitif dan
historis. Ada empat karakteristik komunikasi lisan, yaitu :
1. Mengandalkan emosi di saat komunikasi lisan, terutama pada waktu mendengarkan sense of
hearing, diiringi rangkulan tangan serta kecupan di kening atau hidung, dan selalu berusaha
menciptakan suasana batin yang aman.
3. Memotivasi pendengar bahwa apa yang diceritakan itu penting importance of stories.
Kedua, era masyarakat tulis the age of literacy. Di era ini, komunikasi manusia dimediasi
oleh tulisan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip bangunan logika. Ada empat karakteristik
dasar dari era masyarakat tulis, yakni:6 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]
3. Memperkenalkan logika.
Ketiga, era percetakan the print age. Di era ini, komunikasi antarmanusia menekankan pada
cetakan visual yang berpusat pada galaksi Guttenberg, di sini peranan mata sangat dominan, status
sains diperhitungkan, serta munculnya sikap individual.
Keempat, era elektronika the electronic age, yang menekankan pada image visual. Era ini
diawali dengan terbentuknya kesadaran dan pengalaman hidup dengan prinsip global village. Pada era
ini, televisi merupakan media yang sangat dominan karena melibatkan semua sensori manusia
(persepsi, sikap, stereotip, pikiran, perasaan, emosi, tindakan). Setelah revolusi telekomunikasi
bertumbuh pesat yang mendorong dan mengubah peran teknologi media, maka studi komunikasi
manusia juga mengalami revolusi yang sangat cepat, dan peranan media dianggap penting untuk
dimasukkan dalam model proses komunikasi manusia. Peranan media, dengan dukungan teknologi
telekomunikasi, ternyata sangat membantu, memudahkan, mempercepat, memperluas peluang bagi
sumber yang mengirimkan dan bertukar informasi kepada audiens.
Orang-orang yang hidup dalam suatu masyarakat kadang kala melupakan bahwa banyak
pelajaran yang mereka peroleh lewat media. Tatkala surat kabar mulai dikenal, media ini berperan
sebagai sumber berita utama bagi peristiwa-peristiwa dunia. Seluruh generasi manusia membentuk
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 7/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
pendapat mereka tentang masalah-masalah dunia sebagai hasil dari apa yang mereka pelajari selain
melalui surat kabar, film, televisi, dan majalah-majalah. Mengingat media mampu memberikan
informasi secara efektif.7 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym] Untuk itu adapun jenis-jenis media massa dan
fungsinya antara lain :
1. Media Cetak
Media Cetak adalah media yang terdiri dari lembaran kertas yang tertulis dengan sejumlah kata,
kalimat, gambar, dan wacana yang ditata rapi serta berisikan berbagai macam informasi-informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan, tips, lapangan pekerjaan, bisnis, aspirasi, opini, promosi dan
juga mengenai kejadian di dalam dan luar negara. Contoh: a. Surat kabar, majalah, dan buku teks.
2. Media Elektronik
Media Elektronik adalah sarana komunikasi yang mempergunakan peralatan elektronik sebagai
perantara dalam penyampaian informasi. Contoh: Televisi, radio, handphone, internet, dan laptop.
3. Media Online
Media Online adalah sarana komunikasi yang mempergunakan jaringan antar computer yang
saling berkaitan. Contoh: Email, world wide web, facebook.
Globalisasi budaya meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi dengan berkurangnya
keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Globalisasi juga merubah cara pandang sekolompok
manusia maupun individu tentang pola berperilaku, pola berpakaian, pola kerja, dan lain lain. Hal ini
karena masuknya pengaruh dari luar Indonesia. Sehingga saat ini, mayoritas penduduk Indonesia mulai
ikut-ikutan trend asing. Salah satunya cara berbusana, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya
berbusana di Indonesia sudah mengikuti trend barat. Seperti yang kita ketahui bahwa dahulu Indonesia
sangat sopan dalam berbusana, akan tetapi pada saat ini sudah banyak pria maupun wanita
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 8/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
menggunakan pakaian ketat, celana di atas lutut, baju di atas pusar. Hal tersebut menegaskan bahwa
kebudayaan di Indonesia telah terglobalisasi oleh pengaruh luar.
Kontak tidak langsung dapat terjadi melalui alat-alat elektronik atau alat komunikasi massa,
seperti televisi, radio, internet, film, majalah, dan surat kabar. Akan tetapi, pengaruh dari kontak ini
terhadap perubahan sosial-budaya belum sepenuhnya benar. Misalnya, perubahan pola hidup akibat
pengaruh televisi. Jika sebab-sebab perubahan sosial bersumber pada masyarakat lain, hal ini terjadi
karena kebudayaan dari masyarakat lain tersebut telah memberikan pengaruhnya.
Hubungan yang dilakukan antara dua masyarakat yang berbeda memiliki kecenderungan
menimbulkan pengaruh timbal balik. Jika hubungan tersebut dilakukan melalui saluran alat-alat
komunikasi, ada kemungkinan pengaruh tersebut hanya datang dari satu pihak saja, yaitu dari
masyarakat pengguna alat-alat komunikasi yang bersangkutan. Jika pengaruh dari masyarakat tersebut
diterima dan tidak melalui cara-cara paksaan, hasilnya dinamakan demonstration effect. Proses
pengadaptasian suatu kebudayaan baru cenderung lebih kuat dan lebih cepat sehingga budaya
tradisional setiap masyarakat mulai ditinggalkan tidak menutup kemungkinan akan dilupakan.
Berikut merupakan proses-proses perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat.9 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]
1) Akulturasi
Akulturasi adalah pertemuan unsur-unsur dari berbagai kebudayaan yang berbeda yang
diikuti dengan pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.
Biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma
masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah
menjadi tidak dipedulikan lagi. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada
orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.
Budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada
orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya
Barat.
Akulturasi dapat terwujud melalu kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara
lain sebagai berikut:
a) Kontak sosial dapat terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan
antarindividu dalam dua masyarakat. Kehadiran teknologi misalnya, tentu berbeda dengan kehadiran
seorang ulama dan kehadiran seorang psikolog dengan kehadiran seorang ahli ekonomi.
b) Kontak budaya dapat terjadi dalam suasana bersahabat atau suasana bermusuhan.
c) Kontak budaya dapat terjadi antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya,
baik dalam segi ekonomi, bahasa, teknologi, kemasyarakatan, agama, kesenian maupun ilmu
pengetahuan.
d) Kontak budaya dapat terjadi antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
e) Kontak budaya dapat terjadi dalam tiga wujud budaya, baik sIstem budaya, sIstem sosial, maupun unsur-
unsur budaya fisik.
Hasil proses akulturasi budaya lebih didasarkan pada kekuatan setiap budaya. Semakin kuat
suatu budaya maka semakin cepat memengaruhi budaya lainnya.10
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 9/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]
2) Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh
suatu masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Proses asimilasi dapat berjalan
cepat maupun lambat, tergantung pada berbagai faktor berikut:
a) Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap menghargai, membiarkan dan memberikan hak berkembang
suatu pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Jika sikap toleran tinggi,
maka akan memmungkinkan proses asimilasi berjalan lancar tanpa hambatan. Sifat toleransi juga dapat
mempercepat berkembangnya proses globalisasi budaya di Indonesia.
b) Ekonomi
Kedudukan ekonomi dalam suatu sistem sosial dapat memengaruhi jalannya asimilasi.
Sebagai contoh, jika dalam suatu masyarakat terdapat kelompok ekonomi yang bermaksud menguasai
kehidupan ekonomi kelompok lain, asimilasi akan sulit dijalankan. Hal yang sama juga terjadi jika
dalam suatu kelompok masyarakat terjadi diskriminasi.
c) Simpati
Simpati adalah keterlibatan perasaan dari satu kelompok sosial budaya kepada kelompok
budaya lainnya, didalamnya terkandung aspek kepedulian atau keikutsertaan merasakan perasaan
kelompok masyarakat lain, yaitu perasaan senang, sedih, bangga, bahagia, maupun haru. Sifat simpati
ini dapat mempercepat proses globalisasi budaya, karena seseorang secara sukarela akan merasakan
perasaan suatu perasaan seseorang lainnya dalam kondisi tertentu.
3) Sikap Meniru
Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda.
Misalnya, perkelahian antarpelajar dan adegan-adegan kekerasan lainnya serta pelajar yang
terintimidasi atau sering ejek dan diganggu dalam sekolah, sifat tawuran dan saling mengejek Antara
sesama pelajar di Indonesia sudah sering terjadi belakangan ini, padahal kalau kita lihat pada masa-
masa lalu tidak ada yang namanya tawuran maupun saling mengejek Antara pelajar di Indonesia.
b) Meniru Idola
Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh seperti aktris/aktor atau penyanyi, pasti ingin sama
persis menjadi seperti idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Cara berpakaian para
aktris/aktor atau penyanyi dari barat (luar Indonesia) sangat bertentangan dengan cara berpakaian di
Indonesia bahkan ada yang bahkan dianggap tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan “gila”. Tapi
semua itu seolah tak berarti dan tak diindahkan oleh kaum muda di Indonesia, dan tetap diikuti.11
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11sym]
c) Cara Berpakaian
Barat yang identik dengan liberalism dengan kata lain penuh kebebasan dalam berpakaian,
sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena tren pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka
style/cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy
dengan rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah. Padahal berpakaian seperti itu di Indonesia sangat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 10/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
bertentangan dengan budaya dan adat, apa lagi kalau di masukkan dalam peraturan agama islam yang
mengharuskan kita berpakaian sopan dan menutup semua aurat kita, jadi ini sangat bertentangan
dengan gaya berpakaian orang Indonesia.
4) Sekularisme
Sekularisme adalah suatu sistem etika yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan
terlepas dari agama-wahyu atau supranaturalisme. Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa
sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama [http://id.wikipedia.org/wiki/Agama]
atau kepercayaan [http://id.wikipedia.org/wiki/Kepercayaan] . Dalam kajian keagamaan, masyarakat
dunia barat pada umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_beragama] yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau
sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu
saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-
negara ini.
Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi
bidang sosial budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan
IPTEK”. Kemajuan IPTEK ini tidak dapat kita pungkiri lagi kehadirannya, bahkan sudah merupakan
“nyawa kedua” bagi sebagian besar orang Indonesia. Kemajuan IPTEK adalah dampak positif dari
globalisasi dalam bidang Teknologi, namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial
Budaya yang diantaranya melahirkan gaya hidup yang:12 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote12sym]
a. Individualistis
Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun
mengobrol. Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan
kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah akar dari individualistis
yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat merusak karena
menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.
Individualistis juga merusak budaya bergotong-royong di Indonesia.
b. Pragmatisme
Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri
sendiri. Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi semakin
majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai gotong royong dan tolong-menolong dalam hal-hal
kebaikan.Individu lebih mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan dirinya saja. Dalam hal ini,
tentu seseorang akan menolong seseorang lainnya jika ada maunya atau diberi upah yang besar.
c. Materialisme
Materialsme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan
merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. Materialisme adalah kecenderungan untuk lebih
peduli dengan materi dari pada rohani atau tujuan dan nilai intelektual.
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 11/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda
berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
Hedonisme adalah pandangan hidup atau pola hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,
bersenang-senang, pesta pora, dan berpoya-poya merupakan tujuan utama hidup, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Konsumerisme merupakan paham dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi
secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.13
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13sym]
Efek menurut bahasa berarti akibat, pengaruh. Sedangkan media massa menurut bahasa
berarti alat (sarana) komunikasi masyarakat seperti koran, majalah, televisi, radio, film, poster,
spanduk. Media massa sangat berhubungan dengan komunikasi massa, karena salah satu keistimewaan
dari komunikasi massa adalah pemanfaatan saluran atau media massa semaksimal mungkin. Adapun
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 12/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
salah satu pengertian komunikasi massa adalah proses untuk memproduksi dan mensosialisasikan atau
membagi pesan/informasi dari sebuah sumber kepada sasaran penerima.
Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media yakni: Pertama,
era masyarakat tribal the tribal age. Kedua, era masyarakat tulis the age of literacy. Ketiga, era
percetakan the print age. Keempat, era elektronika the electronic age, yang menekankan pada image
visual.
Jenis-Jenis dan Fungsi Media Massa dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: Media
Cetak, Media Elektronik, Media Online. Sedangkan beberapa fungsinya adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai sarana informasi, 2. Sebagai sarana pendidikan, 3. Sebagai sarana hiburan, 4. Sebagai
sarana sosialisasi.
Efek media massa terhadap budaya ditandai Globalisasi budaya meningkatkan kontak lintas
budaya namun diiringi dengan berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Globalisasi
juga merubah cara pandang sekolompok manusia maupun individu tentang pola berperilaku, pola
berpakaian, pola kerja, dan lain lain. Hal ini karena masuknya pengaruh dari luar Indonesia, Berikut
merupakan proses-proses perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
yaitu : Akulturasi, asimilasi, sikap meniru, dan sekularisme.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Anwar. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011.
Alwi Hasan dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2001.
Liliweri Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana, 2011.
http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html [http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-
dan-media-massa.html] , diakses tanggal 04-10-2015,
pukul: 11.30
http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html
[http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html] , diakses
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 14/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Anwar
Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h. 88
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 15/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 222
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 16/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Hasan
Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), h. 726
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 17/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Alo
Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 874
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 18/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Alo
Liliweri,….h. 875
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 19/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Alo
Liliweri,…h. 872
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 20/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc] Eduard
Depari, Colin MacAndrews, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press, 1995), h. 52
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 21/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc]
http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html
[http://andinijs.blogspot.com/2013/11/humas-dan-media-massa.html] , diakses tanggal 04-10-
2015, pukul: 11.30
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 22/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya-di.html [http://akbaar3.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-
globalisasi-terhadap-budaya-di.html] , diakses tanggal 5-10-2015, pukul: 13.55
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 23/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
10 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 24/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
11 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 25/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
12 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote12anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 26/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
13 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13anc]
http://akbaar3.blogspot.co.id
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
1 Lihat komentar
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 27/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Media adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan komunikasi dari seorang
komunikator kepada komunikan. Media ini sangat berpengaruh dalam membentuk efek dari
pesan komunikasi yang disampaikan. Facebook adalah website jaringan sosial dimana para
pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk
melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-
teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat
tentang dirinya Selanjutnya Facebook dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat
atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan dengan alamat
email apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan
satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau
wilaya.
Media sosial Facebook adalah alat atau saluran dalam jejaring sosial ang pergunakan
untuk menyampaikan pesan komunikasi kepada para pengguna Facebook lainnya. Media
Facebook berkaitan erat dengan jaringan internet (internasional networking) dan pengguna
Facebook berasal dari berbagai negara di belahan dunia.
Facebook (FB) merupakan jejaring sosial yang juga dimanfaatkan untuk mengapload
status, dan juga merupakan alat berkomunikasi modern. Facebook (FB) ini telah banyak menarik
minat kaum masyarakat pada umumnya. Facebook juga telah menghipnotis ribuan bahkan jutaan
remaja di dunia ini termasuk anak-anak pun kini telah mengenal facebook tersebut. Facebook ini
pertama kali berada di Negara Amerika yang kemudian masuk ke Negara Indonesia. Facebook
ini pun Facebook dapat memudahkan kita mengetahui kejadian-kejadian yang belum tersiar
dalam media cetak maupun media elektronik. Dan secara rincinya adalah:
Facebook berdampak positif dalam pendidikan yang akan mempengaruhi tingkah laku para
remaja, salah satunya adalah:
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 28/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 29/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6. Tersebarnya Data Pribadi Mayoritas pengguna facebook memberikan data-data mengenai diri
mereka dengan sangat detail pada info facebook. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang yang baru
mengenal internet. Mereka tidak tahu resikonya menyebarkan data pribadi di internet.
7. Awas Penipuan Pengaruh buruk facebook yang berikutnya ialah ancaman penipuan. Bagi penipu
yang sering mengatasnamakan dirinya sebagai penjual barang, remaja-remaja yang belum
mengerti dunia maya adalah sasaran empuk untuk mereka mangsa.
8. Maraknya Konten-Konten Berbau Sex Dan Pornografi Pengaruh buruk facebook yang berikutnya
ialah maraknya konten-konten berbau sex dan pornografi. Bukan menjadi masalah yang sulit bagi
para facebooker untuk menemukan konten-konten berlendir di internet khususnya jejaring sosial
facebook. Hal ini tentu membawa dampak buruk bagi perkembangan psikis dan mental remaja
yang masih tergolong labil.
6. Kesimpulan
Beradasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa media Facebook adalah salah
satu alat/ saluran dalam komunikasi yang digunankan dalam jejaring sosial, berbagai manfaat
yang ditawarkan oleh Facebook adalah Facebook membuat kita dapat menemukan teman-teman
lama, ataupun memperluas pertemanan kita sampai ke negara-negara luar. Facebook pun dapat
menjadi salah satu sarana yang efektif sebagai situs untuk menawarkan barang. Seperti yang kita
ketahui, banyak sekali toko online yang menawarkan barang dagangannya melalui facebook.
Tentunya ini menguntungkan bagi keduabelah pihak. Baik pembeli maupun penjual.
Selain dari dampak positif yang diberikan Facebook tentu sudah pasti ada dampak
negatifnya juga dan diantara dampak negatifnya adalah banyaknya kalangan remaja enghabiskan
uang, waktu untuk memainkan Facebook, meningginya akses kejahatan yang terjadi di
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 30/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
masyarakat baik dalam kegiatan sex dan pencurian. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut
perlu diperhatiakan hal berikut: jangan menggunakan identitas asli ketika mendaftarkan di
Facebook, hindari berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal, dan gunakan Facebook
seperlunya saja.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 31/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. 1994.
Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. Computer-Based Instruction: Development. Englewood Cliffs:
Prenctice-Hall, Inc. 1985.
Eni Maryani, Media dan Perubahan Sosial Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
7 Lihat komentar
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu interaksi sosial,
oleh karena itu berpengaruh dalam dunia kerja. Tempat kerja merupakan suatu
komunitas sosial yang memfokuskan pada peran dari komunikasi, sehingga aktivitas
kerja dapat dioptimalkan. Penggunaan komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal berpengaruh cukup besar pada lingkungan kerja yang diwujudkan dalam
visi serta misi perusahaan.
Secara tidak langsung dibutuhkan suatu komunikasi yang efektif dalam menggerakkan
jalannya perusahaan, semakin efektif komunikasi yang dibina dalam tiap departemen,
maka semakin produktif perilaku karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
Dewasa ini, di era keterbukaan membina hubungan dengan pihak luar negeri,
membuka peluang tenaga kerja dari luar Indonesia, yang secara tidak langsung
berpotensi menimbulkan suatu persoalan adaptasi budaya kerja dan komunikasi
dalam perusahaan. Seperti kendala penggunaan bahasa dan bagaimana
mensosialisasikan budaya kerja pekerja asing yang mempunyai posisi sebagai atasan
kepada para bawahannya yang memiliki latar belakang budaya yang jelas berbeda,
sehingga mampu mengoptimalkan produktivitas kerja.
1. Komunikasi
Komunikasi ada di mana-mana oleh karena itu banyak orang merasa telah
mengetahui dan menguasainya. Dalam kehidupan sehari-hari terutama di dalam
hubungan dengan orang lain maka kita menggunakan komunikasi, demikian pula
di dalam pekerjaan kita melakukan komunikasi agar dapat tercapai tujuan kita.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 32/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Dalam pekerjaan jenis apa pun selalu komunikasi ini ada, karena komunikasi
merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain.
Umpamnya saja untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari suatu organisasi,
maka pimpinan akan berusaha mengkomunikasikannya sebaik mungkin agar
bawahan ataupun orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut dapat
memahami. Dalam hal ini pimpinan menjadi komunikator, sedangkan orang lain
menjadi penerima (komunikan). Komunikasi dapat diartikan sebagai :
1. Suatu penyampaian energi dari suatu tempat ke tempat yang lain (seperti dalam
sistem saraf ataupun penyampaian gelombang-gelombang suaru).
2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.
3. Proses yang dilakukan sistem untuk mempengaruhi sistem lain.
1. Pertumbuhan Individu
Kita berkembang dan tumbuh melalui komunikasi dengan lingkungan. Makin
banyak pengalaman yang kita peroleh makin berkembang kita sebagai
manusia.
2. Belajar
Erat hubungannya dengan pertumbuhan adalah proses belajar. Dalam
hubungan ini belajar berarti mengumpulkan informasi sedangkan
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 33/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3. Kesadaran diri
Kita sadar akan diri kita terutama berkat komunikasi. Kita mendapatkan
informasi dari orang lain (langsung atau tidak langsung) tentang diri kita.
4. Integrasi dan lingkungan
Kita semua ada dalam suatu dunia yang terdiri dari manusia, ide,
ruang/tempat, dan benda-benda. Dunia yang dimaksud adalah lingkungan
perseptual sering pula disebut kerangka acuan. Untuk hidup dalam dunia
perseptual, kita harus mengubah pikiran dan tingkah laku kita terus menerus.
4. Bersifat kompleks
Komunikasi diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Proses
komunikasi tidaklah sederhana karena melibatkan manusia yang komplek
dan sukar diramalkan. Tingkahlaku, sikap, orientasi nilai, presepsi dan ide
manusia terlibat dalam proses komunikasi.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
3. Dimensi Komunikasi
terjadi orang yang menyatakan sesuatu, tetapi nada suaranya mengingkari apa
yang dikatakannya itu.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 35/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
orang atau lebih dengan memiliki kepentingan bersama dapat disebut sebagai
organisasi, dalam suatu perusahaan dapat dipastikan bahwa kepentingan
bersama teruang dalam visi serta misi perusahaan tersebut.
Ada dua tipe hubungan manusiawi penting yang bersifat organisasional,
yaitu :
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 36/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 37/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Edy
Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 41
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 38/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid., h.
43
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 39/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Ibid., h.
45
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 40/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ibid., h.
47
2 Lihat komentar
Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi
antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Kemiripan
budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial
atau suatu peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan
gaya bahasa yang kita gunakan dan perilaku-peilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan
respons terhadap dan fungsi budaya kita.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Tidak hanya komunikasi antar budaya saja yang membutuhkan sisi nilai pemberian makna
dalam suatu komunikasi internasionalpun juga sangat membutuhkan makna dalam berinteraksi.
Komunikasi internasional (International Communications), yaitu proses komunikasi antara
bangsa dan negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali
berhubungan dengan situasi intercultural (antar budaya) dan interracial (antar ras). Komunikasi
internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain
yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. Menurut Maletzke,
komunikasi antar budaya lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan antropologis, sementara
komunikasi antar bangsa lebih banyak mengkaji realitas politik. Namun demikian, komunikasi
internasional (antar bangsa) pun masih merupakan bagian dari komunikasi antar budaya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 41/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
perbandingan suatu aspek tertentu dari suatu kebudayaan dengan orang-orang dari suatu latar belakang
budaya lain.
Hal-hal sejauh ini yang membicarakan tentang komunikasi, tidak jauh membahas tentang
komunikasi antar budaya yang saat ini sering disebut lintas budaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-
hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya yang paling utama ditandai dengan sumber dan penerimanya berasal dari
budaya yang berbeda.
Menurut Richard E. Porter yang dikutip dalam sebuah bukunya menjelaskan tentang model
yang digunakan komunikasi antar budaya/komunikasi lintas budaya terjadi apabila produsen pesan
adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam hal
ini budaya sangat mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh
pembendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
B. Komunikasi International
Komunikasi internasional adalah komunikasi antar bangsa-bangsa dan antarlembaga-lembaga
pemerintahan berbeda negara.Komunikasi internasional terjadi antara dua atau lebih bangsa dan negara
yang memiliki struktur politik yang berbeda, lebih dari sekedar komunikasi antara dua individu
berbeda bangsa dan negara.Komunikasi ini sering juga berarti diplomasi atau propaganda, yang
kadang-kadang meliputi situasi hubungan antaretnik maupun antarras.Dalam kasus komunikasi
internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan,
dan ekonomi sebuah bangsa.
Komunikasi internasional adalah suatu bentuk komunikasi antar bangsa atau antar negara,
karena suatu bangsa terdiri dari banyak orang maka komunikasi itu adalah merupakan komunikasi
yang ditujukan kepada orang banyak atau lebih tepat komunikasi dari orang banyak kepada orang
banyak, karena itu banyak orang melihat komunikasi ini ditujukan kepada orang banyak maka sering
juga disebut atau digolongkan sebagai mass communication, dan karena dasar komunikasi adalah
bersifat politik, maka banyak penulis menyebutnya Komunikasi Politik Internasional atau
International Political Communication.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Bentuk komunikasi internasional itu biasnya penuh dengan acara ritual dan protokoler yang
diadakan dalam situasi dan suasana yang sangat formal. Komunikasi internasional dipegaruhi oleh
hukum internasional, kekuatan militer, perjanjian kerja sama, persetujuan rahasia, dan opini (Larry
Samovar dan Richard E. Porter, 1991).
Secara lebih spesifik (Liliweri) studi-studi komunikasi internasional disandarkan atas
pendekatan-pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:
Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun liputan
internasional pada bangsa atau negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia,
disamping antarwilayah.
Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui suatu
medium atau multimedia.
Pedekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji suatu peristiwa lewat suatu medium.
Pendekatan ideologis (idelogical approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau
melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-
mata.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 42/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Tujuan interaktif inetrumental : hasil substantif atau sumebr daya yang ingin diraih misal
mengubah sikap orang lain.
Tujuan Representasi diri berkaitan dengan gambaran diri yang ingin dipertahankan di depan
publik dan ingin orang lain menghargai
Tujuan relasional : berhubungan dengan status hubungan antar pribadi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 43/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
negara untuk memperteguh keyakinann dan menghindari konflik. Dalam perspektif jurnalistik,
komunikasi internasional dilakukan melalui saluran media massa dan cetak dan elektronik. Arus
informasi yang bebas dan terbuka dari negara-negara maju yang datang mealui media tersebut saat ini
dinilai lebih merugikan negara-negara berkembang. Dalam perspektif propagandistik bidang
komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat
negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan. Tujuan
ini mencakup perolehan dan penguatan dukungan rakyat dan negara sahabat., mempertajam atau
mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau suatu peristiwa atau kebijakan luar
negeri tertentu, pelemahan atau peruntuhan pemerintah asing atau penggagalan kebijakan serta
program nasional negara tidak bersahabat, serta netralisasi atau penghancuran propaganda tidak
bersahabat dari negara atau kelompok lain.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 44/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
KESIMPULAN
Studi-studi komunikasi antar budaya semakin menemukan relevansinya karena dihadapkan
oleh fakta keragaman budaya baik di dalam negeri maupun internasional. Berbagai konflik yang
muncul tidak saja didasari oleh motif politik dan ekonomi, tetapi juga disebabkan oleh benturan
budaya. Budaya memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangan sekelompok masyarakat, dan hal itu akan
menjadi krusial apabila nilai dianut sekelompok masyarakat berbenturan dengan nilai-nilai budaya
kelompok lain. Misalnya, budaya Barat yang cenderung bebas (terutama dalam pergaulan) banyak
berbenturan dengan budaya Timur yang lebih religius.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka kajian mengenai komunikasi antar budaya bukan
saja menarik, tetapi sudah menjadi kebutuhan setiap individu dan kelompok maupun. Dalam ungkapan
lain, kebutuhan akan disiplin komunikasi antar budaya bukan hanya didasarkan pada kebutuhan
pragmatis, melainkan pula kebutuhan akademis.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 45/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Alo. 2007.Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LkiS.
Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Antar Budaya (Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang
Berbeda Budaya). Bandung.
http://komhum.blogspot.com/2012/02/komunikasi-internasional.html
[http://komhum.blogspot.com/2012/02/komunikasi-internasional.html] .
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 46/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Deddy
Mulyana, Komunikasi Antar budaya (Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
BerbedaBudaya). (Bandung:2006), h. 24.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 47/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid. h.
20.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 48/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Alo
Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar budaya, (LkiS Yogyakarta: 2007),h.
18.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 49/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
http://matamolekular.wordpress.com/2011/05/23/komunikasi-antar-budaya/
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 50/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] T. May
Rudy, SH,Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional,(Bandung), 2005, h.
16.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
4 Lihat komentar
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 51/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Aspek Teknologi:
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 52/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
E. Kebudayaan Modern
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kli timbul
reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau
penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan
masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain
sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat
mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi
dalam (Bakker; 1984).
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas
nilai. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau
keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis
atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal
dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan
mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat
instumental.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 53/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya
sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud
dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan
kemodrenan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah
saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket
(mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan
dengan hasil-hasil teknologi modern, menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial
itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita
malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera
kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin
dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini
tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat
Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan
hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan
Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum
mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika
Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun
di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan
Coca Cola.
Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu,
dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Juga belum mengerti
bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik
dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 54/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas
produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang
dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 55/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap
mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka kita terus terbelakang. Oleh
karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan iptek dari negara-
negara maju.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
2. Timbulnya praktek-peraktek curang dalam dunia kerja seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 56/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 58/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 59/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 60/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Koentjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.24
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 61/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Turnomo
Rahardjo, Menghargai Perbedaan Kultural, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), h. 15
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 62/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ki
HajarDewantara, Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa,1994), h.15
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 63/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 64/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Benny
Kurniawan, Ilmu Budaya Dasar, (Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012), h. 20
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
12 Lihat komentar
1. Konsep Nilai
Theodorson Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang
dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan
orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat
emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah dirmuskan oleh beberapa ahli seperti
:
Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi–konsepsi
yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal–hal yang
mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan
rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya
dalam menentukan alternatif, cara–cara, alat–alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.1
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Clyde Kluckhohn(1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia
dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal–hal yang diingini dan tidak diingini yang
mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sumaatmadja(2000) mengatakan bahwa pada perkembangan, pengembangan, penerapan
budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur
keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu
dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai – nilai atau
sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak
mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan
sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari
– hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain – lain. Jadi, secara universal, nilai itu
merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia dianugerahi akal maka
manusia dapat berfikir. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-
masalah hidup yang dihadapinya.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang
dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 65/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2. Sistem Nilai
Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari
kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep
yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian pendidikan yang
dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang
sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu
masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk
budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.
Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit,
menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang diinginkan yang
mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia.
Orientasi nilai budaya adalah konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang
berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan
tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antar orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam
masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang
dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan
pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata
kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin
dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota
suatu masyarakat.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai yang
dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan 6 masalah
pokok kehidupan.
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum)
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada tindakan
dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973).
.Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
1. Sistem
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 66/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian
atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
2. Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.3
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.Sistem Nilai Budaya,
Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan
abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep –
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat
mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga
masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam
suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang
singkat.Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain
sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal
dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan
itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka
variasi sistem nilai budaya adalah :
Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk
dan menyedihkan.Pada agama Budha misalnya,pola–pola tindakan manusia akan mementingkan
segala usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan –
kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang
indah dan menggembirakan.
Masalah mengenai hakekat dari karya manusiaKebudayaan memandang bahwa karya
manusia bertujuan untuk memungkinkan hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia
itu untuk memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia
sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Kebudayaan
memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan serupa ini orang akan
mengambil pedoman dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau.
Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit.
Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 67/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Benny Kurniawan, 2012, Ilmu Budaya Dasar, Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa
Herimanto, 2011, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara
Koentjaraningrat, 2000, Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta: Rineka Cipta
[https://www.blogger.com/null] http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-
konsep-nilai-dalam-islam.html [http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-
nilai-dalam-islam.html]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 68/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 69/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 19
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 70/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam-budaya.html
[http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam-islam.html] . Tanggal 20 oktober pukul 13:00
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 71/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Benny
Kurniawan, Ilmu Budaya Dasar, (Tanggerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012), h. 20
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
12 Lihat komentar
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam
kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari
atasan dan bawahannya. Oleh karena itu komunikasi efektif [http://gofaztrack.com/training-
komunikasi/] dianggap sebagai elemen penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Bagaimana
mungkin orang lain bisa menangkap ide kita kalau kita tidak dapat mengungkapkannya kepada orang
lain dengan baik.
Komunikasi yang efektif dalam organisasi menjadi hal sangat penting, seperti halnya aliran
darah bagi suatu organisasi, dan miskomunikasi memberi kontribusi yang dapat disamakan dengan
rusaknya sistem peredaran darah dalam lebih dari satu organisasi. Komunikasi menjadi faktor
terpenting bagi organisasi dalam mendapatkan informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik
maka suatu organisasi akan dapat berjalan lancar dan begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak
adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang efektif di antara
berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut organisasi tidak akan melayani kebutuhan seseorang
dengan baik.
Kegagalan dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi yang
dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Ditambah lagi dengan perbedaan budaya masing-masing
sehingga menghambat dalam proses komunikasi dan menimbulkan efek kurang baik yaitu tidak
adanya kerjasama sesama pengurus. Seperti yang dikatakan Luthans bahwa komunikasi yang tidak
efektif adalah akar utama permasalahan dalam organisasi. Komunikasi yang efektif antara pimpinan
dan anggota menjadi faktor penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. Pemimpin organisasi
sebagai leader memiliki peran penting dalam berkomunikasi dengan anggota. Untuk itu dalam makalah
ini akan dibahas mengenai efektivitas komunikasi dalam organisasi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 72/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
tidak. Dari sekian banyak pesan-pesan tersebut, hanya sebagian kecil saja yang menarik perhatian kita
dan kita perbincangkan. Beberapa pesan bahkan memberikan efek atau dampak baik positif maupun
negatif pada kita.
Ternyata dalam organisasi semua kegiatan organisasi diawali dengan lalu lintas komunikasi. Proses
penetapan tujuan, pemberian tugas sampai pelaporan dilakukan melalui komunikasi. Komunikasi
adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan maupun pendapat dari setiap anggota
organisasi guna mencapai kesamaan makna.
Komunikasi bertindak dan berfungsi mengendalikan perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara.
Dalam hal ini, komunikasi melaksanakan empat fungsi utama dalam organisasi, yaitu fungsi informasi,
fungsi kendali, fungsi motivasi dan fungsi penyampaian perasaan emosional. Fungsi internal
komunikasi ini akan berunjung pada diri anggota organisasi itu sendiri berupa munculnya kesadaran
diri yang tinggi terhadap organisasi, pemahaman terhadap kinerja organisasi, struktur organisasi dan
reputasi organisasi.
Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks, salah satunya dalam lingkup
organisasi. Organisasi memiliki suatu jenjang jabatan dan kedudukan yang memungkinkan semua
anggota organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi dan tanggung jawab pada bidang pekerjaan
masing-masing. Dalam konteks organisasi, pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi
yang terjadi didalamnya seperti: apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh
bawahan? atau bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan? Hal-hal seperti
ini memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Namun yang menjadi persoalan, sering kali ditemukan banyak masalah dalam proses komunikasi
dalam organisasi. Persoalan pokok sebenarnya terletak pada “perbedaan tentang pesan” yang diterima.
Pesan yang dimaksudkan oleh pengirim sering kali salah dipahami atau bukan seperti yang diinginkan
oleh penerima. Penerima pesan tidak membalas makna pesan sebagaimana yang diinginkan oleh
pengirim pesan. Pesan itu sendiri juga bisa menjadi masalah manakala simbol-simbol yang dipilih oleh
pengirim pesan tidak tepat dan waktu pengiriman pesan yang salah. Ditambah lagi, adanya perbedaan
latar belakang para pelaku komunikasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mempersepsi
pesan yang diterima karena adanya kepentingan. Adanya konflik antar pribadi / kelompok juga turut
mempengaruhi kinerja organisasi.
Disisi lain, masih banyak yang beranggapan bahwa komunikasi itu mudah karena setiap saat kita
melakukannya. Bahkan dalam organisasi pun, komunikasi sering dianggap tidak penting. Keadaan
menjadi berubah ketika kemudian munculnya konflik dalam proses kerja, terjadi hambatan,
penyimpangan, kegagalan, ketegangan, perbedaan pendapat dan sebagainya. Barulah komunikasi
dipandang sebagai hal penting, hal yang pelik, perlu cara-cara atau teknik yang pas dalam
menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada guna mendatangkan keberhasilan dalam organisasi.
Komunikasi itu sendiri mencakup pentransferan dan pemahaman makna. Suatu gagasan yang dimiliki
seseorang, sebagus apa pun itu, tidak ada gunanya jika tidak disampaikan kepada orang lain dan
dipahami. Proses penyampaian informasi dalam kegiatan penyelesaian tugas dalam diskusi dan rapat-
rapat tentang perubahan yang akan dilakukan di dalam organisasi, merupakan kebijakan interaksi
terbuka yang akan membangun hubungan sangat positif guna kelangsungan pengembangan organisasi
ke depan.
Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan
kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan individu untuk
menyampaikan pesan atau informasi dengan baik, menjadi pendengar yang baik, menggunakan
berbagai media audio-visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif
dalam suatu organisasi. Komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam kehidupan
setiap manusia dan organisasi.
Steven Covey mengibaratkan komunikasi adalah napas kehidupan makhluk. Ia menitikberatkan
pada konsep saling ketergantungan untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Faktor penting dalam
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 73/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
komunikasi tidak sekadar pada apa yang ditulis atau dikatakan seseorang, tetapi lebih pada karakter
seseorang dan bagaimana sesorang dapat menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat utama komunikasi yang efektif
adalah karakter dan integritas pribadi yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk
membangun komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu:
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yang memiliki makna melakukan
komunikasi untuk mengerti dan memahami karakter dan maksud dan peran orang lain yang menerima
pesan. Dalam hal ini, kebaikan dan sopan santun seperti halnya kemampuan dan kemauan untuk
memenuhi komitmen yang disampaikan, dan menjelaskan harapan yang diharapkan dalam suatu
hubungan komunikasi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya harapan yang bertentangan atau
berbeda dengan peran dan tujuan komunikasi.
Selain itu, integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran juga diperlukan dalam
membangun hubungan komukasi yang efektif dan sehat. Kejujuran menekankan pada kemauan untuk
mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas menyesuaikan
realitas dengan kata-kata setiap individu yang menyampaikan pesan.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mampu mengidentifikasi
sasaran yang menjadi penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih
media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik.
Disamping itu, komunikator harus bisa memutuskan isi pesan, format pesan dan struktur pesan
sehingga pesan yang disampaikan memiliki daya tarik maksimal, baik daya tarik rasional, emosional
dan moral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih media, media komunikasi yang
bisa digunakan yaitu telepon, surat, internet atau media massa seperti papan reklame, poster, media on
line. Kemudian suasana lingkungan organisasi yang dirancang sedemikian rupa baik sebagai daya
tarik, dan melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan “eksistensi” dan image positif organisasi.
Selain itu, Komunikasi yang efektif juga dianjurkan oleh ajaran agama Islam agar terjadinya
hubungan baik sesame manusia dan nilai-nilai yang baik tentunya harus dimiliki oleh seorang individu,
kelompok atau organisasi. Dalam Islam dikenal dengan Qaulan Ma’rufa yaitu baik dan diterima oleh
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu
yang baik dalam pandangan masyarakat. Dengan kata lain bahwa Qaulan Ma’rufa mengandung arti
perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai
dengan kaidah dan hukum dan logika.
Kemudian Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya,
terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan
yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat
diartikan sebagai ucapan yang efektif.
1. Fungsi Informasi
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 74/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam
organisasi. Mereka yang berada pada level manajemen membutuhkan informasi untuk membuat
kebijakan organisasi atau mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan para karyawan
membutuhkan organisasi untuk melaksanakan pekerjaan, mendapat jaminan sosial, jaminan kesehatan,
izin cuti dan sebagainya.
Pemimpin pada level manapun, harus memiliki kemampuan dan ketrampilan memberikan informasi
yang jujur, terbuka apa adanya sesuai fakta dan yang mampu menjaring umpan balik. Hal ini sangat
berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan mendengarkan, terutama mendengarkan saran, keluhan
dan kritik dari bawah dan pihak lain. Umpan balik merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat
apakah proses komunikasi dalam organisasi sudah berjalan efektif atau tidak.
Disisi lain, mendengarkan, memperhatikan dan menyimak informasi dari bawah akan mendatangkan
rasa nyaman bagi bawahan secara emosional. Mereka merasa dihargai dan diperhatikan oleh
atasannya. Penghargaan tersebut merupakan faktor penting untuk membangun dan meningkatkan
motivasi bawahan dalam bekerja dan menjadi modal penting dalam mencapai kesuksesan sebagai
seorang pimpinan.
2. Fungsi Persuasi
Perkembangan zaman menunjukan, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai yang diharapkan. Mempersuasi orang lain lebih membuka peluang besar untuk bekerja sama
mencapai hasil karena menghasilkan tingkat partisipasi dan kepedulian yang tinggi dibandingkan
dengan pemberian tugas dengan perintah yang memperlihatkan kekuasaan dan kewenangan.
Efek positif persuasi adalah adanya kesadaran dan kerelaan penerima pesan untuk mengikuti dan
melakukan dengan penuh tanggung jawan pesan yang diterimanya tanpa merasa dipaksakan.
Kemampuan persuasi adalah kemampuan untuk mempengaruhi yang menjadi inti kepemimpinan.
Proses komunikasi persuasi dalam organisasi diperlukan dalam rangka menjadikan jajaran dan publik
sadar dan mau memberikan perhatian, persetujuan dan dukungannya kepada organisasi.
3. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi. Fungsi ini dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu Pertama, mereka yang berada pada level manajemen memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang didapat dan disampaikan dan juga kewenangan untuk memberi
instruksi. Sehingga dalam struktur organisasi, mereka ditempatkan pada lapis atas supaya perintah-
perintahnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan dalam
menjalankan perintah banyak bergantung pada: kekuatan pimpinan dalam memberikan sanksi ketika
terjadi pelanggaran, keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah, kepercayaan bawahan
terhadap atasan sebagai seorang pemimpin dan sebagai pribadi, serta tingkat kredibilitas pesan yang
diterima oleh bawahan. Kedua, berkaitan dengan pesan itu sendiri. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan selalu membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi selalu berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini terdapat dua saluran komunikasi dalam
organisasi. Pertama, saluran komunikasi formal, seperti laporan-laporan kemajuan organisasi dan
penerbitan khusus dalam organisasi (buletin, newsletter, website, dll). Kedua, saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antar pribadi / kelompok, pertandingan olahraga, darma wisata dan
sebagainya. Hal-hal seperti ini akan membangkitkan keinginan yang kuat untuk berpatisipasi yang
tinggi dalam diri bawahan terhadap organisasi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 75/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak lepas dari komunikasi dan lingkungannya. Kepribadian
seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada
sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang
kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau seseorang
yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk dapat menentukan dan membentuk sesuatu
yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak
berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud
tidak lain adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan
sebagainya.
Komunikasi yang baik sangat diharapkan bagi kayawan, apalagi berbeda budaya agar tidak terjadi
miskomunikasi dan penghambat untuk mencapai tujuan dari organisasi. Sehingga diperlukan
terjadinya proses komunikasi efektif dalam sebuah organisasi.
Disamping itu, didalam organisasi terdapat budaya yang dapat diartikan sebagai alat perekat sosial
yang membantu untuk mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat
untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Budaya juga berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para
karyawan. Sebagai sistem sosial budaya, organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian,
pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat kerja.
Oleh karena itu, budaya organisasi adalah suatu nilai yang menjadi pegangan bagi karyawan yang
terlibat di dalam organisasi mereka, yang dapat dijadikan sebagai faktor pembeda terhadap organisasi
lain, menjadi acuan untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku karyawan dalam
berinteraksi antar karyawan, dan berinteraksi dengan organisasi lainnya.
Budaya organisasi harus mampu diartikan oleh seluruh karyawannya sebagai sistem nilai-nilai,
keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal untuk
menghasilkan norma perilaku yang memberi arti bagi karyawan suatu organisasi, serta aturan-aturan
bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Budaya organisasi dibentuk oleh sesuatu yang terlibat
dengan organisasi serta dalam perjalanan terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan tetap
mengacu pada tercapainya tujuan organisasi.
Sementara itu lingkungan kerja yang kondusif dalam suatu sistem nilai, norma, dan peraturan yang
mendukung merupakan faktor penting untuk meningkatkan semangat dan kinerja serta motivasi kerja
karyawan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Melihat dari efek yang ditimbulkan oleh budaya
organisasi yang ada di dalam suatu perusahaan atau organisasi, maka hakikatnya budaya organisasi
yang sudah baik patut tetap terus dijaga, dipelihara serta terus menerus ditingkatkan.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 76/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
5. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/
mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
6. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa
adanya akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
7. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi,
dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara),
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
8. Hambatan Semantik, Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata
yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan
bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
9. Hambatan Psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga
menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan
yang hendak disampaikan.
10. Hambatan Manusiawi terjadi karena adanya faktor; emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 77/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
6 Lihat komentar
cukup rumit terutama menyangkut akibat terhadap jiwa anak-aak yang masih sangat rentan
terhadap ragam budaya asing yang belum tentu selaras dengan nilai budaya kita1
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym] .
Permainan tradisional yang dulu sering kita jumpai di setiap sudut kampung kini tak ada lagi.
Sebagai gantinya anak-anak dimanjakan dengan permainan modern.Inilah benih guyup rukun
yang akan tumbuh di masyarakat. Saat ini dolanan anak sudah mulai menghilang 2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym] .
Dolanan anak atau permainan anak-anak tradisional sarat dengan tuntunan budi pekerti,
kebersamaan, kearifan, dan komunikasi sosial, serta mengandung unsur olah raga, semua itu
mengungkapkan perlunya menghidupkan kembali dolanan bocah yang nyaris ditelan kemajuan
atau ulang tahun ke-56KGPAA Mangkunegara IX, permainan anak atau dolanan dipergelarkan.
Penelitian yang mengkaji secara dalam dan mendetail berkait dengan dolanan anak sangat
penting dilakukan. Dunia anak adalah dunia masa depan penentu sejarah bangsa. Anak
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
sopan santun, hormat, dan berbakti kepada orang tua, serta menghormati keberadaan orang lain.
Metode belajar sambil bermain dalam wujud dolanan anak sebenarnya merupakan wahana
Dolanan Anak berasal dari Bahasa Jawa yakni dari kata “Dolan”yaitu bermain - main. Dalam
hal ini , kata Dolan yang dimaksudkan adalah dolan yang artinya main, yang mendapat akhiran –an,
sehingga menjadi dolanan. Kata dolanan sebagai kata kerja yaitu ‘bermain’, sebagai kata benda
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Dolanan anak sering disebut sebagai Permainan tradisonal yang merupakan simbolisasi dari
pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di
mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau
wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.
Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana
Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang
luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. Menurut Pellegrini
dalam Naville Bennet bahwa permainan didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut: (1)
Permainan sebagai kecendrungan, (2) Permainan sebagai konteks, dan (3) Permainan sebagai prilaku
Menurut Mulyadi bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang
dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain; (1) sesuatu yang menyenangkan dan
memiliki nilai intrinsik pada anak (2) tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat
intrinsik (3) bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, dan (4) memiliki hubungan sistematik yang khusus
dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial.
Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan
sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal
sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk
menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 79/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai
dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam
permainan tradisional. Menurut Bennet dengan ini diharapkan bahwa permainan dalam penddikan
untuk anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan yang jelas tentang kualitas belajar, hal
ini diindikasikan sebagai berikut: (1) gagasan dan minat anak merupakan sesuatu yang utama dalam
permainan, (2) permainan menyediakan kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan mutu
pembelajaran, (3) rasa memiliki merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh melalui
permainan, (4) anak akan mempelajarai cara belajar dengan permainan serta cara mengingat pelajaran
dengan baik, (5) pembelajaran dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan, (6)
permainan mumudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan
Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa
permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk
tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan
tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana
asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan adang-kadang mengalami perubahan nama atau
bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dariakar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah
kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi
Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. (1985-1986), permainan adalah perbuatan untuk menghibur
hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud
tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua
atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau
tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk
menyenangkan hati.
Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu : permainan untuk
bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan yang bersifat edukatif.
Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Permainan tradisional yang bersifat kompetitif, memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat kompetitif,
diainkan oleh paling sedikit 2 orang, mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan
yang kalah, serta mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya. Sedangkan perainan
tradisional yag bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan
seperti ini anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya
akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Berbagai jenis dan
bentuk permainan pasti terkandung unsur pendidikannya. Inilah salah satu bentuk pendidikan yang
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 80/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
bersifat non-formal di dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak
daerah telah mengenalnya bahkan pernah mengalami masa-masa bermain permainan tradisional ketika
kecil. Permainan tradisional perlu dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan
persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh permainan
1. Galasin
Galah asin atau galasin yang juga sibeut gobak sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari
Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-
masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos
melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota
grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada
atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi
6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang
mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas
horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis
batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha
untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang
mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini
mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan
ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari
2. Congklak
Congklak adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama
di seluruh indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji
congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.
Di malaysia permainan ini juga lebih dikenal dengan nama congklak dan istilah ini juga dikenal
di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan melayu. Di jawa, permainan ini lebih dikenal
dengan nama dakon. Selain itu di lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 81/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang
3. Petak Umpet
Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain
maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup mudah, dimulai dengan hompimpa untuk
menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang
bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai
10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya
bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah,
contohnya di beberapa daerah di jakarta ada yang menyebutnya inglo, di daerah lain menyebutnya bon
dan ada juga yang menamai tempat itu hong). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah
disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau
20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya
tersebut.
4. Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada suatu titik.
Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali.
Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan
ramalan nasib.
Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan
lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari
nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda
untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak.
Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang
sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
5. Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang
terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci
(1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang
6. Egrang
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 82/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri
dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga
sebagai tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di
atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantai atau tanah labil, bangunan sering dibuat di
atas jangkungan untuk melindungi agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser.
Kondisi dolanan anak di saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain minat anak-anak terhadap dolanan anak tradisional semakin berkurang
menyebabkan tersingkirnya dolanan anak tradisional adalah faktor transfer budaya yang hampir
tidak berjalan. Hal tersebut terjadi karena terputusnya proses pewarisan dolanan anak
tradisional dari orang tua kepada anaknya. Perkembangan kota – kota kecil menuju kota
metropolitan memberikan dampak terhadap semakin terbatasnya wahana atau tempat bermain
untuk anak-anak. Sanggar dolanan anak diperlukan sebagai sarana untuk mewadahi dan
memfasilitasi kebutuhan berkreasi anak.Keberadaan Sanggar Seni Dolanan Anak saat ini sangat
mengembangkan kemampuan motorik mereka. Seharusnya Ada beberapa sanggar seni dolanan
anak di kota – Kota Kecil yang konsen terhadap pelestarian dan pengembangan seni dolanan
anak sebagai wadah kreatifitas anak agar nilai sosial masyarakat mereka tidaklah berkurang.
Derasnya arus globalisasi yang merambah setiap segi kehidupan, merambah pula dunia anak-
anak. Munculnya model-model permainan baru terutama dalam bentuk barang dan online yang
langsung dari produk permainan ini, sehingga respon terhadap dolanan anak pun menjadi
berkurang. Kurangnya respon ini terutama dipengaruhi anggapan bahwa dolanan anak yang
bersifat tradisional kurang memberi daya tarik dan tantangan dibandingkan dengan permainan
modern (misalnya :game online, play station, dan benda-benda mainan buatan pabrik).
Faktor lain yang memberi pengaruh kurangnya respon terhadap dolanan anak adalah
berkurangnya lahan kosong seperti lapangan, kebun dan tanah kosong yang seringkali beralih
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 83/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
fungsi menjadi perumahan dan bangunan-bangunan lainnya, sehingga anak-anak pun semakin
sulit untuk mendapat sarana bermain. Situasi demikian seringkali justru juga dipengaruhi oleh
sikap orang tua yang mulai terpengaruh dengan budaya konsumtif sebagai konsekuensi dari
munculnya berbagai iklan dan promosi yang giat dilakukan oleh para produsen mainan modern.
Sebagian dari orang tua menganggap dolanan anak ketinggalan jaman dan menginginkan model
permainan baru bagi anak-anaknya agar dapat mengikuti gaya hidup modern.
Persaingan dalam hal kepemilikan dan kemampuan untuk mendapatkan permainan modern
(baik barang maupun online) dengan demikian menjadi trend tersendiri dari kalangan orang tua.
Keadaan saling mempengaruhi antara cara pandang orang tua yang satu dengan yang lain ini
niscaya berpengaruh pula terhadap cara pandang anak-anaknya terhadap dolanan anak. Budaya
konsumtif dengan demikian menjadi masalah utama dalam pengembangan dolanan anak di
tengah masyarakat saat ini.Persaingan kepemilikan model mainan baru dan kemampuan untuk
memainkannya menjadi salah satu trend tersendiri bagi masyarakat. Maka usaha untuk
meningkatkan respon terhadap dolanan anak harus didasari oleh usaha merubah cara pandang
orang tua yang kemudian akan berpengaruh terhadap cara pandang anak-anaknya untuk tidak
terpengaruh dengan budaya konsumtif sebagai dampak negatif dari arus globalisasi.
Dolanan anak tradisional yang hampir punah diperlukan upaya revitalisasi untuk melestarikan
berbagai dolanan anak tersebut , seperti pengenalan ulang berbagai jenis dolanan di sekolah melalui
media yang menarik, seperti dalam bentuk compact disc atau modul.Selain dengan cara itu festival
atau lomba dolanan juga perlu diadakan untuk melestarikan dolanan tradisional. Selain untuk
melestarikan budaya dolanan tradisional festival atau lomba dolanan tradisional juga bisa sebagai
sektor pariwisata.
Hilangnya dolanan anak tradisional akan membawa berbagai dampak, terutama terhadap unsur
budaya lokal yang sudah ada terlebih dahulu. Karakter masyarakat Indonesia yang sangat
terkenal akan keramahannya, mulai bergeser dengan adanya konflik, kekerasan, dan hilangnya
rasa solidaritas. Tentunya hal tersebut sangat tidak kita harapkan, masyarakat Indonesia yang
ramah tamah dengan solidaritas sosial yang tinggi akan sangat kita idam-idamkan untuk
mempertahankan identitas bangsa dan memperkuat diri dalam menghadapi pusaran arus
globalisasi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 84/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Larasati, R Diyah. 1997. “Kecak Rina, Sadono, W Kusuma dan ARMA (Kerja Kreatif Seniman
Tradisional dan Modern)”. Jurnal Seni Pertunjukkan Indonesia Tahun VIII. Bandung: MSPI.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 85/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Handayani,Titi.2003.Upaya menghidupkan kembali dolanan anak-anak sebagai media
pelestarian budaya. (Yogyakarta: Sarasehan Menggali Nilai-Nilai Kebangkitan nasional),h.67
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 86/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Larasati, R Diyah. 1997. “Kecak Rina, Sadono, W Kusuma dan ARMA (Kerja Kreatif Seniman
Tradisional dan Modern)”. Jurnal Seni Pertunjukkan Indonesia Tahun VIII. Bandung: MSPI.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 87/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
Danandjaya, James. 1987. Folklore Indonesia. (Jakarta: Gramedia),h.45.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 88/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
Prawiroatmojo,Bausastra Jawa – Indonesia,( Jakarta,1988),h.95
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 89/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Hastanto,Sri.2002.“Peran Serta Masyarakat Dalam Indiginasi Budaya Indonesia” dalam Mistisisme
Seni dalam Masyarakat Disampaikan dalam Serial Seminar Internasional Seni Pertiunjukan
Indonesia Seri II 2002-2004 20 dan 21 Desember 2002 di Gedung Teater Kecil Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI)Surakarta. Surakarta:STSI.
2 Lihat komentar
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 90/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1. Pengertian Komunikasi
Untuk pembahasan mengenai pengertian komunikasi tidak akan dijelaskan panjang lebar
karena komunikasi itu sendiri telah mendapatkan banyak sekali materi. Sebagai catatan saja bahwa
dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang memang selalu ada ketika proses komunikasi terjadi
yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Unsur-unsur komunikasi ini tetap terjadi
ketika KAB berlangsung. Yang perlu diingat bahwa di dalam KAB unsur tersebut ditambah satu unsur
lagi yaitu konteks yang ternyata dalam KAB menjadi sangat penting pula untuk diperhatikan.1
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
2. Hakekat Kebudayaan
Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing
lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan
secara bermacam-macam. Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung
dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-
masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat
suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan bahwa kebudayaan
menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan
sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi. Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks
langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang
merupakan hasil dari proses belajar. Yang penting adalah manusia umumnya belajar dalam konteks
sosial, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam
kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan.
Dengan demikian, kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan : apa yang baik dan apa
yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.
Individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan
keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mengenai keyakinan,
adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya. Maka individu
tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan
kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan
yang melingkupinya.
3. Pengertian Kebudayaan
Budaya menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti akal budi; pikiran. Sedangkan
kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia. Seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari "budhi" yang berarti budi atau akal.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Kebudayaan merupakan pola hidup yang bersifat mencakup segalanya. Selain itu kebudayaan
bersifat kompleks, abstrak dan merasuki semua aspek dan segi kehidupan.
Menurut Ruben menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan sub budaya) yaitu
Kompleks dan banyak segi Tidak dapat dilihat Berubah sejalan dengan waktu Jika kita menganalisis
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 91/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar
maupun kebudayaan dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga
pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan
berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi
(khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan
sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).
Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan
keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi,
keyakinan dan sistem nilai.
Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi
satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri.
Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi
dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari
masyarakat yang bersangkutan. Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi,
mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial
serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan
mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan
sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak
terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan)
kebudayaan baru muncul ketika terjadi :
1. Anggota kebudayaan melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.
2. Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan atau subbudaya lain
dan ketika terjadi interaksi terlihat adanya perbedaan tingkah laku yang selama ini dikenalnya
dan dilakukannya.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Yang menjadi fokus perhatian KAB adalah Proses komunikasi (interaksi) antara individu-individu atau
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
Sitaram (1970)
Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural
communication…..the art of understranding and being understood by the audience of another culture)
Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut
membawa serta latar belakang budaya, pengalaman yang berbeda, yang mencerminkan nilai yang
dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan dan nilai
Komunikasi antar budaya adalah interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 92/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1. pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok
kebudayaan khusus tertentu.
2. Kesamaan tingkah laku antara satu generesi dan generesi berikutnya hanya dimungkinkan berkat
digunakannaya sarana-sarana komunikasi.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Sementara itu, Smith menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan
kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut : kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan
peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan
komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus
dipelajari dan dimiliki bersama.
Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk menciptakan bahasa simbolik,
tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-nilai, aturan aturan dan tata, yang
memberi batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi, dan masyarakat yang
terus berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan unsur-unsur
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta dari satu tempat ke tempat lainnya.
Komunikasi juga merepukan sarana yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri
dengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya. Tepat kiranya jika
dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan, dan dipelajari melalui
komunikasi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 93/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Komunikasi --> Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-nilai,
aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan. Melalui
komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya
serta dari satu tempat ke tempat lain.
Budaya --> Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya.Kesimpulan : Jadi kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari
melalui komunikasi.
1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan perilaku-perilaku
komunikatif (sebagian / keseluruhan).
4. Meningkatkan pengetahuan kita tentang kemajuan informasi dan teknologi sehingga kita tidak
salah dalam memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut serta supaya tidak “gatek” (gagap
teknologi).
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 94/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
REFERENSI
Dedy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 95/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Dedy
Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1989),h.37.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 96/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] KBBI,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1996),h.98.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 97/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Dedy
Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya..........h.55.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 98/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 99/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Ibid.h.97.
5 Lihat komentar
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, untuk mencapai dakwah yang efektif
maka diperlukan media. Merebaknya media saat ini seperti media cetak dan online merupakan salah
satu wujud dari era reformasi dan keterbukaan informasi. Fungsi media itu sendiri adalah memberikan
informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Media mampu menggiring opini publik kepada
suatu fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan berita. Maka pada tahap
inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak memihak kepada dunia muslim
dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada pemberitaan yang bernilai dakwah.
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bil qalam (dakwah melalui
tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, novel, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan
yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Media cetak juga sebagai salah satu media dakwah yang efektif untuk berdakwah bil qalam.
Namun pada zaman sekarang ini dakwah bil qalam tidak hanya dilakukan di media cetak saja
melainkan juga di internet seperti dikemas dalam blog, website dan artikel-artikel lain yang bisa
diakses melalui internet. Dan majalah-majalah yang mengandung sisi dakwah juga bisa diposting di
internet dan bisa dibaca oleh jutaan umat. Meskipun Internet merupakan barang baru, namun internet
secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal. Inti dari dakwah bil qalam
adalah menulis, menulis laksana mendayung, berlayar dengan pikiran yang denganya penulis akan
menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan.
BAB II
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 100/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
PEMBAHASAN
Media cetak adalah media yang terdiri dari lembaran kertas yang tertulis dengan
sejumlah kata, kalimat, gambar, dan wacana yang tata rapi serta berisikan berbagai macam
informasi-informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan, tips, lapangan pekerjaan,
bisnis, aspirasi, opini, promosi dan juga mengenai kejadian di dalam dan di luar negara.
Media massa yang harus mutlak dipergunakan dalam pelaksanaan dakwah Islam
yang harus memiliki efektivitas yang tinggi, antara lainPers (surat kabar)Wilayah dakwah ini
amat besar manfaatnya, sebab ia termasuk dari beberapa media massa pembentukan opini
masyarakat hampir bisa disebut sebagai makanan pokok masyarakat mendambakan
informasikan dan selalu dapat mengikuti perkembangan dunia. Dakwah Islam melalui
wasilah ini dapat membentuk berita-berita Islam, artikel-artikel Islam dan sebagainya.
Ayat diatas menjelaskan bahwa peran huruf, pena tulisan dalam pelaksanaan dakwah
Islam sangat penting, sama pentingnya dengan dakwah itu sendiri. Dapat juga dipahami
bahwa sejak semula dakwah Islamiyah telah merintis jalan selektif ke arah pembinaan
penghurupan, penerapan dan tulisan atau dengan kata lain hal karangan-karangan.2
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
1. Publisitas (Publicity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari
berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun
sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada
sekelompok orang atau golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari
bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam
penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun
isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 101/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru
dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu
profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian,
tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak
umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek
kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-
duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah
laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai
peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan
aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa
menyampingkan pentingnya kebenaran berita.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Dakwah merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim. Dalam Al Quran pun juga
menerangkan kepada kita bahwa kita harus mengajak untuk berbuat ma’ruf dan menjauhi
yang munkar. Maka dari itu, di era globalisasi ini dakwah Islam harus bisa menyelaraskan
dengan media-media komunikasi yang modern untuk penyebaran pesan-pesan dakwah Islam
kepada masyarakat luas.
Sering pesan yang dusampaikan oleh seorang da’i kepada mad’u terjadi
kesalahpahaman, bahkan yang lebih parah lagi jika terjadi salah penafsiran. Ini merupakan
tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan ketika menjadikan surat kabar menjadi media
dakwah. Seorang da’i harus bisa menulis dengan jelas agar bisa diterima oleh mad’u. Berikut
adalah hambatan yang bisa terjadi ketika berdakwah melalui surat kabar yaitu:
1. Semantic Faktor.
Hambatan ini berupa pemakaian kosa kata yang tidak dipahami oleh mad’u. Ini bisa
berdasarkan pengalaman sebanyak apa mereka mendapatkannya. Seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, kelompok masyarakat sangat mempengaruhi diterima tidaknya suatu pesan.
2. Prejudise (Prasangka).
Prasangaka adalah hambatan yang paling berat terhadap kegiatan dakwah. Dan kita
pun tidak mampu mencegah masalah ini karena tentu saja kita tidak bisa mengendalikan
siapa yang membaca tulisan kita.
4. Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran luas lingkup pandandangan sendiri yang terlalu sukar
untuk dimengerti. Jadi karena dalam surat kabar feedback tidak bisa diterima langsung antara dai
dan mad’u, maka mad’u menafsirkan sendiri sesuai dengan pengalama yang aia pahami sendiri.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 102/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Melalui bahasa itulah terjadi komunikasi anatara individu dengan individu lainnya,
sehingga mereka berbahasa sama merasakan suatu ikatan batin sebagai suatu kelompok..
Apabila seorang dai mampu menggunakan bahasa yang mampu dipahami oleh siapa saja,
tentunya tujuan dakwah bisa tersampaikan kepada mad’u. Tidak hanya yang beragama
muslim saja mengerti dengan bahasa tulisan yang dimaksud, tapi juga bisa mempengaruhi
orang yang belum beragama Islam menjadi tertarik dengan Islam karena bahasanya yang
mudah dimengerti serta menarik perhatian.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan para dai dalam berdakwah melalui surat
kabar antara lain dapat mengisi rubric-rubrik seperti berikut ini.
1. Arikel Keislaman. Dengan melalui artikel keislaman maka pesan yang ingin disampaikan akan
cepat tersampaikan kepada masyarakat luas. Asalkan bahasa yang digunakan mudah dipahami
dan menggunakan kalimat-kalimat yang tepat.
2. Tanya Jawab Masalah-Masalah Agama Islam. Biasanya dalam surat kabar ada kolom khusus
untuk tanya jawab, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah. Dan dai harus mampu
memberikan jawaban yang benar terhadap suatu permasalahan yang dikemukakan oleh mad’u.
3. Cerita yang Bernafaskan Islam. Dalam hal ini peran para seniman muslim sangat dibutuhkan.
Merek dapatmenyisipkan cerita-cerita yang mengandung ajaran Islam yang sesungguhnya.
4. Puisi-Puisi yang Bernafaskan Islam. Penyajian dakwah dengan puisi-puisi Islami, syairnya dapat
diambil dari ajaran agalma Islam. Dakwah ini sangat diminati oleh kalangan remaja.
5. Rubrik Khusus Agama Islam.. Rubrik Khusus adalah suatu kolom yang memang disediakan
untuk rubric agama Islam, katakanlah seperti kolom agama atau mimbar agama. Dengan adanya
rubric ini , dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk berdakwah. Namun tentunya tidak
melupakan prinsip-prinsip dakwah yang selalu melihat kondisi psikologis mad’u. Jangan sampai
ada kesalahan ketika kita sudah mengerti metode-metode yang harus kita gunakan dalam
menyebarkan ajaran Islam.
Dalam dakwah bil qalam ini memang dibutuhkan keahlian khusus dalam
hal menulis, yang kemudian disebarluaskan melalui media cetak. Inilah
tantangannya, walaupun kelihatannya mudah namun nyatanya tidak semua da’i
dapat melakukan hal ini. Karena dibutuhkan keahlian khusus inilah yang
menyebabkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan ajaran Islam
melalui tulisan. Kita adalah dai sebelum yang lain.5
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 103/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Kekuranganya.
DAFTAR PUSTAKA
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 104/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Http://All-About-Theory.Blogspot.Com/2010/10/Pengertian-Surat-Kabar.Html [http://all-about-
Onong UchohjonoEfendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung Remaja Karya: 1984
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 105/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Http://All-About-Theory.Blogspot.Com/2010/10/Pengertian-Surat-Kabar.Html [http://all-about-
theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-surat-kabar.html] , Di Akses Rabu 30September 2015.
Pukul 22.00
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 106/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Hasjmy,
Dustur Dakwah Menurut Alquran, (Jakarta, Bulan Bintang: 1984), h.100.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 107/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Efendi
Onong Uchohjono, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung Remaja Karya: 1984), h.
119-121.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 108/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Efendi
Onong Uchohjono, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, h
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 109/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Amin,
Samsul Muni, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Hamzah: 2009), h.113.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 110/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] Soiman,
Metodelogi Dakwah, (Medan, T. Tempat Terbit: 2010), h, 100-102.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
6 Lihat komentar
Media massa adalah istilah untuk menggambarkan bentuk komunikasi yang dilakukan lewat
media massa untuk umum. Media massa yang dikategorikan sebagai alat, instrument komunikasi yang
memungkinkan kita untuk merekam serta mengirim intormasi dan pengalaman-pengalaman dengan
cepat kepada khalayak luas, terpencar-pencar dan heterpgen.
Media massa dengan dukungan teknologi telah membantu mematahkan jarak antara
makrososial dan mikrososial. Media massa membawa tema-tema publik ke dalam lingkungan privat
tempat ia memasuki dan dipengaruhi oleh kondisi, orientasi dan kebiasaan lokal. Olehnya itu tidak
salah jika Thomson mengatakan: Dunia publik telah dibangun kembali dalam zaman elektronika, baik
secara teknologi, maupun secara sosial (dalam Lull, 1998: 71).
Media massa dengan perpaduan komputer dan telekomunikasi (ITC: Information Tecnonogy
Communication) menghasilkan gerakan informasi dengan kecepatan cahaya kepada khalayak yang
jumlahnya luar biasa, menyalurkan berita dan kata, yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang
salah, ke seluruh tempat di dunia ini.
Teknologi komunikasi yang telah menciptakan “Jalan bebas hambatan” (Writson, 1996: 3)
tidak hanya menciptakan ekonomi global, tetapi juga mengaburkan batas-batas sosial budaya, karena
dunia yang kita bangun sekarang ini, tidak mungkin dipertahankan kedaulatan atas informasi, sebab
“informasi dan alurnya juga meliputi lanngit bebas, dipergunakan secara bersama-sama. Budaya,
sebagai identitas sebuah masyarakat, tidak luput dari pengaruh media massa.
1. Media Massa
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 111/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Media massa diartikan sebagai alat, instrumen komunikasi yang memungkinkan seseorang
untuk merekam serta mengirim informasi dan pengalaman-pengalaman dengan cepat kepada khalayak
yang luas, terpencar-pencar dan heterogen.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym] Rowland Lorimer dan Paddi Scannel (1994)
mendefinisikan media massa secara lebih luas dengan mengaitkan dengan fungsi dan peran media.
Media massa sebagai alat komunikasi massa, digambarkan oleh Loriel dan Paddy Scannel dengan
elemen-elemen seperti dikemukakan oleh McQuail (1993) sebagai berikut:
1. Media massa merupakan aktifitas komunikasi massa yang berorientasi berdasarkan isi media.
2. Media massa menggunakan konfigurasi teknologi (televisi, radio, videoteks, majalah dan buku).
3. Sistem media massa, apakah formal atau non-formal (menyangkut sistem media, kantor pusat,
sistem publikasi dan sebagainya).
4. Dioperasikan berdasarkan ketentuan hukum dan kesepakatan antara para professional dan
praktisi, khalayak dan kecenderungan sosial masyarakat.
5. Diterbitkan oleh kelompok yang terdiri atas: Pemilik modal, redaktur, distributor, periklanan dan
pelanggan.
Everett M. Rogers (1978) membagi perkembangan komunikasi manusia dalam empat era,
dimulai dari tahun 34000 SM, periode CroMagnon, hingga memasuki era komunikasi interaktif. Tabel
berikut menjelaskan tahaptahap perkembamgam komunikasi manusia:
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 112/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 113/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Selain itu, kemajuan selanjutnya yang dianggap penting adalah pengoperasian telegrap, yang
difungsikan pertama kali pada tahun 1836.
Peluncuran satelit komunikasi pertama dalam tahun 1962, menandai kelahiran teknologi
satelit. Sinyal-sinyal satelit ditangkap oleh antenna berbentuk piring yang disebut stasiun bumi. Stasiun
ini pada mulanya hanya mampu dimiliki oleh perusahaan komunikasi kabel. Kini, makin banyak
jumlah pemilik stasiun-stasiun bumi secara individual sejalan dengan harganya yang semakin turun
dan wujudnya yang makin praktis. Piring-piring penerima ini juga memungkinkan pemirsa untuk
menonton televisi langsung dari stasiun itu.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Pada awal perkembangan teknologi komunikasi ini, satelit yang ada diintegrasikan ke dalam
infrastruktur telekomunikasi seperti PPT, perusahaan telepon dan lain-lain. Perkembangan ini
menandai Revolusi Satelit I. Saat ini, kita telah memasuki Revolusi Satelit II ditandai dengan
komunikasi satelit dapat memotong jalur infrastruktur yang ada, seperti Direct Broadcast Satelit
(DBS), Mobile Communication dan Private Network.
Selain meningkatkan pilihan pemirsa, satelit juga membuat mungkin terciptanya jaringan-
jaringan pribadi yang sangat banyak dan masing-masing dapat disesuaikan menurut kebutuhan
pemakai. Dengan menggunakan teknologi satelit, orang dapat melakukan komunikasi melalui
hubungan telepon atau faksimili sementara dalam perjalanan di mana saja berada, dapat berbelanja
jarak jauh (teleshopping), dapat melakukan konferensi pers (teleconference) yang meliputi seluruh
Negara (nation- wide)atau seluruh dunia, tanpa harus meninggalkan rumah atau kantor, sehigga
videoconference atau sistem networking telah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini.
2. Mengenal Budaya
1. Pengertian Budaya
Budaya, berasal dari kata Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Ada pendapat yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah “daya
dari budi” yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan
karsa itu.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Kebudayaan didefinisikan oleh Edward Tylor (1871) sebagai: that complex wich includes
knowledge, belief, art, moral, costum, and any other capabilities acquired by man as a member society
(dalam Randall Stokes, t,th.: 68). (Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi
kepercayaan, seni, moral, hukum, dan kemampuan lainnya, dan kebiasaan yang didapatkan seseorang
dari masyarakat).
Kilman, Saxton dan Serpa (1986) mendefenisikan kebudayaan sebagai “culture can be
definet as the philosophies, ideologis, values, assumptions, expectations, attitudes and norms that knit
acommunity together. (Budaya dapat dirumuskan sebagai serangkaian falsafah, ideologi, nilai, asumsi,
harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama yang mengikat suatu masyarakat). Menurut Ilmu
Antropologi, budaya adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia untuk belajar.4
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa kebudayaan
menyangkut sebuah kesepakatan kelompok, baik eksplisit maupun implisit, tentang bagaimana
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 114/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
seseorang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara bersama dalam kelompoknya.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari masyarakat
Wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan lokasinya berada
dalam alam pikiran warga masyarakat, tempat kebudayaan itu hidup. Wujud ideal kebudayaan, disebut
juga adat atau adat istiadat. Wujud kedua dari kebudayaan, disebut dengan sistem sosial, mengenai
tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-
manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dari hari ke hari menurut
pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu
masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diobservasi,
difoto dan didokumentasi. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut dengan kebudayan fisik berupa
benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
Unsur-unsur kebudayaan universal, disebut juga sebagai isu pokok dari tiap kebudayaan di
dunia, adalah:
1. Bahasa.
2. Sistem pengetahuan.
3. Organisasi sosial.
6. Sistem religi.
7. Kesenian.
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, misalnya
unsur universal kesenian, wujud idealnya adalah gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan dan syair-syair
indah. Wujud berpola dapat berupa interaksi antar seniman-pencipta, seniman-penyelenggara, sponsor,
pendengar dan penonton. Dan, wujud kesenian sebagai benda seni dapat berupa benda-benda indah,
candi, kain tenun, dan lain sebagainya.
2. Perubahan Budaya
Haviland berpendapat, bahwa dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan berubah
sebagai tanggapan atas hal-hal seperti masuknya orang luar, atau terjadinya modivikasi perilaku dan
nilai-nilai di dalam kebudayaan. Proses perubahan dan pergeseran budaya, dibedakan Koentjaraningrat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 115/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
dalam: (1) Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari: Internalisasi, sosialisasi dan
enkulturasi; (2) Proses perkembangan kebudayaan atau evolusi kebudayaan (cultural evolution); (3)
Proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di bumi,
yakni proses difusi (diffusion); (4) Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga
masyarakat, yakni proses akulturasi (acculturation), dan proses asimilasi (assimilation); dan (5) Proses
inivasi (innovation) dan penemuan baru (discoveri dan invention) (Kontjaraningrat, 1990: 227-228).
Proses internalisasi, adalah proses belajar kebudayaan yang panjang, sejak individu dilahirkan
sampai ia meninggal. Ia belajar menanamkan dalam kepribadiaanya segala perasaan, hasrat, nafsu,
serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Proses sosialisasi, adalah proses ketika seorang
individu sejak masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi
dengan berbagai macam individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peran sosial yang
mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses enkulturasi atau proses pembudayaan, adalah proses
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat,
sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses evolusi kebudayaan, adalah proses perubahan kebudayaan bila dilihat dari interval
waktu yang panjang, akan terlihat perubahan-perubahan besar dalam kebudayaan. Sementara, proses
difusi kebudayaan, disebabkan oleh proses migrasi kelompok manusia di bumi. Dengan migrasi
tersebut, tersebar pula unsur-unsur kebudayaan di penjuru dunia. Akulturasi atau acculturation atau
culture contac, adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dalam suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebuudayaan asing. Lambat laun, unsur-unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri. Asimilasi atau assimilation, adalah proses sosial yang timbul bila:
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran
(Kontjaraningrat, 1990: 221-260).
Harrold Innis dan Marshal McLuhan adalah sarjana modern yang mengkaji hubungan antara
alat komunikasi yang terdapat di masyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan membentuk
kararkter serta bidang sosial mereka, seperti bidang politik dan social budaya. McLuhan yang banyak
belajar, mengembangkan ide pada periode modern. Ia mulai melihat, bahwa pengaruh sistem
percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan (Rowland, 1994: 2).
Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-pindahkan,
secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Pada tahun 1500, jutaan buku dicetak atas
permintaan (Staubhaar dan LaRose, 1996: 49). Dari kenyataan ini, McLuhan menyatakan bahwa media
elektronik modern, khususnya radio, televisi, fotografi dan film dapat membentuk pola pikir
masyarakat modern. Ide itu berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media dan
implikasinya dalam konteks global, media telah membuat--sesuatu yang pertama dalam sejarah--
mungkinya sistem komunikasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 116/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
McLuhan sebagai the global village (desa global) (McLuhan dalam Rowlan Lorrimer dan Paddi
Scannel, 1994: 2).
Fenomena percepatan transformasi ide disebut Konetjaraningrat sebagai difusi, ketika unsur-
unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat sekali,
bahkan seringkali tanpa kontak antar individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat
penyiaran yang bekerja efektif, seperti surat kabar, majalah, radio, buku, film dan televisi
(Koentjaraningrat, 1990: 246-247). Penyebaran unsur-unsur kebudayaan, juga ditimbulkan oleh
peralihan pekerjaan yang diakibatkan oleh Revolusi Industri. Di akhir tahun 1800-an dan awal tahun
1900-an, orang-orang dalam kelompok besar bermigrasi dari pekerjaan sektor pertanian pertanian di
desa-desa ke pekerja industri di sejumlah kota.
Urbanisasi ditumbulkan oleh media massa, karena secara serempak mereka mendapatkan
informasi tentang apa yang akan mereka lakukan pada masa akan datang bagi kehidupan mereka
melalui media massa (Staubhaar dan LaRose, 1996: 50). Migrasi ini menyebabkan pertemuan antara
kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, individu-individu
dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Proses yang dapat
terjadi dari pertemuan budaya ini adalah akulturasi budaya, dan sekaligus proses asimilasi.6
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]
Budaya dalam pandangan antropolog, adalah seluruh yang disetujui oleh masyarakat dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kontribusi pewarisan tingkah laku dalam
masyarakat biasanya dilakukan oleh institusi formal, seperti gereja dan Negara, dan saat ini dilakukan
oleh media. Dikaitkan dengan perkembangan media massa, Wilson (2002), membagi tahapan-tahapan
perkembangan budaya pada:
1. Tahap Elitis
Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas, yaitu
Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-orang kaya.
Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga kurang dari
200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya lainnya yakni
budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit, adalah orang-orang
yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik. Para petani dengan folk culture,
berhubungan langsung dengan karnaval di jalan-jalan, lagu-lagu dan dongeng-dongeng rakyat.
2. Tahap Populer
Pada abad ke-19, perbedaan antara Budaya Elit dan Budaya Rakyat menjadi kabur dengan
dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri. Kekuatan
ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Keberadaan media massa juga merangsang
Budaya Populer (Staubhaar dan La Rose, 1996: 4).
2. Tahap Spesialisasi
Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad XX ditandai dengan banyaknya terobosan media
massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi
sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 117/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Peran media massa dalam perubahan budaya, selanjutnya dikemukakan oleh Lull (1998: 186-
192), sebagai peran transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi. Transkulturasi, mengacu pada sebuah
proses ketika bentuk-bentuk budaya secara harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk
berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya
baru.
Proses transkulturasi dihasilkan oleh proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi
geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh
media massa dan industri kebudayaan. Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya
yang esensial, yakni ruang dan waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi
dan hiburan dari satu bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis budaya baru.
KEPUSTAKAAN
Achmad, AS. 2002. Media Massa dan Khalayak. Makassar:.Hasanuddin University Press.
Lorimer, Rowland and Paddy Scannel. 1994. Mass Communication, A Comparative Introduction.
Manchester University Press, New York.
Lull, James. 1998. Media, Communication and Culture: A Global Approach. Diterjemahkan oleh
Setiawan Abadi:’Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global’. Cetakan I;
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Wilson, Stan Le Roy. 1993. Mass Media/Mass Culture. New York Time Company.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 118/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Achmad, Media Massa dan Khalayak, (Makassar:.Hasanuddin University Press, 2002), h 10.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 119/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Ibid,
h.52
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 120/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc]
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Cet. XIV; (Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 181
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 121/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Ibid,
h.180
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 122/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Ibid,
h.187-188
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 123/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 Lihat komentar
Islam di kawasan Kepulauan Nusantara sesungguhnya telah berkembang dengan pesat karena
melalui proses akulturasi budaya lokal. Integrasi pemikiran Islam selalu disesuaikan dengan kekhasan
budaya lokal. Dalam konteks ini, dakwah Islamiyah selalu melihat lingkungan sosial budaya dengan
kacamata kearifan, kemampuan adaptasi ini merupakan kecerdasan sosial, intelektual, dan spiritual
yang dimiliki oleh para ulama dahulu yang bertugas menyebarkan agama Islam. Bukti-bukti seni
budaya Islam Nusantara telah merefleksikan bagaimana Islam sebagai ajaran samawi dan pranata
keagamaan, disebarkan dan disosialisasikan di Nusantara. Sosialisasi tersebut telah menggunakan cara-
cara damai dan memanfaatkan sumber daya kultur lokal sebagai media komunikasi yang efektif.
Salah satu pengertian budaya media adalah suatu kondisi proses kebudayaan di mana
dialektika dari berbagai unsur budaya dalam membentuk sosok mapan sementara dari suatu
kebudayaan melibatkan banyak interaksi media. Artinya : Kebudayaan tidaklah merupakan produk
akhir yang mantap selama-lamanya. Ia senantiasa dibentuk dalam kondisi tesis-antitesis antara
berbagai unsur budaya.
Dalam masyarakat tradisional (dengan penyangga ekonomi pertanian) istilah ‘budaya media’
punya arti tersendiri. Masyarakat etnik dengan latar pertanian tradisi pada perkembangan dialektiknya
mencapai ‘sosok budaya ‘ (sistem pertanian, kekerabatan,sistem budaya) melalui wahana media yang
erat dengan ritual/upacara. Upacara-upacara tersebut mempunyai makna yang khas sebagai ‘media’
karena berfungsi menyampaikan informasi.
Budaya media bisa ditemukan dalam bentuk images, suara dan tontonan yang memproduksi
struktur kehidupan seharihari, mendominasi waktu luang seseorang, membentuk pandangan politik dan
prilaku sosial juga menyediakan material bagi bahan pembentukan identitas. Budaya media merupakan
sarana konstruksi seseorang akan kesadaran kelas,etnik, ras, kebangsaan seksuality juga istilah kita dan
mereka. Budaya mediaadalah industri kebudayaan, diorganisasikan dalam model produksi massa yang
digolongkan kepada type-type atau genre, dengan formula, kode-kode dan aturantertentu (Kellner,
2003:1). Budaya media terkandung dalam film, tiap tontonan yang disajikan tv nasional maupun tv
berbayar internasional, radio, musik juga bentuk-bentuk budaya media lainnya.
Budaya Media merupakan medan berlangsungnya kontes reproduksiideologi atau hanya sekedar
makna dan penanamannya kepada khalayak, jadi bukan hanya sebuah instrumen dominasi (Kellner,
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 124/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2003:102). Yang inginditemukan pada pengkajian kritis akan sebuah budaya media adalah ideologi
yangtertanam di dalamnya dengan melihat konteks sosial masyarakat yang luas danterbagi atas
kekuatan-kekuatan tertentu. Ada kelompok dominan yang selalu berhasil menggiring opini karena
mereka mayoritas dan memiliki sumber daya, juga kelompok lainnya yang berjuang dengan ideologi
mereka termasuk kelompok resistensi yang mencoba melawan kekuatan dominasi.
Folklore sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman
sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, setiap
daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan
folklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor
ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan
maupun gerak isyarat.Dapat juga diartikan Folklor adalah adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat
yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang
tersebar dan diwariskan turun menurun. Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris.
Kata tersebut merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Menurut
Alan Dundes kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan
kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal itu
antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, dan agama
yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu
kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah
mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki
kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi dari folk, yaitu
sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklor
adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk
lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
3. Ciri-ciri folklore
Agar dapat membedakan antara folklor dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri
utama folklor. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut
ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
(b) Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
(c) Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan
sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
(d) Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
(e) Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat
(menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju
sawijing dina (pada suatu hari).
(f) Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat
pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 125/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
(g) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini
terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
(i) Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan.
Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
4. Jenis-jenis Folklor
Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga
kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite
(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat,
Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari
Bali;
5. Budaya Elite
Istilah “budaya pop“ (popular culture) dalam bahasa sepanyol dan portugis secara harfiah
berarti “kebudayaan dari rakyat” (de la gente , del pueblo ; da gente , de povo ). Pop , dalam
pengertian ini , tidak berarti tersebar luas , arus utama , dominan atau secara komersial sukses. Dalam
bahasa dan kebudayaan Latin kata ini lebih banyak mengacu pada ide bahwa kebudayaan berkembang
dari kreatifitas orang kebanyakan. Budaya pop berasal dari rakyat ; budaya pop bukan diberikan
kepada mereka. Perspektif ini menjebol pembedaan antara produsen dan konsumen artifak budaya ,
antara industri kebudayaan dan konteks penerimaan . Kita semua memproduksi budaya pop .
Membangun kebudayaan pop merupakan pelaksanaan kekuasaan budaya .
Teoretikus kajian budaya John Fiske (1989) menjelaskan hubungan antar budaya pop dan
kekuasaan budaya ketika dia membahas bagaimana artifak-artifak yang mencakup mulai dari blue
jeans hingga Madonna diintrepatisikan bermacam-macam dan digunakan secara taktis oleh para
pencintanya lewat cara-cara yang sesuai dengan kepentingan mereka. Tetapi Fiske membawa masalah
ini satu langkah lebih lanjut yang kontroversial. Dia berargumen bahwa budaya pop tak pernah
dominan karena “budaya pop selalu terbentuk dalam hubungan dengan –dan tak pernah sebagai bagian
dari-kekuatan-kekuatan yang mendominasi” (hlm. 43).
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 126/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Proses membuat budaya, menurut Fiske, merupakan perjuangan kelas. Bertentangan dengan
kritik yang sering diajukan orang bahwa budaya pop tak lain dari –eksoploitasi komersial yang
kapitalistik atau “budaya massa”, Fiske berpendapat bahwa pop tercipta sebagai hasil perlawanan
terhadap dan pengelakan dari kekuatan-kekuatan ideologis dan budaya dominan. “kesenangan –
kesenangan pop pasti selalu merupakan kesenangan-kesenangan kaum tertindas; kesenangan-
kesenangan itu pasti mengandung unsur-unsur oposisi, mengelak, skandal, menghina, vulgar, dan
menentang. Kesenangan-kesenangan yang ditawarkan oleh konfromitas ideologis sifatnya patuh dan
hegemonis; dan jelas bukanlah kesenangan pop dan bertentangan dengannya” (hlm.127)
Budaya populer merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi pupularitas dan
kedangkalan makna atau nilai-nilai. Menurut Ray B. Brownie budaya populer adalah budaya yang ada
di dunia ini, disekeliling mita yang meliputi sikap kita, perilaku, tindakan, makanan, pakaian,
bangunan, jalan perjalanan, hiburan, olah raga, politik, aktivitas serta bentuk dan cara mengontrolnya.
Misalnya HP, jaringan sosial dan lain-lain.
Budaya ini lahir karena adanya hemegoni media masa dalam ruang-ruang budaya publik. Budaya
populer berkembang diluar control budaya tinggi. Ide-ide budaya populer lahir dari segala budaya baik
budaya rendah ataupun budaya tinggi.
Jadi, budaya pop memberdayakan. Media massa menyumbang pada proses itu dengan
mendistribusikan sumber-sumber budaya kepada individu yang tertindas dan kelompok-kelompok
bawah untuk kemudian oleh mereka demi mengembangkan taktik-taktik perlawanan terhadap strategi-
strategi pengepungan hegemonial. Salah satu contoh paling tajam mengenai hal ini yang dikemukakan
Fiske adalah bagaimana orang-orang muda pribumi Australia (aborigin) yang menonton film-film
koboi TV Amerika bersimpati pada orang-orang Indian dan “menyemangati mereka ketika mereka
menyerang kereta wagon atau rumah, dan membunuh orang-orang lelaki putih membawa lari
perempuan-perempuan kulit putih” (hlm. 25)
Budaya populer (sering juga dikenal sebagai budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-
gagasan, perspektif-perspektif, sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai
sebuah kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada akhir abad
kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya popuper ini banyak dipengaruhi oleh media massa
dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari. Istilah “budaya populer” sendiri berasal dari
abad ke sembilan belas, yang penggunaan awalnya merujuk kepada pendidikan dan kebudayaan dari
kelas-kelas masyarakat yang lebih rendah. Istilah tersebut kemudian mengandung arti sebuah
kebudayaan dari kelas-kelas masyarakat yang lebih rendah, yang berbeda dari dan bertentangan
dengan “pendidikan yang sebenarnya” yang ada pada akhir abad tersebut. Makna istilah tersebut saat
ini, yaitu budaya konsumsi massa, secara khusus berasal dari Amerika Serikat, yang muncul pada akhir
perang dunia kedua. Sedangkan istilah yang lebih singkat “pop culture” muncul pada tahun 1960-an.
Istilah ini juga sering disebut sebagai budaya massa dan sering dikontraskan dengan budaya tinggi
(misalnya, musik klasik, lukisan bermutu, novel sastra, dan yang sejenis lainnya).
Menurut Dominic Strinati, budaya populer atau budaya massa berkembang, terutama sejak
dasawarsa 1920-an dan 1930-an, bisa dipandang sebagai salah satu sumber historis dari tema-tema
maupun perspektif-perspektif yang berkenaan dengan budaya populer. Perkembangan ini ditandai
dengan munculnya sinema dan radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme
dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat. Budaya populer pertama kali
dipersoalkan oleh Mazhab Frankfurt. Mazhab ini didirikan pada tahun 1923. Para pendirinya pada
umumnya merupakan para intelektual Yahudi, bangsa Jerman sayap kiri yang berasal dari kelas atas
dan menengah masyarakat Jerman. Fungsi mazhab ini adalah untuk pengembangan teori dan penelitian
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 127/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
kritis. Kegiatan ini melibatkan karya intelektual yang bertujuan mengungkapkan kontradiksi-
kontradiksi sosial yang melatarbelakangi lahirnya masyarakat kapitalis pada masa itu maupun
kerangka-kerangka ideologis umum untuk membangun sebuah kritik teoritis terhadap kapitalisme
modern. Dari sekian banyak kaum intelektual menonjol yang kadang-kadang dikaitkan dengan mazhab
tersebut, di antaranya yang paling penting adalah Adorno (1903-1970), Horkheimer (1895-1973) dan
Marcuse. Budaya populer diangkat menjadi persoalan dalam mazhab ini karena budaya populer
bertentangan dengan semangat pencerahan, misalnya: individu melebur dalam massa, dan rasionalitas
dalam kenikmatan. Mazhab ini melihat massa sebagai yang dibuat bodoh oleh “industri budaya”
kapitalis
a) Relativisme
Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada yang mutlak benar maupun
mutlak salah, termasuk juga tidak ada batasan apapun yang mutlak, misalnya: batasan antara budaya
tinggi dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak dalam bidang seni dan moralitas.).
b) Pragmatisme
Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa memperdulikan benar atau salah
hal yang diterima tersebut. Semua hal diukur dari hasilnya atau manfaatnya, bukan dari benar atau
salahnya. Hal ini sesuai dengan dampak budaya populer yang mendorong orang-orang untuk malas
berpikir kritis sebagai akibat dari dampak budaya hiburan yang ditawarkannya. Kita dapat melihat
kecenderungan ini dari semakin banyaknya diterbitkan buku-buku yang bersifat pragmatis praktis
(buku-buku mengenai how to atau buku-buku self-help) atau majalah-majalah yang berisi tips-tips
praktis mengenai berbagai hal praktis.
c) Sekulerisme
Budaya populer mendorong penyebarluasan sekularisme sehingga agama tidak lagi begitu
dipentingkan karena agama tidak relevan dan tidak menjawab kebutuhan hidup manusia pada masa ini.
Hal yang terutama adalah hidup hanya untuk saat ini (here and now), tanpa harus memikirkan masa
lalu dan masa depan.
d) Hedonisme
Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan pemuasannya daripada intelek.
Yang harus menjadi tujuan hidup adalah bersenang-senang dan menikmati hidup, sehingga memuaskan
segala keinginan hati dan hawa nafsu. Hal seperti ini menyebabkan munculnya budaya hasrat yang
mengikis budaya malu. Para artis dengan mudah mempertontonkan auratnya sebagai bahan tontonan.
Seks yang kudus dan hanya boleh dilakukan dalam konteks pernikahan dipertontonkan secara
‘murahan’ dalam film-film dengan tujuan untuk menghibur. Bahkan bisnis yang berbau pornografi
merupakan sebuah bisnis yang mendapatkan penghasilan yang besar. Diperkirakan sekitar 12, 7 milyar
dolar Amerika dihasilkan oleh industri hiburan dewasa yang berbau pornografi (termasuk di dalamnya
majalah playboy, penthouse, mainan seks (sex toy), dan industri pornografi di internet). Banyak
industri yang menjadikan seks sebagai obat mujarab bagi sukses industri mereka, misalnya: majalah
bisnis atau majalah popular yang gambar sampulnya adalah wanita telanjang, sebuah pameran mobil
mewah yang pemandunya adalah seorang promo-girl yang seksi, sebuah iklan kopi yang presenternya
seorang model-girl yang aduhai. Hal-hal ini merupakan salah satu strategi visual yang sering
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 128/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
digunakan untuk memberikan provokasi dan efek-efek psikologis yang instan, yang biasanya berkaitan
dengan gejolak hasrat dan libido.
e) Materialisme
Budaya populer semakin mendorong paham materialisme yang sudah banyak dipegang oleh
orang-orang modern sehingga manusia semakin memuja kekayaan materi, dan segala sesuatu diukur
berdasarkan hal itu. Budaya populer atau budaya McWorld sebenarnya menawarkan budaya pemujaan
uang, hal ini dapat kita lihat dengan larisnya buku-buku self-help yang membahas mengenai
bagaimana menjadi orang sukses dan kaya.
f) Popularitas
Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi latar
belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Budaya populer
mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-orang muda dan remaja, hampir di semua
bagian dunia, khususnya di negara-negara yang berkembang dan negara-negara maju.
g) Kontemporer
Budaya populer merupakan sebuah kebudayaan yang menawarkan nilai-nilai yang bersifat
sementara, kontemporer, tidak stabil, yang terus berubah dan berganti (sesuai tuntutan pasar dan arus
zaman). Hal ini dapat dilihat dari lagu-lagu pop yang beredar, termasuk lagu-lagu pop rohani yang
terus berubah dan berganti.
h) Kedangkalan
Kedangkalan (disebut juga banalisme) ini dapat dilihat misalnya dengan muncul dan
berkembangnya teknologi memberikan kemudahan hidup, tetapi manusia menjadi kehilangan makna
hidup (karena kemudahan tersebut), pertemanan dalam Friendster maupun Facebook adalah
pertemanan yang semu dan hanya sebatas ngobrol (chatting), tanpa dapat menangis dan berjuang
bersama sebagaimana layaknya seorang sahabat yang sesungguhnya. Kedangkalan atau banalisme ini
juga terlihat dari semakin banyak orang yang tidak mau berpikir, merenung, berefleksi, dan bersikap
kritis. Sifat-sifat seperti keseriusan, autentisitas, realisme, kedalaman intelektual, dan narasi yang kuat
cenderung diabaikan. Hal ini menimbulkan kecenderungan bahan atau budaya yang buruk akan
menyingkirkan bahan atau budaya yang baik, karena lebih mudah dipahami dan dinikmati. Akan
muncul generasi yang ‘tidak mau pakai otak secara maksimal’.
Kedangkalan juga dapat dilihat dalam seni, misalnya: koor gereja yang suci yang dulu hanya
diperdengarkan di katedral-katedral, sekarang dapat disimpan di dalam bentuk pita rekaman yang
dibunyikan kembali di kamar tidur sebagai lagu pengantar tidur. Demikian juga lukisan unik yang
dahulu direnungkan secara khimat dan devosional sekarang dapat diperbanyak secara mekanis menjadi
foto-foto yang dapat digantung di dinding mana pun. Kita dapat melihat contoh-contoh lainnya seperti
koran yang dulu penuh dengan berita luar negeri dan dunia, sekarang banyak diisi dengan gosip-gosip
mengenai selebritis, mengenai tren pakaian wanita muda, dapat hal-hal dangkal lainnya. Televisi juga
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 129/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
telah menggantikan drama-drama dan film-film yang berkualitas tinggi dengan acara masak-memasak,
opera sabun dan program-program “gaya hidup” yang lain.
i) Hibrid
Sesuai dengan tujuan teknologi, yaitu mempermudah hidup, muncullah sifat hibrid, yang
memadukan semua kemudahan yang ada dalam sebuah produk, misalnya: telepon seluler yang
sekaligus berfungsi sebagai media internet, alarm, jam, kalkulator, video, dan kamera; demikian juga
ada restoran yang sekaligus menjadi tempat baca dan perpustakaan bahkan outlet pakaian.
j) Penyeragaman Rasa
Hampir di setiap tempat di seluruh penjuru dunia, monokultur Amerika terlihat semakin
mendominasi. Budaya tunggal semakin berkembang, keragaman bergeser ke keseragaman.
Penyeragaman rasa ini baik mencakup konsumsi barang-barang fiskal, non-fiskal sampai dengan ilmu
pengetahuan. Keseragaman ini dapat dilihat dari contoh seperti: makanan cepat saji (fast food),
minuman ringan (soft drink), dan celana jeans yang dapat ditemukan di negera manapun. Keseragaman
ini juga dapat dilihat dari hilangnya oleh-oleh khas dari suatu daerah, misalnya: empek-empek
Palembang dapat ditemukan di daerah lain selain Palembang seperti Jakarta, Medan dan Lampung
k) Budaya Hiburan
Budaya hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala sesuatu harus
bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak membosankan, maka muncullah
edutainment. Olah raga harus menghibur, maka muncullah sportainment. Informasi dan berita juga
harus menghibur, maka muncullah infotainment. Bahkan muncul juga religiotainment, agama sebagai
sebuah hiburan, akibat perkawinan agama dan budaya populer. Hal ini dapat dilihat sangat jelas
khususnya ketika mendekati hari-hari raya keagamaan tertentu. Bahkan kotbah dan ibadah harus
menghibur jemaat supaya jemaat merasa betah. Bisnis hiburan merupakan bisnis yang menjanjikan
pada masa seperti saat ini. Hal ini dapat dilihat dari contoh taman hiburan Disney di seluruh dunia
yang memperoleh pendapatan 3,3 milyar dolar AS, sementara pendapatan Disney per tahun adalah 7,5
milyat dolar AS, dengan pendapatan dari film 3,1 milyar dolar AS dan produk-produk konsumennya
(dihubungkan dengan taman hiburan dan film) memperoleh pendapatan 1,1 milyar dolar AS.
l) Budaya Konsumerisme
Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah masyarakat
yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan
konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua
yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita
miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Misalnya,
komputer “membutuhkan” perangkat lunak, yang “membutuhkan” kapasitas memori yang lebih besar,
yang “membutuhkan” flash disk dan hal-hal lain yang tidak berhenti berkembang. Ketika kita sudah
memiliki memori yang besar, kita ingin memori yang lebih besar lagi supaya komputer kita dapat
bekerja lebih cepat. Barang-barang tersebut memperbudak manusia sepanjang hidupnya agar mampu
mendapatkannya. Kemudian ada saatnya seseorang mengeluh kalau dia tidak lagi dapat menikmati
“miliknya” yang dirasakannya malah memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya. Industri
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 130/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
budaya massa bersentuhan dengan kesalahan dan bukan dengan kebenaran, dengan kebutuhan-
kebutuhan dan solusi-solusi palsu dan bukan dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi riil.
Bahkan kedangkalan yang disebabkan budaya populer dan budaya massa membuat kita tidak dapat
membedakan dengan jelas manakah kebutuhan semu dan kebutuhan asli. Misalnya: apakah mesin cuci
merupakan kebutuhan semu atau kebutuhan asli?
Hal tersebut juga disebabkan oleh iklan yang semakin berkembang di zaman ini dengan tujuan
menciptakan rasa ingin (want), walaupun sesuatu yang diiklankan itu mungkin tidak dibutuhkan
(need). Misalnya: banyak orang muda yang membeli telepon seluler blackberry yang mahal harganya
hanya karena trend, bukan karena kebutuhan yang mendesak karena pekerjaannya menuntut perlunya
pemakaian telepon selular seperti itu. Hal yang serupa juga dapat dilihat dari maraknya penggunaan
facebook di kalangan remaja dan orang muda saat ini. Sebuah benda juga dibeli bukan lagi karena
kegunaannya tetapi karena trend, bahkan gengsi (membelikan status sosial dan bahkan rasa
penerimaan diantara teman-teman yang juga memakai benda yang sama). Maka semakin banyak iklan
produk sebuah barang yang memakai ikon artis atau bintang terkenal, bukan penjelasan deskriptif
persuasif mengenai kegunaan barang itu.
Thorstein Veblen, seorang sosiolog Amerika, dalam bukunya yang berjudul The Theory of Leisure
Class (terbit pertama kali pada 1899), mengidentifikasi kelas borjuis baru yang punya banyak waktu
luang di Amerika. Mereka menggunakan konsumsi untuk mendefinisikan diri dan status mereka. Alih-
alih menggunakan cara-cara tradisional untuk mengartikulasikan status–misalnya dengan kerja dan
jabatan,–mereka mengartikulasikan status melalui apa yang disebut Veblen sebagai ‘konsumsi yang
menyolok mata.’ Identitas individu diberikan oleh produk-produk bermerek dan bergantung kepada
apa yang dipakai, sehingga manusia menjadi hamba materi.
Konsumerisme muncul pada akhir 1950-an dan awal 1960-an – momen ‘konsumsi massa’ – hakikat
konsumsi berubah secara mendasar. Pada periode ini, untuk pertama kali terdapat kemakmuran relatif
yang memadai bagi para pekerja untuk mengkonsumsi berdasarkan keinginan, bukan berdasarkan
kebutuhan, misalnya: membeli beberapa mobil,dan liburan ke luar negeri. Selain itu, periode ini
menandai munculnya para pekerja yang menggunakan pola-pola konsumsi untuk mengartikulasikan
rasa identitas. Konsumerisme ini menawarkan janji bahwa konsumsi adalah jawaban bagi semua
problem kita; konsumsi akan membuat kita utuh lagi; konsumsi akan membuat kita penuh kembali;
konsumsi akan membuat kita lengkap lagi; konsumsi akan mengembalikan kita pada kondisi ‘imajiner’
yang diliputi kebahagiaan.
Maka berbelanja sudah menjadi sebuah gaya hidup dan budaya populer. Di Inggris dan Amerika,
selain menonton televisi, berbelanja merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang paling populer.
Maka pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop, persewaan atau penjualan video
(VCD, DVD, dll), tempat makan cepat saji, tempat-tempat hiburan, butik, dan sebagainya. Walaupun
gaya hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti berkumpul di pusat perbelanjaan lokal
tanpa membeli apa yang sedang dijual, melainkan hanya menggunakan ruang publik mal, hanya untuk
melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para produksen juga berusaha menciptakan barang yang
semakin canggih (makin cepat, makin keren, dll), misalnya komputer yang semakin canggih, sehingga
konsumer semakin merasa komputer yang dimilikinya semakin lambat dan ketinggalan zaman, dan
ingin membeli yang baru. Hal tersebut mendorong para produsen melihat semua manusia sebagai alat
untuk mencapai sasaran mereka. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua dijadikan objek
produk atau konsumen. Hal ini dapat dilihat dalam contoh boneka Barbie. Mary Roger mengatakan
bahwa boneka Barbie merupakan model busana remaja dan lambang fenomena konsumerisasi anak-
anak, sebuah proses transformasi anak-anak menjadi konsumen.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 131/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Ideologi konsumerisme, yaitu sugesti bahwa makna kehidupan kita harus kita temukan pada apa yang
kita konsumsi, bukan pada apa yang kita hasilkan, telah merasuki anak-anak hingga orang dewasa.
Mungkin inilah satu satu penyebab mengapa tidak banyak inovasi atau penemuan dalam zaman ini
seperti penemuan-penemuan pada zaman sebelumnya (misalnya: pesawat, komputer, mobil, radio, dan
televisi.), yaitu karena mentalitas memakai, bukan menghasilkan. J. I. Packer mengatakan bahwa
masyarakat zaman sekarang merupakan masyarakat yang lebih suka mempraktekan dan
mempromosikan belanja daripada menabung, kesenangan diri daripada pengembangan diri, dan
kesenangan diatas segalanya.
m) Budaya Instan
Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan, makanan cepat
saji, sampai pendeta instan dan gelar sarjana theologis instan. Budaya ini juga dapat dilihat dari
semakin banyak orang ingin menjadi kaya dan terkenal secara instan, sehingga banyak orang
berlomba-lomba menjadi artis, dengan mengikuti audisi berbagai tawaran seperti Indonesian Idol,
Indonesia Mencari Bakat, dan Kontes Dangdut Indonesia (KDI).
n) Budaya Massa
Karena pengaruh budaya populer, individu melebur ke dalam massa, rasionalitas melebur ke dalam
kenikmatan. Hal ini disebabkan karena segala cara dipakai oleh para produsen untuk mencari pasar
baru, mengembangkan pasar yang ada atau paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh
memberikan keuntungan dan memasarkan produk mereka semaksimal mungkin. Sifat kapitalisme ini
membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya
menjadi satu massif konsumsi. Maka muncullah berbagai produk yang diproduksi secara massa yang
sering mengabaikan kualitas produknya.
Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa
dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini
berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi
seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya. Akibatnya musik dan seni tidak lagi
menjadi objek pengalaman estetis, melainkan menjadi barang dagangan yang wataknya ditentukan
oleh kebutuhan pasar.
o) Budaya Visual
Budaya populer juga erat berkaitan dengan budaya visual yang juga sering disebut sebagai
budaya gambar atau budaya figural. Oleh sebab itu, pada zaman sekarang kita melihat orang tidak
begitu suka membaca seperti pada zaman modern (budaya diskursif/kata). Pada zaman sekarang orang
lebih suka melihat gambar, itulah sebabnya industri film, animasi dan kartun serta komik berkembang
pesat pada zaman ini.
p) Budaya Ikon
Budaya ikon erat kaitannya dengan budaya visual. Muncul banyak ikon budaya yang berupa
manusia sebagai Madonna, Elvis Presley, Marlyn Monroe, Michael Jackson, dan sebagainya; maupun
yang berupa artefak seperti Patung Liberty, Menara Eiffel, dan sebagainya, termasuk juga ikon merek
seperti Christian Dior, Gucci, Rolex, Blackberry, Apple, Ferrari, Mercedes, dan sebagainya.
q) Budaya Gaya
Budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya lebih
dipentingkan daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah “Aku bergaya maka aku
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 132/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
ada.” Maka pada budaya ini, penampilan (packaging) seseorang atau sebuah barang (branding) sangat
dipentingkan.
r) Hiperealitas
Hiperealitas (hyper-reality) atau realitas yang semu (virtual reality), telah menghapuskan
perbedaan antara yang nyata dan yang semu/imajiner, bahkan menggantikan realitas yang asli.
Hiperealitas menjadi sebuah kondisi baru di mana ketegangan lama antara realitas dan ilusi, antara
realitas sebagaimana adanya dan realitas sebagaimana seharusnya menjadi hilang. Menjadi hiper
berarti menjadi cair, bukan melampaui atau memisahkan, opisi lama. Ketika garis batas antara yang
nyata dan yang imajiner terkikis, realitas tidak lagi diperiksa, untuk membenarkan dirinya sendiri.
Realitas ini lebih “nyata daripada yang nyata” karena telah menjadi satu-satunya eksistensi. Realitas
semu ini dapat dilihat pada permainan tomagochi atau hewan peliharaan semu (virtual pet),
penggunaan stimulator (untuk permainan, untuk latihan mengemudikan pesawat dan mobil),
permainan video, dan sebagainya.
Menurut seorang kritikus media, Mark Crispin Miller, tujuan televisi adalah membuat anda
tetap menatapnya, sehingga media itu dapat bergerak “mengotakkan” para pemirsa, di dalam atau di
luar rumah, menggantikan realitas mereka dengan realitas televisi. Maka dunia realitas yang semu
seperti televisi, film, komik, dan yang sejenisnya akan mengimbangi, bahkan mengambil alih dunia
realitas yang nyata. Gambar-gambar komputer, TV, permainan video, komik, dan yang sejenisnya
memberikan rangsangan-rangsangan yang berpotensi dapat menggantikan rangsangan-rangsangan
nyata. Dunia yang nyata dengan segala rutinitas (misalnya pekerjaan) terasa membosankan, sehingga
manusia memerlukan dunia yang lain sebagai pelarian. Misalnya: kita dapat melihat bahwa semakin
banyak orang yang ketika hari libur tiba, mereka pergi kepada tempat-tempat wisata atau hiburan
seperti Disney Land atau Dunia Fantasi (untuk mengurangi stress karena pekerjaan atau beban hidup
dan rekreasi keluarga misalnya). Bahkan Jenderal Schwarkopf, ahli strategi hebat dalam perang Teluk
merayakan kemenangannya dengan mengadakan pesta besar di Disney World.
s) Hilangnya Batasan-batasan
Budaya popular menolak segala perbedaan dan batasan yang mutlak antara budaya klasik dan
budaya salon, antara seni dan hiburan, yang ada antara budaya tinggi dan budaya rendah, iklan dan
hiburan, hal yang bermoral dan yang tidak bermoral, yang bermutu dan tidak bermutu, yang baik dan
jahat, batasan antara yang nyata dan semu, batasan waktu, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan
tersebut tidak lagi memiliki arti yang nyata. Perbedaan-perbedaan dan batasan-batasan tersebut
ternyata hanya dimanipulasi untuk alasan-alasan pemasaran. Akibatnya, tidak berbeda dengan es krim,
burger, dan hal yang lain. Musik dan karya seni yang lain juga dapat ditanggapi sebagai objek sensual
oleh para pendengar positif, yang “ketika bereaksi, tidak lagi membedakan apakah reaksi itu kepada
Simfoni Ketujuh Beethoven atau kepada sepotong bikini.”
1. Berbelanja
Di Inggris dan Amerika, selain menonton televisi, berbelanja merupakan aktivitas pengisi
waktu luang yang paling populer. Maka pada zaman ini menjamur banyak mal-mal, restoran, bioskop,
persewaan atau penjualan video (VCD, DVD, dll), tempat makan cepat saji, tempat-tempat hiburan,
butik, dan sebagainya. Walaupun gaya hidup berbelanja ini bagi beberapa orang muda berarti
berkumpul di pusat perbelanjaan lokal tanpa membeli apa yang sedang dijual, melainkan hanya
menggunakan ruang publik mal, hanya untuk melihat-lihat atau dilihat-lihat. Di sisi lain, para
produksen juga berusaha menciptakan barang yang semakin canggih (makin cepat, makin keren, dll)
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 133/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Hal itu diakibatkan karena penyebaran dan pengaruh budaya Korea di Indonesia, terutama
melalui produk-produk budaya populer1. Film, drama, musik dan pernak-pernik merupakan contoh
dari produk budaya popular. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan pengaruhnya di
negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Di Indonesia, penyebaran budaya popular dari negeri
gingseng ini dilihat sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular berbandrol
drama seri berjudul „Autumn in My Heart‟ atau „Autumn Tale‟ yang lebih popular dengan judul
„Endless Love‟, ditayangkan stasiun TV Indosiar2. Keberhasilan drama seri Korea tersebut yang
dikenal dengan Korean drama (K-drama) diikuti oleh Koean drama lainnya.
Tercatat terdapat sekitar 50 judul K-drama tayang di tv swasta Indonesia.
Setelah keberhasilan menguasai pasar Indonesia dengan dramanya, Korea pun mulai
menguasai Indonesia dengan tampilan musik Korea. Korean Pop (Musik Pop Korea)
disingkat K-pop, adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan
kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Musik
pop Korea pra-modern muncul pertama kali pada tahun 1930-an yang dipengaruhi oleh masuknya
musik pop Jepang. Tidak hanya budaya pop Jepang, pengaruh musik pop barat mulai menjajah Korea
sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Awalnya berkembang musik bergenre “oldies”, kemudiantahun
1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil.
Muncul kemudian genre musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang. Tahun 1992
merupakan awal mula musik pop modern di Korea, yang ditandaidengan kesuksesan grup Seo Taiji
and Boys diikuti grup musik lain seperti Panic,dan Deux. Tren musik ini turut melahirkan banyak grup
musik dan musisi berkualitaslain hingga sekarang.
Di tahun 2000-an mulai bermunculan artis dengan aliran musik yang berkiblat ke Amerika seperti
aliran musik R&B serta Hip-Hop. Mereka adalah MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang yang cukup
sukses di Korea dan luar negeri. Selain genre musik sebelumnya bertahan, lahir kembali jenis musik
techno memberi nuansa modern.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 134/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
7. Budaya Massa
Secara sederhana budaya massa (mass culture) serupa dengan budaya popular dalam basis
penggunanya: Masyarakat kebanyakan. Namun, berbeda dengan budaya popular yang tumbuh dari
masyarakat sendiri dan digunakan tanpa niatan profit, budaya massa diproduksi lewat teknik-teknik
produksi massal industri. Budaya tersebut dipasarkan kepada massa (konsumen) secara komersial.
Budaya ini kemudian dikenal pula sebagai budaya komersial yang menyingkirkan budaya-budaya lain
yang tidak mampu mencetak uang seperti budaya elit (high culture), budaya rakyat (folk culture) dan
budaya popular (popular culture) yang dianggap ketinggalan zaman. Jika budaya elit (high culture),
folk culture, dan budaya popular tidak mampu mencetak uang, untuk apa ia dikembangkan dan
dipelihara? Demikian retorika kasar para produsen mass culture. Budaya massa adalah suatu budaya
yang terus menerus direproduksi dan dikonsumsi oleh suatu kelompok yang mempunyai akibat secara
menyeluruh.
Produsen budaya massa melihat para penerima budaya sebagai pasif, lembek, mudah dimanipulasi,
mudah dieksploitasi, dan sentimentil. Bertindak selaku agen dari budaya massa ini media massa.
Televisi, radio, majalah, surat kabar, dan internet menempati posisi penting selaku agen budaya.
Sementara produsen dari budaya massa adalah para pemilik pabrik barang (pakaian, kosmetika,
kendaraan) dan jasa (konsultan marketing, event organizer, manajer artis).
Partner utama mass culture adalah mass media. Kemampuan mass media menjangkau khalayak
(audiens potensial) secara luas, membuat mass culture sangat mudah dipasarkan. Mass media di masa
kini emoh menayangkan high culture, folk culture atau popular culture karena dianggap sudah kurang
diminati dan memiliki daya jual yang rendah. Lihatlah konten acara televisi Indonesia lalu hitung
berapa banyak yang menampilkan budaya-budaya lokal atau daerah secara periodik.
Hal yang menarik untuk terus ditelusuri adalah bagaimana manifestasi budaya massa dalam
keseharian masyarakat Indonesia kini. Diyakini bahwa budaya massa ini telah berkembang jauh dan
pesat, menjangkau seluruh wilayah dan lapisan suku-suku bangsa yang mengalami persentuhan dengan
teknologi informasi dan pusat perputaran barang dan jasa.
8. Shopping Mall
Shopping mall disebut oleh Yasraf Amir Piliang sebagai manifestasi budaya massa yang bersifat
fantasi.Dalam shopping mall, kegiatan belanja yang semata-mata transaksi jual beli mengalami
perubahan. Dalam shopping mall kegiatan belanja berubah fungsi sebagai pengisi waktu senggang
(leisure time) atau tempat membolos bagi siswa sekolah yang nakal. Ini dapat kita lihat pada berapa
banyak setiap harinya orang-orang berkeliling shopping mall tanpa berbelanja apapun. Terkadang
mereka cuma berkeliling, berbincang, atau mengagumi barang-barang produk baru.
Shopping mall memuaskan rasa penasaran manusiawi akan hal baru. Shopping mall terus
meremajakan diri lewat sajiannya atas wahana-wahana toko baru, permainan kanak-kanak, serta
lingkungan yang semakin nyaman (taman, tempat duduk, AC, dan kebersihan). Jumlah shopping mall
ini terus bertambah setiap tahunnya di Indonesia. Di Jakarta terdapat kurang lebih 60 shopping mall
yang tersebar di kota-kota madyanya seperti Mall of Indonesia, Tamini Square, Town Square, Mal
Kelapa Gading, Kota Casablanca atau Grand Indonesia. Di Sulawesi Selatan sekurangnya 6 mall telah
beroperasi seperti Mall Ratu Indah, Makassar Trade Center, Mall Panakukang, Pusat Grosir Butung,
Pusat Souvenir Somba Opu, dan Global Trade Center. Bahkan di wilayah Nusa Tenggara Timur,
sekurangnya satu mall telah berdiri yaitu Mall Flobamora.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 135/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Pada satu sisi, berdirinya mall merupakan upaya dari para pemerintah daerah untuk menggerakkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Mall terdiri atas beragam diversifikasi usaha seperti bank, toko
makanan, toko buku, toko mainan, taman bermain prabayar, bioskop, dan sejenisnya. Tenaga kerja
yang direkrut pun cukup banyak, termasuk potensi-potensi yang dibawanya yaitu bergeliatnya kegiatan
ekonomi di sekeliling mall seperti rumah kontrakan, kos, angkutan umum, warung makan, dan
sebagainya. Namun, dari sisi budaya, mall menjadi agen massalisasi. Produk-produk barang dan jasa
yang ditawarkan setiap mall cenderung homogen. Bioskop, sebagai misal, adalah Twenty One yang
menjadi milik dari satu perusahaan. Lalu, hampir di setiap mall, department-department store relatif
homogen seperti Naga, Matahari, Ramayana, Borobudur, dan sejenisnya. Department-department store
tersebut menawarkan produk-produk barang pabrikan yang jenis produknya relatif sama dari satu
tempat ke tempat lain. Jadi, pabrik menggunakan agen mereka (department store) untuk memasarkan
produk mereka. Maka jadilah produk-produk mereka digunakan secara massal oleh masyarakat. Dari
penghujung mall yang ada di Aceh hingga Papua, tawaran produk relatif sama.
Kapitalisasi produk – bahkan manusia – pun berlangsung di mall. Relatif sering terlihat di hampir
setiap department store, manusia (umumnya kaum perempuan) dipajang menjajakan produk pabrikan
tertentu seperti kosmetik dan pakaian. Layaknya manequin mereka berdiri statis dan bedanya sekadar
bisa tersenyum dan menyapa. Selain shopping mall, kini berkembang pula fenomena hypermall, yang
berbeda dengan shopping mall yang beraneka agen. Hypermall ditandai satu agen tunggal.
Homogennya produk dijual lebih tinggi dalam hypermall. Ia pun seolah memindahkan satu pasar
tradisional ke dalam sebuah toko tunggal. Carrefour, Giant, Hypermart, dan sejenisnya kini pun telah
berkembang di Indonesia. Barang yang mereka jual, kendati satu agen tunggal, sangat bervariasi dari
bahan mentah makanan hingga barang elektronik canggih semisal televisi flat dan laptop. Terkadang
kendaraan roda dua dan empat pun dijajakan di sana. Konsumen begitu dimanjakan dengan sifat segala
ada, nyaman, cepat, terklasifikasi, seperti disediakan oleh hypermall.
Fenomena hypermall ini mendukung teori penciptaan kebutuhan konsumen oleh produsen barang.
Hypermall adalah sekadar agen, barang-barang yang mereka jual berasal dari beragam produsen.
Namun, produsen tersebut biasanya tetap. Misalnya untuk odol, merk-merk seperti Pepsodent,
Formula, Oral-B, dan sejenisnya adalah pasti ditemukan di setiap hypermall.
Fenomena homogenisasi produk dapat dilihat dalam Carrefour. Carrefour tersebar di Jakarta (25
lokasi), Tangerang (5 lokasi), Bekasi (4 lokasi), Bandung (4 lokasi), Jawa – Bali (18 lokasi), Sumatera
(2 lokasi), dan Sulawesi (3 lokasi). Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup signifikan mengingat
Carrefour termasuk debutan baru di kalangan mall di Indonesia. Group yang didirikan oleh keluarga
Fournier and Defforey dari Perancis pada tahun 1959 ini kini berkembang pesat di seluruh penjuru
dunia, dan CEO-nya kini dipegang oleh Lars Olofsson.
Berbeda dengan pasar tradisional, interaksi sosial antara penjual dan pembeli di hypermall sepenuhnya
ditentukan pengelola. Misalnya, barcode yang ditempelkan di setiap barang adalah harga pasti tanpa
bisa ditawar. Negosiasi harga tidak ada antara penjual dan pembeli dan demikian satu aspek interaksi
sosial berkurang. Kemasan setiap produk lebih menentukan ketimbang isi, dan ini berbeda dengan
pasar tradisional di mana hampir seluruh produk dagangan tidak dikemas (kecuali produk-produk
pabrikan). Pembeli sulit memaknai barang akibat pemaknaan disekat kemasan. Pembeli jadi amat
bergantung pada informasi yang terkandung di dalam kemasan, dan kalaupun bertanya, paling banter
ia akan dilayani oleh tenaga marketing produk bersangkutan yang intinya memperkuat informasi
tertoreh di kemasan.
9. McDonald-ization
Fenomena restoran fast-food juga merupakan bentuk umum budaya massa. Perlu diingat,
makanan adalah salah satu komponen material budaya. Restoran yang di Negara asalnya disebut
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 136/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
menyediakan junk-food (makanan sampah), di Indonesia justru dimaknai secara baru: high-class.
Hampir seluruh kalangan masyarakat (kaya, miskin, tua, muda) menemui pemenuhan kebutuhan sosial
mereka di restoran fast-food McDonald, termasuk ke dalamnya Kentucy Fried Chicken, Hoka-hoka
Bento, Pizza Hut, dan sejenisnya. Jika ditelusuri mendalam maka penyebaran restoran-restoran fast-
food ini di-stir oleh oleh satu perusahaan. Mereka menjalankan manipulasi publik dengan menawarkan
kelezatan, kecepatan, dan kenyamanan. McDonald adalah milik Ray Croc yang ia bangun pada tahun
1955. McDonald mengklaim memiliki 30.000 anjungan di seluruh dunia dan seharinya dikunjungi
50.000.000 orang. Bidikan utamanya adalah penjualan produk makanan dan mereka memiliki sentra-
sentra anjungan dalam negara-negara dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan ada dalam
peralihan masyarakat agraris ke industrial.
Homogenisasi budaya merupakan konsekuensi tidak terelakkan dari fenomena McDonald-ization ini.
Hamburger, Coca Cola, Fanta, Walls Ice Cream, merupakan beberapa jenis makanan yang dijajakan di
McDonald. Di 30.000 anjungan McDonald seluruh dunia, jenis-jenis makanan tersebut dijajakan
dalam format dan rasa serupa. Publik tidak dapat menentukan sendiri selera mereka di restoran cepat
saji, tetapi dengan dukungan strategi marketing dan maraknya iklan, akhirnya ilusi penentu pun dapat
dikondisikan di dalam benak audiens. Ini berbeda tatkala kita memasuki rumah makan Padang yang
menyediakan ayam bakar, ayam goreng, ikan panggang, rendang, kikil, dan ragam lainnya yang
masing-masing memiliki bumbu spesifik. Selain itu, menu rumah makan Padang sesungguhnya
memiliki bahan dasar bumbu dan varietas makanan yang biasa dikonsumsi orang Indonesia sehari-hari.
Makanan Padang merupakan folk culture yang beralih menjadi popular culture. Hal yang mirip juga
terdapat dalam fenomena tahu gejrot, gado-gado, karedok, ataupun rujak petis.
10. Televisi
Jika dibandingkan media lain seperti radio dan surat kabar/majalah, maka di Indonesia,
televisi satu-satunya media di mana pemirsanya terus meningkat, dan dapat dilihat pada tabel.[2]
Pemirsa radio dan surat kabar atau majalah di Indonesia cenderung menurun sejak 2003 hingga 2009.
Hanya televisi satu-satunya yang mampu meningkatkan jumlah pemirsa mereka dalam kurung
tersebut. Televisi mampu menyajikan hot issue dalam format audio visual. Dalam format ini pemirsa
dalam dirambah ranah kognisi dan afeksinya. Dalam konteks televisi ini, budaya massa merambah
layar elektronik.
Acara televisi seperti opera sabun dalam wadah sinema elektronik (sinetron), program-program
penggalian bakat (new idol), talk-show, dan sejenisnya. Bayangkan, sejumlah program seperti Who
wants to be a Millionaire? yang pada tahun 2004 saja telah dijual ke 106 negara, rekaman kompilasi
hits The Beatles terjual 12 juta kopi dalam 2 bulan di akhir tahun 2000, atau Elvis Presley yang telah
menjual kurang lebih 1 milyar record baik dalam bentuk kaset ataupun CD di seluruh penjuru dunia
pada tahun 2005 kendati bintang tersebut telah meninggal dunia sejak 1977.[3]
Hal yang perlu diingat, dalam komoditas budaya yang dijadikan mass culture, audiens (pemirsa)
dianggap lembek, tidak kritis, dan mudah dibujuk. Sebab itu, produk-produk mass culture dapat
langsung dikonsumsi tanpa melalui filter yang mencukupi. Misalnya, produk-produk sinetron
Indonesia yang banyak mengumbar bentakan-bentakan kasar (bullying), penyederhanaan karakter
yang cenderung hitam-putih (tidak mendalam), alur cerita yang cenderung berputar-putar dan seolah
tidak pernah selesai (episode diperpanjang jika kontrak diperpanjang oleh saluran televisi), termasuk
gaya laki-laki yang mewadam hampir setiap hari disajikan. Semua produk tersebut dikonsumsi oleh
mayoritas audiens hampir tanpa reserve. Audiens cuma memilih antara tidak menonton lalu berpindah
ke saluran televisi lain. Namun, akhirnya mereka pun menemui tayangan-tayangan sejenis dan suka
atau tidak suka, harus menikmatinya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 137/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
a) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. Misalnya,
acara-acara yang ada di televise seperti Indonesian Idol, Penghuni terakhir, dll.
b) Bersifat merakyat.
c) Budaya massa juga memproduklsi budaya massa seperti infotainment adalah produk pemberitaan
yang diperuntukan kepada massa secara meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai
hiburan umum.
d) Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya popular sebagai sumber budaya massa. Contohnya
srimulat, ludruk, maupun campursari. Pada mulanya kesenian tradisional ini berkembang di
masyarakat tradisional dengan karakter-karakter tradisional, namun ketika kesenian ini dikemas di
media massa, maka sentuhan popular mendominasi seluruh kesenian tradisional itubaik kostum, latar,
dan sebagainya tidak lagi menjadi konsumsi masyarakat pedesaan namun secara missal menjadi
konsumsi semua lapisan masyarakat di pedesaan dan perkotaan.
e) Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa diproduksi dengan menggunakan biaya
yang cukup besar, karena itu dana yang besar harus menghasilkan keuntungan untuk kontinuitas
budaya massa itu sendiri, karena itu budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi
jaminan keberlangsungan sebuah kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi
capital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.
f) Budaya massa juga diproduksi secara eksklusif menggunakan simbo-simbol kelas sehingga terkesan
diperuntukan kepada masyarakat modern yang homogen, terbatas dan tertutup. Syarat utama dari
eksklusifitas budqaya massa ini adalah keterbukaan dan ketersediaan terlibat dalam perubahan budaya
secara massal.
1. Baju Batik
Dalam buku laporan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles, tentang Jawa yang
sudah bersifat kanonik (buku induk), The History of Java, batik diletakkan sebagai bagian
dari cara penduduk Jawa memproduksi dan mengenakan pakaian, Ia menjelaskan prinsip cara hidup
orang Jawa yang ia sebut ”sederhana”, yang bisa memenuhi sendiri semua kebutuhan domestik
lingkungannya (sekampung), termasuk berpakaian dengan batik. Sehingga pekerjaan membatik ini
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 138/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
sudahlah lama dibuat dan hingga sekarang masih terus berjalan, sehingga demikian, batik bisa disebut
istimewa karena mampu bertahan sebagai subkebudayaan Jawa, meski cenderung dideskripsikan oleh
Raffles sebagai budaya yang ”sederhana” dan ”tidak menimbulkan daya tarik bagi orang Eropa”
Dan batik juga telah ditransformasikan bentuknya dalam hal barang apapun, seperti dijadikan jaket,
baju, peralatan rumah tangga dan sebagainya, sehingga budaya yang tadinya primitive, menjadi budaya
massa.
Sejak ± 1700, dengan ditemukannya mesin uap dan tenaga listrik, hingga 1940an, dianggap
sebagai bagian awal perkembangan budaya industri. Masa ini disebut zaman modern. Revolusi industri
adalah awal dari cepatnya perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman
pencerahan yaitu ilmu pengetahuan dan pandangan rasional di abad-19, tidak hanya ditandai oleh
relativitas Einsten dan Psikoanalisa Freud, perkembangan dan penemuan-penemuan teknologi yang
belum pernah terjadi telah menyebabkan priode baru: industrialisasi. Awal dimulainya era
industrialisasi produksi. Kemudian di abad XX, Frankfurt School, dikenal juga sebagai Neo-Marxis,
menyatakan masyarakat massa dihubungkan (diciptakan) ke suatu masyarakat individualis yang
terasing dengan tetap menjaga kesatuan melalui budaya industri yang ditangani kapitalisme. Budaya
ini terhasil melalui logika massification of product dan homogenization of taste. Sedikit terkesan sinis,
Chaney berpendapat konsumerisme menjadi pusat perkembangan sosial modernitas. Dia berpendapat,
“
priode setengah terakhir abad 19 dan dekade pertama abad 20, tema budaya dasar mengenai
masyarakat massa abad ke 20 telah terbentuk, terutama keinginan dari orang-orang biasa untuk
menginvestasikan sumber daya dalam memburu gaya.
” Dan sekarang dengan kecepatan dan kecanggihan teknologi, maka akses pada informasi bisa cepat
didapat, pemanfaatan teknologi ini mengakibatkannya Saat ini dianggap sebagai membaurnya antara
realitas dan ilusi (melalui bentukan simulasi, yang kemudian disebut hyper realitas), digital
mendominasi berbagai citraan atau visual yang hadir.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 139/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
A. Kesimpulan
Budaya media adalah suatu kondisi proses kebudayaan di mana dialektika dari berbagai unsur
budaya dalam membentuk sosok mapan sementara dari suatu kebudayaan melibatkan banyak interaksi
media. Artinya : Kebudayaan tidaklah merupakan produk akhir yang mantap selama-lamanya. Ia
senantiasa dibentuk dalam kondisi tesis-antitesis antara berbagai unsur budaya.
Folklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik
dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.
Budaya populer merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi pupularitas dan
kedangkalan makna atau nilai-nilai.
Budaya massa adalah suatu budaya yang terus menerus direproduksi dan dikonsumsi oleh
suatu kelompok yang mempunyai akibat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 140/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/LMM2006-41-Bab%202.pdf
[http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/LMM2006-41-Bab%202.pdf]
http://www.scribd.com/doc/78279639/11/Definisi-Budaya-Media
[http://www.scribd.com/doc/78279639/11/Definisi-Budaya-Media]
http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer
[http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer]
Indonesia.
Yasraf, Amir Piliang. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya melampaui Batas-
http://tiyaarsyil.blogspot.co.id/2013/05/makalah-budaya-media.html
13 Lihat komentar
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 141/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 142/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Media juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak . berdasarkan
sifatnya, media terdiri dari dua yaitu media cetak dan media elektronik.3
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym] Media massa atau Pers adalah
suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
[http://id.wikipedia.org/wiki/1920-an] untuk mengistilahkan jenis media yang secara
khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media
[http://id.wikipedia.org/wiki/Media] .4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
sederhana, yakni system komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan
sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat : sumber hiburan.
Sistem komunikasi juga mampu mengubah kebudayaan. Harold Adams
Innis, seorang ekonom Kanada yang menjadi teorisi ilmu komunikasi percaya
bahwa teknologi komunikasi merupakan inti dari teknologi. Innis juga
menambahkan bahwa berbagai media komunikasi yang ada telah mempengaruhi
bentuk-bentuk organisasi sosial. Itu berarti media juga mempengaruhi jenis-jenis
asosiasi manusia yang berkembang pada berbagai periode.
Carey mendukung pendapat Innis yang menyatakan bahwa teknologi
komunikasi memainkan peran utama dalam mempengaruhi organisasi sosial dan
kebudayaan. Ilmuwan Kanada lainnya, Marshall McLuhan, menambahkan bahwa
teknologi komunikasi juga mempengaruhi organisasi kehidupan dan bahkan
pemikiran manusia.
McLuhan berpendapat bahwa pada era Listrik (Electric Age), yang dimulai
sejak ditemukannya telegram, dunia sudah disatukan oleh jaringan raksasa kabel
listrik. Dunia pun menjadi sebuah desa global.
McLuhan juga sependapat dengan Innis bahwa manusia, ketika menemukan
sarana komunikasi baru, tidak saja menciptakan alat baru komunikasi massa,
namun juga mengubah esensi dari komunikasi massa itu sendiri. McLuhan lebih
lanjut mengatakan bahwa sebelum adanya alfabet, telinga merupakan alat
komunikasi dominan : “apa yang didengar itulah yang dipercaya”. Setelah alfabet
ditemukan, peran dominan bergeser ke mata : “seeing is believing”. Ketika sarana-
sarana yang canggih ditemukan, terutama setelah datangnya era listrik, maka peran
dominan itu merata ke berbagai indera. McLuhan juga mengatakan bahwa “Media
adalah pesan itu sendiri”, yang maksudnya adalah apa yang disampaikan media
kepada masyarakat ternyata lebih dari apa yang akan diterima masyarakat itu jika
mereka berkomunikasi tanpa media, itu berarti adanya materi cetak paling penting
dari kandungan maksud yang disampaikannya. Dan keberadaan televisi lebih
penting daripada apa yang ditayangkannya.
Melalui beberapa bukunya McLuhan menguraikan idenya tersebut. Ia
bahkan berpendapat bahwa media merupakan “wujud perluasan” dari manusia,
sama seperti mobil, pakaian, arloji, dan berbagai benda lain yang menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia melihat perkembangan era satu ke era
lain terkait dengan tahap-tahap perkembangan media komunikasi.
Media massa terutama televisi memberikan kesan yang berpengaruh sekali
terutama kepada anak-anak. Mereka belum dapat menilai dengan lebih kritikal, jadi
apa yang dilihat, dipercayai, diikuti, dan dilakoni semua. Begitu berkesannya media
massa dalam menukar pemikiran, sikap dan perlakuan penonton yang terpengaruh
kepada media itu.
Ditengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan
perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran.
Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita
secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi
perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain
berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh Koran. Seringkali Koran
memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini pula
yang kemudian diisi oleh majalah. Majalah acapkali sengaja meliput sesuatu yang
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 144/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
diberitakan oleh media siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik
untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan televisi akan
mencarinya di majalah. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari
bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media
sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai
informasi.
Media tidak selamanya berbagi peran secara jelas, dan adakalanya mereka
tidak Cuma melakukan sesuatu yang menjadi bidang unggulannya. Media siaran
mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat
menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Koran cukup
mendalam dalam mengulas suatu berita, namun ada kalanya ia mengabaikan berita
atau aspek tertentu yang bagi sebagian orang lebih penting. Majalah, buku, dan film
dokumenter dapat mengisi kekurangan ini. Namun faktanya, tiap media acapkali
mencoba melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ia kuasai, bahkan terkadang
dengan mengorbankan kelebihannya. Padahal tiap jenis media mempunyai
kelebihan sendiri dalam menyampaikan dan menafsirkan informasi.6
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]
Perubahan sosial adalah proses yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat
kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal
meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian
menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem
sosial yang baru.9 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]
Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah
sebagai berikut :
Gillin ‘Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari
cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi] , kebudayaan material
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebudayaan_material&action=edit&redlink=1] ,
komposisi penduduk [http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk] , ideologi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi] , maupun adanya difusi
[http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi] atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.’
Emile Durkheim ‘Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis
dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang
diikat oleh solidaritas organistik.10 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 147/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote13sym]
Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak
bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat
menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi
standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat,
didengar dan dibaca dari media. Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa
jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa
senang akan diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengempiskan
kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain.
Selain itu juga terdapat beberapa dampak positif yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Media memiliki cara untuk menunjukkan kepada kita informasi yang tersusun
rapi dalam berita. Anak-anak juga mendapat manfaat dari media karena dapat
meningkatkan pengetahuan mereka dalam mata pelajaran tertentu
2. Kita memiliki rasa atas apa yang terjadi disekitar kita dan juga tentang segala
sesuatu di tempat lain. Kita dapat melihat dunia melalui televisi, bahkan jika
kita berdiam diri disatu tempat sepanjang waktu. Kita menjadi punya
pengetahuan tentang apa yang terjadi disana tanpa kita sendiri berada ditempat
itu
3. Media dalam segala bentuknya dapat memperkenalkan kita cara berfikir kreatif
yang dapat membantu kita memperbaiki diri dengan cara yang berbeda, baik
itu dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan kita. Hal ini dapat mengubah
perspektif dan memotivasi kita untuk melakukan hal yang baru
4. Media juga dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain diseluruh
dunia dan menjadi lebih terbuka serta memahami budaya bangsa lain.14
[https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote14sym]
2. Pengaruh Negatif
Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat
terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya
hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang firgur
yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya
seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut
baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara
berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8).
Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan
menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk
anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh
apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa
maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau
informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh
anak-anak (Amini, 1993).
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 148/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Dalam pandangan yang lain, Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup
kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan
tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Pengaruh media juga bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold
Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang
sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 149/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Siapa (who)
Pesannya apa (says what)
Saluran yang digunakan (in what channel)
Kepada siapa (to whom)
Apa dampaknya (with what effect)
Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model
tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka
sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak
dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi
memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media
mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan
dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga
ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu
pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku
tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan
kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak
kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry
Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses
pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru
gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang
dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran
yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus.
Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai
penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka
menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan
pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya
menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat
pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah
dari yang lain.16 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote16sym] Itulah beberapa dampak positif
dan negatif dari media massa, pada akhirnya, tergantung kepada setiap individu
dalam menyikapinya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 150/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3. Teori Penanaman
pengawasan-pengawasan atas apa yang disajikan media massa baik dari dalam
negri maupun dari luar. Walaupun pada hakikatnya, itu semua kembali kepada sang
pengguna media massa tersebut.
[https://www.blogger.com/null]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 153/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 154/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Sr.
Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relations Teori & Praktik (Jakarta:
Grasindo,2005) h. 118
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 155/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Firsan
Nova, Crisis Public Relations (Jakarta: Grasindo,2009) h. 204
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 156/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Ibid, h.
205
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 157/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa [http://id.wikipedia.org/wiki/Media%20massa]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 158/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc] Madya,
Saodah wok, Narimah Ismail, Mohd.Yusuf, Teori-teori komunikasi (Kuala Lumpur :Percetakan
Cergas,2004) H.102
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 159/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc] William
L.Rivers, Jay W.Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta :
Prenada Media, 2003) h. 228-229
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 160/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc] Firsan
Nova, Crisis, h. 204-205
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 161/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/ Media massa [http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 162/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc] Burhan
Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat ( Jakarta : Kencana Prendan Media Grup, 2013) h.91
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 163/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
10 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc]
Hooguelt, Ankle MM, Sosiologi Sedang Berkembang (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995)
h.56
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 164/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
11 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote11anc]
Robert M.Z. Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 4–6, (Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka,1985) Hlm. 79
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 165/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 166/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
13 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote13anc]
William, Media, h. 321-322
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 167/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
14 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote14anc]
http://www.wedaran.com/7491/dampak positif dampak negatif media/
[http://www.wedaran.com/7491/dampak%20positif%20dampak%20negatif%20media/]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 168/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
15 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote15anc]
http://www.wedaran.com/7491/dampak positif dampak negatif media
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 169/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
16 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote16anc]
http://id.wikipedia.org/wiki/ [http://id.wikipedia.org/wiki/] Media massa
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 170/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
17 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote17anc]
Madya, Teori-teori, h.104
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 171/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
18 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote18anc] Ibid,
h. 105
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 172/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
19 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote19anc] Ibid,
h. 107
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 173/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
20 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote20anc]
blogspot.com/2012/12/ makalah dampak negatif teknologi.html
7 Lihat komentar
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
29th January 2016
ANTARBUDAYA DALAM BUDAYA
YANG BERBEDA
Komunikasi pada hakikatnya merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk menjalankan
kehidupan di dunia ini sebagai khalifah yang telah diamanahkan oleh Allah Swt. Tanpa adanya
komunikasi tentu manusia tidak akan berkembang hingga seperti sekarang ini. Apalagi komunikasi
memang sudah terjadi sejak Allah Swt hendak menciptakan Adam, pada saat itu terjadi komunikasi
antara Allah Swt dengan para malaikat dalam surat Al-Baqarah ayat 30-35.
Komunikasi yang baik memang harus terjalin di setiap lingkungan dalam kehidupan manusia,
di antaranya dalam lingkungan sekitar yang notabene terdiri atas beragam suku, budaya, dan agama. Di
sebuah lingkungan hidup sehari-hari, seseorang dituntut untuk harus mampu berkomunikasi dengan
baik dengan masyarakat sekitar baik yang bergama Islam, Kristen, atau agama lainnya serta bersuku
Jawa, Papua, maupun Padang. Karena pastinya, perbedaan yang terdapat, mampu membawa
keberagaman jika komunikasi yang dijalankan dapat berjalan dengan baik, sementara jika gagal
pastinya akan menimbulkan perselisihan yang berbuntut kepada perpecahan.
Untuk mampu melakukan komunikasi dengan baik, maka perlu untuk mengetahui elemen
dalam komunikasi dan peranannya . Elemen dalam komunikasi terdiri dari tiga yaitu elemen verbal
yaitu kata-kata yang digunakan, elemen vokal yaitu suara dan intonasi, dan terakhir elemen visual
seperti gerak-gerik tubuh dan mimik muka yang dapat dilihat.
Oleh sebab itu, dalam melakukan komunikasi kita tidak dapat hanya mengandalkan unsur
verbal atau isi pesan saja tetapi juga harus memanfaatkan unsur nonverbal yaitu vokal dan visual yang
mempunyai peran yang jauh lebih besar agar komunikasi yang dilakukan menjadi efektif.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 174/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
namun tidak jarang pula gagal. Pengertiannya yaitu terkadang orang memberikan reaksi terhadap
tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang diharapkan. Keefektifan seseorang dalam
hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan dengan
secara jelas apa yang kita ingin sampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi
orang lain sesuai dengan kehendak kita.
Efektifitas komunikasi juga bergantung pada siapa, serta cara penyampaian komunikasi. Seseorang
harus melihat pada siapa dirinya melakukan komunikasi dan memposisikan diri serta memerankannya.
Komunikasi antarbudaya dapat dikatakan efektif bila proses komunikasi bisa menyenangkan bagi
kedua belah pihak, mempunyai suatu kesamaan dalam suatu kelompok akan menyenangkan bagi kita
komunikasipun akan lancar dan terbuka. Dan sebaliknya, berkomunikasi dengan orang-orang yang
tidak sepaham dengan kita akan sangat membosankan, akan membuat kita tegang, sesak, dan
situasinya pun membuat kita tidak nyaman. Komunikasi akan lebih efektif bila antara pihak yang
terlibat komunikasi saling menyenangi satu sama lainnya. 1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Beragamnya budaya di negeri kita akan menjadikan komunikasi yang berbeda budaya
tersebut menjadi satu hal yang sangat penting. Ketika komunikasi yang dilakukan individu berbeda
budaya, yang jelas komunikasi di antara mereka pastinya juga berbeda, baik itu bahasa, karakter dan
sebagainya. Maka di sinilah pentingnya komunikasi antarbudaya untuk bisa dikuasai.
Contoh kasus, mungkin kita masih ingat dengan konflik yang terjadi antara Madura-Sampit,
GAM-Pemerintah, ataupun konflik agama yang terjadi di ambon beberapa tahun yang lalu. Hal
demikian memang menjadikan sebagian orang yang mengetahui kasus tersebut akan bertanya-tanya
kenapa konflik tersebut harus terjadi? Jawaban sederhana yang bisa kami asumsikan di sini adalah
tidak terjalinnya komunikasi (interpersonal) antarbudaya secara baik dan efektif.
Apabila sudah tidak terjalin hubungan yang baik ataupun mungkin terjadinya miss
communication, konlfik menjadi hal yang tidak diayalkan lagi bakal terjadi dalam ranah mereka.
Begitulah betapa pentingnya komunikasi individu yang berbeda budaya tersebut harus bisa memahami
budaya yang berbeda. 2 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
Hubungan interpersonal dalam sebuah perbedaan budaya, mungkin bisa menjadi solusi
bagaimana komunikasi berbeda budaya tersebut bisa berlangsung dengan baik, sehingga tidak terjadi
konflik. Sejujurnya, dalam komunikasi interpersonal individu berbeda budaya, masih belum
menemukan rujukan yang tepat mengenai hal itu.
Pola komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang berbeda budaya, cenderung memiliki
karakter dan personality yang berbeda dalam mengungkapkan komunikasi tersebut. Komunikasi yang
dilakukan oleh seseorang yang memiliki budaya yang sama, akan cendung memiliki kesamaan yang
(homoginitas) yang lebih besar dibandingkan yang berbeda budaya. Sedangkan komunikasi berbeda
budaya akan cenderung bersilang pendapat dan bisa dibilang terkesan tidak memiliki kesamaan yang
besar, mungkin saja ada kesamaan tapi kecil.
Di sinilah peran penting komunikasi interpersonal untuk diterapkan dalam komunikasi lintas
budaya yang berbeda. Begitupun dalam komunikasi interpersonal individu yang berbeda budaya, perlu
dipahami komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti, bahasa, nilai-nilat, adat, dan ataupun kebiasaan.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 175/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Berbagai fenomena sosial yang terjadi saat ini, transaksi sosial-budaya terjadi di mana-mana.
Di negeri kita saat ini yang marak mungkin budaya westernisasi yang tengah digembor-gemborkan
kaum barat di negeri ini. Westernisasi budaya yang kian marak terjadi, kalau boleh kami mengambil
contoh sederhana saat ini adalah kasus konser Lady Gaga yang bakal digelar bulan Juni 2012 lalu,
yang mengalami pro kontra di tengah-tengah masyarakat kita, tentu hal tersebut juga merupakan
proses akulturasi budaya yang tengah gencar-gencarnya kaum barat lakukan di negeri ini.
Terlepas dari berbagai polemik dan problem yang ada, posisi komunikasi antar budaya,
khususnya dalam komunikasi interpersonal harus menjadi acuan utama, supaya tidak terjadi konflik
berkepanjangan yang dikhawatirkan akan memakan korban.
Tidak hanya akulturasi budaya barat, peleburan budaya yang terjadi di berbagai kalangan dan
di berbagai daerah di negeri ini, tengah terjadi. Orang jawa merantau ke sumatera, ataupun ke
kalimantan. Begitupun dengan orang Kalimantan yang merantau ke jawa dan seterusnya, hal tersebut
merupakan sebuah proses peleburan budaya di berbagai kalangan dan di berbagai daerah. Kita
mungkin mengenal watak orang batak yang keras, kita juga mungkin mengenal watak orang sunda dan
jawa mungkin secara keseluruhan yang halus, tentunya peran komunikasi antar budaya dalam
komunikasi interpersonal sangat menentukan keberlangsungan interaksi sosial yang dilakukan.
Kendatipun berbeda budaya, tapi ketika komunikasi antar budaya dalam komunikasi
interpersonal bisa dilakukan dengan proporsinya, maka tentu tidak akan pernah terjadi yang namanya
konflik sosial. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya, terdapat berbagai penduduk
yang berbeda budaya. Kalau di Jakarta kita mengenal budaya Betawi, namun orang Madura dan
berbagai daerah lainnya juga banyak yang tinggal dan mencari kehidupan di sana.
Begitu pun di Bandung, dengan adanya perguruan tinggi yang cukup bonafit di Bandung,
mengundang semangat juang remaja dan pemuda dari luar Bandung itu sendiri. Di UNPAD khususnya,
tidak jarang mahasiswa dari sumatera yang menempuh pendidikannya di sana, dan bahkan Kalimantan
dan Indonesia timur pun terdapa di sana. Untuk itulah, gunanya komunikasi antar budaya dalam
komunikasi interpersonal selalu dan selalu menjadi penting keberadaannya.
Tentunya tidak mungkin, apabila mahasiswa dari Sumatera ketika berkomunikasi dengan
orang Jawa ataupun Kalimantan, menggunakan bahasa mereka masing-masing. Apabila hal tersebut
terjadi, rusaklah komunikasi tersebut. Begitupun dengan watak orang Batak yang keras kepala, kita
harus memahami karakter komunikasi mereka. Kendatipun mereka keras kepala dan biasaya ngotot
dalam segala hal, kita harus memahami bahwa bukan karena kesengajaan yang menjadikan mereka
seperti itu, akan tetapi budaya mereka yang demikian sudah menjadikan mereka seperti itu.
Sejalan dengan adanya komunikasi antarbudaya dalam komunikasi interpersonal, ada
berbagai teori yang menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan apa tujuan komunikasi
tersebut ketika komunikasi antar budaya tersebut berlangsung. Merujuk pada ikhtisar dari Coleman
dan Hammen (1974) dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat Psikologi Komunikasi, menyebutkan bahwa,
ada beberapa model yang dilakukan dalam komunikasi tersebut, yaitu, model pertukaran sosial (social
exchange model), model peranan (role model), model permainan (the “games people play” model),
dan model interaksional (interactionl model).
Pertama, model pertukaran sosial. Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal
sebagai suatu transaksi dagang. Hubungan yang dijalin dalam interpersonal pastinya ada tujuan, yaitu
mengharapkan sesuatu dari orang yang diajak berhubungan. Orang yang biasa saja berteman dengan
orang yang cerdas dan pintar, tujuannya karena ingin orang yang biasa saja bisa menjadi pintar seperti
temannya tersebut, dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 176/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Kedua, model peranan. Berbeda dengan model pertukaran sosial tadi, jika model pertukaran
sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, akan tetapi, dalam model
peranan ini memandang sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memegang peranannya
sendiri sesuai dengan naskah yang telah ditentukan. Tidak mungkin seorang peran pembantu
memainkan peran dari tokoh utama, dan sebagainya.
Ketiga, model permainan. Model ini diyakini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1974)
dengan analisisinya yang dikenal dengan analisis transaksional, memandang bahwa komunikasi
interpersonal yang dilakukan dalam rangka permainan.
Keempat, model interaksional. Model yang keempat ini merupakan model yang memandang
bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural,
integratif, dan medan.
Beberapa model di atas, kami memandangnya dari perspektif psikologi. Karena kami
meyakini dengan perspektif ini, model-model tersebut cukup dominan. Dalam sosial budaya ada
unsur-unsur di dalamnya, meliputi, sistem keyakinan, nilai, dan sikap, unsur pandangan hidup tentang
dunia, dan unsur organisasi sosial.
Dari sebuah komunikasi antar-budaya yang berlangsung tadi, sedikit kami menyinggung
berbagai model hubungan interpersonal di atas dan berbagai unsur-unsur budaya. Lantas apa
hubungannya dengan komunikasi interpersonal individu berbeda budaya? Kesemuanya merupakan
sebuah interaksi yang saling memiliki keterpaduan. Pemahaman tersebut menjadi penting adanya
ketika kita ingin berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya, supaya tidak terjadi konfllik
dalam komunikasi interpersonal yang berbeda budaya tadi.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 177/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Selain hambatan-hambatan di atas, para ahli meninjau bahwa hambatan dalam komunikasi
interpersonal dalam budaya (culture) meliputi, pertama, penyampaian pesan yang berbeda budaya akan
mengundang perbedaan persepsi di anatara peserta komunikasi tersebut. Kedua, menyampaikan pesan
pesan verbal kepada orang yang belaianan budaya tentunya akan banyak perbedaan bahasa, karena
akan terjadi perbedaan semantik dan sebagainya.
Ketiga, penyampaian pesan verbal yang berbeda budaya dengan disertai penekanan non-
verbal akan mengundang perbedaan penafsiran berbeda, sehingga tujuan penyampaian pesan tidak
tersampaikan. Keempat, penyampaian pesan terhadap orang yang berbeda budaya ketika penyampaian
dan isi pesannya bertentangan dengan adat, kebiasaan, norma-normanya maka akan terjadi penolakan
dalam komunikasi interpersonal tersebut.
Mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi antarbudaya individu yang berbeda budaya
tersebut, maka perlulah individu tersebut dapat dan mampu memahami komunikasi interpersonal yang
didukung dengan komunikasi lintas budaya secara detail. 3 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Selain itu, komunikasi antarpribadi dapat terjalin dengan baik apabila komunikator mampu
menerapkan cara-cara yang efektif. Soal cara (kaifiyah), dalam alquran dan alhadis ditemukan berbagai
panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. 5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
Dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam
melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi antarpribadi, berdakwah secara lisan dan tulisan,
maupun dalam aktivitas lain, seperti dalam surat Thaha ayat 43-44
َ ُْاذھَﺒَﺎ إِﻟَﻰ ﻓِﺮْ ﻋَﻮْ نَ إِﻧﱠﮫ
طﻐَﻰ
ﻓَﻘُﻮﻻ ﻟَﮫُ ﻗَﻮْ ﻻ ﻟَﯿﱢﻨًﺎ ﻟَ َﻌﻠﱠﮫُ ﯾَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أَوْ ﯾَ ْﺨﺸَﻰ
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui
batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan dia sadar atau takut”.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan
yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 178/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Daftar Pustaka
Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Mahmud, Yunus. Tafsir Quran Karim. Pisangan Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2011.
Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rakhmat (peny). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja
Rosdakaraya. 1993.
Sumber:http://www.gumilarcenter.com/KLB/materi4pintumasukklb.pdf.BahanAjar Komunikasi
diakses 1 Oktober 2015 pukul 20.35 Wib.
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc]
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 14-19.
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc]
Sumber:http://www.gumilarcenter.com/KLB/materi4pintumasukklb.pdf.BahanAjar Komunikasi diakses 1 Oktober 2015 pukul 20.35
Wib.
3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3anc] Deddy
Mulyana dan Jalaludin Rakhmat (peny), Komunikasi Antarbudaya (Bandung: Remaja Rosdakaraya, 1993), h. 34.
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] Yunus
Mahmud, Tafsir Quran Karim (Pisangan Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2011). H. 75.
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote5anc]
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam (Jakarta: Logos, 1999). h. 106.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 179/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
17 Lihat komentar
1. Pendahuluan
Faktor pendorong terbesar yang telah merobah wajah dunia dan mengantarnya ke era modern
adalah ilmu pengetauan dan teknologi. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya dalam
ujudnya yang sekarang, adalah capaian cemerlang dunia Barat Modern, terutama setelah masa
renaisans.Renaisans yang bermula di Italia pada paroh kedua Abad ke 14 dan kemudian meluas ke
daratan Eropa telah membawa benua ini ke dalam satu transisi penting dari era teologi ke era
rasionalisme. Pada gilirannya, rasionalisme inilah yang melandasi pengembangan ilmu pengetahuan
modern di benua ini. Posisi sentral ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari dunia Barat
dalam peradaban modern membuatnya menjadi posisi penting dalam perkembangan pembaharuan
dunia sekarang. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam ukuran kemodernan.
Dapat dikatakan bahwa di satu sisi, pembaharuan adalah upaya menghasilkan perubahan yang
diakibatkan oleh aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Erat hubungannya antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Barat sepanjang sejarah.
Ada kekaguman atau bahkan ketergiuran dengan berbagai sisi peradaban Barat, terutama yang
berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan demokrasi dan
pemerintahan.1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Pokok pembahasan dalam makalah ini ialah membahas tentang perkembangan media modern
dan pengaruhnya terhadap media tradisional di Indonesia. Penting dikaji, karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ialah membawa perubahan bagi seluruh penjurudunia, negara maaju dan
negara berkembang dari wilayah pusat sampai ke wilayah tepi (penggiran) dalam satu transisi penting
dari era teologi ke era rasionalisme.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa
Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan
yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
2. Pembahasan
A. Sejarah Media
Sejak awal, para komunikasi tidak sependapat dengan model komunikasi yang ditawarkan
karena model-model ini tidak memasukkan media sebagai sesuatu yang penting dari tiga dimensi
tersebut, akibatnya para ahli komunikasi yang muncul sekitar 1960-an mengkritisi dan memperbaiki
model komunikasi dengan mengikutsertakan media.
Pada umunya, para ahli yang dikritik lantaran tidak memasukkan mediadalam analisis model
komunikasi berasumsi bahwa proses komunikasi manusia dilakukan secara artifisial melalui saluran
penyuaraan pesan (vocalisasi), bahasa isyarat (gusture), terkadang pula melalui tulisan, dan lukisan.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 180/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Setelah revolusi telekomunikasi bertumbuh pesat yang mendorong dan mengubah peran
teknologi media, maka studi komunikasi manusia juga mengalami revolusi yang sangat cepat, dan
peranan media dianggap penting untuk dimasukkan dalam model proses komunikasi manusia. Peranan
media, dengan dukungan teknologi komunikasi, ternyata sangat membantu, memudahkan,
mempercepat, memperluas peluang bagi sumber yang mengirimkan dan mempertukarkan informasi
kepada atau dengan audiens atau massa yang sekaligus seolah mengabaikan ruang dan waktu fisik di
muka bumi.2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2sym]
B. Pendekatan Multikultural Terhadap Budaya
Memahami multikulturalisme sebagai bagian dari teologi (Theos= Tuhan, logos=ilmu)
memberi kejelasan bahwa menegakkan multikulturalisme tidak saja dilatarbelakangi oleh interes
politik, sosial, ekonomi, dan intelektual. Tetapi merupakan pesan Tuhan. Sehingga penegakannya
merupakan bagian dari teologi pengabdian kepada tuhan. Istilah multikulturalisme tidaklah memadai
jika dipahami hanaya secara harfiah sebagai paham banyak budaya. Untuk memudahkan pemahaman
kita ada baiknya dikedepankan bahwa multikulturalisme dapat dikategorikan kepada
multukulturalisme dan multukulturalisme normatif.
Adalah kenyataan sosial yang mencerminkan adanya kemajemukan (pluralistis). Adapun
multikulturalisme normatif berkaitan dengan dasar-dasar moral, yaitu adanya ikatan moral dari para
warga dalam lingkup negara atau bangsa untuk melakukan sesuatu yang menjadi kesepakatan
bersama.3 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
Budaya adalah pola perilaku, keyakinan, dan hal-ahal yang dihasilkan oleh sesuatu kelompok
orang tertentu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Produk yang dihasilkan
berasal dari interaksi di antara kelompok-kelompok manusia dan lingkungannya yang telah
berlangsung selama bertahun-tahun. Budaya merupakan ksebuah konsep yang luas, budaya dapat
melibatkan banyak komponen dan dapat dianalisis dalam berbagai cara. Seorang pakar di bidang lintas
budaya Richard Brislin (1993) mendeskripsikan sejumlah karakteristik budaya, yaitu budaya disusun
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 181/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
oleh sejumlah idealisme, nilai dan asumsi mengenai kehidupan yang mengarahkan perilaku manusia
yang hidup di budaya tersebut.4 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
Pengaruh sosial dalam konteks psikologi berarti usaha seseorang untuk mengubah prilaku
sikap satu atau lebih orang lain. Kapasitas atau kemampuan individu untuk menjalankan kontrol dan
otoritas disebut kekuasaan. Kekuasaan dapat formal atau informal. Kekuasaan formal terutama
dijalankan di dalam aktivitas yang didefenisikan oleh aturan resmi, undang-undang, dan aturan
kelembagaan. Kekuasaan informal dijalankan oleh individu dalam situasi tanpa regulasi resmi, dalam
kebanyakan ialah kultur tradisional.5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
C. Komunikasi Sebagai Dasar Proses Budaya
Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi
yang ditunjukkan pada orang tua atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya,
anda berkomunikasi dengan suku aborigin Australia, secara tidak langsung anda sedang berkomunikasi
berdasarkan kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi
kebudayaan lain.6 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote6sym]
Media rakyat
Berrigan, (1979) mendefenisikan media rakyat (media masyarakat), ialah media yang
bertumpu pada landasan yang lebih dari kebutuhan semua khalayak, memberi kesepatan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka mengnginkan kesempatan itu.
Fungsi media masyarakat adalah memberikan saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka, membantu menjembatani kesenjangan antara
pusat dengan pinggiran.
Koran Masuk Desa atau Program disingkat KMD. Di Indonesia mulai dilaksanakan pada
tahun 1980 berdasarkan SK Menteri Pendidikan pada tanggal 29 januari 1980. Penetapan sebuah KMD
dilakukan atas saran gubernur yang berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat kabar (SPS) dan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakatan antara proyek
pembinaan dari Departemen Pendidikan dengan perusahaan penerbit pers yang bersangkutan. Ini
dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk mensosialisasikan pesan-pesan pembangunan pada
masyarakat.
Pentingnya koran masuk desa tercermin dari tujuannya ialah sebagai berikut:
menguntungkan.
Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan di atas, maka diusahakan agar ada
pengintegrasian lembaga-lembaga atau potensi yang mempunyai hubungan dengan pelaksana KMD,
terutama pada pihak instansi setempat atau yang berpengaruh langsung dengan KMD seperti pemuka
adat, alim ulama, kiai, dan tetua kampung (opinion leader).
Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media massa. Kalau media
massa adalah media dengan menggunakan alat teknologi modern, sedangkan media tradisional adalah
alat komunikasi yang sudah lama digunakan di suatu tempat (desa) sebelum kebudayaan tersentuh oleh
teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun isinya masi berisi
tulisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian.
Seni tradisonal di masyarakat pedesaan telah menjadi suatu pola dalam proses komunikasi yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Seni tradisional telah membantu perkembangan masyarakat baik
menyangkut kepercayaan, perkembangan sosial dan budaya atau secara ekonomis.bahkan, lewat
tradisional itulah jati diri suatu kelompok masyarakat bisa terlihat.
Membicarakan media tradisional idak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu
bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan media tradisional. Media komunikasi
tradisional sering disebut sebagai bentuk foklor. Bentuk-bentuk foklor tersebut antara lain ialah:
Ditinjau dari aktualitasnya, ada seni tradisional seperti wayang purwa, wayang golek, ludruk,
ketoprak. Seni ini memakai peralatan atau media tradisional. Seni tradisional tersebut juga sampai
sekarang masih ada dan akan terus dipelihara. Hanya saat ini sudah mengalami transformasi dengan
media massa modern. Dengan kata lain, ia tidak lagi dimunculkan secara apa adanya, melainkan sudah
masuk ke media televisi (transformasi).
William R. Bascom mengemukakan fungsi-fungsi pokok foklor sebagai media tradisional
adalah sebagai berikut:
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 183/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
untuk melakukan koneksi komunikasi jarak jauh. Bandingkan dengan surat pos atau telegram yang
memerlukan waktu jauh lebih lama dibandingkan telepon genggam. Tidak hanya itu, teknologi juga
memungkinkan industri media untuk memproduksi media yang lebih beragam, setidaknya kondisi ini
bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak hanya berada dalam bentuk cetak semata, tetapi juga
khalayak bisa menemukan media yang sama dalam bentukelektronik. Artinya, media saat ini tidak
hanya banyak dari sisi jumlah, tetapi juga khalayak diberikan pilihan untuk mengonsumsi melalui jenis
medianya mulai dari cetak, radio, visual, audio-visual, hingga online.8
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8sym]
1. Media
Kehadiran media siber dan gerakan citizen journalism (jurnalisme warga) secara langsung
maupun tidak membawa dampak pada media yang selama ini dianggap sebagai penguasa atas produksi
dan distribusi informasi sehingga menipisnya hegemoni dan berkembangnya demokratisasi media..
Sebab internet memberikan kemudahan akses warga dalam membuat akun di milis, situs jejaring
sosial, web-blog, hingga membuat situs sendiri pada kenyataannya menambah sumber untuk
memproduksi dan mendistribusi media.
Shoemaker dan Reese (1996) menegaskan, terdapat dua faktor yang mempengaruhi media,
yakni faktor internal yang antara lain karakteristik individu pekerja media dan rutinitas yang
berlangsung dalam organisasi media (media routine) dan faktor eksternal media, yakni variabel
ekstramedia dan ideologi yang memengaruhi isi media. Variabel di tingkat ekstramedia
mempersoalkan berbagai sistem kepercayaan, nilai, dan makna yang digunakan oleh media massa
untuk menentukan isi yang ditampilkan.
Iklan dan penjualan (produk) media, baik itu edisi terbitan maupun program, merupakan
sumber pendanaan yang diperoleh media. Semangkin banyak penonton yang menyaksikan, membaca,
atau mendengar suatu program, maka akan semakin populer program cum media itu di tengah warga.
Dengan demikian, kehadiran media siber dan munculnya media jurnalisme warga tidak hanya
menambah keragaman media dalam memublikasikan dan medium distribuser konten, tetapi juga telah
menjelma menjadi salah satu pesaing di distribusi media dalam penjualan serta pengiklanan.9
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9sym]
Hal yang menjadi pertanyaan yaitu mengapa internet itu ditempatkan penulis sebagai media
komunikasi yang penting. Ini tidak terlepas dari karakteristik itu sendiri yang berbeda dibandingkan
media komunikasi tradisional seperti surat-menyurat, surat kabar, radio, dan televisi. Salah satu
karakteristik itu yaitu sifat jejaring (network). Jejaring ini tidak hanya diartikan sebagai infrastruktur
yang menghubungkan antarkomputer dan perangkat keras lainnya, namun juga menghubungkan antar-
individu.
Hubungan ini tidak hanya bertipe koneksi dengan dua individu, tetapi juga bisa melibatkan
jumlah individu yang bahkan tidak dibatasi. Pada dasarnya karakteristik jejaring ini memiliki beragam
tipe jaringan yang dibuatnya, yakni local Area Network (LAN atau Ethernet) dan a Wide Area Network
(WAN). LAN menandakan bahwa jaringan yang terjadi berada dalam area yang terbatas,
menghubungkan antarkomputer yang berada di satu gedung perkantoran atau satu lokasi yang
memiliki beberapa gedung perkantoran. Sementara WAN menandakan bahwa jaringan yang terjadi
mengoneksikan area yang lebih luas, antartempat, antarnegara, hingga ke dunia secara global. Untuk
menandai atau mengidentifikasi perangkatyang terhubung, maka masing-masing perangkat memiliki
identitas tunggal tersendiri yang disebut dengan protocol.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 184/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Joost van Loon (2006) menyatakan, bahwa kata jejaring tidak lagi mewakili terminologi
dalam teknologi informasi semata, tetapi juga telah melebar pada terminologi di bidang antropologi,
sosiologi, budaya, dan ilmu sosial lainnya yang terkadang terminologinya semakin berkembang karena
adanya proses mobilitas dari masyarakat, komoditas, kapital, tanda-tanda hingga informasi yang
berkembang di dunia global. Oleh karena itu, jejaring tidak hanya melibatkan perangkat seperti
komputer tetapi juga melibatkan individu atau actor networking.10
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote10sym]
3. Kesimpulan
Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang.
Mediamemberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap
bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan
manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang
bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi
mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita.
Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu
dijaga kelestariannya.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 185/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Daftar Pustaka
Asari,Hasan,Modernisasi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2002.
Santrock, John, W. Remaja Jilid II, Edisi Ksebelas, Judul Asli: Adolescense, Eleventh Edition, John W.
Santrock, Alih Bahasa Oleh: Benedictine Widyasinta,Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2007.
Shiraev, Eric B. & Levy, A.David Psikologi Lintas Kultural, Pemikiran Kritis dan Terapan Modern
Edisi Keempat, Jakarta: 2012.
Nasrullah, Rulli,Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama, Jakarta: Kencana
prenamedia Grouf, 2014.
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 186/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote1anc] Hasan
Asari, Modernisasi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2002), h. 8.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 187/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
2 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote2anc] Alo
Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 872-873.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 188/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 189/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4anc] John W.
Santrock, Remaja Jilid II, Edisi Ksebelas,Judul Asli: Adolescense, Eleventh Edition, John W.
Santrock, Alih Bahasa Oleh: Benedictine Widyasinta,(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2007), h. 189.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 190/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 191/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
6 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote6anc]
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 49.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 192/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 193/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
8 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote8anc] Rulli
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana
prenamedia Grouf, 2014), h. 1.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 194/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
9 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote9anc] Rulli
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cyibermedia) Edisi Pertama,h. 40-42.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 195/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
[https://www.blogger.com/null] 10 [https://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=7784874666802839876#sdfootnote10anc] Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber
(Cyibermedia) Edisi Pertama,h. 75-76.
10 Lihat komentar
FAKTOR-FAKTOR YANG
29th January 2016
MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
DAN PERGESERAN BUDAYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
DAN PERGESERAN BUDAYA
Oleh Suwardi Lubis
PENDAHULUAN
Rangka pengalaman dibentuk dalam hidup kita oleh pengalaman-pengalaman masa yang
lampau. Pengalaman-pengalaman ini yang mengendap menjadi konsepsi-konsepsi dan kemudian
merupakan unsur-unsur dari rangka pengalaman kita. Maka jika ada orang yang kecewa dalam
menghadapi suatu peristiwa, ada kemungkinan, bahwa pengalamannya ini akan menimbulkan konsepsi
1 [https://www.blogger.com/blogger.g?
yang negatif dalam diri orang tersebut.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote1sym]
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang beragam
banyaknya. Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuan suku bangsa. Indonesia memiliki 67
budaya induk yang tersebar dari barat sampai ke timur nusantara. Selain itu Indonesia terdiri atas 6000
buah pulau yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 pulau. Dari pernyataan diatas dapat
diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam dan sumber daya
budaya yang melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multibahasa,
multibudaya, maupun multiagama. Semua itu bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi
untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa kita. Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah
didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan identitas diri manusia yang diperoleh
dengan cara belajar.
Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan
hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas dan ciptaan
manusia. Contohnya adalah tari daearah, lagu daerah, dan kesenian daerah lainnya yang diperoleh
dengan cara belajar. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan
didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di
dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi
identitas dari masyarakat bersangkutan. Baik perspektif klasik maupun kontenporer sama-sama
mengakui bahwa kebudayaan adalah identitas diri yang akan membedakan dengan bangsa-bangsa lain.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu pelestarian secara turun-temurun sehingga cipta, karsa, dan karya
manusia tersebut tidak hilang.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 196/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
1. Defenisi Kebudayaan
Dari berbagai sisi, kebudayaan dapat dipandang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah milik
masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang
mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 197/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan;
(4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena
kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku
yang bersangkutan.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan
petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan
untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan
dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup.
Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
2. Unsur-unsur Kebudayaan
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut
kebudayaan antara lain unsur kebudayaan. Unsur kebudayan dalam kamus besar Indonesia berarti
bagian dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya
unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar perjumlahan
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul
Universal Categories of Culture (dalam Gazalba, 1989: 10) dituliskan bahwa Unsur-unsur Kebudayaan
yang bersifat Universal (Universal Cultur) adalah sebagai berikut:
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam
membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan
secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa.
Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang
diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya
dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga.
Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena
daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa
digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem
ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 198/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam.
Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan
mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai
suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang
ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain :
1. Alam sekitarnya;
2. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
3. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
4. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
5. Tubuh manusia;
6. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
7. Ruang dan waktu.
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social
dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat
karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi
sosial.
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana.
Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan
teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 199/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain :
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah
pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia
untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi
pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan
keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
2. Sistem Religi
2. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam
suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis,
dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas
prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap
melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak,
3
tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
[https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote3sym]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 200/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Menurut “Dr. H. Th. Fischer” dalam bukunya Pengantar Antropologi ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi kebudayaan. Secara garis besar berikut bebera faktor yang mempengaruhi kebudayaan
adalah :
1. Faktor Kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) faktor lingkungan fisik lokasi geografis
merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat;
2. Faktor Induk Bangsa ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu
pandangan Barat dan pandangan Timur. Pandangan Barat berpendapat bahwa perbedaan induk
bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak
kebudayaan. Berdasarkan pandangan Barat umumnya tingkat caucasoit dianggap lebih tinggi dari
pada bangsa lain, yaitu mingloid dan negroid. Sedangkan pandangan Timur berpendapat bahwa
peran induk bukan sebagai faktor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat
masih “tidur dalam kegelapan. Hal itu lebih jelas ketika dalam abad XX, bangsa Jepang yang
dapat dikatakan lebih rendah dari pada bangsa Barat; dan
3. Faktor Saling Kontak Antar Bangsa. Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana
perhubungan yang makin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan
4 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote4sym]
bangsa lain.
Akibat dari pada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa mempertahankan
kebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat
bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah dari pada kebudayaan asing maka
lenyaplah kebudayaan asli dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia.
2. Peperangan
5 [https://www.blogger.com/blogger.g?
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote5sym]
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 201/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses pergeseran budaya terdapat faktor-faktor
yang mendorong jalannya pergeseran yang terjadi. Menurut “Soerjono Soekanto” (2006 : 287) faktor-
faktor tersebut antara lain :
Selain itu Rosenberg percaya bahwa komunikasi massa berdampak besar terhadap
kebudayaan, dan pendapatnya terangkum berikut ini :
“Tidak diragukan lagi bahwa media massa dapat mengancam otonomi seseorang. Selain bisa
menyemaikan bibit kebebasan, media juga berpotensi menghasilkan berbagai hal buruk. Tidak ada
seni, pengetahuan atau sistem etika yang terbebas dari pengaruhnya”.
Inti pendapat Rosenberg adalah bahwa proses penciptaan budaya massal terus berlangsung.
Karya besar Shakespare acap kali diperlakukan sama dengan karya picisan, dan ini mengakibatkan
7 [https://www.blogger.com/blogger.g?
goyahnya apresiasi para pembaca.
blogID=7784874666802839876#sdfootnote7sym]
DAFTAR PUSTAKA
Budianto. Heri (Ed) dan Hamid. Farid, 2011, Ilmu Komunikasi Sekarang Dan Tantangan Masa Depan,
Prenada Media Group : Jakarta.
Rivers. William L., dkk, 2004, Media Massa & Masyarakat Modern Edisi Kedua, Prenada Media
Group : Jakarta.
Soedjito, 1987, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, PT. Tiara Wacana : Yogyakarta.
Sumber Internet :
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 202/203
6/5/2018 Suwardi Lubis MPK: Januari 2016
7 [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7784874666802839876#sdfootnote7anc]
William L. Rivers, dkk, Media Massa & Masyarakat Modern Edisi Kedua, (Jakarta : Prenada
Media Group, 2004), h. 293.
Diposting 29th January 2016 oleh Suwardi Lubis
41 Lihat komentar
http://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/ 203/203