Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

MATA KULIAH GAGAL DAN CACAT

DISUSUN :

ARDIO FIKRI ZATAMI (4116110016)

ESTER MAHARANI (4116110007)

KHOLIFATUDIN NUGROHO (4116110008)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2019
PENGERTIAN GAGAL

Gagal adalah kekurangan pada konstruksi atau bangunan yang mengakibatkan tidak bisa berfungsi
bagaimana bangunan atau konstruksi tersebut dibuat.

PENGERTIAN CACAT

Cacat adalah kekurangan yang terjadi pada struktur atau bangunan, namun tetap bisa berfungsi
sesuai dengan tujuan kontruksi tersebut dibuat.

TUJUAN MEMPELAJARI GAGAL DAN CACAT

1. Tidak mengulangi kegagalan dan kecacatan pada masa yang akan datang.
2. Mengembangkan teknologi yang lebih baik dari teknologi sebelumnya.

TAHAPAN YANG PALING BERPOTENSI MENGALAMI KEGAGALAN DAN KECACATAN

PERENCANAAN PERANCANGAN PENGKONSTRUKSIAN Perawatan

•Potensi Gagal : 10% •Potensi Gagal : 10% •Potensi Gagal : 60% •Potesi Gagal : 20%

Pada tahap pengkonstruksian memiliki presentase paling besar (sebesar 60%) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :

1. Orang – orang yang tidak kompeten


Kesalahan-kesalahan yang disebabkan kurangnya keahlian atau kompetensi dari setiap pekerja.
Perlu adanya tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman serta memiliki banyak kemampuan
teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan
mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Sehingga perlu adanya sertifikasi
keahlian kompetensi pekerja yang ada.
Gambar 1: Pelatihan sertifikasi kompetensi

2. Faktor Lingkungan
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi
secara tepat (Act of God), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap
kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor
internal/kelalaian manusia seperti bencana gempa/Earth Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah
longsor/land slide, Topan, kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi
tingkat risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi mengalihkan risiko
tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi.

Gambar 2 : Kerusakan akibat bencana alam

3. Material yang disupply

Kesesuaian bahan yang dipakai dengan yang sudah direncanakan sangat perlu diperhatikan agar
bangunan atau proyek dapat dibangun sesuai dengan kekuatan masing-masing yang telah
direncanakan. Sebagai contoh, kesalahan umum yang sering terjadi adalah beton bunting. Beton
bunting merupakan istilah lain dari beton yang mengembang tidak sesuai dengan bekisting yang
dibuat. Penyebabnya adalah bekisting tidak mampu menahan berat beton basah saat
pengecoran karena menggunakan material kayu dan triplek bekisting yang tidak berkualitas.
Elemen struktur yang sering terjadi adalah balok, dinding beton, dan kolom tinggi. cara
memperbaikinya adalah dengan dibobok.

Gambar 3 : Balok bunting

4. Tidak sesuai spesifikasi


Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga dan
metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi prosedur persyaratan
tersebut.

5. Kondisi alat
Alat yang digunakan pada masa konstruksi harus dalam kondisi baik untuk bekerja sesuai
dengan fungsi masing-masing. Perlu adanya pengecekan alat dan perawatan alat alat pekerjaan
konstruksi. Sebagai contoh apabila alat berat sudah tidak berfungsi dengan baik dapat
menyebabkan kerusakan dalam proses pengakutan yang berakhir pada kecacatan bangunan.
6. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang harus dilakukan dalam rangka
memastikan informasi diterima dengan baik. Banyak sekali kontraktor yang tidak menyadari
pentingnya aspek ini, padahal proyek konstruksi melibatkan begitu banyak pihak dengan
hubungan yang cukup rumit. Sehingga arus informasi harus dikelola dengan hati-hati. Seringkali
informasi penting disampaikan dengan cara yang tidak tepat, sehingga informasi datang
terlambat, dipahami sepotong-potong, bahkan salah persepsi. Komunikasi juga sering dilihat
dan dipahami sebagai komunikasi langsung seperti fasilitas telepon, HP, HT, dan lain-lain. Project
manager masih menganggap bahwa dengan memenuhi fasilitas tersebut berarti telah
memenuhi aspek komunikasi proyek. Banyak kerancuan pemahaman yang terjadi. Sumbernya
hanya satu yaitu pemahaman manajemen komunikasi yang lemah oleh kontraktor Padahal
komunikasi proyek haruslah meliputi;

Bagaimana meeting efektif dilaksanakan,


Kapan harus membuat surat penting,
Apa saja, kapan, dan bagaimana laporan harus dibuat dan didistribusikan,
Bagaimana model presentasi yang tepat,
Bagaimana distribusi dokumen penting proyek,
Bagaimana perubahan update dokumen tersebut didistribusikan,
Bagaimana menyampaikan suatu instruksi yang dapat dipahami secara seragam oleh personil
lain yang terkait, dan lain-lain.

7. Tidak sesuai schedule


Dalam setiap proyek terdapat jadwal yang sudah disusun sedemikian rupa agar dapat mengelola
waktu secara baik supaya proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang diharapkan. Untuk
mengelola waktu ini harus mendefinisikan aktivitas yang diperlukan. Selain itu harus
diperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Kemudian, penting adanya untuk
mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek
berlangsung.
8. Kurang manajemen sumber daya manusia dan waktu
Perlu adanya manajemen sumber daya manusia dengan waktu yang ada. Perlu korelasi yang
terhubung secara benar dan tepat, sesuai dengan kesanggupan pelaksaan proyek.

9. Menggunakan alat yang tidak sesuai standard


Alat yang digunakan ketika tidak sesuai standard menyebabkan resiko kegagalan konstruksi
semakin besar. Perlu adanya ketelitian dalam meggunakan alat-alat yang masih bagus
kondisinya sehingga dapat dipakai semaksimal mungkin.

10. Salah interpretasi


Kesalahan tanggap atau kesalahan interpretasi bisa membuat adanya kesalahan pemahaman
dalam berkomunikasi di pekerjaan proyek konstruksi. Oleh sebab itu perlu adanya sense of
engineering agar dapat mengidentifikasi ketika ada informasi yang masuk apakah sesuai dengan
ketentuan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai