Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA

PERCOBAAN 8

ENERGI MEKANIK

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS SURABAYA

2016 – 2017
Percobaan 8
(Energi Mekanik)

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep gerakan benda dan hukum kekekalan energi
2. Menentukan besar energi yang hilang sepanjang lintasan

B. Dasar Teori
Gerak Parabola
Gerak parabola adalah resultan perpindahan suatu benda yang
serentak melakukan gerak lurus beraturan pada arah horizontal dan
berubah beraturan pada arah vertikal. Atau dapat juga diartikan
dengan gerak suatu benda yang lintasanmya berbentuk parabola.

Gerak Parabola terdiri dari dua jenis gerak yaitu , gerak lurus
beraturan (GLB) dalam arah horizontal (sumbu-x) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) dalam arah vertikal (sumbu-y). Percepatan
gerak parabola berasal dari percepatan gravitasi Bumi (a= -g). Pada gerak
parabola selalu akan ada percepatan yang arahnya vertikal ke bawah dan
konstan.

Gerak parabola tergolong gerak dalam dua dimensi. Gerak dalam dua
dimensi adalah gerakan benda yang bergerak di udara dalam dua dimensi
di dekat permukaan bumi. Contoh dari gerak parabola adalah gerakan
bola yang ditendang oleh para pemain sepak bola yang melambung dan
menghasilkan lintasan yang dilalui berbentuk melengkung atau berbentuk
seperti parabola. Gerak parabola adalah resultan perpindahan suatu benda
yang serentak melakukan gerak lurus beraturan (GLB) pada arah
horizontal dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) pada arah vertikal,
di mana lintasannya berbentuk parabola. Gerak parabola terjadi apabila
terjadi perpindahan suatu benda yang serentak melakukan gerak lurus
beraturan pada arah horizontal dan gerak lurus berubah beraturan pada
arah vertikal. Pada gerak parabola selalu aka nada percepatan yang
arahnya vertikal ke bawah dan konstan.

Salah satu contoh gerak parabola adalah gerak peluru. Gerak peluru
merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya diberi
kecepatan awal (vₒ), dan membentuk sudut α dengan garis horisontal lalu
menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi,
di mana lintasan yang dilalui oleh peluru tersebut dinamakan trayektori.
Gerak peluru tidak mempersoalkan hambatan udara, gerakan bumi, jadi
yang ditinjau dari gerakan tersebut adalah gerakan benda yang diberikan
kecepatan awal dan gerakan tersebut bergerak dalam lintasan
melengkung di mana hanya dipengaruhi gravitasi. Gerak peluru adalah
suatu gerak dengan percepatan g yang arahnya ke pusat bumi dan tidak
ada komponen percepatan dari arah horizontal. Gerak ini dapat
dijabarkan sebagai dua gerak yang terpisah yaitu gerak pada arah vertikal
“Y” dan gerak pada arah horizontal.
Untuk menganalisis gerakan peluru ini, perlu dibentuk suatu sistem
koordinat seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Sumbu X
(horisontal) sehingga sebagai sumbu Y (vertikal)

Y
v

voy
vo
α

X
vox B

( Lintasan Peluru)
Gerak parabola atau gerak peluru selalu dipengaruhi oleh sudut elevasi
(α) dan percepatan gravitasi bumi. Ketika bergerak dengan tertentu (v0), maka
peluru akan mencapai tinggi maksimum (Ymaks), dan jangkauan terjauh
(Xmaks). Kita dapat menentukan Ymaks dengan cara :

𝑉𝑜𝑦 2
Ymaks =
2𝑔

𝑉𝑜2 .𝑠𝑖𝑛2 𝛼
Ymaks =
2𝑔

Dan jangkuan terjauh (Xmaks) dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

Xymaks = Vox..tymaks

𝑉𝑜 . 𝑠𝑖𝑛𝛼
Xymaks = Vo . cosα ( )
𝑔

𝑉𝑜2 . 𝑐𝑜𝑠𝛼 .𝑠𝑖𝑛𝛼


Xymaks =
𝑔

𝑉𝑜2 .𝑠𝑖𝑛2𝛼
Xymaks =
2𝑔

Jika sebuah benda di tembakkan dengan kecepatan awal V0 dengan sudut


elevasi α terhadap horizontal dan pada arah horizontal x tidak ada hambatan
(hambatan udara di abaikan), sedangkan pada arah verikal y terdapat
percepatan gravitasi ke bawah sehingga :

Arah horizontal (x)


ax = 0
vx = vox = vo .cos α
x = vo . t . cosα

Arah vertikal (y)


ay = -g
vy = vo . sin α – g.t
1
x = vo . t. sin α – 2 𝑔𝑡 2
Jarak maksimum (jarak tembak paling jauh) bila sin 2α = 1 atau 2α = 90O
ini berarti bahwa jarak tembak akan maksimum bila peluru ditembakkan
dengan sudur tembak α = 45o

Pengabaian hambatan udara ini hanya dapat dibenarkan apabila gerakan


benda lambat. Untuk peluru dengan kecepatan yang tinggi, hambatan udara
akan memperlambat gerakan peluru tersebut. Namun untuk perhitungan di
atas gesekan udara diabaikan. Ketinggian vertikal dan jarak tembak peluru
tergantung padda kecepatan awal dan sudut tembak α.

Kekekalan Energi

Energi dibagi menjadi 3, yaitu energi kinetik, energi potensial dan energi
mekanik :

1. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang pertama kali dipahami.
Gottfried Wilhelm Leibnitz adalah ilmuan pertama yang percobaan
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi energi.
Setelah melakukan penelitian , didapatkan rumus :

1
EK = 2 𝑚𝑣 2

Energi kinetik suatu benda yang bergerak hanya bergantung pada


lajunya (besar kecepatan) tetapi tidak tergantung pada arah benda
bergerak. Energi kinetik sebanding dengan hasil perkalian massa
benda dengan pangkat dua kelajuannya. Dalam SI, satuan energi
kinetik adalah joule (J)

2. Energi Potensial

Ada bentuk energi yang dapat kita simpan, energi ini biasa
disebut dengan energi potensial. Gaya tarik gravitasi yang
berkerja di atas permukaan bumi sama dengan hasil kali antara
massa dengan percepatan gravitasi ( F = m.g).
Energi pontensial suatu benda dengan massa (m) yang berada
pada ketinggian (h) dari lantai adalah

EP = mgh

Jenis energi potensial seperti ini disebut sebagai energi


potensial gravitasi ,karena hal ini disebabkan oleh gaya gravitasi.

3. Energi Mekanik
Energi total dari sistem disebut dengan energi mekanik.
Sehingga energi mekanik ini melibatkan energi kinetik dan energi
potensial gravitasi.
Energi total tidak dipengaruhi oleh gaya luar. Dengan kata lain
energi mekanik bersifa kekal. Hukum ini disebut dengan Hukum
Kekekalan Energi Mekanik.

∑ 𝐸 𝑎𝑤𝑎𝑙 = ∑ 𝐸 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

1 1
M g hA + 2 m vA2 = m g hB + 2 m vB2 + Ehilang
C. ALAT dan CARA KERJA

 Alat-alat :
1. 3 buah kelereng
2. Rollmeter
3. Neraca
4. Penggaris
5. Kertas karbon
6. Kit Percobaan (lintasan plat licin dan lintasan spons)
7. Busur derajat untuk mengukur sudut 45°

 Cara Kerja :
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Mengukur masing-masing massa kelereng yang digunakan.
3. Meletakan dan menyusun kertas karbon di atas kertas buram
untuk mendapatkan jejak mendaratnya kelereng.
4. Mengatur sudut antara lintasan dengan bidang datar (45°)
5. Mengukur tinggi antara bidang datar dengan lantai dengan
mengunakan rollmeter atau penggaris.
6. Melepaskan kelereng dari ketinggian yang telah ditentukan
dengan kecepatan v = 0 pada lintasan spons.
7. Ulangi langkah ke 6 sebanyak 3 kali percobaan atau sampai
mendapatkan hasil yang diinginkan.
8. Catat hasil percobaan (perbedaan jarak hasil percobaan
maksimal 1 cm)
9. Ulangi langkah 6-7 dengan ketinggian yang berbeda , tinggi
didapatkan dari asisten dosen (78 cm – 118 cm dari lantai,
dengan interval 10cm)
10. Ulangi langkah 2-8 pada lintasan seng.
D. DATA HASIL PENGUKURAN

Ketinggian papan datar terhadap lantai hB = 0,31 meter

Sudut elevasi α = 45°

Tabel hasil pengukuran

Lintasan 1 : Spons

 Kelereng 1

Massa kelereng 1 = 18,74 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,357 0,36 0,358
2. 0,88 0,52 0,522 0,528
3. 0,98 0,565 0,569 0,567
4. 10,8 0,69 0,683 0,687
5. 11,8 0,785 0,78 0,779

 Kelereng 2

Massa kelereng 2 = 5,30 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,457 0,458 0,46
2. 0,88 0,55 0,555 0,557
3. 0,98 0,65 0,655 0,652
4. 10,8 0,74 0,746 0,745
5. 11,8 0,857 0,853 0,848
 Kelereng 3
Massa kelereng 3 = 1,58 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,41 0,411 0,416
2. 0,88 0,54 0,542 0,541
3. 0,98 0,625 0,623 0,63
4. 10,8 0,725 0,73 0,732
5. 11,8 0,811 0,812 0,811

Lintasan 2 : Seng

 Kelereng 1

Massa kelereng 1 = 18,74 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,405 0,41 0,411
2. 0,88 0,49 0,498 0,492
3. 0,98 0,616 0,61 0,618
4. 10,8 0,583 0,582 0,589
5. 11,8 0,71 0,712 0,717
 Kelereng 2

Massa kelereng 2 = 5,30 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,44 0,437 0,438
2. 0,88 0,535 0,533 0,532
3. 0,98 0,59 0,582 0,588
4. 10,8 0,72 0,717 0,715
5. 11,8 0,796 0,797 0,795

 Kelereng 3

Massa kelereng 3 = 1,58 x 10-3 kg

Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,437 0,432 0,431
2. 0,88 0,518 0,515 0,517
3. 0,98 0,583 0,584 0,587
4. 10,8 0,715 0,712 0,718
5. 11,8 0,795 0,798 0,796
E. ANALISA KUANTITATIF

Lintasan 1 : Spons

 Kelereng 1
Sudut = 45°
g = 9,8 m/s2
hB lintasan plat licin = 0,31 m

Massa Kelereng 1 ( 18,74 gram = 18,74 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,357 0,36 0,358 0,358 0,187
2. 0,88 0,52 0,522 0,528 0,528 0,227
3. 0,98 0,565 0,569 0,567 0,567 0,236
4. 10,8 0,69 0,683 0,687 0,687 0,259
5. 11,8 0,785 0,78 0,779 0,781 0,277

Perhitungan:
0,357+0,36+0,358
 X̅1 = = 0,358 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,358 + 0,528 + 0,567 + 0,687 + 0,781

= 2,917 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,358 . 9,8 = 1,873 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,358 = 0,168 m2
∑XnYn = 2,053 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2

= (2,345 x 2,917) – (3,35 x 2,053)

(5 x 2,345) – 11,223

= - 0,08

B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2

= (5 x 2,053) – (3,35 x 2,917)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,99

−𝑚𝑔𝐴 0,0187 𝑥 9,8 𝑥 (−0,08)


 ΔE = =- = 7,35x10-3 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhadap X


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40

Y = BX + A

= 0,99(0,40) - 0,08 = 0,316


X = 0,90

Y = BX + A

= 0,99(0,90) – O,08 = 0,811

Massa Kelereng 2 ( 5,30 gram = 5,30 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,457 0,458 0,46 0,458 0,212
2. 0,88 0,55 0,555 0,557 0,554 0,233
3. 0,98 0,65 0,655 0,652 0,652 0,253
4. 10,8 0,74 0,746 0,745 0,744 0,269
5. 11,8 0,857 0,853 0,848 0,853 0,289

Perhitungan:
0,457+0,458+0,46
 X̅1 = = 0,458 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,458 + 0,554 + 0,652 + 0,744 + 0,853

= 3,261 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,458 . 9,8 = 0,212 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,458 = 0,215 m2
∑XnYn = 2,283 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2
= (2,345 x 3,261) – (3,35 x 2,283)

(5 x 2,345) – 11,223

= - 6 x 10-3

B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2

= (5 x 2,283) – (3,35 x 3,261)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,982

−𝑚𝑔𝐴 0,0053 𝑥 9,8 𝑥 (−0,006)


 ΔE = =- = 1,558x10-4 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhadap X


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40

Y = BX + A

= 0,982(0,40) – 6X10-3 = 0,387

X = 0,90

Y = BX + A

= 0,982(0,90) – 6X10-3 = 0,878


Massa Kelereng 3 ( 1,58 gram = 1,58 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,41 0,411 0,416 0,412 0,201
2. 0,88 0,54 0,542 0,541 0,541 0,230
3. 0,98 0,625 0,623 0,63 0,626 0,248
4. 10,8 0,725 0,73 0,732 0,729 0,267
5. 11,8 0,811 0,812 0,811 0.811 0,282

Perhitungan:
0,41+0,411+0,416
 X̅1 = = 0,412 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,412 + 0,541 + 0,626 + 0,729 + 0,811

= 3,119 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,412 . 9,8 = 0,201 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,412 = 0,192 m2
∑XnYn = 2,188 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2

= (2,345 x 3,119) – (3,35 x 2,188)

(5 x 2,345) – 11,223

= - 0,03

B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2
= (5 x 2,188) – (3,35 x 3,119)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,98

−𝑚𝑔𝐴 0,00158 𝑥 9,8 𝑥 (−0,03)


 ΔE = =- = 2,323x10-4 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhadap X


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40

Y = BX + A

= 0,98(0,40) – 0,03 = 0,362

X = 0,90

Y = BX + A

= 0,98(0,90) – 0,03 = 0,852

Lintasan 2 : Seng
 Kelereng 1
Sudut = 45°
g = 9,8 m/s2
hB lintasan plat licin = 0,31 m

Massa Kelereng 1 ( 18,74 gram = 18,74 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,405 0,41 0,411 0,409 0,201
2. 0,88 0,49 0,498 0,492 0,433 0,219
3. 0,98 0,616 0,61 0,618 0,615 0,245
4. 10,8 0,583 0,582 0,589 0,585 0,239
5. 11,8 0,71 0,712 0,717 0,713 0,264

Perhitungan:
0,405+0,41+0,411
 X̅1 = = 0,409 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,409 + 0,433 + 0,615 + 0,585 + 0,713

= 2,814 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,409 . 9,8 = 0,201 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,409 = 0,192 m2
∑XnYn = 1,955 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2
= (2,345 x 2,814) – (3,35 x 1,955)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,098

B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2

= (5 x 1,955) – (3,35 x 2,814)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,694
−𝑚𝑔𝐴 0,,0187 𝑥 9,8 𝑥 0,098
 ΔE = =- = - 8,95x10-3 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhadap X


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40
Y = BX + A

= 0,694 (0,40) + 0,98 = 0,376


X = 0,90
Y = BX + A

= 0,694 (0,90) + 0,098 =0,527

Massa Kelereng 2 ( 5,30 gram = 5,30 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,44 0,437 0,438 0,438 0,207
2. 0,88 0,535 0,533 0,532 0,533 0,229
3. 0,98 0,59 0,582 0,588 0,587 0,239
4. 10,8 0,72 0,717 0,715 0,717 0,265
5. 11,8 0,796 0,797 0,795 0,796 0,279

Perhitungan:
0,44+0,437+0,438
 X̅1 = = 0,438 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,438 + 0,533 + 0,587 + 0,717 + 0,796

= 3,072 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,438 . 9,8 = 0,207 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,438 = 0,215 m2
∑XnYn = 2,157 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2

= (2,345 x 3,072) – (3,35 x 2,283)


(5 x 2,345) – 11,223

= - 0,894

B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2

= (5 x 2,283) – (3,35 x 3,072)

(5 x 2,345) – 11,223

= 2,252

−𝑚𝑔𝐴 0,0053 𝑥 9,8 𝑥 (−0,894)


 ΔE = =- = 0,023 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhadap X


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40
Y = BX + A

= 2,252 (0,40) – 0,894 = 6,8 X 10-3


X = 0,90
Y = BX + A
= 2,252 (0,90) – 0,894 = 1,133

Massa Kelereng 3 ( 1,58 gram = 1,58 x 10-3 kg )

No. hA Jarak tembak (m) x̅ vB


(m) x1 x2 x3 (m) (m/s)
1. 0,78 0,437 0,432 0,431 0,433 0,206
2. 0,88 0,518 0,515 0,517 0,517 0,225
3. 0,98 0,583 0,584 0,587 0,585 0,239
4. 10,8 0,715 0,712 0,718 0,715 0,265
5. 11,8 0,795 0,798 0,796 0,796 0,279

Perhitungan:
0,437+0,432+0,431
 X̅1 = = 0,433 m
3
 x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5

= 0,433 + 0,517 + 0,585 + 0,715 + 0,796

= 3,046 m

 vB1 = √𝑥̅1. 𝑔 = √0,433 . 9,8 = 0,206 m/s2


 Δh = x
X1 = hA1 – hB = 0,78-0,31 = 0,47 m
 ∑Xn = 3,35 m
(∑Xn)2 = 11,223 m2
 X12 = 0,472 = 0,221 m2
∑Xn2 = 2,345 m2
 X1.y1 = 0,47 x 0,433 = 0,204 m2
∑XnYn = 2,134 m2
 A = ∑Xn2∑Yn - ∑Xn∑XnYn
N∑Xn2 – (∑Xn)2

= (2,345 x 3,046) – (3,35 x 2,134)

(5 x 2,345) – 11,223

= - 8 x 10-3
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn

N ∑X2n – (∑Xn)2

= (5 x 2,134) – (3,35 x 3,046)

(5 x 2,345) – 11,223

= 0,932

−𝑚𝑔𝐴 0,00158 𝑥 9,8 𝑥 (−0,008)


 ΔE = =- = 6,195x10-5 Joule
2 2
 Grafik :

Grafik Hubungan Y Terhdap X


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9

X = 0,40
Y = BX + A

= 0,932 (0,40) – 8 x 10-3 = 0,365


X = 0,90
Y = BX + A

= 0,932 (0,90) – 8 x 10-3 = 0,831


F. ANALISA DATA

Pada percobaan 8 tentang “Energi Mekanik” yang telah dilakukan.


Praktikan diminta untuk melakukan dua percobaan berbeda. Pada percobaan
pertama praktikan diminta melakukan percobaan dengan lintasan yg terbuat
dari spons dan percobaan kedua dengan menggunakan lintasan seng.
Praktikan diminta untuk melakukan percobaan dengan ketinggian yang
berbeda-beda yang didapatkan dari asisten dosen (78 cm – 118 cm, dengan
interval 10 cm), hasil yang di dapat pada percobaan menunjukan bahwa
semakin tinggi (sumbu Y) jarak kelereng pada lintasan, maka semakin jauh
jarak kelereng itu mendarat (sumbu X). Contohnya pada kelereng1, dengan
ketinggian Y = 78 cm, rata-rata X dari hasil yang didapatkan adalah 35,83
cm, sedangkan pada ketinggian Y= 88 cm, rata-rata X yang didapatkan 52,33
cm. Selain itu massa juga mempengaruhi jarak pada sumbu X, semakin berat
massa maka akan semakin pendek jaraknya. Seperti sumbu X pada hasil
percobaan pada kelereng 1 dengan massa 18,74 x 10-3 kg , adalah 35,83 cm.
Sedangkan pada percobaan dua dengan massa 5,30 x 10-3 kg mendapat 4,58
cm.

Dari kedua percobaan diatas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa


percobaan ini dipengaruhi oleh jenis lintasan , massa benda, dan tinggi
kelereng yang akan dilepaskan. Jika Δh bertambah maka x̅ semakin besar.
Menunjukan bahwa jika suatu benda melewati lintasan melengkung dari
ketinggian tertentu akan menghasil jarak tebak yang berbeda. Begitu juga
dengan jenis lintasannya, semakin licin lintasannya maka semakin jauh jarak
tembaknya. Berlaku juga terhadap massanya semakin besar massa bendanya,
semakin kecil jarak tembak yang ditempuh benda tersebut.

Pada grafik, jika menggunakan B = 2 menurut teori, maka garis regresinya


akan menjauhi titik-titik yang dihasilkan. Akan tetapi jika B ditentukan
𝑁⅀𝑋𝑛 𝑌𝑛 −⅀𝑋𝑛 ⅀𝑌𝑛
menggunakan rumus B = , maka garis regrasinya akan
𝑁⅀𝑋𝑛2 −(⅀𝑋𝑛 )2
memotong titik-titik yang dibentuk.

Ada hal-hal yang menyebabkan perrcobaan ini terjadi error, yaitu :


 Ketidakketelitiannya praktikan dalam membaca hasil yang didapat
 Kurang tegak tiang pengukur, sehingga tidak dapat ukuran
 Ketidaktelitian praktikan dalam menentukan titik pusat jejakan bola.
 Terlalu banyak titik yang di hasilkan
 Terjadinya pergeseran kertas, dll
G. KESIMPULAN
 Setiap benda akan melibatkan energi jika akan berpindah dari
suatu tempat ketempat yang lain dengan kecepatan tertentu serta
melewati suatu lintasan.
 Jika lintasan yang dilewati merupakan lintasan melengkung maka
kecepatan pada titik akhir lintasan tersebut menjadi kecepatan
awal terjadinya gerak parabola. Sehingga besar dari pada
kecepatan awal parabola ini dapat dihitung melalui energi-energi
yang terlibat dalam perpindahan benda pada suatu lintasan
melengkung tersebut.
 Semakin tinggi dan berat massa benda, maka hasil rata-rata x
yang didapat akan semakin jauh
 Energi yang hilang:
a) Lintasan Plat licin
ΔE Massa bola 1 : 7,35 x 10-3 Joule
ΔE Massa bola 2 : 1,55 x 10-4 Joule
ΔE Massa bola 3 : 2,323 x 10-4 Joule
b) Lintasan Plat Spon
ΔE Massa bola 1 : -8,95 x 10-3 Joule
ΔE Massa bola 2 : 0,023 x 10-3 Joule
ΔE Massa bola 3 : 6,195 x 10-5 Joule
Daftar Pustaka

Saripudin,Ahmad, 2008 , Fisika , Bandung , Grafindo Media Pranama


Dra. Lea Prasetio, M.Sc . 1992. Mengerti Fisika. Yogyakarta: Andi
Offset
Ali Yaz, Muhammad. 2007. Fisika 2. Bogor: Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai