PERCOBAAN 8
ENERGI MEKANIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SURABAYA
2016 – 2017
Percobaan 8
(Energi Mekanik)
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep gerakan benda dan hukum kekekalan energi
2. Menentukan besar energi yang hilang sepanjang lintasan
B. Dasar Teori
Gerak Parabola
Gerak parabola adalah resultan perpindahan suatu benda yang
serentak melakukan gerak lurus beraturan pada arah horizontal dan
berubah beraturan pada arah vertikal. Atau dapat juga diartikan
dengan gerak suatu benda yang lintasanmya berbentuk parabola.
Gerak Parabola terdiri dari dua jenis gerak yaitu , gerak lurus
beraturan (GLB) dalam arah horizontal (sumbu-x) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) dalam arah vertikal (sumbu-y). Percepatan
gerak parabola berasal dari percepatan gravitasi Bumi (a= -g). Pada gerak
parabola selalu akan ada percepatan yang arahnya vertikal ke bawah dan
konstan.
Gerak parabola tergolong gerak dalam dua dimensi. Gerak dalam dua
dimensi adalah gerakan benda yang bergerak di udara dalam dua dimensi
di dekat permukaan bumi. Contoh dari gerak parabola adalah gerakan
bola yang ditendang oleh para pemain sepak bola yang melambung dan
menghasilkan lintasan yang dilalui berbentuk melengkung atau berbentuk
seperti parabola. Gerak parabola adalah resultan perpindahan suatu benda
yang serentak melakukan gerak lurus beraturan (GLB) pada arah
horizontal dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) pada arah vertikal,
di mana lintasannya berbentuk parabola. Gerak parabola terjadi apabila
terjadi perpindahan suatu benda yang serentak melakukan gerak lurus
beraturan pada arah horizontal dan gerak lurus berubah beraturan pada
arah vertikal. Pada gerak parabola selalu aka nada percepatan yang
arahnya vertikal ke bawah dan konstan.
Salah satu contoh gerak parabola adalah gerak peluru. Gerak peluru
merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya diberi
kecepatan awal (vₒ), dan membentuk sudut α dengan garis horisontal lalu
menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi,
di mana lintasan yang dilalui oleh peluru tersebut dinamakan trayektori.
Gerak peluru tidak mempersoalkan hambatan udara, gerakan bumi, jadi
yang ditinjau dari gerakan tersebut adalah gerakan benda yang diberikan
kecepatan awal dan gerakan tersebut bergerak dalam lintasan
melengkung di mana hanya dipengaruhi gravitasi. Gerak peluru adalah
suatu gerak dengan percepatan g yang arahnya ke pusat bumi dan tidak
ada komponen percepatan dari arah horizontal. Gerak ini dapat
dijabarkan sebagai dua gerak yang terpisah yaitu gerak pada arah vertikal
“Y” dan gerak pada arah horizontal.
Untuk menganalisis gerakan peluru ini, perlu dibentuk suatu sistem
koordinat seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Sumbu X
(horisontal) sehingga sebagai sumbu Y (vertikal)
Y
v
voy
vo
α
X
vox B
( Lintasan Peluru)
Gerak parabola atau gerak peluru selalu dipengaruhi oleh sudut elevasi
(α) dan percepatan gravitasi bumi. Ketika bergerak dengan tertentu (v0), maka
peluru akan mencapai tinggi maksimum (Ymaks), dan jangkauan terjauh
(Xmaks). Kita dapat menentukan Ymaks dengan cara :
𝑉𝑜𝑦 2
Ymaks =
2𝑔
𝑉𝑜2 .𝑠𝑖𝑛2 𝛼
Ymaks =
2𝑔
Xymaks = Vox..tymaks
𝑉𝑜 . 𝑠𝑖𝑛𝛼
Xymaks = Vo . cosα ( )
𝑔
𝑉𝑜2 .𝑠𝑖𝑛2𝛼
Xymaks =
2𝑔
Kekekalan Energi
Energi dibagi menjadi 3, yaitu energi kinetik, energi potensial dan energi
mekanik :
1. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang pertama kali dipahami.
Gottfried Wilhelm Leibnitz adalah ilmuan pertama yang percobaan
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi energi.
Setelah melakukan penelitian , didapatkan rumus :
1
EK = 2 𝑚𝑣 2
2. Energi Potensial
Ada bentuk energi yang dapat kita simpan, energi ini biasa
disebut dengan energi potensial. Gaya tarik gravitasi yang
berkerja di atas permukaan bumi sama dengan hasil kali antara
massa dengan percepatan gravitasi ( F = m.g).
Energi pontensial suatu benda dengan massa (m) yang berada
pada ketinggian (h) dari lantai adalah
EP = mgh
3. Energi Mekanik
Energi total dari sistem disebut dengan energi mekanik.
Sehingga energi mekanik ini melibatkan energi kinetik dan energi
potensial gravitasi.
Energi total tidak dipengaruhi oleh gaya luar. Dengan kata lain
energi mekanik bersifa kekal. Hukum ini disebut dengan Hukum
Kekekalan Energi Mekanik.
∑ 𝐸 𝑎𝑤𝑎𝑙 = ∑ 𝐸 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
1 1
M g hA + 2 m vA2 = m g hB + 2 m vB2 + Ehilang
C. ALAT dan CARA KERJA
Alat-alat :
1. 3 buah kelereng
2. Rollmeter
3. Neraca
4. Penggaris
5. Kertas karbon
6. Kit Percobaan (lintasan plat licin dan lintasan spons)
7. Busur derajat untuk mengukur sudut 45°
Cara Kerja :
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Mengukur masing-masing massa kelereng yang digunakan.
3. Meletakan dan menyusun kertas karbon di atas kertas buram
untuk mendapatkan jejak mendaratnya kelereng.
4. Mengatur sudut antara lintasan dengan bidang datar (45°)
5. Mengukur tinggi antara bidang datar dengan lantai dengan
mengunakan rollmeter atau penggaris.
6. Melepaskan kelereng dari ketinggian yang telah ditentukan
dengan kecepatan v = 0 pada lintasan spons.
7. Ulangi langkah ke 6 sebanyak 3 kali percobaan atau sampai
mendapatkan hasil yang diinginkan.
8. Catat hasil percobaan (perbedaan jarak hasil percobaan
maksimal 1 cm)
9. Ulangi langkah 6-7 dengan ketinggian yang berbeda , tinggi
didapatkan dari asisten dosen (78 cm – 118 cm dari lantai,
dengan interval 10cm)
10. Ulangi langkah 2-8 pada lintasan seng.
D. DATA HASIL PENGUKURAN
Lintasan 1 : Spons
Kelereng 1
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,357 0,36 0,358
2. 0,88 0,52 0,522 0,528
3. 0,98 0,565 0,569 0,567
4. 10,8 0,69 0,683 0,687
5. 11,8 0,785 0,78 0,779
Kelereng 2
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,457 0,458 0,46
2. 0,88 0,55 0,555 0,557
3. 0,98 0,65 0,655 0,652
4. 10,8 0,74 0,746 0,745
5. 11,8 0,857 0,853 0,848
Kelereng 3
Massa kelereng 3 = 1,58 x 10-3 kg
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,41 0,411 0,416
2. 0,88 0,54 0,542 0,541
3. 0,98 0,625 0,623 0,63
4. 10,8 0,725 0,73 0,732
5. 11,8 0,811 0,812 0,811
Lintasan 2 : Seng
Kelereng 1
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,405 0,41 0,411
2. 0,88 0,49 0,498 0,492
3. 0,98 0,616 0,61 0,618
4. 10,8 0,583 0,582 0,589
5. 11,8 0,71 0,712 0,717
Kelereng 2
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,44 0,437 0,438
2. 0,88 0,535 0,533 0,532
3. 0,98 0,59 0,582 0,588
4. 10,8 0,72 0,717 0,715
5. 11,8 0,796 0,797 0,795
Kelereng 3
Jarak Tembak [ m ]
No. hA [ m ]
X1 X2 X3
1. 0,78 0,437 0,432 0,431
2. 0,88 0,518 0,515 0,517
3. 0,98 0,583 0,584 0,587
4. 10,8 0,715 0,712 0,718
5. 11,8 0,795 0,798 0,796
E. ANALISA KUANTITATIF
Lintasan 1 : Spons
Kelereng 1
Sudut = 45°
g = 9,8 m/s2
hB lintasan plat licin = 0,31 m
Perhitungan:
0,357+0,36+0,358
X̅1 = = 0,358 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 2,917 m
(5 x 2,345) – 11,223
= - 0,08
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,99
X = 0,40
Y = BX + A
Y = BX + A
Perhitungan:
0,457+0,458+0,46
X̅1 = = 0,458 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 3,261 m
(5 x 2,345) – 11,223
= - 6 x 10-3
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,982
X = 0,40
Y = BX + A
X = 0,90
Y = BX + A
Perhitungan:
0,41+0,411+0,416
X̅1 = = 0,412 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 3,119 m
(5 x 2,345) – 11,223
= - 0,03
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
= (5 x 2,188) – (3,35 x 3,119)
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,98
X = 0,40
Y = BX + A
X = 0,90
Y = BX + A
Lintasan 2 : Seng
Kelereng 1
Sudut = 45°
g = 9,8 m/s2
hB lintasan plat licin = 0,31 m
Perhitungan:
0,405+0,41+0,411
X̅1 = = 0,409 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 2,814 m
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,098
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,694
−𝑚𝑔𝐴 0,,0187 𝑥 9,8 𝑥 0,098
ΔE = =- = - 8,95x10-3 Joule
2 2
Grafik :
X = 0,40
Y = BX + A
Perhitungan:
0,44+0,437+0,438
X̅1 = = 0,438 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 3,072 m
= - 0,894
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
(5 x 2,345) – 11,223
= 2,252
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.4 0.47 0.57 0.67 0.77 0.87 0.9
X = 0,40
Y = BX + A
Perhitungan:
0,437+0,432+0,431
X̅1 = = 0,433 m
3
x̅ = y
∑yn = y1 + y2 + y3 + y4 + y5
= 3,046 m
(5 x 2,345) – 11,223
= - 8 x 10-3
B = N ∑XnYn - ∑Xn∑Yn
N ∑X2n – (∑Xn)2
(5 x 2,345) – 11,223
= 0,932
X = 0,40
Y = BX + A