PENDAHULUAN
Statin merupakan salah satu golongan obat yang paling banyak digunakan
untuk mengobati dislipidemia dengan cara mekanisme penghambatan enzim
3-Hydroxy-3-Methylglutaryl Coenzyme A reductse (HMG CoA-reduktase)
(Fedacko et al, 2010). Obat golongan statin ada yang memiliki waktu paruh
singkat dan ada yang memiliki waktu paruh panjang. Golongan statin dengan
waktu paruh singkat antara lain lovastatin, simvastatin, pravastatin,
fluvastatin, dan cerivastatin, sedangkan obat statin dengan waktu paruh
panjang adalah atorvastatin dan rosuvastatin (Gaw, 2001).
Penggunaan statin sebagai obat anti hiperlipidemia cukup optimal, namun ada
beberapa efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul dari penggunaan obat
golongan statin ini, seperti gangguan pada otot (miopati), efek neurologis
seperti penurunan daya ingat, gangguan tidur atau insomnia, efek pada hati,
serta gangguan ginjal yang menyebabkan proteinuria dan hematuria (Mancini
et al, 2011). Efek samping simvastatin antaranya infeksi saluran pernafasan
(9,0%), sakit kepala (7,4%), sakit perut (7,3%), konstipasi (6,6%), mual
(5,4%) (Merk, 2012).
1
Salah satu masalah dari penggunaan obat adalah reaksi obat yang tidak
dikehendaki Adverse Drug Reactions (ADR) dapat memperburuk penyakit
dasar yang sedang diterapi serta menjadikan bertambahnya permasalahan baru
bahkan kematian. Keracunan dan syok anafilaksis merupakan contoh ADR
berat yang dapat menimbulkan kematian. Rasa gatal dan mengantuk adalah
sebagian contoh ringan akibat ADR. Sebuah penelitian di Perancis dari 2067
orang dewasa berusia 20-67 tahun yang mendatangi pusat kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan dilaporkan bahwa 14,7 % memiliki efek samping
terhadap satu atau lebih obat (Mariyono dan Suryana, 2008).
Menurut (Satish et al, 2016) myalgia adalah efek samping yang paling umum
dari penggunaan statin, dengan tingkat terdokumentasi dari 1-10%.
Rhabdomyolysis adalah efek samping yang paling serius dari penggunaan
statin, meskipun cukup jarang terjadi (kurang dari 0,1%). Yang paling umum
faktor risiko untuk miopati terkait dengan statin termasuk hipertiroidisme,
polifarmasi, dan penyalahgunaan alkohol.
2
Menurut (Nurlin et al, 2014) sebanyak 40 pasien menggunakan simvastatin,
terdapat 28 orang yang tidak mengalami efek samping dan nyeri otot dan 14
orang sisanya mengalami efek samping nyeri otot setelah menggunakan obat
simvastatin dan atorvastatin dengan tingkatan nyeri yang berbeda.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan algoritma Naranjo, dari 14
orang subjek penelitian yang mengalami nyeri otot yang mereka rasakan
tersebut besar kemungkinan karena efek samping obat simvastatin dan
atorvastatain.
1.2.1 Berapa jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD dan yang
tidak mengalami ROTD setelah penggunaan simvastatin ?
1.2.2 Apa saja ROTD yang terjadi ?
1.2.3 Bagaimana perbandingan efikasi simvastatin 10 mg dan 20 mg dilihat
dari jumlah ROTD ?
1.3.1 Mengetahui jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD dan yang
tiak mengalami ROTD setelah penggunaan simvastatin
1.3.2 Mengetahui ROTD apa saja yang terjadi
1.3.3 Mengetahui perbandingan efikasi simvastatin 10 mg dan 20 mg dilihat
dari jumlah ROTD
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam mengevaluasi Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia.
1.4.2 Pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah bagi
Rumah Sakit Daerah Madani untuk meningkatkan keamanan pada
pengobatan dislipidemia sebagai acuan yang digunakan oleh tenaga
medis.
1.4.3 Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
peneliti lain terkait dengan evaluasi Reaksi Obat Yang Tidak
Dikehendaki (ROTD) penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dislipidemia
2.1.1 Definisi
Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme
lipoprotein, baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang
mungkin timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total,
kadar Low Density Lipoprotein(LDL), dan kadar trigliserida serta
penurunan dari kadar High Density Lipoprotein (HDL) di dalam darah
(Musunuru, 2010).
2) Kolesterol LDL
Low density Lipoprotein (LDL) disebut juga β – lipoprotein yang
mengandung 21% protein dan 78% lemak. Low density Lipoprotein
(LDL) disebut pula kolesterol jahat karena berperan membawa
kolesterol ke sel dan jaringan tubuh, sehingga apabila jumlahnya
berlebihan didalam tubuh, kolesterol ini dapat menumpuk dan
mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi
plak. Plak dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk
sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan
darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang sehingga
terjadi penebalan dan pengerasan di pembuluh darah yang disebut
aterosklerosis (Dipiro et al, 2011).
5
3) Kolesterol HDL
High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga α – lipoprotein yang
mengandung 30% protein dan 48% lemak.High Density
Lipoprotein (HDL)pada umumnya disebut kolesterol baik karena
berperan dalam membawa kelebihan kolesterol di jaringan kembali
ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh.HDL
ini mencegah terjadinya penumpukan kolesterol di jaringan,
terutama pembuluh darah (Dipiro et al, 2011).
4) Trigliserida
Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan salah satu jenis
lemak yang paling banyak ditemukan dalam darah. Tingginya
trigliserida sering disertai dengan keadaan kadar HDL yang rendah.
Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat makanan dan kegemukan (Dipiro et al, 2011).
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Arsana dkk (2015) dislipidemia dibagi menjadi dua yaitu:
a. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan
genetic.Pasien dislipidemia sedang disebabkan oleh
hiperkolestrolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi
famials.Dislipidemia berat umunya karena hiperkolesterolemia
familial, dislipidemia remnant, dan hipertriglisseridemia primer.
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat
suatu penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindrom nefrotik,
diabetes mellitus, dan sindroma metabolik.
6
≥ 240 mg/dl Tinggi
Kolesterol HDL < 40 mg/dl Rendah
≥ 60 mg/dl Tinggi
< 100 mg/dl Optimal
100-129 mg/dl Dekat atau di atas
Kolesterol LDL optimal
130-159 mg/dl Batas tinggi
160-189 mg/dl Tinggi
≥ 190 mg/dl Sangat tinggi
< 150 mg/dl Normal
150 - 199 mg/dl Batas Tinggi
Trigliserida 200 – 499 mg/dl Tinggi
≥ 500 mg/dl Sangat Tinggi
2.1.4 Etiologi
Menurut Dipiro (2017) etiologi dislipidemia yaitu :
1. Hiperkolestrolemina : hipotiroidisme, penyakit hati obstruktif,
sindrom nefrotik, dan anorexia nervosa
2. Hipertrigliseridemia : Obesitas, diabetes militus, lipodistrofi,
Glycogen storage disease, operasi bypas ileal, sepsis, kehamilan,
hepatitis akut, lupus erithematosus sistemik, multipel meiloma,
limfoma
3. Hipokolestrolemia : malnutrisi, malabsorbsi, AIDS, tuberculosis,
dan penyakit hati kronik
4. HDL rendah : malnutrisi dan obesitas
7
2.1.6 Terapi Farmakologi
a) Statin
Statin adalah obat penurun lipid pertama yang harus digunakan
untuk menurunkan kolesterol LDL.Dalam keadaan tidak toleran
terhadap statin, direkomendasikan pemakaian ezetimibe, inhibitor
PCSK9, atau bile acid sequestrant monoterapi.Selain berfungsi
untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek
meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG.Berbagai jenis
statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18- 55%, meningkatkan
kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%.Cara kerja
statin adalah dengan menghambat kerja HMGCoA
reduktase.Efeknya dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL.Di hepar, statin
meningkatkan regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga
meningkatkan pembersihan kolesterol LDL (PERKI, 2017).
c) Inhibitor PCSK9
Penemuan yang menunjukkan Proprotein Convertase
Subtilisin/Kexin type 9 (PCSK9) menyebabkan degradasi reseptor
LDL memunculkan cara baru dalam mengontrol kolesterol
8
LDL.162 Peningkatan konsentrasi atau fungsi PCSK9 berhubungan
dengan penurunan ekspresi reseptor LDL dan peningkatan
konsentrasi kolesterol LDL di plasma. Penelitian awal untuk
mereduksi PCSK9 difokuskan pada penggunaan antibodi
monoklonal untuk mengurangi konsentrasi PCSK9 yang beredar di
sirkulasi. Pendekatan ini mengurangi jumlah PCSK9 yang
berikatan dengan reseptor LDL (PERKI,2017).
e) Fibrat
Fibrat adalah agonis dari PPAR-α.Melalui reseptor ini, fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen
apoA-I dan A-II.Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan
peningkatan katabolisme TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya
pembentukan kolesterol VLDL, dan meningkatnya pembersihan
kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I dan apoA-II
menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol HDL
(PERKI,2017).
9
f) Asam nikotinat
Asam nikotinat (niasin) merupakan vitamin B komplek larut air
yang berfungsi sebagai vitamin setelah diubah menjadi
nikotinamida. Nikotinamid tidak mempengaruhi kadar lipid dalam
darah. Asam nikotinat (niasin) harus diberikan dalam dosis yang
lebih besar daripada yang diperlukan untuk efeknya sebagai
vitamin agar mendapatkan efek hipolipidemik.Obat ini merupakan
hipolipidemik yang paling efektif dalam meningkatkan HDL
(sebesar 30-40%). Disamping itpu juga menurunkan trigliserida
(sebesar 35-45%), dan kolesterol LDL (sebesar 20-30%) (Mahley
& Bersot, 2007).
10
pengikat asam empedu, thiazid, asparaginase, interferon, antifungi
azole, mirtazapin, steoid anabolik, sirolimus, bexaroten (Dipiro,
2017).
11
2.4 Algoritma Dislipidemia
HIPERLIPIDEMIA
Diagnosis/penilaian
Hasil lipid yang didapatkan setelah 9-12 jam tidak makan (Puasa) Menilai dengan terapi lifestyle (TLC) seperti diet, olahraga,
Menentukan keadaan CHD atau semisal CHD (DM, CAD, CKD, menurunkan berat badan, jika BMI > 25, jika LDL diatas Jalur ini tidak bisa
AAA) 3 bulan percobaan dengan terapi lifestyle (TLC) secara digantikan secara
Menentukan nilai faktor resiko kardiovaskuler tepat kecuali LDL = 220 mg/dl penilaian klinis atau
Menetukan kategori resiko Dipertimbangkan menambah terapi obat jika LDL tinggi berlaku pada semua
Evaluasi H &P : Memutuskan penyebab kedua (DM, penyakit ginjal, pada pasien CHD dengan yang ada di kanan bawah, pasien
gangguan tiroid, penyakit hati obstruktif, obat, obesitas)
pasien denga resiko rendah bisa di coba selama 3 bulan
Hasil Lab : UA, TSH, Gula, LFTs, serum Cr, BUN
terapi lifestyle (TLC)
Mengidentifikasi sindrom metabolic dan pemeliharaan jika
ada 3 bulan terapi lifestyle (TLC)
Pengobatan dengan menaikkan trigliserida
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dislipidemia yang menjalani
pengobatan simvastatin10 mg dan 20 mg di RSUD Madani Kota Palu
periode November 2018- Februari 2019 yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi.
1) Kriteria Inklusi
a. Pasien terdiagnosa dislipidemia
b. Pasien rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu
c. Pasien dengan dan atau tanpa penyakit komplikasi
d. Pasien umur ≥ 18 tahun
14
e. Pasien yang mengalami efek samping pada saat pemberian obat
simvastatin 10 mg dan 20 mg
f. Pasien yang bersedia mengikuti penilitian
2) Kriteria Ekslusi
a. Pasien dengan data yang tidak lengkap
b. Pasien yang menggunakan kombinasi terapi dislipidemia.
15
3.) Karakteristik demografi meliputi:
a) Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-
laki secara biologis sejak seseorang lahir.
Kategori : a. Laki-laki b. Perempuan
Skala : nominal
b) Usia adalah selisih waktu kelahiran dengan waktu pasien
masuk rumah sakit dengan diagnosa dislipidemia.
Kategori : a. 18-21 tahun b. 22-40 tahun
c. 41-60 tahun d. > 60 tahun
Skala : ordinal
c) Profil Lipid adalah hasil pengukuran kadar lipid dalam
darah yang terdiri dari LDL dan Kolesterol Total
a) Kolesterol Total
Nilai normal :< 200 mg/dl
b) LDL-Kolesterol
Nilai normal :< 100 mg/dl
Skala : rasio
16
3.5 Perhitungan Sampel
Pada penelitian ini digunakan perhitungan sampel dengan rumus :
n =⦋ (Zα+Zβ)𝑥 𝑠 2
x1−x2
⦌
Dimana :
n : Besar sampel
Zα : Kesalahan tipe 1 nilai 1,96
Zβ : Kesalahan tipe 2 nilai 0,842
Dari rumus tersebut maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah:
(Zα+Zβ)𝑥 𝑠 2
n =⦋ ⦌
x1−x2
(1,96+0,842)𝑥 13,8 2
n =⦋ ⦌
11,1
(2,802)𝑥 13,8 2
n =⦋ ⦌
11,1
n = 12,11 ~ 12
Jadi, jumlah sampel minimal untuk simvastatin 10 mg adalah 12 pasien dan
jumlah sampel minimal untuk simvastatin 20 mg adalah 12 pasien.
17
3.7 Analisis Data
Analisa efek samping dilakukan dengan algoritma Naranjo untuk melihat
probabilitas efek samping obat yang ditimbulkan. Proporsi dan hasil
penelitian akan dijelaskan secra deskriptif dan kuantitatif. Sedangkan untuk
probabilitas hubungan antara dua variable digunakan uji statistik Chi Square.
Pengolahan data yang ada pada penelitian ini adalah analisis univariat dan
bivariat.
18
BAB IV
4.1 Sampel
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli Penyakit Dalam
RSUD Madani Palu pasien yang terdiagnosa dislipidemia yang masuk ada
kriteria inklusi dan eksklusi dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Jumlah pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu pada periode
November 2018 sampai Februari 2019 yang menggunakan simvastatin 10 mg dan 20 mg
Jumlah pasien dislipidemia Jumlah pasien
(n = 28)
Total 33
Total pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu pada
periode November 2018-Februari 2019 yang menggunakan simvastatin 10
mg dan 20 mg adalah 33 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
adalah sebanyak 28 pasien. Pasien yang tidak memenuhi kriteria adalah
sebanyak 5 pasien.
19
Tabel 4.2 data demografi pasien dislipidemia yang dijadikan sampel penelitian di RSUD
Madani Palu pada periode November 2018–Februari 2019
Usia
7 50
46-55 6 42,9
> 65 2 14,3 - -
JenisKelamin
20
Berdasarkan hasil pengumpulan data demografi pasien dislipidemia dalam
penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan dari distribusi usia. Usia
pasien dengan angka kejadian yang paling tinggi adalah 46-55 tahun dan 56-
65 tahun diurutan kedua. Hal ini sejalan dengan penelitian Yustiana (2012)
yaitu jumlah pasien sebagian besar sampel berada pada kelompok usia 41-
50 tahun yaitu sebanyak 249 sampel (68,6%). Hal ini disebabkan karena
pada usia yang semakin tua, seseorang akan mengalami penurunan
kemampuan berbagai organ tubuhnya begitu pula dengan pembentukan
reseptor LDL.
(n = 28) (%)
Kram 8 28,5
Mual 2 7,1
21
Susah tidur 1 3,5
Pusing 1 3,5
Sesak 1 3,5
Berdebar-debar 1 3,5
4.3.2 Diagnosa
Tabel 4.3 Diagnosa pasien rawat jalan dislipidemia di RSUD Madani Kota Palu
Periode November 2018- Februari 2018 yang menggunakan simvastatin 10 dan 20
mg
22
Diagnosis Utama Diagnosis Penyertadan / Jumlah Persentase
Komplikasi
(n = 28) (%)
+Dislipidemia + ISK
1 3,5
+Dislipidemia + CHF +
Hipertiroid 1 3,5
+ Dislipidemia + Neuropati
1 3,5
+ Dislipidemia + Hiperurisemia
1 3,5
+ Dislipidemia + Gastroperesis
1 3,5
+ Dislipidemia + GERD
1 3,5
+ Dislipidemia + Ulkus diabetik
1 3,5
+ Dislipidemia + PPOK +
Hipertensi 1 3,5
1 3,5
Dislipidemia 1 3,5
(n=1)
23
DM tipe 2 prevalensi dislipidemia adalah 90.7%. Menurut Arsana et al
(2015) menyatakan bahwa salah satu penyebab dislipidemia sekunder
adalah diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe II terjasi resistensi
insulin. Pada keadaan ini lipase yang sensitif terhadap hormon akan
menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserida di jaringan adiposa akan
meningkat. Keadaan ini menghasilkan asam lemak bebas yang
berlebihan. Asam lemak akan memasuki aliran darah, sebagian
digunakan sebagai energi dan sebagian akan dibawah ke hati sebagai
bahan baku pembentukan trigliserida. Di hati asam lemak bebas akan
menjadi trigliserida kembali dan menjadi bagian dari VLDL (Malloy
dan Kane, 2004).
Insulin Novorapid 7 25
Levemir 7 25
24
generasi 3
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa obat yang paling banyak digunakan oleh
pasien dislipidemia yaitu obat simvastatin dengan persentase pemakaiaan
sebesar 100%. Statin bekerja dengan mengurangi pembentukan kolesterol di
liver dengan menghambat secara kompetitif kerja dari enzim HMG-CoA
reduktase (Arsana et al, 2015). Efikasi statin lebih besar jika diberikan pada
malam hari karena bertepatan dengan biosintesis kolesterol endogen yang
juga terjadi pada malam hari (Alldredge et al, 2013). Penggunaan obat
golongan statin sangat seringdigunakam dalam keadaan khusus. Obat
golongan statin diberikan pada pasien diabetes dengan penyakit jantung
koroner (PJK) atau pasien dengan umur >40 tahun dengan satu atau lebih
faktor risiko PJK seperti riwayat keluarga, dislipidemia, hipertensi,
merokok, dan albuminuria tanpa melihat kadar awal profil lipidnya. Statin
25
juga direkomendasikan pada pasien <40 tahun dengan faktor risiko PJK
yang multiple atau LDL >100 mg/dl (American Diabetes Association,
2014).
26
Berdasarkan hasil penelitian, kejadian efek samping obat pada pasien
dislipidemia rawat jalan yang menggunakan terapi simvastatin 10 mg yang
paling banyak adalah kram 3 (21,4%), diikuti oleh sakit kepala, mual,
konstipasi, kelelahan, pusing, nyeri pinggang masing-masing dengan
persentase 7,1%, sedangkan kejjadian efek samping obat yang menggunakan
terapi simvastatin 20 mg yang terbanyak adalah kram 3 (21,4%), diikuti mual
dan kelelahan masing-masing 14,2% , lalu sakit kepala, konstipasi, susah
tidur, pusing, dan nyeri perut masing-masing dengan persentase 7,1%. Salah
satu efek samping dari statin adalah berupa miopati. Nyeri otot terjadi karena
statin tidak spesifik dalam menghambat atau mengurangi produksi bahan-
bahan pembentuk kolestrol saja, namun statin juga dapat mengganggu
metabolisme otot (fedacko et al, 2010). Salah satu gejala dari nyeri otot
(miopati) adalah kram. Kram merupakan kontraksi otot yang terjadi
involunter biasanya selama beberapa detik atau menit (kurniawan dan
damayanti, 2012). Persentase kejadian nyeri otot (kram) akibat penggunaan
obat golongan statin dilaporkan sebanyak 25% (Thompson et al, 2003). Hal
ini diperkuat oleh penelitian Rosita et al, 2014 bahwa prevalensi pasien yang
mengalami nyeri otot setelah penggunaan terapi simvastatin sebanyak 20
orang dengan total 29 pasien.
Berdasarkan uji statistik Chi-square untuk efek samping obat pada pemberian
terapi simvastatin 10 mg dan 20 mg memiliki nilai signifikan yaitu 0,914, karena
sig>α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan
terhadap kejadian efek samping obat pada pemberian dosis 10 mg dan dosis 20
mg.
4.6 Data penilaian kejadian efek samping kedua kelompok terapi simvastatin
dengan menggunakan Algoritma Naranjo
27
Krteria penilaian ESO Dosis 10 mg Dosis 20 mg
Jumlah (%)
Jumlah (%)
Mungkin / Probable 0 0
Naranjo scale : 5-8
Dari 10 pertanyaan dari algoritma naranjo ada pertanyaan yang tidak bisa
dilakukan dalam penelitian ini yaitu pertnyaan nomor 4, 6, 7, dan 8 sehingga
akan mendapatkan nilai “0”. Di Indonesia jarang dilakukan peningkatan atau
penurunan dosis seperti pada pertanyaan nomor 8, pemberian ulang seperti
pada nomor 4, plasebo pada nomor 6, dan penetapan kadar obat dalam darah
seperti pada nomor 7. Pada umumnya di indonesia obat dihentikan jika
dicurigai muncul efek samping obat. Total dari keseluruhan nilai adalah 13,
namun karena ada 4 pertanyaan yang tidak dapat dijawab sehingga total
keseluruhan dikurangi 13-4 menjadi 9.
28
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa angka kejadian efek samping
pada dosis 10 mg memiliki proporsi lebih kecil yaitu 57,1% dibandingkan
dengan proporsi dengan angka efek samping pada dosis 20 mg dengan
proporsi sebesar 64,3%. Berdasarkan uji statistik chi square untuk
perbandingan efek samping obat dosis 10 mg dan dosis 20 mg memiliki nilai
signifikan yaitu 0,699 karena nilai sig >α (0,05), maka didapatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kejadian efek samping
obat pada pemberian dosis 10 mg dan dosis 20 mg.
29
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD pada simvastatin 10 mg
dan 20 mg adalah % dan yang tidak mengalami ROTD pada simvastatin
10 mg dan 20 mg %
2. ROTD yang terjadi pada penggunaan simvastatin 10 mg yaitu kram, mual,
sakit kepala, pusing, konstipasi, kelelahan dan pada penggunaan
simvasatin 20 mg yaitu sakit kepala, konstipasi, mual, kram, pusing lelah,
dan sakit perut.
3. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kejadian efek
samping antara simvastatin 10 mg dan 20 mg
1.2 Saran
Diharapkan untuk penelitian berikutnya, dapat dilakukan dengan jangka
waktu lebih panjang agar dapat memungkinkan untuk menjawab lebih banyak
pertanyaan dalam algoritma naranjo sehingga hasil yang diperoleh lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
30
Adlina, Nurin et al, 2014, Monitoring Efek Samping Nyeri Otot Obat Golongan
Statin pada Pasien RSU Universitan Kristen Indonesia Period Maret-Mei
2014, Fakultas Farmasi UI, Depok.
BPOM RI, 2012.Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bagi tenaga
kesehatan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2008. The seventh edition of the
benchmark evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies
Inc. USA.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2017. The tenth edition of the
benchmark evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies
Inc. USA.
31
Macini, G. B. J., Baker, S., Bergeron, J., Fitchett, D., Frohlich, J, 2011, Diagnosis,
prevention, and management of Statin Adverse Effects and intolerance :
proceedings of Canadian Working Group Consensus Confference,The
Canadian Journal of Cadiology.
Mahley, R.W. & Bersot, T.P., 2007, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi, Edisi kesepuluh, diterjemahkan oleh Tim alih Bahasa Sekolah
Farmasi ITB, 963-964, EGC, Jakarta.
Mahamuni, S.P., Khose, R.D., Menaa, F and Badole, S.L. 2012. Therapeutic
Approaches to Drug Targets in Hyperlipidemia. Biomedicine 2:137-146.
Satish et al, 2016, Statin Theaphy : Review of Safety and Potential Side Effects,
Taiwan Society of Cardiology, Taiwan.
32