Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejumlah


ketidaknormalan pada profil lipid, yaitu: peningkatan asam lemak bebas,
peningkatan kadar Low Density Lipoprotein – Cholesterol (LDL-C),
peningkatan kadar Apolipoprotein B (apoB), hipertrigliseridemia,
hiperkolesterolemia, dan penurunan kadar High Density Lipoprotein-
Cholesterol (HDL-C). Dislipidemia merupakan karakter utama dari sindrom
metabolik, dengan karakter lainnya, yaitu: hiperinsulinemia, obesitas, dan
hipertensi. Dislipidemia adalah salah satu faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular dan stroke. Kadar HDL-C rendah dan hipertrigliseridemia
berhubungan dengan infark miokardiak yang terjadi pada pasien dengan
sindrom metabolik (Mahamuni et al, 2012).

Statin merupakan salah satu golongan obat yang paling banyak digunakan
untuk mengobati dislipidemia dengan cara mekanisme penghambatan enzim
3-Hydroxy-3-Methylglutaryl Coenzyme A reductse (HMG CoA-reduktase)
(Fedacko et al, 2010). Obat golongan statin ada yang memiliki waktu paruh
singkat dan ada yang memiliki waktu paruh panjang. Golongan statin dengan
waktu paruh singkat antara lain lovastatin, simvastatin, pravastatin,
fluvastatin, dan cerivastatin, sedangkan obat statin dengan waktu paruh
panjang adalah atorvastatin dan rosuvastatin (Gaw, 2001).

Penggunaan statin sebagai obat anti hiperlipidemia cukup optimal, namun ada
beberapa efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul dari penggunaan obat
golongan statin ini, seperti gangguan pada otot (miopati), efek neurologis
seperti penurunan daya ingat, gangguan tidur atau insomnia, efek pada hati,
serta gangguan ginjal yang menyebabkan proteinuria dan hematuria (Mancini
et al, 2011). Efek samping simvastatin antaranya infeksi saluran pernafasan
(9,0%), sakit kepala (7,4%), sakit perut (7,3%), konstipasi (6,6%), mual
(5,4%) (Merk, 2012).

1
Salah satu masalah dari penggunaan obat adalah reaksi obat yang tidak
dikehendaki Adverse Drug Reactions (ADR) dapat memperburuk penyakit
dasar yang sedang diterapi serta menjadikan bertambahnya permasalahan baru
bahkan kematian. Keracunan dan syok anafilaksis merupakan contoh ADR
berat yang dapat menimbulkan kematian. Rasa gatal dan mengantuk adalah
sebagian contoh ringan akibat ADR. Sebuah penelitian di Perancis dari 2067
orang dewasa berusia 20-67 tahun yang mendatangi pusat kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan dilaporkan bahwa 14,7 % memiliki efek samping
terhadap satu atau lebih obat (Mariyono dan Suryana, 2008).

Instrumen penelitian menggunakan formulir Algoritma Naranjo dan lembar


pengumpulan data. Peneliti melakukan wawancara pada pasien untuk
menjawab poin-poin pertanyaan pada Algoritma Naranjo. Setiap poin pada
tiap pertanyaan akan dijumlahkan dan dilakukan pencocokan dengan Skala
Algoritma Naranjo yaitu skor 0 (Doubtful) yang berarti bukan merupakan efek
samping, 1-4 (Possible) mungkin merupakan efek samping, 5-8 (Probable)
kemungkinan besar terjadi efek samping dari obat yang dicurigai, dan ≥ 9
(Definite) pasti terjadi kejadian efek samping .

Dari 10 pertanyaan Algoritma Naranjo ada 4 pertanyaan yang tidak bisa


dilakukan dalam penelitian yaitu pertanyaan nomor 4, 6, 7, dan 8 sehingga
akan mendapatkan 4 nilai “0”. Total dari keseluruhan nilain adalah 13, namun
karena ada 4 pertanyaan yang mendapat nilai nol sehingga dikurangi total
keseluruhan menjadi 9. Karena nilai total skor menjadi 9, berarti dapat
dipastikan bahwa kondisi tersebut adaah efek samping obat.

Menurut (Satish et al, 2016) myalgia adalah efek samping yang paling umum
dari penggunaan statin, dengan tingkat terdokumentasi dari 1-10%.
Rhabdomyolysis adalah efek samping yang paling serius dari penggunaan
statin, meskipun cukup jarang terjadi (kurang dari 0,1%). Yang paling umum
faktor risiko untuk miopati terkait dengan statin termasuk hipertiroidisme,
polifarmasi, dan penyalahgunaan alkohol.

2
Menurut (Nurlin et al, 2014) sebanyak 40 pasien menggunakan simvastatin,
terdapat 28 orang yang tidak mengalami efek samping dan nyeri otot dan 14
orang sisanya mengalami efek samping nyeri otot setelah menggunakan obat
simvastatin dan atorvastatin dengan tingkatan nyeri yang berbeda.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan algoritma Naranjo, dari 14
orang subjek penelitian yang mengalami nyeri otot yang mereka rasakan
tersebut besar kemungkinan karena efek samping obat simvastatin dan
atorvastatain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui


potensi efek samping penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia di
Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu .

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapa jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD dan yang
tidak mengalami ROTD setelah penggunaan simvastatin ?
1.2.2 Apa saja ROTD yang terjadi ?
1.2.3 Bagaimana perbandingan efikasi simvastatin 10 mg dan 20 mg dilihat
dari jumlah ROTD ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD dan yang
tiak mengalami ROTD setelah penggunaan simvastatin
1.3.2 Mengetahui ROTD apa saja yang terjadi
1.3.3 Mengetahui perbandingan efikasi simvastatin 10 mg dan 20 mg dilihat
dari jumlah ROTD

3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam mengevaluasi Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia.
1.4.2 Pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah bagi
Rumah Sakit Daerah Madani untuk meningkatkan keamanan pada
pengobatan dislipidemia sebagai acuan yang digunakan oleh tenaga
medis.
1.4.3 Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
peneliti lain terkait dengan evaluasi Reaksi Obat Yang Tidak
Dikehendaki (ROTD) penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia.

1.5 Batasan Masalah


Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengkajian potensi efek samping
penggunaan simvastatin pada pasien dislipidemia khususnya di Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dislipidemia
2.1.1 Definisi
Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme
lipoprotein, baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang
mungkin timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total,
kadar Low Density Lipoprotein(LDL), dan kadar trigliserida serta
penurunan dari kadar High Density Lipoprotein (HDL) di dalam darah
(Musunuru, 2010).

2.1.2 Profil Lipid


1) Kolesterol Total
Kolesterol merupakan salah satu dari komponen lemak itu
sendiri.Adanya lemak dalam tubuh berfungsi sebagai zat gizi yang
sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral (Dipiro et al, 2011).

2) Kolesterol LDL
Low density Lipoprotein (LDL) disebut juga β – lipoprotein yang
mengandung 21% protein dan 78% lemak. Low density Lipoprotein
(LDL) disebut pula kolesterol jahat karena berperan membawa
kolesterol ke sel dan jaringan tubuh, sehingga apabila jumlahnya
berlebihan didalam tubuh, kolesterol ini dapat menumpuk dan
mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi
plak. Plak dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk
sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan
darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang sehingga
terjadi penebalan dan pengerasan di pembuluh darah yang disebut
aterosklerosis (Dipiro et al, 2011).

5
3) Kolesterol HDL
High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga α – lipoprotein yang
mengandung 30% protein dan 48% lemak.High Density
Lipoprotein (HDL)pada umumnya disebut kolesterol baik karena
berperan dalam membawa kelebihan kolesterol di jaringan kembali
ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh.HDL
ini mencegah terjadinya penumpukan kolesterol di jaringan,
terutama pembuluh darah (Dipiro et al, 2011).

4) Trigliserida
Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan salah satu jenis
lemak yang paling banyak ditemukan dalam darah. Tingginya
trigliserida sering disertai dengan keadaan kadar HDL yang rendah.
Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat makanan dan kegemukan (Dipiro et al, 2011).

2.1.3 Klasifikasi
Menurut Arsana dkk (2015) dislipidemia dibagi menjadi dua yaitu:
a. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan
genetic.Pasien dislipidemia sedang disebabkan oleh
hiperkolestrolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi
famials.Dislipidemia berat umunya karena hiperkolesterolemia
familial, dislipidemia remnant, dan hipertriglisseridemia primer.
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat
suatu penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindrom nefrotik,
diabetes mellitus, dan sindroma metabolik.

Menurut Dipiro (2017) klasifikasi total kolesterol, LDL, HDL


kolesterol dan trigliserida yaitu:
Jenis Lipid Kadar Kategori
< 200 mg/dl Normal
Kolesterol total 200-239 mg/dl Batas tinggi

6
≥ 240 mg/dl Tinggi
Kolesterol HDL < 40 mg/dl Rendah
≥ 60 mg/dl Tinggi
< 100 mg/dl Optimal
100-129 mg/dl Dekat atau di atas
Kolesterol LDL optimal
130-159 mg/dl Batas tinggi
160-189 mg/dl Tinggi
≥ 190 mg/dl Sangat tinggi
< 150 mg/dl Normal
150 - 199 mg/dl Batas Tinggi
Trigliserida 200 – 499 mg/dl Tinggi
≥ 500 mg/dl Sangat Tinggi

2.1.4 Etiologi
Menurut Dipiro (2017) etiologi dislipidemia yaitu :
1. Hiperkolestrolemina : hipotiroidisme, penyakit hati obstruktif,
sindrom nefrotik, dan anorexia nervosa
2. Hipertrigliseridemia : Obesitas, diabetes militus, lipodistrofi,
Glycogen storage disease, operasi bypas ileal, sepsis, kehamilan,
hepatitis akut, lupus erithematosus sistemik, multipel meiloma,
limfoma
3. Hipokolestrolemia : malnutrisi, malabsorbsi, AIDS, tuberculosis,
dan penyakit hati kronik
4. HDL rendah : malnutrisi dan obesitas

2.1.5 Manifestasi klinik


Manifestasi klinik adalah gejala dan tanda yang dialami pasien seperti
nyeri dada, palpitasi, berkeringat, anxietas, nafas pendek, kehilangan
kesadaran, kesulitan dalam berbicara atau bergerak, nyeri abdomen,
profil lipid tidak normal dan indeks masa tubuh >30 kg/m2, peningkatan
kolestrol total, LDL, Penurunan HDL dan peningkatan trigliserida
(Dipiro, 2017).

7
2.1.6 Terapi Farmakologi
a) Statin
Statin adalah obat penurun lipid pertama yang harus digunakan
untuk menurunkan kolesterol LDL.Dalam keadaan tidak toleran
terhadap statin, direkomendasikan pemakaian ezetimibe, inhibitor
PCSK9, atau bile acid sequestrant monoterapi.Selain berfungsi
untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek
meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG.Berbagai jenis
statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18- 55%, meningkatkan
kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%.Cara kerja
statin adalah dengan menghambat kerja HMGCoA
reduktase.Efeknya dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL.Di hepar, statin
meningkatkan regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga
meningkatkan pembersihan kolesterol LDL (PERKI, 2017).

b) Inhibitor absorpsi kolesterol


Ezetimibe merupakan obat penurun lipid pertama yang
menghambat ambilan kolesterol dari diet dan kolesterol empedu
tanpa mempengaruhi absorpsi nutrisi yang larut dalam lemak.Dosis
ezetimibe yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus
digunakan bersama statin.Pada keadaan tidak toleran terhadap
statin, ezetimibe dapat dipergunakan secara tunggal.Tidak
diperlukan penyesuaian dosis bagi pasien dengan gangguan hati
ringan atau insufisiensi ginjal berat.Kombinasi statin dengan
ezetimibe menurunkan kolesterol LDL lebih besar daripada
menggandakan dosis statin (PERKI, 2017).

c) Inhibitor PCSK9
Penemuan yang menunjukkan Proprotein Convertase
Subtilisin/Kexin type 9 (PCSK9) menyebabkan degradasi reseptor
LDL memunculkan cara baru dalam mengontrol kolesterol

8
LDL.162 Peningkatan konsentrasi atau fungsi PCSK9 berhubungan
dengan penurunan ekspresi reseptor LDL dan peningkatan
konsentrasi kolesterol LDL di plasma. Penelitian awal untuk
mereduksi PCSK9 difokuskan pada penggunaan antibodi
monoklonal untuk mengurangi konsentrasi PCSK9 yang beredar di
sirkulasi. Pendekatan ini mengurangi jumlah PCSK9 yang
berikatan dengan reseptor LDL (PERKI,2017).

d) Bile Acid Sequestrant


Terdapat 3 jenis bile acid sequestrant yaitu kolestiramin,
kolesevelam, dan kolestipol.Bile acid sequestrant mengikat asam
empedu (bukan kolesterol) di usus sehingga menghambat sirkulasi
enterohepatik dari asam empedu dan meningkatkan perubahan
kolesterol menjadi asam empedu di hati. Dosis harian kolestiramin,
kolestipol, dan kolesevelam berturutan adalah 4-24 gram, 5-30
gram, dan 3,8- 4,5 gram. Penggunaan dosis tinggi (24 g
kolestiramin atau 20 g of kolestipol) menurunkan konsentrasi
kolesterol LDL sebesar 18-25%. Bile acid sequestrant tidak
mempunyai efek terhadap kolesterol HDL sementara konsentrasi
TG dapat meningkat (PERKI,2017).

e) Fibrat
Fibrat adalah agonis dari PPAR-α.Melalui reseptor ini, fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen
apoA-I dan A-II.Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan
peningkatan katabolisme TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya
pembentukan kolesterol VLDL, dan meningkatnya pembersihan
kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I dan apoA-II
menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol HDL
(PERKI,2017).

9
f) Asam nikotinat
Asam nikotinat (niasin) merupakan vitamin B komplek larut air
yang berfungsi sebagai vitamin setelah diubah menjadi
nikotinamida. Nikotinamid tidak mempengaruhi kadar lipid dalam
darah. Asam nikotinat (niasin) harus diberikan dalam dosis yang
lebih besar daripada yang diperlukan untuk efeknya sebagai
vitamin agar mendapatkan efek hipolipidemik.Obat ini merupakan
hipolipidemik yang paling efektif dalam meningkatkan HDL
(sebesar 30-40%). Disamping itpu juga menurunkan trigliserida
(sebesar 35-45%), dan kolesterol LDL (sebesar 20-30%) (Mahley
& Bersot, 2007).

2.2 Efek samping obat


Efek samping obat atau Adverse Drug Reaction (ADR) adalah respon
dari obat yang berbahaya dan tidak diinginkan terjadi pada dosis
normal untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau untuk
modifikasi fungsi fisiologis. Efek samping yang dapat ditimbulkan
akibat penggunaan suatu obat dapat diklasifikasikan menjadi efek
yang ringan, sedang, dan berat.Penangaan untuk efek samping ini
dapat diatasi dengan atau tanpa perubahan terapi, tergantung dari
keparahan efek samping yang terjadi (Calis et al, 2007).

2.3 Obat yang Mempengaruhi Lipid, Simvastatin, dan Miopati


1) Obat-obat yang dapat meningkatan kadar kolesterol
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar kolesterol yaitu diuretik
thiazid, glukokortikoid, progestin, penyekat beta, isotretionin,
penghamnbat protease, siklosporin, mirtazapin, sirolimus (Dipiro,
2017)

2) Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar trigliserida


Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar trigliserida, yaitu
alkohol, estrogen, isotretionin, penyekat beta, glukokortikoid, resin

10
pengikat asam empedu, thiazid, asparaginase, interferon, antifungi
azole, mirtazapin, steoid anabolik, sirolimus, bexaroten (Dipiro,
2017).

3) Obat-obat yang dapat menurunkan kadar HDL


Obat-obat yang dapat menurunkan kadar HDL, yaitu penyekat beta,
steroid anabolik, prebukol, isotretionin, progestin (Dipiro, 2017).

4) Obat yang dapat meningkatkan kadar Simvastatin


Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar atorvastatin, yaitu
clarithromycin, erytromycin, telitromycin, grape juice, cyclosporin,
calcioum canal blocker (diltiazem dan verapamil), nefazodon,
antibiotik makrolida, antifungal azole, protease inhibitor, protein
pum inhibitor (Karalliedde et l, 2010 dan Tatro 2009).

5) Obat yang dapat menurunkan kadar Simvastatin


Obat-obat yang dapat menurunkan kadar atorvastatin, yaitu pektin,
oat bran, bile acid sequestrants (kolestiramin dan kolestipol),
fenitoin, dan Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
(NNRTIs) (Karalliedde et al, 2010 dan Tatro, 2009).

6) Obat yang dapat menimbulkan Miopati


Derivat asam fibrat, Golongan statin, Imunophilin (cyclosporin dan
tacrolimus), Labetalol, Propofol, €-aminocaproic acid (Kurniawan,
2012).

11
2.4 Algoritma Dislipidemia

(NECP III 2002)

HIPERLIPIDEMIA

Diagnosis/penilaian

Hasil lipid yang didapatkan setelah 9-12 jam tidak makan (Puasa) Menilai dengan terapi lifestyle (TLC) seperti diet, olahraga,
Menentukan keadaan CHD atau semisal CHD (DM, CAD, CKD, menurunkan berat badan, jika BMI > 25, jika LDL diatas Jalur ini tidak bisa
AAA) 3 bulan percobaan dengan terapi lifestyle (TLC) secara digantikan secara
Menentukan nilai faktor resiko kardiovaskuler tepat kecuali LDL = 220 mg/dl penilaian klinis atau
Menetukan kategori resiko Dipertimbangkan menambah terapi obat jika LDL tinggi berlaku pada semua
Evaluasi H &P : Memutuskan penyebab kedua (DM, penyakit ginjal, pada pasien CHD dengan yang ada di kanan bawah, pasien
gangguan tiroid, penyakit hati obstruktif, obat, obesitas)
pasien denga resiko rendah bisa di coba selama 3 bulan
Hasil Lab : UA, TSH, Gula, LFTs, serum Cr, BUN
terapi lifestyle (TLC)
Mengidentifikasi sindrom metabolic dan pemeliharaan jika
ada 3 bulan terapi lifestyle (TLC)
Pengobatan dengan menaikkan trigliserida

LDL 160-189 TLC + obat terapi


0-1 Faktor risiko Risiko rendah LDL optimal Follow up
goal < 160
LDL≥100 Penderita TLC hanya
TLC +simvastatin 10 harus mengulangi
mg pengukuran lipid 3
bulan setelah
2 risiko pencetus Risiko moderat LDL <60 inisiasi TLC
TLC + obat terapi
dan <10-20% 10 dengan LDL goal Setelah pengobatan
optimal dimulai tindak
ys resiko <130% lanjut pertama
LDL≥160
TLC + simvastatin 20 harus dilakukan
mg pada 2 bulan
terapi.Terapi harus
Risiko moderat tinggi disesuaikan
2 faktor risiko 10- dengan indikasi.
dengan LDL LDL ≥ 130 TLC +
20% 10 ys resiko Pilihan terapi :
goal<130% simvastatin 2mg Lini pertama =
tingkatkan dosis
statin
LDL 100 TLC + simvastatin20 Lini kedua = +
CHD atau to154 mg kolesteramin atau
Risiko tinggi dengan
semisalnya atau > statin + niacin
LDL goal <100 Setelah pasien kontrol
20% 10 ys risiko (optimal <70) LDL 155 TLC + simvastatin40 dapat dilihat
to164 mg setelah 3 bulan
sampai LDL
TLC + simvastatin tercapai
LDL 165 Cek LFT sebagai
40-60 mg
to 184 indikasi klinis
biasanya diperiksa
TLC +rosuvastatin 20 mos setelah
LDL ≥ 185 mencapai dosis
mg
maksimum statin,
jika LFT
meningkat maka
TG > 500 TLC + niacin atau gemfibrozil monitoring sampai
Trigliserida tinggi normal dan jika
Trigliserida tinggi konsisten > 3 kali
(normal < 150 mg/dl) normal hentikan
TG > 200 statin
Terapi LDL intensitas pertama atau
pertimbangkan niacin atau gemfibrozil Setelah sasaran
tercapai, maka
lipid dan LFTs
TG < 200
Modifikasi diet, penurunan berat harus dipantau
pada interval 6
badandan olahraga
bulan
Mengedukasi pasien
meliputi
Memahamkan
pasien tentang
12faktor resiko
yang dapat
dimodifikasi :
penurunan
berat badan,
berhenti
2.5 Algoritma Naranjo
Menurut BPOM RI (2012) :
No Pertanyaan Ya Tidak Tidak
Tahu
1. Apakah terdapat laporan lengkap tentang +1 0 0
reaksi tersebut sebelumnya?
2. Apakah kejadian yang tidak dikehendaki +2 -1 0
muncul setelah obat yang dicurigai
digunakan?
3. Apakah ROTD membaik ketika obat +1 -1 0
diberhentikan atau setelah pemberian
suatu antagonis yang spesifik?
4. Apakah ROTD muncul kembali setelah +2 -1 0
obatnya digunakan kembali?
5. Adakah penyebab lain yang dapat -1 +2 0
menyebabkan reaksi dengan sendirinya?
6. Apakah reaksi muncul kembali setelah -1 0 0
pemberian plasebo?
7. Apakah kadar obat dalam darah berada +1 0 0
dalam rentang yang dianggap toksik?
8. Apakah reaksi menjadi lebih parah ketika +1 0 0
dosis obat ditingkatkan atau menjadi
kurang parah ketika dosis obat diturunkan?
9. Apakah pasien memiliki reaksi serupa +1 0 0
terhadap obat-obatan yang sama atau
serupa pada paparan sebelumnya?
10. Apakah ROTD telah dipastikan dengan +1 0 0
suatu bukti yang obyektif (misal: hasil uji
laboratorium, dsb)?

Skala probabilitas NARANJO:


Total Skor Kategori 9+ Sangat Mungkin/Highly probable
5 - 8 Mungkin/Probable
1 - 4 Cukup mungkin/Possible
0- Ragu-ragu/Doubtful

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian bersifat deskriptif dan kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pasien
dislipidemia yang merima terapi simvastatin 10 mg atau 20 mg dan
dilengkapi dengan mengamati data demografi dan manifestasi dari kartu
rekam medis pasien .

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruangan Poli Penyakit Dalam Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian berlangsung pada bulan November 2018–
Februari2019.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dislipidemia di
RSUD Madani Palu periode November 2018-Februari 2019.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dislipidemia yang menjalani
pengobatan simvastatin10 mg dan 20 mg di RSUD Madani Kota Palu
periode November 2018- Februari 2019 yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi.
1) Kriteria Inklusi
a. Pasien terdiagnosa dislipidemia
b. Pasien rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu
c. Pasien dengan dan atau tanpa penyakit komplikasi
d. Pasien umur ≥ 18 tahun

14
e. Pasien yang mengalami efek samping pada saat pemberian obat
simvastatin 10 mg dan 20 mg
f. Pasien yang bersedia mengikuti penilitian
2) Kriteria Ekslusi
a. Pasien dengan data yang tidak lengkap
b. Pasien yang menggunakan kombinasi terapi dislipidemia.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel adalah consiqutive sampling yaitu pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan penelitian sampai kurun
waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang digunakan terpenuhi .

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan obat


simvastatin pada pasien dislipidemia.
2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu jumlah dan persentase


kejadian ROTD pada pasien dislipidemia.

3.4.2 Definisi Operasional


1.) Pasien dislipidemia adalah pasien dengan kadar LDL > 100
mg/dl, Kolesterol Total >200 mg/dl dan menggunakan
simvastatin 10 mg dan 20 mg yang terdaftar di Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu.
2.) Efek Samping Obat adalah respon terhadap obat yang tidak
diinginkan yang terjadi pada dosis lazim, efek samping
simvastatin antaranya infeksi saluran pernafasan (9,0%), sakit
kepala (7,4%), sakit perut (7,3%), konstipasi (6,6%), mual (5,4%)

15
3.) Karakteristik demografi meliputi:
a) Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-
laki secara biologis sejak seseorang lahir.
Kategori : a. Laki-laki b. Perempuan
Skala : nominal
b) Usia adalah selisih waktu kelahiran dengan waktu pasien
masuk rumah sakit dengan diagnosa dislipidemia.
Kategori : a. 18-21 tahun b. 22-40 tahun
c. 41-60 tahun d. > 60 tahun
Skala : ordinal
c) Profil Lipid adalah hasil pengukuran kadar lipid dalam
darah yang terdiri dari LDL dan Kolesterol Total
a) Kolesterol Total
Nilai normal :< 200 mg/dl
b) LDL-Kolesterol
Nilai normal :< 100 mg/dl
Skala : rasio

4.) Karakteristik Klinik terdiri dari :


a) Manifestasi klinik adalah gejala dan tanda yang dialami
pasien seperti nyeri dada, palpitasi, berkeringat, anxietas,
nafas pendek, kehilangan kesadaran, kesulitan dalam
berbicara dan bergerak, nyeri abdomen.
b) Diagnosa adalah diagnosa dokter yang tertera dalam
rekam medik.
c) Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai atau
menjadi komplikasi dari penyakit dislipidemia.
d) ROTD adalah respons terhadap obat yang membahayakan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis lazim
e) Algoritma Naranjo adalah kuisioner yang dirancang untuk
menentukan apakah efek yang merugikan disebabkan oleh
obat atau faktor yang lain.

16
3.5 Perhitungan Sampel
Pada penelitian ini digunakan perhitungan sampel dengan rumus :

n =⦋ (Zα+Zβ)𝑥 𝑠 2
x1−x2

Dimana :
n : Besar sampel
Zα : Kesalahan tipe 1 nilai 1,96
Zβ : Kesalahan tipe 2 nilai 0,842

s : Simpangan baku (penelitian sebelumnya)


x1 – x2 : Selisih minimal yang bermakna

Dari rumus tersebut maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah:
(Zα+Zβ)𝑥 𝑠 2
n =⦋ ⦌
x1−x2
(1,96+0,842)𝑥 13,8 2
n =⦋ ⦌
11,1
(2,802)𝑥 13,8 2
n =⦋ ⦌
11,1

n = 12,11 ~ 12
Jadi, jumlah sampel minimal untuk simvastatin 10 mg adalah 12 pasien dan
jumlah sampel minimal untuk simvastatin 20 mg adalah 12 pasien.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan rekam medik pasien
meliputi:
a. Identitas pasien (nomor rekam medis, tanggal lahir, jenis kelamin, usia,
alamat)
b. Data klinik (gejala, diagnosis)
c. Obat (nama obat, dosis)
d. Profil pengobatan pasien
e. Kejadian Efek Samping Obat (ESO)

17
3.7 Analisis Data
Analisa efek samping dilakukan dengan algoritma Naranjo untuk melihat
probabilitas efek samping obat yang ditimbulkan. Proporsi dan hasil
penelitian akan dijelaskan secra deskriptif dan kuantitatif. Sedangkan untuk
probabilitas hubungan antara dua variable digunakan uji statistik Chi Square.
Pengolahan data yang ada pada penelitian ini adalah analisis univariat dan
bivariat.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli Penyakit Dalam
RSUD Madani Palu pasien yang terdiagnosa dislipidemia yang masuk ada
kriteria inklusi dan eksklusi dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu pada periode
November 2018 sampai Februari 2019 yang menggunakan simvastatin 10 mg dan 20 mg
Jumlah pasien dislipidemia Jumlah pasien

(n = 28)

Memenuhi kriteria inklusi 28

Tidak memenuhi kriteria 5

Total 33

Total pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD Madani Kota Palu pada
periode November 2018-Februari 2019 yang menggunakan simvastatin 10
mg dan 20 mg adalah 33 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
adalah sebanyak 28 pasien. Pasien yang tidak memenuhi kriteria adalah
sebanyak 5 pasien.

4.2 Karakteristik Demografi Pasien

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data demografi pasien dengan


kategori jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 4.2

19
Tabel 4.2 data demografi pasien dislipidemia yang dijadikan sampel penelitian di RSUD
Madani Palu pada periode November 2018–Februari 2019

KarakteristikPasien Dosis 10 mg Persentase Dosis 20 mg Persentase


(n=14)
(n = 14) (%) (%)

Usia

22-45 2 14,3 3 21,4

7 50

46-55 6 42,9

56-65 4 28,6 4 28,6

> 65 2 14,3 - -

JenisKelamin

Laki-laki 2 14,3 3 21,4

Perempuan 12 85,7 11 78,6

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 28 sampel pasien dislipidemia


dislipidemia rawat jalan di RSUD Madani palu periode November 2018-
Februari 2019, rentang usia yang paling banyak mengalami dislipidemia
adalah 46-55 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 6 orang (42,9%) dan 56-
65 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 4 orang (28,6%) diurutan kedua
untuk penggunaan simvastatin 10 mg dan 46-55 tahun dengan jumlah pasien
sebanyak 7 orang (50%) dan 56-65 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 4
orang (28,6%) diurutan kedua untuk penggunaan simvastatin 20 mg. Jenis
kelamin pasien yang paling banyak mengalami dislipidemia dengan terapi
simvastatin 10 mg adalah perempuan dengan jumlah pasien sebanyak 12
orang (85,7%), lalu diikuti jenis kelamin laki-laki dengan jumlah pasien
sebanyak 2 orang (14,3%), dan untuk terapi 20 mg jumlah pasien
perempuan sebanyak 11 orang (78,6%), lalu diikuti jenis kelamin laki-laki
dengan jumlah pasien sebanyak 3 orang (21,4%).

20
Berdasarkan hasil pengumpulan data demografi pasien dislipidemia dalam
penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan dari distribusi usia. Usia
pasien dengan angka kejadian yang paling tinggi adalah 46-55 tahun dan 56-
65 tahun diurutan kedua. Hal ini sejalan dengan penelitian Yustiana (2012)
yaitu jumlah pasien sebagian besar sampel berada pada kelompok usia 41-
50 tahun yaitu sebanyak 249 sampel (68,6%). Hal ini disebabkan karena
pada usia yang semakin tua, seseorang akan mengalami penurunan
kemampuan berbagai organ tubuhnya begitu pula dengan pembentukan
reseptor LDL.

Berdasarkan hasil pengumpulan data demografi pasien dislipidemia dalam


penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan dari distribusi jenis kelamin.
Jenis kelamin pasien dengan distribusi tertinggi adalah perempuan sebanyak
23 pasien (82,2%), sedangkan laki-laki sebanyak 5 pasien (17,9%). Hal ini
sesuai dengan penelitian Gitawati (2015) bahwa jumlah pasien terbanyak
adalah perempuan sebanyak 60,8% sedangkan laki-laki sebanyak 39,2%.
Menurut Nurfitriani et al (2015) hal ini disebabkan karena hormon estrogen
yang awalnya berperan sebagai pelindung mengalami penurunan pada saat
menopause, sehingga insidensi dislipidemia meningkat dengan cepat.

4.3 Karakteristik Klinik


4.3.1 Manifestatsi Klinik
Tabel 4.2 Manifestasi klinik pasien rawat jalan dislipidemia di RSUD Madani Kota
Palu Periode November 2018- Februari 2018 yang menggunakan simvastatin 10 dan
20 mg
ManifestasiKlinik Jumlah Presentase

(n = 28) (%)

Peningkatan tekanan darah 11 39,3

Kram 8 28,5

Mual 2 7,1

Nyeri buang air kecil 1 3,5

Sering buang air kecil 2 7,1

21
Susah tidur 1 3,5

Pusing 1 3,5

Nyeri lutut 1 3,5

Nyeri pada kaki 1 3,5

Sesak 1 3,5

Berdebar-debar 1 3,5

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 28 pasien yang mengalami


dislipidemia, gejala yang paling sering muncul adalah peningkatan
tekanan darah dengan jumlah pasien sebanyak 11 orang (39,3%).
Kolestrol yang tinggi akan menimbulkan masalah terutama pada
pembuluh darah. Jika kadar kolestrol melebihi batas normal akan
menyebabkan asteroklerosis dan akan menyumbat pembuluh darah.
Dinding-dinding pada saluran yang mengalami arterosklerosis akan
menjadi tebal, kaku karena tumpukan kolestrol, saluran arteri
mengalami proses penyempitan, pengerasan, kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku. Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka
elastisitasnya akan menghilang dan berkurang dalam mengatur tekanan
darah (Wigati, 2007). Kolestrol tinggi dalam darah berhubungan
dengan tekanan darah tinggi, penyempitan serta kakunya dinding
pembuluh darah akibat dari penumpukan kolestrol pada pembuluh
darah dapat menyebabkan tekanan darah meningkat (Nikolov et al.,
2015)

4.3.2 Diagnosa
Tabel 4.3 Diagnosa pasien rawat jalan dislipidemia di RSUD Madani Kota Palu
Periode November 2018- Februari 2018 yang menggunakan simvastatin 10 dan 20
mg

22
Diagnosis Utama Diagnosis Penyertadan / Jumlah Persentase
Komplikasi
(n = 28) (%)

DM tipe II (n=13) +Dislipidemia 12 42.8

+Dislipidemia + Anemia 1 3,5

+Dislipidemia +Hipertensi 1 3,5

+Dislipidemia + Hipertensi + 1 3,5


BPPV + Hiperurisemia

+Dislipidemia + ISK
1 3,5
+Dislipidemia + CHF +
Hipertiroid 1 3,5

+ Dislipidemia + CHF + CAD +


PPOK
1 3,5
+ Dislipidemia + Osteoarthtritis

+ Dislipidemia + Neuropati
1 3,5
+ Dislipidemia + Hiperurisemia
1 3,5
+ Dislipidemia + Gastroperesis
1 3,5
+ Dislipidemia + GERD
1 3,5
+ Dislipidemia + Ulkus diabetik
1 3,5
+ Dislipidemia + PPOK +
Hipertensi 1 3,5

+ Dislipidemia + Asma bronchial 1 3,5


+ Hiperurisemia

1 3,5

Dislipidemia +Asma bronchiale 1 3,5


(n=1)

Dislipidemia 1 3,5

(n=1)

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa dari 28 pasien dislipidemia yang dijadikan


sebagai sampel, diagnosis utama yang paling sering diderita pasien
dislipidemia adalah diabetes melitus tipe II dengan jumlah pasien
sebanyak 12 orang (42,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Jisieike et
al (2011), menemukan dari 108 pasien yang dirawat dengan diagnosa

23
DM tipe 2 prevalensi dislipidemia adalah 90.7%. Menurut Arsana et al
(2015) menyatakan bahwa salah satu penyebab dislipidemia sekunder
adalah diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe II terjasi resistensi
insulin. Pada keadaan ini lipase yang sensitif terhadap hormon akan
menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserida di jaringan adiposa akan
meningkat. Keadaan ini menghasilkan asam lemak bebas yang
berlebihan. Asam lemak akan memasuki aliran darah, sebagian
digunakan sebagai energi dan sebagian akan dibawah ke hati sebagai
bahan baku pembentukan trigliserida. Di hati asam lemak bebas akan
menjadi trigliserida kembali dan menjadi bagian dari VLDL (Malloy
dan Kane, 2004).

4.4 Profil Pengobatan


Tabel 4.4 Profil pengobatan yang diberikan pada pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD
Madani Palu Periode November 2018- Februari 2018
KelasTerapi GolonganObat NamaObat Jumlah Persentase
(n=28) (%)

Obatkardiovaskular Statin Simvastatin 28 100

Penyekat beta Bisoprolol 2 7,1

Penghambatresep Candesartan 5 17,8


tor angiotensin

ADP antagonis Clopidogrel 2 7,1

Pengha,mbat Amlodipin 1 3,5


kanal kalsium

Nitrat Isosorbiddinitrat 1 3,5

Diuretik kuat Furosemid 1 3,5

Obatantidiabetik Biguanida Metformin 18 64,2

Sulfonilurea Glimepirid 13 46,4

Insulin Novorapid 7 25

Levemir 7 25

Antiemetik Antagonisresepto Domperidone 3 10,7


rdopamin

Antibiotik Fluoroquinolon Ciprofloxacin 2 7,1

Cefalosporin Cefixime 1 3,5

24
generasi 3

Antikovulsi Gaba agonis Gabexal 1 3,5

Antiulkus Penghambatpom Lansoprazole 7 25


pa proton

Antihistamin 2 Ranitidine 3 10,7

Agenmukoprotekt Epysan (sukralfat) 2 7,1


or

Antasida Antasida 1 3,5

Antihiperurisemia Penghambatxanti Allopurinol 5 17,8


noksidase

Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 3 10,7

Bronkodilator Beta 2 Symbicort 3 10,7


agonisdankortikos (budesonide
teroid danformoterolfuma
rat)

Analgetik, Anti inflamasi non Arcoxia (etoricoxib) 1 3,5


antipiretikdanantiinfl steroid
amasi

Antitusif Antitusif Codein 1 7,1

Antivertigo Antivertigo Betahistinmesilat 1 7,1

Ekspetoran Ekspetoran Guafenesin 1 3,5

Suplemen Penambahdarah Hemafort 1 3,5

Multivitamin B Neurodex 5 17,8


kompleks

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa obat yang paling banyak digunakan oleh
pasien dislipidemia yaitu obat simvastatin dengan persentase pemakaiaan
sebesar 100%. Statin bekerja dengan mengurangi pembentukan kolesterol di
liver dengan menghambat secara kompetitif kerja dari enzim HMG-CoA
reduktase (Arsana et al, 2015). Efikasi statin lebih besar jika diberikan pada
malam hari karena bertepatan dengan biosintesis kolesterol endogen yang
juga terjadi pada malam hari (Alldredge et al, 2013). Penggunaan obat
golongan statin sangat seringdigunakam dalam keadaan khusus. Obat
golongan statin diberikan pada pasien diabetes dengan penyakit jantung
koroner (PJK) atau pasien dengan umur >40 tahun dengan satu atau lebih
faktor risiko PJK seperti riwayat keluarga, dislipidemia, hipertensi,
merokok, dan albuminuria tanpa melihat kadar awal profil lipidnya. Statin

25
juga direkomendasikan pada pasien <40 tahun dengan faktor risiko PJK
yang multiple atau LDL >100 mg/dl (American Diabetes Association,
2014).

Penggunaan metformin (64,2%) digunakan untuk pengobatan diabetes


melitus. Metformin merupakan obat golongan biguanida. mekanisme
kerjanya yaitu meningkatkan sensitifitas insulin. Insulin mempunyai peran
dalam proses metabolisme lemak (Katzung, dkk 2013).

Penggunaan glimepirid (46,4%) digunakan sebagai antidiabetik. Glimepirid


merupakan obat golongan sulfonilurea. Mekanisme kerja sulfonilurea yaitu
meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas, dengan cara rangsangannya
melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel-sel
β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka
kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++akan masuk sel β,
merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin
(Suherman & Nafrialdi, 2012).

4.5 Klasifikasi persentase kejadian efek samping pada pemberian terapi


simvastatin 10 mg dan 20 mg
Tabel 4.5 Kejadian efek samping obat pada pasien dislipidemia rawat jalan di RSUD
Madani Palu Periode November 2018- Februari 2018

Kejadian ESO Dosis 10 mg Presentas Dosis 20 mg Presentase


Jumlah e Jumlah
(N=14) (N=14) (%)
(%)

Sakit kepala 1 7,1 1 7,1

Kram 3 21,4 3 21,4

Mual 1 7,1 2 14,2

Konstipasi 1 7,1 1 7,1

Kelelahan 1 7,1 2 14,2

Susah tidur 0 0 1 7,1

Pusing 1 7,1 1 7,1

Nyeri pinggang 1 7,1 0 0

Nyeri perut 0 0 1 7,1

Total Kejadian ESO 9 12

26
Berdasarkan hasil penelitian, kejadian efek samping obat pada pasien
dislipidemia rawat jalan yang menggunakan terapi simvastatin 10 mg yang
paling banyak adalah kram 3 (21,4%), diikuti oleh sakit kepala, mual,
konstipasi, kelelahan, pusing, nyeri pinggang masing-masing dengan
persentase 7,1%, sedangkan kejjadian efek samping obat yang menggunakan
terapi simvastatin 20 mg yang terbanyak adalah kram 3 (21,4%), diikuti mual
dan kelelahan masing-masing 14,2% , lalu sakit kepala, konstipasi, susah
tidur, pusing, dan nyeri perut masing-masing dengan persentase 7,1%. Salah
satu efek samping dari statin adalah berupa miopati. Nyeri otot terjadi karena
statin tidak spesifik dalam menghambat atau mengurangi produksi bahan-
bahan pembentuk kolestrol saja, namun statin juga dapat mengganggu
metabolisme otot (fedacko et al, 2010). Salah satu gejala dari nyeri otot
(miopati) adalah kram. Kram merupakan kontraksi otot yang terjadi
involunter biasanya selama beberapa detik atau menit (kurniawan dan
damayanti, 2012). Persentase kejadian nyeri otot (kram) akibat penggunaan
obat golongan statin dilaporkan sebanyak 25% (Thompson et al, 2003). Hal
ini diperkuat oleh penelitian Rosita et al, 2014 bahwa prevalensi pasien yang
mengalami nyeri otot setelah penggunaan terapi simvastatin sebanyak 20
orang dengan total 29 pasien.

Berdasarkan uji statistik Chi-square untuk efek samping obat pada pemberian
terapi simvastatin 10 mg dan 20 mg memiliki nilai signifikan yaitu 0,914, karena
sig>α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan
terhadap kejadian efek samping obat pada pemberian dosis 10 mg dan dosis 20
mg.

4.6 Data penilaian kejadian efek samping kedua kelompok terapi simvastatin
dengan menggunakan Algoritma Naranjo

27
Krteria penilaian ESO Dosis 10 mg Dosis 20 mg
Jumlah (%)
Jumlah (%)

Sangat mungkin /High Probable 0 0


Naranjo scale : > 9

Mungkin / Probable 0 0
Naranjo scale : 5-8

Kemungkinan kecil / Possible 8(57,1%) 9(64,3%)


Naranjo scale : 1-4

Bukan efek samping / Doubtful 6(42,8%) 5(35,7%)


Naranjo scale : < 0

Dari 10 pertanyaan dari algoritma naranjo ada pertanyaan yang tidak bisa
dilakukan dalam penelitian ini yaitu pertnyaan nomor 4, 6, 7, dan 8 sehingga
akan mendapatkan nilai “0”. Di Indonesia jarang dilakukan peningkatan atau
penurunan dosis seperti pada pertanyaan nomor 8, pemberian ulang seperti
pada nomor 4, plasebo pada nomor 6, dan penetapan kadar obat dalam darah
seperti pada nomor 7. Pada umumnya di indonesia obat dihentikan jika
dicurigai muncul efek samping obat. Total dari keseluruhan nilai adalah 13,
namun karena ada 4 pertanyaan yang tidak dapat dijawab sehingga total
keseluruhan dikurangi 13-4 menjadi 9.

28
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa angka kejadian efek samping
pada dosis 10 mg memiliki proporsi lebih kecil yaitu 57,1% dibandingkan
dengan proporsi dengan angka efek samping pada dosis 20 mg dengan
proporsi sebesar 64,3%. Berdasarkan uji statistik chi square untuk
perbandingan efek samping obat dosis 10 mg dan dosis 20 mg memiliki nilai
signifikan yaitu 0,699 karena nilai sig >α (0,05), maka didapatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kejadian efek samping
obat pada pemberian dosis 10 mg dan dosis 20 mg.

29
BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Jumlah persentase pasien yang mengalami ROTD pada simvastatin 10 mg
dan 20 mg adalah % dan yang tidak mengalami ROTD pada simvastatin
10 mg dan 20 mg %
2. ROTD yang terjadi pada penggunaan simvastatin 10 mg yaitu kram, mual,
sakit kepala, pusing, konstipasi, kelelahan dan pada penggunaan
simvasatin 20 mg yaitu sakit kepala, konstipasi, mual, kram, pusing lelah,
dan sakit perut.
3. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kejadian efek
samping antara simvastatin 10 mg dan 20 mg

1.2 Saran
Diharapkan untuk penelitian berikutnya, dapat dilakukan dengan jangka
waktu lebih panjang agar dapat memungkinkan untuk menjawab lebih banyak
pertanyaan dalam algoritma naranjo sehingga hasil yang diperoleh lebih
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

30
Adlina, Nurin et al, 2014, Monitoring Efek Samping Nyeri Otot Obat Golongan
Statin pada Pasien RSU Universitan Kristen Indonesia Period Maret-Mei
2014, Fakultas Farmasi UI, Depok.

Adult Treatment Panel (ATP)-III. (2001). Evaluation , and Treatment of High


Blood Cholesterol in Adult. National Cholesterol Education Program
(NCEP). JAMA. 285: 2486-2496.

Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner.


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Arsana et al. 2015.Panduan Pengelolaan Dislipidemia. PB Perkeni ; Jakarta

BPOM RI, 2012.Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bagi tenaga
kesehatan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Calis, K, A., Sidawy, E, N, dan Youth, L, R, 2007, Clinical Analysis of Adverse


Drug Reaction (ADR), Principles of Clinical Pharmacology.

Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2008. The seventh edition of the
benchmark evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies
Inc. USA.

DiPiro, J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. (2011),


Pharmacotherapy Handbook, 8th ed. Inggris ; McGraw-Hill Education
Companies.

Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2017. The tenth edition of the
benchmark evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies
Inc. USA.

Gaw, A, 2001, Statin in General Practice, United Kingdom : Martin Dunitz,

31
Macini, G. B. J., Baker, S., Bergeron, J., Fitchett, D., Frohlich, J, 2011, Diagnosis,
prevention, and management of Statin Adverse Effects and intolerance :
proceedings of Canadian Working Group Consensus Confference,The
Canadian Journal of Cadiology.

Mahley, R.W. & Bersot, T.P., 2007, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi, Edisi kesepuluh, diterjemahkan oleh Tim alih Bahasa Sekolah
Farmasi ITB, 963-964, EGC, Jakarta.

Mahamuni, S.P., Khose, R.D., Menaa, F and Badole, S.L. 2012. Therapeutic
Approaches to Drug Targets in Hyperlipidemia. Biomedicine 2:137-146.

Merck Index, 2012, An Encylopedia of Chemical Processing and Design, New


York

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.Buku Ajar Kursus


Bantuan Hidup Jantung Lanjut (ACLS).Jakarta : PERKI ; 2017

Satish et al, 2016, Statin Theaphy : Review of Safety and Potential Side Effects,
Taiwan Society of Cardiology, Taiwan.

32

Anda mungkin juga menyukai