Diusun oleh:
Erma Wahyu Safira Nastiti (170341615078)
Karin Anindita Widya Pitaloka (170341615097)
Karlina Syabania (170341615099)
Maya Andya Garini (170341615032)
Serly Herlina (170341615084)
Yayuk Sari Agustina (170341615117)
C. HASIL PENGAMATAN
Panjang otot
Beban
Otot polos (cm) Otot lurik (cm)
0 g (P 01) 2,5 cm 1,5 cm
10 g 4,5 cm 2,5 cm
20 g 5 cm 2,7 cm
30 g 5,6 cm 3 cm
40 g 6,8 cm 3 cm
50 g 7,2 cm 3,1 cm
40 g 7 cm 3 cm
30 g 7 cm 2,9 cm
20 g 6,9 cm 2,9 cm
10 g 6,8 cm 2,8 cm
0 g (P 02) 6 cm 2,4 cm
𝑃 50−𝑃 02
Hitung elastisitas otot polos dan otot lurik menggunakan rumus : × 100%
𝑃50−𝑃 01
1. Otot lurik
7,2 − 6
× 100 % = 25,5 %
7,2 − 2,5
2. Otot polos
3,1 − 2,4
× 100% = 43,75 %
3,1 − 1,5
𝑃 50−𝑃 01
Hitung ekstensibilitas otot polos dan lurik menggunakan rumus : × 100%
𝑃 01
1. Otot lurik
3,1 − 1,5
× 100% = 106,67 %
1,5
2. Otot polos
7,2 − 2,5
× 100% = 188 %
32,5
Pada praktikum ini yang bertujuan untuk mempelajari sifat ekstensibilitas dan
elastisitas pada otot lurik dan otot polos , pada pengamatan ini kami menggunakan
hewan coba yaitu katak. Pada otot lurik kami menggunakan potongan otot perut katak
(Rectus Abdominis ) sedangkan otot polos kami menggunakan bagian usus katak
yang telah dibersihkan isi dalamnya dengan cara menggeruskan air kedalam usus
secara berlahan sampai isi usus tersebut keluar.
Untuk pengamatan yang pertama dilakukan pada otot lurik yang diambil yaitu
bagian Rectus Abdominis sebelum diberikan beban otot lurik panjangnya 1,5 cm
kemudian ketika ditambahkan beban 10gr didapatkan hasil otot mengalami
pemanjangan menjadi 2,5 cm ( P10 ) kemudian kami menambahkan 10gr ke-dua,
otot juga mengalami pemanjangan menjadi 2,7cm ( P20 ) selanjutnya kami
menambahkan berat 10gr ke-tiga otot juga mengalami pemanjangan menjadi 3cm
(P30 ) setelah itu kami menambahkan kembali 10gr ke-empat, otot tidak terdapat
penambahan ukuran panjangnya sama yaitu 3cm ( P40 ) lalu kami menambahkan
lagi beban 10gr kelima otot terlihat mengalami pemanjangan 3,1cm (P50).Pada
perlakuan penambahan tersebut dapat terlihat bahwa setiap penambahan beban yang
kami berikan terjadi penambahan panjang pada otot lurik bagian Rectus Abdominis
tetapi terlihat bahwa pemanjangan yang terjadi pada otot ini setiap kali ditambahi
beban 10gr -1 sampai dengan 10gr -5 pemanjangan ukurannya tidak konstan.
Kemudian perlakuan yang selanjutnya yaitu mengurangi beban setelah beban yang
diberikan pada otot lurik ini mencapai berat 50gr.Beban dikurangi berat yaitu dengan
mengurangi berat 10gr pertama (P40 ) terjadi pemendekan pada otot menjadi 3cm
selanjutnya pada pengurangan 10 gram kedua (P30 ) juga terjadi pemendekan pada
otot menjadi 2,9cm lalu pada pengurangan beban 10gr ketiga (P20) tidak terjadi
penyusutan atau pemendekan pada otot jadi ukurannnya tetap sama 2,9cm
selanjutnya pada pengurangan beban 10gr kedua (P10 ) terjadi pemendekan pada otot
menjadi 2,8 cm selanjutnya pada otot yang tidak diberikan beban otot memendek
menjadi 2,4cm.
perhitungan Elastisitas dan Ekstansibilitas otot lurik
Elastisitas
3,1−2,4 0,7
otot lurik = 3,1−1,5 × 100% : 1,6 × 𝟏𝟎𝟎% : 43,75 %
Ekstansibilitas
𝟑,𝟏−𝟏,𝟓 𝟏,𝟔
Otot lurik = × 𝟏𝟎𝟎% ∶ × 𝟏𝟎𝟎% ∶ 𝟏𝟎𝟔, 𝟔𝟕 %
𝟏,𝟓 𝟏,𝟓
E. PEMBAHASAN
1. Elastisitas Otot Lurik
Elastisitas otot merupakan kemempuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran
semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot dihilangkan (Soewolo,
2000). Pada percobaan elastisitas otot lurik, pengurangan beban sebanyak lima kali
dimana setiap pengurangan, berat beban adalah 10 gram. Pengurangan beban ini
disertai pula dengan pengurangan panjang dari otot tersebut,mulai dari 0,1 cm hingga
0,4 cm dari panjang awal 3,1 cm yang kemudian panjang akhirnya 2,4 cm. Sedangkan
untuk nilai elastisitas dari otot lurik ini adalah 43,75%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan otot akan kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya atau
beban yang diberikan berkurang dan tingkat elastisitas pada otot lurik ini cukup baik.
Pada otot rangka, apabila otot dalam keadaan panjang regangan istirahat normal dan
kemudian diaktifkan, ia berkontraksi dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot
direnggangkan jauh lebih besar daripada panjang normal sebelum berkontraksi, makan
akan timbul regangan istirahat dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana ujung-ujung
otot ditarik saling mendekati satu sama lain oleh daya elastic jaringan ikat, pembuluh
saraf, dan sebagainya.
Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memiliki suatu
sistem tubulus transversal (tubulus T). Sistem ini merupakan invaginasi sarkolema
yang membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang saling beranastomistis
melingkari batas antara pita H dan pita I dari setiap sarkomer miofibril. Membran
tubulus T ini berhubungan dengan sisterna terminal dari retikulum sarkoplasma.
Melalui memberan tubulus T ini potensial aksi dirambatkan untuk memicu
pembebasan Ca2+ dari dalam retikulum sarkoplasma. Kontraktilitas atau kemampuan
otot untuk berkontraksi (menegang) pada sel otot disebabkan sel otot memiliki protein
kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan yang cukup kuat maka otot akan memendek.
Pemendekan ini dapat mencapai 1/6 panjang semula, bahkan pada otot rangka dapat
memendek sampai 1/10 panjang semula. Pada percobaan tersebut pengurangan
panjang sekitar 1/10 panjang semula. Selain itu, pada otot rangka apabila oto dalam
keadaan panjang regangan istirahat normal dan kemudian diaktifkan, ia berkontraksi
dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot direngangkan jauh lebih besar daripada
panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat dalam jumlah besar,
yaitu keadaan dimana kedua ujung otot ditarik saling mendekati satu sama lain oleh
daya elastik jaringan ikat, pembuluh saraf, saraf, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan
percobaan, dimana ketika otot sedang meregang lalu kemudian diaktifkan dengan
pengurangan beban, otot akan berkontraksi secara maksimal dengan ujung-ujung otot
yang saling mendekat sehingga terjadi pendekatan otot dan panjangnya berkurang.
Beban merupakan determinan penting pada kecepatan otot untuk mendekat. Semakin
besar beban, maka semakin lambat kecepatan otot tersebut unuk memendek.
Kecepatan memendek akan maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan
memendek akan menurun bila beban dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban
sama dengan atau melebihi tegangan maksimal (Soewolo, 2000). Pernyataan ini sesuai
dengan percobaan dimana ketika beban berkurang otot akan segera memendek. Pada
otot rangka, sel-sel otot rangka diadaptasikan untuk melakukan kontraksi. Bila
dipisahkan satu sel otot dari fasikulusnya makan dapat dilihhat bahwa di dalam sel otot
tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus yang tersusun sejajar dan homogen, yang
dikenal dengan nama miofibril. Bila diamati lebih lnajut akan nampak bahwa di dalam
miofibril terdapat miofilamen tebal dan miofilamen tipis dan tersuusn sejajar namun
tidak nomogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang pada miofibril
(Soewolo, 2000).
F. KESIMPULAN
Sifat elastisitas pada otot lurik bergantung pada semakin besar beban, maka
semakin lambat kecepatan otot tersebut unuk memendek. Kecepatan memendek akan
maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan memendek akan menurun bila
beban dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban sama dengan atau melebihi
tegangan maksimal. Sementara itu, sifat elastisitas otot polos bergantung pada suatu
unit tunggal yang dapat mengahsailkan stimulus namun sel otot polos unit tunggal
tidak memiliki potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi potensial membrannya
tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Maka dari itu, jika dilihat dari keleastisitasan
otot, otot yang memiliki elastisitas baik adalah otot lurik sementara otot polos tidak.
Sifat ekstenbilitas otot lurik tidak dapat mengalami pemanjangan yang kostan
disebabkan karena aktin dan miosin serta tegangan yang terdapat di dalam otot
meningkat, sarkomer mengalami pemanjangan dan ketika beban terus ditambah otot
akan beradaptasi meregang dan memanjang akan tetapi pemanjangan ini tidak terjadi
secara permanen, melainkan hanya sementara. Jika kita bandingkan dengan otot lurik,
maka dapat dikatakan bahwa ekstensibilitas yang terdapat pada otot polos jauh lebih
besar dibandingkan dengan otot lurik. Hal ini disebabkan karena otot lurik memiliki
sarkomer sedangkan pada otot polos tidak terdapat sarkomer.
Daftar Rujukan
Halimah, A., 2007, Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills
Manipulasi Dengan Microwave Diathermy dan Transverse Friction Terhadap Penurunan
Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II, Jurnal Fisioterapi Indonusa, VII (2), 122
Juliarto, F., Saddad, A, R., dan Santoso, The Role of Cause of Death by Ligature Asphyksia and Blooding
Pricking to Rigor Mortis Mechanism at New Zealand White Rabbit, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Lesmana, S. I., 2013, Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan
Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal Fisioterapi Indonusa, V (2),
1
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.
Susanto, Hendra. 2011. Muscle System.
Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Praktikum Elastisitas dan Ekstenbilitas Otot.