Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

PENGAMATAN SEL KELAMIN


Untuk Memenuhi Tugas Matkuliah
Fisiologi Hewan
Yang dibina oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si.

Diusun oleh:
Erma Wahyu Safira Nastiti (170341615078)
Karin Anindita Widya Pitaloka (170341615097)
Karlina Syabania (170341615099)
Maya Andya Garini (170341615032)
Serly Herlina (170341615084)
Yayuk Sari Agustina (170341615117)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
A. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sifat
ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik, serta mampu mengembangkan
lewat penelitian.
B. DASAR TEORI
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian
tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang
terbentuk dari sekumpulan sel-sel yang dapat melakukan semua gerakan tubuh dengan
kontraksi sebagai tugas utama. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan,
sedangkan relaksasi terjadi jika otot sedang beristirahat (Lesmana, 2013).
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang bertugas menggerakkan berbagai
bagian tubuh. Jaringan otot mempunyai kemampuan untuk berkontraksi karena sel-sel
otot mengandung protein kontraksi yang memanjang dan mengandung serabut-serabut
halus yang disebut miofibril. Miofibril terdiri atas protein miosin dan aktin. Otot
berfungsi dengan normal jika antara sistem syaraf, spinal cord, dan otot terhubung
secara utuh dan bekerja dengan baik (Halimah, 2007).
Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain yaitu
sifat ekstensibilitas dan elastisitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel otot dapat meregang
(memanjang) sampai batas tertentu apabila diberikan gaya (beban/tarikan). Elastisitas
artinya sel-sel otot dapat kembali ke bentuk semula apabila gaya yang diberikan
kepadanya dihilangkan. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diadakan praktikum
ekstensibilitas dan elastisitas otot (Lesmana, 2013).
Otot merupakan suatu jaringan terbesar dalam tubuh yang dapat dieksitasi
dimana kegiatannya berupa kontraksi. Secara fisiologis otot dibagi menjadi 3 jenis
yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos. Dalam tubuh manusia terdapa lebih dari
500 otot skleletal dan merupakan otot yang membentuk 40% tubuh. Otot ini terdiri
dari serabut otot (muscle fiber) yang berdiameter sekitar 10-80 mikron dan panjang
meliputi hampir seluruh panjang otot serta dipersarafi oleh satu saraf (Lesmana, 2013).
Secara histologi otot rangka merupakan jaringan kontraktil yang memiliki sel-
sel yang dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk membangkitkan
potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sehingga timbul kontraksi.
Mekanisme kontraktil otot rangka tergantung dari protein miosin, aktin, tropomiosin,
dan troponin. Hampir seluruh otot rangka berawal dan berakhir di tendon dan serat-
serat otot rangka tersusun sejajar diantara ujung-ujung tendon, sehingga daya kontraksi
setiap unit akan saling menguatkan (Halimah, 2007).
Setiap otot baik otot serat lintang, otot polos maupun otot jantung memiliki
simpanan glikogen didalam otot. Glikogen merupakan bentuk lain dari glukosa yang
diubah untuk dijadikan sebagai cadangan energi. Glikogen di dalam tubuh banyak
disimpan didalam hati dan otot. Apabila dibutuhkan maka glikogen dapat diubah
menjadi glukosa yang merupakan sumbr energi didalam tubuh. Setiap satu molekul
glukosa akan diubah menjadi 40 ATP. Tanpa ATP tubuh tidak dapat melakukan
menjadi metabolisme, sehingga kekuangan ATP dapat menyebabkan prose kematian
sel (Juliarti, dkk, 2011).
Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimilikioleh sel-sel lain yaitu sifat
ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel dapat
meregang (memanjang) sampai batas tertentu apabila kepadanya diberikan gaya
(beban/tarikan). Elastisistas artinya sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula
apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan (Halimah, 2007).
Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik berpengaruh terhadap sifat
elastisitas dan ekstensibilitasnya. Adanya kedua sifat ini memungkinkan sel-sel otot
tidak mudah rusak bila dikenai gaya. Misalnya pada jantung, bila serambi dan bilik
jantung berisi darah, sel-sel ototnya meregang, memungkinkan serambi dan bilik
jantung mampu menampung darah cukup banyak tanpa mengalami kerusakan. Bila
jantung berkontraksi akan menghasilkan kontraksi yang lebih kuat. Contoh lain
misalnya pada pembuluh dan alat pencernaan makanan, semuanya menunjukkan sifat
ekstensibilitas dan elastisitas otot (Juliarti, dkk, 2011). Percobaan ini berdasarkan pada
beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Otot yang digunakan harus memiliki penampang dan panjang yang relatif sama.
2. Ekstensibilitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum dan sesudah diberi
beban.
3. Elastisitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum dan sesudah beban
dihilangkan.
4. Otot dikatakan memiliki ekstensibilitas lebih besar apabila diberi beban sama, otot
mampu meregang lebih panjang.
5. Otot dikatakan tidak memiliki ekstensibilitas apabila otot diberi beban cukup, otot
tidak memanjang sama sekali.
6. Otot dikatakan memiliki elastisitas 100% apabila beban yang diberikan pada otot
dihilangkan, maka otot mampu kembali ke panjang.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi ketika
dirangsang. Rangsangan pada otot dapat berupa rangsangan mekanik seperti pijatan,
rangsangan karena suhu panas atau dingin, dan rangsangan kimia seperti asam dan
basa. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi.
Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi terjadi jika
otot sedang beristirahat (Juliarti, dkk, 2011).

C. HASIL PENGAMATAN

Panjang otot
Beban
Otot polos (cm) Otot lurik (cm)
0 g (P 01) 2,5 cm 1,5 cm
10 g 4,5 cm 2,5 cm
20 g 5 cm 2,7 cm
30 g 5,6 cm 3 cm
40 g 6,8 cm 3 cm
50 g 7,2 cm 3,1 cm
40 g 7 cm 3 cm
30 g 7 cm 2,9 cm
20 g 6,9 cm 2,9 cm
10 g 6,8 cm 2,8 cm
0 g (P 02) 6 cm 2,4 cm

𝑃 50−𝑃 02
Hitung elastisitas otot polos dan otot lurik menggunakan rumus : × 100%
𝑃50−𝑃 01
1. Otot lurik
7,2 − 6
× 100 % = 25,5 %
7,2 − 2,5
2. Otot polos
3,1 − 2,4
× 100% = 43,75 %
3,1 − 1,5

Bandingkan mana yang lebih elastis


Jawab : otot lurik lebih elastis daripada otot polos

𝑃 50−𝑃 01
Hitung ekstensibilitas otot polos dan lurik menggunakan rumus : × 100%
𝑃 01
1. Otot lurik
3,1 − 1,5
× 100% = 106,67 %
1,5
2. Otot polos
7,2 − 2,5
× 100% = 188 %
32,5

Bandingkan mana yang lebih ekstensif


Jawab : otot polos lebih ekstensif daripada otot lurik
D. ANALISIS
1. Analisis hasil otot lurik ( perut )

Pada praktikum ini yang bertujuan untuk mempelajari sifat ekstensibilitas dan
elastisitas pada otot lurik dan otot polos , pada pengamatan ini kami menggunakan
hewan coba yaitu katak. Pada otot lurik kami menggunakan potongan otot perut katak
(Rectus Abdominis ) sedangkan otot polos kami menggunakan bagian usus katak
yang telah dibersihkan isi dalamnya dengan cara menggeruskan air kedalam usus
secara berlahan sampai isi usus tersebut keluar.

Yang pertama dilakukan ialah mengukuran panjang masing masing otot


dengan menggunakan dua ikatan sebelum diberikan beban dan berturut turut
ditambahkan 10gram beban hingga mencapai beban 50gram. Dan kemudin dikurangi
perlahan lahan setiap pengurangan diambil 10gram sampai akhirnya tanpa beban.
Ukur panjang otot lurik maupun otot polos setiapkali pengurangan 10gram.

Untuk pengamatan yang pertama dilakukan pada otot lurik yang diambil yaitu
bagian Rectus Abdominis sebelum diberikan beban otot lurik panjangnya 1,5 cm
kemudian ketika ditambahkan beban 10gr didapatkan hasil otot mengalami
pemanjangan menjadi 2,5 cm ( P10 ) kemudian kami menambahkan 10gr ke-dua,
otot juga mengalami pemanjangan menjadi 2,7cm ( P20 ) selanjutnya kami
menambahkan berat 10gr ke-tiga otot juga mengalami pemanjangan menjadi 3cm
(P30 ) setelah itu kami menambahkan kembali 10gr ke-empat, otot tidak terdapat
penambahan ukuran panjangnya sama yaitu 3cm ( P40 ) lalu kami menambahkan
lagi beban 10gr kelima otot terlihat mengalami pemanjangan 3,1cm (P50).Pada
perlakuan penambahan tersebut dapat terlihat bahwa setiap penambahan beban yang
kami berikan terjadi penambahan panjang pada otot lurik bagian Rectus Abdominis
tetapi terlihat bahwa pemanjangan yang terjadi pada otot ini setiap kali ditambahi
beban 10gr -1 sampai dengan 10gr -5 pemanjangan ukurannya tidak konstan.
Kemudian perlakuan yang selanjutnya yaitu mengurangi beban setelah beban yang
diberikan pada otot lurik ini mencapai berat 50gr.Beban dikurangi berat yaitu dengan
mengurangi berat 10gr pertama (P40 ) terjadi pemendekan pada otot menjadi 3cm
selanjutnya pada pengurangan 10 gram kedua (P30 ) juga terjadi pemendekan pada
otot menjadi 2,9cm lalu pada pengurangan beban 10gr ketiga (P20) tidak terjadi
penyusutan atau pemendekan pada otot jadi ukurannnya tetap sama 2,9cm
selanjutnya pada pengurangan beban 10gr kedua (P10 ) terjadi pemendekan pada otot
menjadi 2,8 cm selanjutnya pada otot yang tidak diberikan beban otot memendek
menjadi 2,4cm.
perhitungan Elastisitas dan Ekstansibilitas otot lurik

Elastisitas
3,1−2,4 0,7
otot lurik = 3,1−1,5 × 100% : 1,6 × 𝟏𝟎𝟎% : 43,75 %

Ekstansibilitas
𝟑,𝟏−𝟏,𝟓 𝟏,𝟔
Otot lurik = × 𝟏𝟎𝟎% ∶ × 𝟏𝟎𝟎% ∶ 𝟏𝟎𝟔, 𝟔𝟕 %
𝟏,𝟓 𝟏,𝟓

2. Analisis data otot polos (usus)


Ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik,mampu
mengembangkan lewat penelitian.percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan potongan dari otot lurik dan potongan otot polos yang panjangnya 2,5
cm. Yang pertama dilakukan pengukuran panjang otot dengan menggunakan dua
ikatan sebelum diberikan beban dan berturut turut ditambahkan 10gram beban hingga
mencapai beban 50gram. Dan kemudin dikurangi perlahan lahan setiap pengurangan
diambil 10gram sampai akhirnya tanpa beban. Ukur panjang usus setiapkali
pengurangan 10gram.
Untuk percobaan pertama dilakukan pemotongan otot polos yaitu pertama
memotong usus dengan panjang 2,5cm. didapatkan hasil bahwa penambahan beban
10gram pertama panjang otot memanjang menjadi 4,5 cm (P10). Untuk penambahan
10gram kedua panjang otot bertambah menjadi 5 cm (P20). Untuk penambahan
10gram ketiga panjang otot bertambah menjadi 5,6 cm (P30). Untuk penambahan
beban 10gram keempat panjang otot bertambah menjadi 6,8 cm (P40). Selanjutnya
untuk penambahan 10 gram kelima panjang otot bertambah menjadi 7,2 cm (P50).
Dalam pengukuran panjang usus pada setiap kali pengurangan beban 10 gram,
panjang otot polos pada usus berkurang menjadi 7 cm (P40). Untuk pengurangan
beban 10 gram yang kedua panjang otot polos tetap yaitu 7 cm (P30). Untuk
pengurangan beban 10 gram yang ketiga panjang otot polos berkurang menjadi 6,9
cm (P20). Untuk pengurangan beban 10 gram yang keempat panjang otot polos
berkurang menjadi 6,8 cm (P10). Selanjutnya pengurangan beban terakhir yaitu 0
gram yaitu panjang otot polos berkurang menjadi 6cm.

Menghitung elastisitas otot polos


7,2−6 1,2
Otot polos 7,2−2,5 × 100% = 4,7×100% = 25,5 %

Menghitung ekstansibilitas otot polos


7,2−2,5 4,7
Otot polos ×100% = 2,5× 100% = 188 %
2,5

E. PEMBAHASAN
1. Elastisitas Otot Lurik
Elastisitas otot merupakan kemempuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran
semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot dihilangkan (Soewolo,
2000). Pada percobaan elastisitas otot lurik, pengurangan beban sebanyak lima kali
dimana setiap pengurangan, berat beban adalah 10 gram. Pengurangan beban ini
disertai pula dengan pengurangan panjang dari otot tersebut,mulai dari 0,1 cm hingga
0,4 cm dari panjang awal 3,1 cm yang kemudian panjang akhirnya 2,4 cm. Sedangkan
untuk nilai elastisitas dari otot lurik ini adalah 43,75%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan otot akan kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya atau
beban yang diberikan berkurang dan tingkat elastisitas pada otot lurik ini cukup baik.
Pada otot rangka, apabila otot dalam keadaan panjang regangan istirahat normal dan
kemudian diaktifkan, ia berkontraksi dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot
direnggangkan jauh lebih besar daripada panjang normal sebelum berkontraksi, makan
akan timbul regangan istirahat dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana ujung-ujung
otot ditarik saling mendekati satu sama lain oleh daya elastic jaringan ikat, pembuluh
saraf, dan sebagainya.
Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memiliki suatu
sistem tubulus transversal (tubulus T). Sistem ini merupakan invaginasi sarkolema
yang membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang saling beranastomistis
melingkari batas antara pita H dan pita I dari setiap sarkomer miofibril. Membran
tubulus T ini berhubungan dengan sisterna terminal dari retikulum sarkoplasma.
Melalui memberan tubulus T ini potensial aksi dirambatkan untuk memicu
pembebasan Ca2+ dari dalam retikulum sarkoplasma. Kontraktilitas atau kemampuan
otot untuk berkontraksi (menegang) pada sel otot disebabkan sel otot memiliki protein
kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan yang cukup kuat maka otot akan memendek.
Pemendekan ini dapat mencapai 1/6 panjang semula, bahkan pada otot rangka dapat
memendek sampai 1/10 panjang semula. Pada percobaan tersebut pengurangan
panjang sekitar 1/10 panjang semula. Selain itu, pada otot rangka apabila oto dalam
keadaan panjang regangan istirahat normal dan kemudian diaktifkan, ia berkontraksi
dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot direngangkan jauh lebih besar daripada
panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat dalam jumlah besar,
yaitu keadaan dimana kedua ujung otot ditarik saling mendekati satu sama lain oleh
daya elastik jaringan ikat, pembuluh saraf, saraf, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan
percobaan, dimana ketika otot sedang meregang lalu kemudian diaktifkan dengan
pengurangan beban, otot akan berkontraksi secara maksimal dengan ujung-ujung otot
yang saling mendekat sehingga terjadi pendekatan otot dan panjangnya berkurang.
Beban merupakan determinan penting pada kecepatan otot untuk mendekat. Semakin
besar beban, maka semakin lambat kecepatan otot tersebut unuk memendek.
Kecepatan memendek akan maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan
memendek akan menurun bila beban dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban
sama dengan atau melebihi tegangan maksimal (Soewolo, 2000). Pernyataan ini sesuai
dengan percobaan dimana ketika beban berkurang otot akan segera memendek. Pada
otot rangka, sel-sel otot rangka diadaptasikan untuk melakukan kontraksi. Bila
dipisahkan satu sel otot dari fasikulusnya makan dapat dilihhat bahwa di dalam sel otot
tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus yang tersusun sejajar dan homogen, yang
dikenal dengan nama miofibril. Bila diamati lebih lnajut akan nampak bahwa di dalam
miofibril terdapat miofilamen tebal dan miofilamen tipis dan tersuusn sejajar namun
tidak nomogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang pada miofibril
(Soewolo, 2000).

2. Elastisitas Otot Polos


Elastisitas otot merupakan kemampuan otot utnuk kembali pada bentuk dan ukuran
semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot dihilangkan (Soewolo,
2000). Pada percobaan elastisitas otot polos, pengurangan beban sebanyak lima kali
dimana setiap pengurangan berat beban adalah 10 gram. Pengurangan beban ini
deisertai dengan pengurangan panjang dari otot tersebut. pengurangan beban ini
menyebabkan panjang otot berkurang pula dimana setiap pengurangan beban sekitar
10 gram, panjang yang berkurang sekitar 0,1 cm hingga 0,2 cm dari panjang awal 7,2
cm dan panjang akhir 6 cm. sedangkan untuk nilai elastisitas otot polos ini adalah
25,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan otot akan kembali pada bentuk dan
ukuran semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot semakin berkurang
dan tingkat elastisitas pada otot polos ini belum cukup baik.
Otot polos single unit ini juga disebut dengan otot polos viseral. Disebut
sebagai oto polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan berkontraksi
secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit tunggal mempunyai sistem
electrical junction atau unit kelistrikan dan mekanik sebagai suatu unit yang dikenal
sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit tunggal mampu membangkitkan stimulus
pada selnya sendiri tanpa stimulus melalui saraf self excitable. Sel otot polos unit
tunggal juga tidak memiliki potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi potensial
membrannya tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Depolarisasi spontan pada otot
polos unit tunggal akibat adanya pacemaker dan potensial gelombang lambat (slow-
wave-potentials). Kemampuan otot polos unit tunggal untuk berkontraksi tanpa
stimulus dari saraf disebut sebagai aktivitas miogenik (Susanto, 2011).
3. Ekstensibilitas Otot Lurik
Ekstensibilitas merupakan kemampuan bertambahnya atau meningkatnya
panjang otot. Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis,
misalnya pada otot lurik dan otot polos. Pada pengamatan praktikum kali ini, kami
mendapatakn ekstensibilitas otot rektus abdominis dari katak sebesar 106,67%.
Pertambahan panjang dari otot lurik katak ini tidak konstan meskipun beban yang
diberikan atau ditambahkan sama yaitu 10 gram setiap penambahan.
Penambahan beban yang diberikan pada otot rektus abdominis memiliki
pengaruh yang akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan tegangan
dalam otot meningkat dengan tajam, sarkomer memanjang dan bila dilakukan terus
menerus otot akan beradaptasi untuk meregang atau memanjang namun dalam waktu
yang sebentar atau sementara, hal inidikarenakan ketika beban dikurangi atau
dilepaskan otot akan kembali pada kondisi awal (elastis). Respon mekanik otot
terhadap peregangan bergantung pada miofibril dan sarkomer otot. Setiap otot tersusun
atas serabut otot. Satu serabut otot tersusun atas beberapa miofibril. Serabut miofibril
tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut otot. Sarkomer
merupakan unit kontraktil dari miofibril yang terdiri atas filamen aktin dan miosin yang
saling tumpang tindih. Sarkomer memberikan kemampuan pada otot lurik untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi, serta memberikan kemampuan elastisitas jika
diregangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa otot lurik tidak dapat mengalami
pemanjangan yang kostan disebabkan karena aktin dan miosin serta tegangan yang
terdapat di dalam otot meningkat, sarkomer mengalami pemanjangan dan ketika beban
terus ditambah otot akan beradaptasi meregang dan memanjang akan tetapi
pemanjangan ini tidak terjadi secara permanen, melainkan hanya sementara (Tim MK
fisiologi hewan, 2012).

4. Ekstensibilitas Otot Polos


Otot polos merupakan otot dengan struktur yang tidak memiliki garis
melintangseperti yang ada pada otot lurik. Sel otot memiliki bentuk yang menyerupai
gelendong dengan struktur yang saling beranastomosis satu sama lain. Hubungan
kelistrikan yang terdapat pada antar sel otot polos melalui struktur gap junction yang
memungkinkan sekelompok sel pada area tertentu dapat berkontraksi sebagai unit
fungsional tunggal.
Struktur yang terdapat pada sel otot polos menunjukkan sebuah berkas
miofilamen kontraktil yang terdiri atas aktin dan mosin yang terletak menancap pada
satu bagian ujung dari dense area yang terdapat di membran plasma dan bagian ujung
yang lain melalui dense bodies yang terdapat pada filamen intermediet. Struktur
internal dari sel-sel otot polos tampak kurang terorganisasi dengan baik jika
dibandingkan dengan otot lurik dan otot jantung. Filamen yang tebal dan tipis dalam
otot polos tersusun secara acak, tidak memiliki organisasi sarkomerik yang disertai
pita Z. Memiliki proporsi dan organisasi filamen tebal dan filamen tipis yang berbeda,
tidak tersusun sejajar tetapi saling menyilang yang membentuk kisi-kisi. Rasio filamen
tebal dan filamen tipis yang terdapat pada otot polos sebesar 1 : 16 sedangkan pada
otot lurik sebesar 1 : 2 (Soewolo, 2005). Pada filamen tipisnya hanya mengandung
aktin dan tropomiosin. Pada kondisi relaksasi miofilamen kontraktil terorientasi
dengan model memanjang pada sel otot polos , dan pada saat terjadi sliding filamen
aktin dan miosin, maka sel otot polos tersebut akan terjadi pemendekan.
Berdasarkan aktivitasnya otot polos dibedakan menjadi 2 yaitu, otot polos unit
tunggal dan otot polos unit jamak. Otot polos unit jamak merupakan otot polos yang
memiliki sifat gabungan antara otot lurik dengan otot polos unit tunggal. Otot plos unit
jamak memiliki unit-unit yang terpisah dan mirip, misalnya unit motor otot lurik
sehingga memiliki sifat neurogenik. Berbeda dengan otot lurik, respon kontrktik yang
terdapat pada otot polos unit jamak merupakan potensial depolarisasi bertingkat.
Kekuatan kontraksimya tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah unit yang terstimulasi
dan kecepatan stimulasi melainkan juga dipengaruhi oleh hormon dan obat yang
bersirkulasi. Tempat yang banyak mengandun otot polos unit jamak yaitu pembuluh
darah besar, otot lensa, otot iris, saluran udara besar paru, dan otot folikel rambut
(Susanto, 2011).
Otot polos unit tunggal mempunyai sistem electrycal junction/unit kelistrikan
dan mekanik sebagai suatu unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos
unit tunggal mampu membangkitkan stimulus yang terdapat pada selnya sendiri tanpa
stimulus melalui saraf self excitable. Sel otot polos tunggal tidak memiliki potensial
istirahat yang konstan dan fluktuasi membrannya tanpa pengaruh eksternal sama
sekali. Depolarisasi spontan otot polos unit tunga terjadi akaibat adanya pacemaker
dan potensal gelombang lambat. Kemampuan otot polos unit tunggal untuk
berkontraksi tanpa stimulus dari saraf disebut dengan aktivitas miogenik (Susanto,
2011). Usus pada katak merupakan salah satu contoh dari otot polos unit tunggal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh, diketahui bahwa panjang
awal usus sebelum diberi beban adalah 2,5 cm sedangkan panjang usus setelah diberi
beban 50 gram adalah 6 cm. setelah dilakukan analisis data dengan cara penghitungan
menggunakan rumus, memperoleh hasil bahwa ekstensibilitas otot polos sebesar
188%. Jika kita bandingkan dengan otot lurik, maka dapat dikatakan bahwa
ekstensibilitas yang terdapat pada otot polos jauh lebih besar dibandingkan dengan
otot lurik. Hal ini disebabkan karena otot lurik memiliki sarkomer sedangkan pada otot
polos tidak terdapat sarkomer.

F. KESIMPULAN
Sifat elastisitas pada otot lurik bergantung pada semakin besar beban, maka
semakin lambat kecepatan otot tersebut unuk memendek. Kecepatan memendek akan
maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan memendek akan menurun bila
beban dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban sama dengan atau melebihi
tegangan maksimal. Sementara itu, sifat elastisitas otot polos bergantung pada suatu
unit tunggal yang dapat mengahsailkan stimulus namun sel otot polos unit tunggal
tidak memiliki potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi potensial membrannya
tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Maka dari itu, jika dilihat dari keleastisitasan
otot, otot yang memiliki elastisitas baik adalah otot lurik sementara otot polos tidak.
Sifat ekstenbilitas otot lurik tidak dapat mengalami pemanjangan yang kostan
disebabkan karena aktin dan miosin serta tegangan yang terdapat di dalam otot
meningkat, sarkomer mengalami pemanjangan dan ketika beban terus ditambah otot
akan beradaptasi meregang dan memanjang akan tetapi pemanjangan ini tidak terjadi
secara permanen, melainkan hanya sementara. Jika kita bandingkan dengan otot lurik,
maka dapat dikatakan bahwa ekstensibilitas yang terdapat pada otot polos jauh lebih
besar dibandingkan dengan otot lurik. Hal ini disebabkan karena otot lurik memiliki
sarkomer sedangkan pada otot polos tidak terdapat sarkomer.
Daftar Rujukan
Halimah, A., 2007, Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills
Manipulasi Dengan Microwave Diathermy dan Transverse Friction Terhadap Penurunan
Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II, Jurnal Fisioterapi Indonusa, VII (2), 122
Juliarto, F., Saddad, A, R., dan Santoso, The Role of Cause of Death by Ligature Asphyksia and Blooding
Pricking to Rigor Mortis Mechanism at New Zealand White Rabbit, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Lesmana, S. I., 2013, Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan
Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal Fisioterapi Indonusa, V (2),
1
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.
Susanto, Hendra. 2011. Muscle System.
Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Praktikum Elastisitas dan Ekstenbilitas Otot.

Anda mungkin juga menyukai