Disusun Oleh :
Dedik Hariyono (201511001)
Armansyah (201511002)
Rizky Budi Hartadi (201511007)
Kamarudin (201511010)
Firdaus Ulul Albab (201511012)
Reivy Wullur (201511016)
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM ILMU LOGAM
Disusun Oleh:
Dedik Hariyono (201511001)
Armansyah (201511002)
Rizky Budi Hartadi (201511007)
Kamarudin (201511010)
Firdaus Ulul Albab (201511012)
Reivy Wullur (201511016)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin Dosen Pembimbing
Sekolah Tinggi Teknologi
Industri Bontang
ii
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Ilmu logam. Pada kesempatan kali ini, tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat, serta taufik dan hidayahnya kepada
penulis, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Ayah dan Ibu tercinta. Terima kasih atas segala doa, kepercayaan, cinta kasih yang tiada
henti diberikan kepada penulis, serta senantiasa memberikan motivasi yang luar biasa
sehingga mampu memberikan pencerahan dan kekuatan yang sangat berarti bagi penulis.
3. Bapak Ir. Ahmad Mardiani, M.T, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
Bontang.
4. Ibu Ratnawati, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi
Industri Bontang.
5. Bapak Ahmad Yani, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan laporan
praktikum.
6. Kepada teman-teman kelompok yang telah bahu-membahu untuk menyelesaikan praktikum
maupu menyusun laporan dari awal hingga akhir.
7. Dan seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
praktikum dan menyusun laporan.
Penulis sadar bahwa laporan ini tidaklah sempurna, masih terdapat beberapa kesalahan
yang mungkin tidak penulis sadari. Penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan selanjutnya sebagai refensi untuk membuat laporan yang lebih baik lagi.
Penulis
iii
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ...................................................................................................................1
1.3 Jenis Praktikum yang Dilakukan ............................................................................................2
BAB II STUDI PUSTAKA .............................................................................................................3
2.1 Klasifikasi Bahan Logam .......................................................................................................3
2.2 Macam-macam Besi dan Baja ................................................................................................4
2.2.1 Besi Tuang .......................................................................................................................4
2.2.2 Baja ..................................................................................................................................5
2.3 Macam-macam Heat Treatment .............................................................................................7
2.3.1 Pekerjaan Anil (Annealing) .............................................................................................8
2.3.2 Pekerjaan Normalisasi (Normalizing) .............................................................................9
2.3.3 Pekerjaan Pengerasan (Quenching Treatment) ...............................................................9
2.3.4 Pekerjaan Temper (Tempering Treatment) .....................................................................9
2.3.5 Perlakuan Pembebasan Tegangan (Stress Relieving Treatment)...................................10
2.3.6 Speroidisasi (Spherodizing) ...........................................................................................10
2.3.7 Pengerasan (Hardening) ................................................................................................10
2.4 Diagram Fe-Fe3C..................................................................................................................10
2.5 Diagram TTT (Time Temperature Transformation) ............................................................13
2.6 Fase-fase Pembentukan Kristal Logam Baja .......................................................................15
2.6.1 Reaksi Perlit dan Bainit.................................................................................................15
2.2.2 Reaksi Martensit ............................................................................................................17
iv
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
v
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
vi
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.12 Pelapisan Penetran pada Hasil Machining Spesimen Stainless Steel SS321 ..........27
Gambar 3.13 Pembersihan Penetran pada Hasil Machining Spesimen Stainless Steel SS321 .....28
Gambar 3.14 Pelapisan Developer pada Hasil Machining Spesimen Stainless Steel SS321 .......28
Gambar 3.15 Inspeksi Uji Penetran pada Hasil Machining Spesimen Stainless Steel SS321 ......28
Gambar 3.16 Hasil Pengujian Penetran pada Spesimen Carbon Steel A106 ................................29
Gambar 3.17 Hasil Pengujian Penetran pada Spesimen Stainless Steel SS321 ............................29
Gambar 4.1 Projector ....................................................................................................................34
Gambar 4.2 Mesin Gerinda Surface ..............................................................................................37
Gambar 4.3 Acryfix Powder dan Acryfix Liquid ..........................................................................39
Gambar 4.4 Polisher Serbuk Alumina dengan Kehalusan 0,05 μ .................................................39
Gambar 4.5 Alkohol 95-100 % dan Larutan Nital 3 % .................................................................39
Gambar 4.6 Amplas (grid 80, 240, 500, 800, dan 1200) ...............................................................40
Gambar 4.7 Hydraulic Maunted Specimen Press ..........................................................................40
vii
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
viii
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
ix
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
DAFTAR TABEL
x
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
2
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB II
STUDI PUSTAKA
a. Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon
dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak,
baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
b. Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe).
Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan
timah (Sn).
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat
dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok metoda pengujian, yaitu :
1. Destructive test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan kerusakan
logam yang di uji.
2. Non destructive test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak bisa menimbulkan
kerusakan logam atau benda yang di uji.
3. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya, unsur-
unsur yang terdapat didalamnya, dan bentuk strukturnya.
Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai 2 sifat yang berbeda
dengan besi dan karbon, sehingga dicampur dengan bermacam logam lainnya. Logam dalam
bidang keteknisan adalah besi.
3
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Yang dimaksud besi dalam bidang keteknisan adalah besi teknis, bukan besi murni
karena besi murni (fe) tidak memenuhi persyaratan teknik diantaranya adalah kekuatan
bahan, keuletan, ketahanan terhadap pengaruh luar (korosi, aus, bahan kimia, suhu tinggi)
dan sebagainya. Besi teknis selalu tercampur dengan unsur-unsur lain misalnya karbon (C),
silikon (Si), mangan (Mn), Fosfor (P) dan belerang (S). Unsur-unsur tersebut harus dalam
kadar tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki.
4
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
6
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
- Penguatan baja anti karat feritic dan austetic dilakukan dengan pengerjaan
dingin.
- Martensite dan feritic stainless bersifat magnet sedangkan baja anti karat
austenitic tidak.
2.3 Macam-macam Heat Treatment
Proses perlakuan panas (heat treatment) adalah proses pemanasan dan pendinginan
pada suatu paduan dengan tujuan untuk memperoleh suatu sifat tertentu. Proses perlakuan
panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke
temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian
dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu. Biasanya pemanasan dilakukan hingga
mencapai temperatur austenit, kemudian ditahan pada temperatur tersebut beberapa saat lalu
didinginkan dengan laju pendinginan tertentu. Secara umum perlakukan panas (heat
treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :
a. Near equilibrium (mendekati kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas near equilibrium adalah untuk :
- Melunakkan struktur kristal
- Menghaluskan butir
- Menghilangkan tegangan dalam
- Memperbaiki machineability
Jenis dari perlakukan panas near equibrium, misalnya :
- Full Annealing (annealing)
- Stress relief Annealing
- Process annealing
- Spheroidizing
- Normalizing
- Homogenizing
b. Non equilirium (tidak setimbang)
Tujuan panas non equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang
lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas non equibrium, misalnya :
- Hardening
- Martempering
7
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
- Austempering
- Surface Hardening (carburizing, nitriding, cyaniding, flame hardening)
Macam-macam perlakuan panas yang umumnya dilakukan antara lain :
8
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
9
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
10
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
- Sementit adalah karbida besi Fe3C adalah senyawa interstisial mengandung 6,67 % C.
Sangat keras (650 BHN), getas dan kekuatan renda (350 kg/cm2). Struktur kristal
orthorhombik.
- Austenit adalah larutan padat karbon dalam besi γ. Kelarutan maksimum 2.0 %, pada
1130 oC. Kekuatan tarik 1050 kg/cm2, kekerasan 40 Rc, ketangguhan tinggi. Biasanya
tidak stabil pada temperature kamar. Struktur FCC.
- Ledeburit adalah suatu campuran eutectik, terdiri dari austenit dan sementit,
mengandung 4,3 %C, terbentuk pada 1130 oC.
- Ferrit adalah larutan padat karbon dalam besi α. Kelarutan maksimum 0,025 % C
(pada 723 oC) dan hanya 0,008 % ditemperatur kamar. Struktur kristal BCC. Kekuatan
rendah (+ 28 kg/mm2), tetapi keuletan tinggi (sampai 40%), kekerasan kurang dari 90
RB.
11
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
- Perlit adalah suatu campuran eutektoid terdiri dari sementit dan ferrit, berselang-seling,
berlapis-lapis. Mengandung 0,8 % C, terbentuk pada 723 oC. Kekuatan tarik 84
kg/mm2, keuletan (elongation) 20 %, kekerasan 95-100 RB atau 250-300 BHN.
- Lower Critical Temperature (Temperature kritis bawah) A1, temperatur eutektoid. Pada
diagram Fe-Fe3C tampak berupa garis mendatar di temperatur 723 oC. Pada temperatur
ini terjadi reaksi eutektoid :
austenit pendingina
n ferrit
sementit
perlit
- Upper Critical Temperature (Temperatur kritis atas) A3, temperatur awal terjadinya
perubahan allotropik dari ke (pada pendinginan) atau akhir perubahan allotropik dari ke
(pada pemanasan).
- Garis solvus Acm merupakan batas kelarutan karbon dalam austenit.
Berikut adalah batas-batas temperatur kritis pada diagram Fe-Fe3C :
a. A1, adalah temperatur reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit)
untukbaja hypo eutektoid.
b. A2, adalah titik currie (pada temperatur 769 oC), dimana sifat magnetik besi berubah
dari feromagnetik menjadi paramagnetik.
c. A3, adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi α (ferit) yang ditandai pula
dengan naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
d. Acm, adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi Fe3C (sementit) yang ditandai
pula dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
e. A13, adalah temperatur transformasi γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hiperetektoid.
f. Liquid atau fasa cair, adalah daerah paling luas dimana kelarutan C sebagai paduan
utama dalam Fe tidak terbatas pada temperatur yang bervariasi.
Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh informasi-informasi penting yaitu antara lain:
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisi
pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila dilakukan
pendinginan lambat.
12
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
13
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang mempunyai
dekomposisi normal austenit sebagai berikut :
14
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Dalam pemakaian teknis baja martensit di-temper untuk memperoleh sifat ductile dan
tonghness. Proses temper dipilih menurut keperluan optimasi antara kekuatan (hardness)
dan keliatan.
2.6 Fase-fase Pembentukan Kristal Logam Baja
2.6.1 Reaksi Perlit dan Bainit
Perlit adalah struktur eutektoida 0.8 % C yang terdiri dari phase ferit yang
diselingi dengan lapisan-lapisan carbida cement (Fe3C), sedangkan bainit adalah
konstitusi mikro campuran phase karbida dan phase ferit (ferrite-cementite-
aggregate). Dari diagram TTT perlit dan bainit terbentuk pada suhu konstan (iso
thermal) dari phase austenit pada suhu diantara A1 dan dibawah nose. Bila austenit
didinginkan cepat ampai pada suhu ini, perlit belum terbentuk, baru beberapa saat
dibiarkan pada suhu ini akan mulai terbentuk (gejala seperti recrystalisasi dari cold
worked metal). Dekomposisi dimulai dari nucleus cementit yang nantinya membentuk
nodule dari ferit, ini terjadi pada boundary kristal austenit atau pada inclusi.
Nucleasasi (pengintian) dan growth (pertumbuhan) dan terjadinya perlit terlihat
pada gambar dibawah.
15
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Pada suhu lebih rendah maka waktu untuk pertumbuhan berkurang sehingga
pelat-pelat cementit dan perit menjadi tipts dan hal ini memberikan gejala
meningkatkan kekerasan. Gejala bertambahnya kekerasan karena suhu dekomposisi
austenit yang rendah, sama pada pembentukan bainit. Pada suhu dekomposisi austenit
pada daerah nose akan menghasilkan campuran perlit dan bainit dalam periode waktu
tertentu. Lebih rendah dari suhu ini (dan masih diatas suhu Ms) akan dihasilkan
bainite. Jadi yang mempengaruhi pembentukan bainite adalah suhu dimana austenit
akan dekomposisi isothermis.
Pada suhu yang lebih tinggi (pada daerah antara nose dan Ms) dibawah
nose, akan terbentuk mikrostruktur bainite yang disebut high bainite atau upperbainite.
Pada suhu yang lebih rendah akan terbentuk mikrostruktur bainite needle-like atau
bainite acicular, atau disebut low bainite. Struktur bainite ini pada umumnya
campuran ferit dan carbida yang mengelompok bersama yang terbentuk melalui
pengintian perit. Diagram TTT dari baja paduan biasa mempunyai 2 buah nose
yaitu nose untuk pembentukan perlit dan nose untuk pembentukan bainit. Dalam
hal ini bisa terjadi bainit pada waktu quenching, sedang untuk baja carbon struktur
bainite baru terjadi dengan proses isothermis.
16
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
17
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Hal ini sering terjadi pada heat-treatment high-speed tool steel dan
memungkinkan terjadinya retak. Untuk ini proses dekomposisi dengan metode deep-
freezing (dibawah Mf dan jauh dibawah suhu kamar) diperlukan. Martensit terbentuk
tanpa adanya carbon (carbida cement), seluruh karbon yang tadinya berada larut dalam α-
iron (BCC) masih terlarut interstisi dalam α–iron (BCC). Adanya atom-atom carbon
interstisi ini, lattice martensit merupakan body-centered-tetragonal. Reaksi martensit
yang terjadi pada pendinginan cepat adalah transformasi tanpa pengintian (nukleisasi),
pertumbuhan dan difusi carbon, dan komposisi kimia terlarut dari martensit adalah sama
dengan komposisi pada keadaan larutan padatnya.
Kalau pendinginan berlangsung sangat cepat maka driving force akan menjadi
sangat besar sehingga seolah-olah pergeseran atom-atom untuk mengubah FCC menjadi
BCC dapat terjadi tanpa difusi, hanya karena dorongan driving force. Tetapi karena
austenite mengandung sejumlah karbon, sedang ferrit hanya mampu melarutkan sedikit
sekali karbon, maka karbon yang seharusnya kelaur dari larutan akan terperangkap (atom
karbon sudah tidak lagi dapat berdifusi keluar karena ia sudah tidak lagi memiliki cukup
energi untuk berdifusi, temperature sudah terlalu rendah) dalam struktur baru (yang
seharusnya BCC) dan menyebabkan struktur baru itu terdistorsi,
tidak menjadi BCC tetapi menjadi BCT (body centereted tetragonal), yaitu
martensit. Karena adanya karbon yang terperangkap ini struktur itu menjadi tegang dan
karenanya menjadi sangat keras (dapat sampai Rockwell C 65), tetapi juga getas.
Martensit akan mulai terjadi bila austenite langsung didinginkan hingga mencapai
temperature Ms, martensit start. Banyaknya austenite yang bertransformasi menjadi
matensit tidak tergantung pada waktu, tetapi tergantung pada temperatur, makin rendah
makin banyak dan selesai pada temperature Mf, martensit finish.
18
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB III
UJI PENETRAN (PENETRANT TEST)
3.1 Tujuan Praktikum
Tujuan inspeksi dengan metode penetrant test adalah untuk mengetahui kemungkinan
cacat permukaan (surface defect) atau tidak pada suatu material dengan cara merembeskan
suatu fluida cair (liquid penetrant) ke material tersebut. Penetrant test ini digunakan untuk
melihat ada tidaknya cacat permukaan seperti retak (crack), porosity, pinhole, dll.
3.2 Dasar Teori
3.2.1 Uji Penetran (Penetrant Test)
Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada konstruksi yang
menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah perawatannya. Untuk
melakukan pengevaluasian atau inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian
yang sekiranya mampu mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam
material. Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT (non
destructive test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan.
Uji liquid penetrant ini dapat digunakan untuk mengetahui diskontinyuitas halus
pada permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran. Pada prinsipnya metode
pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk kedalam diskontinyuitas,
kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan dari dalam diskontinyuitas dengan
menggunakan cairan pengembang (developer) yang warnanya kontras
dengan liquid penetrant (putih). Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya
bercak-bercak merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada Gambar 3.1.
Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran, bentuk arah
diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat meresap
kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil. Pengujian penetrant tidak dapat
mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas. Proses ini banyak digunakan untuk
19
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
a. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan tersebut
merembat hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan yang ada dibawah
permukaan benda, tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian
ini.
b. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan
indikasi palsu.
c. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil
hasil metallurgy yang kurang padat.
Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya:Liquid penetrant bila dilihat dari
cara pembersihannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya
memiliki perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu sistem bergantung pada faktor-
faktor berikut ini :
Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
Karakteristik umum discuntinuity/keretakan logam
Waktu dan tempat penyelidikan
Ukuran benda kerja
20
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
1. Visible penetrant
Visible penetrant adalah zat pewarna merah yang tampak jelas di bawah kondisi
pencahayaan normal. Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini
ditunjukkan pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang
warna developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi
membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disinar UV
fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri
terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada ruangan yang gelap.
21
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
22
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
b. Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau lebih indikasi lingkaran
yang tersusun dalam satu baris, dengan jarak antara indikasi lingkaran kurang
dari 1,6 mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi yang telah disebutkan di
atas, material tersebut dapat diterima.
3.3 Pelaksanaan Uji Penetran (Penetrant Test)
3.3.1 Tempat Pelaksanaan
Laboratorium Metalurgi Departemen Inspeksi Teknik PT Pupuk Kalimantan Timur.
3.3.2 Bahan
1. Carbon steel A106 (pipa sambungan (hasil pengelasan))
23
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar 3.5 Cleaner Non Fluoresen, Penetrant Non Fluoresen, dan Developer Non
Fluoresen
3.3.3 Peralatan
1. Sikat kawat
2. Majun
3. Kuas
4. Permanent marker (white dan blue)
5. Meteran/penggaris
24
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
25
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar `3.10 Inspeksi Uji Penetran pada Hasil Pengelasan Spesimen Carbon
Steel A106
9. Lakukan pembersihan cairan developer pada hasil pengelasan spesimen
dengan cara menyemprotkan cairan cleaner pada majun, lalu cairan penetrant
dilap dengan majun yang telah disemprotkan cairan cleaner (langkah post
cleaning).
10. Tandai cacat pada hasil pengelasan dengan white permanent marker untuk
proses reparasi.
26
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
3.3.4.2 Langkah kerja pengujian penetran cair pada stailess steel SS321 (pipa hasil
machining) :
1. Pastikan temperatur spesimen antara 5 – 52 0C (Standard Temperature).
2. Lakukan langkah precleaning pada spesimen dengan cara menyemprotkan
cairan cleaner pada hasil machining spesimen lalu keringkan dengan majun
bersih.
Gambar 3.15 Inspeksi Uji Penetran Hasil Machining Spesimen Stailess Steel
SS321
28
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
POROSITY
Gambar 3.16 Hasil Pengujian Penetran pada Spesimen Carbon Steel A106
CRACK
Gambar 3.17 Hasil Pengujian Penetran pada Spesimen Stainless Steel SS321
29
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
3.4 Pembahasan
3.4.1 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan :
Mudah diaplikasikan.
Murah dalam pembiayaan.
Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi kimianya.
Jangkauan pemeriksaan cukup luas.
b. Kekurangan :
Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder
metallurgy. Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetran secara
berlebihan sehingga dapat mengindikasi cacat palsu.
Permukaan yang kasar menyebabkan kesulitan pada saat pembersihan sisa
penetran.
Beberapa material (karet dan plastik) mungkin dapat terpengaruh oleh penetran
yang berbahan dasar minyak.
Sangat tergantung pada keahlian operator.
Beberapa produk penetran dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit jika
digunakan terus menerus jika tidak.
3.4.2 Analisis Data
Uji penetran merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini
digunakan untuk menemukan cacat di permukaan dari komponen solid yang tidak
berpori. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan gerinda, sikat kawat ataupun lap kain. Setelah
dibersihkan, permukaan material uji disemprotkan dengan cairan penetran yang memiliki
warna yang terang, kemudian di tunggu selama + 10 menit agar penetran dapat
terpenetrasi baik kedalam retakan/cacat pada permukaan material. Cairan penetran yang
digunakan harus memiliki daya penetrasi yang baik serta viskositas yang rendah agar
dapat masuk kedalam retakan pada permukaan material uji. Terdapat 3 jenis cairan
penetran yaitu water washable penetrant, solvent removable penetrant, dan post
emulsified penetrant.
30
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
31
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5. Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu
perlakukan panas
b. Material stainless steel SS321 (pipa hasil machining) ditemukan kegagalan berupa
crack. Cacat retakan (crack) pada stainless steel ini timbul disebabkan karena
penyusutan atau tegangan sisa keduanya disebabkan karena proses pendinginan
yang tidak seimbang selama proses pembekuan.
Penyebab timbulnya retakan :
1. Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan,
seperti perbedaan tebal dinding yang tidak seragam.
2. Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian ciran.
3. Ukuran saluran cetakan yang tidak memadahi.
Upaya untuk mencegah timbulnya retakan :
1. Pengisian logam dilakukan di beberapa titik.
2. Waktu penuangan harus sesingkat mungkin.
3. Menyeragamkan proses pendinginan logam dengan memanfaatkan cil
bila perlu.
4. Menghindarkan coran dari cetakan yang memiliki sudut tajam.
5. Menghindarkan perubahan mendadak pada cetakan.
3.5 Kesimpulan
Dari data yang dikumpulkan pada saat praktikum penetrant test (PT), maka dapat
disimpulkan bahwa liquid penetrant test dapat mendeteksi cacat pada permukaan
berdasarkan kapilaritas yang dimana material akan di uji tidak berpori. Berikut ini dapat
diuraikan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam liquid penetrant test, yaitu prinsip yang di
gunakannya adalah sifat kapilaritas. Material yang dapat terdeteksi material yang tidak
berpori. Dapat menemukan cacat dengan cepat. Jadi liquid penetrant test ini tidak dapat
dilakukan pada material yang berpori-pori.
32
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB IV
UJI METALOGRAFI
33
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
35
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
36
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
37
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
e. Etching (etsa)
Etsa merupakan proses penyerangan atau pengikisan batas butir secara selektif dan
terkendali dengan pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik menggunakan listrik
maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan diamati akan
terlihat dengan jelas dan tajam. Untuk beberapa material, mikrostruktur baru muncul
jika diberikan zat etsa. Sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat etsa
yang tepat.
1. Etsa kimia
Merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia dimana zat
etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya
disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Contohnya antara lain : nitrid
acid/nital (asam nitrit + alkohol 95%), picral (asam picric + alkohol), ferric
chloride, hydroflouric acid, dll. Perlu diingat bahwa waktu etsa jangan terlalu
lam (umumnya sekitar 4 – 30 detik), dan setelah dietsa, segera dicuci dengan air
mengalir lalu dengan alkohol kemudian dikeringkan dengan alat pengering.
2. Elektro etsa (etsa elektrolitik)
Merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi elektoetsa. Cara ini
dilakukan dengan pengaturan tegangan dan kuat arus listrik serta waktu
pengetsaan. Etsa jenis ini biasanya khusus untuk stainless steel karena dengan
etsa kimia susah untuk medapatkan detil strukturnya.
4.3 Pelaksanaan Uji Metalografi
4.3.1 Tempat Pelaksanaan
Laboratorium Metalurgi Departemen Istek PT Pupuk Kalimantan Timur.
4.3.2 Bahan
1. Carbon steel 4140 (sampel roda gigi)
Tabel 4.1 Komposisi Kimia Carbon Steel 4140
2. Acryfix powder
3. Acryfix liquid
38
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
39
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
4.3.3 Peralatan
1. Sumpit
2. Tissue
3. Permanent marker (blue)
4. Gelas bersih
5. Piring bersih
6. Cetakan spesimen
7. Alat pengering (dryer)
8. Kain wol untuk landasan polishing
9. Amplas (grid 80, 240, 500, 800, dan 1200)
Gambar 4.6 Amplas (grid 80, 240, 500, 800, dan 1200)
10. Hydraulic maunted specimen press
40
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
41
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
42
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
4.3.4.2 Mounting
1. Masukkan potongan kecil spesimen kedalam cetakan yang telah disediakan.
2. Campurkan acryfix powder dan acryfix liquid dengan perbandingan 2:1 pada
gelas bersih yang telah disediakan lalu aduk rata.
3. Masukkan acryfix powder dan acryfix liquid yang telah tercampur tadi kedalam
cetakan.
4. Biarkan agar campuran acryfix powder dan acryfix liquid mengikat potongan
spesimen dengan sempurna, kemudian tekan dengan menggunakan mesin
hydraulic maunted specimen press.
5. Keluarkan hasil mounting spesimen dari cetakan.
2. Pasang amplas dengan grid 80 (yang paling kasar) pada piringan mesin
polisher.
44
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5. Matikan mesin dan air pendingin lalu ganti amplas dengan grid 240, lalu
jalankan mesin pada kecepatan 200 rpm dan nyalakan air pendingin, kemudian
lakukan proses pengamplasan (diamplas pada grid 240 dengan arah tegak lurus
pada garis-garis pengampelasan pertama).
6. Matikan mesin dan air pendingin lalu ganti amplas dengan grid 500, lalu
jalankan mesin pada kecepatan 200 rpm dan nyalakan air pendingin, kemudian
lakukan proses pengamplasan (diamplas pada grid 500 dengan arah tegak lurus
pada pengamplasan kedua).
7. Matikan mesin dan air pendingin lalu ganti amplas dengan grid 800, lalu
jalankan mesin pada kecepatan 200 rpm dan nyalakan air pendingin, kemudian
lakukan proses pengamplasan (diamplas pada grid 800 dengan arah tegak lurus
pada pengamplasan ketiga).
8. Matikan mesin dan air pendingin lalu ganti amplas dengan grid 1200, lalu
jalankan mesin pada kecepatan 200 rpm dan nyalakan air pendingin, kemudian
lakukan proses pengamplasan (diamplas pada grid 1200 dengan arah tegak lurus
pada pengamplasan ketiga).
9. Setelah selesai pengamplasan dengan yang paling halus, matikan mesin dan air
pendingin.
10. Bersihkan spesimen dengan air bersih lalu keringkan dengan soft tissue dan
dryer (pastikan hasil pengamplasan spesimen halus dan merata).
45
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5. Matikan mesin polisher dan cuci spesimen dengan air bersih untuk
menghilangkan sisa polishing powder lalu keringkan dengan soft tissue dan
dryer (pastikan hasil pemolesan spesimen merata dan seperti cermin tanpa
terdapat baret-baret bekas pengamplasan).
46
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
47
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
48
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
49
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar 4.30 Hasil Uji Metalografi Perbesaran 100 x Pinggir (Bagian Gigi) Spesimen
50
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar 4.32 Hasil Uji Metalografi Perbesaran 200 x Pinggir (Bagian Gigi) Spesimen
51
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
4.4 Pembahasan
4.4.1 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan :
Dapat mengetahui karakteristik dan mikro struktur pada logam.
Dapat melihat perbedaan fase pada logam.
Sangat efisien untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada logam
setelah proses produksi maupun setelah proses pemakaian.
b. Kekurangan :
Pengujian ini memerlukan waktu yang lama.
Membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi.
Biaya perlengkapan/peralatan mahal.
4.4.2 Analisis Data
Pengujian metalografi bertujuan untuk mengetahui struktur mikro pada suatu logam.
Spesimen yang digunakan adalah carbon steel 4140 yang merupakan sampel material
dari roda gigi. untuk melakukan pengujian ini harus melalui beberapa tahap seperti
pemotongan, penggerindaan, pemolesan, hingga pengetsaan, tahapan tersebut akan
meningkatkan kualitas gambar yang akan didapatkan dari pengujiaan metalografi.
52
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Martensite terjadi ketika material tersebut mengalami proses pendinginan yang cepat
ketika proses heat treatment di lakukan. Martensite yang dialami pada spesimen ini
berjenis plate martensite artinya kandungan karbon yang pada speimen tersebut 0.50 %
dan memiliki sifat yang keras dan cenderung getas atau rentan terjadi patahan.
4.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum metalografi diatas di dapatkan kesimpulan diantaranya sebahai berikut :
a. Struktur mikro suatu logam dapat diketahui dengan melakukan pengujian metalografi.
b. Struktur mikro suatu logam dapat berubah karena banyak faktor, diantaranya proses
perlakuan panas, proses perlakuan dingin, dan sebagainya.
c. Perubahan struktur mikro dapat mempengaruhi kekuatan suatu bahan atau logam.
53
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB V
UJI KEKERASAN (MICROHARDNESS TEST)
54
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
55
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5.3.3 Peralatan
Gambar 5.3 Memilih Besar Beban Uji Melalui Knop Pemilih Beban
56
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
4. Tekan tombol OK pada papan tombol di bawah layar bila pengaturan telah
dilakukan dengan benar.
Gambar 5.4 Besar Beban Uji dan Dwell Time yang Ditampilkan Di Layar
5. Atur lamanya waktu (dwell time) penerapan beban dengan menekan tombol tombol
angka pada papan tombol di bawah layar (misalnya 10 detik), lalu tekan tombol
OK.
6. Setelah pengaturan parameter pengujian selesai, letakkan spesimen pada meja uji.
7. Putar turet dengan tangan untuk memutarkan lensa objektif ke tengah.
57
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
58
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
15. Kemudian putar roda drum besar pada mikroskop agar garis pengukur sebelah
kanan menyinggung ujung kanan diagonal jejak.
16. Lihat pembacaan ukuran pada skala drum besar. Hasil pengukuran ini kemudian
dimasukkan pada nilai D1 di layar melalui tombol-tombol angka pada papan
tombol, lalu tekan tombol OK.
Gambar 5.9 Hasil Pengukuran Diagonal dapat Dibaca pada Drum Besar
17. Putar mikroskop 90°, lalu ukur diagonal lainnya dari jejak dengan cara yang sama
seperti di atas.
Gambar 5.10 Posisi Mikroskop yang Diputar 90° (Gambar Atas) dan Pengukuran
Diagonal Arah Tegak dari Jejak (Gambar Bawah)
18. Melalui tombol-tombol angka pada papan tombol, masukkan hasil pengukuran ke
nilai D2 di layar.
Gambar 5.11 Nilai D1 dan D2 (Diagonal Arah Mendatar dan Diagonal Arah
Tegak) yang Ditampilkan pada Layar
59
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
19. Setelah nilai D1 dan D2 dimasukkan, maka angka kekerasan vickers dari spesimen
akan langsung ditampilkan di layar.
5.3.5 Hasil Pengujian
60
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
61
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
1
2 3
Pengujian menggunakan metode vickers pada tiga tapak yang dilakukan didapatkan hasil
berupa :
Tabel 5.1 Hasil Uji Kekerasan (Microhardness Test) Spesimen Carbon Steel 4140
No. Titik Tapak D1 D2 HV
1 124.11 136.61 327.28
2 138.75 138.93 288.80
3 138.66 142.95 280.61
Pengujian di lakukan dengan menggunakan tekanan sebesar 3 kgf dan dwile time
sselama 10 detik. Hasil yang didapatkan dari pengujian bahwa bagian yang memiliki
nilai kekerasan paling tinggi terdapat pada bagian pinggir (bagian gigi) spesimen, karena
fungsi gigi yang nantinya saling menerima benturan satu sama lain, sedangkan bagian
yang memiliki nilai kekerasan paling rendah terdapat pada bagian tengah spesimen
(semakin jauh dari daerah/bagian spesimen yang dikeraskan, maka bagian tersebut akan
semakin lunak).
62
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
5.5 Kesimpulan
a. Sebelum melakukan uji kekerasan (microhardness) perlunya pembersihan permukaan
agar penjajakan lebih optimal.
b. Perlu pengaturan/penyesuaian beban penetrasi sebelum proses penjajakan.
c. Penjajakan dilakukan di beberapa bagian untuk mengetahui perbandingan tingkat
kekerasannya antara bagian spesimen.
d. Spesimen berupa carbon steel 4140 (sampel roda gigi) memiliki tingkat kekerasan yang
berbeda. Bagian gigi yang terkena beban lebih besar memiliki tinggkat kekerasan yang
paling tinggi dibandingkan bagian tengah spesimen.
63
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB VI
UJI TARIK (TENSILE TEST)
6.1 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui dan membandingkan kekuatan tarik pada suatu logam yang berbeda.
b. Memahami sifat mekanik dari masing-masing logam uji.
6.2 Dasar Teori
Mesin uji tarik memiliki secara spesifik memiliki karakteristik tersendiri, dimana
konstruksinya didesain agar dapat memberikan gaya axial sepanjang bahan uji yang masing-
masing ujungnya dijepit pada ujung masing-masing spindle yang terdiri dari bagian spindle
tetap dan spindle panarik, gaya tarik ini dapat diperoleh dari power hidrolik atau dengan
motor listrik melalui transmisi roda gigi dan ulir, akan tetapi yang paling penting bahwa gaya
yang diberikan untuk melakukan penarikan pada spesimen (benda uji) ini dapat terindikasi
dalam penunjukan ukuran sebagai prilaku spesimen akibat penarikan tersebut. Pada
pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan-pelan bertambah besar, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. Kemudian
dapat dihasilkan kurva tegangan dan regangan.
Regangan yang dipergunakan pada kurva diperoleh dengan cara membagi perpanjangan
panjang ukur dengan panjang awal. Persamaannya yaitu :
Apabila pembebanan tarik di lakukan secara terus menerus dengan menambahkan beban
maka akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda uji yang berupa pertambahan
panjang dan pengecilan.
64
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Pembebanan tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik yang selama pemgujian
akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya tegangan ultimate, juga sekaligus akan
menggambarkan diagram tarik dari benda uji, adapun panjang Lf akan diketahui setelah
benda uji patah dengan menggunakan pengukuran secara normal tegangan ultimate adalah
tegangan tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula.
a. Tegangan (stress)
adalah gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas. Atau
perbandingan antara gaya tarik yang bekerja terhadap luas penampang benda atau
tahanan material terhadap gaya atau beban . Tegangan dinotasikan dengan (sigma),
satuannya Nm-2.
b. Regangan
adalah besar deformasi persatuan luas atau perubahan ukuran atau bentuk material
dari panjang awal sebagai hasil dari gaya yang menarik atau yang menekan pada
material atau perbandingan antara pertambahan panjang L terhadap panjang mula-
mula(Lo). Regangan dinotasikan dengan e dan tidak mempunyai satuan.
c. Elastisitas
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material yang menyebabkan benda / material
akan kembali ke bentuk seperti semula setelah diberi beban dan mengalami
perubahan bentuk, kemudian beban dihilangkan.
65
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
d. Plastisitas
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu ketika beban yang diberikan
kepada suatu benda / material hingga mengalami perubahan bentuk kemudian
dihilangkan lalu benda tidak bisa kembali sepenuhnya ke bentuk semula. Daerah
plastis yaitu daerah tegangan dimana logam mengalami perubahan bentuk permanen
sebesar ΔL walaupun beban telah dilepas, pada daerah ini hukum hook tidak berlaku
lagi, regangan yang terbentuk disebut regangan plastis.
e. tegangan luluh
adalah besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis.
f. Tegangan Patah
adalah tegangan dari logam saat logam tersebut mulai patah akibat pembebanan tarik.
Tegangan patah biasa dinotasikan dengan σb. Besarnya ialah P/Ao (N/mm).
g. Diagram tegangan-regangan
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan,
suhu dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
66
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
h. Batas proporsionalitas
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan
proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti
dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier σ = Eε
(bandingkan dengan hubungan y = mx; dimana y mewakili egangan; x mewakili
regangan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P pada
gambar diatas ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-regangan
i. Batas elastis
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila
tegangan luar dihilangkan.
j. Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength)
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi
tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan
menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh
ditunjukkan oleh titik Y pada gambar di atas.
k. Kekuatan tarik maksimum
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh material sebelum
terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum σ uts ditentukan dari
beban maksium Fmaks dibagi luas penampang awal Ao.
l. Kekuatan putus (breaking strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus
(Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat ulet pada
saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus
B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi
yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada
kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan
kekuatan maksimumnya.
m. Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga terjadinya perpatahan.
67
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Sifat ini dalam beberapa tingkatan harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk
(forming) melalui proses rolling, bending, stretching, drawing, hammering, cutting
dan sebagainya.
n. Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus young merupakan ukuran kekakuan suatu material.
Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi
pada suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut
semakin kaku (stiff).
o. Modulus kelentingan (modulus of resilience)
Mewakili kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa
terjadinyakerusakan
p. Modulus ketangguhan (modulus of toughness)
Merupakan kemampuan material dalam menyerap energi hingga terjadinya
perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area keseluruhan di bawah
kurva teganganregangan hasil pengujian tarik.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam yaitu:
Kekuatan tarik
Kekuatan tarik adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda
uji. Kekuatan ini berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan.
Kekuatan luluh
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode
offset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi.
Perpanjangan.
Perpanjangan diperoleh dengan cara membagi perpanjangan panjang ukur dengan
panjang awal dan dinyatakan dalam persen.
Reduksi penampang
Reduksi penampang yaitu perbandingan susut penampang maksimal yang terjadi
selama pengujian dengan penampang awal dan dinyatakan dalam persen.
68
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
69
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
6.3.3 Peralatan
1. Mesin uji tarik (universal testing machine UMH-30/7B 2.1)
Gambar 6.7 Mesin Uji Tarik (Universal Testing Machine UMH-30/7B 2.1)
2. Digital vernier caliper
70
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar 6.10 Pengukuran Diameter dan Panjang dari Reduced Section Spesimen Uji
sebelum Dilakukan Uji Tarik
3. Tandai panjang dari reduced section spesimen uji dengan blue marker.
4. Siapkan mesin.
5. Pasang spesimen pada mesin pengujain tarik
6. Kencangkan dengan menekan tuas pada cekam
7. Pasang kertas pada peralatan pencetak pada computer pengatur.
8. Hidupkan komputer pengatur mesin pengujian dan lakukan pengesetan
71
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
9. Pilih beban dengan jalan mengeset computer pengatur mesin tersebut sesuai baban
yang diinginkan (perkirakan beban tertinggi yang dapat diberikan sebagai tahanan atau
reaksi dari bahan terhadap beban luar untuk keamanan).
10. Lakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus (beban 15000 kgf).
11. Catat skala beban luluh dan beban putus yang terdapat pada mesin.
12. Setelah selesai melakukan pengujian maka lakukan pencetakan hasil pengujian yang
ada pada komputer pengatur mesin tersebut, selanjutnya matikan mesin.
13. Lepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya
seperti semula.
Gambar 6.12 Pengukuran Perubahan Diameter dan Panjang Regangan Spesimen Uji
setelah Dilakukan Uji Tarik
15. Lakukan perhitungan terhadap data yang didapat dari hasil uji tarik untuk mencari
tensile strength (Ts), yield strength (Ys), elongation (EL), dan reduction area (Ra).
16. Lakukan seperti langkah diatas untuk menguji spesimen selanjutnya.
72
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
73
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
74
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
75
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
76
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Gambar 6.17 Grafik Uji Tarik Spesimen 1, 2, dan 3 Hasil Pembacaan oleh Universal
Testing Machine UMH-30/7B 2.1
77
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
6.4 Pembahasan
6.4.1 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan :
Dapat mengetahui gambaran sifat-sifat dan keadaan pada suatu logam.
Dapat memperkirakan faktor keamanan suatu logam sebelum proses
produksi.
b. Kekurangan :
Pembuatan spesimen harus disesuaikan dengan standar (kesalahan pembuatan
spesimen maka pengujian akan mengalami kegagalan).
Pembacaan mesin tidak menghasilkan kurva tegangan-regangan.
Diperlukan pengukuran ulang dimensi dan panjang spesimen sebelum
pengujian dan pengukuran perbedaan dimensi dan panjang spesimen setelah
proses uji serta diperlukan pencatatan beban selama proses uji tarik untuk
mencari kurva tegangan dan regangan yang digunakan untuk menentukan
sifat-sifat logam uji.
6.4.2 Analisis Data
Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap spesimen/batang uji yang standar. Bahan
yang akan diuji mula-mula dibuat menjadi batang dengan sesuai dengan suatu standar,
seperti salah satu bentuk batang uji yang dapat dilihat pada gambar 6.9. Dimana pada
bagian tengah dari batang uji (pada bagian yang paralel) merupakan bagian yang
menerima tegangan yang uniform, dan pada bagian ini diukurkan “panjang uji” yaitu
bagian yang dianggap menerima pengaruh dari pembebanan, bagian ini yang selalu
diukur panjangnya selama proses pengujian. Setelah melakukan pengujian dengan
metode pengujian sesuai standar ASTM A370 dengan material carbon steel (casting) dan
besi beton ulir, maka perhitungan yang diperoleh melalui dari pengukuran dan nilai dari
pembebanan yang didapat dari hasil pengujian adalah :
1. Pengujian tarik 1 benda uji carbon steel (casting) dengan diameter awal 12.71 mm
dan tegangan maksimum sebelum putus sebesar 7150 Kgf, kekuatan tariknya adalah
56.25 kgf/mm2. Pengujian tarik 2 benda uji carbon steel (casting) dengan diameter
awal 12,29 mm dan tegangan maksimum sebelum putus sebesar 9250 Kgf,
kekuatan tariknya adalah 72.84 kgf/mm2.
78
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
Pengujian tarik 3 benda uji besi beton ulir dengan diameter awal 12.74 mm dan
tegangan maksimum sebelum putus sebesar 7500 Kgf, kekuatan tariknya adalah
61.30 kgf/mm2. Dari hasil kekuatan tarik tersebut bahwa kekuatan tarik benda uji 2
lebih besar dari kekuatan tarik benda uji 1 dan uji 3, meskipun benda uji-1 dan uji 2
memiliki material uji yang sama.
2. Pengujian tarik 1 benda uji carbon steel (casting) dengan panjang aktual setelah
perlakuan tarik yaitu 62.39 mm, persentase perpanjangan diperoleh sebesar 24.78%
. Pada pengujian tarik 2 benda uji carbon steel (casting) dengan panjang aktual
setelah perlakuan tarik yaitu 58.04 mm, persentase perpanjangan diperoleh sebesar
16.08 %. Pengujian tarik 3 benda uji besi beton ulir dengan panjang aktual setelah
perlakuan tarik yaitu 66.04 mm, persentase perpanjangan diperoleh sebesar 32.08%
. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa benda uji tarik 3 lebih ulet dari benda
uji tarik 1 dan uji tarik 2 dimana semakin besar persentase perpanjangan maka
semakin ulet benda tersebut, dalam arti bahwa kemampuan benda uji tarik 3 untuk
berdeformasi secara plastik tanpa menjadi patah lebih besar jika dibandingkan
benda uji tarik 1 dan uji tarik 2, sedangkan benda uji tarik 2 lebih getas
dibandingkan dengan benda uji tarik 1 dan uji tarik 3 karena meiliki persentase
perpanjangan lebih rendah.
6.5 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian tarik 1, 2, dan 3 dengan bahan material carbon steel (casting)
dan besi beton ulir dengan diameter yang berbeda melalui metode pengujian mekanik standar
yang mengacu pada standar ASTM A370 di dapatkan beberapa kesimpulan diantaranya
adalah :
1. Semakin tinggi kekuatan tarik maksimum suatu baja maka modulus resiliennya yaitu
kemampuan untuk menyerap energi (kerja) tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi
plastik juga makin tinggi.
2. Untuk baja, kekuatan tarik akan naik seiring dengan naiknya kadar karbon dan paduan.
Namun, kenaikan kadar karbon akan menaikkan kekuatan tetapi akan menurunkan
keuletan.
79
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
3. Spesimen yang diberikan beban tertentu akan mengalami perubahan bentuk pula.
Dengan adanya kenaikan pemberian beban terhadap benda uji maka benda akan
mengalami patah. Pada spesimen yang diametemya tidak sama pada daerah yang patah
maka tempat putusnya spesimen tidak selalu pas di pertengahan tempat pengukuran
specimen. Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan besarnya kekuatan tarik dari
spesimen yang diuji tersebut.
80
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari laporan praktikum ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a. Untuk proses pengoperasian alat uji diperlukan ketelitian dan kehati-hatian serta selalu
mengacu pada standar pengujian yaitu American Society for Testing Materials.
b. Cacat permukaan pada suatu logam dapat dideteksi sedini mungkin dengan uji penetran
tanpa harus melakukan metode uji yang lebih rumit.
c. Suatu logam yang telah mengalami suatu proses pemanasan tertentu maka sifat-sifat
mekanik dari logam tersebut akan berubah sesuai strukur mikro yang ada pada bahan
tersebut.
d. Kekuatan dan kekerasan suatu logam dapat diukur melalui suatu pengujian dengan
menggunakan peralatan yang sudah ditentukan sehingga dapat diketahui apakah logam
tersebut sesuai dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
c. Logam pada dasarnya mempunyai sifat -sifat mekanik yang dapat di atur dan di
kehendaki sesuai dengan kegunaannya.
7.2 Saran
Dalam pengajuan saran-saran sebagai penulis, kami mengkususkan saran tersebut bagi diri
kami pribadi dan umumnya bagi pembaca yang menggunakan laporan ini, yaitu :
a. Pengembangan kemampuan dan ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari bangku
kuliah tetapi dapat juga (bahkan lebih banyak) dari praktikum yang dilaksanakan,
sehingga mengingat masalah-masalah yang didapat dapat saja muncul secara tiba-tiba
pada saat sebelum atau sesudah melakukan suatu pekerjaan.
b. Kekreatifan pada mahasiswa adalah suatu kemajuan dengan aktifnya seseorang dengan
respek terhadap sesuatu permasalahan sehingga akan lebih baik yang akhirnya memberi
nilai tambah baik dari pengetahuan atau pengalaman dalam melakukan suatu pekerjaan.
c. Pembuatan spesimen sebelum proses uji harus sesuai standar agar didapatkan hasil
yang lebih akurat dan proses uji tidak mengalami kegagalan.
81
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang Laporan Praktikum Ilmu Logam
DAFTAR PUSTAKA
Surdia, T dan Shinroku, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta : PT. Pradnya Paramita
xi