Anda di halaman 1dari 27

FARMAKOKINETIKA OBAT – OBAT ADRENERGIK

BAB I
PENDAHULUAN

SISTEM SARAF PUSAT (SSP)

Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis merupakan system saraf utama dari
tubuh, sedangkan system saraf tepi terletak diluar otak dan medulla spinalis,terdiri dari dua bagian,
otonomdan somatic. Setelah ditafsirkan di SSP, system saraf tepi menerima rangsangan dan
memulai respon terhadap rangsangan itu.
1.JPG
Obat yang mempengaruhi sistem saraf sangat banyak. Berdasarkan cara kerja dan sifatnya obat yang
mempengaruhi sistem saraf dapat dikelompokkkan menjadi:

Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang terdiri atas obat-obat kolinergik,
antikolinergik dan antikolinesterase
Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri atas obat adrenergik dan
antiadrenergik
Obat anastetik dan analgesik
Obat antiansietas, sedatif dan hipnotik
Obat antiepilepsi
Obat psikotropik

SARAF OTONOM

System saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu system saraf simpatis dam system saraf parasimpatis
yang bekerja pada organ- organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar
tercapainya homeostatis (keseimbangan), system saraf simpatis dikenal juga system saraf
adrenergic (simpatomimetik) sedangkan system saraf parasimpatis disebut jug asistem saraf
kolinergik (parasimpatpmimetik).
Sistem saraf otonom disebut juga sebagai system visceral, bekerja pada otot polos dan kelenjar yang
merupakan system saraf involunter yang kita tidak atau sedikit bisa kendalikan, berfungsi untuk
mengatur dan mengendalikan jantung, system sedangkan system saraf somatik merupakan system
saraf volunter yang mensarafi otot rangka, yang dapat kita kendalikan.
Dua perangkat neuron dalam komponen otonom pada system saraf perifer adalah neuron aferen
atau sensorik yang mengirim implus ke SSP dan neuron eferen atau motorik yang menerima implus
dari otak dan meneruskan implus ini melalui jendela spinalis ke sel-sel organ efektor.
© Anatomi Susunan Saraf Otonom
Saraf otonom terdiri dari saraf praganglion, ganglion, dan saraf pasca ganglion yang mempersarafi
sel efektor. Lingkaran saraf refleks saraf otonom terdiri dari : serat aaferen yang sentripetal
disalurkan melalui N, vagus, pelvikus, splanknikus dan saraf-saraf otonom lainnya. Tidak ada
perbedaan yang jelas antara serabut aferen system saraf otonom dengan serabut aferen sisten saraf
somatic, sehingga tidak dikenal obat yang secara spesifik dapat memepengaruhi serabut aferen
otonom.
Saraf otonom juga berhubungn dengan saraf somatic; sebaliknya, kejadian somatic dapat
mempengaruhi fungsi organ otonom. Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa pusat otonom,
misalnya di medulla oblongata terdapat pengaturan pernapasan dan tekanan darah; hipotalamus
dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air metabolisme karbohidarat dan lemak,
pusat tidur, dsb. Hipotalamus dianggap sebagai pusat susunan saraf otonom. Walaupun demikian
ada pusat yang lebih tinggi lagi yang dapat mempengaruhinya yaitu krpus striatum dan korteks
serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara system otonom dan somatic.
Serat eferen terbagi dalam system simpatis dan parasimpatis.
Sistem simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal dari torakal 1 sampai lumbal 3, dalam system
ini termasuk ganlia paravertebral, pravertebal, dan ganglia terminal.
Sistem parasimpatis atau kranosakal outflow disalurkan melalui saraf otak ke III, VII, IX, dan X, dan N.

© Perbedaan antara system saraf otonom dan somatic :


· Saraf otonom menginervasi semua struktur dalam tubuh kecuali otot rangaka.
· Sinaps saraf aotonom yang paling distal terletak dalam ganglia yang berada di luar susunan saraf
pusat. Sinaps saraf somatic semuanya terletak di dalam susunan saraf pusat.
· Saraf otonom membentuk pleksus yang terletak di luar susunan saraf pusat, saraf somatic tidak
membentuk pleksus.
· Saraf somatic diselubungi sarung myelin, saraf otonom pasca ganglion tidak bermielin.
· Saraf otonom menginervasi sel efektor y ang bersifat otonom; artinya, sel efektor itu masih dapat
bekerja tanpa persarafan. Sebaliknya jika saraf somatic outus maka otot rangka yang bersangkutan
mengalami paralysis dan kemudian atrofi.

© Faal Susunan Saraf Otonom


Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi ang
antagonistic. Bila satu mengahambat suatu fungsi , maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contoh
yang jelas adalah midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis dan miosis di bawah pengaruh
parasimpatis.
Organ tubuh umunya di persarafi oleh saraf simaptis dan para simpatis, dan tonus yang erlihat
amerupakan hasil perinbangan kedua system tersebut. Inhibisi salah satu system oleh obat maupun
akibat denervasi menyebabkan aktifitas organ tersebut didominasi oleh siatem yang lain. Tidak pada
semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-kadang efeknya sama, missal pada kelenjar liur. Sekresi
liur dirngsang baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi sekrket yang dihasilkan berbeda
kualitasnya; pada perangsanagn simpatis luir kental, sedang pada perangsangan parasimpatis liur
lebih encer.
Sistem simpatis aktif setiap saat walupun aktifitasnya bervariasi dari waktu ke waktu. Dengan
demikian penyesuaian tubuh terhadap lingkungan terjadi terus menerus . Dalam keadaan darurat
system simpatoadrenal berfungsi sebagai satu kesatuan. Sistem ini bekerja secara serentak: denyut
jantung meningkat, tekanan darah meningkat, darah terutama dialirkan ke otot rangaka, glukosa
darah meningkat, dilatasi bronkus, dan midriasis.
Sistem simpatis fungsinya lebih terlokalisasai , tidak difus seperti system simpatis, dengan fungsi
primer reservasi dan konservasi sewaktu aktifitas organisme minimal. Sistem ini mempertahankan
denyut jantung dan tekanan darah pada fungsi basal, menstimulasi system pencernaan berupa
peniengakatanaaa motilitas dan sekresi getah pencernaan, meningkatkan absorbsi makanan,
memproteksi retina terhadap cahaya berlebihan, serta mengosongkan rectum dan kandung kemih.

© Transmisi Neurohumoral
Yang disebut dengan transmitor neurohumoral atau yang biasa disingkat dengan transmitor ialah
impuls saraf dari SSP yang hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor memalaluii
penglepasan zat kimia. Tidak banyak obat yang pada dosis terapi dapat mempengaruhi konduksi
akson, tetapi banak sekali xazat yang dapat mengubah transmisi neurohumoral. Konduksi saraf
hanya dapat dipengaruhi oleh anantetik local dosis terapi yang diinfiltrasikan dalam kadar yang
relatif tinggi di sekitar batang saraf, an oleh beberapa zat lain seperti tetrodoktosin.
Suatu transmisi neurohumoral tidak selalu menyebabkan depolarisasi tetapi juga dapat
menyebabkan hiperpolarisasai. Hiperpolarisasi pada embran saraf pasca ganglion disebut potensial
inhibisi pascasidaps dan menyebabkan hambatan organ pasca sinaps Hi perpolarisasi terjadi akibat
peningkatan permeabilitas ion K+.
Ada empat tahap trasmisi neurohumoral, yaitu sintesis, penyimpanan, penglepasan, ikatan dengan
reseptor, dan eliminiasi transamitor yang merupakan dasar untuk pengertian kerja obat otonom.
Obat yang bekerja pada saraf otonom mempengaruhi salah satu tahap transmisi neurohumoral
tersebut, yaitu pada transmisi adrenergik atau kolinergik tanpa membedakan apakah saraf tersebut
termasuk system simpatis, parasimpatis, atau somatic. Hal tersebut menjelaskan mengapa
pembicaraan obat yang bekerja pada saraf otonom bertolak dari transmisi kolinergik ke transmisi
adrenergik dan bukan simpatis-parasimpatis. Demikian juga dari segi farmakologi tidak perluada
pembicaraan mengenai obat yang bekerja pada sarafsomatik secara terpisah karena saraf somatic
ialah suatu saraf kolinergik.

© Transmisi Kolinergik
Terdapat dua jenis enzim yang berhubungan erat dengan Ach yaitu kolinasetilase dan kolinesterase.
Ù Kolinasetilase
Zat ini mengkatalis sintesis ACh, pada tahap pemindahan gugus asetil dari asetilkoenzim-A ke
molekul kolin. Reaksi merupakan langakh terakhir dalam sintesis ACh , yang terjadi dalam sitoplasma
ujung saraf, yang kemudian ditransportsi ke dalam gelembung sinaps tempat ACh disimpan dalam
kadar tinggi.
Ù Kolinesterase
Asetilkolin sebagain transmitor harus diinaktifkan dalam waktu yang cepat. Kecepatan inaktivasi
tergantung dari macamnya sinaps dan macanm neuron. Kolinesterase yang tersebar luas di berbagai
jaringan dan cairan tubuh, menghidrolisis Ach menjadi kolin dan asam asetat.

© Transmisi Adrenergik
Ù Katekolamin
} Sintesis, Penyimpanan, Pelepasan, dan Terminasi Kerjanya:
Proses sintesis ini terjadi di ujung saraf adrenergic. Enzim-enzim yang berperan disintesis dalam
badan sel neuron adrenergic dan ditransportsepanjang aksonke ujung saraf.
} Tiramin dan beberapa aminsimpatomimetik lainnya menyebabkan pelepasan NE dengan dasar
yang berbeda dengn impuls saraf dan memperlihatkan fenomen tafilaksis. Tafilaksis berarti organ
mengalami toleransi dalam waktucepat sehingga efek obat sangat menurun pada pemberian
berulang. Perangsangan saraf masih menyebabkan transmisi adrenergic setelah saraf tidak lagi
dapat dirangsang dengan obat-obatan ini.
} Cara pelepasan NE dari ujung saraf adrenergic setelah suatu NAP sama dengan pelepasan Ach dari
ujung saraf kolinergik, yakni dengan proses eksositosis. Depolarisasi ujung saraf akan membuka
kanal Ca++. Ca++ yang masuk akanberikatan dengan membrane sitoplasma bagian dalam yang
bermuatan negative dan menyebabkan terjadinya fusi antara membrane vesikel dengan membrane
aksoplasma, dengan akibat dikeluarkannya seluruh isi vesikel.

Ù Metabolisme Epinefrin dan Neronefrin


} Peranan metabolism pada NE dan Epi agak berlainan dengan peranan metabolism pada
ACh.Hidrolisis Ach berlangsung sangat cepat, sehingga dapat menghentikan respons. Pada
katekolamin terdapat 2 macam enzim yang berperan dalam metabolismenya,yakni katekol-O-
metiltransferase (COMT) dan monoaminoksidase (MAO). MAO berada dalam ujung saraf adrenergic
sedangkan COMT berada dalam sitoplasma jaringan ekstraneuronal (termasuk sel efektor). COMT
menyebabkan metilasi dan MAO menyebabkan deaminasi kateklamin MAO maupun COMT tersebar
luas di seluruh tubuh, termasuk dalamotak, dengan kadar paling tinggi di hati dan ginjal.

Ù Reseptor Adrenergik

} Klasifikasi, Distribusi, dan Mekanisme Kerjanya:


Konsep reseptor α dan β pada sel efektor yang distimulasi oleh agonis adrenergic dan hanya
dihambat oleh antagonisnya, memudahkan pengertian tentang mekanisme kerja obat adrenergic.
Pda umumnya, efek yang ditimbulkan melalui reseptor α pada otot polos adalah perangsangan,
seperti pada otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, Sebaliknya, efek melalui reseptor β pad
otot polos adalah penghambat, seperti pada otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka. Salah satu kecualiannya adalah otot polos usus yang mempunyai kedua reseptor α dan β,
dan aktivasi keduanya menimbulkan efek penghambatan.
© Respon Berbagai Organ Efektor Terhadap Perangsangan Saraf Otonom
1. Perangsangan saraf adrenergic
Pada perangsangan adrenergic dilepaskan NE dari ujung saraf adrenergic dan Epi dari medulla
adrenal. Respon suatu organ otonom terhadap perangsangan saraf adrenergic bergantung pada
jenis reseptor adrenergic yang dimiliki organ tersebut serta senis organ itu sendiri. Misalnya otot
polos pembuluh darah kulit hanya mempunyai reseptor α dan tidak mempunyai reseptor β, maka
perangsangan saraf adrenergic akan menyebabkan vasokontriksi dan tidak vasodilatasi.
Pada arteriol koroner, paru, dan otot rangka,vasodilatasi dominan akibat autoregulasi metabolic.
Epinefrin dalan kadar fisiologis menyebabkan vasodilatasi (dominasi respon reseptor β) pada otot
rangka dan hati, tetapi vasokontriksi (dominasi respon reseptor α) pada visera abdominal lainnya.
Pembuluh darah ginjal dan mesenteric juga mempunyai reseptor dopaminergik (DA) yang
menyebabkan vasodilatasi.
2. Perangsangan saraf kolinergik
Organ efektor memiliki reseptor muskarinik. Pada berbagai otot polos dan kelenjar, subtype
reseptornya belum dipastikan. Akan tetapi kebanyakan jaringan mengandung berbagai subtype
reseptor muskarinik, ditambah lagi dengan adanya ganlia parasimpatis dalam jaringan.
Pada pembuluh darah tidak ada persarafan parasimpatis kecuali pada organ kelamin pria dan pada
otak. Di samping itu ada persarafan kolinergik simpatis pada organ kelamin pria dan pada otot
rangka. Akan tetapi, semua inervasi kolinergik pada pembuluh darah hanya menghasilkan
vasodilatasi setempat yang tidak mempengaruhi respons fisiologis secara umum (misalnya tekanan
darah).

© Cara Kerja Obat Otonom

Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik maupun
adrenergik, yaitu :
1. Hambatan pada sintesis atau pelepasan transmitor
∆ Kolinergik
Hemikolinium menghaambat ambilan kolin ke dalam ujung saraf dan dengan demikian mengurangi
sintesis Ach. Toksin botulinus n menghabat pelepasan Ach di semua saraf kolinergik sehingga dapat
menyebabkan kematian akibat paralysis pernapasan perifer. Toksin tersebut memblok secara
ireversibel pelepasan Ach dari gelembung saraf di ujung akson dan merupakan salah satu toksin
paling potenn yang dikenal orang. Toksin tetanus mempunyai mekanisme keraja yang serupa.
∆ Adrenergik
Metiltirosin memblok sintesis NE. Sebaliknya metildopa, penghambat dopa dekarboksilase, seperti
dopa sendiri didekarboksilasi dan dihidroksilasi menjadi a-metil NE. Guanetidin dan bretilium juga
mengganggu pelepasan dan penyimpanan NE.
2. Menyebabkan pelepasan transmitor
∆ Kolinergik
Racun laba-laba Black window menyebabkan pelepasan Ach(eksositosis) yang berlebihan, disusul
dengan blokade pelepasan ini.
∆ Adrenergik
Banyak obat dapat meningkakan pelepasan NE. Tergantung dari kecepatan dan lamanya pelepasan,
efek yang terlihat dapat berlawanan. Tiramin, efedrin , amfetamin, dan obat sejenisnya
menyebabkan pelepasan NE yang relatif cepat dan singkat sehingga mengahasilkan efek
simpatomimetik. Sebaliknya reser pin, dengan memblok transport aktif NE ke dalam vesikel
menyebabkan pelepasan NE secara lambat dari dalam vesikel ke aksoplasma sehingga NE dipecah
oleh MAO. Akibatnya terjadi blokadd adreergik akibat pengosongan depot NE di ujung saraf.
3. Ikatan dengan reseptor
Obat yang enduduki reseptor dan dapat menimbulkan efek yang mirip dengan efek transmitor
disebut agonis. Obat yang hanya menduduki reseptor tanpa enimbulkan efek langsung, tetapui efek
akibat hilangnya efek transmitor(karena tergeser transmitor dari reseptor) disebut antagonis atau
bloker.
Contoh obat kolinergik : hemikolinium, toksin botolinus, atropine, pirenzepin, trimetafan, dll.
Contoh obat adrenergic : guanetidin, tiramin, amfetamin, imipiramin, klonidin, salbutamol,
doxazosin, dll.
4. Hambatan destruktif transmitor
∆ Kolinergik
Antikolinesterase merupakan kelompok besar yang menghanbat destruksi Ach karena menghambat
AChE, dengn akibat perangsangan berlebihan di reseptor muskarinik oleh Ach dan terjadinya
perangsangan disusul blockade di reseptor nikotinik.
∆ Adrenergik
Ambilan kembali NE setelah pelepasannya di ujung saraf merupakan mekanisme utama penghentian
transmisi adrenergic. Hambatan proses ini oleh kokain dan impiramin mendasari peningkatan respon
terhadap perangsangan simpatis oleh obat tersebut.
BAB II
ISI
PATOFISIOLOGI
q Berdasarkan efek kardiovaskular
1.Syok, ada 3 jenis syok, yaitu :
-Syok hipovolemik
-Syok kardiogenik
-Syok septik
2. Hipotensi.
3. Hipertensi.
4. Aritmia jantung
5 Efek vasokonstriksi lokal
6. Dekongestan nasal
q Asma Bronkial
q Mata.
Reaksi Alergi.
q Berdasarkan efek sentral:
- Narkolepsi
- Parkinson
- Obesitas.
- Keracunan depresan SSP.

OBAT OTONOM

Adalah obat yang mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa,
penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmitter atau mempengaruhi kerjanya atas
reseptor khusus.
Obat-obat otonom yaitu obat yang bekerja pada berbagai bagian susunan saraf otonom, mulai dari
sel saraf sampai ke efektor. Banayak obat dapat mempengaruhi organ otonom, tetapi obat otonom
mempengaruhinya secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil.
PENGGOLONGAN OBAT OTONOM

Menurut khasiatnya, obat otonom digolongkan menjadi :

Zat-zat yang bekerja terhadap SO, yakni :

v Simpatomimetika (adrenergika)
v Simpatolitika ( adrenolitika )
2. Zat-zat yang bekerja tehadap SP, yakni :
v Parasimpatomimetika (kolinergika)
v Parasimpatolitika (antikolinerika)
3. zat-zat perintang ganglion

OBAT ADRENERGIK

Simpatomimetik / adrenergik ialah senyawa yang mempunyai kerja yang mirip dengan kerja saraf
simpatis jika dirangsang atau sama seperti adrenalin dan noradrenalin .
Obat ini disebut obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter
norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik
atau simpatomimetik).
Kerja obat adrenergik dibagi dalam 7 jenis yaitu:
n Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap kelenjar
liur dan keringat.
n Penghambatan organ perifer : otot polos, usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka.
n Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.
n Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan, aktivitas
psikomotor, dan pengurangan nafsu makan.
n Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolosis dan penglepasan
asam lemak bebas dari jaringan lemak.
n Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.
n Efek parasimpatik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE
atau Ach (secara fisiologis, efek hambatan lebih penting).

MEKANISME OBAT ADRENERGIK


Mekanisme kerja obat adrenergik adalah merangsang reseptor alfa dan beta pada sel efektor.
Penggunaan klinis epinefrin adalah pada:

Sistem kardiovaskular: terjadinya vasokonstriksi (tekanan darah meningkat), meningkatkan denyut


jantung dan kekuatan kontraksi jantung
Susunan Saraf Pusat: terjadinya kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan tremor.
Otot polos : efeknya berbeda tergantung pada jenis reseptor yang terdapat pada organ tersebut.
Pada saluran cerna terjadi relaksasi otot polos saluran cerna, pada uterus terjadi penghambatan
tonus dan kontraksi uterus, pada kandung kemih terjadi relaksasi otot detrusor kandung kemih,
pada pernafasan menimbulkan relaksasi otot polos bronkus.
Proses metabolik: menstimulasi glikogenolisis di sel-sel hati dan otot rangka, lipolisis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
lain-lain : menhambat sekresi kelenjar , menurunkan tekanan intraokular, mempercepat
pembekuan darah

Efek samping epinefrin adalah perasaan takut, khawatir, gelisah, tegang, tremor, kepala berdenyut,
palpitasi.

OBAT-OBAT YANG TERMASUK GOLONGAN ADRENERGIK


Obat-obat yang termasuk golongan adrenergik yaitu:

Golongan katekolamin : epineprin, norepinefrin, isoproterenol, dopamin, dobutamin dan


sebagainya
Golongan nonkatekolamin: amfetamin, metamfetamin, fenilpropanolamin, metaproterenol
(orsiprenalin), terbutalin, efedrin dan sebagainya.

PENGGOLONGAN OBAT ADRENERGIK


Adrenergika dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni:

Obat adrenergik kerja langsung

Agonis bekerja langsung terikat pada reseptor adrenergik tanpa berinteraksi dengan neuron
presinaptik. Reseptor yang diaktifkan ini mengawali sintesis pembawa pesan kedua dan
menimbulkan sinyal di dalam sel.
n Sama seperti adrenalin dan noradrenalin, merangsang reseptor adrenergik. Bergantung pada
reseptor yang mana senyawa tersebut bekerja, dibedakan atas α-simpatomimetik dan β-
simpatomimetik.
n Ciri obat adrenergik kerja langsung adalah bahwa responnya tidak berkurang setelah terlebih dulu
diberikan reserpin atau guanetidin yang menyebabkan deplesi NE dari saraf simpatis, tetapi bahkan
meningkat karena adanya peningkatan sintesis reseptor sebagai mekanisme kompensasi terhadap
hilangnya neurotransmiter.
2. Obat adrenergik kerja tidak langsung
Noradrenalin disintesa dan disimpan di ujung-ujung saraf adrenergik dan dapat dibebaskan dari
depotnya dengan jalan merangsang saraf bersangkutan, dan dapat pula dengan cara perantaraan
obat-obat seperti efedrin,amfetamin,guanetidin dan reserpin. Agonis adrenergik bekerja tidak
langsung menyebabkan pelepasan noreprinefrin dari ujung presinaptik.
Contoh obat adrenergik yang bekerja secara tidak langsung adalah amfetamin dan tiramin, artinya
menimbulkan efek adrenergik melalui penglepasan NE yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergik.
Karena itu, efek obat–obat ini menyerupai efek NE, tetapi timbulnya lebih lambat dan masa kerjanya
lebih lama. Senyawa–senyawa yang tertahan dalam vesikel akan mengurangi jumlah NE yang
tersimpan. Jika saraf distimulasi, sejumlah tertentu gelembung sinaps akan mengalami eksositosis
dan mengeluarkan isinya. Jika gelembung ini mengandung feniletilamin yang kuran poten disbanding
NE, maka efek perangsangan simpatis akan berkurang.

PENGUNAAN OBAT ADRENERGIK

Berdasarkan titik kerjanya pada sel- sel efektor dari ujung adrenergic dibagi menjadi reseptor (α) alfa
dan (β) beta, dan berdasarkan efek fesiologisnya dibagi menjadi alfa1, alfa2,beta1, dan beta2. Pada
umumnya stimulasi pada reseptor menghasilkan efek- efek sebagai berikut:
Alfa 1, mengaktifkan organ- organ efektor seperti otot –otot polos (vasokontriksi) dan sel- sel
kelenjar dengan efek tambahannya sekresi ludah dan keringat.
Alfa 2, menghambat pelepasan noradrenalin pada saraf- saraf adrenergic dengan efek turunya
tekanan darah.
Beta 1, memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Beta 2, bronkodilatasi dan stimulasi metabolism glikogen dan lemak.
Penggunaan obat-obat adrenergic, antara lain:
Shock, dengan memperkuat kerja jantung(β1) dan melawan hipotensi (α),contohnya adrenalin
dan noradrenalin.
Asma, dengan mencapai bronkodilatasi (β2), contohnya salbutamol dan turunannya, adrenalin
dan efedrin.
Hipertensi, dengan menurunkan day atahan perifer dari dinding pembuluh melalui penghambat
pelepasan noradrenalin(α2), contohnya metildopa dan klonidin.
Vasodilator perifer, dengan menciutkan pembuluh darah di pangkal betis dan paha (cladicatio
intermitens).
Pilek (rhinitis), guna menciutkan selaput lender yang bengkak(α) contohnya imidazolin, efedrin,
dan adrenalin.
Midriatikum, ysaitu dengan memperlebar pupil mata (α), contohnya fenilefrin dan nafazolin.
Anoreksans, dengan mengurangi napsu makan pada obesitas (β2), contohnya fenfluramin dan
mazindol.
Penghambat his dan nyeri haid (dysmenore) dengan relaksasi pada otot rahim (β2), contohnya
isoxuprin dan ritordin.

FARMAKOKINETIKA OBAT – OBAT ADRENERGIC

1. Epineprin
Epinefrin terdapat dalam kelenjar adrenal atau dapat dibuat secara sintetis. Obat ini merupakan
katekolamin endogen dengan aktivitas pada medula adrenal. Bentuk levorotatori isomer 15X lebih
aktif dibanding bentuk dekstrorotatori
Absorpsi
© Pada pemberian per oral epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak
oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati.
© Pada pemberian parenteral subkutan absorbsi lambat karena terjadi vasokonstriksi lokal,
dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan.
© Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan intramuscular.
© Pada pemberian lokal secara inhalasi efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi
efek sistemik dapat terjadi, terutama bila digunakan dosis besar.
Distribusi
© Setelah diabsorpsi, obat didistribusikan keseluruhan jaringan melalui sirkulasi sistemik.
© Epinefrin stabil dalam darah.
© Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian:
Injeksi parenteral, Dewasa : 0.3-0.5 mg SC atau IM; dapat diulang bila perlu tiap 10-15 menit untuk
anafilaksis, atau tiap 20 menit hingga 4 jam untuk asthma. Dosis tunggal maksimal 1 mg. Pada kasus
syok yang berat, harus digunakan rute IV. Dosis 0.1-0.25 mg IV (diencerkan 1:10.000) pelan-pelan
dalam waktu 5-10 menit, bila perlu dapat diulang tiap 5-15 menit, dan diikuti pemberian infus IV 1-4
mcg/menit. Anak-anak dan bayi : 0.01 mg/kg atau 0.3 mg/m2 SC; bila perlu dapat diulang setelah 20
menit hingga 4-jam (dosis tunggal maksimal: 0.5 mg). Atau, 0.1 mg IV pelan-pelan dalam waktu 5-10
menit (diencerkan 1:100.000) diikuti 0.1-1.5 mcg/kg/menit infus IV.
Biotransformasi dan Ekskresi
© Degradasi Epinefrin terutama terjadi dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT
dan MAO, tetapi jaringan lain juga dapat merusak zat ini.
© Sebagian besar Epinefrin mengalami biotransformasi, mula-mula dirusak oleh COMT dan MAO,
kemudian terjadi oksidasi, reduksi dan atau konjugasi, menjadi metanefrin, asam 3-metoksi-4-
hidroksimandelat, 3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk konjugasi glukuronat dan sulfat.
© Metabolit-metabolit ini bersama Epinefrin yang tidak diubah dikeluarkan melalui urine.
© Pada orang normal, jumlah Epinefrin yang utuh dalam urine hanya sedikit.
© Pada penderita feokromositoma, urine mengandung Epinefrin dan NE utuh dalam jumlah besar
bersama metabolitnya.
Sifat Fisikokimia
© Epinefrin berbentuk mikrokristalin berwarna putih, mudah larut dalam air; sedikit larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Indikasi
© Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asthma yang berat.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
© Injeksi parenteral, Dewasa : 0.3-0.5 mg SC atau IM; dapat diulang bila perlu tiap 10-15 menit
untuk anafilaksis, atau tiap 20 menit hingga 4 jam untuk asthma. Dosis tunggal maksimal 1 mg. Pada
kasus syok yang berat, harus digunakan rute IV. Dosis 0.1-0.25 mg IV (diencerkan 1:10.000) pelan-
pelan dalam waktu 5-10 menit, bila perlu dapat diulang tiap 5-15 menit, dan diikuti pemberian infus
IV 1-4 mcg/menit. Anak-anak dan bayi : 0.01 mg/kg atau 0.3 mg/m2 SC; bila perlu dapat diulang
setelah 20 menit hingga 4-jam (dosis tunggal maksimal: 0.5 mg). Atau, 0.1 mg IV pelan-pelan dalam
waktu 5-10 menit (diencerkan 1:100.000) diikuti 0.1-1.5 mcg/kg/menit infus IV.
Farmakologi
Farmakodinamika/Kinetika : Onset : Bronkodilatasi : SC : 5-10 menit; Inhalasi : 1 menit.
Metabolisme : diambil oleh saraf adrenergik dan dimetabolisme oleh monoamine oxidase dan
catechol-o-methyltransferase; obat dalam sirkulasi mengalami metabolisme di hepar. Ekskresi : Urin
(sebagai metabolit inaktif metanefrin, dan sulfat dan derivat hidroksi asam mandelat, jumlah kecil
dalam bentuk tidak berubah)
Stabilitas Penyimpanan
Penyiapan infus IV : Encerkan 1 mg dalam 250 mL D5W atau NS (4 mcg/mL). Kecepatan
pemberian awal 1 mcg/menit dan naikkan hingga efek yang dikehendaki. Stabil dalam : dextran 6%
dalam dextrose, dextran 6% dalam NS, D5LR, D51/4NS, D51/2NS, D5NS, D5W, D10W, D10NS, LR, NS;
inkompatibel dengan natrium bikarbonat 5%.
Penyimpanan
Epinefrin peka terhadap udara dan cahaya. Oksidasi akan mengubah warna larutan menjadi
merah jambu kemudian coklat. Jangan digunakan bila terjadi perubahan warna atau terdapat
endapan.
Kontraindikasi
Meskipun diindikasikan untuk open-angled glaucoma, epinefrin kontraindikasi mutlak pada
closed-angle glaucoma karena dapat memperparah kondisi ini. Hindari ekstravasasi epinefrin, karena
dapat menyebabkan kerusakan jaringan da/atau gangren atau reksi injeksi setempat di sekitar
suntikan. Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat
menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama
bila diberikan IV, kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler
yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung,
penyakit arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung
(takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard,
kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi ini.
Efek Samping
Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan
kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi,
ektopi ventrikuler.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Karena epinefrin merupakan obat simpatomimetik dengan aksi agonis
pada reseptor alfa maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat simpatomimetik lain
karena kemungkinan efek farmakodinamik yang aditif, yang kemungkinan tidak diinginkan. Juga hati-
hati digunakan pada pasien yang menerima obat-obat seperti: albuterol, dobutamin, dopamin,
isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, pseudoefedrin, ritodrin,
salmeterol dan terbutalin.
- Dengan Makanan : Epinefrin tidak digunakan melalui oral
Pengaruh
- Terahadap Kehamilan : Klasifikasi kehamilan untuk epinefrin adalah kategori C. Epinefrin
kontraindikasi mutlak sewaktu proses kelahiran karena merupakan agonis reseptor beta2, yang
dapat menunda kelahiran.
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak diketahui apakah epinefrin dikeluarkan melalui ASI. Secara
teori, epinefrin akan rusak di dalam saluran pencernaan bayi, jadi pemaparannya terbatas.
Bagaimanapun, tetap harus hati-hati jika diberikan pada ibu menyusui.
Parameter Monitoring
EKG pada pasien yang mendapat epinefrin IV, PFTs
Bentuk Sediaan
Injeksi, Ampul 1mg/ml
Peringatan
Epinefrin dikontraindikasikan pada penyakit serebrovaskuler seperti arteriosklerosis serebral
atau 'organic brain syndrome' karena efek simpatomimetik (diduga alfa) pada sistem
serebrovaskuler dan potensial perdarahan otak pada penggunaan IV. Hati-hati penggunaan epinefrin
pada pasien hipertensi karena risiko menambah berat penyakit. 'Hati-hati penggunaan epinefrin
pada pasien DM, obat ini dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan
glikogenolisis di hepar, mengurangi ambilan glukosa oleh jaringan dan menghambat pelepasan
insulin dari pankreas.
Mekanisme Aksi
Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang berefek relaksasi otot polos
bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot skelet; dosis kecil berefek vasodilatasi melalui
reseptor beta2-vaskuler; dosis besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet.
Monitoring Penggunaan Obat
Kaji penggunaan obat lain yang diminum pasien terhadap kemungkinan interaksi atau
mempengaruhi efektivitasnya. Pantau tanda-tanda vital dan berikan informasi tentang penggunaan
obat, efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.
2. Amfetamin
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin, atau
benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang
biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau
Attention-deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga digunakan
untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari
pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.
Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan
mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS) antara lain Adderall, dan Dexedrine.
Sementara di Indonesia dijual dalam kemasan injeksi dengan merk dagang generik. Obat ini juga
digunakan secara ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai
peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah "Amftamin" sering digunakan pada
campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.
Indikasi
© untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian

Efek samping
© Euforia dan kesiagaan
© Tidak dapat tidur, gelisah
© Tremor
© Iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler (Tachicardia, palpitasi, aritmia, dll)

waktu paruh
© 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam daripada urin basa

Reaksi yang merugikan


Menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan
endokrin.

Dosis
© Dewasa : 5-20 mg
© Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari
©
3. Fenilpropanolamin Hidroklorida
Fenilpropanolamin hidroklorida merupakan senyawa adrenergik yaitu adrenomimetik yang berefek
campuran yang dapat menimbulkan efek melalui pengaktifan adrenoseptor dan melepaskan
katekolamin dari tempat penyimpanan atau menghambat pemasukan katekolamin. Tempat kerja
beberapa senyawa adrenomimetik adalah pada ujung saraf simpatetik (Siswandono, 1995).
Fenilpropanolamin hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C9H13NO.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 187,67.
Fenilpropanolamin hidroklorida berupa serbuk hablur putih; bau aromatis lemah, dan dipengaruhi
oleh cahaya, mudah larut dalam air dan dalam etanol; tidak larut dalam eter. Dengan titik leleh
antara 1910 sampai 1960 (Farmakope IV, 1995).
Berdasarkan struktur molekulnya fenilpropanolamin hidroklorida memiliki gugus kromofor berupa
cincin benzen yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi sehingga dapat mengabsorpsi sinar
pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), dan memiliki gugus auksokrom pada
perpanjangan alkil yaitu –NH2 dan –OH sehingga dapat memberikan nilai serapan (Siswandono,
1995).
Fenilpropanolamin hidroklorida mempunyai spektrum serapan UV dalam pelarut metanol
memberikan panjang gelombang maksimum antara 252-264 nm (Florey, 1987).
Fenilpropanolamin hidroklorida merupakan senyawa adrenomimetik. Struktur fenilpropanolamin
hidroklorida berhubungan dengan efedrin, merupakan simpatomimetik amin yang mempunyai
aktivitas vasopresor sedikit lebih besar dibanding efedrin dengan efek rangsangan susunan syaraf
pusat & toksisitas lebih rendah. Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung &
mengurangi aliran darah pada daerah yang bengkak karenanya dapat digunakan sebagai
dekongestan hidung. Fenilpropanolamin hidroklorida digunakan secara luas sebagai dekongestan
hidung, biasanya dikombinasikan dengan analgesik & antihistamin dalam obat anti influenza.
4. Dopamin /Dopamine hydrochloride/ 3-Hydroxytyramine hydrochloride
GambarGambar
Nama IUPAC
4-(2-aminoetil)benzena-1,2-diol
Nama lain :
2-(3,4-dihidroksifenil)etilamina;
3,4-dihidroksifenetilamina;
3-hidroksitiramina; DA; Intropin; Revivan; Oksitiramina

Rumus molekul
C8H11NO2

Massa molar
153,18 g/mol

Kelarutan dalam air


60,0 g/100 ml
Dopamin adalah suatu katekolamin endogen, merupakan prekursor adrenalin.
Nama Dagang
- Dopac
-Dopamin Giulini
- Dopamin HCl
- Dopamin Hydrochloride Injection
- Dopamine
- Indop
- Cetadop
Indikasi
Syok kardiogenik pada infark miokard atau bedah jantung.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infus I.V : (pemberiannya memerlukan pompa infus) :
Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu , titrasi sampai respon yang diharapkan.
Anak-anak : 1-20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit, titrasi sampai respon yang
diharapkan.
Dewasa : 1-5 mcg/kg/menit sampai 20 mcg/kg/menit, titrasi sampai respon yang diharapkan.
Infus boleh ditingkatkan 4 mcg/kg/menit pada interval 10-30 menit sampai respon optimal tercapai.
Jika dosis > 20-30 mcg/kg/menit diperlukan, dapat menggunakan presor kerja langsung (seperti
epinefrin dan norepinefrin).
} Dosis berlebih menimbulkan efek adrenergik yang berlebihan. Selama infus dopamin dapat terjadi
mual, muntah, takikardia, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala, hipertensi, dan tekanan diastolik.
} Dosis dopamin juga harus disesuaikan pada pasien yang mendapat antidepresi trisiklik.
Farmakologi
Anak-anak : dopamin menunjukkan kinetika non linear pada anak-anak ; dengan merubah
jumlah obat mungkin tidak akan mempengaruhi waktu steady state.
Onset kerja : dewasa : 5 menit
Durasi : dewasa : < 10 menit
Metabolisme : ginjal, hati, plasma; 75% menjadi bentuk metabolit inaktif oleh monoamine
oksidase dan 25 % menjadi norepinefrin
T½ eliminasi : 2 menit
Ekskresi : urin ( sebagai metabolit)
Kliren : pada neonatus : bervariasi dan tergantung pada umur; kliren akan menjadi panjang
jika terdapat gangguan hepatik atau ginjal.
Stabilitas Penyimpanan
Injeksi dopamine hidroklorida sensitif dan harus dilindungi dari cahaya.Perubahan warna
menjadi kuning, coklat,merah muda hingga ungu menunjukkan kerusakan obat dan warna larutan
yang menjadi lebih gelap dari warna sedikit kuning tidak boleh digunakan. Dopamine hidroklorida
inkompatibel dengan alteplase, amfoterisin B, garam besi, senyawa oksidator dan natrium
bikarbonat dan senyawa alkali lain. Dopamin klorida kompatibel jika diberikan bersama dengan
dobutamin, epinefrin, isoproterenol, dan lidokain. Sediaan injeksi harus dilindungi dari panas yang
berlebihan dan tidak boleh disimpan pada suhu dingin. Dopamine hidroklorida stabil sedikitnya 24
jam jika dilarutkan dalam 250 – 500 ml sediaan injeksi berikut: NaCl 0,9 %, dekstrose 5 %, larutan
Ringer lactat’s.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sulfit (sediaan yang mengandung natrium bisulfit), takiaritmia,
phaeochromocytoma, fibrilasi ventrikular.
Efek Samping
Sering : denyut ektopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi, hipotensi, vasokonstriksi,
sakit kepala, mual, muntah, dispnea. Jarang : bradikardia, aritmia ventrikular (dosis tinggi), gangrene,
hipertensi, ansietas, piloereksi, peningkatan serum glukosa, nekrosis jaringan (karena ekstravasasi
dopamin), peningkatan tekanan intraokular, dilatasi pupil, azotemia, polyuria.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : efek dopamin diperpanjang dan
ditingkatkan oleh MAO inhibitor; alpha dan beta-adrenergic blockers, cocaine, anestetik umum,
metilldopa,fenitoin, reserpin dan antidepresan trisiklik. Menurunkan efek: Efek antidepresan trisiklik
diturunkan jika digunakan bersama dengan dopamin. Efek hipotensif guanetdin hanya berefek
sebagian; memerlukan simpatomimetik kerja langsung.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C
- Terhadap Ibu Menyusui : Ekskresi ke dalam air susu tidak diketahui
- Terhadap Anak-anak : Keamanan dan efikasi penggunaan obat pada anak-anak belum
diketahui dengan pasti. Digunakan secara terbatas pada pasien pediatri.
Parameter Monitoring
Tekanan darah, EKG, denyut jantung, CVP, RAP, MAP, output urin, jika dipasang kateter artery
pulmonary monitor CI, PCWP, SVR dan PVR.
Bentuk Sediaan
Cairan Injeksi
Peringatan
Koreksi hipovolemia; dosis rendah pada syok akibat infark miokard akut
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Dopamin sering digunakan untuk pengobatan hipotensi karena bekerja sebagai vasokonstriktor
perifer. Dalam hal ini, dopamin sering kali digunakan bersama dobutamin dan meminimalkan efek
hipotensi sekunder akibat vasodilatasi yang diinduksi oleh dobutamin. Sehingga tekanan diatur oleh
peningkatan kardiak output (dari dobutamin) dan vasokonstriksi ( oleh dopamin).Dopamin diberikan
ke dalam vena sentral untuk mencegah kemungkinan ekstravasasi; monitor aliran cairan, gunakan
alat perlengkapan infus untuk mengontrol kecepatan aliran; penurunan dosis dopamin harus
dilakukan secara bertahap (penghentian secara tiba-tiba dapat mengakibatkan hipotensi)
Mekanisme Aksi
Menstimulasi reseptor adrenergik dan dopaminergik; dosis yang lebih rendah terutama
menstimulsi dopaminergik dan menghasilkan vasodilatasi renal dan mesenterik ; dosis yang lebih
tinggi menstimulasi dopaminergic dan beta1-adrenergik dan menyebabkan stimulasi jantung dan
vasodilatasi renal ; dosis besar menstimulasi reseptor alfa-adrenergik.
Monitoring Penggunaan Obat
Tekanan darah, ECG, heart rate, CVP, RAP, MAP, output urin, jika dipasang kateter artery
pulmonary monitor CI, PCWP, SVR dan PVR.
5. Dobutamin / Dobutamine hydrochloride

Dobutamine adalah simpatomimetic sintetik yang secara struktur berhubungan dengan dopamine
dan tergolong selective.
Sifat Fisikokimia
Dobutamine hidroklorida merupakan sebuk kristal berwarna putih, agak larut dalam air dan alkohol.
Dobutamine mempunyai pKa 9,4. Dobutamine hidroklorida dalam perdagangan tersedia dalam
bentuk larutan steril dalam aqua pro injection. Dalam perdagangan larutan Dobutamine hidroklorida
merupakan larutan jernih tidak berwarna hingga larutan berwarna sedikit kekuning-kuningan.
Nama Dagang

- Dobuject
- Dobutamin Giulini
- Dobutamine Hameln
- Dobutamine HCl Abbott
- Dobutamine Lucas Djaja
- Inotrop
- Cardiject

Indikasi
Efek inotropik pada infark, bedah jantung, cardiomyopathies, septic shock dan cardiogenic
shock.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infus intravena 2,5 sampai 10 mcg/kg/menit, disesuaikan dengan responnya
Farmakologi
Onset of action (waktu onset) : IV : 1-10 menit
Peak effect (efek puncak): 10-20 menit
Metabolisme : di jaringan dan hepar menjadi bentuk metabolit yang tidak aktif
T½ eliminasi (half-life elimination) : 2 menit
Ekskresi : urin (sebagai metabolit)
Stabilitas Penyimpanan
Larutan dobutamine hidroklorida dikocok tiap 24 jam; simpan larutan yang telah direkonstitusi
di refrigerator dalam waktu 48 jam atau 6 jam pada suhu kamar; perubahan warna merah muda
menunjukkan terjadi sedikit reaksi oksidasi tetapi potensi tidak berkurang secara signifikan.
Stabilitas sediaan parenteral admixture pada suhu kamar (25°C): 48 jam; pada refrigerator
(40°C): 7 hari
Stándar pelarut untuk dewasa : 250 mg/500 mL D5W; 500 mg/500 mL D5W
Inkompatibel dengan heparin, sefazolin, penisilin dan sodium bicarbonat; inkompatibel dalam
larutan alkali (sodium bicarbonat)
Kompatibel dengan dopamin, epinefrin, isoproterenol, lidokain
Injeksi dobutamine hidroklorida disimpan dalam 15°– 30°C
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap dobutamine atau sulfit (beberapa sediaan mengandung sodium
metabisulfat), atau beberapa komponen dalam formulasi, idiopathic hypertrophic subaortic stenosis
(IHSS)
Efek Samping
Takikardia dan meningkatnya tekanan darah sistolik menunjukkan terjadi overdosis, flebitis,
jarang terjadi efek trombositopenia
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : anastetik umum (contoh: halothan atau
siklopropan) dan dosis lazim dobutamin menyebabkan aritmia ventrikular pada hewan. Bretylium
dapat mempotensiasi efek dobutamin. Beta blocker (nonselective) dapat meningkatkan efek
hipertensi,hindari penggunaan secara bersamaan. Kokain dapat menyebabkan aritmia hebat.
Guanetidin, inhibitor MAO, metildopa, reserpin dan antidepresan trisiklik dapat meningkatkan
respon presor pada simpatomimetik. Menurunkan efek : bloker beta adrenergik dapat menurunkan
efek dobutamin dan meningkatkan risiko hipotensi yang berat.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : B
- Terhadap Ibu Menyusui : Distribusi dobutamin pada air susu tidak diketahui.
- Terhadap Anak-anak : Keamanan dan efikasi penggunaan obat ini untuk anak-anak belum ada
bukti yang mantap
- Terhaadp Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Tekanan darah, ECG, heart rate, CVP, RAP, MAP, output urin; jika kateter arteri pulmonary
dipasang, monitor CI, PCPW, and SVR; juga monitor serum kalium.
Bentuk Sediaan
Cairan Injeksi, Infusi
Peringatan
Hipotensi berat pada syok kardiogenik
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Dobutamin menurunkan tekanan vena sentral namun hanya mempunyai sedikit pengaruh
pada tahanan (resistance) vascular pulmonary. Terapi dobutamin harus dihindarkan pada pasien
dengan gagal jantung stabil karena dapat meningkatkan risiko kematian.
Informasi Pasien
Obat ini secara normal diberikan secara injeksi kedalam vena. Jumlah dan frekwensi
penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor,seperti kondisi pasien, umur dan berat
badan.Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian
obat tanyakan pada apoteker atau petugas kesehatan. Jangan menggunakan OTC atau obat resep
yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang
mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.
Mekanisme Aksi
Stimulasi reseptor beta1-adrenergic, menyebabkan peningkatan kontraktilitas dan denyut
jantung, dengan sedikit efek pada beta2 atau alpha-reseptor.
Monitoring Parameter Obat
Tekanan darah, ECG, heart rate, CVP, RAP, MAP, output urin; jika kateter arteri pulmonary
dipasang, monitor CI, PCPW, and SVR; juga monitor serum kalium.
6. Nitrogliserin

Sifat Fisikokimia
Nitrogliserin berbentuk gas yang mudah meledak dan mudah terbakar, berwarna putih atau kuning
pucat. Nitrogliserin yang tidak diencerkan sukar larut dalam air; larut dalam metanol,etanol, karbon
disulfida, aseton, etil eter, etil asetat, asam asetat glasial, benzena, toluena, nitrobenzena, fenol,
kloroform dan metilena klorida.

Keterangan

Nitrogliserin berbentuk gas yang mudah meledak dan mudah terbakar, berwarna putih atau kuning
pucat. Nitrogliserin yang tidak diencerkan sukar larut dalam air; larut dalam metanol,etanol, karbon
disulfida, aseton, etil eter, etil asetat.

Indikasi
Pengobatan angina pektoris; bentuk injeksi IV digunakan untuk gagal jantung kongestif
(terutama bila disebabkan infark miokard akut); hipertensi pulmoner; emergensi hipertensi selama
operasi (terutama selama pembedahan jantung)
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Untuk mengendalikan tekanan darah selama anestesi; pemberian IV untuk pengobatan gagal
jantung akut atau edema paru, angina pektoris akut atau angina tidak stabil, infark miokard akut,
hipertensi paru akut; pengobatan hipertensi berat, hipertensi postoperasi, hipertensi perioperative
(mis.selama pembedahan jantung), atau emergensi hipertensi: dosis intravenous:
Dewasa: Awal, 5 mcg/menit infus IV.,tingkatkan sebanyak 5 mcg/menit IV setiap 3-5 menit
sampai 20 mcg/menit sampai didapat respon klinis; jika tidak ada respon pada 20
mcg/menit,tingkatkan dosis sebesar 10 mcg/menit setiap 3-5 menit sampai 200 mcg/menit.
Usila: Pemberian dosis awal serendah mungkin dan tingkatkan hingga efek klinik tercapai.
Usila lebih sensitif terhadap efek hipotensi dan bradikardi dari nitrogliserin.
Anak-anak: Awal, 0.25-0.5 mcg/kg/menit melalui infus IV, titrasi 1 mcg/kg/ menit pada interval
20-60 menit untuk mendapat efek yang diinginkan. Dosis umum adalah 1-3 mcg/kg/menit,
maksimum 5 mcg/kg/menit.
Farmakologi
Onset pemberian nitrogliserin: IV, segera. Durasi aksi pemberian IV : 3-5 menit. Nitrogliserin
terdistribusi luas dalam jaringan dan sekitar 60% terikat protein. Metabolit nitrogliserin, 1,3- dan 1,2-
glyceryl dinitrate, tidak seefektif nitrogliserin dan memiliki T½ sekitar 40 menit, dibanding dengan
nitrogliserin yang hanya 1-4 menit. Metabolit ini diekskresikan melalui ginjal.
Stabilitas Penyimpanan
Stabil dalam D5LR, D51/2NS, D5NS, LR, 1/2NS. Kompatibilitas ketika dicampur: Dosis bervariasi
dan membutuhkan titrasi, sehingga tidak disarankan untuk dicampur obat lain. Kompatibel:
Alteplase, aminofilin, dobutamin, dopamin, enalaprilat, furosemid, lidokain, verapamil.
Incompatible: hidralazin, fenitoin.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap nitrat organik; hipersensitif terhadap isosorbide, nitrogliserin, atau
komponen lain dalam sediaan, penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5 (PDE-5)
seperti sildenafil, tadalafil, atau vardenafil; angle-closure glaucoma (terjadi peningkatan tekanan
intraokuler); trauma kepala atau perdarahan serebral (meningkatkan tekanan intrakranial); anemia
berat.
Kontraindikasi IV: Hipotensi; hipovolemia yang tidak terkoreksi; gangguan sirkulasi serebral;
constrictive pericarditis; perikardial tamponade karena obat mengurangi aliran darah balik,
mengurangi preload dan mengurangi output jantung sehingga memperparah kondisi ini.
Nitrogliserin jangan diberikan pada pasien hipovolemia yang tidak terkoreksi (atau dehidrasi)
karena risiko menginduksi hipotensi,gangguan sirkulasi serebral, perikarditis konstriktif, pericardial
tamponade.
Nitrogliserin harus digunakan hati-hati pada pasien hipotensi atau hipotensi ortostatik karena
obat ini dapat memperparah hipotensi, menyebabkan bradikardi paradoksikal, atau memperberat
angina.
Terapi nitrat dapat memperberat angina karena kardiomiopati hipertropik.
Penggunaan nitrogliserin pada awal infark miokar akut perlu pemantauan hemodinamika dan
status klinis.
Nitrogliserin harus digunakan hati-hati setelah infark miokardiak karena hipotensi dan
takikardia dapat memperparah iskemia.
Efek Samping
Kardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok,
kemerahan, edema perifer.
SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan tekanan darah), tidak bisa tidur.
Gastrointestinal: Mual, muntah, diare.
Genitourinari: inkontinensia urin.
Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis).
Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih.
Mata: Pandangan kabur. Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat bila
digunakan bersama sildenafil (Viagra®).
Interaksi

- Dengan Obat Lain : Pemberian bersama alkaloid ergot potensial menyebabkan vasospasme
koroner dan dapat memperberat angina. Alkaloid ergot kontraindikasi pada pasien hipertensi,
angina atau penyakit arteri koroner yang mendapat terapi nitrogliserin. Penggunaan bersama obat-
obat simpatomimetik (dapat meningkatkan nadi dan tekanan darah) seperti epinefrin, norepinefrin,
fenilefrin, efedra, atau efedrin, bersifat antagonis efek antiangina dari nitrat. Efek vasodilatasi nitrat
dapat menghambat efek adrenergik alfa dari epinefrin sehingga memperberat takikardi dan
hipotensi berat. Nitrit dan nitrat merupakan antagonis asetilkolin dan histamin. Sehingga,
nitrogliserin dapat mengurangi efek obat ini (mis, asetilkolin, norepinefrin dan histamin
dihidroklorid) bila digunakan bersama.

Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Nitrogliserin diklasifikasikan dalam kategori C pada kehamilan.
Meskipun tidak dilakukan penelitian pada manusia, tetapi penelitian pada binatang menunjukkan
adanya efek yang tidak diharapkan pada janin. Jadi apabila memutuskan pemberian obat ini pada
kehamilan, harus dipertimbangkan keuntungan terhadap ibu dan risikonya terhadap janin.
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak diketahui apakah nitrogliserin atau metabolitnya diekskresikan
dalam ASI. Karena banyak obat diekskresikan dalam ASI, hati-hati bila diberikan pada ibu menyusui.
- Terhadap Anak-anak : Keamanan dan efektivitas nitrogliserin pada anak-anak belum
diketahui.

Parameter Monitoring
Tekanan darah, denyut jantung
Bentuk Sediaan
Injeksi
Peringatan
Dapat terjadi hipotensi yang berat. Gunakan hati-hati pada hipovolemia, hipotensi, dan infark
ventrikel kanan. Selain hipotensi, juga disertai bradikardi paradoksal dan angina pektoris. Dapat juga
terjadi hipotensi postural. Dapat terjadi toleransi terhadap nitrat, diperlukan dosis yang tepat untuk
meminimalkan efek ini. Keamanan dan efikasi tidak diketahui bila digunakan pada pasien anak-anak.
Hindari penggunaan jangka waktu lama pada pasien infark miokard akut atau gagal jantung
kongestif. Nitrat dapat memperparah angina yang disebabkan oleh kardiomiopati hipertropik. Nitrat
dapat memperberat angina yang disebabkan kardiomiopati hipertropik.
Informasi Pasien
Preparat IV mengandung alkohol dan /atau propilen glikol. Diperlukan periode bebas nitrat
(10-12 jam/hari) untuk menghindari toleransi. Toleransi dapat diatasi dengan asetilsistein, secara
bertahap turunkan dosis nitrogliserin pada pasien yang akan menerima pengobatan jangka panjang
untuk menghindari gejala putus obat.
Mekanisme Aksi
Bekerja dengan relaksasi otot polos, menghasilkan efek vasodilator pada vena perifer dan
arteri, dengan efek paling penting pada vena. Menurunkan kebutuhan oksigen jantung dengan
mengurangi preload (ventrikel kiri-tekanan diastolik); serta mengurangi afterload; dilatasi arteri
koroner dan memperbaiki aliran kolateral pada daerah iskemik.
Monitoring Penggunaan Obat
Kaji potensial interaksi dengan obat-obat lain yang diminum pasien (mis, heparin, alkaloid
ergot, sildenafil, tadalafil, atau vardenafil). Evaluasi efektivitas terapi (status kardiak) dan efek yang
tidak diharapkan (mis, hipotensi, aritmia, perubahan SSP, gangguan GI).Dosis harus diturunkan
bertahap pada penghentian obat setelah penggunaan jangka waktu lama. Informasikan pada pasien
tentang penggunaan obat, kemungkinan efek samping/intervensi (mis, periode bebas obat) dan
pelaporan efek yang tidak diharapkan.
7. Terbutalin/ 2-tert-Butylamino-1-(3.5-dihydrophenyl)ethanol sulfate. (4). (C12H19NO3)2. H2SO4

Sifat Fisikokimia

Serbuk kristal warna putih sampai putih abu-abu, tidak berbau atau sedikit berbau seperti asam
asetat.Mudah larut dalam air, larut dalam HCl 0,1 N, sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam
kloroform. Injeksi terbutalin sulfat : non pirogen, larutan dalam air, NaCl digunakan untuk adjust
tonisitas. HCl juga dapat digunakan untuk adjust pH sampai pH 4.

Nama Dagang
- Brasmatic
- Bricasma
- Forasma
- Lasmalin
- Nairet
- Prosmalin
- Pulmobron
- Sedakter
- Tabas
- Terasma
- Tismalin
- Astherin

Indikasi

Terapi simptomatik pada asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang berhubungan dengan
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), termasuk bronkitis kronik dan emfisema.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral : awal 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian jika perlu ditingkatkan sampai
maksimum 5 mg 3 kali sehari. Anak : 75 mcg/kg 3 kali sehari; 7-15 th : 2,5 mg 2-3 kali sehari,
maksimum 7,5 mg per hari. Subkutan, intramuskular, intravena : 250-500 mcg sampai 4 kali sehari.
Anak 2-15 th : 10 mcg/kg sampai maksimum 300 mcg. Infus intravena: larutan yang mengandung 3-
5 mcg/mL, dengan laju 0.5-1 mL/menit (1.5-5 mcg/menit) selama 8-10 jam. Dosis anak dikurangi.
Inhaler : dewasa dan anak : 250-500 mcg (1-2 semprot) 3-4 kali sehari1, maksimum 8 kali semprot
sehari.
Farmakologi
Absorpsi: 33-50% dosis oral diabsorpsi di saluran cerna. Obat diabsorpsi dengan baik setelah
pemberian subkutan. Bioavailabilitas (tablet) 103% terhadap larutan. OOA: oral 30-45 menit; inhalasi
5 menit; subkutan 6-15 menit. tmax ? oral : larutan = 1,5 jam (0,5-3 jam), tablet= 2 jam (1-3 jam),
subkutan 0,25 mg = ± 20 menit, 0,5 mg = 0,5 jam (0,08-1 jam). DOA : oral sampai 8 jam, efek
maksimum dicapai 2-3 jam; inhalasi 3-4 jam. Distribusi: konsentrasi yang terdistribusi ke dalam ASI
kurang lebih sama dengan konsentrasi dalam plasma, tetapi diperkirakan yang terdistribusi ke dalam
ASI kurang dari 1% dosis. Metabolisme: dimetabolisme sebagian di hati, terutama dalam bentuk
konjugat sulfat.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan di suhu kamar (15-30°C), terlindung dari panas, cahaya, dingin, dalam wadah tertutup
rapat. Jangan digunakan bila larutan berubah warna.Daluwarsa injeksi : 2 tahun, tablet : 3 tahun dari
tanggal produksi.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap terbutalin / simpatomimetik amin.
Cardiac arrhythmias yang berhubungan dengan takikardi.
Efek Samping
Tremor (terutama di tangan), sakit kepala, otot kaku, palpitasi, takikardi, aritmia, gangguan
tidur dan perilaku pada anak. Paradoxical bronchospasm, urtikaria, dan angioderma pernah
dilaporkan. Hipokalemia terutama pada dosis tinggi.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Toksisitas meningkat dengan MAO inhibitor, antidepresan trisiklik.
Efek menurun dengan beta bloker.
Risiko hipokalemia meningkat dengan kortikosteroid, diuretik, xantin.
Obat-obat simpatomimetik yang lain kemungkinan akan meningkatkan efek samping pada
kardiovaskular.
Kombinasi dengan teofilin berpotensi menimbulkan aritmia jantung.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan :
Kategori B.2,5. Efek samping yang serius seperti hipokalemia sesaat, peningkatan laju jantung,
aritmia jantung, iskemik otot jantung, edema paru, hipoglikemi, hiperglikemi sesaat, terjadi pada
wanita hamil yang mendapat terbutalin sulfat. Juga dilaporkan terjadinya hipoglikemi dan
peningkatan laju jantung pada neonatus.
- Terhadap Ibu Menyusui : Jumlah yang dieksresi melalui ASI sangat sedikit, tetapi meskipun
demikian penggunaan pada ibu menyusui harus hati-hati dan hanya jika manfaat yang diperoleh
lebih besar daripada risikonya pada bayi.
- Terhadap Anak-anak : Dapat digunakan sebagai alternatif terapi dari epinephrine pada
serangan asma akut. Produsen tidak merekomendasikan untuk digunakan pada anak-anak di bawah
12 tahun.
Parameter Monitoring
Serum potassium, glukosa, laju jantung, tekanan darah, laju pernafasan, FEV1, peak flow.
Bentuk Sediaan
Tablet 2,5 mg
Sirup 1,5 mg/5 ml, Ampul 0,5 mg/ml
Canister 0,25 mg/Semprot, Aerosol 0,25 mg/Semprot, Respules 2,5 mg/ml, Turbuhaler 0,25
mg, 0,5 mg.
Peringatan
Penyakit kardiovaskular, konvulsi, diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, hipokalemia.
Informasi Pasien
Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan / perawatan dan
penyimpanan inhaler. Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam mata.
Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan atau jika tidak digunakan dalam
waktu yang lama. Kumur mulut dengan air setelah inhalasi.2 Diberitahukan kepada pasien untuk
segera menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi bertambah parah.
Mekanisme Aksi
Terbutalin menstimulasi reseptor beta adrenergik di sistem saraf simpatetik sehingga
menyebabkan relaksasi smooth muscle di bronchial tree dan peripheral vasculature. Efek pada
reseptor alfa adrenergik sedikit atau tidak ada.
Monitoring Penggunaan Obat
Perbaikan gejala. Cara / teknik penggunaan inhaler. Efek samping yang terjadi.
8. Noreprinefrin
Efek samping
NE serupa dengan Epi, tetapi NE menimbulkan peningkatan tekanan darah tinggi, rasa kuatir, sukar
bernapas, denyut jantung yang lambat tetapi kuat dan nyeri kepala selintas. Dosis berlebih akan
menyebabkan hipertensi berat dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri dada, pucat,
berkeringat banyak, dan muntah.
Kontraindikasi
Pada anestesia dengan obat-obat yang menyebabkan sensitasi jantung karena timbul aritmia,
serta pada wanita karena menimbulkan kontraksi uterus hamil.
9.Isoproterenol

Efek samping
Efek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri kepala, dan muka merah. Kadang terjadi
aritmia dan serangan angina, terutama pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Inhalasi
isoproterenol dosis berlebih dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang fatal.

Daftar Pustaka
- Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. 2002. Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum.
- Universitas Indonesia, FK. FARMAKOLOGI dan TERAPI Edisi 4. 1995. Jakarta : FK UI.
- BNF 50
- AHFS Drug Information 2005
- MIMS Indonesia 2006/2007
- Drug Interaction Fact & Comparisons 2003
- Drug Information Handbook
- Lexi-Comp's Drug Information Handbook, 14th edition
- BNF 51
- Micromedex
- Martindale 35th ed, 2006
- Drug Information Handbook International, Lexi-Comp's, 2005
- AHFS, 2006

Anda mungkin juga menyukai