Anda di halaman 1dari 13

Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi

Telah dikemukakan terdahulu para penganut bahwa penganut teori belajar kognitif
berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah.
Sebagian besar dari mereka ini terutama tertarik pada teori yang disebut pemrrosesan informasi.
Bagaimana
informasi ini diproses dalam pikiran dan bagaimana informasi disajikan sehingga dapat diproses
dalam memori kerja.
Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan
model pemrosesan informasi. Dalam model ini peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-
transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon).
Teori belajar pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah mengolah
informasi. Sekilas teori ini mirip dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil. Dalam teori pemrosesan informasi, proses memang penting,
namun yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari
siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar siswa
akan berlangsung, sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari. Dalam teori
pemrosesan informasi tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi dan
cocok untuk semua siswa.
Pendekatan proses informasi menganalisis cara anak memipulasi informasi, monitornya,
dan menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Siegler, 2001, 2006; Siegler dan
Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi perhatian, memori, dan proses berfikir.
Sebuah kiasan komputer dapat mengilustrasikan bagaimana pendekatan proses-informasi
dapat diterapkan dalam perkembangan. Proses informasi komputer dibatasi oleh perangkat keras
dan perangkat lunaknya. Proses informasi pada anak juga dibatasi oleh kapasitas dan
kecepatannya serta kemampuannya memanipulasi informasi dengan kata lain, menerapkan
strategi-strategi yang teapt untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Dalam
pendekatan proses-informasi, perkembangan kognitif anak merupakan hasil dari kemampuan
mereka untuk menyelesaikan batasan-batasan proses dengan terus-menerus meningkatkan
pelaksanaan operasi-operasi dasar, memperluas kapasitas proses informasi, dan meraih
pengetahuan dan strategi-strategi lain.

2. Perkembangan Teori Pemrosesan Informasi

Tokoh-Tokoh Teori Pemrosesan Informasi

a. Pandangan Robert M Gagne


Menurut Robert M Gagne,belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi.
Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal
dengan penemuannya berupa Condition Of Learning.Teori informasi psikologi muncul dari
temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan
meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi
yang berkaitan secara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan perspektif
baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif.Dalam teori
pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka
panjang.Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang
bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi,
serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori
pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu:
(1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Gagne menggabungkan ide-ide berhaviorisme dan kognitivisme dalam
pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu.
Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi
eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai Sembilan peristiwa pembelajaran.
Sembilan peristiwa pembelajaran menurut Gagne adalah sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian. Contoh sederhana tunjukan es krim, ceritakan kelezatan yang
diperoleh dari memakannya.
2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajara, biarkan siswa mengetahui apa yang
akan dipelajarinya. Contohnya: Hari ini kita akan belajar membuat es krim.
3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu. Contohnya: Apakah ada yang pernah
membuat es krim? Di mana, kapan, dan bahan apa saja yang diperlukan?
4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan. Contoh: Tunjukkan kepada siswa
bagaimana membuat es krim.
5. Memberikan panduan belajar, bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik pada saat pembelajaran berlangsung.
6. Menampilkan kinerja, mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang baru
dipelajarinya. Contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk membuat es krim dan
mintalah agar siswa membuat es krim sendiri.
7. Memberikan umpan balik, beritahu siswa kinerjanya masing-masing. Contoh, guru
berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa membuat es krim sendiri.
8. Menilai kinerja, nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.
Contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika mereka benar cara membuatnya
diperbolehkan memakannya
9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan. Buatlah siswa dalam mengingat-
ingat dan menerapkan keterampilan baru itu. Contoh, siswa ditugasi membuat es krim
pada saat karya wisata sekolah.
Sembilan peristiwa pembelajaran oleh Gagne tersebut secara tidak langsung telah
menggambarkan langkah-langkah pemebelajaran menurut Gagne.
Konsep hirarki pengetahuannya Gagne mengarah pada asumsi bahwa menjadi penting
menghadirkan semua fakta tingkatan paling rendah yang perlu sebelum terus mengajarkan pada
tingkatan yang paling tinggi. yang berkenaan dengan hal ini adalah konsep bahwa orang bisa
menalar dengan konsep tingkatan yang lebih tinggi jika mereka telah mempelajari semua
prasyarat informasi pada tingkat yang lebih rendah.
b. Pandangan Slavin (2000)
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:
175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat
diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar
tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa
indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk
adalah registrasi penginderaan.Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari
indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila
tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka
dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua
implikasi penting dalam pendidikan.
Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus
diingat.Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat
dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Interpretasi seseorang
terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi.
Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi
dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor
lain.Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen
kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem
penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk
menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu
atau mengungkapkannya berkali-kali.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan
informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori
jangka panjang menjadi tiga bagian:
1. Memori Episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yangmenyimpan gambaran dari
pengalaman-pangalaman pribadi kita,
2. Memori Semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yangmenyimpan fakta dan
pengetahuan umum
3. Memori Prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan
sesuatu.

c. Pandangan Ausubel (1968)


Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu.Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan
pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih
umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan
pengetahuan baru yang rinci proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses
penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri
dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan
(retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran
bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang
paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi:
 Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
 Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
 Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
 Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
 Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
 Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
 Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

d. Pandangan Siegler dan STevenso (1993 )


Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum,pertama pikiran
dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi.Kedua individu-
individu memproses informasi dari lingkungannya,dan yang ketiga terdapat keterbatasan pada
kapasitas memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan
kepada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka,bagaimana informasi itu
masuk kedalam fikiran dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana
asumsi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang komplek seperti
memecahkan masalah dan berfikir.Jadiinti dari pendekatan pemrosesan informasi adalah proses
memori dan proses berfikir.Menurutpendekatan ini anak didik secara bertahap mengembangkan
kapasitan memperoleh informasi dan secara bertahap pula mereka mendapatkan pengetahuan dan
keahlian yang kompleks.
Menurut Robert Siegler (1998), ada tiga mekanisme kerja yang bersama-sama
menciptakan perubahan-perubahan pada keahlian kognitif anak : penyandian, otomatisasi, dan
konstruksi strategis.
Pertama, penyandian adalah proses informasi mencapai memori, perubahan-perubahan
dalam keahlian kognitif anak bergantung pada meningkatnya keahlian menyandikan informasi
yang relevan, sekaligus mengabaikan informasi yang tidak relevan. Contohnya, bagi seorang
anak berusia 4 tahun, huruf S tulisan tangan sangat berbeda dengan huruf S yang dicetak.Akan
tetapi, seorang anak berusia 10 tahun (yang telah belajar menyandikan fakta yang relevan)
memahami bahwa huruf tersebut adalah S.
Kedua, otomatisasi mengacu pada kemampuan memproses informasi dengan usaha
minimal atau tanpa usaha sama sekali. Latihan akan memampukan anak menyandikan informasi
secara otomatis, dalam jumlah lebih besar. Contohnya, saat seorang anak telah mampu membaca
dengan baik, mereka tidak membaca huruf demi huruf; melainkan menyandikan keseluruhan
kata.Saat tugas tersebut menjadi otomatis, usaha sadar tidak diperlukan lagi.Akibatnya, ketika
pemrosesan informasi menjadi lebih otomatis, kita dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih cepat
dan dapat menangani lebih banyak tugas dibandingkan sebelumnya.
Ketiga, konstruksi strategi adalah pembentukan prosedur baru pemrosesan informasi.
Contohnya, anak menyerap lebih banyak keuntungan dalam membaca ketika mereka
mengembangkan strategi ‘berhenti sesaat’ (sembari menyerap apa yang telah dibacanya sejauh
itu).
Sebagai tambahan, Siegler (1998, 2004; Siegler dan alibali, 2005) berpendapat bahwa
pemrosesan informasi pada anak dicirikan oleh modifkasi diri, yaitu anak belajar memanfaatkan
apa yang telah mereka pelajari dalam situasi sebelumnya ke situasi baru. Bagian dari modifikasi
diri mendekatkan kita pada istilah metakognisi, yakni mengetahui tentang pengetahuan itu
sendiri (Flavell, 1999, 2004; Flavell, Miller, dan Miller, 2002). Salah satu contoh metakognisi
adalah pemahaman anak tentang cara terbaik mengingat apa yang telah mereka baca. Apakah
mereka mengetahui bahwa mereka mampu mengingat apa yang telah mereka baca bila mereka
menghubungkan isi bacaan dengan kehidupan mereka sendiri ?. Jadi dalam penerapan Siegler
tentang pendekatan proses informasi, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan kognitif
mereka.
e. Diagram Pemrosesan informasi

Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur


kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari
luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi.
Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaandidepan adalah suatuteori
belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing LearningTheory’. Teori
ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusiadi saat memroses suatu
informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh
Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di
antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) sertaLefrancois, yang terdiri atas tiga
macam ingatan yaitu: sensory memory atau MemoriInderawi (MI),Memori Jangka Pendek
(MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term
memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi
berikut ini:

Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam tiga
tahap.Menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus
menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal.Dalam model tersebut tampak
bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh
seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka
pendek.Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka
pendek dan sistem penampungan memori kerja.Apabila informasi di dalam kedua penampungan
tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka
panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek
tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang
kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka
panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau
tergeser oleh informasi lain.Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:
 Pelancaran Proaktif : Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang baru
dipelajari memiliki karakter yang sama.
 Pelancaran Retroaktif : Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan
informasi yang telah dipelajari

Memori Inderawi (MI)


Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapatpada
stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya.Informasi
tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidaklebih dari satu detik
saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan digantidengan informasi lainnya.
Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui pancaindera ini biasanya disebut ’sensory
memory’ atau ‘ingatan inderawi’.
Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, sepertiyang
telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat
hilangseluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori
sebagaiingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya
dapatbertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
Pertanyaanpenting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas
keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?
Pertama,orang biasanya memperhatikan rangsangan jika rangsangan tersebut
mengandung sesuatu yang menarik perhatian. Maka sebagai guru kita mungkin membuat
respon yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan.
Kedua, orang lebih memperhatikan jika rangsangan melibatkan pola yang
dikenal. Sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai
presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.

Memori Jangka Pendek (MJPd)


Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda
dariinformasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru
yangmendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai MJPd sebagaimana
dinyatakanGage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus,
theinformations represented by that stimulus goes into short-term memory or workingmemory.”
Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnyamendapat perhatian dari
seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalamotak siswa tanpa adanya
perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd inimenurut Lefrancois dapat bertahan
relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang
perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadisangat penting untuk diketahui para guru dan
diharapkan akan dapat dimanfaatkanselama proses pembelajaran di kelasnya.
Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guruakan
sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para gurutersebut.
Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan,di samping selalu
memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudahseharusnya mengucapkan kalimat
seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidakhanya itu, aksi diam seorang guru ketika
siswanya ribut, mencatat hal dan contoh pentingdi papan tulis, memberi kotak ataupun garis
bawah dengan kapur warna untuk materiessensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi,
memukul rotan ke meja, sampaimenjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai
dari seorang guru selamaproses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal
yang lebih pentinglagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri
siswasendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya
selamaproses pembelajaran sedang berlangsung.

Memori Jangka Panjang (MJPJ)


Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria?Untuk
menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebihsering disebut dan
didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan,televisi, ataupun koran.
Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besarsudah tersimpan di
dalam MJPJ Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulituntuk hilang, sehingga
Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalahMJPJ yang mendapat
pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanyapengulangan. Dapatlah
disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kuncidalam proses pembelajaran.
Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakankata kunci yang akan sangat
menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatupengetahuan yang diingat dalam jangka
waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guruberpengalaman yang menyatakan kepada siswanya
bahwa akan jauh lebih baik untukbelajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain pengulangan
atau latihan, beberapa halpenting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu
pengetahuan dapatdiingat siswa dengan mudah adalah:
a. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada sesuatu yangtidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akanjauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilanganpertama sudah dikenal para
siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RIpada 17 Agustus 1945 yang dapat
ditulis menjadi 17–08–1945.
b. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswadaripada hal-
hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4,49, 1, 16, 9, 36, dan 25
akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikutyang sudah terorganisir dengan baik: 1,
4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
c. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatuyang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akanmemungkinkan para
siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalanceriteranya akan mampu mereka ingat
dengan mudah. Namun hal yang sebaliknyaakan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran
yang tidak menarik perhatianmereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para
guru.

3. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran


1) Strategi pembelajaran daya ingat
Salah satunya adalah dengan Pembelajaran verbal. Pembelajaran verbal adalah
pembelajaran kata-kata (atau fakta yang diungkapkan dalam kata-kata). Dalam banyak studi,
misalnya siswa diminta mempelajari daftar kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.
Ada tiga jenis tugas pembelajaran verbal yang biasanya dilihat diruangan kelas seperti:
a. Pembelajaran Pasangan-Berkaitan (Paired-Associate Learning)
Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota pasangan ketika diberikan
anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh
pendidikan tugas pasangan-berkaitan meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama dan
tanggal perang saudara, table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.
Dalam pembelajaran pasangan-berkaitan, siswa harus menghubungkan tanggapan dengan
masing-masing rangsangan. Misalnya, kepada siswa tersebut diberikan gambar tulang
(rangsangan) dan harus menjawab tulang kering, atau diberikan symbol Au dan harus menjawab
emas. Salah satu aspek penting pembelajaran rangsangan berkaitan ialah tingkat pengenalan
yang telah dimiliki siswa dengan rangsangan dan tanggapan tersebut.
Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu mengingat hubungan. Salah
satu metode kuno untuk meningkatkan daya ingat dengan menggunakan gambaran ialah
penciptaan cerita-cerita untuk menggabungkan informasi. Misalnya gambar-gambar dari mitos
yunani dan sumber-sumber lain yang telah lama digunakan untuk membantu orang mengingat
peta bintang.

b. Pembelajaran Serial (Serial Learning)


Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan tertentu. Penghafalan not
dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur dalam susunan berat atom, dan puisi serta lagu
adalah tugas-tugas pembelajaran serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam pengajaran di
ruang kelas dari pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.

c. Tugas Pembelajaran Ingatan Bebas (Free-Recall Learning)


Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam urutan khusus. Mengingat nama
ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenis-jenis rangsangan, jenis-jenis penggalan baris puisi,
dan system organ dalam tubuh adalah tugas-tugas ingatan bebas.
2) Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar

a. Membuat Catatan
Strategi studi umum yang digunakan dalam membaca maupun dalam belajar dari
pengajaran dikelas ialah membuat catatan. Pembuatan catatan dapat efektif untuk jenis bahan
tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan gagasan-gagasan utama dalam pikiran, karena
seseorang mengambil keputusan tentang apa yang harus ditulis. Namun efek pembuatan catatan
ditemukan tidak selalu konsisten. Efek positif paling mungkin diperoleh apabila pembuatan
catatan digunakan untuk bahan konseptual yang rumit dimana tugas yang sangat penting ialah
mengindentifikasi gagasan-gagasan utama. Juga, pembuatan catatan yang memerlukan
pengolahan mental akan lebih efektif dari pada sekedar menuliskan apa yang dibaca.
Misalnya Bretzing danKhulhavy menemukan bahwa membuat catatan paraphrase (menyebutkan
gagasan utama dengan kata-kata yang berbeda) dan membuat catatan sebagai persiapan untuk
mengajarkan bahan tersebut kepada orang lain adalah strategi pembuatan catatan yang efektif,
karena hal itu meminta tingkat pengolahan mental yang tinggi tentang informasi tersebut.
Salah satu sarana yang kelihatannya efektif untuk meningkatkan nilai pembuatan catatan
siswa ialah agar guru menyediakan catatan sebagian sebelum pengajaran atau membaca, dengan
memberi siswa kategori-kategori untuk mengarahkan pembuatan catatan mereka sendiri.
Beberapa studi telah menemukan bahwa praktik ini meningkatkan pembelajaran siswa.

b. MenggarisBawahi
Barangkali strategi studi yang paling umum ialah menggarisbawahi atau memberi stabilo.
Namun, riset tentang penggarisbawahan pada umumnya menemukan sedikit manfaat.
Persoalannya ialah bahwa kebanyakan siswa tidak berhasil mengambil keputusan tentang bahan
mana yang dianggap penting dan benar-benar menggarisbawahi terlalu banyak. Ketika siswa
diminta menggarisbawahi satu kalimat dalam masing-masing paragraph yang merupakan yang
terpenting, mereka malah mengingat lebih banyak, barangkali karena untuk memutuskan mana
kalimat yang penting diperlukan tingkat pengolahan yang lebih tinggi.

c. Meringkas
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat singkat yang menggambarkan
gagasan utama informasi yang sedang dibaca. Keefektifan strategi ini bergantung pada
bagaimana hal itu digunakan. Salah satu cara yang efektif ialah meminta siswa menuliskan
ringkasan satu kalimat setelah membaca masing-masing alenia. Cara lainnya ialah meminta
siswa menyiapkan ringkasan yang dimaksudkan untuk membantu orang-orang lain mempelajari
bahan tersebut-sebagian karena kegiatan ini memaksa orang yang meringkas untuk singkat dan
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apa yang penting dan apa yang tidak. Namun,
penting dicatat bahwa beberapa studi tidak menemukan efek ringkasan, dan dalam kondisi apa
strategi ini meningkatkan pemahaman atau daya ingat tentang bahan yang ditulis tidak dipahami
dengan baik.

d. Menulis untuk Belajar


Makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan bahwa, dengan meminta siswa
menjelaskan secara tertulis isi yang mereka pelajari, mereka akan tentu memahami dan
mengingatnya. Misalnya meminta anak kelas enam dalam suatu pelajaran pengetahuan alam
tentang keadaan zat menuliskan pemahaman mereka tentang konsep dalam beberapa unit
tersebut. Kelompok yang menulis tersebut mengingat jauh lebih banyak hingga ujian. Studi ini
dan yang lainnya menemukan bahwa tugas penulisan yang terfokus membantu anak-anak
mempelajari isi yang sedang mereka tuliskan.

e. Membuat garis besar dan memetakan


Kelompok strategi studi terkait memerlukan siswa menggambarkan bahan yang dipelajari
dalam bentuk kerangka. Strategi ini meliputi pembuatan garis besar, jejaring dan pemetaan.Garis
besar menyajikan butir-butir utama bahan tersebut dalam format herarkis, dengan masing-masing
penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang lebih tinggi.
http://myname-usna.blogspot.com/2013/10/teori-belajar-pemrosesan-informasi.html

Anda mungkin juga menyukai