Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANDIRI 3

“BIOTEKNOLOGI”

DISUSUN OLEH :
JESSY DAMAYANTI (1405015014)
REGULER PAGI A 2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
Materi : 1. Pengertian teknologi forensik dan ruang lingkupnya.
2. Komponen yang terdapat dalam teknologi forensik.
3. Mekanisme teknologi forensik.
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Desember 2016
Tempat : Rumah (Jl. B. Besaung, Perum. S. Durian Blok C.10 No. 41)
Pembahasan :

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi Forensik


Ilmu Forensik merupakan ilmu untuk melakukan pemeriksaan dan
pengumpulan bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian perkara dan
kemudian dihadirkan di dalam sidang pengadilan pidana agar tercapai
kebenaran materil. Ilmu Forensik dapat digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains dan dapat
digunakan untuk membebaskan orang yang tidak bersalah.
Teknologi Forensik adalah penerapan dari disiplin ilmu kedokteran
maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk
memperoleh data-data dalam mengungkap kebenaran suatu kasus kriminal baik
itu data post mortem berdasarkan pemeriksaan mayat maupun data dari
pemeriksaan kasus hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual dan kekerasan
yang terjadi dalam rumah tangga.

Gambar 1. Proses menganalisa tengkorak manusia di bidang kedokteran

Banyak kasus dimana ditemukan mayat tanpa identitas dan hanya


berselang beberapa waktu pihak kepolisian sudah mampu mengungkap
identitasnya yang akan mengarahkan penyelidikan pada sebab, waktu, serta
perkiraan cara kematian. Yang paling penting, apabila kematian seseorang
merupakan tindakan kriminal dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mencari
pelakunya. Semakin pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan polisi
mampu memecahkan suatu kasus lebih cepat, ini dikarenakan penerapan
teknologi DNA atau deoxyribonucleic acid merupakan asam nukleat yang
menyusun informasi genetis pada makhluk hidup. DNA terdapat sebagai rantai
ganda yang sangat panjang dan mengandung potongan-potongan gen sebagai
satuan terkecil pengendali sifat dan ciri morfologi seperti warna kulit, jenis
rambut, bentuk jari dan sifat-sifat khusus pada manusia.
Beberapa ilmu yang menunjang ilmu teknologi forensik adalah ilmu
kedokteran, farmasi, kimia, biologi, fisika, dan psikologi. Cabang-cabang ilmu
forensik beberapa diantaranya adalah kriminalistik, kedokteran forensik,
patologi forensik. Entomologi forensik, arkeologi forensik, toksitologi
forensik, dan psikologi forensik.
1. Kriminalistik
Kriminalistik adalah cabang dari ilmu forensik yang menganalisa dan
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bukti-bukti biologis, bukti
jejak, bukti cetakan seperti sidik jari dan jejak sepatu, dan bukti-bukti
lainnya yang ditemukan pada TKP. Biasanya, bukti-bukti tersebut diproses
di dalam laboratorium.

Gambar 2. Proses pencarian bukti berupa sidik jari pada gagang pintu
Seorang pakar kriminalistik yang tentunya seorang ilmuwan forensik
yang akan bertanggung jawab terhadap pengujian (analisis) berbagai jenis
bukti fisik, dia melakukan indentifikasi kuantifikasi dan dokumentasi dari
bukti-bukti fisik. Dari hasil analisisnya kemudian dievaluasi, diinterpretasi
dan dibuat sebagai laporan untuk kepentingan hukum atau peradilan.
2. Kedokteran forensik

Gambar 3. Dokter melaukan pemeriksaan terhadap korban bayi


Kedokteran forensik mempelajari organ manusia dengan kaitannya
peristiwa kejahatan. Seorang dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap
korban dan hasil analisa yang didapatkan bisa membantu untuk mengetahui
penyebab kematian seseorang. Kedokteran forensik adalah penerapan atau
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan
pengadilan.
3. Patologi forensik
Patologi forensik adalah cabang dari ilmu forensik yang berkaitan
dengan mencari penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan terhadap
mayat (otopsi).

Gambar 4. Bekas luka yang terlihat pada korban


Perhatian secara khusus akan dipusatkan pada posisi jenazah korban,
bekas-bekas luka yang terlihat, dan setiap bukti material yang terdapat di
sekitar korban, atau segala sesuatu yang mungkin bisa memberikan petunjuk
awal mengenai waktu dan sebab-sebab kematian.
4. Entomologi forensik
Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai
teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan
apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi
lain.
5. Arkeologi forensik

Gambar 5. Bukti berupa tengkorak manusia yang terkubur di TKP

Arkeologi forensik adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari


prinsip-prinsip arkeologi. Seorang arkeolog biasanya dipekerjakan oleh
polisi atau lembaga-lembaga hukum yang ada untuk membantu
menemukan, menggali bukti-bukti yang sudah terkubur pada tempat
kejadian perkara.
6. Toksikologi forensik
Toksikologi forensik adalah cabang ilmu forensik yang melibatkan
ilmu farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus
kematian, keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang.
7. Psikologi forensik
Psikologi forensik adalah ilmu forensik yang secara khusus
memperhatikan keadaan mental tersangka atau para pihak dalam perkara
perdata. Ilmu psikologi forensik sangat dibutuhkan jika di dalam suatu kasus
ditemukan orang yang pura-pura sakit, anti sosial, pemerkosa, pembunuh,
atau seorang psikopat.

Gambar 6. Pemeriksaan mental tersangka oleh psikolog

B. Komponen yang Terdapat pada Teknologi Forensik


Penelitian oleh Avery, MacLeod, dan McCarthy pada tahun 1944
menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat manusia karena struktur seperti
tangga, terdiri dari dua pita yang berlawanan arah, yang saat ini dikenal dengan
DNA. Penemuan struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick pada
tahun 1953 merupakan temuan penting dalam perkembangan genetika di dunia.
Model struktur DNA hasil analisis Watson dan Crick mampu menjelaskan
bagaimana DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru (blueprint)
yang dapat dicopy dan diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-sel baru
juga mengandung informasi genetis yang sama.

Gambar 7. Struktur DNA dan RNA


Sepanjang pita DNA berisi struktur yang terdiri dari gula pentosa
(deoksiribosa), gugus fosfat dan basa nitrogen, bersusun membentuk rantai
panjang dan berpasangan secara teratur seperti terlihat pada gambar di atas.
Untuk menganalisis DNA diperlukan sampel yang dapat diperoleh dari
berbagai jaringan seperti bagian darah, tulang, sperma, gigi, dan lain
sebagainya. Setiap jenis sampel yang berbeda, teknik penyiapan sampel dan
teknik isolasi DNA nya juga berbeda. Berikut beberapa teknik pengambilan
sampel dan isolasi DNA.

1. Tulang
Tulang dihancurkan dengan mesin bor dengan kecepatan tertentu
sampai tulang menjadi berupa bubukan halus yang diperoleh kurang lebih
sebanyak 100 µm untuk sampel. Di dekalsifikasi bubuk tulang sebanyak 1gr
dengan 10 ml EDTA 0,5 (pH 7,5). Selanjutnya divorteks, diinkubasi pada
suhu 56ºC dengan alat ultrasonik selama 2 jam.

Gambar 8. Proses Penghancuran tulang

DNA kemudian diisolasi dari tulang yang didekalsifikasi


menggunakan beberapa metode, yakni metode Maxim, peranti DNA Zol,
piranti Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan NaCl.
Terakhir, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional
menggunakan metode pengecatan perak dan perancangan primer
menggunakan perangkat lunak.
2. Darah
Darah diambil minimal 2 ml dengan menggunakan antikoagulan
EDTA. Darah yang diambil adalah darah vena, atau apabila dalam kasus
kriminal, darah yang diambil dapat berupa darah yang terdapat di TKP.

Gambar 9. Bercak darah yang ditemukan di TKP

3. Sperma dan bercak sperma


Jika terjadi kasus pemerkosaan, sperma dapat diambil langsung
dengan cara memisahkan secara fisik sel-sel epitel korban. Sel-sel sperma
dikumpulkan dalam partikel-partikel magnetik atau butiran-butiran yang
dapat dilapisi dengan antibodi khusus untuk protein sperma.

C. Mekanisme Teknologi Forensik


1. DNA Fingerprint
Setiap manusia di dunia ini memiliki gen bawaan yang unik. Struktur
kimia DNA pada manusia selalu sama, tetapi pasangan basa kromosomnya
yang berbeda satu sama lain. Ada dua aspek DNA yang digunakan dalam
DNA fingerprint yaitu, didalam satu individu terdapat DNA yang seragam
dan variasi genetik terdapat di antara individu dan membuat pembacaan
sidik jari menjadi mungkin. Karena setiap sel didalam tubuh membagi DNA
yang sama.

Gambar 10. Macam-macam sidik jari manusia


Setiap orang mempunyai DNA fingerprint yang berbeda, DNA
fingerprint sendiri merupakan gambaran pola potongan DNA setiap orang.
Dalam kasus forensik info tentang DNA dapat digunakan sebagai bukti
yang kuat di sidang pengadilan.

Gambar 11. DNA Fingerprint

Bentuk sidik DNA berupa garis-garis yang mirip seperti bar-code


yang biasa kita temukan dikemasan makanan atau minuman.
Membandingkan kode garis-garis DNA, antara 30 sampai 100 sekuens
rantai kode genetika, dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya
ayah atau saudara kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau
kecelakaan yang hancur masih dapat dilacak.
Beberapa jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes DNA
fingerprint adalah sebagai berikut.

a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)


Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) adalah teknik
mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi barubagi
enzim restriksi. Penyisipan, penghilangan, maupun subtitusi nukleotida
yang terjadi pada daerah rekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan
tidak lagi dikenalinya situs pemotongan enzim restriksi dan terjadinya
perbedaan pola pemotongan DNA. Teknik RFLP ini dilakukan dengan
memanfaatkan suatu enzim restrikksi yang mampu mengenal urutan basa
tertentu dan memotong DNA.
Enzim restriksi tersebut dihasilkan oleh bakteri. Enzim yang
berbeda memiliki recognition sequence yang juga berbeda sehingga
untuk panjang segmen tersebut bervariasi untuk setiap individu,
disebabkan karena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen
antara titik potong juga berbeda.

Gambar 12. Restriction Fragment Length polymorphism (RFLP)

Mekanisme pada teknik RFLP dimulai dengan proses pemotongan


dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen
yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus
listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Kemudian
dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang
mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal
dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat
polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan
DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon.
DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi
potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya
ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil
berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan
untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama.

b. Polymerase Chain Reaction (PCR)


Polymerase Chain Reaction (PCR) ini adalah suatu metode untuk
memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA.
Reaksi dari teknik ini didesain seperti meniru replikasi DNA yang terjadi
dalam makhluk hidup, hanya saja pada beberapa segmen dengan bantuan
enzim DNA polymerase sebanyak 20 sampai 40 siklus, dengan tingkat
akurasi yang tinggi.

Gambar 13. Polymerase Chain Reaction

Pada metode PCR ini, terdapat tiga tahap yang dilakukan di


laboratorium, yakni:
1) Denaturasi
Denaturasi adalah proses memanaskan segmen atau urutan DNA
rantai ganda pada suhu 96º, sehingga DNA rantai ganda akan
memisah menjadi rantai tunggal.
2) Annealing atau Hybridization
Pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara
mengikatkannya dengan DNA primer. Tahap ini dilakukan dengan
menurunkan suhu hingga ke kisaran 40-60ºC selama 20-40 detik.
3) Extension atau Elongasi
Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan
peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA
polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan
dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini
hingga ke ujung dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang
daerah yang akan diamplifikasi.

c. Short Tandem Repeats


Short Tandem Repeats atau STRs adalah suatu istilah genetik yang
digunakan untuk menggambarkan urutan DNA yang diulang. Genome
setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak
dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan
diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel
DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA
yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 - 500 pasangan
basa.

Gambar 14. Short Tandem Repeats (STRs)


Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap
lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa
banyak lokus dalam waktu bersamaan.

2. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint


Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode
elektroforesis DNA. Ketika sampel DNA yang telah dimurnikan
dimasukkan ke dalam mesin PCR sebagai tahapan amplifikasi, maka hasil
akhirnya berupa copy urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya
copy urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk
melihat pola pitanya. Penetapan hasil tes DNA dilakukan dengan
mencocokkan tipe DNA korban dengan tipe DNA pihak tercurigai atau
dengan tipe DNA yang telah tersedia dalam data base. Jika dari pembacaan,
diperoleh tingkat homolog melebihi ambang yang ditetapkan (misal
90%),maka dapat dipastikan korban adalah kerabat pihak tercurigai.
Beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
a. Isolasi DNA, dimulai dari proses pengambilan sampel. Setelah sampel
didapat dari bagian tubuh tertentu, DNA fingerprint dimulai dengan
isolasi DNA, kemudian sampel DNA diamplifikasi dengan menggunakan
PCR.
b. Memotong, mengukur dan mensortir, Enzim yang khusus disebut enzim
restriksi digunakan untuk memotong bagian-bagian tertentu. Misalnya
enzim Eco Ri, yang ditemukan dalam bakteri akan memotong DNA yang
mempunyai sequen GAATT. Potongan DNA disortir menurut ukuran
dengan teknik penyaringan disebut elektrophoresis. Potongan DNA
dilewatkan gel yang dibuat dari agarose Teknik ini untuk memisahkan
pita-pita menurut berat molekulnya.
c. Transfer DNA ke membran nilon, yaitu distribusi potongan DNA
ditransfer pada sehelai nylon dengan menempatkan membran nylon
diatas gel dan direndam selama 1 malam.
d. Probing, yaitu dengan menambahkan radioaktif atau pewarna probe pada
sehelai membran nylon menghasilkan DNA fingerprint, Setiap probe
seperti batang pendek (pita) hanya 1 atau 2 tempat yang khas pada
helaian membran nylon tersebut.
KESIMPULAN

1. Teknologi Forensik adalah penerapan dari disiplin ilmu kedokteran maupun


ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk memperoleh data-
data dalam mengungkap kebenaran suatu kasus kriminal baik itu data post
mortem berdasarkan pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus
hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual, pembunuhan, dan kasus kriminal
lainnya.
2. Salah satuteknologi forensik yang sering digunakan adalah berupa tes DNA
dalam tindak kriminal. DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru
yang dapat diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-sel baru juga
mengandung informasi genetis yang sama. Sampel untuk analisis DNA dapat
diperoleh dari berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma, dan
sebagainya.
3. Dalam teknologi forensik, untuk mengungkap sebuah kasus kriminal saat ini
sering menggunkan tes DNA karena DNA manusia merupakan bukti yang kuat.
DNA fingerprint merupakan teknik untuk mengidentifikasi seseorang
berdasarkan pada profil DNA nya yang merupakan gambaran pola potongan
DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint
yang berbeda. Beberapa jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes
DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), merupakan semua
mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi
enzim restriksi.
b. Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi berantai polimerase adalah
suatu metode untuk memperbanyak atau replikasi DNA template tertentu
dengan enzim polymerase DNA tanpa menggunakan organisme.
c. STRs (Short Tandem Repeat) adalah bagian DNA yang pendek dan bersifat
polimorfik sehingga dijadikan lokus pilihan untuk penyelesaian kasus-kasus
forensik. Dengan melakukan pemeriksaan pada banyak lokus STR, maka
identifikasi individu dapat dilakukan dengan ketepatan yang sangat tinggi.
4. Beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
1. Isolasi DNA
2. Memotong, mengukur dan mensortir
3. Transfer DNA ke membran nilon
4. Probing
DAFTAR PUSTAKA

Kartika Ratna Pertiwi dan Paramita Cahyaningrum. 2012. Buku ajar mata kuliah
Genetika. Yogyakarta. Jurdik Biologi FMIPA UNY

Munim, Abdul. 2008. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Kharisma.

Yeni W. Hartati, Iman P. Maksum. 2004. Amplifikasi 0,4 Kb Daerah D-Loop


DNA Mitokondria Dari Sel Epitel Rongga Mulut Untuk
Keperluan Forensik. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Padjadjaran. Hasil Penelitian. Tidak dipublikasi

http://arisbio.blogspot.co.id/2008/10/bioteknologi-dalam-bidang-forensik.html

https://raldorasuh.wordpress.com/2013/03/18/bioteknologi-pertanian/

https://id.scribd.com/document/331155126/Mekanisme-teknologi-forensik

Anda mungkin juga menyukai