STRESS
1. STRESS PSIKOLOGI adalah stres yg disebabkan gangguan situasi spikologis atau ketidak
mampuan kondisi psikologis unk menyesuaikan diri,misalnya dalam hubungan
interpesonal,sosial budaya dan keagamaan.
2. Adaptasi terhadap stress adalah Ketika mengalami stres,orang menggunakan energi
fisiologis,psikologis,sosial budaya dan spiritual untuk beradaptasi.jumlah energi yang
dibutuhkan dan efektifitasnya upaya adaptasi tersebut bergantung pada intensitas,lingkup,dan
jangka waktu stresor,serta jumlah stresor lainya.
3. Cara mencegah stress agar tidak berlanjut
.Mengatur diet dan nutrisi;merupahkan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stres.ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai
porsi dan jadwual yang teratur,menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul
kebosanan.
Ø .Istirahat dan tidur;merupahkan obat yang baik dalam mengatasi stres karena
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran
tubuh,tidur yang cukup juga akan memperbaiki sel-sel yang telah rusak.
Ø Olaraga teratur:salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik
maupun mental.olaraga yang dilakukan tidak harus sulit olaraga yang dianjurkan
seperti jalan pagi,lari pagi dilakukan 2 mg sekali,tidak harus sampai berjam-
jam,diamkan biarkan badan berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan
kesegarannya.
Ø Berhenti merokok;bagian dari car menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
Ø Menghindari minuman keras:merupahkan faktor pencetus terjadinya stres.dengan
menghindari minuman keras,individu dapat terhindari dari berbagai macam penyakit
yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.
Ø Mengatur berat badan:BB yang tidak seimbang(terlalu gemuk atau terlalu
kurus)merupahkan faktor dapat menyebabkan timbulnya stres.keadaan tubuh yang
tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
Ø Mengatur waktu;merupahkan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres.dengan mengatur waktu yang sebaik-baiknya pekerjaan yang
ddapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari,hal ini dapat dilakukan dengan
cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien,misalnya tidak membiarkan
waktu berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat.
Terapi psikofarmaka:terapi menggunakan obat-obatan,dalam mengatasi stres yang
dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko,neuro,dan imonologi
sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi koknitif efektif
atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain.obat yang sering
digunakan adalah obat anti cemas dan antidepresi.
Ø Terapi somatik;terapi ini hanya dilakukan pada gejalah yang ditimbulkan akibat
stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistim tubuh yang
lain.contohnya jika seorang mengalami diare akibat stres ,maka terapinya adalah
dengan mengobati diarenya.
Ø Psikoterapi:terapi ini mengguakan teknik psiko yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang.terapi ini meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
reedukatif.psikoterapi suportif memberikan motifasi dan dukungan agar pasien
memiliki rasa percaya diri,sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan
memberikan pendidikan secara berulang,selain itu psikoterapi rekonstruksi dengan
cara memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi
kognitif dengan memulihkan fungsi koknitif pasien(t berpikir rasional).
Ø Terapi psikoreligius:menggunakan pendekatan agamadalam mengatasi
permasalahan psikologis.terapi ini diperlukan karna dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik,psikis,sosial maupun
spiritual.
II. INJEKSI INTRAVENA
1. Tujuan injeksi intravena
Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
1. Persiapan alat dan pasien
Cuci tangan
Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
Salam terapeutik
Identifikasi klien
Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman
Pasang perlak pengalas
Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Letakkan pembendung
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti.
Pegang jarum pada posisi 30.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
Observasi adanya darah pada spuit
Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
Kembalikan posisi klien
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
4. Tempat penyuntikan IV
- Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
- Pada tungkai (vena saphenous)
- Pada leher (vena jugularis)
- Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
III. INFEKSI DAN HIPOVOLOMIK
1. Mekanisme terjadi infeksi
Mikroba patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu dengan pejamu
yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai berikut.
a. Tahap I
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita)
melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission). Semua mekanisme penyebaran
mikroba patogen tersebut dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut.
1) Penularan langsung Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,
keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui darah saat
transfusi darah.
2) Penularan tidak langsung
Seperti yang telah diuraikan , penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut.
a) Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui benda-benda
mati (fotnite) seperti peralatan medis (instrument), bahan-bahan/material medis,
atau peralatan makan/minum untuk penderita. Perhatikan pada berbagai tindakan
invasif seperti pemasangan kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah
minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis
obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
b) Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan perantara
vektor seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan nekrotis, luka bakar, dan
gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
c) Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui makanan dan
minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut
menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik
ringan maupun berat.
d) Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit infeksi
melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah
melalui uji baku mutu.
e) Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup
tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik
ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan
jumlah penderita yang cukup banyak.
Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi yang telah diuraikan di
atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial yang sering dilaporkan adalah tindakan
invasif melalui penggunaan berbagai instrumen medis (vehicle-borne).
b. Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke
jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk
masing-masing penyakit (port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau
mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
1. Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat
terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba patogen yang
dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
2. Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital
karena tindakan invasif, seperti:
a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);
c) pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen
medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung menuju
saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk
aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah (droplet nuclei)
apabila terdapat individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan
ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga
dapat terjadi apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar
(time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan
risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan Al. tuberculosis.
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi
pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio, dan sebagainya.
c. Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan
mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap
jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi
infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/
fungsi jaringan.
Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-sifat
spesifik mikroba patogen.
a. Infeksivitas
kemampuan mikroba patogen untuk berinvasi yang merupakan langkah awal
melakukan serangan ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan selanjutnya
mencari jaringan yang cocok untuk melakukan multiplikasi.
b. Virulensi
Langkah mikroba patogen berikutnya adalah melakukan tindakan destruktif
terhadap jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya. Besar-kecilnya
kerusakan jaringan atau cepat lambatnya kerusakan jaringan ditentukan oleh
potensi virulensi mikroba patogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki
kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu melalui
terbentuknya antibodi. Terbentuknya antibodi ini akan sangat berpengaruh
terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d. Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya, beberapa jenis
mikroba patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap
perjalanan penyakit.
e. Patogenitas
Sifat-sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada satu sisi,
dan sifat antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain, menghasilkan gabungan
sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat patogenitas mikroba patogen dapat dinilai
sebagai “deralat keganasan” mikroba patogen atau respons pejamu terhadap
masuknya kuman ke tubuh pejamu.
2. Tanda tanda infeksi
a. Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi. Ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga
menimbulkan nyeri menangis. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau
sesuatu yang tidak normal [patofisiologis] jadi jangan abaikan rasa nyeri karena mungkin
saja itu sesuatu yang berbahaya.
b. Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas. Ini
terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami
infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab
infeksi.
c. Tumor
Tumor dalam kontek gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum dibicarakan
tidak boleh tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan mengalami
pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan aliran darah.
d. Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena
peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan
e. Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi. Contohnya
jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti
sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan.
Tanda gejala syock hipovolemik yang muncul sama hanya ditambah tergantung pada tingkat kehilangan
volume darah, mulai ringan (<20%), sedang (20-40%), hingga yang berat (>40%). Diantaranya sebagai
berikut :
Denyut nadi cepat (Takikardi).
Tekanan darah menurun (hipotensi).
Cemas.
Ekstremitas menjadi dingin (cek akral).
Berkeringat.
Jumlah urine menurun.
Pernafasan tidak normal dangkal dan cepat (takipnea).
Tingkat kesaradan berubah
4. Pertologan pertama pada shock hipovolemik
Dalam melakukan penanganan pasien syock akibat hipovolemik serta akibat kardiogenik harus
dibedakan.
Berikut cara penanganan pada pasien syock hipovolemik :
3. Standar infuse
4. Set infuse
5. Cairan sesuai program medic
6. Jarum infuse dengan ukuran yg tepat
7. Pengalas
8. Torniket
9. Kapas alcohol
10. Plester
11. Gunting Kasa steril
12. Betadin
13. Sarung tangan
14. Langkah langkah ivfd :
Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan Pemasangan infus | dok. Aristianto
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan & infus set dgn memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dgn menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian & buka klem slang
sampai cairan memenuhi selang & udara selang ke luar
5. Letakkan pangalas dibawah lokasi ( vena ) yg akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan tornikut (karet pembendung) 10 sampai 12 cm di atas tempat
penusukan & anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( apabila sadar )
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yg akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukan pada pembuluh intra vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da
posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan adanya keluar darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik ke luar bagian dalam (
jarum ) sambil melanjutkan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan
melakukan tekanan menggunakan jari tangan agar darah tidak ke luar. Seterusnya bagian infus
dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
12. Buka pengatur tetesan & atur kecepatan sesuai dengan dosis yg diberikan
13. Jalankan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal & waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan & cuci tangan
a. Protein
Komponen dasar sel dan dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggantian, dan perbaikan sel. Protein terdiri dari
campuran senyawa organik yang dikenal sebagai asam amino. Terdapat asam amino yang harus disediakan
oleh makanan.
Sumber protein:
Protein hewani: daging, ikan, telur, dan produk susu.
Protein nabati: polong-polongan, kacang, dan biji-bijian.
b. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber diet energi utama.
Sumber karbohidrat:
Biji-bijian, sayuran, buah dan gula.
c. Lemak
Lemak juga merupakan sumber energi dan memberi lebih banyak kalori per gram daripada protein atau
karbohidrat.
Jenis-jenis lemak:
Kolesterol: zat seperti lemak, terdapat dalam semua jaringan binatang. Sumbernya seperti daging dan telur.
Lemak jenuh: berasal dari sumber binatang dan tanaman seperti dalam lemak, daging, kacang, produk susu,
minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak biji kelapa sawit.
Lemak tak jenuh ganda: ditemukan terutama dalam minyak sayur, seperti bunga matahari, jagung, kacang
kedelai.
Lemak tak jenuh tunggal: ditemukan terutama dalam minyak sayur seperti olive, canola, kacang tanah.
1. Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di
rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi
umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
2. Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan
vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat inap :
diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas
kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya.
3. Balita KEP berat : harus dirawat inap di RS dan dilaksanakan sesuai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.
X. PROSES KEPERAWATAN
1. Langkah proskep
Tahap-tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian,
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan
meliputi tiga aktivitas dasar yaitu :
1. Mengumpulkan data secara sistematis,
2. Memilah dan mengatur data yang dikumpulkan,dan
3. Mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali.
2. Diagnosis keperawatan,
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah actual
atau risiko dalam rangka mengidentifikasikan dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mnegurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya ( Carpenito, 1983).
3. Perencanaan,
Perencanaan adalah bagian dari fase perorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan
keperawatan,penetapan,pemecahan masalah,dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi
masalah pasien
4. Implementasi,
Pada proses keperawatan, Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan, berdasarkan terminilogi NIC, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khhusus yang diperlukan untuk
melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap
tindakan tersebut.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
penbgkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (ingatavivius & bayne, 1994).
2. Jelaskan prosekep adalah sebuah siklus
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi,
demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien
teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya
3. .Keuntungan pasien menerapan proskep dalam askep
a. Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
b. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
c. Kelanjutan asuhan
d. Terhindar dari mal-praktik
XI. kOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. langkah – langjah komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan :
Selanjutnya, terdapat empat tahap atau fase dalam komunikasi terapeutik menurut Stuart dan
Sundeen (1998), yang dapat dijelaskan di bawah ini.
a. Tahap Pre-interaksi
Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam
diri sendiri; menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri;
mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan; dan merencanakan untuk
pertemuan pertama dengan klien.
b. Tahap orientasi
Yakni tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam
tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan; membina rasa
percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; menggali pikiran, perasaan dan tindakan-
tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien; menetapkan tujuan dengan klien; dan,
merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan dengan mencakupkan
nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan,
kondisi untuk terminasi dan kerahasiaan.
c. Tahap kerja
Tahap komunikasi terapeutik yang ketiga ini adalah tahap dimana perawat memulai
kegiatan komunikasi. Tugas perawat pada tahap ini adalah menggali stresor yang relevan;
meningkatkan pengembanganpenghayatan dan penggunaan mekanisme koping klien
yang konstruktif; serta membahas dan atasi perilaku resisten.
d. Tahap terminasi
Tahap terminasi adalah tahap dimana perawat akan menghentikan interaksi dengan klien,
tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi sementara ataupun perpisahan
atau terminasi akhir. Tugas perawat pada tahap ini adalah: membina realitas tentang
perpisahan; meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan; serta menggali
secara timbal balik perasaan penolakan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang
terkait lainnya.
XII. TB, GAGAL JANTUNG,, dll
1. Penatalaksanaan pasien TB
Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.
Vasodilatasi vena dapat menurunkan beban awal melalui redistribusi darah dari sentral ke
sirkulasi perifer. Venodilatasi menyebabkan mengalirnya darah ke perifer dan mengurangi aliran
balik vena ke jantung. Pada situasi yang ekstrim mungkin diperlukan pengeluaran cairan
menggunakan dialisis untuk menunjang fungsi miokardium.
2. Peningkatan kontraktilitas
Obat-obatan inotropik meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Golongan inotropik yang
dapat dipakai adalah (1) glikosida digitalis, dan (2) obat nonglikosida. Obat nonglikosida
meliputi amin simpatomimetik dan penghambat fosfodiesterase (seperti amrinon dan
enoksimon). Amin simpatomimetik meningkatkan kontraktilitas secara lansung dengan
merangsang reseptor beta adrenergik pada miokardium. Fosfodiesterase (PDE) adalah enzim
yang menyebabkan pemecahan suatu senyawa siklik adenosin mono fosfat (cAMP), yang
memulai perpindahan kalsium ke dalam sel. Penghambat PDE meningkatkan kadar cAMP
dalam darah, sehingga meningkatkan kadar kalsium intrasel.
Dua respon kompensatorik terhadap jantung (aktivasi sistem saraf simpatis dan sistim renin-
angiotensin-aldosteron) menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan selanjutnya meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel dan beban akhir. Dengan meningkatkan beban akhir, beban
jantung bertambah dan curah jantung menurun. Vasodilator arteri akan menekan efek negatif
diatas. Vasodilator yang umum dipakai mengakibatkan dilatasi vaskular melalui dua cara, yaitu
(1) dilatasi lansung otot polos pembuluh darah, dan (2) hambatan enzim pengkonversi
angiotensin. Vasodilator lansung seperti hidralazin dan nitrat yang sering digunakan secara
kombinasi dengan ACE inhibitor atau dapat diggunakan sendiri jika ACE inhibitor tidak dapat
ditoleransi.
Penghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACE inhibitor, seperti kaptopril dan enalapril)
menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, yang akan mencegah vasokonstriksi
yang diinduksi angiotensin, dan menghambat produksi aldosteron dan retensi cairan.
Vasodilator arteri mengurangi tahanan terhadap ejeksi ventrikel, sehingga ejeksi ventrikel dapat
lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga beban jantung berkurang dan curah jantung
meningkat.
4. Tidak ada obat spesifik untuk anak yang sudah terbukti menderita infeksi virus
Hepatitis A. Infeksi virus ini, sama seperti sebagian besar infeksi virus lainnya,
adalah penyakit yang seharusnya dapat sembuh sendiri paling lama enam bulan.
Jika seorang anak menderita infeksi virus Hepatitis A, yang dilakukan adalah
membatasi aktivitas fisik anak, terutama yang bersifat kompetitif, selama nilai tes
fungsi hatinya masih belum normal.
5. Pada anak juga harus dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium secara
berkala untuk melihat aktivitas penyakit dan mendeteksi komplikasi sedini
mungkin. Opname di rumah sakit biasanya dilakukan hanya untuk kondisi
tertentu seperti kekurangan cairan berat karena mual muntah hebat atau
kesuliltan makan, nilai tes fungsi hati (SGOT-SGPT) di atas 10 kali batas atas
nilai normal serta bila memang sudah terjadi komplikasi dengan gejala yang
telah disebutkan di atas. Ingat, hindari anak dari obat-obatan atau makanan yang
dapat merusak hati serta memberikan makanan dengan kadar lemak.
6. Mengingat bahwa hepatitis virus B selain dapat menimbulkan tanda-tanda akut,
sering pula dapat menyebabkan kronis. Oleh karena itu pengelolaan penderita
hepatitis virus B dibagi atas: akut dan kronis. (Soemoharjo, 2002)
7. Pengelolaan Hepatitis Virus B Akut:
8. a) Pada stadium akut
9. 1) Istirahat mutlak/tirah baring.
10. Ini merupakan perawatan baku yang sudah lama dianjurkan kepada penderita
dengan hepatitis virus akut. Lamanya istirahat mutlak yang dianjurkan tergantung
pada keadaan umum penderita dan hasil tes faal hati, terutama terhadap kadar
bilirubin serum.
11. 2) Diit.
12. Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori.Padastadium
dini persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah,
disamping hal yang menganggu yaitu tidak nafsu makan.Dalamkeadaan ini jika
dianggap perlu pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus
cairan glukosa.Bilamana nafsu makan sudah timbul, dan rasa mual sudah
berkurang, makanan penderita sebaiknya diganti dengan makan nasi dengan diit
kaya protein.Pemberian protein sebaiknya dimulai dengan 50 mg/kg BB,
kemudian dinaikkan sedikit demi sedikit sampai mencapai 100 mg/kg BB,
dengan maksud untuk membantu memperbaiki sel-sel parenkim hati.
13. 3) Obat-obatan.
14. Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis
virus akut.
15.
16. b) Pada Stadium Konvalesensi
17. Kegiatan fisik perlu dibatasi selama 3 bulan setelah HbsAg menjadi negatif, agar
jangan terlalu capai dan memberatkan fungsi hati
Diit yang tetap dibatasi yaitu terhadap makanan dan minuman yang
mengandung alkohol.
18. Terapi medikamentosa tetap diberikan terutama obat-
obatan hepatotropik.Danhendaknya berhati-hati memberikan obat lainnya yang
dapat menimbulkan hepatotoksik.
19. Mengingat bahwa penderita ini menderita hepatitis virus B, yang tidak jarang
terjadi menjadi kronis, maka perlu sekali pemeriksaan HbsAg, Anti HBs, Anti-
HBc sebulan sekali dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan AFP dan USG secara
teratur misalnya tiap 4-6 bulan. (9)
20.
c) Pengelolaan Hepatitis B Kronik
21. Tujuan pengobatan tentu saja untuk mengharapkan penyembuhan total dari
infeksi virus hepatitis B, diharapkan bahwa virus tersebut dapat dihilangkan di
dalam tubuh dan terjadi penyembuhan penyakit hatinya. Hal ini ditandai dengan
menghilangnya HBsAg, DNA polymerase dan HBV DNA dan juga perubahan
nilai SGOT dan SGPT (enzim hati) ke dalam batasnormal.(Ranuh, 2001)
22. Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat,
hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat.Hospitalisasi diindikasikan bila
terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal
hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi, penurunan
tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang
berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah
tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
23. Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
24. 1) Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah
terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
25. 2) HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi :
diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM
ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran)
26. 3) Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi
pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga
dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1
bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang
berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan
bahwa anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan
sindrom Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko
memperoleh infeksi Hepatitis B ini).
27. Penatalaksanaan pasien stroke fase akut
Pada fase akut, sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan neuron yang menderita jangan
sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu fungsi otak.
Tindakan dan obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup. Memantau
jalan nafas, fungsi pernafasan dan sirkulasi serta penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah
dan metabolisme otak yang menderita.
28. Penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik
penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut (GGA) bersifat suportif, yaitu perbaikan cairan,
tekanan darah, elektrolit dan terapi pengganti ginjal.
Pengobatan dengan diuretik tidak disarankan untuk mencegah GGA, kecuali bila
terbukti adanya kelebihan cairan tubuh
Furosemide digunakan untuk mengeluarkan cairan pada saat ginjal masih berespon
dengan obat ini. Respon ginjal terhadap furosemid dapat dikatakan sebagai tanda
prognosis yang baik.
Diberikan 5 – 10 unit insulin dengan dextrose agar terjadi pergerakan kalium ke intrasel
Kalsium glukonas (10 mL pada konsentrasi 10%) diberikan dalam 5 menit secara
intravena, digunakan untuk stabilisasi membran sel dan menurunkan risiko aritmia
Pada pasien neonatus dengan asfiksia perinatal yang berat dan risiko tinggi menjadi
GGA, direkomendasikan digunakan teofilin dosis tunggal
Aminoglikosida
Radiokontras
Dapat dihentikan bila sudah tidak diperlukan lagi karena fungsi ginjal sudah bisa
mencukupi kebutuhan pasien
XIII. MASALAH KEP PADA SISTEM TUBUH
1. 3 masalah keperawatan utama pada system :
a. Pernafasan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2) Ketidakefektifan pola nafas
3) Gangguan pertukaran gas
b. Persyarafan
1) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia,
flaksid/ paralysis hipotonik, paralysis spastis. Kerusakan perceptual / kognitif.
3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan.
c. Kardiovaskular
1) Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2) (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
3) (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
d. Perkemihan
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anoreksia.
e. Pencernaan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan makan,
ketidakmampuan mencerna makanan, kedidakmampuan mengabsorpsi nutrien,
kurang asupan makanan
3) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
2. Rencana Tindakan dari salah satu masalah yang dipilih dari jawaban di atas
Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk
perhatian yang tulus kepada klien. keadaan nyeri yang terjadi
XIV. OKSIGEN
Cara pemberian oksigen melalui masker
1) Siapkan alat serta pasien
2) Terangkan prosedur pada klien
3) Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
4) Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
5) Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
6) Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
7) Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Cara peasanngan NGT
Adapun langkah-lagkah pada prosedur pemasangan NGT yang benar adalah
sebagai berikut :
A. Tahap Prainteraksi
1. Cek catatan medis dan perawatan.
2. Cuci tangan.
3. Menyiapkan alat dan bahan serta obat-obatan yang akan digunakan.
B. Tahap Orientasi dan Pemasangan
1. Memberi salam dan menyapa pasien.
2. Panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri.
3. Menerangkan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
tindakan pemasangan NGT.
4. Atur posisi pasien (tidur telentang dengan kepala ditinggikan pakai 1-2
bantal) sehingga mempermudah pada saat pemasangan NGT dilakukan.
5. Petugas menggunakan sarung tangan.
6. Ukur panjang tube/selang yang akan digunakan dengan menggunakan
metode :
Metode tradisional; Ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun
telinga dan keprosesus xipoideus di strenum.
Metode Hanson; Mula-mula ditandai 50 cm pada tube / selang lalu
lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan
dimasukkan pertengahan antara 50 cm dengan tanda tradisional.
7. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.
8. Oleskan jelly pada selang NGT sepanjang 10-20 cm.
9. Informasikan kepada pelanggan bahwa selang akan dimasukkan melalui
hidung dan instruksikan kepada pasien agar menelan perlahan.
10. Jika selang NGT sudah masuk periksa letak selang dengan cara :
Pasang spuit yang telah diisi udara kira-kira 10-20 ml lalu dorong
sehingga udara masuk kedalam lambung kemudia dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di daerah lambung.
Masukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkok yang berisi
air. Jika ada gelembung udara berarti masuk kedalam paru-paru, jika
tidak ada gelembung udara berarti masuk kedalam lambung.
11. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada
hidung.
12. Tutup ujung luar NGT.
ROM AKTIF
Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
a. Latihan I
o Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas
o Letakan kedua tangan diatas kepala
o Kembalikan tangan ke posisi semula
b. Latihan II
o Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat
o Kembalikan ke posisi semula
c. Latihan III
o Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas
o Kembalikan ke posisi semula
d. Latihan IV
o Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat
o Luruskan siku kemudian angkat ketas
o Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
e. Latihan V
o Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat angkat keatas dada
o Putar pengelangan tangan ke arah dalam dan ke arah luar
f. Latihan VI
o Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan
o Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehat
g. Latihan VII
o Letakan kaki yang seht dibawah yang kontraktur
o Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang
kontraktur
o Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
h. Latihan VIII
o Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3 cm
o Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi
o Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagi
i. Latihan IX
o Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan Satu
o Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien
o Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya
o Kembali keposisi semula dan ulangi sekali lagi
Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Senter kecil
prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan Palpasi
1. Atur posisi pasien telentang dengan anda di sebelah kanan pasien
2. Identifikasi tanda pada dada dengan mempalpasi sudut sternal, yang teraba
menyerupai tonjolan datar memanjang pada sternum, sekitar 5 cm di bawah takik
sternal
3. Gerakkan jari anda ke bawah di kedua sisi sudut untuk menentukan kosta ke dua
4. Palpasi ruang interkosta ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan ruang
interkosta ke-2 kiri untuk area pulmonal
5. Amati, kemudian palpasi area aorta dan area paru untuk mengetahui ada/tidaknya
pulsasi
6. Palpasi ruang interkosta ke-5 kiri untuk menentukan area trikuspidalis atau area
vestikular kanan. Amati adanya pulsasi
7. Dari area trikuspidalis, geser ujung jari secara lateral sekitar 5-7 cm ke garis
midklavikula kiri untuk menentukan area apeks atau titik impuls maksimal
8. Perhatikan dan palpasi area sekitar apeks untuk melakukan pengkajian pulsasi
9. Untuk pengkajian pada pulsasi aorta, perhatikan dan palpasi pada area epigastrik
yaitu tepat di bawah ujung sternum
Perkusi
1. Lepaskan pakaian pasien dan jelaskan apa yang akan dilakukan
2. Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kanan jantung
3. Lakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan jantung
4. Lakukan perkusi dari atas ke bawah untuk menentukan batas atas jantung
5. Bunyi redup menunjukkan jantung di bawah area perkusi
Auskultasi
1. Anjurkan pasien untuk bernafas normal, kemudian minta pasien untuk menahan
nafas saat ekspirasi
2. Dengarkan bunyi jantung pertama (S1) sementara mempalpasi nadi karotis,
perhatikan adanya splitting S1 (bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang hampir
bersamaan)
3. Pada awal sistole dan selama periode diastole, dengarkan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan
4. Anjurkan pasien untuk bernafas normal, kemudian dengarkan S2 secara seksama
untuk mengetahui adanya splitting S2 saat inspirasi
5. Kaji frekuensi jantung, yaitu setelah bunyi S1 dan S2 terdengar jelas seperti "lub
dup", hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut jantung dan hitung
selama 1 menit
XV. INHALASI
1. Alat – alat innhalasi
- Inhaler
- Nebulizer kit
2. Langkah – lagkah pemberian inhalasi
A. Persiapan alat
Metelin
B. Tahap pre-interaksi
2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
3. Siapkan alat-alat
4. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
5. Berikan salam, panggil nama klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan lepada klien
D. Tahap Kerja
Berikan kesempatan bertanya sebelum kegiatan
7.
dilakukan
Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk
8.
BAK terlebih dahulu
Pastikan privasi klien terjaga, kemudian anjurkan
9.
klien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam
Persilahkan klilen untuk berbaring di tempat tidur
dengan satu bantal di bagian kepala, kemudian tutupi
10.
bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang
akan diperiksa
Lakukan manuver Leopold I
11. Posisikan pemeriksa menghadap ke kepala klien
Letakkan kedua belah telapak tangan di bawah
12.
fundus uteri klien
Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari
13 untuk menentukan apa yang ada di bagian fundus
uteri.
14. Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri
Lakukan manuver Leopold II
15. Posisikan pemeriksa menghadap ke kepala klien
Letakkan kedua belah telapak tangan dikedua sisi
16.
abdomen
Pertahankan letak uterus dengan menggunakan
17.
tangan yang satu
Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi
18.
uterus di sisi yang lain.
Tentukan dimana letak punggung janin
Lakukan manuver Leopold III
19.
Prosedur Pelaksanaan
Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Dekatkan peralatan dengan tempat tidur klien
Tutup jendela atau gorden untuk menjaga privasi
Cuci tangan
Kenakan sarung tangan
Ukur suhu tubuh klien
Tuang air panas ke dalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai 40-46 derajat
celcius (diukur dengan menggunakan termometer air)
Pasang perlak di bawah tubuh pasien
Pasang selimut mandi
Lepaskan pakaian pasien
Celupkan waslap ke dalam baskom dan usapkan ke seluruh tubuh pasien. Ulangi
tindakan tersebut beberapa kali setelah kulit pasien kering
Kaji perubahan suhu setiap 15-20 menit sekali
Hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati normal
Keringkan tubuh pasien dengan handuk
Rapikan peralatan
Lepaskan sarung tangan
Bantu pasien merapikan pakaian dan tempat tidurnya
Kaji kenyamanan pasien
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
3. Evaluasi tindakan :
- Respon pasien terhadap tindakan
- Suhu tubuh pasien
XIX. BUMIL
1. Diagnose keperawatan yang muncul pada bumil
- Ansietas berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik pada saat hamil
- Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea dan
tenggorokan yang kering pada awal kehamilan
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologis kehamilan
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan
- Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis pada kehamilan
- Kurang pengetahuan tentang kehamilan dan proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
2. Tanda – tanda permulaan intra natal
- Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur
- Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak robekan kecil pada serviks
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada
3. Sebutkan macam – macam lochea
Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
1) Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari
ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14
pasca persalinan.
4) Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5) Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
4. Penangana ante natal pada ibu hamil
5. Langkah-langkah dalam perawtan kehamilan / ANC
6. a. Timbang berat badan dan tinggi badan
7. Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan,
dilakukan utnuk mendeteksi tinggi badan ibu yagn berguna untuk mengkategorikan
adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm (Rochayati, 2000). Berat badan diukur
setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB atau penurunan BB.
Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (wiknojosastro,
2000).
8.
9. b. Tekanan darah
10. Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah
sangat penting untuk mengetaui standar normal, tinggi atau rndah. Deteksi tekanan darah
yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala ke arah hipertensi dan preeklamsi. Apabial
turun dibawah normal kita pikirkan ke arah anemia. Tekanan darah normal berkisar
systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg (winkjosastro, 2000)
11. c. Pengukuran tinggi fundus uteri
12. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol
pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).
Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan Dalam
No
(cm) Minggu
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40
13.
14. d. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)
15. Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan
laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamnil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan
pertumbuhan janin (Dep. Kes RI, 1997). Zat besi ini penting untuk mengkompensasi
peningkatan volume darah yagn terjadia selama kehamilan dan untuk memastikan
pertumbuhan dan perkembangan janin yagn adekuat (pusdiknakes, 2003) cara pemberian
adalah satu tablet Fe per hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas.
16. Perlu diberitahukan kepada ibu kepada ibu bahwa normal bila warna tinja mungkin
menjadi hitam setelah makan obat ini (Dep. Kes RI, 1997). Dosis tersebut tidak
mencukupi pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutamapada anemia berat (8 gr%
atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 x 100 mg/hari selama 2 bulan
sampai dengan melahirkan.
17. e. Pemberian inunisasi TT
18. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. Efek
samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada
tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan.
19.
Imunisasi Interval % perlindungan Masa Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/seumur hidup
20. f. Pemeriksaan Hb
21. Jenis pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan car aTalquis dan dengan cara sahli.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yagn pertama kali, lalu periksa lagi
menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu uapaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil.
22. g. Pemeriksaan protein urine
23. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun
pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3 % ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat
tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan rutin urin protein ini umumnya
mendeteksi ibnu hamil ke arah preeklamsia.
24. h. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
25. Pemeriksaan Veneral Dease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk mengetahui adanya
treponema pallidum/penyakit menular seksual, atnara lain syphilis. Pemeriksaan kepada
ibu hamil yagn pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes
dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan.rujukan. akibat fatal yagn terjadi
adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat
menyebabkan kelahiran premature, cacat bawaan (saefudin, 2000).
26. i. Pemeriksaan urine reduksi
27. Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM
atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami. Bila hasil pemeriksaan urine
reduksi positif (+) perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Diabetes Mellitus Gestasional apda ibu dapat
mengakibatkan adanya penyakti berupa pre eklamsia, polihidramnion, bayi besar
(Saefudin, 2000).
28. j. Perawatan Payudara
29. Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yagn ditujukan
kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah:
30. 1) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu
31. 2) Mengencenangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting susu yang
terbenam)
32. 3) Merangsang kelenjcar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar
33. 4) Mempersiapkan ibu dalam laktasi
34. Perawatan Payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada kehamilan 6
bulan.
35. k. Senam ibu hamil
36. Senam ibu hamil bermnanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan
persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melakukan serta mencegah sembelit.
Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-
otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. Menguasai teknik pernafasan yagn berperan pada
22 minggu, dilakukan secara teratur, sesuai kemampuan fisik panggul, gerakan kepada
dan gerakan bahu (memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri (memperkuat
otot vagina, perincum dan memperlancar persalinan) (Arifin, 1996).
37. l. Pemberian obat malaria
38. Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh satu dari beberapa jenis
plasmodium dan ditularkan oleh ggitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Di Indonesia
terdapat 3 jenis yang biasanya adalah plasmodium vivax, plasmodiumn falciparum, dan
plasmodium malaria. Pemeberian obat malaria kepada ibu hamil pendatang baru berasal
dari daerah malaria, juga kepada ibu hamil dengan gejala khas malaria yakni panas tinggi
disertai menggigil dan hasil apusan darah yagn positif. Dampak atau akibat penyakit
tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus prematurus
juga anemia (Arifin, 1996).
39. m. Pemberian kapsul minyak beryodium
40. Diberikan pada kaus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah endemis. Gangguan
kibat kekurangan yodium (GAKI) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh
kembang manusia. Kekurangan unsur yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dimana tanah dan air tidak mengakibatkan gondok dan kretin yang ditandai dengan:
41. 1) Gangguan fungsi mental
42. 2) Gangguan fungsi pendengaran
43. 3) Gangguan pertumbuhan
44. 4) Gangguan kadar hormon yang rendah
45. n. Temu wicara/konseling
46. 1) Definisi konseling
47. Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk
memahami dan mengatasi permasalahan yagn sedang dihadapinya. (Dep. Kes 1993)
48. 2) Prinsip-prinsip konseling
49. Ada 5 prinsip pendekatna kemanusiaan, yaitu:
50. a) Keterbukaan
51. b) Empati
52. c) Dukungan
53. d) Sikap dan respon positif
54. e) Setingkat atau sama sederajat
55. 3) Tujuan konseling pada ante natal care
56. a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap
hal-hal yang tidak diinginkan
57. b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong
persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
XX. PAYUDARA
1. Tujuan perawata payudara
- Memelihara keseatan dan kebersihan payudara itu
- Melenturkan dan menguatkan puting susu
- Mengatasi puting susu pada keadaan datar atau terbenam sehingga dapat menyembul
keluar. Puting susu yang menyembul keluar siap disusukan kepada bayi.
2. Alat alat perawatan payudara
PERSIAPAN ALAT
Baki dan pengalas
Baby oil/minyak zaitun
Kapas/kasa
Kom kecil 2 buah
Bengkok 1 buah
Handuk 2 buah
Waslap 2 buah
Waskom sedang 2 buah (berisi air hangat dan air dingin)
Gayung kecil
Ember sedang 1 buah
Alat-alat pengendalian infeksi (PI) :
Kom berisi cairan DTT dan waslap
Tempat sampah medis dan non-medis
APD (sarung tangan, masker dan celemek)
3. Langkah –langkah perawatan payudara
ELAKSANAAN
Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan
Melakukan cuci tangan dengan benar
Membuka pakaian atas ibu dengan memasang handuk di atas punggung ibu
Mengompres putting susu dengan kapas yang telah diberi minyak baby oil selama 1
menit bersihkan
Melicinkan tangan dengan minyak baby oil
Melakukan pemijatan punggung ibu:1.Memposisikan ibu dalam posisi membungkuk.
2.Melakukan pemijatan dengan kedua ibu jari pada daerah punggung, sejajar
dengan tulang belakang tangan mengepal, menekan kuat-kuat kedua sisi tulang
belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu
jarinya. Pada saat bersamaan memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah
dari leher ke arah tulang belikat. 3.Masing-masing pijatan 3 kali selama 2-3 menit
Licinkan kedua telapak tangan dengan baby oil
Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian pengurutan
dimulai ke arah atas ke samping telapak tangan kiri ke arah sisi kiri telapak tangan
kanan ke arah sisi kanan. Dalam posisi tersebut di atas telapak tangan mengurut ke
depan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara. Gerakan diulang 20-30 kali
Telapak tangan kiri menopang payudara bagian kiri dan jari-jari tangan kanan sisi
kelingking melakukan pengurutan payudara ke arah puting. Gerakan ini diulang
sebaiknya 20-30 kali pada masing-masing payudara
Telapak tangan menopang payudara, tangan lainnya menggenggam dan mengurut
dari pangkal menuju ke arah puting. Gerakan diulang 20-30 kali pada masing-
masing payudara
Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara ke
arah puting
Pijat puting susu hingga keluar cairan
Melakukan kompres dengan air hangat dan dingin selama 15 menit secara
bergantian
Membersihkan payudara dengan waslap
Membuka handuk yang di punggung, simpan dalam ember
Membersihkan alat-alat
Mencuci tangan
XXI. TRIASE
1. Cara menilai triase dalam kasus gawat darurat :
Lihat juga artikel sebelumnya Kenali tanda dan gejala keracunan makanan.
Klasifikasi Triase
Triase di tempat
Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan, triase ini
dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan
medik lanjutan.
Triase Medic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan yang bertujuan
Untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh
korban. atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat darurat
Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang
telah siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami, Gempa
bumi, atau bencana besar lain. Next artikel Bantuan Hidup Dasar
2. Indikasi BHD
- Henti jantung
- Henti nafas
3. Langkah langkah BHD
4. Langkah-langkah BHD:
5. 1. Pastikan keamanan penolong dan keamanan pasien
6. Segera setelah aman
7. Hati-hati kemungkinan trauma leher
8. Jangan pindahkan atau mobilisasi pasien bila tidak perlu
9. Aktifkan emergency system (118)
10. 2. Memeriksa korban dengan cara menepuk bahu/pencet ujung kuku/tekan (ulek) bagian sternum
11. 3. Segera berteriak minta pertolongan
12. 4. Memperbaiki posisi pasien
13. 5. Memperbaiki posisi penolong
14. 6. Airway (jalan nafas) periksa jalan nafas
15. Finger swap
16. Benda asing menggunakan jari atau besi yang dilipat 2
17. Bila pasien tidak memberikan respon:
18. Supine, permukaan datar dank eras
19. Bila perlu pindahkan pasien dengan cara kepala, bahu dan badan bergerak bersamaan (in-line)
bila curiga cedera spinal
20. Posisi penolong disamping kanan pasien
21. Membuka jalan nafas head till – chin lift / jaw trust agar kepala fleksi (jaw trust dilakukan bila
dicurigai fraktur servikal
22. 7. Breating (pernafasan) berikan bantuan nafas
23. Memastikan pasien tidak bernafas dengan look (melihat), listen (mendengar), feel (merasakan) dengan
waktu kurang dari 10 detik
24. 8. Apnea, nafas abnormal, nafas tidak adekuat memberikan bantuan nafas 2 kali dengan waktu
yang singkat.
25. 9. Evaluasi airway dan breathing
26. Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada
sumbatan jalan nafas di mulut pasien. Bila tidak ada lakukan tiupan 2 kali yang adekuat.
27. 10. Bila pasien kembali bernafas, ubah posisi pasien jadi posisi mantap (sim) posisi miring
28. 11. Circulation (bantuan sirkulasi) memastikan ada tidaknya denyut nadi (arteri carotis tp pada bayi
arteri brachealis)
29. 12. Evaluasi airway, breathing, circulation
30. Sirkulasi (-) : teruskan pres jantung luar + nafas buatan
31. Sirkulasi (+) nafas (-) : nafas bautan 10 – 12 kali/menit
32. Sirkulasi (+) nafas (+) : berikan posisi mantap dan jaga jalan nafas
33. 13. Kompres jantung luar
34. Pada ½ sternum atau diantara putting susu
35. Kedalaman kompresi jantung 3,8 – 5 cm
36.
37. Awal melakukan evaluasi adalah arteri karotis pernafasan
38. Jika tidak ada arteri karotis lakukan lagi 5 siklus
39. Tidak ada nafas, nadi teraba, berikan nafas sebanyak 10 -12 x/menit
40. RJP pada anak biasanya menggunakan kedua jari jempol atau kedua jari telunjuk dan tengah.
Kedalaman kompresi 0,5 cm.
XXII. TERAPEUTIK & HALUSINASI
1. Prinsip dasar dalam membangun dan mempertahankan hubungan terapeutik
- Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya
tidak biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik
dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
- Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerimadan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya .
- Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya.
- Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yangmengalami
gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga
diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha
menggali semua aspek kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat
membantu meningkatkan integritas diri klien melalui komunikasinya dengan klien.
2. Prinsip penangan pasien dengan halusinasi
- Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
- Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:melaksanakan aktivitas
terjadwal
Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
XXIII. PENATALAKSANANAAN
1. Penatalaksanaan pasien fraktur :
2. Penolong dan korban jangan panik.
3. 2. Pastikan penderita tersebut bernafas, mendapat cukup ruang udara ( Tidak
dikerumuni orang)
4. 3. Posisikan tidur terlentang.
5. 4. Gunting atau lepaskan pakaian si korban pada bagian yang patah, yang
menutupi/mengganggu pandangan si penolong.
6. 5. Lakukan pembidaian bila tidak terjadi perdarahan, untuk mencegah pergerakan atau
pergeseran dari ujung tulang yang patah, mengurangi cedera baru di sekitar tulang yang
patah, memberikan istirahat bagian tubuh yang patah, mengurangi nyeri.
7. 6. Bila terjadi perdarahan seperti pada patah tulang terbuka, tekanlah dengan keras
pembuluh darah yang sedang mengeluarkan darah dengan menggunakan pembalut/kain
kasa yang steril. Berikan ganjalan dibawah bidai untuk meninggikan bagian tubuh
tersebut supaya bengakak dan perdarahan berkurang.
8. 7. Jika terlihat ada tulang yang menonjol keluar dari kulit, tutuplah dengan kasa steril dan
pakaikan sebuah bidai.
9. 8. Anggota badan sebaiknya tetap/tidak berubah pada posisi sewaktu patah tulang
terjadi.
10. 9. Bawa ke Rumah sakit terdekat.
11. Penatalaksanaan pasien uka bakar
Penatalaksanaan Awal
Sebelum memulai penatalaksanaan, perlu diingat perlindungan diri bagi penolong, khususnya
bagi penolong yang berada di tempat kejadian. Pajanan seperti api atau listrik harus dipastikan
tidak ada lagi atau diminimalisir oleh alat pelindung diri saat penolong masuk. Seringkali korban
cedera elektrik mengalami gangguan kardiak seperti aritmia atau bahkan fibrilasi ventrikel.
Dapat diusahakan untuk menangani masalah tersebut sesuai prinsip ATLS (Advanced Trauma
Life Support) di rumah sakit atau sebelum ke rumah sakit bila fasilitas tersedia.[8]
Penatalaksanaan Lanjutan
Neonatus 90%
Bila volume sirkulasi yang hilang > 25% syok hipovolemia akan terjadi. Cairan kristaloid dapat
diberikan di awal sesuai jumlah volume sirkulasi. Pada kasus resusitasi masif, sebaiknya
menggunakan koloid non-protein [3]. Jika resusitasi awal tidak mengalami masalah, dapat
digunakan koloid iso-onkotik seperti HES 6% sebagi plasma substitute. Untuk kebutuhan
resusitasi yang lebih besar (contoh: kasus terlambat datang, CVP tetap rendah setelah pemberian
cairan dalam jumlah besar), maka dapat diberikan plasma expander seperti HES 10%. [3]
Pemantauan Pasca Resusitasi
Pemantauan pasca resusitasi cairan antara lain:
Volume adekuat: CVP 8-12 mmH2O
Oksigenasi, meliputi delivery oksigen, konsumsi oksigen, dan saturasi oksigen
Deteksi adanya hipoperfusi splangnikus, ditandai dengan adanya iskemia mukosa saluran gastrointestinal.
Penilaian perfusi seluler dengan melihat apakah ada peningkatan glukosa, serum laktat, trigliserida, dan
hipoalbuminemia
Penilaian hemodinamik dengan melihat tekanan darah dan produksi urin, serta menilai balans cairan
Cairan pemeliharaan:
Dewasa: 2000 mL dalam 24 jam
Anak: 100 ml/10 kgBB pertama, 50 ml/10 kgBB kedua, dan 25 ml/10 kgBB sisanya. [2,3]
Pembersihan Luka dan Debridement
Pakaian atau kain yang menempel harus dilepaskan terlebih dahulu dengan bantuan
irigasi. Debridement dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi, [10] dengan membersihkan sisa-
sisa jaringan nekrotik dan material asing (contoh: aspal) yang masih menempel. Saat ini
disarankan agar luka dibersihkan dengan menggunakan cairan saline normal dan sabun saja,
tidak menggunakan disinfektan (contoh: Povidon iodine) yang dapat menghambat epitelisasi
luka. [11]
Bula Pada Luka Bakar
Bula yang telah ruptur dibersihkan hingga tidak ada jaringan tersisa. Untuk bula yang belum
ruptur, belum terdapat rekomendasi yang tepat apakah sebaiknya dipecahkan atau tidak. [11]
Secara umum, bula yang relatif kecil dapat dibiarkan karena justru bekerja
sebagai barrier infeksi [10], sementara bula yang sangat besar dan mungkin memberikan
tekanan ke jaringan di bawahnya dipecahkan dengan hati-hati dengan membuat lubang kecil
pada ‘atap’ bula. Aspirasi bula tidak disarankan karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
Agen Antimikrobial
Terdapat banyak pilihan agen antimikrobial untuk wound dressing. Silver sulfadiazine 1% sering
digunakan, begitu pula antibiotik dan klorheksidin. Kompres kassa (fine mesh) paling sering
digunakan, walaupun di beberapa negara maju menggunakan kompres hidrokoloid. [10]
Penanganan Luka Bakar Kimia
Selain penatalaksanaan luka bakar secara umum yang telah dibahas di atas, terdapat beberapa
penatalaksanaan khusus untuk luka bakar karena bahan kimia.
Perlu diingat bahwa konsentrasi toksin dari bahan kimia serta durasi kontak menjadi penentu
utama derajat kerusakan jaringan. Karenanya, penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
Langkah-langkah tata laksana awal cedera kimia adalah sebagai berikut:
Perlindungan diri penolong; di beberapa negara seperti Amerika Serikat sudah terdapat
kategorisasi bahan kimia berdasarkan racun yang terkandung di dalamnya di mana pada level A
(paling beracun) perlu digunakan proteksi maksimal termasuk sepatu boot, google, sarung
tangan, masker, dan self contained breathing apparatus hingga level D (paling tidak beracun)
dan hanya memerlukan alat pelindung diri yang standar.
Pindahkan pasien dari area pajanan
Buka pakaian dan perhiasan pada korban
Jika bahan kimia kering, gunakan sikat, handuk atau alat lain untuk mengurangi pajanan.
Irigasi yang adekuat. [12]
Komponen penting dari terapi aktif cedera kimia adalah irigasi yang adekuat pada semua luka
dan area yang terpajan dengan volume air yang besar dan tekanan sedang. Setelah diirigasi, dapat
pula digunakan sabun untuk membersihkan daerah luka. Khususnya untuk daerah mata, paparan
terhadap asam tidak perlu diirigasi terlalu lama (hanya hingga pH mata netral tercapai). Namun,
paparan terhadap alkali sebaiknya diirigasi selama 2-3 jam. [12]
Terdapat beberapa pengecualian di mana irigasi justru sebaiknya dihindari, misalnya pajanan
terhadap:
Fenol, karena tidak larut dalam air
Logam elemental (contoh: sodium, kalium, fosfor), karena mengeluarkan produk sampingan yang
beracun ketika terkena air.
Dry lime, karena mengandung kalsium oksida yang ketika terkena air membentuk kalsium
hidroksida, sebuah alkali kuat. [12]
Perlu diingat bahwa antidot tidak berperan dalam kebanyakan kasus luka bakar akibat bahan
kimia kecuali pada kasus penatalaksanaan asam hidroflorida di mana gel kalsium glukonat dapat
mengurangi racun serta memperbaiki hipokalsemia pada level sel dan secara sistemik. [12]
10. Gangguan integritas kulit b.d perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks
imun.
11. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
12. Risti gangguan integritas kulit b.d inflamasi
Perubahan-perubahan fisik
1. Sel
Lebih sedikit jumlahnya
Lebih besar ukurannya
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
Jumlah sel otak menurun
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10 %
2. Sistem persyarafan
Cepatnya menurun hubungan persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress
Mengecilnya saraf panca indra
Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Membrana timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa.
4. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
Lensa mata lebih suram menyebabkan gangguan penglihatan
Hilangnya daya akomodasi
Menurunnya membedakan warna biru atau hijau pada skala
5. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun
Katup jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya pembuluh darah perifer
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) akibat metabolisme menurun
Keterbatasan reflek menggigil dan tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
Paru-paru kehilangan aktivitas, kapasitas pernafasan menurun
Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya menurun
8. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun
Indera pengecap menurun
Esophagus melebar
Lambung, sensitifitas rasa lapar menurun
Peristaltik lemah dan biasanya timbul kostipasi
Fungsi absorbsi melemah
Liver makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan
9. Sistem genitourinaria
Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %
Meningkatnya retensi urin, frekuensi buang air kecil meningkat
Pembesaran prostate dialami oleh pria usia 60 tahun ke atas
Atrofi vulva
10. Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormone menurun
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
Menurunnya produksi aldosteron
Menurunnya sekresi hormone kelamin
11. Sistem kulit (integumentari sistem)
Kulit mengerut akibat jaringan lemak
Permukaan kulit kasar dan bersisik
Menurunnya respon terhadap trauma
Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
Kuku menjadi keras dan rapuh
Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya
12. Sistem musculoskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh
Persendian membesar dan menjadi kaku
Tendon mengerut dan menjadi sclerosis
Atrofi serabut otot
Perubahan mental
1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Tingkat pendidikan
3. Keturunan
4. Lingkungan
5. Kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari) dan kemnangan jangka pendek (0-10
menit, kenangan buruk)
6. IQ
7. Berkurangnyapenampilan,persepsidanketrampilan.Psikomotorterjadiperubahanpadadayamembaya
ngkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu.
Perubahan psikososial
1. Pensiun
2. Merasakan atau sadar akan kematian
3. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
4. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, terjadi perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan
konsep diri.
Perkembangan spiritual
1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari.
Tags
16. Menjaga kepala dari benturan keras atau luka berat. Makanya selalu gunakan helm saat
mengenderai sepeda motor, kegiatan konstruksi lapangan dan kegiatan-kegiatan lain yang
dapat membahayakan kepala ^_^
17. Membaca dan menulis. Kegiatan ini dapat melatih dan menstimulasi sel-sel saraf otak.
Itulah sebabnya saya suka sekali nongkrongin Kompasiana, membaca tulisan-tulisan yang
membuat kita berpikir dan membuat tulisan yang membuat orang berpikir ^,^
18. Bermain catur dan permainan sejenis. Kemarin saya ngobrol-ngobrol dengan seorang kakek
yang telah saya kenal semenjak saya SD. Usianya saat ini 84 tahun, sama sekali tidak
menunjukkan gejala-gejala pikun. Bermain catur adalah kegiatan yang selalu dilakukannya
hampir tiap hari di kedai rumah makan orangtua saya.
19. Melakukan permainan memori. Kegiatan ini dapat meningkatkan dan menajamkan
kemampuan otak, seperti teka-teki silang, teka-teki matematika dan logika dan menikmati
permainan optical illusions misalnya pada gambar 4.
Situs www.michaelbach.de/ot/ merupakan salah satu situs yang sangat menarik
mengenai optical illution. atau bisa juga pembaca melihat tips pribadi saya dalam melatih
dan meningkatkan daya ingat di link ini, "Cara Mudah Meningkatkan Daya Ingat".
20. Gaya hidup sehat. Berolahraga secara teratur, menghindari kebiasan-kebiasaan buruk
seperti merokok dan menkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
makanan yang sangat baik untuk kesehatan otak diantaranya adalah coklat hitam, buah
alpukat, blueberry, ikan salmon dn telur. Sebaiknya gaya hidup sehat disesuaikan dengan
jam biologis. Mengenai jam biologis dan gaya hidup sehat bisa dibaca di link ini,
"Harmonisasi Gaya Hidup Sehat dengan Jam Biologis". Gaya hidup sehat juga
mencakup kegiatan-kegiatan rekreasi dan hobi misalnya fotografi, melukis dan mengutak-
atik sepeda motor atau komputer.
21. Aktivitas Sosial. Menjalin tali kekeluargaan, persahabatan, menghadiri undangan pesta dan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya dapat menjaga dan meningkatkan kemampuan otak,
khususnya bagian otak yang mengatur fungsi komunikasi.
22. Aktivitas Spritual. Aktivitas ibadah memiliki peran yang cukup signifikan dalam menjaga dan
meningkatkan fungsi otak. Tidak mengherankan orang-orang shaleh, alim-ulama atau
pemuka-pemuka agama jarang sekali mengalami kepikunan. Beberapa waktu yang lalu
Kompas Ramadhan memberitakan bahwa puasa dapat memperbaiki dan meningkatkan
kinerja sel-sel otak.
XXVIII. Kewirausaahan
1. Jenis – jensi kewirausahaan yang bias dikembangkan oleh profesi perawat
1. Home care Definisi Menurut Departemen Kesehatan (2002)
:
menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian danmeminimalkan akibat dari
penyakit. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh
suatu unit atau sarana ataupun institusi baik aspek administrasi maupun
aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga
professional dibantu tenaga non professional dibidang kesehatan
maupun non kesehatan.
2. Konsultan Keperawatan : Definisi Konsultan adalah seorang
tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang
keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli biasa
adalah konsultan bukan merupakan karyawan diperusahaan, melainkan
seseorang yang menjalankan usaha hanya sendiri serta berurusan
dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa,
konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau
konseling secara langsung pada klien. Konseling adalah proses
membantu pasien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis
atau masalah sosial, untuk membangun hubungan interpersonal yang
baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana
didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak
dan Nur Chayatin, 2009
3. Terapi Komplementer : Terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional. Di Indonesia ada 3 jenis
teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional,
yaitu sebagai berikut :
- Akupunktur Medik.
- Terapi Hiperbarik.
- Terapi herbal medik.
4. Klinik Kesehatan Swasta Dalam Bidang Penelitian : Banyaknya
permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi oleh lembaga
penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha tersendiri bagi
perawat. Dengan membentuk tim riset profesional seperti:
a. Teknik perawatan luka.
b. Terapi modalitas.
5. Dalam Bidang Pendidikan : Semakin meningkatnya permintaan masyarakat
tentang layanan kesehatan dirumah dapat membuka peluang perawat untuk
mendirikan lembaga pelatihan ataupun konsultan yang bergerak dibidang
pendidikan seperti:
a. Lembaga Pelatihan Baby Sister.
b. Pelatihan Perawatan Lansia atau Anak.