Makalah Rancangan Obat Rasional
Makalah Rancangan Obat Rasional
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Muhammad Ashar
(70100112034)
Widya Ariati
(70100112037)
(70100112047)
(70100112050)
Hikmawati
(70100112047)
Husnul Khatimah
(70100112050)
Samhariratul Kauliyah(70100112047)
Rina Hakim
(70100112050)
Kelas : Farmasi B
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
SAMATA-GOWA
2015
A. Pengertian Rancangan Obat
Penemuan obat adalah sebuah usaha yang diarahkan pada suatu target
biologis, yang telah diketahui berperan penting dalam perkembangan penyakit atau
dimulai dari suatu molekul dengan aktivitas biologi yang menarik.
Rancangan Obat adalah usaha untuk mengembangkan obat yang telah ada,
yang sudah diketahui struktur molekul dan aktivitas biologisnya, atas dasar
penalaran
yang sistematik dan rasional, dengan mengurangi faktor coba-coba seminimal
mungkin.
B. Tujuan dari rancangan obat
Pada awalnya tujuan perancangan obat adalah mendapatkan obat baru dengan
aktivitas yang lebih baik dengan biaya yang layak secara ekonomi, kemudian
berkembang untuk mendapatkan obat dengan efek samping yang minimal (aman
digunakan), bekerja lebih selektif, masa kerja yang lebih lama, dan meningkatkan
kenyamanan pemakaian obat.
Rancangan obat sering digambarkan sebagai proses elaborasi sistematik untuk
mengembangkan lebih lanjut obat yang sudah ada, dengan tujuan mendapatkan obat
baru dengan efek biologis yang diinginkan dan mengurangi atau menghilangkan efek
samping yang ada, melalui manipulasi molekul.
C. Langkah-langkah perancangan obat
1. Mencari senyawa penuntun (lead compound), yaitu senyawa yang digunakan
sebagai pangkal tolak modifikasi molekul. Senyawa penuntun adalah senyawa
yang dapat menimbulkan aktivitas biologis, seperti aksi terapeutik, aksi toksik,
regulasi fisiologis, hormon, dan feromon, serta senyawa yang terlibat atau
berpengaruh terhadap proses biokimia dan patologi pada hewan atau tumbuhtumbuhan.
2. Manipulasi molekul (modifikasi molekul atau modifikasi struktur), yaitu
mensintesis sejumlah turunan senyawa penuntun, melakukan identifikasi strukrtur
dan menguji aktivitas biologisnya. Gugus atau substituen yang disubsitusikan
dapat dipilih dengan menggunakan metode Topliss, metode pencarian Fibonacci,
metode Rangkaian optimisasi simpleks atau Analisis klaster. Jumlah senyawa
yang disintesis tergantung dari metode yang digunakan.
3. Merumuskan hubungan kuantitatif sementara antara strktur-aktivitas
biologis dari senyawa yang jumlahnya terbatas dengan menggunakan
statistik analisis regresi. Pada tahap ini umumnya digunakan model LFER
Hansch (model ekstratermodinamik) atau model de novo Free-Wilson.
Parameter sifat kimia fisika yang digunakan dalam HKSA model Hansch adalah
parameter lipofilik seperti log P, π, f dan Rm, parameter elektronik, seperti pKa,
∂,
∂i, ∂*, F, dan R, serta parameter sterik, seperti MR, (P), Es, L, dan B1-B5.
4. Hasil analisis regresi kemudian dievaluasi dan merancang sejenisnya untuk
mengembangkan dan menyempurnakan hubungan tersebut. Peneliti harus
sudah yakin bahwa senyawa sejenis yang akan disintesis merupakan pilihan
”terbaik” secra hipotesis.
5. Merancang penggunaan bentuk sediaan obat yang sesuai.
6. Merancang aturan dosis yang sesuai
7. Evaluasi Klinik
Langkah ke 5, 6 dan 7 pada umumnya melibatkan bidang disiplin ilmu yang lain
seperti farmasetika, farmakologi, biokimia, toksikologi dan kedokteran.
D. Langkah Penting dalam Pengembangan Obat
a. Mencari Senyawa Penuntun
Beberapa pendekatan dalam mencari dan menemukan senyawa penuntun
(lead compound, parent compound) antara lain:
1. Penapisan Acak Senyawa Produk Alam
Penemuan senyawa produk alam pada umumnya dilakukan karena penapisan
secara masal dari bahan alam, diisolasi dan dimurnikan senyawa yang terkandung,
ditentukan struktur kimianya, diuji dengan sistem uji biologis dengan metode yang
sesuai ( in vitro, in situ dan in vivo) sehingga didapatkan senyawa penuntun.
2. Senyawa Kimia Aktif dari Kejadian secara Tidak Sengaja atau Kebetulan
Beberapa obat kadang-kadang diketemukan kebetulan dalam laboratorium
atau klink oleh ahli farmasi,ahli kimia, dokter atau peneliti lain.
Contoh :
Chan dan Hepp (1886), memberikan resep yang salah, seharusnya memberikan
naftalen untuk pengobatan parasit saluran usus tetapi keliru memberikan asetanilid,
yang ternyata mempunyai efek antipiretik.
3. Uji Metabolit Obat yg Mungkin Memberikan Aktivitas
Kadang-kadang ada obat yang menimbulkan aktivitas setelah mengalami
proses metabolisme (pra-obat/pro-drug). Hasil metabolit aktif tersebut dapat
digunakan langsung sebagai obat atau dijadikan senyawa penuntun.
Contoh :
Prontosil rubrum direduksi menjdi sulfanilamid yang berkhasiat sebagai
antibakteri.
4. Studi Biomolekul dan Endokrinologi
Proses biokimia, termasuk biologi molekul dan endokrinologi pada manusia
dan mamalia, merupakan lapangan yang luas
Ciri-ciri senyawa antara adalah mengandung gugus tertentu yang sama dengan
produk akhir, dan mempunyai aktivitas biologis yang mirip. Senyawa antara di atas
dapat dikembangkan sebagai senyawa penuntun.
8. Merancang Struktur Kimia Baru dan Penetapan Aktivitas Biologis
Dasar pengembangan ini adalah melakukan sintesis senyawa secara kimia
murni kemudian dilakukan penapisan aktivitas biologisnya secara acak lengkap
dengan harapan beberapa diantaranya mungkin menunjukkan aktivitas yang berguna.
Diperkirakan untuk mendapatkan obat antikejang baru, diperlukan penapisan
lebih kurang 500.000 senyawa kimia. Contoh lain adalah cara penapisan acak secara
langsung dan rasional dalam usaha mndapatkan obat antimalaria seperti klorokuin,
ternyata memerlukan penapisan lebih kurang 14.000 senyawa kimia. Obat yang
didapat dengan metode ini antara lain adalah asetaminofen,sebagai hasil metabolit
asetanilid atau fenasitin , sikloguanil dari klorguanid, desipramin, dari
imipramin,
oksofenarsin dari arsfenamin, dan oksifenabutazon dari fenilbutazon.
b. Pengembangan Senyawa Penuntun
Senyawa penuntun yang mempunyai aktivitas biologis tertentu dan menarik
untuk digunakan sebagai bahan awal pengembangan obat baru dapat dikembangkan
lebih lanjut dengan tujuan pengembangan subsitusi untuk mendapatkan senyawa yang
lebih poten, spesifik, aman, dan efek samping minimal, tujuan perubahan spektrum
aktivitas, dan tujuan modulasi farmakokinetik.
1. Pengembangan substituisi untuk mendapatkan senyawa yang lebih poten,
spesifik, aman, dan efek samping minimal.
2. Pengubahan spektrum aktivitas
Contoh :
a.
b.
c.
d.
e.
suatu
penghambat
enzim
l-asam
amino
aromatik
Dari berbagai macam cara untuk mendapatkan obat di atas, modifikasi
molekul dan rancangan obat secara rasional merupakan cara yang sekarang
banyak dilakkukan dan dikembangkan oleh para ahli farmasi, kimia, kedokteran,
dan farmakologi dalam usaha membuat obat-obat baru.
Dengan kemajuan teknologi komputer, maka diperkirakan pada awal abad
21 akan lebih banyak diketahui struktur molekul reseptor secara tiga dimens,
sehingga diketahui cara kerja obat pada tingkat molekul dan peran berbagai
kekuatan fisik dan kimia pada proses interaksi obt-reseptor. Hal tersebut akan
lebih mendorong ditemukannya molekul obat baru yang dirancang secara
rasional.
Sumber :
Siswandono, Bambang Soekardjo. 1998. Prinsip-Prinsip Rancangan Obat. Surabaya:
Airlangga University Press.