Menggapai Cita Dan Cinta
Menggapai Cita Dan Cinta
Namanya Akhmad Firli, seorang pemuda yang ulet dalam setiap pekerjaannya,
termasuk belajar di masa sekolahnya. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah;
untuk belajar sangatlah besar. Untuk itu ia tekun belajar.
Menurutnya, ia bukanlah siswa pandai, melainkan hanya seorang siswa yang fokus
dengan apa yang dijalaninya. Tapi bagiku, ia siswa yang cemerlang. Ia adalah
bukti nyata sebuah perjalanan penuh inspirasi bagiku.
Langganan Juara 1
Firli adalah temanku semasa SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sepanjang
pengetahuanku, beliau memang sering direferensikan para guru karena
kepintarannya. Sebut saja Pak Supri, guru Matematika sekaligus guru Fisika kami
yang kerap menyanjungnya saat sedang menjelaskan materi pelajaran.
Kami berbeda kelas saat itu. Tiap kali siswa di kelasku tak paham materi yang
disampaikan oleh Pak Supri, beliau akan menyebut nama Firli dan mereferensikan
agar kami belajar darinya. Jelas ini adalah indikasi bahwa Firli memang berbakat
terlepas dari pengakuannya soal fokus tadi.
"Dari awal aku yakin kalo mau nguasain sesuatu, kita harus suka dulu," jelasnya
padaku saat kutanya bagaimana ia bisa begitu mahir.
Saat ini ia adalah salah satu mekanik alat berat dengan spesialisasi unit khusus.
Setamat SMP ia melanjutkan pendidikan ke SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
dan memilih jurusan otomotif.
Kami sudah tak satu sekolah lagi sejak saat itu. Takdirlah yang kemudian
membawaku bertemu ia kembali. Kemudian, aku berkesempatan mengambil
banyak pembelajaran dari perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi itu.
"Firli mah langganan juara!" kata Ijum temanku yang satu sekolah dengannya
kala itu.
Kabar tentangnya di masa SMK itu turut menjadi motivasiku dalam belajar. Sejak
referensi dari Pak Supri dulu, kami sepakat untuk saling belajar dan menyemangati
satu sama lain. Motivasi kami yang sama-sama ingin terus belajar menjadikan
hubungan pertemanan ini mengakar walau terbatas jarak.
Wisuda UT-School
Tamat SMK dengan nilai yang bagus, bahkan memeroleh nilai tertinggi se-
kabupaten adalah prestasi besar. Namun, pencapaian tersebut tak serta-merta
membuka jalan mulus bagi pemuda tanggung dari keluarga sederhana itu.
Dengan penuh keyakinan ia menolak karena harus ada biaya awal sebesar
Rp6000.000. Sementara ia paham, saat itu belum memungkinkan untuk
menyediakan dana tersebut walaupun gurunya membujuknya untuk berdiskusi
dengan keluarga dahulu.
Beragam cerita tentang kerja di bengkel knalpot hingga menjadi CS sekaligus teller
di kantor pos cabang di Kapahiang, Bengkulu ikut menghiasi perjalanan Firli
menggapai citanya.
Hingga akhirnya sebuah kesempatan hadir. Guru SMK yang tak lelah
mendukungnya, Pak Agus mengabarkan tentang program CSR Astra untuk
Indonesia cerdas dan kreatif, sebuah program yang nantinya akan menghasilkan
SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas seperti 4 pilar tanggung jawab
dalam kontribusi sosial Astra.
sumber: astra.co.id
UT-School (United Tractors School) adalah program CSR Astra dalam naungan
Yayasan Karya Bakti United Tractors (YKB-UT). Berdiri sejak tahun 2008 dengan
mengusung visi:
Menjadi lembaga pendidikan keterampilan mekanik dan operator alat-alat berat terbaik di dunia.”
Melalui UT School (YKB UT) menjadi wadah pelaksanaan program pendidikan yang secara
intensif mempersiapkan operator dan mekanik alat berat yang professional dan terampil sesuai
persyaratan internasional.
Setelah melalui beberapa tahapan tes, Firli akhirnya lulus untuk ikut program UT-
School. Ketekunannya dalam belajar di masa sekolah mulai menunjukan hasil.
Dengan latar belakang jurusan otomatif yang dimilikinya, ia pun terpilih menjadi
salah satu siswa UT-School dari 2 orang yang lulus di wilayah tesnya.
"Waktu itu memang masih perlu biaya untuk hidup di Jakarta tentu saja. Namun,
melihat kesempatan untuk belajar lagi dan peluang bekerja setelahnya, aku
akhirnya mendiskusikan kemungkinan berangkat ke UT-School itu dengan
keluarga," ceritanya.
Hambatan klasik soal biaya itu memang selalu ada. Tapi dengan pertimbangannya,
Firli memutuskan untuk ikut program Astra itu. Keluarga mendukungnya dengan
membekali uang untuk biaya hidupnya semasa belajar di Jakarta.
Hingga akhirnya diterima bekerja di salah satu anak perusahaan Astra dan
menerima penghasilan lebih dari cukup, ia pun berangan mempersembahan sedikit
hadiah untuk keluarganya.
Sebuah rumah untuk orang tuanya yang dibangun sedikit demi sedikit menjadi
hadiah pertamanya. Kemudian, hadiah kecil lainnya untuk saudara perempuannya.
Ia bertekad untuk menyekolahkan adiknya ke perguruan tinggi.
Dari salah satu program Astra, yakni UT-School yang digagas oleh YKB-UT ini,
ada banyak insan Indonesia yang terbantu ekonominya.
Ada banyak Firli- Firli lain yang telah ikut menikmati manisnya buah ketekunan
fasilitas belajar itu. YKB-UT dalam bentuk UT-School ini turut bekerja sama
dengan sekolah kejuruan di penjuru Indonesia.
Hal ini dilakukan Astra untuk mendorong peningkatan mutu dan standar industri
nasional sebagaimana yang tertera dalam filosofi catur dharmanya dalam mencapai
yang terbaik.
Perjalanan takdir memang tak ada yang tahu. Siapa sangka perjalanan penuh
inspirasi ini dilalui oleh teman SMPku yang tekun ini. Takdir memang penuh
rahasia.
Entah bagaimana cerita alternatif lain yang mungkin dijalani Firli jikalau Astra tak
menyelenggarakan program ini.
Mungkin ia akan tetap melanjutkan sekolah pada akhirnya. Namu, entah berapa
lama harus menunggu kesempatan itu. Mungkin hadiah-hadiah kecil untuk
cintanya tadi belum akan terwujud secepat itu.
Inilah bukti ketekunan yang akhirnya berbuah manis. Mewakili temanku, sahabat
baikku, yang karena takdir juga saat ini menjadi suamiku, aku berterima kasih.
Terima kasih pada Allah, juga pada kesempatan yang dibentangkan oleh Astra.
Semoga tak henti menyambung asa para insan di Indonesia dengan rangkaian
program-program bermanfaatnya.