Anda di halaman 1dari 97

Hudha Abdul Rohman, dkk.

--Kisah-kisah Inspiratif Berjuang Mendapatkan Beasiswa Penuh

Kumpulan kisah-kisah yang inspiratif, motivatif dan mencerahkan. Lengkap dengan informasi dan panduan mendapatkan beasiswa kuliah.

Hudha Abdul Rohman. Devi Yuanita Sari. Adi Surya Oktavianto. Rohmatul Afrilia. Ana Puspaningtyas. Binti Rumiyati. Dewi Mutmainah. Wahyu Wisnu Wardana. Dwi Ernawati. Ely Syarifah. Fajar Afif Fudin. Yeny Mega Aprilita. Rangga Ardi Anggriawan. Indah Triana Febriani. Hawa UCAPAN TERIMA KASIH Ratna Dewi. Nuruddin. Rangga Putra Pratama. Siti Zulaikhah. Didik Setiawan. Dewi Rakhmawati. Candra Arga 1

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan dan ruang kepada kami untuk meraih mimpi. Teriring pula ucapan shalawat dan salam kepada Rasullullah Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang sekarang ini. Kepada sosok kedua orang tua kami yang selalu meluangkan waktunya untuk mendoakan kami untuk berhasil dalam menjalani hidup indah penuh warna ini, salam sayang dan rindu dari kami. Untuk ruang terindah kami, Universitas Airlangga Surabaya, di mana kami mengejar dan meraih mimpi. Juga kepada Prof. Fasich, Prof. Imam Mustofa, bapak Tatang, bapak Daris, Mas Singgih, dan Mas Wahyu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk singgah menuntut ilmu di ranah Airlangga dan kepada bapak dan ibu hebat lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Juga kepada DIKTI yang memberikan hadiah terindah buat kami untuk belajar mengabdi untuk negeri Indonesia. Terima kasih buat Bapak Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, atas apresiasinya. Semoga anda mendapatkan balasan indah dari Allah SWT. Kepada teman-teman kami semua, keluarga besar Airlangga University Bidik Misi Organization (AUBMO) jangan pernah berhenti untuk bermimpi dan berimajinasi, songsong masa depan yang lebih baik dengan kemampuan diri kita, mari bahagiakan orang tua kita. Juga kepada teman-teman hebat kami, penerima Beasiswa Bidik Misi di seluruh Indonesia, mari torehkan prestasi tiada henti. Teruntuk guru-guru hebat kami, yang telah mengantarkan kami untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan hidup indah ini. Semoga kami berhasil. Dan kepada saudara, sahabat, dan semua yang telah berdoa dan mendukung kami. Terima kasih selalu. Akhirnya kepada penerbit..yang memberikan ruang untuk menerbitkan karya kami, kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga karya ini bisa memberikan manfaat, inspirasi, dan memotivasi, baik bagi para penulis maupun pembacanya. Semoga menjadi sebuah goresan pena yang bernilai pahala di mata Allah SWT kelak. Amien...
Surabaya, Oktober 2011 Hudha Abdul Rohman (Creator)

PERSEMBAHAN
2

Mencipta CINTA untuk Bercerita : Saksikanlah Di panggung bahagia ini Merajut dan Merangkai Ratusan, Ribuan dan Jutaan

MIMPI
Bertepuk tangan riuh BERSYUKUR DALAM TANGIS BAHAGIA Ketika Masa depan cerah menjemput kita Inilah persembahan Dari penikmat mimpi-mimpi Jalan penuh suka dan duka kami lalui Salam takzim Cinta dan Kasih Sayang Kepada : Orang Tua kami Putra putri yang setia memohon doa Yang tiada tara KAMI HANYA INGIN: Mereka tersenyum bangga saat kami berprestasi dan berhasil, Serta membalas segala pengorbanannya selama ini

DAFTAR ISI
3

Ucapan Terima Kasih Persembahan Daftar Isi

Hudha Abdul Rohman Ketika Man Jadda Wa Jadda Bercerita Devi Yanita Sari Kukalahkan Rasa Takut Itu Adi Surya Oktavianto Perjuanganku Rohmatul Afrilia Allah Maha Tahu Ana Puspaningtyas Yakin Itu Perlu Binti Rumiyati Secuil Karunia dari KebesaranNya Dewi Mutmainah Mengarungi Samudera Kesuksesan Wahyu Wisnu Wardana Rajutan Mimpi yang Akhirnya Bersinar Dwi Ernawati Sekarang, Bukan Setahun yang Lalu Ely Syarifah Kegagalan Membawa Berkah Fajar Afif Fudin Masuk Unair Menang Doa Yeny Mega Aprilita
4

Jalan Berliku Menuju Kesuksesan Rangga Ardi Anggriawan Airlangga Airways Indah Triana Febriani Sebingkai Sinar Harapan Hawa Ratna Dewi Menitih Mimpi Nuruddin Hanya dengan Empat Puluh Ribu, Aku Bisa Masuk Unair Rangga Putra Pratama Optimis Berbuah Manis Siti Zulaikhah Kegagalan, Berujung pada Kesuksesan Luar Biasa Didik Setiawan Perjalananku Menuju Bangku Kuliah Dewi Rakhmawati Semangat Berjuang, Hingga Akhir Waktu Candra Arga Maulana Mengejar Beasiswa Bidik Misi Yessy Yuliana Amalia My Story to Get Bidik Misi

Informasi Beasiswa Bersahabat dengan Penulis

KETIKA MAN JADDA WA JADDA BERCERITA


5

Oleh : Hudha Abdul Rohman

Bila pohon sangat kuat dengan tegaknya batang yang kokoh.. Bila bunga harum semerbak meniupkan segarnya aroma di pagi buta Bila mentari setia menaburkan sinar anugerah sepanjang masa Izinkanlah raga ini merangkai cita

Berawal dari sebuah tekad untuk mewujudkan mimpi-mimpiku untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi begitu besar. Kadang aku berpikir apa aku bisa? Bisa kuliah dengan beasiswa penuh? Apa aku bisa, anak seorang buruh dan penjual makanan keliling bisa jadi sarjana? Aku yakin dengan kemampuanku, dan nyatanya aku BISA. Seperti kebanyakan SMA, siswa yang duduk di bangku kelas XII harus kerja keras untuk lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan nilai memuaskan dan bisa lolos seleksi tes di perguruan tinggi favorit yang diimpikannya, begitu juga dengan aku yang bermimpi bisa kuliah di PTN. Aku sadar betul, dengan kemampuan ekonomi orang tua yang bisa dibilang pas-pasan, aku tetap yakin kalau aku bisa mewujudkan mimpi itu. Perjuangan dimulai dengan bimbingan belajar yang sangat menguras tenaga dan pikiran, ditambah lagi beban yang waktu itu begitu berat untuk LULUS UAN dengan hasil yang memuaskan, tentu hal itu tidak cukup. Awalnya rasa tidak percaya diri ini kembali muncul, berusaha penuh untuk mencari informasi tentang beasiswa kuliah non rupiah alias gratis, setidaknya ketika lulus SMA nanti, aku tidak lagi membebani orang tua, karena bapak dan ibu pernah berkata, kalau beliau hanya sanggup membiayai sekolahku hingga bangku SMA saja, bagiku itu wajar, mengingat masih ada tiga adikku yang juga butuh banyak biaya untuk tetap bisa sekolah, aku tidak boleh egois. Ditengah-tengah sibuknya bimbel dan review pelajaran dari kelas X, aku harus menyelam sambil minum air, dengan segala harapan besar untuk kuliah, kembali melihat nilai-nilai raport untuk mendaftar PMDK dan mengumpulkan kembali piagam dan sertifikat yang pernah aku dapatkan waktu SMA, tentunya dengan kerja keras dan doa. Terlintas pertama kali ingin kuliah di UI, mengingat dulu pernah berjuang di Olimpiade Ilmu Sosial (OIS) di kampus ibukota itu, barang kali Sertifikat ku mampu menembus Beasiswa disana, namun harapan itu pupus, ketika
6

ijin kuliah di Jakarta dari bapak ibu tak bisa aku genggam. Berat, mungkin juga kecewa. Tidak berhenti pada sebuah rasa kecewa itu, berniat mencoba melihat informasi di UNS dengan temanteman yang juga berharap besar untuk kuliah di PTN satu-satunya di Kota Solo itu, begitu juga denganku, ingin sekali. Setelah sibuk mengumpulkan syarat-syarat yang ribetnya minta ampun, aku baru sadar ternyata nilai matematika aku bisa dibilang, rendah dan saya (kembali) harus rela dan ikhlas mengubur dalam-dalam ikut seleksi PMDK UNS gara-gara nilai dan peringkatku kurang. Tak berdaya Terlintas kembali rasa putus asa dan menyerah dalam pasrah, mungkin aku tidak bisa kuliah. Tidak bisa! Ya, hanya lulus SMA saja rasanya sudah cukup. Berkat dorongan dan motivasi salah satu teman, akhirnya aku kembali merangkai mimpi yang sempat putus itu, aku akui, aku memang tidak konsisten dalam peringkat kelas, apalagi masuk 10 besar. Saya pernah hengkang beberapa kali dari peringkat 10 besar itu, karena kelasku IPS unggulan, sehingga aku harus sadar diri kalau nilai- nilai saya jauh dari yang aku harapkan karena persaingan di kelas yang begitu ketat. Aku kembali mencari informasi dari internet, papan pengumuman dan konsultasi di Bimbingan Konseling sekolah dan kembali berharap untuk membuahkan hasil yang maksimal. Atas dorongan dan motivasi yang kuat, aku kembali mendaftar dengan biaya formulir, administrasi, akomodasi dan transportasi dengan biaya sendiri, biaya-biaya tersebut sudah aku persiapkan sejak duduk di kelas X, mulai uang dari honor menulis, memberi les privat, dan hadiah lomba. Aku pernah Juara 3 LKTI Se Jawa Tengah, pernah Juara 1 Lomba Menulis Esai dan lomba lain. Sekali lagi, aku tidak ingin merepotkan orang tua. Ya, aku berjuang tes UMUGM dengan pilihan jurusan Ilmu Komunikasi, Sastra Indonesia dan Sosiologi. Harap-harap cemas untuk menerima hasil pengumuman yang tentunya aku harus diterima. Untuk mengantisipasi apabila UGM bukan rejeki saya, karena masih menunggu pengumuman. Aku memberanikan diri lagi, untuk mendaftar di UNAIR dengan Beasiswa Bidik Misi dan mendaftar di APN (Akademi Pelayaran Nasional). Kedatangan kakak-kakak dari ITS dan UNAIR ke SMA ku disambut dengan sangat antusias dan penuh harap untuk bisa mengikuti jejak langkah untuk bisa bergabung satu almamater dengan mereka. Bagiku waktu itu, setelah slide power point pertama kali ditampilkan, UNAIR TERLIHAT BEGITU MEGAH. Subhannallah, dan ternyata di dalamnyapun semegah
7

gedungnya, fasilitas, prestasi dan tentunya beasiswanya yang aku rasa begitu luar biasa. Aku mendapatkan banyak informasi dari kedatangan kakak-kakak UNAIR tersebut terutama jalur masuk PMDK nya. UNAIR memberikan kesempatan mengajukan berkas PMDK-PRESTASI mulai dari pilihan peringkat, piagam penghargaan, siswa SBI dan ketua OSIS, siswa memilih salah satu kemampuan dan bakat yang dimiliki saat di bangku SMA, akhirnya terjawab sudah, peringkat dan raportku sebenarnya juga penting, akan tetapi piagamku lebih penting dari raportku, karena aku memilih jalur PMDK-Prestasi dengan piagam dan sertifikat. UNAIR lah yang membuka peluang, memberikan kesempatan siswa yang mempunyai prestasi non akademik untuk kuliah, termasuk aku yang waktu itu berharap piagam Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Se Jawa Tengah itu mampu mewujudkan mimpi-mimpiku untuk kuliah di UNAIR sebelum mengirimkan berkas dan mengisi jurusan yang dipilih, aku berkonsultasi dengan guru BK, Ibu Sri Purwaningsih,S.H. yang dengan setianya selalu memberikan saran-saran dan nasehat untuk keberhasilan siswanya di Perguruan Tinggi yang dipilih, juga guru pembimbing karya tulis, Ibu Siti Hariyah,S.Pd. yang menyarankanku untuk memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan Sastra Indonesia di UNAIR, karena beliau tahu kalau bakat dan kemampuanku di bidang tulis menulis maupun public speaking. Alhamdulillah, aku dan kedua teman satu SMA, Iqbal Pradana dan Abdul Khamid lolos seleksi administrative, sempat kecewa karena tidak lolos BMU, dan kami harus berangkat ke Surabaya untuk mengikuti tes PMDK-Prestasi di UNAIR. Ya, dengan kereta api bisnis, yang waktu itu aku pinjam uang Iqbal untuk membeli tiket kereta api, karena uangku tidak cukup, kami bertiga meluncur ke Surabaya dengan pertolongan mas Ali, mahasiswa UNESA yang sedang kuliah S2 di UGM, kami kenal beliau saat tes di UGM, kami mendapatkan akomodasi dan transportasi bolak-balik ke UNAIR yang Alhamdulillah beliau tidak memungut biaya sama sekali, syukur Alhamdulillah. Dan setelah tes maupun verifikasi usai, beliau mengajak kami untuk pertama kalinya melihat dan melewati Jembatan Suramadu yang begitu megah dan mewah, yang biasanya aku hanya bisa melihat di TV dan sekarang aku bisa melihat bahkan melewatinya secara langsung, sungguh rasa haru bahagia itu tidak bisa diungkapkan. Sangat Bahagia. Dengan segala harapan dan keinginan besar untuk diterima di UNAIR dengan Beasiswa Bidik Misi, agar orang tuaku tidak lagi khawatir dengan biaya kuliah lagi. Agar harapan dan
8

keinginan bapak dan ibu tercapai. Setelah mengubur dalam-dalam nama Hudha Abdul Rohman di UI maupun UNS, aku yakin pasti diterima. Setelah bimbingan belajar usai, aku bergegas turun dari kelas, aku baru ingat, kalau hari ini adalah pengumuman PMDK-Prestasi UNAIR, dengan bantuan salah satu teman untuk dipinjami laptopnya, aku tiba-tiba gemetar ketika mengambil kartu tes PMDK-Prestasiku. Panas dingin menyergapku tiada henti, deg-degan ketika aku memasukkan nomor tes ku waktu itu, dan KLIK..Ucapan selamat muncul di layar laptop. Ya, aku Hudha Abdul Rohman DITERIMA di UNAIR, diterima di pilihan kedua, jurusan Sastra Indonesia, ini adalah hadiah terindah dan keputusan dari Allah SWT. Aku berkali-kali mengucap syukur Alhamdulillah dan sujud syukur, aku hampir menitikkan air mata, ya benar-benar tak percaya. Aku BISA kuliah. Semua teman memberikan ucapan selamat kepadaku, karena diterima PMDK-Prestasi UNAIR dengan Beasiswa Bidik Misi, Yaaku BISA kuliah dengan bebas biaya. Dan ternyata, aku adalah siswa yang pertama kali mendapatkan kursi di Perguruan Tinggi Negeri di SMA ku. Kebahagiaan itu sedikit jeda, ketika kedua temanku belum beruntung untuk lolos tes PMDK-Prestasi di UNAIR. Singkat cerita, pengumuman UM-UGM pun tiba, aku memang tidak begitu khawatir lagi ketika aku tidak diterima di Sastra Indonesia UGM, belum rejekiku. Namun aku kembali mengucap syukur alhamdulilllah lagi, ketika kedua teman yang belum lolos tadi, Iqbal diterima di Fisika UGM dan Abdul Khamid di Kedokteran Hewan UNAIR jalur SNMPTN. Allah memberikan jalan masingmasing dengan penuh keindahan dan tidak disangka-sangka. Aku membuktikan, memang benar bahwa nilai-nilai di raport dan peringkat sangat penting, akan tetapi kemampuan non akademis pun dapat menolong aku untuk bisa kuliah dengan Beasiswa, berkat piagam dan sertifikat ku kala itu. Perjuangan di Kota Pahlawan dimulai, berangkat ke Surabaya sendiri, ditemani sepi. Jarak yang menurutku begitu sangat jauh, dari Solo menuju Surabaya membuatku sempat berpikir untuk mundur dan tidak melanjutkan mimpi itu. Perjalanan tujuh sampai delapan jam membuatku lelah dan dihinggapi rasa cemas dan khawatir, entah kenapa. Belum lagi aku tidak tahu harus tinggal dimana, berjuang dengan Didik (FEB) dan Dedik (FISIP) untuk mencari koskosan saat bulan puasa yang semuanya aku tidak cocok. Belum lagi ketika aku bingung sendiri, sampai-sampai bolak-balik di terminal Joyoboyo sampai empat kali, ketika aku harus mutermuter terminal Purabaya karena bingung arah, juga ketika aku harus numpang tidur di asrama
9

mahasiswa ITS dengan kakak kelas SMA ku dulu, bingung mau tidur dimana dan ketika aku kesasar sampai Porong Sidoarjo karena mencari rumah Pakdhe, sungguh kenangan yang kata temanku lucu, ndeso dan konyol. Berkat kerja keras dan sungguh-sungguh ditambah dengan taburan doa, kini aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Kuliah gratis di Universitas Airlangga Surabaya. Aku bisa membuktikan kepada kedua orang tuaku, bahwa aku bisa belajar untuk sedikit membanggakan mereka, walau perjuanganku memang masih begitu banyak. Berkat doa-doa dari beliau, aku bisa meraih impianku. Juga belajar menjadi teladan untuk ketiga adikku. Sekali lagi, ucapan terima kasih terus aku ucapkan kepada Allah SWT, Bapak dan Ibu tercinta, kakek-nenek ku atas kesetiannya selama ini, Universitas Airlangga yang menjadi tempatku merangkai masa depan, DIKTI yang telah memberiku kesempatan untuk kuliah, bapak-ibu guru SMA MTA Kota Solo atas segala motivasi dan doanya dan juga kepada teman-teman Penerima Beasiswa Bidik Misi UNAIR dan seluruh Indonesia, kita semua orang pilihan. Sedikit ini yang dapat aku bagikan, semoga goresan pena ini dapat memotivasi dan menginspirasi setiap pembacanya. Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses dan berhasil. Salam Prestasi..!! Kota Pahlawan Awal bulan Oktober, 2011

KUKALAHKAN RASA TAKUT ITU


10

Oleh : Devi Yuanita Sari

UAN sudah tinggal menghitung hari. Saat itu tiba pula waktunya untuk menentukan perguruan tinggi dimana aku akan berkuliah nanti. Aku jadi lebih sering mengunjungi ruang BK daripada biasanya, untuk mencari informasi. Sambil terus mempelajari brosur-brosur dari berbagai perguruan tinggi, ingatanku akan percakapan dengan keluargaku pun membayang. Bapak khawatir tidak bisa membiayai kuliahmu, nak. kata bapak pada di suatu hari. Aku terdiam mendengarnya. dek, kamu harus kuliah lho ya...harus! jangan seperti kakakmu ini yang akhirnya cuma bekerja. Kamu harus lebih baik dari pada kakak. Kakakku mengatakan itu di hari berikutnya. Aku berkaca-kaca bila mengingat setiap kata-kata mereka. Aku juga ingat akan cerita kakakku, bagaimana dia terus mengikuti try-out SNMPTN (saat itu SPMB) di berbagai tampat, walaupun ia tahu biaya untuk berkuliah tak memungkinkan. Tapi dia tetap berusaha, namun sayang Allah berkehendak lain. Dia belum bisa berkuliah saat itu. Setelah beberapa lama mempertimbangkan, sampailah aku pada pilihan untuk melanjutkan di UNAIR. Setibanya dari sekolah, aku pun menceritakan kepada bapak, ibu dan kakakku. Mereka menyetujui setelah tahu berapa biaya PMDK-Prestasi. Walaupun bapak masih tetap ragu apakah beliau bisa terus membiayaiku. PMDK-Prestasi ditambah lagi biaya hidup, masih terasa begitu berat bagi beliau. Di sisi lain, beliau ingin juga menurutiku, tapi tidak tega kepada kakakku yang tidak bisa kuliah waktu itu. aku nggak apa-apa, pak, selalu begitu yang diucapkan kakakku untuk meyakinkan bapak. Sungguh sebenarnya aku sendiri ingin menangis mendengarnya. Saat itu aku belum mengetahui perihal adanya Beasiswa Bidik Miisi. Jadi, aku hanya memutuskan mengikuti PMDK-Prestasi. Alhamdulillah, aku lolos dan diterima. Tinggallah aku menunggu kapan aku mulai masuk kuliah. Dengan sedikit rasa cemas apakah biaya kuliah nanti bisa dipenuhi? Tapi aku berusaha meyakinkan diri. Allah Maha Kaya. Pasti ada cara-Nya. Begitu pikirku. Yang terpikir saat itu adalah aku akan mencari beasiswa setelah aku berkuliah nanti. Allah mulai menunjukkan kuasa-Nya. Di suatu siang, telepon genggamku berbunyi. Ada sebuah nomor baru. Assalamualaikum, kataku setelah kupencet tombol hijau di hp-ku. Waalaikumsalam, kami dari UNAIR akan menawarkan beasiswa untuk anda, disini kami melihat data anda memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut. jawab suara di
11

seberang sana. Tapi maaf, pak. Ini dengan pak siapa ya? saya pak Wahyu dari bagian kemahasiswaan. Lalu ini beasiswa apa pak ya? tanyaku sekali lagi. Ini Bidikmisi, karena kuotanya masih ada, jadi anda saya tawari untuk ikut. Saat itu aku masih belum bisa percaya, begitu banyak pertanyaan yang menghampiri karena telepon itu begitu tiba-tiba. Belum lagi penelepon itu berkata aku harus ke Surabaya besok, aku belum pernah ke Surabaya seorang diri. Ada rasa takut menyergap membayangkan aku berangkat esok hari. Sendiri. Karena biasanya aku bersama keluarga ke Surabaya, ketika mengunjungi saudara, atau ketika aku mengikuti tes PMDK-Prestasi waktu itu, bapakku yang menemani. Aku yang belum terlalu siap harus berangkat ke Surabaya untuk mengurus segala keperluan beasiswa bidik misi, keesokan harinya. Kukumpulkan keberanian dengan berbekal fotocopy rapor sesuai dengan yang diinstruksikan Pak Wahyu kemarin. Sesampainya di terminal, aku di jemput kakak iparku lalu ia mengantarku ke rektorat. Di sana ternyata aku harus mengurus surat-surat dari desa, membuat surat pernyataan dan rekomendasi dari sekolah. Hari itu pula mau tidak mau aku kembali pulang ke rumahku di Trawas yang kiri-kira waktu tempuhnya 2-3jam. Rasa lelah menghampiri, tapi aku meyakinkan diri untuk tetap bertahan. Sesampainya di rumah bapak turut membantu. Mengantarku untuk mengurus surat-surat di kantor kelurahan. Sungguh, ketika aku melihat perjuangan beliau, aku teringat akan segala perjuangan beliau selama ini untuk keluarga kami. Di rumah, ibu tak henti-henti berdoa dan terus mendukungku. Aku sendiri lalu berangkat ke SMAku yang berjarak 12 km dari rumah untuk meminta surat rekomendasi. Sayangnya kepala sekolahku yang saat itu sakit tidak ada di tempat. Ada sedikit rasa kecewa. Aku pun pulang dan memutuskan datang hari berikutnya. Alhamdulillah, beliau datang. Aku pun mengutarakan maksudku. Beliau mendukung dan mendoakanku agar aku lolos. Aku tersenyum bahagia saat itu, beliau memang sedikit banyak mengenalku. Segala keperluan sudah selesai. Malam itu aku kembali disergap rasa takut untuk berangkat lagi ke Surabaya. Seorang diri. Jujur aku menangis malam itu. Ibu datang menenangkanku. Sabar, nak. Ini baru awal. Kamu pasti akan terbiasa nanti. Nyamaaan sekali rasanya menengar kata-kata beliau yang duduk disampingku mengelusku, hangat.. Aaah... menulis semua ini semakin membuatku rindu pada ibu. Pagi-pagi aku berangkat. Kakak iparku kembali yang membantuku sesampainya di Surabaya. Sesampainya di kampus C, ia menunggu di luar. Aku masuk ke ruang kemahasiswaan
12

untuk menyerahkan berkas-berkas yang telah kubawa. Setelah selesai kakak iparku mengantarku untuk melihat rumah kost tempatku nanti. Lalu kami pun mampir ke tempat kakakku bekerja di daerah Medokan. Aku menginap semalam. Keesokan harinya aku pulang. Perasaan lega menemaniku pulang hari itu. Bagaimana, nak? Lancar? begitu tanya ibu sesampainya aku di rumah saat beliau menemaniku beristirahat. Alhamdulillah, bu. Lancar, tinggal menunggu hasilnya. Semoga lolos ya, bu. Amin. kata ibu mantap. Hari-hari dimulainya perkuliahan semakin dekat. Aku sudah mulai menempati tempat kostku. Saat itu di Kedung Tarukan Baru 3C. Aku menjalani PPKMB dari tingkat universitas, fakultas hingga jurusan. Sambil terus berdoa dan menunggu kabar mengenai pengumuman bidikmisi. Karena lokasi kostku lumayan jauh, bulan Oktober 2010 aku memutuskan pindah ke asrama Ekanita. Bulan itu perkuliahan dimulai. Di asrama ternyata banyak mahasiswa penerima bidikmisi. Hari yang ditunggu tiba. Teman-teman mendapatkan pengumuman bahwa beasiswa telah keluar. Tapi aku belum mengetahui apakah aku lolos atau tidak. Salah satu temanku yang sudah melihat ke rektorat berkata bahwa aku mendapatkan beasiswa bidikmisi juga. Aku begitu senang mendengarnya. Hari itu aku ke rektorat (mencoba) sendiri dengan menumpang bus FLASH. Aku mencari namaku di dalam daftar mahasiswa penerima bidikmisi. Di bantu oleh petugas yang mengurus bidikmisi. Setelah beberapa saat mencari, ternyata namaku ada. Setelah menandatangani daftar tersebut, petugas tersebut menjelaskan seperti apa teknis penerimaannya. Ternyata kita akan dibuatkan rekening baru di bank Mandiri dan beasiswa itu akan kami terima tiap bulan untuk biaya hidup. Biaya semester juga akan dibayarkan secara langsung. Aku begitu bersyukur. Alhamdulillah... berulang kali aku ucapkan. Aku segera memberi kabar pada kedua orang tua. Mereka terdengar begitu bahagia dan bersyukur. Saat itu aku begitu terharu dan menitikkan air mata. Sungguh, aku sangat mensyukuri semua ini. Dengan beasiswa bidikmisi aku bisa belajar di sini. Di Universitas Airlangga. Aku akan berusaha untuk belajar keras sebagai wujud rasa syukur itu. Menulis semua ini membuat aku mengenang masa itu. Perjuangan, rasa kecewa dan

13

takut yang berakhir haru dan bahagia, semua itu telah membuahkan hasil. Tinggallah aku sekarang harus berjuang untuk bisa menjadi orang yang berguna. Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih bapak-ibu dan kakak-kakakku yang mendukungku. Doa mereka begitu berarti. Terima kasih kepala sekolah dan guru-guruku yang senantiasa membantuku. Terima kasih pada pihak kemahasiswaan UNAIR yang menjadi jembatan bagiku untuk mendapatkan beasiswa ini. Terima kasih. Hanya itu yang bisa aku sampaikan. Aku berdoa agar Allah membalas jasa-jasa mereka semua. Dan aku akan berusaha pula untuk membuat mereka bangga dan bahagia. Khususnya keluargaku.

PERJUANGANKU
14

Oleh : Adi Surya Oktavianto

Assalamualaikum Pertama-tama saya mau mengucapkan terima kasih kepada teman-teman BEASISWA bidik misi karena sudah mengadakan progam untuk curhatan anak bidik misi. Nama saya Adi Surya Oktavianto, sekolah di SMAN 3 Surabaya. Waktu masih kelas XII SMA, saya sudah mempunyai tekat dan impian untuk bisa kuliah di Universitas Airlangga dengan beasiswa. Pada waktu akhir SMA kelas XII semester I, saya sudah mempersiapkan diri untuk belajar dan berusaha mencari info agar bisa kuliah tanpa membebani orang tua saya. Pada pendaftaran PMDK Prestasi, saya didaftarkan oleh SMAN 3 Surabaya untuk mengikuti tesnya tersebut. Dan alhamdulilah waktu itu ada pendaftaran beasiswa BIDIK MISI dengan persyaratan yang sangat banyak dan rumit. Tapi karena tekat saya sudah bulat untuk kuliah, maka saya segera memproses persyaratan beasiswa BIDIK MISI itu dengan cepat. Alhamdulilah juga selama di SMAN 3 Surabaya, saya bisa mendapatkan rangking 1 dari kelas X sampai dengan kelas XII. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan meskipun itu hanya kesuksesan yang sangat kecil. Kemudian persyaratan beasiswa BIDIK MISI itu saya kirimkan secara kolektif ke PPMB UNAIR yang ada di Jalan Dharmawangsa. Dan pada pengumumannya, saya sedikit kecewa karena saya tidak lolos seleksi administratif untuk bisa mendapatkan BMU (Biaya Mengikuti Ujian). Tapi saya tidak menyerah karena kalau seandainya tes PMDK Prestasi saya lolos, maka secara otomatis saya bisa dapat BIDIK MISI. Akan tetapi, pada saat pengumuman, lagi-lagi saya harus tertunduk lesu karena tidak diterima di Universitas Airlangga. Tapi Saya tidak menyerah, karena saya yakin bahwa Allah punya rencana lain. Pada pendaftaran SNMPTN, akhirnya saya bisa lolos seleksi administratif dan mendapatkan BMU (Biaya Mengikuti Ujian). Pada tanggal 14 Juli 2010, saya berkumpul di gedung Kahuripan kampus C UNAIR untuk berkumpul dengan teman-teman penerima BMU. Jumlahnya sekitar 500-an karena sudah di seleksi. Pada hari itu juga saya di asramakan di asrama R.S Haji Surabaya. Saya 1 kamar dengan 12 orang teman baru saya. Seperti Iqbal (FPK 2010), Rangga (FST 2010), Syaiful Yahya (FST 2010), Munir (FST 2010), Reza Hendra (FEB 2010). Sebuah keakraban dan kebersamaan yang sangat luar biasa selama hidup saya. Karena dari teman-teman itulah
15

saya bisa berfikir bahwa dalam meraih masa depan benar-benar membutuhkan usaha yang sangat kuat untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan. Pada tanggal 16 dan 17 Juli 2010, saatnya pertempuran dimulai. Kita semua (dari anakanak BMU) berangkat ke tempat ujian dengan naik Bus Flashnya UNAIR. Dan kebetulan saya tes SNMPTN-nya di FISIP Kampus B Unair. Pada hari pertama, saya sangat bingung bahkan hampir mau menangis karena di LJK saya kurang tanda tangan saya. Tapi saya tetap otpimis saja. Setelah hari kedua tes SNMPTN, semua anak BMU dikumpulkan jadi satu untuk acara penutupan yang dihadiri oleh Mas Arif Faturrachman selaku Presiden BEM UNAIR dan Bapak Imam Mustofa selaku Direktur Kemahasiswaan. Sangat bangga dan senang sekali bisa ketemu dengan beliau semua. Dan pada akhirnya, perpisahan telah terjadi. Sempat kami semua berifkir, akankah kita bertemu di Universitas Airlangga, tapi nampaknya seluruh teman-teman BMU benar-benar semangat dan yakin kalau bisa menuju dan kuliah gratis di Universitas Airlangga. Pada tanggal 17 Agustus 2010, pengumuman SNMPTN dimulai. Bisa dilihat di warnet atau di koran. Tapi sekali lagi, saya tidak lolos SNMPTN. Hatiku benar-benar sakit dan menangis. Dan aku juga sudah putus asa untuk kuliah karena faktor biaya yang saya hadapi. Tapi saya tetap tegar dan mencoba berfikir Mungkin Allah memberikan jalan lain yang lebih baik dari ini. Kemudian saya berusaha untuk melamar pekerjaan untuk menghilangkan memori buruk di SNMPTN. Dan pada hari kamis, saya puasa sunnah tiba-tiba ada telfon dari teman SMA saya dulu. Dia menawarkan untuk memberikan aku bukti pembayaran bank untuk daftar PMDK Diploma. Dia sengaja memberikan itu ke aku karena dia sudah diterima di PMDK UMUM 2 dan tidak mau serakah. Subhannallah... apa ini jalan dari Allah untuk memberikankanku sebuah kesempatan untuk kuliah. Akhirnya dengan ijin orang tua aku mengikuti tes PMDK Diploma yang sudah dikasih uang pendaftarannya sama temanku SMA itu. Dan Alhamdulilah saya bisa diterima di Universits Airlangga. Kemudian saya dengan tekat dan semangat pantang menyerah, saya ke Rektorat dan mencari yang namanya Bapak Singgih untuk mengajukan beasiswa BIDIK MISI lagi. Dan alhamdulilah saya bisa diterima untuk kuliah di Universitas Airlangga dengan Beasiswa BIDIK MISI. Sekali lagi, Subhannallah...Ternyata sebuah masalah dan tantangan apabila kita mau berusaha, berdoa, dan berjuang dengan kesabaran dan pantang menyerah maka Allah akan memberikan
16

hasilnya sesuai dengan usaha kita. Mungkin itu, sekelumit cerita dari perjuangan saya untuk bisa Kuliah di Universitas Airlangga dan bisa mendapatkan Beasiswa BIDIK MISI. Apabila ada salah kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb

17

ALLAH MAHA TAHU


Oleh : Rohmatul Afrilia

Sekolahku bukanlah termasuk sekolah yang update mengenai beasiswa di kala itu. Bukan hanya Beasiswa Bidik Misi, tetapi beasiswa pendidikan yang lainpun jarang ada penawaran. Maklum, sekolahku tergolong SMA yang bisa dibilang elite, karena letaknya di pusat kota dan juga termasuk SMA terfavorit se-kabupaten Gresik. Rata-rata mereka yang bisa sekolah disitu adalah anak-anak dari orang berada. Biaya SPP di kala itu Rp 200.000 dan uang pembangunan sebesar Rp 2.500.000 yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Mungkin hal tersebut tergolong pantas, karena predikat yang disandang SMA-ku adalah SMA SBI yang juga menjadi SMA terfavorit di Gresik. Namun bagi anak yang berasal dari desa sepertiku, biaya tersebut tidaklah sedikit. Bahkan aku pernah tidak mampu membayar SPP-ku selama enam bulan berturut-turut dan hampir tidak bisa mengikuti ujian. Uang pembangunanpun terpaksa harus aku lunasi selama tiga tahun sehingga namaku kerap kali diabsen sebagai siswa yang uang pembangunannya belum lunas. Aku berasal dari Sidayu, desa asri yang damai di sebelah utara kota Gresik. Kalau dari kota kurang lebih sekitar 45 menit perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Aku adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Selisih antar saudaraku tiga tahunan, yang paling kecil baru lahir februari kemarin. Ayahku bekerja sebagai PNS (nonguru) dan ibuku adalah seorang wiraswasta, kami punya toko kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-hari. Meskipun ayahku seorang pegawai negeri, namun dengan gaji yang beliau terima setiap bulan tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sembilan orang di rumahku. Sehingga setiap pulang dari kantornya di siang hari, ayah harus berangkat kerja lagi mencari tambahan pengahasilan dengan cara membawa barang dagangan dari toko untuk dijajakan ke desa-desa dan kembali ke rumah setelah maghrib. Begitu seterusnya untuk setiap hari. Beliau memang orang yang ulet dan tak kenal lelah. Menjelang akhir kelas tiga, saat pendaftaran PMDK seluruh universitas mulai dibuka, aku hanya bisa duduk termenung melihat teman-temanku yang berbondong-bondong mendaftar
18

di universitas manapun yang mereka inginkan. Padahal untuk satu universitas, umumnya dikenakan biaya pendaftran sebesar Rp 200.000-500.000. Dengan segala keterbatasanku, aku hanya bisa mendaftar pada satu universitas yang menjadi prioritasku yaitu Universitas Airlangga. Karena PMDK-Prestasi di UNAIR lah yang semua biayanya tetap murah dibanding universitas lain. Dan pada saat itu, belum ada sama sekali pemberitahuan tentang Beasiswa Bidik Misi UNAIR. Dalam hati kecilku aku selalu berdoa semoga semuanya dapat menjadi berkah di masa depan. Tiba saat pengumuman penerimaan PMDK-Prestasi UNAIR, aku kurang beruntung. Aku tidak diterima di satu-satunya Universitas yang kujadikan pegangan sebelum aku benar-benar lulus dari SMA. Sedangkan teman-teman dekatku rata-rata sudah punya pegangan semua. Bahkan beberapa dari mereka ada yang diterima pada dua-tiga universitas sekaligus. Aku sedih, aku kecewa, aku iri. Seakan dunia tak berpihak pada orang kecil sepertiku. Aku hanya bisa menangis meratapi nasibku. Aku ingin sekolah ya allah, aku tak tega mengecewakan harapan besar orang tuaku kepadaku sebagai anak pertamanya. Anak yang bisa mengaharumkan nama orang tuanya, anak yang bisa membanggakan orang tuanya, dan anak yang bisa menjadi panutan bagi adik-adiknya. Tapi aku harus bangkit, aku tidak boleh terus jatuh pada keterpurukan. Sekarang satusatunya jalan yang bisa ku gapai dengan biaya murah hanyalah lewat jalur SNMPTN. Aku harus benar-benar bertekat untuk itu. Orang tuaku sangat menginginkan aku menjadi seorang dokter, yang harapannya bisa mengangkat nama keluarga. Akhirnya yang menjadi pilihan pertamaku adalah FK dari salah satu universitas negeri di Malang, karena aku pikir tingkat persaingannya masih dibawah FK UNAIR. Kemudian untuk pilihan kedua adalah FKM UNAIR. Aku berharap untuk tidak mengecewakan orang tuaku lagi. Kerena pada saat itu, ibuku sedang sakit dan dirawat di rumah sakit karena beliau punya kista di rahimnya yang harus segera dioperasi. Aku berharap aku dapat membawa berita bahagia untuk beliau sehingga dapat sedikit membantu untuk kesembuhannya. Saat pengumuman SNMPTN pun tiba, aku lolos pilihan kedua. Ada rasa senang dihatiku, namun ada juga rasa sedih yang mengganggu pikiranku. Aku sedih karena tidak bisa memenuhi harapan orang tuaku kembali, aku takut untuk menceritakan hasil pengumuman ini kepada mereka. Aku tak tega melihat mereka kecewa lagi. Tapi aku mencoba untuk menceritakan semua. Ketika aku dan ayah menunggui ibu di rumah sakit, aku mulai membuka omongan
19

tentang hal itu. Awalnya aku takut, namun setelah semuanya ku ceritakan, ibu memasang senyum yang lebar. Beliau berkata mungkin ini memang yang terbaik untukmu nak, Allah pasti sudah mempersiapkan semuanya. Dan keesokan harinya, ibuku sudah boleh dibawa pulang dari rumah sakit. Alhamdulillah, paling tidak berita tersebut dapat membantu beliau agar cepat sembuh. Waktu untuk pendaftaran ulang dibuka, aku baru sadar bahwa uang daftar ulang untuk diterima di FK dari salah satu universitas negeri di Malang tersebut adalah sebesar 30 juta TUNAI. Ya Allah, jika aku memang benar bisa diterima disitu, mungkin aku akan sangat senang dengan hasil pengumuman tersebut, tapi aku tidak akan sanggup untuk membayar semua persyaratannya. Uang dari mana lagi sebanyak itu. Padahal ibuku juga butuh segera dioperasi. Mungkin memang sudah jalanku dapat diterima di UNAIR, dengan biaya daftar ulang yang sama untuk semua fakultas dan dengan biaya yang bisa dijangkau sangat meringankan beban orang tuaku. Sampai di loket E, petugasnya menanyaiku tentang kondisi ekonomi keluargaku. Rasanya air mata ini ingin jatuh, tapi harus aku tahan. Akhirnya mereka menawariku Beasiswa Bidik Misi yang bisa gratis biaya pendidikan, sekaligus dapat biaya hidup tiap bulannya. Seakan mimpi yang indah, aku serasa kejatuhan durian runtuh. Ya Allah, ini memang benar-benar takdirMu, engkau memang persiapkan semuanya untukku. Alhamdulillah ya Allah Engkau selalu ada di saat aku membutuhkanMu. Engkau memang pilihkan yang terbaik untukku. Alhamdulillah. . .

20

YAKIN ITU PERLU


Oleh : Ana Puspaningtyas

Universitas Airlangga??? Ya......sebuah Universitas Negeri dan merupakan salah satu Perguruan Tinggi favorit yang ada di Indonesia, siapa yang tak tahu itu??? Jujur saya belum pernah bermimpi kalau saya bisa menimba ilmu di Universitas ini. Apalagi saya bisa mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Sebuah beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dan berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Alhamdulillah....saya bisa melanjutkan kuliah di luar kota dan di PTN. Saya dulu pernah berpikir bahwa saya tak bisa kuliah di luar kota, karena orang tua saya, terutama ibu tidak mengijinkan saya untuk kuliah di luar kota. Tetapi, semua itu berubah 180 derajad. Lalu, bagaimana semua ini bisa terjadi? Semuanya berawal dari rentetan cerita panjang dan akan menjadi secuil kisah dalam perjalanan hidupku. Ingin tahu ceritanya lebih lanjut? Simak terus ya! Keinginan untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi adalah mimpiku sejak dulu. Meskipun saya adalah anak desa tetapi keinginan untuk melakukan perubahan yang besar selalu membayangi dalam setiap mimpiku. Tetapi, ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah saya belum tahu perguruan tinggi mana yang akan saya masuki. Kemudian saya meminjam buku panduan SNMPTN milik teman saya yang ikut Bimbingan Belajar. Perlu dicatat! Tujuan saya meminjam buku bukan berarti saya akan mengikuti ujian SNMPTN. Tetapi, saya hanya sekedar iseng. Dari keisengan itulah saya menjadi tahu tentang perguruan tinggi negeri. Kemudian ada sedikit gambaran untuk diri saya. Yaa.....Saya ingin kuliah ke luar kota dan di PTN!!!!.Kemudian keinginan saya itu kuutarakan kepada orang tua saya. Tetapi, semuanya tidak semudah yang saya harapkan. Ibu tidak setuju jika saya kuliah ke luar kota. Alasan yang paling fundamental dan saya tak mungkin menentangnya adalah mengenai masalah biaya. Maklum, untuk kuliah di luar kota itu memang banyak mengeluarkan biaya. Tetapi, saya tidak putus semangat. Setiap hari, saya berusaha untuk membujuk ibu agar setuju dengan keinginanku. Selain itu, tak lupa dalam tiap alunan doaku selalu kupanjatkan agar aku bisa kuliah di luar kota dan di PTN. Setetes embun di pagi hari itu masih ada, mungkin itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan suasana saat itu. Sebuah titik cerah itu datang ketika saya dipanggil oleh Bu
21

Wafi, guru BP di sekolah saya. Saya dan keempat teman saya dipanggil agar mempersiapkan berkas-berkas untuk digunakan sebagai syarat pengajuan Beasiswa Bidik Misi. Untuk mendapatkan beasiswa ini harus melewati banyak tahapan. Diantaranya adalah seleksi administrasi, yaitu seleksi melalui berkas-berkas yang telah dikirimkan dan kemudian bagi yang lolos tes ini dapat mengikuti ujian tanpa harus mengeluarkan biaya. Waktu itu saya dan temanteman mengirimkan ke Universitas Airlangga. Singkat cerita, setelah satu bulan dari pengiriman berkas keluarlah pengumuman. Tepatnya pada Ujian Akhir Nasional, tetapi hasilnya sedikit mengecewakan. Dari kelima anak yang mengirimkan berkas hanya satu yang berstatus BMU (Biaya Mengikuti Ujian). Sehingga seperti dikomando, keempat anak yang lainnya termasuk saya langsung mundur dan tidak meneruskan lagi. Sebenarnya secara administrasi kami berlima diterima tetapi yang dapat BMU hanya satu anak. Kecewa? Pasti..,tetapi kekecewaan itu tak kubiarkan bersemayam lama dalam kalbuku. Segera kutepis dan kukobarkan lagi semangatku bahwa Aku harus kuliah di luar kota dan pastinya di PTN. Kemudian kuberanikan diri untuk mendaftar Beasiswa di UIN Maliki Malang. Sama seperti yang di UNAIR, saya lolos seleksi administrasi dan saya mengikuti tes di Malang bersama temanku, Eva namanya. Dua minggu telah berlalu, hasil pengumuman itu saya tunggu tapi tak ada kabarnya. Sebulan dari tanggal pengumuman tapi tak datang juga. Perasaan putus asa sempat singgah di hati ini tatkala guru-guruku menanyakan tentang tes itu. Dalam keputusasaanku itu datanglah sebuah surat panggilan dari Universitas Airlangga yang menyatakan bahwa kami disuruh untuk mengikuti tes SNMPTN dan apabila lolos akan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Atas saran dari bapak/ibu guru, akhirnya saya mengikuti tes itu. Bersama dengan kedua teman saya, saya akhirnya berangkat ke Surabaya. Sebelum berangkat ke Surabaya ada cerita lucu yang menghiasinya. Guru-guru kami sempat bingung dengan apa kami pergi ke Surabaya. Saya masih ingat ketika itu bapak ibu guru kami berada di depan kantor dan saling beradu argumen tentang kepergian kami ke Surabaya. Ada yang mengusulkan untuk naik kereta, ada juga yang mengusulkan untuk naik bus saja. Kami memang kagum pada guru-guru kami, coba Anda pikirkan yang mau pergi ke Surabaya itu siapa dan yang repot siapa. maksudnya kami bertiga, harap kamlum ya.
22

Kami adalah anak desa

yang belum pernah ke Surabaya jadi kami merasa takut kalau pergi kesana sendirian eitsss

Hingga akhirnya tepat pada tanggal 12 Juni 2010 kami tiba di Surabaya. Kami menginap di kosnya kakak kelas. Dan keesokkan harinya kami diantar ke UNAIR. Pagi itu tepatnya di Ruang Kahuripan ada sekitar lima ratus anak yang datang dari berbagai daerah yang tujuannya sama yaitu berjuang dan ingin mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Sempat minder juga, tapi tetap yakin bahwa saya pasti bisa. Kemudian sekitar lima ratus anak itu dibawa ke asrama Haji Sukolilo untuk mendapatkan pembekalan sebelum tes SNMPTN. Disini saya mendapatkan banyak kenalan dengan anak-anak dari luar daerah. Saat itu, saya satu kamar dengan delapan anak. Selama empat hari bersama timbullah keakraban di antara kami. Selama kami di asrama haji, saya mendapatkan pengarahan dari panitia BMU. Di situ kami mendapatkan motivasi dari pak Imam, berbagi cerita dengan mas Arif, sampai diantarkan ke tempat tes. Tes SNMPTN tinggal satu hari lagi. Tetapi, malam hari sebelum tes saya mendapatkan kabar yang begitu mencengangkan. Saya tidak lolos tes yang di UIN Malang. Sempat nangis saat itu, tetapi alhamdulillah saya punya teman-teman yang baik. Saya diberi motivasi, bahwa mungkin itu belum rejekimu An, ucap Eva temanku yang diterima di UIN Malang. Saya sempat gelisah, tapi inilah hidup. Apapun yang terjadi saya harus tetap menjalaninya. Malam itu saya tidak bisa tidur. Tetapi, saya yakin bahwa disini saya harus bisa. Saya harus lolos tes SNMPTN. Waktu itu saya tesnya di ITATS, yang jaraknya lumayan dekat dari asrama haji. Sehingga teman-teman yang tes disana berjalan kaki ketika menuju ke sana. Hari tes pertama, saya agak tidak percaya bahwa saya benar-benar mengikuti tes SNMPTN. Saya mikir ternyata ada manfaatnya juga saya pinjam buku waktu itu. Pejuang-pejuang tangguh, ya kata itulah yang slalu saya ingat ketika saya mereview perjuangan berjalan kaki menuju ITATS bersama seratus teman lain. Kata-kata itu saya dapatkan dari mbak Fefty, ketua pelaksana BMU. Ikhtiar telah selesai, kini tiba saatnya untuk berserah diri. Satu bulan kemudian pengumuman itu keluar. Malam hari sebelum pengumuman, ada temanku yang mengirimkan sms bahwa dia diterima. Aku merasa senang, dan aku yakin bahwa aku juga akan diterima. Keesokkan harinya, temanku sms aku dan menanyakan nomor tesku. Tapi tak kubalas, waktu itu pulsaku tengah habis. Tak lama kemudian, temanku itu menelepon dan menanyakan nomor tesku. Kututup telpon itu, dan kutinggal sholat dhuha. Kemudian berdering lagi. Selamat an, kamu diterima di Jurusan Matematika, suara Eva bagaikan air di tengah padang pasir yang menyejukkan raga, maaf kata-katanya agak lebay, karena saya benar23

benar bahagia waktu itu). Itulah sedikit cerita dari saya, semoga bisa menginspirasi banyak orang. Satu hal yang perlu dicatat dari cerita ini adalah bahwa keyakinan untuk mendapatkan sesuatu itu perlu. So, TETAP SEMANGAT yaaa!

24

SECUIL KARUNIA DARI KEBESARAN-NYA


Oleh : Binti Rumiyati

Bin kamu di cari bu Nanik, disuruh ke ruang BK (bimbingan konseling), teriak Ida temenku dari luar kelas. Ya Da trims yaa, jawabku padanya dengan sedikit berteriak. Yuhu..sama-sama, meninggalkan depan kelas XII IPA 1. Saat itu juga aku dan satu teman sekelasku (Kiki) bareng ke ruang BK memenuhi panggilan bu Nanik. Di sana kami diberi tahu kalau ada beasiswa dari UNAIR yang membuat semangatku ingin kuliah bangkit lagi. Di sana kami diberi tahu kalau ada Beasiswa BIDIK MISI dengan pembayaran biaya kuliah free selama 4 tahun dan biaya masuknyapun tak memerlukan biaya kalau bisa lolos BMU, kami bersepuluh dimintai kepastiannya hari itu juga. Mau nggak kalian ikut daftar di sini, kalau memang gak mau akan segera ibu carikan penggantinya. ucap bu Nanik dengan kewibawaannya. Akhirnya kami ambil tawaran itu, meskipun sebenarnya saat itu aku belum dapat izin dari keluargaku dan beberapa saudaraku, karena memang keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Saat itu yang sudah pasti mendukungku untuk kuliah hanyalah kakakku dan saudara yang rumahnya dekat dengan rumah budheku yang kutumpangi selama aku SMA. Setelah pulang sekolah aku langsung minta izin pulang ke rumah pada Budhe dan Pakdhe. Dari izin mereka saat itu juga aku meluncur ke tanah kelahiranku (Gading) dan mengatakan kepada keluargaku di sana kalau aku tetep akan melanjutkan kuliah karena ada beasiswa BIDIK MISI ini, seperti sebelum-sebelumnya jawabannya tetep sama. Kamu mau pakai uang apa Bin buat kuliah, tidak mengerti keadaan orang tua mu ya? Masalah itu tidakak usah dipikir mak, yang penting jenengan bolehkan aku kuliah atau nggak sekarang? Kan sudah ada beasiswa BIDIK MISI dan BMU, nanti misalnya memang nanti nggak lolos BMU ya nggak dilanjutin.

25

Akhirnya dengan tekadku, orang tuaku memberikan izin juga meskipun agak terpaksa, segala pesyaratan yang diminta segera aku kumpulkan. Keesokan harinya aku kembali ke sekolah dan mengumpulkan berkas-berkas itu untuk segera dikirim ke UNAIR. Doaku tak pernah putus sejak saat itu berharap Allah SWT mengabulkan doaku supaya bisa lolos BMU, karena itulah jalan satu-satunya untukku bisa melanjutkan kuliah. Beberapa minggu kemudian pengumuman yang kami bersepuluh nantikan datang juga. Saat itu detak jantungku bergetar sangat cepat menunggu hasilnya, berharap bisa lolos BIDIK MISI dan BMU. Alhamdulillah pengumuman dari UNAIR sudah keluar dan hasilnya sangat memuaskan, sembilan dari kalian lolos BIDIK MISI, dan kamu yang belum lolos jangan berputus asa ya.,mungkin ini belum rejekimu, hibur bu Nanik ke Yuni yang belum bisa lolos BIDIK MISI UNAIR. Tapi buat kalian yang sudah lolos ibu berharap kalian jangan berhenti sampai di sini saja, karena dari kalian yang mendapatkan BMU hanya Kiki saja, jadi kalian yang belum lolos BMU harus membayar registrasi sebesar Rp 300.000,00 untuk membeli formulir, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. tutur bu Nanik. Saat itu rasanya aku pengen nangis dan menjerit sekeras-kerasnya karena bagiku keinginanku untuk kuliah saat ini sudah pupus. Di tanah kelahiranku aku mencoba minta bantuan ke ortuku buat beli formulir. Mak, nggak jadi kuliah aku, aku nggak lolos BMU dengan nada agak nangis dan marah aku ucapkan ke orang tua dan saudaraku disitu. Di Betet, rumah budheku, kepada budheku aku bilang kalau aku nggak jadi melanjutkan, soalnya tidak ada biaya untuk membeli formulir. Budheku sebenarnya ada uang tapi cuma seratus ribu, dan aku nggak enak kalau harus pinjam beliau, sudah terlalu banyak merepotkan soalnya. Saudara sebelah rumah budheku memanggilku dan tanya bagaimana hasilnya. Kayaknya aku nggak jadi nglanjutkan mas, soalnya orang tuaku lagi nggak ada uang, jawabku dengan nada agak menangis. Semalaman aku nggak bisa tidur memikirkan mau pinjam uang siapa ini? Padahal Senin besok harus sudah beli formulirnya. Berbagai macam doa kupanjatkan pada-Nya dan tak lupa pula sholat tahajud yang selama ini jarang sekali aku lakukan, berharap ada keajaiban atau apalah yang bisa buat beli formulir.
26

Karena Allah memang Maha Agung, tepatnya minggu jam 15.00 aku di panggil sama saudara sebelah rumah yang beliau saat itu mau kembali ke Surabaya. Disana sungguh tak kuduga. Bin, kalau memang kamu sangat ingin kuliah, mbak ada uang sedikit ini, mungkin bisa kamu pakai dulu. Nanti masalah mengembalikannya nanti saja, kalau kamu sudah ada uang, Makasih mbak, makasih banget (dengan mata berkaca-kaca) nggak ada kata-kata lain yang bisa aku ucapakan, selain ucapan terimakasih,dan rasa syukurku kepada-Nya. Hari senin kali ini terasa berbeda, tepat jam 15.00 aku sudah selesai melakukan registrasi dan mengisi formulir bersama tujuh temanku lainnya. Sholat dzuhur hari itu penuh denga ucapan rasa syukurku kepada-Nya. Dan bukan hanya itu, beberapa minggu setelah aku menginjakkan kakiku untuk yang pertama kalinya di UNAIR untuk melakukan tes tulis, dengan hasil yang tak kuduga, lewat ponsel mbakku (putri Budheku) aku dapat kabar kalau aku diterima di UNAIR dengan NIM 141011009 di jurusan BUDIDAYA PERAIRAN. Banyak teman sekelasku yang memberi ucapan selamat kepadaku dan tak terkecuali bapak ibu guru yang lumayan dekat denganku memberiku ucapan selamat. Akhirnya Nduk terkabul juga doamu, jangan pernah sia-siakan kesempatan ini,semoga ini langkah awal yang cerah untuk hidupmu, ucap guruku sambil mengelus kepalaku, seperti dengan anaknya sendiri. Di hari minggunya aku pulang ke Gading mengabari kedua orang tuaku dan saudaraku dan beberapa saudara yang saat itu tidak ada di rumah, kalau aku sudah di akui sebagai mahasiswa UNAIR. Meskipun respon beberapa dari mereka ada yang tidak menyenangkan tak aku pedulikan, yang penting aku sudah diterima. Terimakasih ya ALLAH atas segala karunia yang Engkau berikan kepada Hamba dan teman-teman hamba.

27

MENGARUNGI SAMUDERA KESUKSESAN


Oleh : Dewi Mutmainah

Sepahit empedu jika diterima dengan rasa kecewa, tapi serasa semanis madu jika diterima dengan keikhlasan. Suatu usaha adalah tantangan bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti perjalanan mengarungi samudera pendidikan menuju perguruan tinggi yang diharapkan. Di sini aku akan bercerita bagaimana perjalananku mengarungi samudera itu, hingga sukses masuk UNIVERSITAS AIRLANGGA. Setiap siswa SMA yang kelas tiga pasti memikirkan nasibnya setelah menjalani UNAS, entah akan kuliah atau bekerja. Tapi kalau perempuan kebanyakan ingin kuliah, seperti aku ini. Walaupun kadang kendalanya dalam hal biaya. Untunglah aku mendapatkan Beasiswa BIDIK MISI dalam hal ini. Setiap kesuksesan tidak luput dari pengorbanan, baik itu kecil maupun besar. Tidak semua usaha semudah membalikkan telapak tangan, semuanya butuh kesabaran. Sebenarnya dulu aku tidak ada niatan untuk kuliah di UNAIR, tapi nasib baikku mengatakan aku harus masuk UNAIR. Karena waktu SMA aku hidup di kalangan pondok pesantren, jadi aku tidak begitu tahu seluk-beluk universitas di luar sana, kalau tidak ada yang mengenalkan. Untunglah guru-guru yang ada di sekolahku sangat memperhatikan kelanjutan pendidikan anak didiknya, apalagi kepala sekolahnya bapak Abdullah Fakih yang sangat perhatian, seperti memberikan latihan-latihan dan pretest. Dulu di sekolahku, SMA AL-YASINI selain ikut program beasiswa BIDIK MISI, juga ikut program beasiswa PBSB (penerimaan beasiswa santri berprestasi) dari Depag. Dan setelah diseleksi, terpilihlah enam siswa kelas tiga dari semua jurusan lima perempuan dan satu laki-laki termasuk salah satunya adalah aku untuk ikut tes beasiswa PBSB. Kami berenam bukan malah bersenang-senang karena terpilih, tetapi kita sama-sama berjuang agar amanah yang kita emban tidak sia-sia dan mengecewakan almamater kita. Setiap hari kita belajar bersama dari pagi hingga sore, sampai-sampai kadang kita tidak ikut pelajaran di kelas. Tetapi kita juga tidak lupa berdoa dan meminta dukungan kepada orang terdekat kita, terutama pengasuh dan orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Hari demi hari kita lalui dengan lika-liku pengorbanan hingga sampailah pada hari yang menegangkan yaitu, tes PBSB. Tempat tes yang kita datangi
28

adalah Asrama Haji Sukolilo, di sanalah kita berjuang berperang dengan dinginnya AC dan panasnya soal yang diberikan. Berjam-jam kita lewati dengan berbagai macam soal yang tidak aku ketahui itu mudah atau sulit, karena terlalu banyaknya soal. Perut mulai berdendang karena dia tahu bahwa soal sudah terselesaikan dan sebentar lagi makan. Setelah keluar ruangan, seperti biasa layaknya seorang guru, kepala sekolah yang mengantar kita tes menanyakan bagaimana mengerjakan soalnya lancar apa tidak? Aku hanya bisa menjawab wallohu alam (hanya Alloh yang tahu) yang penting aku sudah berusaha sebaik mungkin. Setelah makan kita sholat kemudian pulang dan tinggal menunggu pengumuman. Satu bulan kemudian pengumuman pun datang dan yang diterima hanya dua orang, yang satu di UGM dan yang satu di UIN SYAHID. Hati terasa tersayat karena aku tahu aku tidak di terima di UGM, tetapi aku tidak mau larut dalam kesedihan karena aku tahu ada hikmah di balik itu semua. Dari situ aku bangkit dan berusaha membangun semangatku kembali untuk mencapai keinginanku kuliah dengan bebas biaya karena aku tahu orang tuaku tidak begitu mampu untuk membiayai aku kuliah yang biayanya cukup mahal. Untunglah meskipun beasiswa PBSB gagal, tetapi aku masih punya beasiswa BIDIK MISI yang aku andalkan menjadi senjata terakhirku masuk universitas dengan tanpa biaya. Ternyata persyaratan mengurusi berkas-berkas BIDIK MISI tidak semudah yang aku bayangkan, dan karena aku ada di pondok pesantren, jadi mau tidak mau ayahku harus bolakbalik dari rumah ke pondok yang menempuh waktu satu jam dengan naik motor untuk memenuhi berkas persyaratan, belum lagi kalau berkasnya keliru. Sebenarnya kau tidak tega dan merasa bersalah, tetapi untunglah orang tuaku sangat baik hati dan selalu mengerti aku. Sehingga mereka terus mengayomimu sampai persyaratan itu lengkap. Pertama aku bingung memilih universitas, karena di formulir disuruh memilih dua universitas yang diminati. Waktu itu aku memilih UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG dan UNEJ. Tetapi tidak bisa dipungkiri kesibukan sekolah membuat formulir terlambat dikirim dan akhirnya banyak universitas yang pendaftarannya sudah ditutup, termasuk salah satunya UIN MAULANA MALIK IBRAHIM yang membuatku harus mengubahnya dan entah kenapa hatiku menunjuk ke UNAIR seperti ada yang menggerakkannya. Formulir pun kemudian dikirimkan dan tinggal menunggu pengumuman. Hari demi hari telah aku lalui dan tibalah di saat penerima beasiswa BIDIK MISI berangsur-angsur diumumkam dari berbagai
29

universitas, dan temanku ada yang diterima dan ada yang tidak. Jantung mulai berdetak kencang ketika penerima beasiswa BIDIK MISI UNEJ diumumkan, dan kemudian terasa berhenti berdetak ketika aku tahu namaku tidak ada di daftar yang dicantumkan di website. Kini hari-hariku berjalan dengan penuh pertanyaan haruskah aku berhenti? harapanku tinggal satu yaitu dari UNAIR yang paling akhir sendiri pengumumannya. Aku tidak tahu kapan akan diumumkan, hingga pada saat aku di asrama, tiba-tiba teman-temanku mengucapkan selamat kepadaku, aku tidak mengerti apa maksudnya, katanya sih aku diterima di UNAIR. Tetapi aku masih bingung sebelum aku lihat sendiri namaku yang tercantum. Ternyata keyakinanku semakin tinggi karena tidak lama kemudian kepala sekolahku memanggilku dan memberi tahukan bahwa aku lulus BMU (biaya masuk ujian). Memang universitas lain tidak pakai tes untuk masuk beasiswa ini, kecuali UNAIR. Tetapi aku sangat senang dan bangga karena ternyata aku masih diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa. Aku terus berusaha dan berdoa agar BMU ini tidak sia-sia. Besoknya orang tuaku dipanggil ke sekolah oleh kepala sekolahku untuk diberitahukan soal beasiswaku, dan alangkah senangnya karena orang tuaku bangga kepadaku dan mendukung 100% untuk masuk UNAIR. Dari sekolah kami yang lulus BMU ada enam anak yang tiga laki-laki dan yang tiga perempuan termasuk di antaranya adalah aku. Selang beberapa hari kami kemudian kami diantar pihak sekolah untuk brefing ke kampus C Mulyosari Surabaya dengan penuh pengorbanan tersesat, mengingat kita semua tidak tahu persis tempatnya, tetapi akhirnya ditemukan meskipun terlambat sampai tujuan. Setelah mengantar kita kemudian mereka pulang. Setelah brefing, kita di kirim ke asrama haji untuk menginap karena mengingat waktu ujian SNMPTN yang tidak hanya ditempuh dalam waktu satu hari. Di sana kita diayomi dengan baik sekali oleh para panitia, termasuk di dalamnya ada tryout sekaligus pembahasannya agar kita tidak kaget dengan soal yang akan dikerjakan besoknya. Di asrama haji kita tidak hanya belajar soal, tetapi kita juga belajar berinteraksi dengan sesama penerima BMU agar bisa kenal satu sama lain dan syukurlah pertemanan kita disana masih terjalin sampai sekarang. Tidak terasa tiga hari telah berlalu dan tibalah saatnya kita pulang dan menunggu pengumuman. Ketika pengumuman tiba, aku tidak berani untuk melihat di website karena aku takut namaku tidak tercantum lagi dalam daftar. Kepala sekolahku kaget ketika tahu aku belum melihat pengumuman dan kemudian menyuruhku melihat di koran. Karena daftar yang
30

dicantumkan adalah bersifat nasional, maka aku dengan dibantu oleh teman-temanku menulusuru ribuan nama yang ada di koran. Alangkah bahagianya karena ternyata namaku tercantum di situ dengan kode jurusan Sastra Indonesia, tetapi sayangnya kelima temanku tidak. Teman-temanku pun memberi selamat kepadaku termasuk guru-guru yang ada di sekolah. Setelah aku berbagi kebahagiaan di sekolah, aku memberi kabar kepada orang tuaku bahwa aku diterima di UNAIR dan mereka pun senang sekaligus bangga. Setelah diterima aku harus memnuhi registrasi yang rumit walaupun aku tidak pakai biaya, tetapi jalan urusannya penuh dengan pengorbanan. Karena terlalu rumitnya sampai-sampai aku dan ayahku harus bolak-balik dari rumah di Pasuruan ke Surabaya, berangkat subuh pulang sore dan kadang sampai malam yang menempuh kurang lebih tiga jam setengah kalau tidak dilanda macet. Tetapi semua itu kita lalui dengan penuh keikhlasan, karena kita tahu ini adalah karunia dari Tuhan. Setelah aku memenuhi registrasi, akhirnya aku resmi menjadi mahasiswa UNAIR tahun 2010 dan kemudian aku pun menjalani ospek sebagaimana penerimaan mahasiswaaa baru di universitas. Itulah semua perjalanan indahku mengarungi samudera pendidikan untuk memasuki universitas terbaik ketiga se-Indonesia setelah UI dan UGM. Penuh perjuangan namun dijalani dengan penuh keikhlasan. Kegagalan bukan akhir dari suatu usaha, tetapi kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Jadi setiap kegagalan pasti ada kesuksesan dibaliknya.

31

RAJUTAN MIMPI YANG AKHIRNYA BERSINAR


Oleh : Wahyu Wisnu Wardana

Aku tinggal di daerah yang terpencil jauh dari hingar bingar keramaian kota, di sebuah desa kecil bernama Condro di bawah Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Sebagai anak desa, aku terbilang beruntung jika dibandingkan teman-teman seusiaku lainnya karena aku masih bisa menikmati pendidikan sekolah lanjutan. Ya, aku bersekolah di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di dekat tempat tinggalku. Sebenarnya, aku ingin sekali bersekolah di SMA agar nanti lebih mudah untuk melanjutkan pendidikan di Universitas (berkuliah), namun orang tuaku sudah mengatakan kalau mereka hanya bisa menyekolahkanku sampai tingkat SMA. Situasi itulah yang akhirnya membuatku memilih SMK. Berada pada suatu hal yang tidak terlahir dari pilihanku sendiri, tak lantas membuatku menjalani pilihan tersebut seenaknya. Mimpiku tetap sama, ambisiku tetap terjaga bahwa suatu hari aku harus berkuliah dan menjadi seorang sarjana kebanggaan orang tua. Hari demi hari, aku menjalani masa sekolah di SMK dengan begitu menyenangkan dan penuh ukiran prestasi. Saat aku duduk di kelas XII SMK, kebingungan mulai menghantuiku. Akan kemanakah aku selepas ini? Bekerja atau berkuliah? Aku merasa mimpiku terlalu besar untuk dibuang begitu saja. Kegundahanku benar-benar membuncah saat memikirkan hal itu, antara sebuah pertanggungjawaban mimpi dan realitas hidup bahwa kondisiku saat ini tak memungkinkan untuk berkuliah ditahun ini juga. Terbesit dalam otakku untuk bekerja terlebih dahulu selama satu tahun baru melanjutkan pendidikan (berkuliah). Aku mencoba menerima hal itu dan tetap menjaga semangat mewujudkannya. Dan kali ini, Tuhan memiliki skenario tersendiri. Disaat kegundahan bercampur dengan hasrat yang membara, tiba-tiba teman SMPku mengirim pesan (sms) yang berisi informasi tentang adanya Beasiswa BIDIK MISI dari Dikti. Antara bahagia dan tidak percaya aku membacanya. Seketika itu aku berkata, Bismillah, Allah memberiku jalan mewujudkan mimpiku lewat program ini. Optimisme hadir dalam hatiku dan dengan rasa antusisme yang menggebu, aku mengayuh pedal sepedaku menuju warnet yang tak jauh dari rumahku untuk melihat kebenaran sms yang aku dapat dari temenku tersebut. Alangkah bahagianya diriku ketika kulihat apa yang temanku katakan memang benar adanya, namun mayoritas pendaftaran di
32

universitas telah ditutup. Kebahagianku yang tadinya berbinar kini mulai sirna digantikan rasa takut. Sebuah pertanyaan klasik dari rasa takut terngiang, Bagaimana ini Wahyu? Lama aku pelototi layar komputer dan membuka Google, aku menemukan satu universitas yang masih belum menutup pendaftaran Bidik Misi yaitu Universitas Airlangga. Artikel yang aku baca, UNAIR mengharuskan calon penerima beasiswa lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sepulang dari warnet, bukan kelegaan yang aku dapat tapi dua pertanyaan besar : UNAIR itu dimana dan bisakah aku lolos SNMPTN mengingat aku siswa SMK yang tidak dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah layaknya siswa SMA dan jujur saat itu adalah pertama kalinya aku mendengar nama Universitas Airlangga. Maklum, anak SMK tak begitu paham dan mengenal dengan yang namanya Universitas plus aku juga tinggal di desa yang jauh dari hiruk pikuk kemeriahan pendidikan. Aku memulai mencari informasi tentang UNAIR lewat teman-teman SMAku. Alangkah kagetnya diriku saat teman-temanku mengatakan kalau UNAIR itu universitas favorit, berkelas dan tak semua anak pandai bisa masuk di sana. Nyaliku sedikit menciut mendengar keterangan temanku tadi. Malah, ada temanku yang sempat mengatakan, Jangan mimpi untuk berkuliah di sana, apalagi mendapat beasiswa?!, kami yang dari SMA saja belum tentu, apalagi kamu! Responku saat itu hanya bisa mengelus dada mendengar ceramah mereka. Tetapi aku tak punya pilihan lain, mencoba ikut program itu dan belum tau hasilnya atau kalah sebelum perang (menjadi pecundang). Aku mengawali perjuangan panjang ini dengan meminta izin kepada bapak dan ibu. Setelah beliau memberi izin, dengan cepat aku melengkapi semua persyaratan administrasinya (dan hari itu adalah hari terakhir pengumpulan berkas). Hari itu aku benar-benar konsentrasi mencari berkas yang dibutuhkan sampai-sampai aku izin tidak masuk kelas(sekolah). Saat berkasku telah selesai (terkumpul) dan siap dikirim, kantor pos di kecamatan telah tutup mengingat waktu telah menunjukkan pukul 3 sore. Dengan dibarengi perasaan takut, aku mencoba mengirim berkasku itu lewat kantor pos di kabupaten/kota. Alhamdullilah, kantor pos itu masih memberi pelayanan jasa pengiriman (Padahal, kurang dari 10 menit lagi, kantor pos itu juga akan tutup dan bisa dibayangkan jikalau aku terlambat datang ke kantor pos itu lebih dari 10 menit???) Hari berganti minggu dan minggupun berganti bulan, pengumuman penerima beasiswa mengikuti ujian (BMU) UNAIR tiba juga, dan namaku tercantum. Subhanallah...terima kasih ya
33

Allah. Mulai saat itu, aku memupuk keyakinan bahwa ini adalah sebuah hadiah yang spesial untukku dan tak boleh disia-siakan. Hal pertama yang harus aku sadari adalah pesaingku saat SNMPTN nanti adalah mayoritas anak SMA yang telah mempersiapkan tes ini jauh-jauh hari dengan usaha yang maksimal, oleh sebab itu aku menyiasati hal ini dengan strategi memilih materi IPS (Sosial) yang relatif lebih mudah untuk dipelajari dalam waktu yang relatif singkat. Waktu itu, hasrat kuliahku benar-benar membara hingga membuat selera makanku turun (karena konsentrasi untuk belajar dan keinginan yang kuat). Hari-hari menjelang SNMPTN (H-7) aku manfaatkan dengan belajar buku siswa SMA (yang aku dapat dari meminjam, tentunnya). Coba bayangkan, posisiku saat itu yang harus belajar materi anak SMA mulai dari kelas X sampai kelas XII dalam waktu kurang dari satu minggu? Mungkin ada pertanyaan yang mengganjal, kenapa aku tidak belajar dari jauh-jauh hari setelah mengirim berkas? Ya, karena aku sendiri ragu apakah berkas administrasiku bisa samapai ke UNAIR mengingat aku mengisikan alamat tujuan berkas secara ngawur tanpa ada alamat secara detail. Tekadku sudah terlanjur membaja, semuanya harus bisa. Dan masalahku tak hanya sampai disitu saja, aku masih dipusingkan dengan uang pembelian formulir SNMPTN plus biaya transportasi menuju Surabaya (meskipun nanti akan diganti). Kuberanikan diri untuk meminjam uang kepada tetanggaku agar bisa menutupi biaya tadi, dan untungnya beliau meminjamkannya, kalau meminta ke orang tua tak mungkin karena berkuliah adalah pilihanku sendiri (mencoba untuk mandiri. Semangat yang menggebu dan usaha yang extraordinary membuat fisikku protes, ya aku sakit. Beruntung, obat toko bisa mengobati sakitku itu. Teman-teman perlu tahu juga aku mendaftar SNMPTN pada hari terakhir, dimana proses pendaftaran online sangat sulit, hingga pukul 15.00 aku belum selesai melakukan registrasi online....aku pikir saat itu semuanya berakhir alias sudah benar-benar ditutup,eh ternyata masih dibuka lagi (pendaftaran gelombang ke dua), kalau rezeki memang tak akan kemana. Dengan persiapan yang menurutku tak begitu matang (dari segi materi pelajaran), aku beranikan diri berangkat ke Surabaya. Dalam perjalanan itu, hanya doa, doa dan doa lah yang membuatku sedikit tenang. Awal kedatanganku di tanah Surabaya, aku merasa terperangah dengan sambuatan gedung-gedung yang tinggi dan kebisingan di jalan-jalan utama yang sangat jauh dari suasana di desaku (anak desa sampai di kota, jadi agak norak). Di tengah keterasinganku di tanah Surabaya, hadir kakak-kakak BEM UA yang baik dan selalu membantu.
34

Singkat cerita nih, aku mengerjakan SNMPTN dengan modal nekat. Tak ada keyakinan sama sekali kalau apa yang aku kerjakan saat SNMPTN tadi akan berbuah manis. Prinsipku saat mengerjakan adalah apa yang pernah aku baca atau tahu, itulah yang aku kerjakan. Sambil menunggu hasil SNMPTN, aku masih terus berusaha secara ukhrowi yakni terus sholat malam. Secara logika memang sangat kecil kemungkinannya, tapi hatiku memiliki keyakinan lain.....dan karena pesimisnya aku dengan hasil SNMPTN, aku sempat mengirim email ke KEMENDIKNAS yang menyuarakan bentuk protesku atas SNMPTN yang seperti tak berpihak dengan kami, anak SMK. Hari penting itupun tiba, pengumuman SNMPTN. Karena takutnya, aku tak berani melihat hasil itu secara langsung. Aku berikan PIN untuk melihat hasil SNMPTN kepada temanku, dan pukul 18.30, HPku berbunyi, ku baca sms itu..Alhamdulilah, Tuhan mengabulkan apa yang aku impikan. Aku diterima di UNAIR. Lagi-lagi, logikaku tak bisa berjalan....ada pertanyaan penting, benarkah ini?, mungkinkah aku lolos? Ataukah temanku hanya bercanda? Ternyata memang benar, aku diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Setelah aku diterima di UNAIRpun tak lantas semuanya bisa berjalan begitu mudah dan mulus...ada lagi challanges lain seperti uang beasiswa yang turunnya lama banget....padahal perkuliahan sudah dimulai. Aku bingung mencari tempat tinggal karena aku tak punya modal sama sekali untuk bisa bertahan di tanah perantauan Surabaya. Saudarapun juga demikian, tak ada. Untungnya (sekali lagi dapat untung), aku bertemu tangan-tangan Tuhan lewat mahasiswa senior UNAIR yang rela dengan ketulusannya memberikan aku tumpangan tempat tidur di sebuah rumah kontrakan bernama Ghuroba. Waktu PPKMB, ospek fakultas dan jurusan. Pada kesempatan spesial ini aku ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak ku tercinta, keluarga kedua ku. Semoga Allah membalas kebaikan kakak. Akhirnya, aku menyadari bahwa ini semua adalah awal dari loncatan kesuksesanku berikutnya. Mimpi-mimpi besarku yang lainnya masih menunggu untuk aku segara realisasikan, amin. Semoga, uang rakyat yang aku nikmati hari ini untuk menempuh pendidikan bisa aku kembalikan dalam wujud pengabdian pada bangsa, Insya Allah.

35

SEKARANG, BUKAN SETAHUN YANG LALU


Oleh : Dwi Ernawati

Surabaya. Akan menjadi tempatku untuk empat tahun kedepan. Waktu yang akan cukup lama mungkin. Berdiri dan akan berkarya di dalam kota yang ramai ini. Kota yang tak pernah kumimpikan dulu. Ada banyak cerita sebelum aku mampu menginjakkan kaki di kota ini. Tapi, yang paling penting adalah aku disini karena aku berjuang untuk satu masa depan. Dan Tuhan memberiku jalan dengan adanya Beasiswa Bidik Misi. Yang membuatku kembali bermimpi untuk bisa melanjutkan cita-citaku yang setinggi mungkin. Inilah aku yang sekarang. Aku tak perlu duduk dan malu dengan cita-citaku yang tinggi. Ya, begitulah pandangan orang desa tempat asalku. Ora noleh githoke. Yang maksudnya bercita-cita harus melihat latar belakang ekonomi keluarga. Tapi tidak. Aku mampu membuktikan kepada mereka, bahwa tekad yang keras dan luhur mampu membawa seseorang mengarungi dunia yang lebih luas daripada diam saja. Meski terkadang, harus ada yang memilukan atau bahkan menyakitkan sebelum kita mendapatakan sejengkal dari mimpi itu. Dan ternyata Tuhan memperlakukannya pula padaku. Waktu SMA dulu bisa kukatakan lebih susah daripada sekarang. Berlatar belakang dari keluarga ekonomi rendah, aku mempertahankan sekolahku dengan berjualan hasil kebun, atau menjadi tukang setrika pada tetanggaku. Terkadang, mengasuh anak tetanggaku, atau bahkan bekerja memupukkan sawah milik orang. Semua demi mendapatkan satu lembar ijasah SMA saja. Ya, meski berat tapi itu harus!. Ayahku yang saat itu hanya buruh tani, hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sedangkan Ibuku, beliau sudah sakit semenjak aku lahir. Ingat itu, aku terkadang iri pada anak lain yang sering bepergian bersama ibunya. Karena selama yang kuingat, ibuku tak pernah keluar rumah karena sakitnya. Keseharian beliau hanya mengerjakan pekerjaan rumah biasa. Jika lebih, penyakit kejang ibuku akan kambuh. Sisanya dari semua itu, kutanggung. Membantu ayahku, kaki tangan ibuku serta untuk diriku sendiri. Demi lulus SMA dan melanjutkan ke sebuah PT. Waktu itu SMA ku tinggal beberapa bulan lagi. Dan saat itulah seharusnya aku mengambil keputusan kemana aku akan melanjutkan. Namun sayang, saat itu biaya pendaftaran masuk PTN cukup mahal. Aku bukan pungguk yang merindukan bulan. Yang ada didalam
36

pikiranku saat itu adalah bahwa, ketika aku harus melanjutkan ke PT, aku tak boleh lebih menyusahkan orang tuaku. Ya, harus kupegang prinsip itu. Jika aku harus melanjutkan, maka sandungan utamaku adalah uang. Ya, itu kendala utama yang menghantuiku. Bahkan aku sempat down, ketika kubaca bahwa biaya kuliah di PTN benar-benar tak main-main. Ketika ku meminta pertimbangan orangtua, mereka mengiyakan jika aku akan kuliah, tapi hanya doa saja yang bisa mereka berikan padaku. Tak masalah. Semangatku kembali membara sewaktu browsing di internet aku membaca tentang Beasiswa Bidik Misi dan BMU. Kusampaikan pada orang tuaku, dan tentu saja mereka setuju. Dengan segera kusiapkan berkas-berkas permohonan tersebut. Tak mau dibilang orang miskin yang terlalu banyak berharap, hanya aku dan kedua orangtuaku saja yang tahu tentang permohonan beasiswa ini. Maka, aku dan lima orang temanku yang berlatar belakang sama denganku, dengan penuh harapan segera mengirimkan berkas itu ke UNAIR. Beberapa hari kemudian, empat minggu sebelum UN, kira-kira setahun yang lalu. Waktu aku pulang sekolah, rumahku kosong. Ternyata, ibuku opname dirumah sakit. Aku kaget juga sedih. Tentu saja sebagai anak bungsu yang berada di rumah, aku bertanggung jawab penuh untuk hal ini. Siang dan malam aku bergantian dengan ayahku menunggui ibuku di rumah sakit. Dengan satu harapan, ibuku lekas sembuh dan aku segera masuk sekolah kembali, karena aku harus bolos beberapa hari selama menunggui ibuku di rumah sakit. Setelah beberapa hari kemudian,setelah kupikir kondisi ibuku sudah cukup membaik, meski belum bisa turun dari ranjang rumah sakit, aku kembali masuk sekolah. Ayahku dan Budheku yang menunggui ibuku saat itu. Seminggu tidak masuk sekolah disaat UN hanya tinggal dua minggu lagi. Hari itu berbagai mata pelajaran yang tertinggal kukebut untuk kukuasai. Tapi sulit rasanya otak menerima di sela aku yang terus kepikiran kepada kondisi ibuku. Hingga jam pelajaran usai, kutinggalkan lagi les yang seharusnya kuikuti untuk persiapan UN. Aku segera mencari angkutan untuk menengok ibuku di rumah sakit. Beruntung, seorang temanku mau mengantarkanku. Aneh, perasaanku campur aduk. Namun, ada kehendak lain dari Tuhan setiba aku di rumah sakit. Senja itu, 2 Maret 2010, tepat selepas azdan ashar. Saat itulah kulihat ibuku untuk yang terakhir kalinya. Beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tentu semua ini sangat berat. Saat UN tinggal
37

selangkah lagi. Kacau semuanya waktu itu. UN rasanya hilang dari pikiranku. Rasa sedih itu masih terus menyelimutiku. Saat orang yang menjadi supporter utama dalam hidupku harus berlalu meninggalkan dunia yang fana. Kadatangan sanak saudara serta teman-temanku tak bisa menutup rasa pilu karena kehilangan itu. Saat itu rasanya seperti ditinggal ibuku hanya ke suatu tempat saja, bukan untuk selamanya. Satu minggu berlalu setelah kepergian ibuku, saat itu datang seorang sahabatku kerumah. Dengan tenang dia menasehatiku, untuk segera meninggalkan kesedihanku saat itu. Dan memang benar. Setelah aku semakin berfikir dan larut dalam kesedihan itu, maka perjuanganku akan tak ada artinya. Dengan dukungan dari ayahku, saudara serta sahabatku yang setia, kubangun kembali semangatku yang sempat hilang. Waktu yang hanya tinggal satu minggu sebelum UN berlangsung, kugunakan untuk mengejar ketertinggalanku. Meski tak seberapa usahaku, tapi aku berfikir itu bukanlah sebuah akhir. Justru dengan satu peristiwa itu, harusnya aku lebih tegar untuk semua hal. Mungkin Tuhan memberiku takdir yang sedemikian karena Tuhan memang sayang padaku. Mungkin aku harus menjadi lebih dewasa dengan jalanku sendiri. Dan bukankah ibuku disana juga akan bangga jika aku menjadi sukses di kemudian hari?? UN kujalani dengan tenang, sisa kesedihan itu masih ada saat itu. Dengan sisa tenagaku untuk mengingat materi yang telah kudapat, kujalani semua dengan ikhlas. Aku tak mau terpuruk terus. Siang malam aku berdoa untuk ibuku dan kelulusan permohonan beasiswaku. Maka bukankah itu akan membanggakan orang tuaku?? Maka aku bersyukur saat UN usai, kudapati surat dari UNAIR, bahwa aku mendapatkan BMU. Senang rasanya. Mungkin ini adalah awal jawaban Tuhan dari semua doaku. Maka kupersiapkan semuanya untuk ujian masuk PMDK Prestasi Unair. Namun lagi-lagi, jadwal test itu bertepatan dengan peringatan empat puluh hari kepergian ibuku. Terpaksa saat itu aku mendoakan ibuku dari Asrama Haji tempat anak BMU menginap sebelum test berlangsung. Masih sedih rasanya sewaktu aku mengikuti test itu. Tapi kucoba terus konsen pada semua soal. Dua hari seusai test, aku sudah kembali ke Ponorogo. Masih ada ujian sekolah saat itu.dan hari itu adalah pengumuman hasil testku di UNAIR. Dan Alhamdulillah, semua seperti yang kuharapkan. Aku diterima di Fakultas Perikanan dan Kelautan. Saat hambanya bersedih, ternyata Tuhan menjanjikan hal yang besar dibelakangnya.
38

Terima kasih Tuhan, ayah, ibu, doa kalian paling ampuh. Terimakasih untuk semua guruku, yang membantuku untuk masuk ke UNAIR, teman-temanku di sekolah, teman-teman di DKR-KRR, kalian yang selalu mendorongku, memotivasiku. Terima kasih UNAIR, telah memberi kesempatan padaku untuk mendulang ilmu disini. Dan ini bukanlah akhir dari perjuanganku. Aku harus terus berjuang. Demi orangtuaku dan semua yang mengorbankan segala hal untukku. Inilah awal dari semuanya, masih ada hari esok yang harus kulalui dengan cita-cita indahku.

39

KEGAGALAN MEMBAWA BERKAH


Oleh : Ely Syarifah

Kisahku dimulai pasca kegagalan ku di SNMPTN 2010. Aku tidak keterima di salah satu jurusan yang aku pilih. Ketika itu aku berpikir bahwa mungkin ini memang pilihan terbaik buat ku dan aku bisa mencobanya lagi tahun depan dalm SNMPTN 2011. Setelah itu, akupun tetap menjalani aktivitas seperti sebelum-sebelumnya ketika menunggu pengumuman SNMPTN, yakni menjadi seorang penjaga toko milik tetanggaku. Sampai akhirnya, tiba-tiba guru BK ku telepon dan menanyakan kabarku. Beliau tiba-tiba menanyakan tentang kabar bahwa aku keterima SNMPTN akan tetapi tidak aku ambil karena masalah biaya. Aku sempat shock setelah tahu kabar itu. Akupun menjelaskan kepada beliau bahwa kabar itu salah, aku memang tidak diterima dalam SNMPTN 2010. Aku juga menjelaskan bahwa sekarang aku sudah berprofesi menjadi seorang penjaga toko. Setelah kami berbincang-bincang agak lama di telepon, guru BK ku tersebut menginginkanku untuk datang ke sekolah karena ada hal lain yang ingin dibicarakan. Sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan, aku datang ke sekolah. Di sekolah, tepatnya di ruang guru, guru BK ku mengatakan bahwa beliau sangat menyayangkan mengenai keputusan ku yang akhirnya hanya menjadi seorang penjaga toko. Beliau tahu bahwa aku punya kemampuan lebih dari seorang penjaga toko. Akhirnya, beliaupun menyarankan untuk masuk D3 di UNAIR. Mengenai biaya pendaftaran dan biaya daftar ulang jika nantinya aku masuk, Insya Allah akan dibantu pihak sekolah dan teman-teman kelasku yang ternyata secara diam-diam mengumpulkan dana untuk membantuku. Mungkin inilah jawaban atas doa-doaku selama ini. Aku bisa kuliah dengan bantuan biaya dari pihak sekolah dan teman-teman kelasku. Thanks to all of my teacher and my beloved friendsCESET for help n support. Tanpa kalian semua, sekarang tidak mungkin aku bisa menjadi salah satu mahasiswa dari Universitas Airlangga. Setelah mendaftar PMDK Diploma, verifikasi data, dan sebagainya, akhirnya tibalah hari dimana tes PMDK Diploma berlangsung. Berbekal pelajaran yang masih aku ingat dan doa restu orang tua, akupun melangkah mantap menghadapi tes tersebut. 2 hari setelah tes diadakan, tibalah pengumuman bagi calon mahasiswa D3 yang diterima. Alhamdulillah, akhirnya aku diterima dan menjadi mahasiswa D3 Analis Medis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Tak henti-hentinya syukur senantiasa aku panjatkan kepada-Mu Ya Rabb.

40

Keesokan harinya, aku dan ibuku berangkat ke Surabaya untuk melakukan daftar ulang. Saat itu, ibuku membawa uang tunai sebesar Rp 6.000.000 dan aku membawa uang sekitar Rp 600.000. Padahal jika dihitung kami hanya perlu membawa uang Rp 5.400.000 untuk membayar SOP dan SP3. Kata ibuku dibuat jaga-jaga, jika nanti tiba-tiba biayanya membengkak. Ketika sampai di Kampus B UNAIR, kami pun terheran-heran. Kenapa semua orang membawa semacam kertas berwarna-warni yang telah dibendel? Dan dimanakah sebenarnya tempat daftar ulangnya?. Akupun akhirnya bertanya ke seorang ibu yang juga mengantarkan anaknya. Ternyata, tempat daftar ulangnya itu di Auditorium Kampus C UNAIR, bukan di Kampus B UNAIR. Berbekal informasi dari ibu tadi, ternyata ketika daftar ulang juga harus menyerahkan berkas-berkas seperti foto copy ijazah, foto copy akte kelahiran, foto 4x6 sebanyak 4 lembar dengan background merah,dsb. Dan saat itu, naasnya aku tidak membawa foto copy akte kelahiran dan tidak punya foto 4x6 sebanyak 4 lembar dengan background merah. Aku kasihan melihat ibuku yang nampaknya sudah kelelahan akibat perjalanan dan ternyata salah tempat daftar ulang juga. Daripada jauh-jauh ke Surabaya tapi sia-sia, akhirnya aku memberanikan diri untuk tanya ke bagian informasi UNAIR. Kata bagian informasi, semua berkas termasuk foto harus diserahkan saat proses daftar ulang kecuali foto copy akte kelahiran bisa diserahkan keesokan harinya. Alhamdulillah. Segera setelah itu, aku dan ibuku mencari studio foto terdekat. Ternyata di dekat situ, ada studio foto kecil yang juga hasilnya langsung jadi dan kualitas fotonya pun lumayan bagus. Sekali lagi aku mendapat pertolongan dari-Mu Ya Rabb. Segera kami menuju ke Kampus C UNAIR dengan naik angkot T2. Setelah sampai di Auditorium, ternyata sudah banyak orang yang antri untuk daftar ulang. Berhubung saat itu hari jumat, petugas daftar ulang menunda daftar ulang dan akan menbukanya lagi setelah sholat jumat. Sambil menunggu selesai sholat jumat, aku mengajak ibuku jalan-jalan ke FST. Kami berdua sekalian sholat disitu. Setelah itu, kami berdua menuju ke Auditorium untuk melaksanakan proses daftar ulang yang sempat tertunda tadi. Ketika proses mengantri di loket A, tiba-tiba temanku sms. Dia memberi tahu bahwa di dekat loket E yakni loket pengambilan buku, ada orang-orang BEM yang menawarkan beasiswa. Setelah mengikuti semua proses hingga Loket F yakni loket pengambilan KTM. Dan ternyata memang benar, disitu menawarkan Beasiswa Bidik Misi (BBM) untuk mahasiswa D3 yang memang benar-benar memerlukan beasiswa tersebut. Akupun segera mendaftarkan diri menjadi calon penerima BBM tersebut.
41

Keesokan harinya, yakni hari sabtu, aku segera mengurus semua berkas-berkas yang harus aku serahkan untuk keperluan Bidik Misi, mulai dari foto copy raport, foto copy sertifikat prestasi, foto copy rekening listrik, surat keterangan tidak mampu, dan masih banyak lagi. Dan pada hari itu juga, akupun harus kembali ke Surabaya untuk menyerahkan foto copy akte kelahiran. Ketika hari senin, aku menyerahkan semua berkas-bekas ke Bagian Subdit Kemahasiswaan di Gedung Rektorat. Bagian Kemahasiswaan mengatakan bahwa penerima BBM akan diumumkan melalui website UNAIR. Setelah itu, Kabar tentang BBM tidak pernah terdengar lagi. Hingga suatu ketika aku mendapat kabar bahwa pengumuman penerima BBM sudah dapat dilihat di website. Setelah aku lihat, ternyata namaku tidak termasuk dalam daftar itu. Aku agak kecewa melihat kenyataan itu. Tapi aku tetap optimis bahwa mungkin lewat jalan lain Allah akan membantuku. Dan Allah pun akhirnya menjawab doaku. Beberapa hari setelah pengumuman itu, tiba-tiba aku dipanggil pihak Sekretariat Jurusan. Ternyata ada undangan untukku dan kedua temanku, yakni Sella dan Hawa, untuk melakukan tanda tangan SPJ Semester 1 sebagai penerima BBM di SC lama. Dan itu berarti, aku tercatat sebagai penerima Beasiswa Bidik Misi Universitas Airlangga. Alhamdulillah Ya Allah, mungkin ini semua memang jalan yang dari awal yang telah Engkau takdirkan kepadaku. Mulai dari beberapa kegagalan yang aku alami hingga sekarang aku menjadi mahasiswa UNAIR dan penerima BBM. Itu semua memang jalan terbaik-Mu untukku. Mulai sekarang akan aku manfaatkan beasiswa ini sebaik-baiknya demi mengejar cita-cita dan impianku. Semoga Engkau meridhoi jalanku ini Ya Rabb, amin.

42

MASUK UNAIR MENANG DOA


Oleh : Fajar Afif Fudin

Sebenarnya, dari dulu aku tidak pernah ada rencana untuk kuliah, apalagi buat masuk UNAIR. Hal itu dikarenakan orang tuaku tidak mampu membiayaiku untuk kuliah. Yang ada dipikiranku dulu itu hanya ingin kerja kalau sudah lulus sekolah. Sejak naik kelas 3 SMA, pandanganku mulai terbuka. Aku mulai memikirkan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi yaitu dengan cara kuliah. Soalnya yang ada dalam pikiranku waktu itu, aku ingin mengangkat derajat keluarga, khususnya orang tua. Dengan berjalanya waktu aku mulai berpikir perguruan tinggi mana yang ingin aku ambil. Karena masalah biaya, awalnya aku memilih Universitas Trunojoyo (UNIJOYO) sebagai perguruan tinggi yang ingin aku ambil dan mendaftar Beasiwa Bidik Misi disana. Aku juga sudah sempat mengumpulkan semua syarat pendaftaran untuk dikirim ke sana. Orang tuaku setuju saja dimanapun perguruan tinggi yang aku pilih, termasuk di UNIJOYO. Tapi, berbeda dengan orang tuaku, guruku malahan gak setuju jika aku masuk di sana. Guruku justru merekomendasikan aku untuk mendaftar di UNAIR. Tapi awalmya aku Tidak mau untuk masuk di UNAIR, soalnya dipikiranku UNAIR itu mahal. Guruku terusmenerus memaksaku untuk mencoba mendaftar di UNAIR. Tapi aku menolak karena aku tidak punya uang untuk mendaftar di UNAIR. Lagi-lagi guruku memaksa, sampai-sampai guruku mau membayar uang pendaftaranku agar aku mau masuk UNAIR. Aku semakin tidak enak sama guruku jika terus-terusan menolaknya. Akhirnya hatiku luluh juga, ya sudah lah, apa salahnya aku coba daftar di UNAIR, begitu yang ada di pikiranku. Sejak itulah aku bulatkan tekad dan memantapkan niat untuk daftar di sana. Aku langsung bilang ke orang tuaku kalau aku mau coba daftar di UNAIR juga, dan orang tuaku setuju saja. Soalnya orang tuaku menyerahkan semua keputusan kepadaku. Meskipun guruku mau membayar uang pendaftarannya, tapi aku dan orang tuaku tidak mau, soalnya kami tidak mau merepotkan guruku. Jadi, orang tuaku mencari pinjaman uang buat bayar biaya pendaftaran, karena pada waktu itu orang tuaku juga tidak punya

43

uang. Akhirnya aku mendaftar dan menyiapkan berkas-berkas pendaftarannya sekaligus berkas Beasiswa Bidik Misi. Waktu itu, aku langsung belajar dengan rajin, soalnya aku tidak mau mengecewakan orang tua dan guruku. Satu hari sebelum tes aku dan teman-temanku yang juga mendaftar di UNAIR berangkat bareng secara kolektif untuk melakukan verifikasi dokumen. Sampailah pada hari tes, aku merasa gugup mengikuti tes soalnya persiapanku masih terasa kurang. Saat tes Tes Potrnsi Akedemik aku gak ada kesulitan meskipun beberapa soal masih belum sempat aku kerjakan. Tapi saat tes prestasi akademik aku mulai kesulitan, soalnya sulit banget, belum lagi waktu itu kondisiku kurang fit. Keesokan harinya aku menunggu hasil pengumumnya. sekitar jam 4 sore temenku sms dan menanyakan nomor pendaftaranku, katanya pengumumnya sudah keluar. Padahal setauku pengumumnya masih keluar besoknya. Aku memberikan nomor pendaftaranku, tiba-tiba balasan sms temanku, Selamat Fajar Afif Fudin diterima di S1 Akuntansi dan diusulkan untuk mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Akupun kaget tidak percaya, soalnya menurutku pengumumannya masih besok. Akupun kebingungan harus percaya atau tidak, untuk membuktikannya aku pergi ke rumah temanku yang punya modem internet. Setelah dicek ternyata benar aku diterima di UNAIR. Akupun langsung pulang dan memberitahu orang tuaku dan guruku kalau aku diterima. Orang tuaku dan anggota keluarga yang lain sangat bahagia mendengarnya. Setelah diterima muncul masalah baru, yaitu masalah biaya daftar ulangnya. Soalnya waktu itu Bidik misinya belum ada pengumuman. Kami terus-menerus berdoa kepada Allah SWT supaya aku diterima Bidik Misinya juga. Karena terlalu lama tidak ada kabar tentang pengumuman aku mulai putus asa dan sempat berpikiran untuk tidak mengambil UNAIR kalau Bidik Misinya tidak diterima. Guruku pun terus menyemangatiku, sampai-sampai salah satu guruku mau membiayai kuliahku jika bidikmisinya tidak diterima. Aku pun pasrah dengan semuanya, aku terus meminta pada Allah supaya memberikan yang terbaik buat semuanya. Beberapa minggu tidak ada kabar, guruku meneleponku untuk datang ke sekolah karena ada yang mau disampaikan katanya. Keesokan harinya aku datang ke sekolah, lagi-lagi aku merasa terkejut saat guruku menyampaikan selembar surat yang terlipat yang dikeluarkan dari dompetnya yang berisi bahwa
44

aku ditetapkan sebagai penerima Beasiswa Bidik Misi. Aku sangat senang membacanya hingga mau nangis. Aku langsung pulang dan memberi tahu kepada orang tua dan keluarga. Mereka sangat senang mendengarnya dan aku merasa bangga karena telah membahagiakan orang tua meskipun hanya dengan cara kuliah gratis. Aku sungguh sangat beruntung karena bisa masuk ke Perguruan Tinggi favorit seperti UNAIR. Ya meskipun awalnya aku tidak ada pandangan buat masuk UNAIR. Dan juga sangat bersyukur kepada Allah karena bisa mendapatkan Beasiswa Bidik Misi sehingga bisa meringankan orang tua. Terima kasih ya Allah atas karuniaMu. Terima kasih juga buat orang tua dan guruku yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada henti kepadaku. Sekali lagi TERIMA KASIH.!!

45

JALAN BERLIKU MENUJU KESUKSESAN


Oleh : Yeny Mega Aprilita

Bermula dari PMDK-Prestasi, sebelumnya aku setiap hari mondar-mandir ke warnet untuk mencari informasi tentang tes-tes masuk PTN. Iseng-iseng aku buka websitenya UNAIR, ITS, UNESA. Padahal aku awalnya tidak tahu mau daftar dimana. BINGUNG!! Setelah aku buka websitenya UNAIR. Ternyata ada pengumuman tentang beasiswa-beasiswa. Sebenarnya agak bingung, maksud dari pengumuman itu. Besoknya waktu di sekolah, aku cerita ke temantemanku. Terus teman-temanku mencoba lihat pengumuman itu. Setelah kita ngobrol bareng, akhirnya kita bertujuh sepakat menemui guru BK untuk mendaftar. Setelah tahu persyaratan Beasiswa Bidik Misi yang sangat banyak dan BMU (Beasiswa Mengikuti Ujian). Tapi untuk kebaikanku, aku tetap semangat. Setelah berkasnya sudah lengkap, aku kirimkan ke UNAIR. Beberapa hari kemudian,iseng2 aq liat di web nya UNAIR barangkali aja uda kluar hasil seleksi nya. Ternyata firasatku benar, kalau hasil seleksi nya sudah keluar. Setelah melihat satu per satu nama-namanya, ternyata tidak ada satupun dari kita yang lolos seleksi BMU itu, dengan wajah kecewa. Besoknya aku cerita ke teman-teman, saking tidak percaya nya, akhirnya aku dan teman-teman complain ke BK, barangkali berkasnya belum dikirimkan. Setelah mendengar penjelasan dari BK, kita menerimanya. Hari demi hari kita menunggu kabar itu, barangkali ada pengumuman susulan tentang hasil seleksi itu. Banyak teman-temanku yang sudah diterima di jalur prestasi, wajahnya pada bahagia. Tidak usah sedih nak, tunggu saja mungkin ada info lebih lanjut dari pihak UNAIR, dan coba tanya ke PPMB nya UNAIR kata guru BK ku, itu yang membuat kami semangat kembali, dan akhirnya aku dan teman-teman sepakat untuk mencoba tanya-tanya ke PPMB UNAIR, engan tergopoh-gopoh aku dan teman-teman kesana, sesampai di sana, kami curahkan uneg-uneg kami. Petugas-petugasnya melayani kami dengan ramah. Syukurlah...setelah dari sana, kami dapat pencerahan juga, ternyata sudah terkumpul semua berkas-berkas kami dan itu pun sudah lengkap, hanya saja belum waktunya di seleksi kembali.

46

Setelah kami dari sana, lega banget rasanya meskipun hanya segelintir omongan saja tapi setidaknya sudah mendapat kepastian. Ternyata hasil seleksinya diundur sampai mendekati tes SNMPTN. Beberapa hari kemudian, tibalah saat yang ditunggu-tunggu tiba. Tanggal 30 Mei 2010, malam hari ternyata pengumumannya sudah keluar. Alhamdulillahkami bertujuh lolos semua. Meskipun aku terdaftar sebagai calon penerima Beasiswa Bidik Misi non BMU, sedangkan teman-temanku sebagai calon penerima BMU. Malam hari dapat sms, besoknya sudah terakhir batas pembayaran nya. Dari tanggal 31 Mei 2010, habis cap tiga jari di SMA, langsung cepat-cepat pulang ke rumah, aku mengajak Ayah ke bank buat beli formulir. Setelah membayar, besoknya tanggal 2 Juni 2010, aku minta tolong ke temanku untuk mendaftarkan SNMPTN online. Lemotnya minta ampun, karena banyaknya yang mendaftar, sampai malam baru selesai semua daftar onlinenya. Malam-malam aku belain naik becak sendirian, tidak ada yang jemput. Satu minggu sebelum tes SNMPTN, aku dapat sms lagi dari kakak-kakak BEM UNAIR yang isinya, tanggal 14-17 Juni 2010, diadakan pengasramaan calon mahasiswa baru di Asrama haji Surabaya. Tanggal 14 Juni 2010 di Kampus C UNAIR sudah banyak yang datang, setelah acara pertemuan itu, lalu kami menuju ke Asrama Haji oleh kakak-kakak BEM untuk acara pengasramaan selama 4 hari, kemudian kami dibagi perkamar-kamar. Dari situlah,kami mengenal banyak teman-teman baru. Tidak hanya itu saja, di asrama itu kita mendapat banyak hal-hal baru, mulai dari pelatihan-pelatihan soal, pemberian motivasi, antar jemput waktu tes SNMPTN, dan diganti biaya formulir. Seru. Awal tes SNMPTN, aku benar-benar deg-degan, panik, tegang campur jadi satu, tapi aku harus semangat, hari kedua tes SNMPTN, perasaan yang tadinya deg-degan, panik, tegang, sudah tidak lagi, soalnya sudah tahu situasi dan kondisi waktu hari pertama. Dan setelah tes itu, sore nya pulang ke rumah. Senang, sedih campur jadi satu. Senangnya bisa bertemu dengan keluarga lagi, tapi sedihnya kita harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan di asrama. Satu bulan kemudian, pengumuman SNMPTN itu keluar, ternyata namaku nggak ada dan dinyatakan tidak lolos, begitu down aku saat itu, sampai dua malam aku tidak bisa tidur, bawaan nya ingin menangis terus, menyesal tiada akhir, aku bersyukur banget punya keluarga yang
47

selalu mendukungku, sahabat-sahabatku yang pedli aku, banyak yang memotivasiku, sampai akhirnya aku sadar dan bisa bangkit, semangat kembali. Aku terus berjuang dan berdoa supaya di berikan jalan yang terbaik oleh Allah SWT. Syukurlahaku masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa mengikuti tes lagi meskipun melalui jenjang D3, dan itupun aku tanpa bayar serupiah pun, berkat ridho dari ALLAH SWT bantuan dari UNAIR yang dulu pernah aku harapkan, tetapi pada akhirnya aku tidak lolos tes SNMPTN, ternyata bisa di perpanjang dan di urus kembali waktu tes PMDK Diploma ini, aku bersyukur. Setelah aku mengikuti tes PMDK Diploma, ALHAMDULILLAH, akhirnya aku dinyatakan lolos dan diterima di program studi D3 Akuntansi UNAIR. Kawan, inilah kisahku, meski banyak hambatan dan rintangan yang menghalangi kesuksesan kita, kita harus mampu melewatinya. KEEP GOING

48

AIRLANGGA AIRWAYS
Oleh : Rangga Ardi Anggriawan

Jepang sebagai negara nomor satu dalam pengembangan otomotif dan teknologi di dunia pada pada abad ini. Negara berjulukan Negeri Matahari Terbit atau Negeri Sakura ini memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian besar masyarakat dunia untuk mendatanginya. Aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang sangat menginginkan untuk dapat pergi ke Negeri Sakura. Aku sangat tertarik dengan kebudayaan dan teknologi yang berkembang pesat di sana. Ketertarikanku terhadap Negeri Sakura telah tertanam sejak kecil yang sudah mendarah daging hingga dewasa kini. Segala macam yang berbau Jepang, seperti musik, manga, film, dan makanan menjadi pilihan nomor satu untuk setiap pilihan. Sampai saat ini pun aku sedang mencoba untuk menerapkan kebudayaan Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Dan aku pun ingin sekali menularkannya kepada orang-orang disekitarku. Perkenalkan, namaku adalah Rangga Ardi Anggriawan yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei tahun 1992. Saat menulis kisah pengalamanku ini aku masih menjadi mahasiswa Universitas Airlangga di Fakultas Sains dan Teknologi tepatnya program studi D3 Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI). Perjalananku menuju Universitas Airlangga semuanya berawal dari keinginan untuk mengangkat kehidupan keluarga yang sedang dalam keterpurukan saat ini. Selain itu cita-cita untuk dapat pergi ke Jepang tak akan pernah pudar dari benakku menjadi motivasi tersendiri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dua belas tahun merasakan asam garam kehidupan dalam kesulitan di kota metropolitan yang membuat diriku tegar manghadapi berbagai masalah. Masa kecil yang tidak bisa dibilang bahagia. Terlibat dalam konflik keluarga yang tak pernah usai, terlebih dengan diriku yang telah kehilangan sosok ayah yang bisa dijadikan panutan untuk seorang anak laki-lakinya. Ibu adalah satu-satunya orang yang menjadi pelindung dan menjadi sosok yang luar biasa dalam kehidupanku.

49

Selepas SMP kelas 1, kami meninggalkan gemerlapnya Kota Jakarta menuju tempat tinggal kakekku di Desa Sugio Kabupaten Lamongan dengan tujuan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di sana. Kali ini aku menjadi lebih sering bermain ke warnet untuk mencari berita seputar beasiswa untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Dapatlah sebuah Beasiswa yang bisa membantuku untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri, beasiswa itu adalah Beasiswa Bidik Misi yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional RI. Perguruan tinggi yang menjadi tujunku ialah Universitas Airlangga yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, selain itu menyediakan kuota 500 orang bagi penerima Beasiswa Bidik Misi tahun 2010. Dimulailah proses pencarian, pengumpulan, dan pengiriman berka-berkas persyaratan Beasiswa Bidik Misi. Aku pun tak ingin sendirian, kucoba untuk mengajak seluruh temantemanku kelas XII baik IPA maupun IPS untuk ikut serta bersamaku mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Sudah ku tawarkan berulang kali teman-teman kelas XII untuk bersamaku berjuang untuk ke perguruan tinggi, tapi hanya ada satu orang saja yang berminat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Mereka memiliki berbagai alasan mengapa mereka menolak tawaran dariku. Ada yang berencana langsung mencari pekerjaan, ada yang ingin membantu orang tua mengurus sawah dan ternak, ada yang berencana ingin menikah, dan yang lebih miris lagi ada yang tidak tahu akan kemana setelah lepas dari bangku SMA. Akhirnya hanya aku dan satu orang temanku dari jurusan IPS yang berangkat dalam persaingan ke perguruan tinggi. Tapi dia berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga hanya akulah satu-satunya siswa dari SMA MUHAMMADIYAH 10 SUGIO yang nekat menerjang pintu perguruan tinggi negeri hanya dengan berbekal kemampuan dan prestasi yang ku miliki. Hari itu aku menerima surat panggilan dari Universitas Airlangga untuk melakukan verifikasi dokumen setelah dinyatakan lolos tes administrasi PMDK-Prestasi UNAIR. Begitu bahagianya aku setelah mendapat kabar gembira ini. Namun disinilah terjadi konflik batin dalam diriku. Disatu sisi aku dituntut untuk segera membayar biaya formulir pendaftaran yang bagiku jumlahnya tidaklah sedikit yaitu sebesar Rp 300.000 karena pada saat itu aku tidak mendapatkan Biaya Mengikuti Ujian (BMU).

50

Akhirnya aku mencoba untuk konsultasi kepada salah seorang guru yang telah banyak membantuku dalam persiapan dokumen, Pak Edo namanya. Ku ceritakan kepada beliau tentang semua kendala yang sedang ku hadapi. Pada satu sisi, ini adalah kesempatan luar biasa yang sangat disayangkan apabila dilewatkan. Akan tetapi pada sisi lain aku tak memiliki cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran Tes Tulis PMDK-Prestasi tersebut. Haruskah ku lepas kesempatan emas ini, Pak? kataku dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak tinggal diam, Pak Edo segera mengusahakan agar aku tetap dapat berangkat untuk mengikuti Tes Tulis ke Surabaya. Beliau meyakinkan padaku bahwa aku pasti bisa mengikuti tes tersebut sembari berpesan untuk tidak memikirkan masalah ini, dan yang harus aku lakukan hanyalah belajar untuk persiapan Tes Tulis kelak. Alhamdulillah, beliau barhasil mendapat dukungan dari dua orang guru yang baik hati. Pak Edo, Pak Sukhairi dan Bu Imroatul saling menyumbangkan uangnya untuk biaya formulir Tes Tulis PMDK-Prestasi UNAIR dan ongkos keberangkatanku ke Surabaya. Dengan restu dari ibu, orangtua asuh, tetangga, teman-teman, bapak & ibu guru, aku siap berangkat ke Surabaya. Berbekal pakaian dan buku pelajaran secukupnya, pada pukul 04.30 aku berangkat dengan kereta komuter dari Stasiun Kereta Api Lamongan yang menempuh perjalanan sekitar 1 jam menuju Stasiun Kereta Api Pasar Turi Surabaya. Setelah bertanya kepada salah satu penumpang kereta komuter yang turun di stasiun yang sama denganku, aku pun diberi petunjuk kendaraan yang dapat mengantarkan aku menuju Kampus B Universitas Airlangga. Suasana yang begitu menakjubkan, dipertemukan dengan ribuan calon mahasiswa Universitas Airlangga di dalam Gedung Serba Guna yang sangat luas. Selesai melakukan proses verifikasi dokumen, langsung menuju lokasi tes yang tertera di kartu peserta, Fakultas Psikologi. Karena adzan untuk sholat Dzuhur telah berkumandang, masjid Nuruzaman Kampus B menjadi tempat pertama untuk beribadah di Surabaya. Disinilah menjadi tempat bersejarah, atau bisa disebut sebagai saksi bisu awal dari persahabatanku dengan dua orang sahabat yang merantau dari tempat nan jauh di sana, MEDAN-Sumatera Utara. Muhammad Iqbal dan Muhammad Rahmad Royan atau yang biasa ku panggil dengan Iqbal dan Royan, itulah nama dari kedua sahabatku yang luar biasa. Setelah berkenalan dan bercerita seputar diri kami masing-masing, ternyata kami sama-sama berasal dari latar belakang
51

keluarga yang sama. Sama-sama berasal dari keluarga yang kurang mampu dan bermodalkan nekat untuk berangkat ke Surabaya dengan tujuan dan harapan yang sama, yaitu dapat meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi negeri di Universitas Airlangga. Keesokan harinya, tibalah saatnya kami untuk berperang dengan soal tes masing-masing. Namun kami menjalani tes tulis di tempat yang berbeda, aku dan Royan tetap berlokasi di Kampus B, sedangkan Iqbal di kampus A. Bismillahirrahmanirrahiim, kami pasti bisa..!!! Siang harinya setelah selesai tes, kami berpisah menuju kediaman masing-masing sembari Royan menitipkan pesan padaku untuk mengabarkan hasil tes jika sudah keluar. Aku kembali ke Lamongan dengan kereta api sedangkan mereka kembali ke Medan dengan kapal laut. Dua minggu kemudian daftar nama yang lolos tes tulis diumumkan di website PPMB UNAIR. Dengan perasaan yang campur aduk tentang hasil tes tulis kemarin, aku segera pergi ke warnet untuk melihatnya. Tak lupa juga Iqbal dan Royan ku beri kabar bahwa hasil tes sudah keluar. Saat sampai di sana, aku sangat shock melihat hasil yang ku dapat. Ternyata namaku tidak tercantum di dalam daftar tersebut. Aku gagal. Dari kami bertiga, hanya Royan lah yang lolos tes tulis PMDK-Prestasi UNAIR. Ingin rasanya air mata ini menetes, namun tak bisa. Bukan karena cengeng, tapi aku merasa malu, sungguh rasa malu yang luar biasa. Semua orang sudah mengusahakan yang terbaik untukku, tapi aku telah mengecewakan mereka semua. Hilang semua keceriaan diwajahku, yang ada hanyalah seorang Rangga yang berjalan dengan kepala tertunduk lesu. Aku mengurung diri di kamar, sungguh tak tega menyuruh lidah ini menjawab pertanyaan jika ada yang bertanya tentang hasil ujian. Tak tahu lagi apa yang harus aku katakan kepada tiga orang guru yang telah ikhlas memberiku uang dengan jumlah yang tidak sedikit dengan harapan aku bisa lolos tes tulis dan dapat kuliah di UNAIR. Keesokan harinya kuceritakan tentang hasil tes kepada guruku di sekolah. Untunglah beliau tidak marah kepadaku, melainkan memberikan motivasi dan nasehat kepadaku bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Beliau juga berharap setelah ini masih ada kesempatan untukku agar dapat kuliah di perguruan tinggi. Selang beberapa minggu setelah pengumuman, Royan memberitahuku bahwa Iqbal mendapatkan panggilan untuk mengikuti tes SNMPTN dengan mendapatkan program BMU dari
52

Universitas Airlangga. Dia juga menanyakan apakah aku mendapatkan surat yang sama seperti Iqbal. Mendengar kabar baik itu, langsung ku coba menanyakan kepada Pak Edo selaku tata usaha di SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Rupanya beliau belum menerima surat apapun dari Universitas Airlangga. Dua hari kemudian bapak Kepala Sekolah yang menelpon langsung ke toko bangunan tempatku bekerja. Beliau mengabarkan bahwa surat yang ku tunggu-tunggu telah sampai ke sekolah. Secepat mungkin aku pergi ke sekolah untuk mengambil surat itu. Da ternyata benar, aku diundang unduk mengikuti ujian SNMPTN dengan program BMU dari Universitas Airlangga. Lagi-lagi aku terkendala masalah dana. Kuceritakanlah kembali kepada Royan bahwa aku menerima surat yang sama seperti Iqbal, tetapi aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk membayar biaya pendaftaran SNMPTN yang kala itu sebesar Rp 150.000. Untunglah saat itu juga Royan sudah kembali ke Surabaya untuk melakukan proses daftar ulang bagi yang lolos PMDK Prestasi UNAIR. Dia memberiku bantuan untuk menalangi biaya pendaftaran SNMPTN, sehingga nanti jika uang BMU telah diberikan bisa langsung ku kembalikan kepadanya. Kali ini benar-benar aku persiapkan bekal untuk menembus Universitas Airlangga. Sesampainya di Surabaya aku bertemu kembali dengan Iqbal dan diasramakan 1 kamar bersama dengan teman-teman yang lainnya oleh kakak-kakak BEM di Asrama Haji Sukolilo-Surabaya. Disana aku bertemu dengan orang-orang hebat lainnya, dalam satu latar belakang yang sama dan satu tujuan yang sama pula. Kami Datang, Berjuang, dan Siap Masuk UNAIR!!! begitu slogan kami BMU 2010. Luar biasa fasilitas yang kudapatkan dari BMU UNAIR selama 2 hari di Asrama Haji. Mulai dari pembinaan material dan spiritual, kondisi kamar yang nyaman, tak lupa juga konsumsi plus vitamin. Semua itu diharapkan agar kami semua dapat lolos tes SNMPTN dan pastinya mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Setelah tes selesai, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasanya. Namun kali ini dengan harapan yang lebih dari sebelumya, namaku tercantum di Koran sebagai salah satu calon mahasiswa Universitas Airlangga yang lolos melalui jalur tes SNMPTN 2010. Dengan perasaan H2C (harap-harap cemas. red) aku lihat Koran Jawa Pos yang datang pagi itu ke toko. Teryata disitu tertera semua nama yang lolos seleksi SNMPTN 2010 dengan
53

tujuan PTN regional III/Jawa Timur. Aku bolak-balik Koran tersebut, ku rinci lagi dari atas sampai bawah. Kenapa namaku tidak ada di sana? Dengan perasaan yang tidak percaya, aku bergegas menuju warnet untuk mencari langsung namaku di website SNMPTN 2010. Ternyata namaku tetap tidak ditemukan juga di sana. Untuk kedua kalinya aku gagal tes ke PTN, pupus sudah harapanku untuk berkuliah. Hilang sudah semua harapan yang telah ku tanamkan, kemudian kupilihlah jalan untuk mencari kerja. Setidaknya tahun depan aku akan mencobanya kembali. Berniat ikut tes PMDK UMUM pun aku tidak mempunyai uang untuk membayar biaya pendaftaran. Sudah tidak ada lagi yang mau membantuku. Mungkin ini sudah menjadi pilihan hidup yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa kepadaku. Waktu demi waktu pun berlalu. Tiba-tiba Iqbal menelponku dan mengatakan bahwa masih ada kesempatan untuk kuliah di UNAIR dan mendapatkan beasiswa Bidik Misi, tapi dengan jalur PMDK DIPLOMA. Itu berarti aku akan menempuh pendidikan Diploma 3 (D3). Tak apalah, yang penting aku bisa melanjutkan pendidikanku ke Perguruan Tinggi Negeri. Toh, nantinya juga bisa naik kelas ke S1. Kali ini aku dibantu oleh Mas Syahrul, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR angkatan 2007 asal Lamongan yang ku kenal saat aku menginap di kontrakan Mas Mahendra. Tak ada kata ampun lagi untukku, ini adalah kesempatan terakhir yang ku dapatkan. Aku harus berusaha ekstra keras dari yang sebelumya. Pengalaman tes menjadi senjata tersendiri saat menghadapi Tes PMDK DIPLOMA Universitas Airlangga. Jurusan pertama yang ku pilih adalah D3 Otomasi Sistem Instrumentasi, karena aku sangat tertarik dengan dunia robotika. Sedangkan pilihan yang kedua adalah D3 Hiperkes. Alhamdulillah..Puji Syukur atas karunia yang diberikan oleh ALLAH SWT kepadaku. Akhirnya Rangga Ardi Anggriawan diterima di jurusan D3 Otomasi Sistem Instrumentasi dengan nomor urut 777. Sungguh perjuangan yang tidak sedikit, butuh beberapa kali jatuh untuk dapat berdiri. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman sekalian agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap masalah. Segala sesuatunya pasti ada jalan jika ada KEMAUAN di dalam diri serta kutulusan DOA dari orang tua dan teman-teman semua.

54

Terimakasih aku ucapkan kepada ALLAH SWT, Ibuku tercinta, Bpk H. Subagio sekeluarga, Bapak/Ibu Guru, teman-teman, dan tetangga atas segala doa dan dukungan yang telah kalian berikan. Aku yakin ini adalah awal dari perjalananku menuju Negeri Sakura. Aku akan lebih keras untuk menggapainya. Allah SWT telah menuntunku menuju sana. Jalan hidupku selalu berjalan kea rah timur, Jakarta-Lamongan-Surabaya. Dan Insya Allah selanjutnya menuju Tokyo-Jepang. Airlangga akan menerbangkanku menuju Negeri Sakura, Airlangga Airways Amien.

55

SEBINGKAI SINAR HARAPAN


Oleh : Indah Triana Febriani

Masa depan bagi sebagian orang sangat penting. Begitu juga buatku. Ingin sekali ku gapai cita-cita ku sebagai seorang penulis. Bisa melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri bagiku itu sangat sulit. Aku hanya seoarang anak dari pasangan suami istri yang sederhana. Ayahku hanya seorang penjahit yang terkadang sepi akan jahitannya. Ibuku seorang Guru di Sekolah Dasar. Kedua orang tuaku harus bekerja keras untuk biaya hidup dan biaya sekolah Kakak dan adikku. Sempat ku putuskan untuk tak melanjutkan kuliah. Alasannya hanya satu, darimanakah aku bisa membiayai kuliahku? Namun, orang tuaku tak pernah berhenti mendukungku. Mereka terus memberiku dukungan bahwa aku bisa kuliah di Universitas Negeri.. Ku mantapkan niatku untuk mengejar cita-citaku. Aku tahu, tak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha dan berdoa. Niat itu sudah ku tanamkan dalam diri ini. Semuanya aku lakukan demi melihat orang tuaku tersenyum bahagia dan bangga melihatku mendapatkan gelar sarjana. Segala upaya aku lakukan. Aku berusaha meningkatkan belajarku agar aku bisa lulus UN dengan nilai bagus dan bisa di terima di perguruan tinggi negeri. Tak hentinya aku mencari info beasiswa. Sampai pada akhirnya temanku membawa kabar gembira untukku. Dia memberi tahuku tentang Beasiswa Bidik Misi. Aku tertarik untuk mengikutinya. Keesokan harinya ku beritahukan tentang bidik misi ke Guru BK-ku. Namun, aku terkejut karena guru BK ku tidak mengetahui apa Beasiswa Bidik Misi itu (maklumlah sekolahku tidak pernah didatangi sosialisasi oleh Universitas Negeri). Aku mencoba untuk menjelaskan secara detail apa Bidik Misi itu. Akhirnya guruku mengerti dan mengurus segala berkas-berkas yang aku perlukan. Ku sampaikan kabar baik ini pada orang tuaku. Mereka mendukung langkahku untuk mengikuti pengajuan beasiswa itu. Kebetulan aku juga mendaftarkan lewat jalur PMDK-Prestasi di UNAIR, coba-coba, siapa tahu memang rezekiku disitu.

56

Semua berkas sudah terkirim, aku berharap bisa lolos dan mendapatkan beasiswa itu. Menjelang tes PMDK-Prestasi, aku berusaha untuk belajar dan berdoa. Tidak lupa meminta doa restu dari ayah dan ibuku. Ketika hari itu tiba, aku harus berangkat pagi-pagi sekali dari rumah karena jam tujuh pagi tes di mulai. Aku harus menyeberangi selat Madura agar sampai di Surabaya. Tak hentinya aku mengucapkan terima kasih sama ibuku yang sudah setia menemaniku pergi ke UNAIR. Di perjalanan aku gugup, takut, dan tidak yakin kalau aku bisa lolos. Namun, ibuku selalu bilang harus yakin sama diri sendiri dan yakin sama Allah SWT. AKU HARUS BISA kata-kata itu yang aku tanamkan dalam diriku. Tibalah pengumuman tes PMDK-Prestasi. Namun, tak kunjung muncul sepucuk surat yang memberitahukan bahwa aku lolos tes dan mendapatkan beasiswa itu. Sempat ku menyerah karena tiga hari pasca pengumuman tak ada surat yang datang. Kala itu aku berasa tak berguna, merasa semua usahaku sia-sia. Seperti teriris pisau tajam dan ingin sekali mengulang waktu agar ku bisa memperbaiki semuanya. Selang satu minggu pengumuman, guruku datang ke rumahku dan membawa sepucuk surat panggilan yang memberitahukan bahwa aku lolos tes PMDKPrestasi dan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi itu dan masuk di jurusan yang sedang aku geluti saat ini S1 Sastra Inggris. Sujud syukur aku lakukan di depan pintu rumahku. Tak terasa aku menangis sambil memeluk ibuku. Oh Tuhan betapa bahagianya aku saat itu, aku serasa terbang dan mati rasa. Alhamdulillah usahaku selama ini tidak sia-sia. Semua doa yang aku panjatkan bisa terkabul. Saatnya aku melakukan daftar ulang yang di laksanakan di Auditorium Kampus C. saat itu semua penerima Beasiswa Bidik Misi di suruh datang lebih awal, yaitu jam 8 pagi. Namun, sesampainya di sana kami malah di suruh menunggu lama sekali. Tapi kesabaran itu yang menguatkanku. Aku berusaha bertahan di tengah keramaian karena aku tahu, inilah jalan pertama yang harus aku lalui demi menuju kesuksesanku. Terima kasih aku ucapkan pada ALLAH SWT yang sudah mendengarkan seluruh doadoaku. Terima kasih juga pada DIKTI yang sudah memberikan Beasiswa Bidik Misi ini padaku sehingga aku bisa melanjutkan kuliahku di Universitas yang aku inginkan. Terima kasih juga pada Ibuku yang udah setia menemani aku dari mulai verifikasi data, tes tulis, daftar ulang, tes kesehatan, dan tes Toefl. Terima kasih juga atas dukungan dan doa-doa ayah dan saudara57

saudaraku. Kini, aku harus bisa mewujudkan impianku. Jalan terang sudang ku dapatkan. Aku harus membahagiakan ibu dan ayahku. Aku tidak mau mereka kecewa padaku. Aku tahu, restu dari orang tua akan mempermudah segala urusanku.

58

MENITIH MIMPI
Oleh : Hawa Ratna Dewi

Sejak dahulu aku memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di universitas ternama di Jogjakarta. Namun, kedua orang tuaku kurang berkenan bila aku harus berada terlalu jauh dari mereka dengan alasan Jogjakarta rawan bencana gempa dan aku kesal mendengarnya. Ketika temanku, Venti mengajakku untuk mendaftar BMU di UNAIR melalui PMDKPrestasi serta merta orang tuaku sangat mendukung karena memang kondisi perekonomian keluargaku belum bangkit sejak krismon. Bapak segera membantuku melengkapi semua persyaratan yang diminta UNAIR. Dataku dan Venti pun siap dalam sehari. Meski ada saja kejadian menyebalkan. Secara beruntun empat orang temanku yang mendengar ada BMU juga ingin mendaftar, kami pun bersabar data kami tertunda diterima UNAIR. Apalagi dataku dan Venti sempat terselip sehingga kami berdua bolos seharian untuk mencarinya di meja Pak Djai, guru BK. Alhamdulillah esok harinya Mbak Atik, karyawan ruang BK berhasil menemukannya di tempat kami mencari-carinya kemarin. Beberapa hari kemudian UNAIR mengumumkan penerima BMU. Perasaanku teramat sedih. Aku dan Venti tidak mendapatkan BMU tetapi justru dua temanku yang beruntung. Namun kami masih tetap mengikuti PMDK-Prestasi. Pertama kali aku melihat UNAIR adalah saat verifikasi data PMDK-Prestasi. Aku sama sekali tidak tahu bahwa UNAIR memiliki kampus A, B dan C. Dan pertama kali itu juga aku menuju kamus A yang aku pikir merupakan tempat verifikasi, karena dari sudut manapun tidak ada keramaian lalu aku bertanya pada seseorang yang menyuruhku dan bapak untuk naik angkot T2. Ternyata kami ditujukan di kampus C yang ada keramaian tapi keramaian saat itu adalah pelantikan Rektor UNAIR. Meski lelah setelah perjalanan Jember-Surabaya akhirnya kami lega telah sampai di tempat verifikasi yaitu kampus B. Kesan pertama yang takkan ku lupa usai verifikasi adalah ketika esok harinya aku harus kembali lagi ke kampus A karena tempat tesku bertempat di FKG. Usai tes pun aku sempat kehilangan tutup orotanku di ruang tes dan tanpa sadar aku bertekad dalam hati untuk mengambilnya suatu saat nanti. Dan aku sedih. Aku belum bisa mewujudkan keinginan Bapak untuk bisa sholat lagi di Mushola FKUA.... Aku tidak lolos dengan pilihan FK dan FKM.
59

Aku berusaha kembali pada tekadku semula. SNMPTN, aku akan memilih kampus impianku. Namun, kedua orang tuaku masih tetap pada pendiriannya. Dan atas saran Zahro, teman sebangkuku, aku melaksanakan sholat istikharoh untuk memantapkan pilihan. Usai sholat aku tertidur, ketika bangun, aku melihat gerbang di depan mataku bertuliskan Universitas Airlangga. Saat itu aku hanya menganggapnya sebagai bunga tidur. Suatu sore, pihak UNAIR menelponku dan memberitahukan bahwa aku berhak mendapat BMU asal mengikuti SNMPTN regio Surabaya. Kedua orang tuaku pun memintaku untuk mengikutinya karena semua biaya UNAIR yang menanggung. Selama empat hari di Surabaya, aku bersama teman-teman dari daerah lain diasramakan di Asrama Haji Sukolilo. Di sana aku mendapatkan teman-teman baru, pengalaman serta motivasi dari kakak-kakak mahasiswa UNAIR. Kenangan yang takkan terlupa saat itu adalah kepalaku sering terantuk atap karena aku tidur di bagian atas ranjang susun. Teman-teman sekamarku sering menceletuk, Haw, lama-lama otakmu jadi encer deh.. waktu ngerjain soal kamu pasti bisa dan masuk UNAIR. temanku yang lain pun mengamini. Namun, aku gagal lagi. Aku tidak lolos lagi pada pilihan FK dan FKM. Sempat aku berpikir ini karena kesalahanku. Sebab lagilagi tutup orotanku tertinggal saat usai tes. Aku pikir kesempatanku untuk bersekolah di Jogjakarta ataupun Surabaya gagal total. Aku pun memutuskan untuk bersekolah di Univesitas Jember (UNEJ). Aku mengikuti Ujian Masuk 2 UNEJ yang ternyata aku diterima di FKM UNEJ. Beberapa hari sebelum daftar ulang, aku mendapat telepon lagi dari UNAIR. Aku masih memiliki kesempatan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi non BMU melalui jalur PMDK Diploma. Orang tuaku menganjurkanku untuk mengikutinya. Lagi-lagi aku kukuh pada pendirianku untuk memilih FK dan FKM. Alhamdulillah aku lolos pada jurusan Analis Medis di FKUA. Satu hal yang aku ingat saat menggenggam sesuatu dalam genggamanku dan membuatku tertawa geli. Ibu berucap, Tutup orotanmu kan nggak tertinggal lagi, Sayang... itu tandanya kamu diterima di UNAIR. Kesabaranku diuji lagi. Setelah bertukar kabar dengan teman-teman di asrama dulu, aku pun diberitahu bahwa Analis Medis tidak termasuk yang mendapat beasiswa Bidik Misi. Aku
60

shock. Aku telah melepas FKM UNEJ karena besok adalah hari daftar ulang terkahir dan harus tersedia uang lebih dari sepuluh juta. Aku pun segera menghubungi kakak BEM yang pernah kukenal saat di asrama. Dan aku memohon bantuannya. Lalu aku diminta untuk menghubungi kakak yang lain. Saat itu aku sangat menggantungkan harapanku pada kakak-kakak BEM. Alhamdulillah aku bisa mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Meski harus penuh lika-liku perjuangan. Terima kasih Allah SWT, terima kasih bapak dan ibu, terima kasih UNAIR, terima kasih mbak Fefty, mbak Febrita, mas Sinyo dan kakak-kakak BEM yang lain, terima kasih juga doa teman-teman sekamarku di asrama... Meski kenginanku tak terwujud tapi ada hikmah yang bisa kuambil dari sepenggal kisahku ini...Setidaknya aku bisa mewujudkan keinginan orang tuaku. Dan andai aku sekarang berada di Jogjakarta mungkin aku hanya bisa memberi kecemasan di hati kedua orang tuaku. Di almamater inilah aku akan menggantungkan mimpiku untuk menitih mimpi-mimpi yang lain.

61

HANYA DENGAN EMPAT PULUH RIBU, AKU BISA MASUK UNAIR..


Oleh : Nuruddin

Senin, hari yang sangat menyedihkan dan melemahkan semangatku waktu itu. Saat apel pagi, Pak Faqih (Kepala Sekolah SMA-ku) mengumumkan calon penerima Beasiswa BIDIK MISI dari sekolahku (SMA Al-Yasini). Betapa sedih dan memalukannya ketika namaku tidak ada dalam daftar penerima beasiswa tersebut. Pupus sudah harapanku untuk mengikuti jejak teman-teman yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari kelasku, hanya 3 anak yang masuk daftar calon penerima beasiswa tersebut. Aku memang bukanlah anak yang pandai di kelas, tapi aku memiliki semangat untuk belajar ke perguruan tinggi. Awalnya tak terlintas dalam bayanganku untuk melanjutkan kuliah. Akupun tak tahu bagaimana dan seperti apa kuliah itu. Yang aku tahu hanya sekolah SMA. Aku hanyalah seorang anak desa yang minim informasi, rumahku jauh dari kota, jalan masih bebatuan belum diaspal, dan tidak ada satupun anak di desaku yang bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya. Bagi kami, kuliah merupakan hal yang sangat mahal. Penghasilan kami sangat tergantung dari hasil panen yang tidak menentu. Begitu juga dengan bapakku, kesehariannya hanyalah bertani, bertani, dan bertani. Beliau menghidupi keluarga kami dari hasil jerih payah bertani. Bapakku sangat tidak setuju jika aku kuliah, karena biaya kuliah yang sangat besar. Selain itu, beliau kurang paham dengan dunia pendidikan. Maklum, karena bapakku tidak sempat mengenyam bangku sekolah sampai tamat, hanya sampai kelas 2 sekolah dasar. Hal ini karena faktor biaya yang membuat beliau berhenti sekolah. Begitu juga dengan ibuku, beliau hanya sampai lulus SD dan tidak bisa melanjutkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika aku meminta doa restu kepada orang tua untuk kuliah, beliau menjawab Wis nak ojo macem-macem, bapak iki dak duwe duwi gawe bandani awakmu kuliah. Wis lereno ae, nulungi bapak macul nang sawah! Tapi nek awakmu mekso yo wis, Emak isone cuman dungakno tok. Dari kata-kata orang tuaku itu, aku jadi kurang semangat dan pesimis untuk kuliah.

62

Beberapa hari kemudian, ketika aku dan teman-teman sedang mendengarkan pelajaran, tiba-tiba Pak Faqih masuk ke kelas kami dan memberikan informasi kalau masih ada 2 kuota yang masih tersisa untuk pendaftaran calon penerima beasiswa, Ini buat umum, tanpa terkecuali, jelas Pak Faqih. Lalu beliau memberikan soal-soal untuk kami. Setelah beliau koreksi, langsung pada hari itu juga diumumkan. Entah apa yang terjadi pada saat itu. Dari sekian banyak peserta, Alhamdulillah aku peringkat ke-2 dari pre-tes yang di berikan pak Faqih itu. Mungkin inilah awal jalan yang diberikan Allah SWT kepada aku untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian aku dipanggil kekantor dan disuruh melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. Setelah begitu sulitnya melengkapi persyaratan, akhirnya sampai pada pemilihan universitas dan jurusan. Waktu itu disuruh memilih 2 universitas dan 2 jurusan, lalu aku memilih UNEJ dengan jurusan Teknologi Hasil Pertanian karena aku ingin meneruskan profesi orang tuaku sebagai petani dan yang satunya aku memilih UNAIR dengan jurusan Matematika karena UNAIR merupakan Universitas terbaik yang aku tahu dan Matematika adalah pelajaran yang sangat aku sukai mulai dari sekolah dasar. Aku memilih ke-2 Universitas itu selain alasan yang tadi pada saat itu semua universitas sudah tutup semua dan tinggal UNAIR dan UNEJ saja yang masih buka. Kemudian berkas-berkas yang sudah aku lengkapi kemudian dikumpulkan dan dikirimkan oleh sekolah bersamaan dengan berkas-berkas temen-teman yang lainnya. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pengumuman pun keluar. Ada 6 anak yang lolos seleksi administrasi di UNAIR dari sekolahku, dan Alhamdulillah salah satunya adalah aku. Aku dan 5 teman yang lain yang lolos tes administrasi di UNAIR harus tes lagi, karena pada waktu itu di UNAIR ada 2 tes, yang pertama tes administrasi dan yang kedua tes tulis yang mana tes tulis ini diikutkan tes SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dan pada waktu itu juga ada pemberitahuan dari Bapak Faqih bahwa kami harus datang ke UNAIR dua hari sebelum tes SNMPTN dilaksanakan karena mau di asramakan dan dibimbing disana. Dua hari sebelum tes SNMPTN, kamipun berangkat. Kami berangkat jam 6 pagi karena jam 10 kita harus sudah berada di UNAIR. Tetapi karena sopirnya baru pertama kali ke UNAIR, beliau tidak tahu. Kamipun nyasar-nyasar sampai kami terlambat. Sesampai di UNAIR, kami masih harus berkumpul bersama semua calon penerima Beasiswa Bidik Misi. Lucunya, pada
63

waktu kita masuk di ruang Kahuripan, hanya kami berlima yang memakai seragam SMA sedangkan yang lainnya memakai baju bebas. Begitu malunya ketika semua mata tertuju pada kami. Pada acara tersebut banyak permainan yang tujuannya, kita diajak untuk saling mengenal satu sama lain, minimal sebelahnya. Setelah acara selesai kami di antar ke asrama haji oleh kakak-kakak BEM Unair, Kamipun berpencar. Sesampai di asrama haji aku langsung istirahat karena perjalanan yang begitu melelahkan. Ketika bangun, tiba-tiba banyak anak-anak dikamar dan semua pada menertawakanku. Begitu malunya diriku ketika itu. aku tidak tahu ada acara apa, ternyata ada acara perkenalan kami semua yang ada didalam kamar dan kakak pembimbing kami. Akupun langsung bergabung dengan mereka. Selama empat hari berada di asrama haji, Alhamdulillah kami mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang istimewa. Mulai dari makan setiap hari, pemberian vitamin, cek list kesehatan setiap hari, diantarkan melihat tempat tes, ketika tes diantar dan dijemput setiap hari, dan masih banyak yang lainnya yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu, bahkan pulangpun kami masih diantar dan diberi uang saku. Kami sangat berterima kasih kepada kakak-kakak BEM dan UNAIR yang sudah memfasilitasi kami. semoga Allah swt membalas semua kebaikannya. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pengumumanpun keluar. Pada hari itu, aku sangat bingung sekali. Entah apa yang terjadi. Ketika aku masukkan nomor pendaftaranku, tertuliskan ANDA TIDAK DITERIMA, Aku sungguh sangat bingung sekali ketika itu. aku tidak bisa menerima keputusan itu, lalu aku membeli Koran karena dikoran juga ada pengumuman tes SNMPTN. Begitu lemasnya diriku ketika namaku tidak tercantum disitu. Aku sudah putus asa dan pulang dengan tertunduk lesu. Orang tuakupun ikut sedih ketika melihatku gagal ketika itu. Hari demi hari aku lewati. Akupun berusaha melupakan kejadian itu dengan setiap hari membantu bapak disawah. Dengan pasrah aku jalani hidup ini. Entah mungkin itu teguran dari Allah SWT, karena memang niatan awalku ikut tes ini hanyalah untuk ajang coba-coba. Aku tidak serius mengkutinya. Ketika aku dan bapak sedang istirahat sepulang dari sawah, tiba-tiba handphone bapak berbunyi, bapakpun dengan segera mengangkatnya. Mungkin inilah jalan yang

64

sebenarnya buatku, penelpon itu ternyata seorang perempuan dari BEM UNAIR. Dia menyarankanku untuk mengikuti tes Diploma, akupun mencobanya. Setelah begitu ribet dan susahnya daftar, akhirnya telah sampai pada pemilihan jurusan. Waktu itu aku tidak tahu sama sekali mengenai jurusan ini. Aku memilih Teknik Kesehatan Gigi, karena pada waktu itu aku tidak bisa tidur selama dua hari karena sakit gigi sehingga aku tidak tahan untuk menahan rasa sakitnya akhirnya ku cabutkan di puskesmas. Dengan dasar dan latar belakang tersebut akhirnya aku memilih jurusan ini dan aku ingin belajar di bidang ini, padahal aku tidak tahu sama sekali mengenai jurusan ini. Dan yang satunya aku memilih jurusan Teknik Informasi karena aku tidak bisa komputer. Setelah aku mengikuti tes dan lain sebagainya, akhirnya pengumumanpun keluar. Pada waktu itu aku pesimis dan tidak melihat hasil pengumuman. Tetapi pada waktu sore bapak ditelepon lagi oleh BEM UNAIR, katanya aku diterima dan aku harus segera ke Surabaya untuk daftar ulang. Selain itu aku juga harus membayar uang pendaftaran dengan uangku terlebih dahulu sekitar tujuh jutaan. Akupun bilang kalau orang tuaku tidak punya uang. Akhirnya diberi waktu 3 hari untuk mencari pinjaman. Ketika sudah 3 hari bapak hanya mendapatkan pinjaman sekitar 2 juta, akupun bilang dan menelepon kembali kepada kakak BEM UNAIR yang menelepon bapak kemarin. Beliau bilang kalau aku disuruh berangkat saja karena mau dipinjami oleh UNAIR. Setelah itu aku izin ke orang tua untuk berangkat. Emakpun mengizinkanku, tetapi lain halnya dengan bapak. Beliau tidak mengizinkanku karena beliau sedang sakit parah dan memintaku untuk selalu disamping beliau. Ketika itu tepat pada bulan puasa, tepatnya hari Jumat tanggal 2 Ramadhan aku ke berangkat ke UNAIR untuk daftar ulang. Dengan hanya diberi uang Rp 40.000,- buat ongkos dan dengan keadaan cemas meninggalkan bapak di rumah yang sedang sakit parah, akhirnya aku berangkat. Waktu itu aku baru pertama kali pergi ke Surabaya sendirian naik kendaraan umum. Aku kesasar dan pada akhirnya Alhamdulillah aku sampai juga. Sesampai di UNAIR aku langsung disuruh ke Rektorat di ruang kemahasiswaan untuk mengambil uang. Sesampai disana aku ditanyai oleh bapak yang ada disitu kamu bawa uang berapa??? lalu aku menjawab dengan pelan dan lemas empat puluh ribu. Lalu semua orang yang ada disitu menertawakanku. Waktu

65

itu aku daftar ulang di bantu oleh Mas Sinyo dari BEM UNAIR. Mas sinyo pergi ke bank untuk membayarkan uang pendaftaranku, sementara aku disuruh menunggu. Sebelum mas Sinyo berangkat, aku ditanyai tentang berkas-berkas yang harus diberikan, salah satunya adalah foto dan akte kelahiran. Aku sama sekali tidak membawanya, yang aku bawa hanyalah ijazah dan SKHU. Aku langsung berlari mencari studio foto. Dan akhirnya baru menemukan studi foto di pasar Mulyosari. Sampai sore mas Sinyo belum datang karena di bank Mandiri masih penuh. Ketika mas Sinyo datang, akupun langsung masuk ke tempat pengisian data. Ketika mengisi data masih belum selesai, waktu pendaftaran sudah habis. Ruanganpun ditutup. Aku harus kembali daftar ulang keesokan harinya. Ketika itu uangku sudah nipis dan aku bingung mau tinggal dimana aku ini? Orang tuaku sangat kebingungan ketika itu, beliau meneleponku berkali-kali. Beliau khawatir karena aku kala itu hanya diberi uang Rp 40.000,- hanya untuk ongkos saja, tetapi aku harus menginap. Setelah beberapa lama aku kebingungan untuk mencari tempat penginapan, akhirnya Alhamdulillah aku diajak ke ruang kemahasiswaan oleh kakak-kakak BEM dan di ajak untuk bantu-bantu disitu sampai malam. Kemudian saya diajak mas Mahendra untuk menginap dikontrakannya. Keesokan harinya, aku langsung daftar lagi dan Alhamdulillah selesai juga. Ketika itu aku langsung pulang dan sesampai dirumah orang tuaku merangkulku sambil menangis tersedu-sedu sebari berkata semoga engkau tetap semangat untuk mencapi citacitamu, anakku. Dari perkataan beliau itu, aku menjadi termotivasi untuk semangat belajar dan berjuang untuk membalas semua jasa-jasa orang yang sudah membantuku. Alhamdulillah sampai sekarang aku bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan Semoga aku bisa mengemban amanah ini dengan baik dan kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Amiin Amiin Yaa Robbal Aalamiin.

66

OPTIMIS BERBUAH MANIS


Oleh : Rangga Putra Pratama

Perkenalkan nama saya Rangga Putra Pratama. Teman-teman banyak yang memanggil Rangga. Disini saya akan membagi cerita, bagaimana saya bisa berkuliah di UNAIR. Padahal aku berasal dari keluarga tidak mampu. Pertama kali akan aku sampaikan terima kasih kepada temanku yang memberi informasi tentang Beasiswa Bidik Misi ini. Ayahku bekerja sebagai pedagang asongan jam tangan, sedangkan ibuku hanyalah bekerja sebagai pembantu serabutan. Keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan membuatku tak mempunyai niat untuk hijrah ke luar kota demi melanjutkan pendidikan. Banyak pihak yang menyayangkan hal ini, dari kalangan guru, sahabatku, dan tetanggaku. Hal ini karena aku dikenal sebagai siswa yang berprestasi di sekolah, sejak SD sampai SMA. Ketika aku menceritakan keinginanku untuk bekerja setelah lulus dihadapan teman-temanku, mereka seperti tidak percaya. Begitu juga ketika bercerita di depan guruku, guruku seperti tidak menyetujuinya. Aku hanya bisa tersenyum berat. Keesokan harinya datang kabar dari temanku Mikke, dia memberitahuku bahwa ada sebuah beasiswa yang mungkin akan berguna bagiku. Rangga, ini lho ada Beasiswa Bidik Misi, ujar Mikke. Aku sedikit tidak memperhatikan, soalnya aku pikir itu cuma sekedar wacana. Segepok kertas informasi itu di lempar ke mukaku. Ketika kubaca, tiba tiba entah darimana seperti ada angin panas yang membuat semangat kuliahku muncul. Lalu aku minta izin buat mengcopy buku panduan itu. Sesampainya di rumah hal ini langsung ku ceritakan kepada kedua orang tuaku. Aku mencoba meyakinkan orang tuaku bahwa Beasiswa ini nyata. Aku minta persetujuan mereka, ya paling tidak hanya untuk mencoba. Setelah orang tuaku yakin, semua berkas kami kumpulkan. Sedangkan deadline yang di berikan sekolah untuk pengiriman tinggal 3 hari.

67

Pihak sekolah tidak mengerti tentang Beasiswa Bidik Misi, sehingga ketika aku minta tolong untuk mengurus surat-surat pengantar dari sekolah mereka menolak membantu,. Ini merupakan tantangan pertama, aku harus membuat sendiri. Setelah semua selesai, segera kukumpulkan berkas itu. Usaha sudah selesai, kini tinggal berdoa. Aku ayah dan ibuku selalu sholat malam sampai pengumuman. Akhirnya pengumuman lolos verifikasi berkas datang. Aku lolos dan di calonkan sebagai penerima Bidik Misi. Doa dan dzikir selalu kami lakukan. Ketika tiba waktu tes PMDK-Prestasi aku yakin, optimis jika aku lolos. Dan ketika hari pengumuman tiba aku pergi ke warnet untuk melihat apakah namaku tercantum lolos, dan ternyata aku lolos. Aku pulang ke warung tanteku dengan keadaan tangis bahagia, disitu ada ibu, tante dan pamanku. Mereka bertanya, Kenapa mas?. Kemudian aku jawab,Aku jadi berangkat ke Surabaya, aku masuk UNAIR dan dapat Beasiswa. Sontak semua menangis bahagia. Dan aku pulang kerumah, aku memberi tahu tetanggaku dan semua juga ikut senang, bahkan ada yang menangis. Perjuanganku selanjutnya adalah mengatasi omongan tidak enak dari tetangga yang tidak senang dengan informasi yang membahagiakan ini. Banyak hujatan datang dari tetangga yang tidak senang jika melihat ada orang yang senang. Setelah aku belajar dari buku SMA-ku ternyata aku sadar, bahwa hal seperti itu wajar terjadi di sebuah wilayah yang dimana tingkat pendidikannya rendah. Dan cara untuk membungkam mereka adalah membuktikan bahwa semua yang kita informasikan itu benar adanya. Ini bukan mengajari untuk bersombong. Jadi, untuk teman-teman yang mendapatkan Beasiswa Bidik Misi di UNAIR bersiaplah dengan semua kemungkinan yang ada. Ujian berat bukan hanya datang ketika menghadapi soal, tetapi juga datang dari sekeliling kalian sebelum maupun setelah status mahasiswa UNAIR melekat di dada. Ingat, optimis akan selalu membawa hasil. Jangan lupa berdoa terus ya

68

KEGAGALAN, BERUJUNG PADA KESUKSESAN LUAR BIASA


Oleh : Siti Zulaikhah

Lulus SMA merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh teman-temanku, dan kebanyakan anak lainnya termasuk aku. Hampir semua anak pastinya sudah merancang masa depan mereka. Ada yang mau langsung bekerja dan tak jarang pula yang ingin melanjutkan kuliah. Pada saatsaat itulah aku bingung aku harus memilih jalan yang mana? Dengan tekad yang bulat akhirnya aku memutuskan untuk kuliah, aku ingin menata kehidupanku dan keluargaku menjadi lebih baik, mengingat generasi di keluargaku tidak ada yang melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Aku tahu bahwa biaya kuliah tidak semurah yang dibayangkan, apalagi dengan gaji bapakku yang pas-pasan untuk membiayai kehidupan kami, namun tekadku sangatlah kuat, aku tidak mau terhenti sampai disini saja. Aku harus bisa menjadi orang yang pintar, berpendidikan, dan tidak direndahkan oleh orang lain. Aku merayu kedua orang tuaku untuk mengijinkanku mengenyam bangku kuliah, dengan melalui perdebatan yang panjang dan diskusi panas, akhirnya orang tuaku mengijinkan aku kuliah. Dan aku yakin bahwa Allah akan membantu umatnya yang selalu berusaha keras dan memiliki keinginan untuk merubah nasibnya. Aku ingin menjadi orang yang sukses dan kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal itulah yang mendorong aku untuk melanjutkan pendidikanku. Waktu itu aku senang sekali ada informasi dari internet bahwa ada Beasiswa Bidik Misi yang dapat membantu meringankan dari biaya kuliah hingga biaya hidup. Saat itu aku sangat bercita-cita menjadi seorang guru, akhirnya aku memutuskan untuk ikut program Bidik Misi di UNESA siapa tahu lolos. Namun sayangnya aku gagal untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Perjuanganku tidak terhenti sampai disitu saja, aku tetap mencoba ikut USM-STAN dan SNMPTN. Lagi-lagi aku gagal. Aku sempat jatuh saat itu dan sangat shock sekali hingga satu malam aku menangisi kegagalanku kalau aku mendapatkan berita bahwa aku tidak lolos SNMPTN, sampai-sampai aku mendapatkan
69

kemarahan dari orang tuaku hingga aku tak kuasa lagi rasanya menanggung kegagalan lagi. Untungnya aku berpikir kritis bahwa aku harus melanjutkan hidupku, aku harus maju, aku harus bisa meraih masa depan cemerlangku. Dorongan dalam diri dan support dari teman-temanku membuat aku bangkit dari keterpurukan ini. Setelah mencari informasi dari internet bahwa dibuka pendaftaran untuk Program Diploma 3 Universitas Airlangga, akhirnya aku ikuti saja walaupun aku tahu biaya kuliahnya sangat mahal dan pada waktu itu orang tuaku tidak memiliki uang sebanyak itu. Untuk mengikuti tes D3 UNAIR tersebut dibutuhkan uang pendaftaran senilai Rp 300.000,-. Aku meminjam uang kepada ibuku, dan saat itu aku mencari tambahan uang dengan bekerja dengan cara memberikan les tambahan anak tetangga-tetanggaku sehingga aku bisa mengembalikan uang ibuku tadi. Aku tidak mau merepotkan kedua orang tuaku terusterusan. Dengan nekat, Alhamdulillah alhasil usahaku tidak sia-sia. Allah mendengar doaku. Aku lolos D3 Akuntansi (SMA aku dulu dari IPA, setelah gagal SNMPTN, selama satu bulan aku belajar IPS dari buku yang dipinjami oleh temanku yang sudah diterima di S1 Akuntansi UNAIR dan S1 Akuntansi UNESA). Aku sangat senang dan bersyukur sekali. Namun ada satu hal yang mengganjal, yaitu bagaimana aku harus membayar uang SP3, SOP, dan uang daftar ulang yang nilainya hampir Rp 8.000.000,00. Saat daftar ulang adalah tanggal 12-14 Agustus 2010. Aku datang ke auditorium bersama bapakku untuk bertanya tentang adanya beasiswa di UNAIR. Alhamdulillah kami diantarkan kepada Pak Tatang dan beliau menawari Beasiswa Bidik Misi, kebetulan saat itu masih ada quota untuk mahasiswa baru program studi diploma tiga. Beliau menjelaskan bahwa aku harus membayar biaya daftar ulang secara mandiri dahulu. Jika aku berhasil mendapatkan beasiswa itu uang daftar ulang itu akan dikembalikan. Akhirnya ibuku meminjam uang tetanggaku untuk membayar biaya pendaftaran, sehingga pada tanggal 13 Agustus 2010 aku bisa melakukan daftar ulang. Bapakku langsung mengurus surat RT/RW dan kelurahan, sedangkan aku ke SMAN 16 Surabaya untuk mengurus surat rekomendasi pengajuan beasiswa. Saat itu adalah bulan suci ramadhan, dan kami diuji dengan beberapa hal, yaitu Pak Lurah yang sulit ditemui, surat pengantar dari UNAIR tidak ada sehingga kelurahan tidak bersedia membuatkan surat keterangan untuk pengajuan beasiswa (untungnya dengan cepat dibuatkan surat pengantar ke kelurahan oleh Pak Singgih) dan sekolah tidak mau membuatkan surat rekomendasi yang dicontohkan dalam form bidikmisi (hanya surat
70

keterangan peringkat saja dan rekomendasi buatan sekolah sendirilah yang aku lampirkan beserta legalisir raport dan sertifikat lomba). Panas dan haus tak mematahkan semangatku dan bapakku untuk memenuhi semua syarat yang terdapat dalam form Beasiswa Bidik Misi. Dan alhamdulillah puasa kami tidak batal walaupun terik matahari menyengat di tubuh. Setelah semua berkas lengkap aku mengirimkannya ke kemahasiswaan kampus C untuk diproses. Dengan doa dan usaha yang tiada henti-hentinya, akhirnya selang beberapa bulan aku mendapat kabar baik dari UNAIR bahwa aku lolos Beasiswa Bidik Misi. Alhamdulillah, mungkin Allah ingin menunjukkan bahwa kegagalanku sebelumnya yang aku perbaiki dengan usaha keras, niat yang baik, dan doa yang ikhlas bisa mengantarkanku pada kesuksesan yang luar biasa ini. Selang 3 bulan, uang daftar ulang yang hampir mencapai Rp 8.000.000,- dikembalikan, sehingga bisa dipakai untuk membayar hutang kepada tetanggaku. Aku sangat senang sekali dan bersyukur karena aku bisa kuliah di kampus yang dibangga-banggakan oleh semua orang yaitu UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA yang selama ini jauh dari pilihanku dan bayanganku. Ya, mungkin inilah rejekiku (bisa dibilang inilah jalannya) kalau aku bisa kuliah di UNAIR. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini, karena untuk bisa kuliah di UNAIR dan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi sangatlah membutuhkan perjuangan yang keras serta usaha dan doa yang tiada henti-hentinya. Allahumma amien.

71

PERJALANANKU MENUJU BANGKU KULIAH


Oleh : Didik Setiawan

Ceritaku berawal sewaktu aku menjelang lulusan SMP. Waktu itu ujian nasional baru saja selesai, teman-temanku sudah mulai berdiskusi mau melanjutkan sekolah kemana. Tapi aku sendiri masih belum ada pandangan sekolah mana yang akan aku tuju, karena pada waktu itu aku tidak diijinkan untuk melanjutkan sekolah oleh orang tuaku. Keinginanku sebetulnya ingin masuk SMA negeri di kota, karena di kecamatan tempat tinggalku tidak ada SMA negeri, yang ada hanya SMK negeri dan SMA swasta. Beberapa minggu kemudian hasil ujian nasional diumumkan, Alhamdulillah nilaiku masih mendapat rata-rata delapan, aku pun langsung memberitahukan hal ini ke orangtuaku, sekaligus aku merayu orang tuaku untuk menyekolahkan aku lagi. Tapi jawaban orang tuaku tetap saja tidak akan menyekolahkanku. Aku waktu itu sampai ngambek gara-gara hal ini. Alasan orang tuaku tidak mengijinkan aku sekolah adalah sekolah yang aku inginkan jauh dari rumah, dan itu memakan biaya mahal baik dari segi biaya pendidikan maupun biaya transportasi menuju sekolah pilihanku, karena kondisi keluargaku tergolong kurang mampu dan waktu itu adikku juga masih kelas satu SMP. Sampai akhirnya pendaftaran di sekolah negeri ditutup, aku sangat kecewa karena tidak dapat sekolah di SMA negeri. Aku pun pasrah, tetapi aku masih memiliki kesempatan untuk daftar ke SMA swasta di kecamatan. Aku mencoba merayu orangtuaku lagi, sebetulnya orangtuaku mengijinkan aku sekolah di SMK negeri di kecamatan tapi aku tidak mau karena aku mempunyai impian ingin melanjutkan kuliah nantinya, dan orangtuaku akhirnya mengijinkan aku sekolah di SMA swasta karena jaraknya lebih dekat dengan rumah dan biayanya juga tidak terlalu tinggi. Akupun mulai menjadi siswa SMA, di sini aku mulai mendapatkan teman baru.
72

Tapi perlu diketahui, SMA aku ini hanya memiliki satu jurusan yakni IPS. Padahal aku ingin sekali masuk IPA karena cita-citaku ingin menjadi dokter. Tapi ya sudahlah, aku tetap bersyukur bisa melanjutkan ke SMA. Di SMA prestasiku cukup bagus. Semester pertama alhamdulillah aku mendapat peringkat pertama. Aku sangat bangga waktu itu. Keberhasilan ini bisa membuatku lebih semangat lagi dalam belajar untuk mempertahankan prestasiku. Namun pada waktu semester kedua aku kecewa karena peringkatku turun menjadi peringkat kedua. Tapi aku tetap semangat untuk mengejar kembali menjadi peringkat pertama. Dan aku pun naik ke kelas dua jurusan IPS. Di kelas dua aku lebih giat belajar lagi untuk bisa memperbaiki prestasiku. Dan akhirnya kerja kerasku di kelas dua ini tidak sia-sia, alhamdulillah semester satu dan semester dua mendapat peringkat pertama. Aku jadi lebih percaya diri untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah, karena peringkat di kelas merupakan salah satu dari syarat untuk mendapatkan beasiswa kuliah. Setelah naik kelas tiga aku langsung bergerak cepat untuk mencari info-info tentang beasiswa kuliah. Aku mencari-cari lewat internet, dan ternyata ada beasiswa yang diadakan ITB. Aku pun tertarik ingin masuk di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB karena aku dari jurusan IPS, aku langsung melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Teman aku waktu itu juga ada yang ikut. Setelah beberapa hari berkas aku kirim ke ITB, ada pengumuman melalui emailku tentang aku berhak untuk mengikuti tes masuk ITB di Surabaya. Tapi di sini aku kecewa, karena sudah ada persiapan tapi tiba-tiba ibuku tidak mengijinkan aku untuk mengikuti tes ITB karena kuliahnya jauh, yakni di Bandung. Dengan berat hati aku harus menurut dengan keputusan ibuku. Gagal untuk mendapatkan beasiswa di ITB, aku tidak menyerah begitu saja. Aku mencari info beasiswa lagi, dan alhamdulillah ada beasiswa BIDIK MISI dari Kementerian Pendidikan Nasional pada waktu itu. Aku langsung bertindak cepat untuk memenuhi semua berkas-berkas. Waktu itu itu aku mendaftar di Universitas Airlangga. Selang beberapa minggu ada pengumuman kalau aku lolos menjadi calon penerima beasiswa BIDIK MISI di Universitas Airlangga, kemudian aku mengikuti tes PMDK Prestasi di Universitas Airlangga di Surabaya.
73

Sebelum berangkat aku minta doa restu kepada ayah dan ibu aku supaya diberi kelancaran dalam mengerjakan soal-soal tes dan diterima di Universitas Airlangga. Selang beberapa hari setelah tes hasil pun diumumkan, alhamdulillah aku diterima di Universitas Airlangga dan berhak menerima Beasiswa BIDIK MISI. Perasaan aku waktu itu campur aduk, antara senang, haru, bangga dan lain-lain. Terlebih perasaan orangtuaku, mereka sangat senang sekali dan tersenyum bangga. Baru kali ini aku bisa membuat mereka tersenyum bangga atas keberhasilanku. Dari keberhasilan inilah aku kembali teringat ketika mau masuk SMA, ketika itu begitu susahnya aku mendapatkan ijin dari kedua orangtua aku untuk melanjutkan ke SMA hanya karena faktor biaya, yang akhirnya membuatku sekolah di SMA swasta. Tapi inilah jalan hidup aku, dari sekolah swasta tapi aku bisa diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Aku juga bisa membuat orangtua aku tersenyum bangga atas keberhasilanku ini. Terima kasih Ayah, terima kasih Ibu. Aku cinta kalian.

74

SEMANGAT BERJUANG, HINGGA AKHIR WAKTU


Oleh : Dewi Rakhmawati

Hidup dalam keterbatasan financial terkadang sulit bisa untuk tercapainya keinginan, kadang kala hinaan,cacian, cemoohan yang didapat. Hanya karena tidak terpenuhinya kebutuhan layaknya orang yang mampu. Begitu juga dengan akses pendidikan yang di dapat. Itulah menjadi sedikit gambaran tentang keterbatasan financial yang di alami keluarga saya. Nama saya Dewi Rakhmawati terlahir pada tanggal 23 Desember 1992, merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara yang terdiri dari kakak laki-laki yang bernama M. Ali Imron dan adik lakilaki yang bernama Moh Ali Fauzi. Ayah bernama Sucipto dan Ibu Siti aminah. Ketika kecil keinginan untuk bisa sekolah hingga setinggi mungkin sudah terbayang dalam cita-cita saya ketika berumur 3 tahun. Untuk menjadi orang yang berilmu, itulah yang menjadi keinginan orang tua saya, keinginan yang sangat cerdas yang harus saya mulai mewujudkan pada saat itu. Begitu teringat mengharukan, pada saat saya berusia 3 tahun itulah awal saya bersekolah Taman Kanak-Kanak. Perjuangan ibu saya untu bisa memasukkan sekolah TK dengan berkorban menjual sepeda ontel satu-satunya milik ayah untuk bekerja, demi biaya masuk yang harus terbayar. Keluarga saya memang sangat sederhana, Ayah yang dulu bekerja sebagai penjual Tempe keliling hanya berpenghasilan < Rp 20.000/ hari, beliau adalah sosok seorang yang sangat menginginkan anak-anaknya untuk bisa mendapatkan kelayakan pendidikan hingga bisa menempuh pendidikan tinggi. Sedangkan Ibu hanyalah kuli pembungkus kerupuk yang upahnya tak lebih dari Rp 5000/hari, beliau adalah sosok pejuang keluarga yang penuh inspiratif, rela berkorban demi anak-anaknya. Hidup yang saya alami memang tidaklah sebahagia dan senikmat teman-teman dapatkan. Diwaktu saya kecil, ayah selalu sakit-sakitan dan sering keluar masuk
75

rumah sakit setiap tahunnya, sehingga anak-anaknya terlantar dirumah. Layaknya orang dewasa yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, merawat adik yang masih sangatlah kecil, membantu kakak dan ibu demi biaya kehidupan dan dana rumah sakit. Pada awal masuk sekolah dasar tepatnya di SDN Jambangan, awal semangat yang harus mulai saya tanam, semangat untuk ingin selalu sekolah telah terbukti dengan prestasi demi prestasi bisa teraih mulai di kelas dan mengikuti berbagai lomba, serta sering mendapatkan beasiswa penuh selama di sekolah dasar. Kedua orang tua sangatlah bangga dengan semangat yang termiliki dalam diri. Pada tahun ke-4 di sekolah dasar ini awal hal yang menyedihkan dan benar-benar perjuangan yang harus terlewati. Betapa tidak sedih, dari sekian tahun lamanya ayah sakit inilah terakhirnya ayah dirawat di rumah sakit selama satu bulan penuh dan tak kunjung sembuh juga. Satu bulan terlalui hingga Lebaran aku dan saudaraku tak di temani kedua orang tua serta hidup selalu yang berpindah-pindah, dari rumah budhe ke budhe yang lain. Dari sekian lama, akhirnya ibu pulang dengan membawah berita yang sangat menyedihkan, ternyata ayah sudah meninggalkan kita semua untuk hidup tenang didalam alam akhir. Begitu sangatlah histeris yang ku rasakan, ayah yang selalu ku sayang ku harapkan akan kesembuhannya demi masa depanku kelak. Ternyata begitu cepat untuk pergi. Semenjak kepergian Ayah selamanya, mulai saat itulah kehidupan benar-bemar mengalami perjuangan yang berat. Kakak mulai putus sekolah sejak berada pada tahun ke-1 di SMP demi membantu kebutuhan keluarga dan sekolahku dan adik, ia bekerja sebagai penjual koran untuk turut membantu perekonomian keluarga. Sejak saat itu ibu mulai berjualan kerupuk keliling dan saya turut membantu dalam keseharian yang beliau lakukan, mulai belanja kerupuk, goreng, pembungkusan, hingga berjualan. Semua itu berlanjut hingga SMA. Ketika hendak masuk SMA, nyatanya berbarengan sama adik yang juga hendak masuk SMP. Mulai saat itu ibu kebingungan dengan banyak biaya yang harus di keluarkan untuk biaya sekolah anak-anaknya, kakak juga tidak lagi bisa membantu. Semenjak mulai masuk SMA saya memulai kegiatan sehari hari dengan membantu orang tua bekerja sebagai pembantu rumah tangga, kuli bangunan di pagi hari, ngajar les di malam hari, juga jadi sales beberapa produk, hingga masuk dalam yayasan yang kerja keras tahan banting dengan gaji yang tidak sesuai. Saya juga pernah mengalami hal yang menakutkan, ketika pulang ngajar les hingga pulang lebih dari jam 11 malam dengan mengendarai sepeda, tiba-tiba dari arah 100 m belakang saya ternyata ada yang mengikuti gerak76

gerik saya. Dalam keadaan malam gulita dan jalanan yang penuh sawah saya mencoba mengendarai sepeda dengan sekencang mungkin, untuk menghindar dari musibah yang akan saya alami. Ternyata setelah saya melalui persawahan, akhirnya bisa menemukan perkampungan untuk bisa bersembunyi dan minta tolong. Syukur alhamdulillah akhirnya bisa selamat dari kejaran preman, itu kejadian ketika duduk di kelas XI. Semuanya terjalani demi semangat dan cita-cita yang harus terwujud tanpa mengabaikan kewajiban sekolah saya. Penghasilan memang tidak bisa menutupi semua biaya sekolah. Begitu juga sang ibu,keseharian yang dilalui dengan merelakan untuk menjadi pembantu rumah tangga dari jam 08.00-13.00 siang dengan upah 200ribu perbulan. Setelah pulang sebagai PRT, ibu juga sbg kuli pembungkus kerupuk hingga larut malam perhari penghasilannya tak lebih dari 10ribu. Itu juga belum bisa menutupi segala kebutuhan. Ikut tergabung dalam kegiatan intelekual remaja, turut memupuk semangat yang ada dalam diri. Berjuang bersama para teman yang senasib dan seperjuangan. Dukungan dari ibulah yang menentukan nasib saya. Ketika menginjak awal kelas XII, saya selalu meminta dan menangis kepada sang ibu untuk bisa masuk di perguruan tinggi. Sang ibu hanya bisa terdiam dan ikut menangis mendengarkan permintaanku yang harus dipenuhinya seorang diri. Tidaklah bantuan yang beliau dapatkan, malah cacian, hinaan, cemoohan. Kata-kata beginilah yang sering ibu rasakan: Ngapain sekolah tinggi-tinggi hingga perguruan tinggi sekolah SMA saja sudah untung-untungan, mending kerja cari uang yang banyak untuk bisa bantu ibumu. Gak usah kuliah tooh juga sama saja dengan orang yang tidak kuliah. Kata-kata seperti itulah yang menjadi cambuk semangat sang ibu, untuk tetap membiayai anaknya sendiri tanpa bantuan orang lain. Ibu selalu berpinsip, orang yang tidak kuliah saja bisa sukses, bagaimana anak saya jika kuliah pasti dia akan jauh lebih sukses bila di bandingkan oleh orang yang tidak sekolah. Begitu juga prinsip saya, saya tidak akan mau bekerja dengan menggunakan otot lebih baik bekerja menggunakan akal, artinya saya sama sekali tidak ingin bekerja sebagai buruh yang dilakukan ibu saya. Saya harus bisa meningkatkan kualitas kelayakan yang ada dalam keluarga, mengangkat kesejahteraan keluarga. Tiba saatnya mendekati waktu pendaftaran PMDK-Prestasi yang akan di selenggarakan oleh beberapa PTN, hanya berbekal doa dan semangat yang di dapat dari ibu. Saya mulai mencari-cari info persyaratan untuk mengikuti seleksi. Selama berhari-hari saya mendapatkan
77

info adanya BMU (Biaya Mengikuti Ujian) melalui jalur Prestasi yang di selenggarakan oleh Universitas Airlangga, yang di peruntukkan bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Dengan fasilitas antara lain Gratis biaya formulir PMDK-Prestasi, asrama pembekalan selama 3 hari oleh kakak-kakak BEM, konsumsi dan vitamin, akomodasi biaya Pulang-Pergi peserta, dan Gratis biaya kuliah selama masa studi melalui program BIDIK MISI. Begitu sangat bangga dan senang saya dan ibu, inilah awal dari keajaiban doa yang selalu dipanjatkan ibu disetiap tahajjud yang dilakukan. Tak akan menyia-nyiakan program ini, dengan hari-hari yang penuh dengan semangat saya lalui, tak menghiraukan omongan orang bilang apa tentangku yang jelek. Omongan yang baik akan selalu menjadi doa, omongan yang buruk akan menjadi cobaan yang harus diterpa. Berkas demi berkas mulai terkumpul, saatnya semua persyaratan harus dikumpulkan di PPMB-UNAIR. Dengan uang seadanya dan doa ibu semoga semua lancar sesuai harapan, saya berangkat ke Surabaya dengan mengendarai kereta komuter untuk bisa mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Setelah sampai di Surabaya, melihat begitu megahnya bangunan Universitas Airlangga sangat membuat terharu dan meneteskan air mata. Dalam hati dan pikiran, ada perkataan yang membuat kobaran semangat saya terus menyala,Saya harus bisa, saya memang bisa dan saya layak menjadi salah satu daftar deretan mahasiswa di universitas ini. Sesampainya di PPMB-UNAIR, akhirnya berkas diterima oleh staf yang sangat ramah melayani. Selama sebulan menunggu penantian pengumuman lolos BMU, setiap hari merasakan hati ini deg-degan dengan hasil yang didapat. Begitu dinyatakan saya LOLOS status BMU. Begitu senangnya orang yang berada di sekeliling saya yang selalu mendukung saya, ini sebagai awal gerbang untuk bisa mewujudkan harapan di masa depan. Tanpa disadari saya mendapat panggilan melalui telepon, dari kakak BEM. Memberitahukan bahwa saya lolos BMU dan berhak mengikuti karantina di asrama haji sukolilo selama 3 hari untuk persiapan tes tulis PMDK-Prestasi. Tiba saatnya untuk berangkat kumpul di kampus c, hari yang berbahagia dalam sejarah hidup bisa menapakkan kaki di dalam Universitas Airlangga. Kampus harapan Ayah dan Ibu. Tak lupa doa dari ibu dan saudara terpanjatkan untuk aku seorang. Sangat siap untuk mengawali perjalanan dari Sidoarjo hingga kampus C ditempuh dengan kereta dan turun di Stasiun Gubeng, lalu naek angkot T2. Sebelumnya saya sudah janjian dengan sahabat saya yang juga sama-sama lolos BMU.

78

Sesampai kumpul di gedung kahuripan lantai 3, ternyata mendapat sambutan dari kakakkakak BEM yang sangat ramah dan begitu telaten untuk menjawab pentanyaan dari adik-adik peserta. Begitu setelah prosesi pembukaan dilakukan hingga penutupan, akhirnya para peserta semua dibawa kepenginapan asrama, untuk melalui proses karantina. Waaahhh, begitu sangat menyenangkan sekali. Saya bisa mendapatkan teman dari berbagai kota dan kabupaten begitu sangat unik dan asyik. Hari ke-2 berada di asrama ternyata ada agenda bagi peserta untuk melakukan verifikasi dokumen bagi peserta PMDK-Prestasi, ternyata banyak kendala yang dilalui. Dari mulai namaku belum terdaftar di resi pembayaran, sampai belum log in data peserta. Hingga aku merasa, inikah bagian perjuangan untuk dapat kuliah gratis tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal. Hari-hari yang dinanti pun tiba, saatnya persiapan untuk mengikuti tes. Tes sudah terlalui, dengan sukses. 3 hari berlalu akhirnya pengumuman sudah bisa diakses, dan ternyata hasil yang di dapat sangatlah tidak diharapkan saya dinyatakan TIDAK LOLOS PMDK-Prestasi. Harapan dan semangat saya sangat jatuh, tidak bisa dibayangkan saya mengalami depresi. Bingung, Pusing, menangis itulah hari-hari yang dilalui, hingga mata merah dan membengkak karena linangan air mata yang terus berjatuhan. Tetapi masih banyak orang juga yang tetap memberi semangat tak henti-henti untuk saya bisa survive, terutama sang bunda. Begitu mengagetkan dapat berita dari kakak BEM, kalau peserta yang belum lolos jalur prestasi bisa mengikuti kembali seleksi PTN melalui jalur SNMPTN, dengan biaya subsidi formulir 50%. SNMPTN selama 2 hari berjalan sukses meskipun rasa gugup, mules, pusing menjelang tes selalu terbayang bayang. Sambil menunggu hasil pengumuman SNMPTN, saya bekerja dengan ngajar les adik-adik. Tiba saatnya melihat pengumuman SNMPTN, sudah terasa hati berdetak. Akhirnya berkat rahmat Allah dan semua yang mendoakanku aku bisa lolos masuk SNMPTN, masuk menjadi deretan daftar mahasiswa Airlangga. Rasa haru selalu mengembang dalam setiap senyuman indahku dan orang sekelilingku, doa yang selalu terpanjat dalam sujud malam telah di dengar oleh-Nya. Keluargaku begitu bangga, karena selama ini orang di kampung saya huni, belum ada yang bisa kuliah di Universitas Airlangga. Dan sayalah satu-satunya orang desa yang bisa kuliah di perguruan tinggi tersebut. Begitu juga rasa bangga dalam diri dan tak henti-henti selalu mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih kepada hambahambanya atas rahmat yang di berikan sehingga bisa menjalankan amanah Ayah dan Bunda. Saya masuk Universitas Airlangga melalui program Beasiswa Bidik Misi sebagai jawaban atas doa yang di dengar oleh Allah. Inilah perjuangan selama belasan tahun ku lalui bersama
79

keluarga, hanya pahit yang terasa tapi sangatlah manis buah tersa saat ini dengan berbagai ujian cobaan. Bidik Misi adalah program dari pemerintah untuk siswa SMA yang berkemauan untuk melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi dengan prestasi yang diraih selama SMA. Sangat susah memang mencari siswa berprestasi, tidak mampu ekonomi, tetapi sangat bersemangat untuk kuliah. Dan kriteria tersebut ada dalam diri saya. Saya sangat berbangga bisa mendapatkan Bidik Misi, bisa bersyukur ketika orang lain tidak bisa menikmati indahnya mencari ilmu. Mewujudkan cita-cita yang ayah inginkan, semoga ayah di surga bisa melihat apa yang ku lakukan sekarang dengan perjuangan dan doa Ayah. Mengangkat kehidupan yang layak di masa datang. Yang paling bisa membuat bangga, meskipun sering mendapat cacian, hinaan, hujatan, saya adalah satu-satunya orang pertama yang bisa kuliah dari keluarga ayah dan ibu, walau tak pernah ada bantuan dari mereka tapi saya bisa mendapatkan Bidik Misi. Buah perjuangan bertahun-tahun. Nikmat itu tak datang dalam sekejap, nikmat itu butuh waktu dan perjuangan untuk bisa menjadikan kita SUKSES. Seandainya Ayah tahu dengan keadaanku saat ini pasti Ayah merasa sangat bahagia, inilah aku saat ini yang masih bisa memenuhi sedikit dari permintaan ayah dan Ibu. Aku masih punya banyak mimpi yang harus terwujudkan untuk ibu seorang, inilah satu mimpi yang bisa tewujud saat ini. Hidup Cuma sekali, aku pingin memberikan yang terbaik untuk semua orang dan menularkan semangat untuk tetap bersemangat dengan apapun yang terjadi. Rindu akan sang Ayah yang meninggalkanku lebih dari 10 tahun, semoga Ayah bisa merasakan bahagia. Dan ibu tetap memberikan warna yang sangat indah dalam kehidupanku, tanpa beliaulah saya tidak mempunyai spirit sekuatnya. Beliau bisa membiayai anak-anaknya meskipun harus melakukan pekerjaan apapun pekerjaan yang halal, tanpa ada sedikit malu yang di rasa. Masih banyak yang menyayangiku.

80

MENGEJAR BEASISWA BIDIK MISI


Oleh : Candra Arga Maulana

Awalnya, tidak terbesit dalam pikiran saya untuk melanjutkan kuliah. Apalagi biaya bulanan SMA saya dulu ditanggung oleh orang lain. Wali murid tersebut adalah Ustadz saya disaat SD dulu. Sekolah yang sebenarnya kewajiban dan adalah hal yang menyenangkan, berubah menjadi suatu beban, meskipun kadang saya anggap sebagai tempat hiburan. Saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi yang paling baik di SMA saat itu, mengingat ada teman SMP saya yang dulu tidak lulus UN, padahal biaya sekolah dia dulu ditanggung oleh orang lain. Rasanya seperti terkekang, karena saya harus tinggal di pondok Ustadz saya, jauh dari orang tua, dan jelasnya DILARANG BERPACARAN. Saya tinggal di pondok bersama seorang Ustadz muda yang banyak sekali memotivasi saya. Saya belajar dengan giat, dan hasilnya juga baik. Dua semester di kelas X, saya lalui dengan peringkat 1, sehingga saya bisa masuk XI IPA 1. Panjang cerita, disaat kelas XII SMA, nilai saya cenderung menurun. Saya banyak melanggar perintah, mulai dari sering main Game PS2, sampai coba-coba untuk berpacaran. Hasilnya pun buruk, saya dinilai sombong oleh teman-teman karena tidak menjawab pertanyaan mereka (padahal saya tidak tahu pelajaran saat itu), saya dikhianati oleh dua siswi SMA tersebut yang pernah saya cintai, nilai-nilai saya menurun, para guru pun sentimen terhadap saya. Hancur rasanya perasaan saya saat itu. Tetapi saya segera berbenah, saya tinggalkan perasaan saya meskipun sakit, saya kembali belajar dengan giat, saya sangat malu ketika ditanya Ustadz saya tentang menurunnya nilai saya, saya pun ingin marah kepada diri sendiri, mengapa saya terlena kepada kehidupan dunia dan wanita. Sejak saat itu, saya kembali niat rajin belajar. Hasilnya pun maksimal, meskipun saya tidak mengikuti les tambahan, tetapi justru nilai Try Out saya lebih besar daripada mayoritas siswa siswi lain yang mengikuti les. Apalagi saat itu, siswa siswi lain yang mengikuti Les, banyak yang tidak lulus, karena nilai Matematika mereka dibawah 5. Mulailah saat itu para guru membahas tentang dunia perkuliahan
81

dan beberapa beasiswa. Saya sedikit tertarik hingga akhirnya saya minta tolong pada orang tua saya untuk mengurus surat-surat yang menjadi syarat pengurusan Beasiswa bidik misi. Meskipun sebelumnya saya sempat bertengkar masalah perkuliahan karena orang tua saya tidak sanggup membiayai, tetapi setelah itu orang tua saya mau membantu. Mayoritas teman-teman saat itu mencoba untuk ke UNAIR, UNESA, atau IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ini yang dinamakan pengkhianatan besar. Orang yang dahulu sangat saya bantu dalam belajar dan sangat saya cintai, ternyata begitu sadis sikap terakhirnya kepada saya. Katakanlah namanya Ina, Kakak Ina ternyata kuliah di salah satu PTN, orang tua nya pun telah berpengalaman mengurus hal hal yang berhubungan dengan pendaftaran Mahasiswa Baru. Tetapi Ina sama sekali tidak memberikan info yang benar tentang Beasiswa Bidik Misi dan UNAIR. Saya dan orang tua saya berusaha keras untuk mendapatkan informasi tentang Bidik Misi dan UNAIR. Hingga Akhirnya diumumkan siapa saja yang dapat mengikuti PMDKPrestasi di UNAIR. Ina termasuk salah satu siswi yang berhasil. Justru nama saya dan Salahudin (Ketua kelas XII IPA 1 yang mengurusi berkas-berkas Bidik Misi secara kolektif) malah tidak ada dalam daftar pengumuman tersebut. Salahudin mencoba mendaftar di IAIN dan beberapa Universitas lain, teman-teman yang lain pun demikian. Sedangkan saya hanya bisa merenung, mengapa saya tidak berhasil, bagaimana saya bisa kuliah dengan uang, sedangkan saya tidak punya cukup uang. Saya lebih sering melamun daripada menjawab pertanyaan, hingga akhirnya wali kelas saya mengetahui, dan menyuruh saya untuk tabah. Saya lebih banyak menyendiri, karena saya sendiri memang tidak punya banyak teman saat itu. Saya bukanlah orang yang kaya, sehingga teman-teman yang suka memilih teman, mengklasifikasikan teman berdasarkan kemampuan dirinya, teman-teman tersebut tidak akan berteman dekat dengan saya. Hanya Ina yang saat itu dekat sekali dengan saya. Mungkin saya terlalu idealis hingga teman-teman banyak yang membenci saya. Entah mengapa, waktu berjalan begitu cepat. Hasil Pengumuman menunjukkan bahwa Ina dan teman saya Maulana diterima di Unair. Rasanya sangat sulit mengucap Alhamdulillah ketika melihat teman berbahagia di saat saya sakit. Apalagi teman-teman banyak yang mengejek saya. Sang Master Maestro yang dulunya sering peringkat 1 sekarang malah kalah dengan Ina. Lebih sakit lagi, ketika Ina justru lebih dekat dengan teman teman perempuannya yang dulu sering menyakitinya dan cenderung mengucilkan saya. Tambah sakit lagi ketika saya
82

datang ke rumah Maulana dan dia menceritakan semuanya. Ina sebenarnya mengetahui informasi yang benar dari orang tua dan kakaknya, sementara informasi yang diberikan wali kelas saya kepada saya adalah informasi yang kurang. Maulana sendiri kaget ketika tahu bahwa Ina tidak menceritakan sesuatu itu kepada saya, suatu informasi yang sangat berharga yang dapat membuat masa depan saya cerah. Karena tidak ada satu pun dari keluarga saya yang kuliah, sehingga saya tidak tahu hal-hal tentang perkuliahan. Maulana sendiri dengan teman temannya yang memiliki motor, langsung mengecek kejelasannya ke UNAIR. Saya sendiri tidak memiliki banyak teman, saya tidak pernah berpikiran untuk mengecek kejelasan ke UNAIR, apalagi mengajak teman untuk ke UNAIR. Jalan menuju UNAIR saja saya lupa, padahal Olimpiade Matematika tahun 2010 saya ikuti di Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR. Lega rasanya ketika diumumkan bahwa nama saya terdaftar dalam nama siswa yang dapat mengikuti SNMPTN Beaiswa Bidik Misi UNAIR. Saya diantarkan bapak dengan sepeda pancal sampai ke UNAIR Kampus C. Kemudian diasramakan disana. Cobaan mendatang, buku Contoh Soal dan Pembahasan SPMB yang saya pelajari sampai ketiduran di rumah ternyata tertinggal di rumah dan tidak saya bawa ke asrama haji. Akhirnya saya meminjam buku teman untuk belajar. Teman-teman dari daerah pun baik-baik, tidak seperti teman di Surabaya waktu itu. Rasanya cepat sekali perjuangan di sana, hingga akhirnya berangkatlah saya ke ITATS dengan berjalan kaki. Kami sesama peserta SNMPTN di ITATS, dijuluki Pejuang ITATS, karena di saat yang lain berangkat dengan Bus, sementara kami jalan kaki. Pulang dari asrama haji dengan naik bemo, saya pun diantarkan oleh Ratna, teman perempuan saya di IPA 1, saya orang Surabaya, tetapi tidak tahu Surabaya. Pulang dari sana, saya mendapat kabar dari teman kalau saya Tidak diterima di Pendidikan Matematika IAIN, tetapi diterima di Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN. Saya lepas BSA karena biaya yang tidak ada. Tibalah tanggal 17, saya bangun pagi dan langsung ke warnet dan tidak sengaja bertemu dengan teman saya. Bismillah dulu kata teman saya. Saya ketik nomor pendaftaran SNMPTN dan kemudian, Yes,Yeah ungkap kegembiraan saya. Alhamdulillah gitu lho sahut teman saya lagi di Warnet. Tetapi saya tidak percaya. Saya ingin mengecek di UNAIR, sesampainya di UNAIR, saya lupa memakai sepatu. Saya beli koran Jawa Pos pengumuman SNMPTN, dan di sana ada nama saya. Saya pun tetap tidak percaya. Sampai berita ini beredar di keluarga saya, keluarga, bapak ibu saya merasa bahagia, tertawa, sedangkan saya biasa biasa saja, Karena saya masih

83

tidak percaya. Hingga saya sampai di semester 3 Matematika UNAIR ini pun, saya masih tidak percaya kalau saya adalah Mahasiswa UNAIR.

MY STORY TO GET BIDIK MISI


Oleh : Yessy Yuliana Amalia

Universitas Airlangga...Satu nama kebesaran yang selalu aku ingat. Gedung yang besar, lahan luas dengan kumpulan berbagai fakultas, mahasiswa , mobil serta kendaraan bermotor yang lalu lalang merupakan sedikit gambaran kehidupan di kampus yang sekarang menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak pernah berpikir maupun bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari mahasiswa UNAIR karena menurutku itu sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. Namun dengan semangat dari ibu dan ayahku serta orang-orang yang selalu ada di sampingku, duduk di salah satu bangku di gedung ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Mendapatkan gelar mahasiswa Universitas Airlangga bukannya tanpa penuh perjuangan. Mungkin aku akan menceritakan sedikit kisah duka maupun suka perjuanganku mendapatkan Beasiswa Bidik Misi di Universitas Airlangga. Aku hanyalah seorang gadis anak dari keluarga sederhana. Ibuku seorang pedagang sayur, sedangkan ayahku dulu hanyalah seorang sopir bemo (angkot) namun sekarang berubah menjadi seorang pedagang kopi seduh. Aku memiliki dua orang adik, laki-laki dan perempuan. Dengan kehidupan sederhana itu, kedua orang tuaku tak henti-hentinya banting tulang agar semua anaknya bisa sekolah. Ibuku memilki keinginan agar semua anaknya berpendidikan tinggi tidak seperti ibuku yang hanya lulusan SMA dan ayahku yang hanya sampai kelas 2 SD. Keterbatasan pendidikan itu di karenakan tidak adanya biaya. Flashback di masa lalu mendorong kedua orang tuaku untuk tidak menyerah, memperjuangkan pendidikan anak-anaknya agar kelak kita (anak-anaknya) tidak sengsara seperti yang mereka alami. Awalnya aku tidak pernah berpikir untuk melanjutkan kuliah, sempat memang terpikir tapi itu hanya bisa dibilang khayalan saja. Karena itu setelah lulus SMP aku masuk SMK, agar kalau sudah lulus bisa langsung kerja atau kalau ada biaya bisa melanjutkan kuliah. Aku masuk
84

di SMK jurusan akuntansi, sejak awal aku memang berniat untuk mengikuti kompetisi-kompetisi akuntansi. Aku belajar dan terus belajar, tidak segan untuk konsultasi dengan guru-guru di sana. Beberapa lomba akuntansi pun aku ikuti dan alhamdulillah beberapa kali aku juga menang. Prestasi di kelas juga cukup membanggakan, tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar kelas. Ketika akhir masa kelas tiga, pikiran mulai terpecah. Ada yang rasa bingung yang mulai menyergapku, kerja atau kuliah. Awalnya aku tidak tahu kalau ada program dari Dikti tentang beasiswa ini, mungkin karena aku juga jarang update informasi alias terlalu cupu, aku tahu tentang program ini dari salah satu temanku yang sudah mendaftar ke BK (bimbingan konseling) di sekolah. Hanya ada 3 orang saja yang mendaftar Beasiswa Bidik Misi di UNAIR, mungkin karena programnya baru dan kurang sosialisasi di sekolah sehingga hanya sedikit orang yang tahu. Saat aku mengutarakan keinginanku ikut mendaftar Beasiswa Bidik Misi di UNAIR, guru BK ku malah menolak, beliau beralasan kalau pendaftaran di sekolah sudah di tutup dan siswa yang lain sudah mengumpulkan berkas lengkap sedangkan aku baru mulai mengurus semuanya. Aku tidak putus asa, aku mencoba menjelaskan apa saja prestasiku, gimana keadaan keluargaku, dan berjanji untuk mengurus semua berkas yang dibutuhkan secepatnya. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan guruku ini. Akhirnya hati guruku luluh juga, aku diberi kesempatan dua hari untuk mengurus. Hari itu juga langsung aku telepon ayahku untuk segera meminta surat keterangan dari RT, ayahku sempat tidak mau karena aku memberitahunya mendadak soalnya aparat desa di kampungku sulit ditemui namun akhirnya ayahku mengiyakan. Secepatnya langsung aku mengurus surat-surat internal dari sekolah. Keesokan harinya semua surat sudah siap, langsung aku setorkan ke BK. Setelah menunggu beberapa hari semua sudah siap tinggal menyetorkan ke PPMB UNAIR. Kita antar sendiri semua berkas itu bersama-sama tanpa dampingan seorang guru. Penyerahannya sungguh mepet dengan hari penutupan pendaftaran, yakni H-1. Verifikasi datapun dalam proses, hasil verifikasi ditempelkan di mading sekolah. Alhamdulillah kami berempat lolos. Untuk bisa mendapatkan beasiswa itu harus melalui tes PMDK-Prestasi terlebih dahulu. Aku sempat bimbang dan ingin mundur karena tes yang diujikan semua adalah pelajaran SMA padahal kita yang dari SMK sama sekali tidak mendapatkan materi itu. Aku takut setelah aku membayar dan ikut tes tidak lolos. Namun ibuku

85

menguatkan dan terus memberi dorongan untuk ikut tes. Ibuku percaya aku pasti lolos, doa ibu memang yang paling mujarab. Akhirnya aku lolos tes juga. Alhamdulillah. Lucunya pada saat tes, aku mendapatkan tempat duduk paling depan. Pas aku lihat lembar soal, aku sudah bingung duluan. Ini soal apa??? Itu yang terlintas dipikiranku. Semua soal dari buku soal-soal PMDK yang aku beli tidak ada soal yang sama. Untung aku dulu hobi mengerjakan soal-soal psikotes, jadi untuk soal-soal semacam psikotes lancar. Setiap kolom jawaban yang aku isi, ucapan bismillah selalu aku ucapkan dalam hati. Aku lihat suasana kelas, kanan kiriku semua sepertinya lancar mengerjakan dalam pikiranku hanya aku yang nggak bisa. Akhirnya waktu mengerjakan selesai, pada saat akan keluar ruangan semua pengawas aku jabat tangannya kira-kira ada 6 pengawas. Dalam pikiranku, kalau aku tidak lolos tes setidaknya aku pernah berjabatan dengan pengawas dari UNAIR. Dua hari kemudian, tiba-tiba aku sudah mendapat ucapan selamat dari beberapa teman. Pertamanya aku bingung, eh...ternyata aku lolos tes dan berhasil mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Aku jadi sadar bahwa anak SMK juga bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi rumah keduaku. Dari apa yang terjadi sebelum aku mendapatkan beasiswa ini aku bisa menyimpulkan hikmah apa saja yang aku dapat : 1. 2. 3. 4. 5. terbaik. 6. yang mungkin.
86

Mengerjakan sesuatu harus dengan ridho orang tua terutama ibu Perjuangan dan doa tidak akan berakhir sia-sia Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan Dalam mengerjakan sesuatu jangan sampai terlambat dan mendadak Hasil yang kita petik berawal dari apa yang kita tanam, ketika kita

menanam benih aktivitas yang baik sejak dini, Insya Allah akan mendapatkan yang

Janganlah sampai lupa bersyukur, karena apa yang kita dapatkan tidak

pernah lepas dari pemberian yang kuasa. Yang tidak mungkin pun akan menjadi suatu

Semoga kisah sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi motivator tersendiri, sekarang dan sampai nanti.

INFORMASI BEASISWA

Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan bantuan biaya pendididikan bagi mereka yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi serta berhak mendapatkan beasiswa bagi mereka yang berprestasi. (http://dikti.kemdiknas.go.id). Informasi beasiswa di Perguruan Tinggi negeri maupun swasta sangatlah banyak, baik dari instansi pemerintah maupun instansi swasta. Beasiswa dari pemberian secara beberapa semester atau juga ada beasiswa penuh. Beasiswa diperuntukkan bagi mahasiswa yang berprestasi dan kurang mampu. Beasiswa tersebut antara lain : 1. Beasiswa Bidik Misi Dikti Beasiswa ini diberikan oleh pemerintah melalui direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional, diperuntukkan bagi mahasiswa tidak mampu dan berprestasi, beasiswa ini berupa biaya kuliah gratis dan mendapatkan bantuan biaya hidup. Info :
87

http://dikti.kemdiknas.go.id http://bidikmisi.dikti.go.id http://facebook.com/bidikmisi

2. Beasiswa Departemen Agama (Depag) Beasiswa ini diberikan oleh Departemen Agama kepada mahasiswa lulusan SMA sederajat di Perguruan Tinggi yang ditunjuk oleh Depag, beasiswa ini berupa biaya kuliah gratis dan mendapat bantuan biaya hidup. 3. Beasiswa PPA dan BBM Beasiswa ini dapat diperolah melalui informasi Perguruan Tinggi terkait. Beasiswa ini berupa biaya kuliah (tidak penuh). Beberapa beasiswa dari instansi swasta antara lain : 1. Beasiswa Beswan Djarum 2. Beasiswa Supersemar 3. Beasiswa Bank Indonesia 4. Beasiswa PT. Sun Life Financial 5. Beasiswa Bank Mayapada 6. Beasiswa PT. Pertamina 7. Beasiswa YKPP 8. Beasiswa BCA Finance 9. Beasiswa Sumitomo 10. Beasiswa instansi swasta lainnya.
88

Juga banyak beasiswa pertukaran mahasiswa ke luar negeri yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di beberapa Negara yang terjalin kerja samanya dengan Perguruan Tinggi terkait. Kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan yang lebih tinggi terbuka lebar dan banyak sekali beasiswa yang dapat kita pilih, jadi tidak menutup kemungkinan semua warga Negara Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang bermutu melalui beasiswa-beasiswa ini.

BERSAHABAT DENGAN PENULIS


Hudha Abdul Rohman. Sebelumnya pernah bersekolah di SDN Mojo 3 Surakarta berlanjut ke SMP Negeri 11 Kota Surakarta dan menjadi alumni SMA MTA Kota Surakarta. Kelahiran Sukoharjo, 27 Oktober 1991. Penulis adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga Surabaya. Pernah bergabung menjadi Wartawan Siswa di SOLOPOS. Pernah menjadi Juara 1 Lomba Menulis Esai tingkat SMA di UNS Se-Kota Surakarta, karya tulis ilmiahnya yang berjudul Paper Club berhasil menyabet Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa Tengah, juga artikel nya Gema Baca Kampung menjadi Juara Harapan 2 tingkat SMA Se-Kota Surakarta. Penulis juga pernah menjadi Best 30 Finalist School dalam Olimpiade Ilmu Sosial (OIS) di UI tahun 2009. Juara 3 Lomba Jambore Santri Se-Solo Raya, pernah mengikuti Olimpiade Geografi tingkat Jawa Tengah (UNS) dan Nasional (UGM), Juara Harapan 2 Lomba Presenter Bahasa Jawa Alfabank Se-Surakarta. Menulis, membaca, dan meneliti adalah hobinya yang paling seru. Prestasi di bangku kuliahnya adalah menjadi Juara 3 Lomba Debat Bahasa Indonesia PIM UNAIR 2010, Juara 1 Lomba Menulis Naskah Lakon Airlangga Art Festival 2011 dan menjadi Finalis 10 besar Duta Bahasa Jatim 2011. Juara 1 Lomba Debat Bahasa Indonesia tingkat FIB 2011. Penulis telah menerbitkan buku antologi kumpulan Cerpen Malam Tangisan Hujan (LeutikaPrio:2011). Aktif di Komunitas KETIK. Salam Prestasi **** Devi Yuanita Sari. Alumni SMAN 1 Pandaan. Kelahiran Mojokerto, 1 Januari 1992. Penulis adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga Surabaya. Penulis mempunyai hobi membaca dan menulis. Sering berprestasi di bidang akademis di SMAN 1 Pandaan.
89

****

Adi Surya Oktavianto. Alumni SMAN 3 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 28 Oktober 1991. Penulis adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Hiperkes Universitas Airlangga Surabaya. Penghobi Futsall, ndengerin musik, membaca cerpen, bersepeda dan guyonan sama temen-temen. Beberapa kali menjuarai berbagai lomba futsall, diantaranya pernah Juara 1 Lomba Futsal SMA Giki 2 Cup Surabaya, Juara 2 Lomba Futsall Universitas Hang Tuah Surabaya Cup Se-Jatim, Juara 2 Lomba Futsall Universitas Muhammadiyah Surabaya, Juara 2 Lomba Futsall SMAN 3 Surabaya dan Juara 3 Lomba Futsall Student Week UNAIR Surabaya. **** Rohmatul Afrilia. Alumni SMAN 1 Gresik. Kelahiran Gresik, 28 April 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Surabaya. Jalan-jalan adalah salah satu hobinya. **** Ana Puspaningtyas. Alumni MAN Kembangsawit Madiun. Kelahiran Madiun, 15 November 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya. Menulis Cerpen adalah hobi yang sangat seru baginya. Pernah Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Milad MAN Kembangsawit, pernah menjabat sebagai Ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan Ketua Jurnalistik di MAN Kembangsawit. **** Binti Rumiyati. Alumni SMAN 1 Kasiman. Kelahiran Bojonegoro, 13 Oktober 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga Surabaya. Penghobi mendengarkan musik ini merasa berkat beasiswa Bidik Misi, Binti lebih bisa mengeluarkan apa-apa yang selama ini diimpikannya.
90

**** Dewi Mutmainah. Alumni SMA AL YASINI Kraton. Kelahiran Pasuruan, 30 April 1991. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Nonton TV dan membaca adalah hobinya. Pernah Juara 3 Lomba Cerdas Cermat Bahasa Jepang SMA, Juara Umum di Madrasah Diniyah Al Hasanuddin. **** Wahyu Wisnu Wardana. Alumni SMKN Pasirian Teknik Informatika. Kelahiran Lumajang, 24 Januari 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah Juara 2 Lomba Debat Pelajar tingkat Kabupaten, Juara 3 Siswa Berprestasi SMA Se-Kabupaten Lumajang, peraih Pramuka Garuda tingkat Penegak dan pernah menjabat menjadi Wakil Ketua OSIS. Hobi berenang, membaca dan bernyanyi. **** Dwi Ernawati. Alumni SMAN 1 Pulung. Kelahiran Ponorogo, 27 Mei 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga Surabaya. Sering masuk 5 besar selama SMA. Hobi membaca. **** Ely Syarifah. Alumni SMAN 1 Gresik. Kelahiran Gresik, 29 April 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Analis Medis, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga Surabaya. Hobi membaca novel. **** Fajar Afif Fudin. Alumi SMAN 2 Pamekasan. Kelahiran Pamekasan, 2 Desember 1991. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain pernah

91

Juara 2 Olimpiade Akuntansi Se-Madura 2009, Juara 1 OSN Ekonomi tingkat Kabupaten 2009. Hobi futsal, mendengarkan musik, memasak dan baca buku. **** Yeny Mega Aprilita. Alumni SMAN 4 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 24 April 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya adalah prestasi akademik di SMA nya. Mendengarkan musik adalah hobinya. **** Rangga Ardi Anggriawan. Alumni SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Kelahiran Jakarta, 20 Mei 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Otomasi Sistem Intrumentasi (OSI), Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya. Hobinya adalah Listening Asian Hitz, mempelajari bahasa dan kebudayaan Jepang dan olahraga. Pernah menjadi Ketua OSIS SMA Muhammadiyah 10 Sugio, menjadi peserta Kejuaraan Taekwondo Junior-Senior Piala Walikota Surabaya kelas Under 54 senior putra. **** Indah Triana Febriani. Alumni SMAN 3 Bangkalan. Kelahiran Bangkalan, 28 Februari 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Sering masuk peringkat 3 besar semester 1 sampai 6 di kelasnya, pernah menjadi Finalis Olimpiade Biologi tingkat Kabupaten. Hobi menulis. **** Hawa Ratna Dewi. Alumni SMAN 1 Jember. Kelahiran Semarang, 13 Januari 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Analis Medis, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga Surabaya. Hobi yang digelutinya adalah menulis. Beberapa kali menang dalam kompetisi antara lain pernah Juara 2 Festival Band PKB Se-Jember 2001, Finalis Band @ RM Lestari 2002, Juara Harapan 1 OSN Kimia tingkat SMA 2008, Juara Harapan 1 OSN Kimia tingkat SMA 2009, Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Festival Muslimah UKMKI
92

UNAIR 2011. Juga pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Artistik BIAS (Bursa Image Arek Smasa) 2009. **** Nuruddin. Alumni SMA AL YASINI Kraton. Kelahiran Pasuruan, 10 November 1991. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Teknik Kesehatan Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga Surabaya. Hobi sepak bola dan Membaca Al Quran. Pernah Juara 3 Lomba Tartil MTQ UNAIR 2010. **** Rangga Putra Pratama. Alumni SMAN 1 Bojonegoro. Kelahiran Bojonegoro, 7 Mei 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Penghobi memancing, mendengarkan musik dan main game. Pernah masuk 6 besar Olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Bojonegoro, Peserta Olimpiade Astronomi tingkat Kabupaten. **** Siti Zulaikhah. Alumni SMAN 16 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 1 Mei 1991. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah menjadi Juara 2 Lomba Traveling PMR beregu 2 orang SMANDELA tingkat Provinsi 2009, Semifinalis Olimpiade Kimia UNAIR 2009, Participant Of Australian Chemistry Quiz. Hobi mendengarkan musik, memasak, mengarang dan membaca. **** Didik Setiawan. Alumni SMA A. Wahid Hasyim 4 Gudo. Kelahiran Jombang, 2 April 1991. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Baginya, menerima Beasiswa Bidik Misi adalah sebuah prestasi terbesar. Hobi browsing. ****

93

Dewi Rakhmawati. Alumni SMA PGRI 1 Sidoarjo. Kelahiran Sidoarjo, 23 Desember 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Berprestasi di jurusan IPA waktu SMA. Hobinya adalah bersepeda dan wisata ilmu. ****

Candra Arga Maulana. Alumni SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 17 Mei 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah Juara 1 Seleksi Olimpiade Matematika. Hobi bersepeda. **** Yessy Yuliana Amalia. Alumni SMKN 1 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 4 Juni 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain Juara 3 Lomba Pembuatan Aplikasi Akuntansi Stikom, Juara Harapan 2 LKS SMK Se-Jatim, Peserta Tukar Budaya Jepang-Indonesia di SJS Indonesia, Peserta OSTN SMK 2009, Perwakilan dalam Diklat Kompetensi Akuntansi Se-Jatim (PPLK UNESA), juga menjadi Lulusan terbaik Jurusan Akuntansi SMKN 1 Surabaya 2010. Hobi mewarna, berimajinasi, nonton film dan mencoba hal-hal baru. ****

94

COVER BELAKANG
Mendapatkan beasiswa penuh alias kuliah bebas biaya adalah impian banyak orang, khususnya pelajar SMA atau sederajat yang ingin meringankan beban orang tua. Biaya di bangku perguruan tinggi memang bisa dikatakan mahal, apalagi untuk keluarga yang tidak mampu secara finansial. Banyak sekali beasiswa yang ditawarkan oleh perguruan tinggi, baik dari instansi pemerintah maupun swasta yang jumlahnya cukup besar. Berjuang mendapatkan beasiswa tentunya membutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk meraihnya. Lewat 22 kisah yang disajikan, buku ini memberikan motivasi dan inspirasi kepada pembaca melalui kisah-kisah nyata dari para penulis buku ini. Kisah-kisah yang diceritakan banyak tema dan mengandung banyak hikmah untuk diresapi. Pembaca dapat menerapkan cara-cara atau hal-hal yang dikisahkan penulis untuk mendapatkan beasiswa penuh. Melalui true story dalam buku ini, tampak jelas dan nyata antara penulis dapat berdialog dengan pembacanya lewat tulisan dalam buku ini. Sehingga diharapkan pembaca benar-benar mengetahui, bahwa kuliah gratis itu memang benar adanya di setiap Universitas. Buku ini menjamin para pembaca menjadi lebih percaya diri, bahwa tidak hanya kemampuan akademis saja yang penting, akan tetapi kemampuan non akademis juga diperhitungkan. Sebuah buku yang berisi 22 kisah perjuangan sederhana yang sangat menginspirasi. Bahkan untuk lebih memastikan pembaca termotivasi dan mendapatkan informasi lengkap sepenuhnya manfaat buku ini, kami telah sertakan panduan mendapatkan beasiswa BIDIK MISI lengkap yang merupakan informasi penting dari buku ini. Jika anda ingin memperoleh inspirasi dan motivasi untuk terus berjuang mendapatkan beasiswa, buku ringan ini dapat memberikan gambaran, bagaimana perjuangan dan kerja keras untuk bisa kuliah gratis serta dapat memberikan hikmah kisah heroik kepada pembaca. Salam Prestasi!!!

95

Universitas Airlangga Surabaya

96

97

Anda mungkin juga menyukai