Anda di halaman 1dari 5

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Ruang Kolaborasi Topik 2 - Peran Guru sebagai Teladan Pembelajaran


Keterampilan Sosial Emosional (CASEL)

Hasil Diskusi

1. Tantangan bagi guru untuk menjadi contoh/teladan dalam hal sosial-emosional?


Jawab:

2. Kasus yang ada berkaitan dengan hal di atas berdasarkan pada pengalaman
Anda mengamati proses belajar mengajar yang pernah Anda ikuti!
Jawab:

3. Bagaimana sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional? Apa saja


tantangan bagi sekolah?
Jawab: Sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional dengan cara
kolaborasi antara semua warga sekolah. Hal ini dapat diwujudkan dengan menyusun
peraturan-peraturan sebagai budaya di sekolah untuk terciptanya kesejahteraan dalam
ekosistem pendidikan sekolah yang melibatkan semua warga sekolah, yaitu meliputi:
kepala sekolah, guru, dan peserta didik. Perwujudan tersebut bisa dilakukan dengan
penerapan budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun), infaq setiap hari
jumat, shalat berjamaah, ekstrakurikuler, pesta liburan, kegiatan sekolah, senam
bersama, membaca bersama, dan lain sebagainya. Hal ini dapat melatih dan
meningkatkan kemampuan sosial emosional peserta didik dan semua warga sekolah.
Selain itu, untuk menciptakan kondisi yang nyaman, aman, sehat dan bahagia bagi
peserta didik. Selanjutnya, sekolah juga dapat  memfasilitasi tes diagnostik bagi
peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih mengenal dirinya sendiri
(gaya belajar, emosi dll.), sedangkan guru dapat diberikan pelatihan mengenai sosial
emosional, sehingga guru dapat memberikan teladan bagi peserta didik.

Berikut tantangan bagi sekolah, meliputi:


a. Memerlukan waktu lama agar pembelajaran sosial emosional dapat
diimplementasikan, sehingga dapat menjadi rutinitas dan dapat membentuk
karakteristik peserta didik yang baik.
b. Memerlukan konsistensi dan kerjasama yang baik dengan semua warga
sekolah.
c. Perlu membiasakan peserta didik menerapkan kompetensi sosial-emosional
dalam lingkup sekolah atau lingkungan sehari-hari secara berulang-ulang.
d. Bagaimana menyatukan sudut pandang seluruh warga sekolah untuk penerapan
kompetensi sosial-emosional yang terintegrasi dengan pembelajaran, karena
masih banyak warga sekolah tidak mengetahui bahwa kompetensi sosial-
emosional penting untuk perkembangan peserta didik.
e. Penerapan pembelajaran sebagai wujud pembelajaran sosial emosional
membutuhkan waktu yang cukup lama dan kemampuan yang cukup profesional.

4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan


pembelajaran sosial-emosional? Jelaskan? Bagaimana menghadapi kendala
tersebut?
Jawab: Karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajaran
sosial-emosional, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang unik dan
bervariatif. Maka, peserta didik pastinya memiliki-sosial emosional yang berbeda-
beda. Karakteristik peserta didik yang berbeda tentunya membutuhkan penanganan
yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus bisa memahami terlebih dahulu
karakteristik peserta didik dengan baik, sehingga nantinya guru bisa menerapkan
pembelajaran sosial emosional sesuai dengan tujuan yang sudah dirancang. Cara
untuk menghadapai karakteristik peserta didik yang bervariatif ini yaitu dengan
melakukan tes diagnostic non-kognitif.
Pertanyaan dan Hasil Diskusi Pengamatan Video

1. Film Laskar Pelangi


Laskar Pelangi menceritakan kisah anak-anak dari Desa Belitung yang
dikategorikan sebagai anak-anak miskin di Belitung. Anak-anak tersebut tidak
berhenti berusaha untuk memperbaiki masa depan mereka. Mereka merupakan siswa
SD Muhammadiyah, SD tertua di desa Belitung. Di sekolah ini terdiri dari 10 siswa,
hingga tak lepas dari ancaman penutupan. Kesembilan siswa tersebut adalah Ikal,
Lintang, Mahar, A Kiong, Syahdan, Borek, Sahara, Kucai, Trepani, dan Harun. Ibu
Muslimah, satu-satunya guru di SD Muhammadiyah yang diperankan oleh Cut Mini,
dan Pak Harfan, kepala sekolah SD Muhammadiyah yang diperankan oleh Ikranagara,
terus berupaya untuk mempertahankan SD Muhammadiyah agar tidak tutup.
Semula siswa di SD Muhammadiyah hanya berjumlah 9 siswa, kemudian
datanglah Harun, anak keterbelakangan mental yang menyelamatkan sekolah di saat
semua murid dan guru sudah gelisah dan khawatir sekolah akan ditutup. Setelah
murid genap 10 siswa, sekolah dengan bangunan seadanya tersebut tetap diizinkan
untuk beraktivitas seperti sekolah pada umumnya. Pemeran utama film Laskar
Pelangi adalah Ikal. Siswa SD Muhammadiyah yang memiliki ketertarikan besar pada
dunia sastra. Ia gemar menulis puisi. Ada juga Lintang, siswa SD Muhammadiyah
yang menjadi siswa paling pintar di sekolah karena kejeniusannya. Ia merupakan anak
nelayan miskin yang bercita-cita menjadi ahli matematika.
Ada satu siswa yang dikenal memiliki bakat dalam bidang seni, yaitu Mahar.
Ia yang menjadi pencetus ide saat sekolah berencana mengikuti perlombaan semacam
karnaval. Mahar memberikan ide untuk menari dengan aksesoris yang terbuat dari
tumbuhan langka di Belitung. Tumbuhan tersebut membuat gatal, sehingga mereka
menari seperti orang kesetanan, tetapi ide tersebut membuat SD Muhammadiyah
dapat memenangkan lomba. Hari-hari yang dilalui semakin mengukir kenangan,
kebahagiaan, dan penuh dengan canda tawa. Meski begitu, Lintang tetap berjuang
dalam pendidikan. Ia rela menempuh jarak yang sangat jauh untuk bisa sampai ke
sekolahnya dengan menggunakan sepeda. Perjuangan Lintang untuk bisa sampai ke
sekolah harus melalui danau yang terdapat buaya di dalamnya.
Kecerdasan Lintang terbukti ketika ia, Ikal, dan Sahara mengikuti perlombaan
cerdas cermat. Ketiga siswa tersebut bisa mengalahkan Drs. Zulfikar, guru SD PN
yang merupakan sekolah elit di Belitung. Lintang dan teman-temannya membuktikan
meskipun fasilitas terbatas, mereka tetap kerja keras dan menjadi siswa yang pintar.
Sebagai film yang mengangkat cerita tentang pendidikan, Laskar Pelangi bukan hanya
menghadirkan potret pendidikan di desa, melainkan kisah persahabatan yang sangat
erat dan kaya akan makna. Suasana senang dan sedih sangat terasa, ketika Lintang
berhasil memenangkan lomba cerdas cermat, tetapi dalam waktu yang sama ia
memutuskan untuk berhenti sekolah.
Ada banyak konflik yang terjadi dalam film ini. Dimulai saat waktu
pendaftaran sekolah siswa yang daftar tidak mencukupi batas minimum yang
ditentukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan.
Sehingga, apabila siswa yang mendaftar kurang dari 10 sisa maka sekolah terpaksa
ditutup. Hari pendaftaran tiba, jumlah siswa yang terdaftar baru sembilan orang. Di
tengah kecemasan, akhirnya Pak Harfan selaku kepala sekolah dan Bu Muslimah
selaku guru, memutuskan untuk penerimaan murid baru dibatalkan. Saat hendak
memulai pidato, terlihat seorang Ibu datang bersama anaknya, Harun, untuk
mendaftar sebagai siswa di SD Muhammadiyah.
Hari berlalu dan berjalan dengan aktivitas sekolah pada umumnya. Lalu tiba
waktunya SD Muhammadiyah mengikuti karnaval. Meski sempat dipermasalahkan
karena tidak memiliki dana, Bu Muslimah berkeras untuk mengikutsertakan murid-
muridnya. Dengan jiwa seni dan kejeniusan dari Mahar, mereka berhasil mendapatkan
piala kemenangan. Konflik yang paling membawa emosi penonton adalah ketika
lomba cerdas cermat. Dimana semula SD Muhammadiyah tertinggal angka saat
melawan SD PN dan SD Negeri. Saat soal matematika, mereka dapat mengejar skor
yang tertinggal dan berhasil memenangkan lomba cerdas cermat. Saat itu saya sebagai
penonton turut merasakan kebahagiaan atas kemenangan yang diraih SD
Muhammadiyah. Selepas memenangkan cerdas cermat, Lintang memutuskan untuk
tidak melanjutkan sekolah karena ayahnya meninggal dunia dan ia harus menjadi
tulang punggung keluarga. Seketika kebahagiaan yang baru saja mereka dapatkan
berubah menjadi kesedihan yang teramat dalam. Ketika menontonnya, saya pun
merasa sedih ketika siswa sejenius Lintang terpaksa harus putus sekolah.
Bahan Diskusi
Bila anda sudah menonton film tersebut apa yang bisa anda pelajari dari film tersebut
berhubungan dengan guru yang menjadi agen perubahan?
Jawab: Pada film “Laskar Pelangi” hal yang bisa dipelajari salah satunya yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan guru yang menjadi agen perubahan. Hal ini dapat dilihat ketika guru
tidak menyerah untuk mengadakan proses belajar mengajar meskipun fasilitas yang ada
sangat terbatas. Guru tetap mengupayakan proses pendidikan bagi masyarakat yang kurang
mampu hanya bermodalkan niat, usaha, dan cita-cita. Usaha yang dilakukan oleh guru-guru
tersebut membuahkan hasil, ketika lomba cerdas cermat, tim Laskar Pelangi mampu
mengalahkan tim dari sekolah yang memiliki fasilitas unggul. Berdasarakan pengalaman
tersebut, kami menyadari bahwa keberhasilan seorang guru untuk menjadi agen perubahan
tentu bukan karena fasilitas yang memadai. Tetapi, keberhasilan dapat terwujud apabila kita
memiliki tujuan dan kerja keras bersama dengan tim. Selain itu, terlihat bahwa proses belajar
bisa dilakukan di mana saja, tidak harus di dalam kelas yang bagus dengan segala
fasilitasnya. Keterampilan guru dalam menyediakan ruang belajar bagi peserta didik adalah
hal yang utama. Guru bisa membimbing dan memahami kebutuhan peserta didik, dengan
membiarkan mereka mencoba sesuatu yang baru, dan terus memberikan dukungan dan
motivasi agar semangat guru tertular untuk peserta didik.

2. Film Sekolah Rimba

Anda mungkin juga menyukai