Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wulan Dwi Purnamasari

NIM : 4401022039

Rombel : PPG Pra Jabatan Biologi-01

Kelompok Sekolah : SMA Negeri 2 Semarang

1. Kiki Evi Oktaviani (4401022015)


2. Ain Amalia Rahmawati (4401022023)
3. Khilyatul Jannati Khumida (4401022030)
4. Wulan Dwi Purnamasari (4401022039)
5. Yossy Dewi Purnama Aisiyah (4401022045)
6. Rifki Dwi Anisa (4401022051)

01.04.1-T3-6 Koneksi Antar Materi

Moda: Asynchronous, tugas mandiri kelompok

Tujuan Pembelajaran Khusus: kelompok menyelesaikan revisi rumusan rencana pemetaan


dan mengeksplorasi persiapan monitoring dan evaluasi standar kualitas dan kesuksesan
projek

Pada Koneksi Antar Materi ini, selain melanjutkan upaya untuk menghasilkan rumusan
rencana implementasi yang komprehensif dengan menghubungkan konsep projek
kepemimpinan yang akan dilakukan dengan konsep yang dipelajari dari mata kuliah lain.,
Kelompok diharapkan juga dapat mulai memetakan hal-hal yang paling memungkinkan
untuk dapat diklaim sebagai barang bukti bagi kualitas dan kesuksesan projek kelompok
mereka yang akan dieksekusi di semester 2.

Koneksi Seorang guru memerlukan sebuah visi yang jelas untuk menggambarkan seperti
dengan visi apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu diberikan pada peserta
guru didiknya. Visi menjadi penting karena semua sikap dan tindakan seseorang
profesional dibimbing oleh visinya. Dengan visinya, seorang guru mengetahui hal – hal yang
boleh dikerjakan. Kalau hal itu sudah jelas di benak guru, maka konsistensi untuk
menegur atau mendiamkan juga menjadi tinggi. Guru akan mudah menentukan
perbuatan siswanya salah atau benar. Guru juga bisa membuat batasan perbuatan
– perbuatan mana saja yang masih patut diberi toleransi dan mana yg tidak.

Hubungan antara visi dengan proyek selalu berkesinambungan. Visi menentukan


hal – hal yang harus dilakukan guru sebagai upaya peningkatan kualitas
pembelajaran maupun sekolah. Visi memberikan arah pandang guru untuk
menentukan sebuah cara atau kegiatan seperti apa yang harus dilakukan agar
kualitas pembelajaran dapat meningkat. Dengan demikian, maka guru dapat
menentukan proyek yang akan dilaksanakan. Guru dapat merancang hal – hal apa
saja yang harus dilakukan dalam proyeknya untuk mewujudkan visinya.
Koneksi Untuk menjalankan sebuah proyek, selain guru memiliki visi yang jelas, guru
dengan juga harus melakukan penyesuian dengan kondisi di sekolah. Dengan
pemetaan menganalisis tantangan dan kekuatan yang ada di sekolah, guru dapat
tantangan menentukan hal – hal yang dibutuhkan di sekolah. Guru dapat merencanakan
dan solusi untuk menghadapi tantangan yang ada. Ketika guru sudah menyiapkan
kekuatan strategi menghadapi tantangan tersebut, guru dapat meminimalisir kegagalan
sekolah dalam proyek. Dengan demikian koneksi antara proyek dengan pemetaan
tantangan dan kekuatan di sekolah sangatlah penting dan berkesinambungan.
Koneksi Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, sekolah (SMA N 2 Semarang)
dengan kekurangan dana untuk mengadakan pembaharuan buku sebagai sumber belajar,
mata perawatan AC, serta penambahan speed wifi. Hal ini dikarenakan pemasukan
kuliah sekolah hanya berasal dari dana BOS. Oleh karena itu kami mengajukan proyek
filosofi pelatihan pembuatan kriya tulang daun, yang dapat dikelola sebagai usaha
pendidikan (kewirausahaan sekolah) secara berkelanjutan untuk menambah pendapatan
nasional sekolah.
Proyek yang akan kami lakukan sesuai dengan salah satu pemikiran Ki Hajar
Dewantara yaitu kodrat zaman. Kodrat zaman diartikan perubahan dari waktu ke
waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar
mereka bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri. Selain sebagai bekal
keterampilan peserta didik, sekolah juga bisa menindaklanjutinya sebagai
program usaha mandiri sekolah agar pemasukan dana sekolah tidak hanya dari
BOS. Dengan demikian sekolah dapat melakukan pembaharuan buku, internet,
dan AC untuk menunjang pembelajaran yang semakin berkualitas.
Analisis Sasaran proyek kami adalah para siswa yang tergabung dalam ekstrakulikuler
barang KIR (Karya Ilmiah Remaja). Mengapa tidak satu sekolah? Hal ini dikarenakan
bukti keterbatasan kami dalam mengkoordinir proyek tersebut. Jika 1 sekolah yang
kualitas harus diberi pelatihan, maka anggaran dana yang dikeluarkan akan lebih besar,
dan dan hal ini di luar batas kemampuan kami. Siswa KIR dipilih karena
kesuksesan ekstrakulikuler tersebut sudah familiar dengan inovasi-inovasi dan juga
projek eksperimen. Harapannya, dari para siswa KIR, nantinya piha sekolah dapat
melanjutkan program ini untuk internal mereka dengan mengadakan pelatihan
secara berkala dengan melibatkan anak-anak KIR yang sudah diberi pelatihan.
Maka harapan kualitas dan kesuksesn proyek kami dapat terwujud ketika
 Anggota KIR memiliki peningkatan pemahaman terhadap lingkungan bersih
dan sehat serta kecakapan dalam memanfaatkan daur ulang sampah daun.
 Anggota KIR memiliki kecakapan untuk membuka peluang dalam
kewirausahaan.
 Anggota KIR memiliki keahlian dalam membuat kriya tulang daun sebagai
potensi kewirausahaan.

Catatan:

Hasil revisi perencanaan proyek di upload di bagian aksi nyata.

Anda mungkin juga menyukai