Anda di halaman 1dari 4

Pohon Tanah Tandus

oleh: Hidayat Raharja*

“Semua murid sama hanya butuh waktu belajar yang berbeda untuk memahami”
Sekolah kecil sering kali diabaikan dan dipandang sebelah mata. Seumpama tanaman
yang tumbuh di tanah berbatu. Sulit untuk tumbuh dengan baik, tetapi yakinlah bila
berbuah meski kecil, akan terasa manis tiada bandingnya. Berada di SMAN 4 Sampang bagi
saya sangat menarik, sebagaimana merawat pohon yang tumbuh di lahan tandus dan
gersang, tetapi di dalamnya ditemukan keunggulan lokalitas yang butuh sentuhan dan
penanganan bersama. Di dalamnya saya temukan spirit kawan-kawan guru dalam
menghadapi segala keterbatasan baik dari sisi fasilitas, input, maupun kualitas. Segala
keterbatasan yang memiliki tantangan untuk menaklukkannya. Bagi para guru kreatif dan
enuh inisiatif tak ada yang patut dikeluhkan kecuali dicari jalan keluar. Di antara segelintir
siswa dengan segenap keterbatasan masih ada guru yang mampu membawa siswanya
berlomba dan memenangkan kompetisi.
Keberhasilan karena kekuatan spirit untuk melayani dengan segenap hati dan pantang
menyerah terhadap situasi. Nyatanya mereka terbukti mampu menunjukkan keberhasilan
dalam membangun spirit, sehingga bisa berprestasi. Salah satunya prestasi yang
membanggakan dan mengejutkan bagi semua pihak prestasi yang diraih Ulva yang
dibimbing ibu Mellinda Puspita Dewi, S.E. ( bu Melli) dan Intan Maulidia yang dibimbing ibu
Kartika Hardiyati, S.Pd (Bu Tika) dalam membimbing siswa mengikuti KSN K bidang Ekonomi
dan bidang Kebumian.
Saya yakin yang dilakukan Ibu Melli, Ibu Tika dan kawan guru lainnya bukan sebuah
kebetulan, karena saya melihat cara guru menghadapi murid berbeda antara satu dengan
yang lain. Proses pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi saat proses
pembelajaran berlangsung. Satu ketika saya melihat di kelas saat bu Melli ngajar bangku
diatur melingkar dan siswa yang jumlahnya tak banyak saling berinteraksi. Di waktu yang
lain melihat bu Fauziyah Wahyuni mengajar biologi dengan membawa specimen ke dalam
kelas untuk bahan belajar. Juga beberapa guru lainnya yang dilakukan sepenuh hati. Saat ibu
Dewi Wahyuni membimbing siswa untuk mengkikuti loba Desain Busana dan Lomba Nyanyi
lagu daerah. Usaha yang dilakukan secara maksimal untuk mendapatkan hasil terbaik,
sehingga harus mendatangi lokasi objek situs Rato Ebhu untuk mendapatkan visualisasi
panggung yang senada dengan tema desain baik. Apa yang dilakukannya penuh totalitas
sehingga bisa meraih juara pertama antar SMA se Kabupaten Sampang.
Saya sangat terkesan dengan upaya guru-guru untuk membuat anak (siswa) tertarik
untuk belajar. Rekaman itu sangat kuat dalam memori saya bahwa ada banyak potensi di
kawan guru SMAN 4 Sampang yang bsa membuat siswa berprestasi meski seringkali
disepelekan. Suatu ketika akan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.
Apa yang dilakukan dan dihadapi ibu Melli, bu Tika, dan lainnya adalah menghadapi
Kanyataan terhadap murid-murid dengan segala keterbatasannya. Keadaan riil bahwa siswa
kita tidak memiliki buku pegangan, maka disini kembali peran guru yg aktif. Bu Melli selalu
memberikan contoh di kehidupan nyata. Contohnya kegiatan pelaku ekonomi, kami selalu
mengaitkan pelajaran di terapkan dalam kegiatan sehari-hari anak-anak. Sehingga ada
kemauan dari anak-anak untuk belajar tentang ekonomi misalnya apakah saya termasuk
orang yang boros atau berhemat dengan cara selama 1 minggu siswa harus menulis
kebutuhan pribadi yang harus terpenuhi. Sebuah proses untuk memahami arti ekonomi
sesuai dengan keseharian yang dialami. Siswa terlibat langsung untuk menganalisa
permasalahan ekonomi keseharian yang dialaminya. Sebah konteks pembelajaran yang
berangkat dari pengalaman personal untuk memasuki permasalahan ekonomi secara
meluas.
Untuk pembinaan sebuah iven atau kompetisi, siswa tetentu yang dipilih dipersiapkan
mengikuti lomba dilakukan dengan memberikan aktivitas tambahan; mengirim materi dan
dengan mewajibkan semua siswa harus bertanya. Cara sederhana menemani siswa belajar.
Anak-anak yang tidak punya semangat bisa tersentuh untuk mulai belajar dan berpikir
tentang kehidupannya sendiri. Pembinaan semacam butuh energi yang berlebih, sehingga
proses pembalajaran bukan hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlanjut dengan
penugasan di rumah atau membahas soal sesuai dengan jadwal yang disepakati.
Menghadapi siswa yang heterogen keadaan dan cara belajarnya dibutuhkan
ketelatenan dan kesungguhan sehingga tercapai komitmen antara guru dengan siswa.
Kesepakatan yang membuat pembelajaran lebih enjoy dan nyaman, sehingga mudah untuk
menerima materi pembelajaran, membuka kesempatan kepada siswa, boleh bertanya di
sekolah, boleh datang ke rumah, boleh lewat HP. Khusus siswa yang dibimbing untuk
sebuah kompetisi sains disiapkan soal-soal latihan dari Kompetisi Sains Nasional tahun-
tahun sebelumnya, dibimbing di rumahnya, terkadang juga lewat Whatsapp.
“Guru-guru SMA negeri 4 Sampang sangat luar biasa, kami memajukan SMA Negeri 4
dengan sepenuh hati, makanya kami tidak rela kalau SMA Negeri 4 Sampang sampai
ditutup,”” ujarnya penuh semangat yang membuncah.
Menurut bu Melli, upaya untuk menghidupkan dan memajukan SMAN 4 Sampang
dapat dilakukan harus menghidupkan ekstra kurikuler. Semua program kegiatan ekstra
kurikuler harus jalan saat pandemi mereda.
“Semoga di KSN mendatang anak-anak di sekolah kita bisa lebih greget, ada rasa ingin
menjadi juara tidak hanya ikut menjadi peserta tapi ada rasa kami harus jadi juara, dan
semoga harapan kami benar-benar terwujud dalam membimbing serta mendidik siswa siswi
SMA negeri 4 Sampang,” Bu Melli mengakhiri perbincangan dengan menitipkan semangat
yang selalu menyala.
Saat mengajar menerangkan materi di dalam kelas, bu Melli melakukan layanan
personal. Dipanggilnya anak-anak satu persatu menanyakan bagian materi mana yang
masih belum dipahami. Dilakukan penjelasan ulang seperti ketika ada anak yang butuh
perhatian khusus karena tidak bisa dengan cepat menangkap materi yang disampaikan.
Diulangi lagi penjelasannya sehingga menjadi paham dengan materi yang dipelajari.
Lain lagi cerita bu Kartika Hardiyati, S.Pd. dan biasa dipanggil Bu Tika. Seorang guru
muda yang sangat energik, dan selalu bersemangat dalam berbagai kondisi yang dihadapi.
Bu Tika selalu berprinsip bahwa semua murid sama, hanya berbeda lama waktu untuk
memahami materi yang dipelajari. Semua murid sama, hanya lama waktu belajarnya
berbeda. Baru satu tahun di sekolah ini, namun selalu ada yang mengejutkan darinya,
sebagaimana yang sering saya temukan pada orang muda.
Untuk menyikapi kondisi murid dengan segala keterbatasannya, bu Tika bertekad
untuk memberikan segala kemampuan beserta pengetahuan yang dimilikinya akan
diberikan. Sejauh pengamatannya dalam satu tahun ini siswa SMAN 4 Sampang
menurutnya lebih termotivasi dan lebih bisa memahami suatu hal atau pembelajaran jika
mereka mengamati langsung seperti halnya jika mereka diberikan film atau video, kemudian
juga dari media atau pembelajaran yg sudah di tampilkan itu dikaitkan dengan apa yang
sudah mereka lakukan sehari-hari.
Sebuah konteks pembelajaran yang menghubungkan antara materi dengan dunia
nyata, sehingga anak merasa apa yang dipelajarinya ada dalam kehidupan nyata. Jika ada
dalam kehidupan nyata, maka jelas manfaatnya bagi kehidupan mereka. Hal menarik ketika
pelajaran Fisika masih banyak yang berkutat kepada soal dan angka-angka yang jelimet. Bu
Tika menyodorkannya dengan hal-hal nyata dalam kehidupan yang sangat menarik sehingga
siswa menjadi termotivasi belajar.
Karena siswa yang heterogen, Bu Tika lebih sering melakukan pendekatan personal. Ini
sangat penting karena menurut kategori bu Tika, siswa di SMAN 4 Sampang, ada yang rajin
setengah rajin, ada yang baru mendapatkan motivasi atau bahkan tekanan baru mau
mengikuti pembelajaran. Sebuah kategori yang sangat menghargai terhadap perbedaan
siswa, karena menghargai kemampuan setiap siswa, bu Tika berpandangan bahwa setiap
siswa unik, sehingga perlu diperlakukan secara personal.
Prestasi merupakan jalan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Untukbisa
diercaya masyarakat tidak ada jalan lain, kecuali prestasi dan prestasi yang harus dibuktikan.
Masyarakat akan percaya kalau sekolah berprestasi. Ungkapan yang sangat menarik, karena
di sekolah ini selalu dianggap sebagai sekolah yang tidak pernah diperhitungkan dengan
input yang pas-pasan. Namun keberhasilan bu Tika membawa salah seorang siwa, Intan
Maulidia menjadi pemenang II KSN Kebumian se kabupaten sampang dan grade nya
memenuhi untuk ikut seleksi KSN P di tingkat provinsi Jawa Timur, merupakan hal yang
sangat luar biasa. Siswa yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Terlebih lagi siswa atas
nama Intan Maulidia mendapatkan grdade score yang memenuhi kriteria untuk berlomba di
ajang KSN Tingkat provinsi jawa Timur.
Ibu Tika juga menjadi mentor di Erik Institute yang memberikan bimbingan kepada
anak-anak Indonesia yang berprestasi. Tanpa harus banyak bicara bu Tika tengah memilih
dan menyiapkan siswa yang jumlahnya sangat terbatas ini untuk dibina dalam kompetisi
sains di tahun yang akan datang. Spirit yang terus menyala di ruang – ruang kelas
menggetarkan kesunyian, membakar bara juang yang tidak boleh padam. Bila sekolahmu di
tengah kota, inputnya bagus dan kau juara itu hal biasa. Tetapi jika sekolahmu di tempat
marjinal, bersaing dengan sekolah di kota dan berprestasi. Bila phon ada di tanah subur,
buah lebat, sudah biasa. Tetapi pohon yang tumbuh di temat tandus yakinlah buahnya
manis terembus. Ini luar biasa. Panjang Perjuangan Para Guru, sukses selalu menyertai, dan
Allah meridlai.
Sampang, 12 Oktober 2021
Hidayat Raharja, Guru, Pengelola SMA
Negeri 4 Sampang.

Anda mungkin juga menyukai