Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan Tumor Paru (Ca Bronkogenik)

Pengertian

Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel
anaplastik dalam paru.

Epidemiologi

Kanker pembunuh terbesar adalah tumor/kanker paru-paru, membunuh hampir 90%


penderitanya atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Jumlah penderita
kanker paru adalah 170.000 orang dengan jumlah kematian 149.000 orang. Persen
kematian orang dengan kanker paru – paru dari seluruh kanker mencapai 28%.
Insiden tertinggi terjadi pada usia antara 55-65 tahun.

Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T

 T0 : tidak tampak tumor primer


 T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
 T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,
namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
 T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan atau disetai efusi pleura.

2. N

 N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional


 N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
 N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
 N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M

 M0 : tidak terdapat metastase jauh


 M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.

Etiologi

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.

1. Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker
paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh
kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan
tumor.

2. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja.

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :

 Proton oncogen.
 Tumor suppressor gene.
 Gene encoding enzyme.

6. Diet

Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap


betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.

Patofisiologi.

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa),
karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan
adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di
cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel
skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.

Fathway Tumor Paru


Untuk mendownload fathway tumor paru format doc, DISINI

Gejala klinis

Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi
saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai
1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat
badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala
ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).

Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 – 5
tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke
daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit
lain, lama hidup mungkin lebih pendek.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.


c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya


karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi,

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam


prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

 CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura


 MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medik
Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus
yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah
hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan
6% pada pneumonektomi

 Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang
tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal
dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
 Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
 Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak
pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker
bukan sel kecil belum jelas.
 Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent
dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit
endobronkial yang signifikan
 Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea.
Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera
makan

2. Penatalaksanaan Keperawatan

 Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya


 Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi
yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
 Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

Komplikasi

 Hematorak
 Pneumotorak
 Empiema
 Endokarditis
 Abses paru
 Atelektasis

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
a. Riwayat :

Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru
kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan
fibrosis pada jaringan paru.

b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan

Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler
di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang
nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri
dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu
dinding par, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.

c. Nutrisi :

Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia

d. Psikososial :

Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan.

e. Tanda vital

Penngkatan suhu tubuh, takipnea

f. Pemeriksaan diagnostik.

Diagnosa keperawatan

1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial


sekunder karena invasi tumor.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor
paru.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
dan dyspnea
4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
Rencana Keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Tidak efektif Bersihan jalan napas 1. Auskultasi paru akan Lihat adekuatnya
bersihan jalan akan paten dengan ronkii, rales atau pertukaran gas dan
napas kriteria batuk hilang, mengi. luasnya obstruksi jalan
berhubungan suara napas bersih, x – napas karena skeret.
dengan ray bersih. 2. Monotr ABGs Melihat keseimbangan
obstruksi asam dan basa dan
bronkial 3. Monitor hasil sputum kebutuhan untuk terapi
sekunder sitologi oksigen
karena invasi 4. Beri posisi Melihat adanya sel kanker
tumor. optimal kepala Sekret bergerak sesuai
tempat tidru gravitasi sesuai perubaha
ditinggikan. posisi. Meninggikan
kepala tempat
tidur memungkinkan
diafragma untuk
5. Atur humifier brkontraksi
oksigen Mensuplay oksigen dan
mengurangi kerja
6. bantu pasien dengan pernapasan
ambulasi atau ubah Sekret bergerak sesuai
posisi perubahan tubuh terhadap
7. anjurkan intake 1,5 – gravitasi
2 L/hari kecuali Mengencerkan sekret
kontraindikasi
8. Bantu pasien yang Batuk mengeluarkan sekret
batuk yang menunmpuk
2. Gangguan rasa Mendemonstrasikan 1. Beri analgesik dan Rasa nyaman merupakan
nyaman nyeri bebas nyeri dengan evaluasi prioritas dalam pemberian
berhubungan kriteria ekspresi wajah keefektifannya perawatan pasien demgam
dengan rileks, pengembangan tumor. Kontrol rasa nyeri
penekanan paru optimal, butuh narkotik dosis
saraf oleh menyatakan nyeri
2. Untuk meminimalkan tinggi.
tumor paru. hilang nyeri dada pleural : Napas dalam dan batuk
anjurkan untuk kuat meregangkan
menahan dada dengan membran pleura dan
kedua tangan atau menimbulkan nyeri dada
dengan bantal saat pleuritik. Nikotin dari
batuk, dorong pasien tembakau bisa
untuk berhenti menyebabkan konstriksi
merokok, dan berikan bronkial dan menuruhkan
pelembab udara gerakan silia yang
sesuai order dan obat melapisi saluran
antitusif pernapasan. Anti batuk
menekan pusat batuk di
otak
3. Untuk meminimalkan Metastase ke tulang
nyeri tulang : menyebabkan nyeri hebat.
mmembalik hati - hati Pada banyak pasien
dan berikan bahkan sentuhan ringan
dukungan, hindari dapat menimbjlkan rasa
menarik ekstremitas, nyeri.
berikan matras yang
lembut, ubah posisi
tiap 2 jam.
3. Perubahan Status nutrisi
1. Kaji diet harian dan Bantu menentukan diet
nutrisi kurang ditingkatkan dengan kebutuhannya individu
dari kebutuhan kriteria BB bertambah,2. Timbang BB tiap Sesuai penngkatan nutrisi.
tubuh makan sesuai diet minggu Mengidentifikasi efek
berhubungan seimbanmg, albumin, 3. Kaji faktor psikologi psikologis yang
dengan limfosit normal, mempengaruhi
kelelahan dan lingkar lengan normal menurunnya makan dan
dyspnea 4. Moniitor albumin dan minum
limfosit Indikasi adekuatnya
protein untuk sistem imun
Mengurangi dyspnea
5. Beri oksigen selama denan mengurangi kerja
makan sesuai paru
keperluan Menghilangkan rasa
6. Anjurkan oral care sputum yang bisa
sebelum makan mengurangi napsu makan
pasien
7. Atur anti emetik Mengurangi mual yang
sebelum makan bisa mempengaruhi napsu
makan
8. Berikan diet TKTP Mendukung sistem imun
9. Atur pemberian Sebagai diet suplemen
vitamin sesuai order atau tambahan

4. Aktivitas Pasien mampu 1. Observasi respon Melihat kemapuan


intolerans melakukan akvitas terhadap aktivitas beraktivitas
berhubungan tanpa keleahan atau 2. Identifikasi faktor Intevensi dilaksanakan
dengan dyspnea dengan yang mempengaruhi sesuai faktor yang
kelemahan kriteria hasil mampu intolerans seperti mempengaruhi
secara umum. melakukan aktivitas stres, efek samping
hariannya. obat Mengurangi kelelahan
3. rencanakan periode melalui isitirahat yang
istirahat di antara cukup
waktu bekerja Menemukan pasien
4. anjurkan untuk kebutuhannya ttanpa
lakukan aktivitas menyebabkan kelelahan
sesuai kemampuan Meningkatkan
pasien independensi pasien
5. berikan program sendiri
latihan aktivitas Identifikasi menyimpan
sesuai toleransi energi .
6. Rencanakan bersama
keluarga mengurangi
energi yang
berlebihan saat
melakukan aktivitas
harian
Implementasi

Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan
disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan
pengelolahan dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagina,
yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data.

Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :

 Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan.
 Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

Kesimpulan

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra.

Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang terus menerus dan
berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan berdahak,
nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan
berat badan

Daftar Pustaka

 Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
 Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
 Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
 Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih
dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
 Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya.
 Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD
Dokter Soetomo, Surabaya
 Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby
Year Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai