Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No.

1, April 2003: 36 – 42

Perbandingan Kinerja Sistem Kontrol Berumpan Balik (Feedback)


Dengan Sistem Kontrol Berumpan Maju (Feedfoward)
Pada Jaringan Penukar Panas (Heat Exchanger)

Fendy Santoso
Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro – Universitas Kristen Petra
email: fendy@petra.ac.id

Abstrak

Dalam proses industri terdapat banyak variabel yang harus dikontrol. Tindakan kontrol dapat
dilakukan secara manual oleh operator, tetapi karena dalam proses industri terdapat ratusan
variabel yang harus dikontrol, sehingga konsekuensinya dibutuhkan ratusan operator.
Karenanya langkah yang paling tepat adalah menerapkan kontrol otomatis dalam proses
industri.
Panas proses digunakan untuk banyak aplikasi yang bervariasi. Persyaratan suhu tergantung
pada jenis industri meliputi, suhu tinggi sampai sekitar 1500oC. Industri kimia adalah contoh
industri dengan suhu antara 500-600oC. Industri logam non besi, serta produksi hidrogen adalah
aplikasi-aplikasi yang menggunakan suhu antara 600 - 1000oC.
Paper ini membahas perbandingan kinerja sistem kontrol dengan umpan maju (feedfoward)
dengan umpan balik (feedback) untuk pengendalian panas pada plant heat exchanger. Langkah
awal dalam simulasi adalah penurunan model matematis. Setelah itu dilakukan simulasi dengan
menggunakan program Matlab. Dari hasil simulasi terlihat bahwa tiap-tiap strategi kontrol
mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sehingga penggabungan keduanya akan
menghasilkan respon yang lebih baik.

Kata kunci: sistem kontrol, umpan balik, umpan maju, jaringan penukar panas.

Abstract

In industrial process, there are many variables that must be controlled. Control Action can be
done manually by operator, but because in industrial process contains hundred of variables that
must be controlled, so the consequence is hundred of operators are needed. Therefore the best way is
applied automatic s control in industrial process.
Process heat is used for many various applications. Temperatures depend on industry type, such
as high heat up to 1500 oC. Chemical industry is an example of industry with temperature range
between 500-600oC. Non-iron metal industry, and hydrogen production are applications that use
temperature range between 600 - 1000oC
This paper explained about the comparison between feedfoward and feedback control system on
heat exchanger plant. After mathematical models can be obtained, the next step was to simulate
system performance by using Matlab. From the simulation result, was obtained that every control
strategy had its strength and weaknesses. So their combination will give better response.
Keywords: control system, feedback, feedfoward, and heat exchanger.

1. Pendahuluan Sebagai hasil keputusan kontroller melakukan


aksi, dalam hal ini dilakukan oleh elemen final
Ada tiga operasi dasar dalam setiap sistem control.
kontrol, yaitu: measurement (M), decision (D) Dalam pembahasan selanjutnya sistem
dan action (A). Pada tindakan measurement kontrol akan diwakili oleh model matematikan-
dilakukan proses pengukuran oleh sensor. nya.
Berdasar hasil pengukuran tersebut kontroler
kemudian memutuskan apa yang harus dilaku-
kan agar variabel yang dikontrol dipertahankan 2. Model Matematika Sistem
pada nilai setting pointnya.
Pemodelan berarti menyatakan sistem
Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1
Juli 2003. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada
dalam dunia nyata (real world) menjadi bentuk
Jurnal Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 Oktober 2003. persamaan matematika. Modeling juga dapat

36 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Perbandingan Kinerja Sistem Kontrol Berumpan Balik (Feedback) dengan Sistem Kontrol Berumpan Maju…. (Fendy Santoso)

diartikan sebagai usaha menirukan kelakuan τ : konstanta waktu (time constant)


proses (real world system) didalam usaha untuk ζ : redaman sistem
memahaminya. Hal tersebut dilakukan dengan ωn : frekuensi alamiah sistem (rad/s)
menyusun hubungan-hubungan fisik dari
Untuk selanjutnya model matematik sistem
sistem sesungguhnya dengan menggunakan
hukum-hukum ilmu alam. keseluruhan (kontroler dan plant) dapat diwa-
Dengan pemodelan dapat berbicara banyak kili dengan model sistem orde dua.
mengenai suatu sistem tanpa harus meng-
hadirkan sistem tersebut. Dengan penyusunan 4. Teori Kontrol
model maka sifat (karakteristik) sistem akan
lebih mudah dianalisis/dipelajari. Selain itu Teori kontrol modern berbeda dengan teori
modeling merupakan usaha yang tidak mem- kontrol konvensional. Teori kontrol modern
butuhkan beaya banyak dan resiko yang kecil. dapat diterapkan pada sistem multi input multi
output, yang kondisinya linier ataupun tak
linier, dengan parameter sistem konstan atau
3. Dinamika Sistem
berubah terhadap waktu. Sedangkan teori
Dinamika sistem orde satu dapat dinyatakan kontrol konvensional hanya dapat diterapkan
dalam bentuk persamaan diferensial: pada sistem satu masukan, satu keluaran,
dengan parameter konstan.
dy ( t )
τ + y( t ) = u ( t ) (1) Persamaan ruang keadaan (state space)
dt merupakan representasi dari teori kontrol
Dalam bentuk fungsi alih: modern, sedangkan model fungsi alih (transfer
K function) merupakan representasi dari teori
T(s ) = (2) kontrol konvensional.
τs + 1
Fungsi alih sistem didefinisikan sebagai
Sedangkan tanggapan sistem untuk masuk-
perbandingan transformasi Laplace keluaran
kan tangga satuan (unit step):
terhadap transformasi Laplace masukan,
u(t ) = 1 ,atau u(s) = 1 / s dengan semua syarat awal nol. Fungsi alih
sistem juga merupakan model matematika yang
y( t ) = [1 − e − t / τ ] ( t ≥ 0) (3)
menghubungkan variabel masukan dengan
Dinamika sistem orde dua dapat dinyatakan variabel keluaran, namun ia sendiri tidak mem-
dalam bentuk persamaan diferensial: berikan informasi mengenai struktur fisik
sistem tersebut.
d 2 y (t ) dy(t )
+ 2ςω n + ω 2n y( t) = ω 2 u( t) (4) Jika pangkat tertinggi dalam s dalam fungsi
2 dt
dt n

alih adalah n, maka sistem disebut orde ke-n.


Fungsi alih dalam bentuk Transformasi Kegunaan konsep fungsi alih terbatas pada
Laplace: sistem linier, parameter sistem tidak berubah
ωn
2 terhadap waktu (time invariant), sistem dengan
T(s ) = (5) satu masukan dan satu keluaran (single input-
s 2 + 2ζω n s + ωn 2
single output)[1] .
dengan tanggapan sistem untuk masukan
tangga satuan (unit step):
5. Rangkaian Detektor Kesalahan (Error)
u(t ) = 1 , atau u(s) = 1 / s (6)

Tanggapan langkah (step response):


0< ζ < 1 (7)
− ξω nt  1 − ς2 
e
y(t ) = 1 − sinωdt + tan−1 ; (t ≥ 0)
1 −ς 2  ς 
 
ζ = 1 −−> y( t ) = 1 − e −ω t − ω n te − ω t
n n
( t ≥ 0)
− c1 t − c2 t
ζ > 1−−> y( t ) = 1 + ( k1 e − k 2e ) ( t ≥ 0)
c 1 ,2 = − ςω n ± ωn ς2 − 1

Keterangan notasi:
y(t): tanggapan sistem Gambar 1. Rangkaian Detektor Kesalahan (Error) dengan
u(t) : masukan (input) sistem Penguat Diferensial

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 37


http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No. 1, April 2003: 36 – 42

Rangkaian detektor error dapat disusun dari 1


sebuah penguat kerja yang dirangkai seperti m( t ) =
R 1C 1 ∫ e( t )dt fungsi alih dalam
gambar diatas. Tegangan keluaran penguat
bentuk transformasi Laplace:
kerja dirumuskan sebagai:
m ( s) 1
Voutput = V error = VSetting Po int − Vsensor (8) = (10)
e( s ) Ti s
dengan Ti=R1 C1. Kelebihan kontroler integral
terletak pada kemampuan membuat nol nilai
6. Kontroler Proses steady state error, tetapi tanggapan kontroler ini
Dalam sistem pengaturan, kontroler ber- lebih lambat bila dibandingkan dengan kon-
troler Proporsional.
fungsi sebagai otak sistem kontrol itu sendiri.
Ada bermacam-macam tipe kontroler baik itu
6.3 Kontroler PI (Proporsional dan Integral)
analog ataupun digital, misalnya: kontroler P
(Proporsional), kontroler I (Integral), Kontroler
PI (Proporsional-Integral), Kontroler PD
(Proporsional Diferensial), dan kontroler PID
(Proporsional Integral Diferensial). Dalam
pembahasan selanjutnya pada makalah ini
menggunakan kontroler PI.

6.1 Kontroler Proporsional

Gambar 4. Kontroler PI

m ( s) R 4 R 2 R 2 C 2 s + 1
= (11)
e( s ) R 3 R1 R 2 C2 s
m ( s)  1  τc s + 1
= Kp 1 +  =Kc τ s
e (s )  Tis  c

R4 R2
Gambar 2. Kontroler Proporsional dengan nilai: Kp= , Ti=R2C2
R3 R1
m(t)=Kp.e(t), Kp=R2/R1, fungsi alih dalam
bentuk transformasi Laplace
m ( s) 7. Penguat
= Kp (9)
e( s ) Sinyal keluaran kontroler masih terlalu
Kontroler Proporsional mempunyai kelebihan lemah untuk mengaktifkan actuator control.
yaitu waktu tanggapannya yang cepat, tetapi Untuk itu agar sistem dapat bekerja dengan
kekurangannya terletak pada timbulnya steady baik diperlukan rangkaian lain yang berfungsi
state error. Semakin besar nilai penguatan (gain) memperkuat sinyal keluaran kontroler.
yang diberikan maka, steady state error makin
kecil dan keluaran semakin cepat mencapai
keadaan mantap, tetapi gain yang terlalu besar 8. Pengendalian Proses
cenderung menyebabkan sistem tidak stabil.
Pada umumnya proses kimia merupakan
sistem multi multi output. Besaran masukan
6.2 Kontroler Integral
dapat berupa gangguan (disturbances) ataupun
besaran manipulated variable

Gambar 3. Kontroler Integral Gambar 5. Proses Industri

38
Perbandingan Kinerja Sistem Kontrol Berumpan Balik (Feedback) dengan Sistem Kontrol Berumpan Maju…. (Fendy Santoso)

Dari gambar diatas terlihat bahwa keluaran Gambar 7 dan 8 merupakan perwakilan
proses dipengaruhi oleh sinyal input kendali plant dan gangguan dalam bentuk matematika-
(manipulated input) dan sinyal gangguan nya pada program Matlab.
(disturbance input).

8.1 Proses Termal


Pemodelan proses industri selalu dimulai
dengan keseimbangan konservasi kuantitas
massa atau energi, dengan asumsi-asumsi
aliran fluida yang masuk dan keluar memiliki
kecepatan konstan, kerapatan cairan adalah
konstan, kapasitas panas cairan adalah
konstan. Keseimbangan energi pada keadaan
tidak steady state dalam tangki akan
menggambarkan hubungan antara temperatur
masukan dan temperatur keluaran. Gambar 9. Sistem Kontrol Feedback dan Feedfoward
dT pada Heat Exchanger
VρC p = FρC p ( To − T ) + Q − W (12)
dt
Q = UA ( T − ( Thin + Tout ) / 2 ) Unit ini bertujuan untuk memanaskan fluida
proses dari temperatur masukan Ti(t) menjadi
Model matematika sistem setelah dilinieri- nilai temperatur fluida keluaran T(t), melalui
sasi: aliran media pemanas Fh(s). Media pemanas
dT ' menggunakan uap terkondensasi. Tujuan
τ ex + T = K ex Fc ' (13)
dt kontrol adalah untuk menjaga temperatur
sistem pada suatu nilai setting point tertentu.
Fungsi alih Heat Exchanger dapat dinyata-
kan dalam bentuk sistem orde satu:
T( s) K pex 9. Sistem Kontrol Loop Terbuka
= = G ex ( s) (14)
Fh (s ) τ ex s + 1

Karena ada waktu tunda / death time pada


plant maka fungsi alih plant menjadi:
T( s) K pex
= e − ts = G ex ( s ) ,
Fh (s ) τ ex s + 1
dengan t merupakan death time process.
Dalam paper ini fungsi alih plant dinyatakan
sebagai:
1 Gambar 10. Blok Diagram loop terbuka Jaringan Penukar
Gp = e −14 ,7 s (15) Panas
21 ,3 s + 1

Dari blok diagram diatas terlihat bahwa


nilai besaran keluaran y langsung dipengaruhi
oleh fungsi alih plant Gp, dan gangguan Gd
tanpa adanya mekanisme umpan balik.
Gambar 7. Rangkaian Simulasi Plant
Sedangkan gangguan pada sistem dinyatakan
dalam fungsi alih:
1
Gd = e −35 s (16)
25s + 1

Gambar 11. Respon Loop Terbuka Jaringan Penukar


Gambar 8. Rangkaian Simulasi Gangguan Plant Panas

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 39


http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No. 1, April 2003: 36 – 42

Suhu fluida ingin dipertahankan konstan


pada nilai set pointnya. Tetapi sistem mendapat
gangguan yaitu Gd yang menyebabkan output
sistem akan terpengaruh oleh besaran
gangguan. Karena tidak adanya mekanisme
umpan balik maka sistem tidak dapat
mengkompensasi adanya gangguan.

10. Sistem Kontrol Berumpan Balik


(Feedback)

Gambar 14. Respon Sistem dengan Feedback Controller


untuk Gangguan yang Terukur, dan telah
Diketahui

Keterangan gambar:
d = disturbance
u = sinyal kendali
y = controlled variabel

Dari gambar 14 terlihat, akibat adanya


gangguan (disturbance) nilai controlled variable
dalam hal ini temperatur fluida menurun,
Gambar 12. Feedback Control sehingga controller PI meningkatkan sinyal
kontrol u, untuk membawa sistem kembali ke
Salah satu cara memenuhi tujuan kontrol nilai set point-nya.
adalah dengan mengukur temperatur fluida
keluaran T(t) dan membandingkan dengan nilai
temperatur yang diinginkan. Berdasar hasil
pembandingan tersebut dapat diputuskan
tindakan apa yang harus dikerjakan agar tidak
terjadi deviasi temperatur T(t).

Gambar 15. Respon Sistem dengan Feedback Controller


untuk Berbagai Variasi Gangguan
Gambar 13. Blok Diagram Sistem kontrol Berumpan Balik
(feedback) Pada Heat Exchanger Dari gambar 15 terlihat bahwa, sistem
kontrol berumpan balik dapat mengkompensasi
Pada sistem kontrol loop tertutup seperti semua gangguan yang ada baik itu gangguan
pada blok diagram diatas, kontroler Propor- pada bagian output sistem, gangguan yang
sional, Integral (PI) berfungsi sebagai kontroler tidak terukur dan tidak diketahui sebelumnya.
proses yang akan meminimumkan sinyal error,
dan membawa sistem menuju nilai setting-nya.
Jika temperatur T(t) melebihi nilai setting- 11. Feedfoward Control
nya, maka katub uap ditutup agar fluida yang
keluar mempunyai temperatur yang menurun. Tujuan feedfoward control adalah mengukur
Jika temperatur T(t) dibawah nilai settingnya disturbance dan melakukan kompensasi ter-
maka katub uap dibuka, agar uap mem- hadapnya agar nilai controlled variable tidak
pengaruhi fluida yang mengalir dalam tangki. menyimpang dari nilai setting point.

40
Perbandingan Kinerja Sistem Kontrol Berumpan Balik (Feedback) dengan Sistem Kontrol Berumpan Maju…. (Fendy Santoso)

Gambar 16. Diagram Kotak Sistem Kontrol dengan


Umpan Maju (Feedfoward)

Feedfoward controller menggunakan suatu


kompensator dengan fungsi alih: Gambar 19. Respon Sistem dengan Feedfoward
G d ( s) K d ( τ ps + 1) Controller untuk Gangguan pada Bagian
G FF (s ) = − ; G f (s ) = (17) Output
G p ( s) K p ( τ d s + 1)

( 21,3s + 1) − 20 s (21,3s + 1) − Θs Pada gambar 19 terlihat tanggapan sistem


G f ( s) = − e = − K FF e dengan feedfoward controller untuk gang-
25s + 1) 25 s+ 1
guan yang sifatnya bukan pada bagian input,
dengan KFF merupakan gain kontroler umpan tidak terukur, dan tidak diketahui sebelumnya.
maju dan θ merupakan delay time kontroler. Dari gambar terlihat bahwa sistem tidak dapat
mengkompensasi gangguan tersebut.

12. Sistem Kontrol Gabungan (Feedback


dan Feedfoward)

Gambar 20 merupakan gabungan sistem


kontrol feedback dan feedfoward.
Gambar 17. Rangkaian Simulasi feedfoward controller

Setelah dilakukan simulasi sistem diperoleh


grafik tanggapan sistem untuk gangguan yang
sifatnya terukur dan pada bagian input, seperti
pada gambar dibawah.

Gambar 20. Blok Diagram Gabungan Sistem Kontrol


Feedback dan Feedfoward Pada Heat
Exhanger

Keterangan gambar:
Gff : fungsi alih feedfoward controller
Gd : fungsi alih gangguan (disturbance)
Gc : fungsi alih kontroler
Gp : fungsi alih plant
Gambar 18. Respon Sistem dengan Feedfoward
Controller dan Gangguan pada Bagian Gambar 21 merupakan rangkaian simulasi
Input, Terukur (Measured Disturbance), dan sistem kontrol feedback dan feedfoward dengan
Diketahui menggunakan Matlab.
Respon sistem kontrol ditunjukan seperti
Dari gambar 18 terlihat bahwa respon sistem pada gambar 22. terlihat bahwa sistem kontrol
cukup baik, dan dapat mengkompensasi gabungan feedback dan feedfoward dapat meng-
gangguan pada bagian input yang sifatnya kompensasi semua gangguan yang ada,
terukur (measured disturbance) dan diketahui sehingga nilai keluarannya dapat tetap
(known disturbance) . dipertahankan pada nilai setting point.

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 41


http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No. 1, April 2003: 36 – 42

bereaksi jika letak disturbance jauh dari


controlled variable.

Daftar Pustaka

1. Ogata K., Modern Control Engineering,


Prentice Hall International, Inc., 1996.

2. Gopal M., Control System Engineering, Wiley


Eastern Limited, New Delhi., 1982.

Gambar 21. Rangkaian simulasi sistem kontrol feed- 3. Ogata K., Solving Control Engineering
baack dan feedfoward dengan mengguna- Problems with MATLAB, Prentice Hall
kan Matlab-Simulink International, Inc., 1994.

4. Shahian Bahram, Hassul Michael., Control


Sistem Design Using Matlab. Prentice
Hall,Englewood Cliffs, New Jersey., 1993.

5. Shearer, J. Lowen., Dynamic Modeling and


Control of Engineering Systems, Macmillan
Publishing Company, New York., 1990.

6. Houpis D’Azzo, Linier Control Systems


Analysis and Design, 1986.

7. Suminar-Petrucci Ralp H., General Chemis-


try. Principles and Modern Aplication, Collier
Gambar 22. Respon sistem kontrol feedback dan Macmillan, Inc., 1985.
feedfoward dengan berbagai variasi
gangguan
8. Harmon Ray., Advanced Process Control, Mc
Graw Hill.

13. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disim-


pulkan:
1. Sistem kontrol dengan umpan maju
(feedfoward) hanya dapat mengkompensasi
gangguan, yang merupakan bagian input
sistem, terukur dan dapat diprediksi se-
belumnya.
2. Jika disturbance sistem tidak berhubungan
dengan besaran masukan (input), tidak
terukur, atau tidak diketahui (unknown)
maka controlled variable tidak akan dapat
dikendalikan lagi. Karenanya sistem ini
jarang digunakan dalam praktek.
3. Dari hasil simulasi terlihat bahwa feedback
control dapat melakukan kompensasi ter-
hadap semua jenis disturbance.
4. Kekurangan feedback control terletak pada
cara melakukan kompensasi terhadap distur-
bance. Konsep ini hanya akan melakukan
kompensasi terhadap disturbance, jika
controlled variable menyimpang dari nilai
setting point. Jadi sistem tidak dapat cepat

42

Anda mungkin juga menyukai