Anda di halaman 1dari 23

PERANAN PEREMPUAN SEBAGAI PEMIMPIN DALAM MEGHADAPI

ERA MODERNISASI

(Feminisme Profetik Di Era Milenial)

Nurjumana Qalbu Johan

Pimpinan Komisariat IMM ANAKES Muhammadiyah

Darul Arqam Madya (DAM)

“kepemimpinan profetik dalam merespon era revolusi industri 4.0”

Piminan Cabang

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Kota Makassar

Periode 2018-2019

1
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurjumana Qalbu Johan

Tempat/tanggal lahir : Kolaka, 22 Agustus 2000

Utusan : PIKOM IMM ANAKES Muhammadiyah

Amanah : Sekertaris bidang RPK

Dengan ini menyatakan bahwa hasil karya tulis atau makalah yang telah dibuat
benar-benar hasil karya tulis sendiri atau tidak plagiat. Apabila terdapat hal yang
atau ditemukan plagiat dalam makalah ini, maka saya siap diberi sanksi untuk
tidak diluluskan dalam seleksi ini.

Demikian surat ini kami buat, atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima
kasih, teriring doa Jazakullahu Khairan Katsira.

Billahi fii sabiililhaq, Fastabiqul Khairat

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, 01 Maret 2019

Nurjuaman Qalbu Johan

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh

Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat, dan karunianya sehingga saya dapat menyusun atau
merangkaikan kata-kata dalam pembuatan makalah ini, shalawat serta salam tak
lupa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Makalah ini
berjudul “peranan perempuan sebagai pemimpin dalam menghadapi era
modernisasi” disusun dalam memenuhi persyaratan untuk mengikuti darul arqam
madya.

Makalah ini berisi tentang bagaimana perjuangan seorang perempuan


dalam memimpin baik itu dalam skala kecil maupun skala besar di masa sekarang
dan bagaimana proses perjuangan mereka dalam menegakkan kaum wanita.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dalam susunan kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka saya meminta saran serta kritik dari pembaca agar kiranya dapat
saya kembangkan dan memperbaiki kesalahan yang ada. Akhir kata semoga
makalah yang saya buat dapat bermanfaat dan terinspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 01 Maret 2019

Nurjuaman Qalbu Johan

iii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 2

C. Manfaat penulisan ........................................................................................ 2

D. Tujuan penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Perempuan dan Pemimpin ......................................................... 3

B. Tokoh-Tokoh Perempuan Yang Berpengaruh Di Dunia ............................ 4

C. Perspektif Masyarakat Tentang Perempuan Sebagai Pemimpin ................ 10

D. Perspektif Agama Islam Atau Para Ulama Tentang Pemimpin Wanita .... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17

B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia. Istilah
perempuan dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih
anak-anak. Awal hadirnya perempuan yaitu kehadiran Hawa yang diciptakan
untuk menemani Adam menjalani perintah Tuhan di dunia ini. Pada cerita Adam
dan Hawa pertama kali diturunkan ke bumi, perempuan sudah dimaknai sebagai
biang masalah. Diceritakan bahwa Hawa merupakan penyebab mereka turun ke
dunia, dikarenakan Hawa tergoda bujuk rayu setan yang menyuruhnya untuk
mengambil buah kuldi (buah yang dilarang untuk dimakan). Hawa dan Adam
yang memakannya langsung diperintahkan untuk turun ke dunia. Cerita inilah
yang menjadi salah satu wacana yang selalu dibicarakan terkait dengan
perempuan biang keladinya masalah.

Berbicara tentang perempuan dibenak kita bahwa tempatnya itu hanya di


kamar, dapur, dan sumur, yang kerjanya hanya melayani seorang suami dari dia
bangun sampai dia tertidur. Dalam pikiran kita seorang perempuan adalah
manusia yang lemah dan tak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk menjadi seorang
pemimpin pun tidak bisa. Perspektif seperti itu sebenarnya salah, bukan hanya
laki-laki yang dapat memimpin tapi perempuan juga bisa menjadi seorang
pemimpin, kita bisa melihat para perempuan yang memiliki kekuasaan,
keberanian dan bakat yang luar biasa contohnya Murasaki Shikibu dari jepang
pengarang novel panjang pertama berjudul the tale of genji, Boadicea prajurit ratu
yang menantang penduduk roma atas inggris, Ratu Elizabeth II penguasa besar
kerajaan inggris yang menginspirasi renaisans inggris, dan masih banyak lagi di
dunia ini termasuk di Indonesia sendiri. Namun, cerita-cerita mereka seakan tak
pernah terjadi sebelumnya.

1
Maka dari itu saya mengangkat judul ini agar kiranya dapat memotifasi kita
kaum wanita dan tidak semata-mata men-jadge seorang perempuan bahwa
seorang perempuan itu tidak dapat menjadi seorang pemimpin dikarenakan
seorang perempuan yang katanya seorang perempuan dominan diperasaan dan
laki-laki dominan di logika.

B. Rumusan masalah

1. Perspektif masyarakat tentang perempuan menjadi seorang pemimpin.

2. Perspektif agama islam tentang perempuan sebagai pemimpin

3. Tokoh-tokoh perempuan yang berpengaruh di dunia dan di Indonesia.

C. Manfaat penulisan

1. Dapat memotifasi kaum hawa sekiranya bahwa perempuan dapat menjadi


seorang pemimpin.

2. Kita dapat mengetahui pandangan masyarakat tentang perempuan menjadi


seorang pemimpin

D. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang perempuan menjadi seorang


pemimpin.

2. Memberikan pemahaman kepada kita bahwa kiranya seorang perempuan


bukan hanya tinggal didalam rumah saja, perempuan juga bisa
mengembangkan dirinya, dan dapat bersaing dengan laki-laki.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perempuan dan Pemimpin

1. Pengertian perempuan

Ungkapan istilah wanita dan perempuan nampaknya memang hanya


semata persoalan sinonim. Namun jika diruntun lebih dalam, ternyata
memiliki konotasi dan makna yang berbeda, kendari bagi kaum hawa sendiri
rasanya lebih enak dipanggil dengan sebutan wanita ketimbang perempuan.
Padahal dalam Bahasa sangsekerta kata wan artinya nafsu,sehingga wanita
artinya yang dinafsuhi atau obyek seks. Sedangkan perempuan berasal dari
kata empu yang artinya dihargai. Maka, secara simbolik kata perempuan lebih
pantas ketimbang wanita.

Perempuan identik dengan sosok yang lemah, lembut, dan memiliki kasih
sanyang yang besar. Perempuan adalah sosok yang multidimensional yang tak
pernah habis dibicarakan dan didiskusikan berbagai perspektif. Perempuan
lebih banyak dijadikan obyek ketimbang sabyek, sehingga ketika dihadapkan
dengan laki-laki, wanita itu hanya pelengkap penambah penderitaan.

Dalam berbagai kebudayaan lama perempuan sering diposisikan sebagai


pelayan dan pemuas laki-laki, sehingga diibaratkan seperti barang. Itulah pada
masa dimana islam belum ada perempuan dijadikan seperti barang jual beli
dan yang berumah tangga sepenuhnya kekuasaannya dibawah sang suami.

2. Pengertian pemimpin

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh


pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara
alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja"
dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau

3
praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi.

Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang


efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya,
kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang,
apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya
kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan
telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Dan sifat pemimpin sejati itu ada pada Nabi Muhammad SAW, kata salah
satu orientalis dari kanada, Dr.Zuaimer di dalam bukunya yang berjudul Timur
dan tradisinya, bertutur, ”tidak diragukan lagi bahwa Muhammad termasuk
pemimpin agama terbesar. Bisa juga dikatakan bahwa ia adalah sorang
reformasi, mumpuni, fasih, pemberani, dan pemikir yang agung. Tidak boleh
kita menyebutnya sengan sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifat ini. Al-
qur’an yang dating bersama Muhammad dan sejarahnya menjadi saksi atas
kebenaran klaim ini.”

B. Tokoh-Tokoh Perempuan Yang Berpengaruh Di Dunia

Sebelum melangkah kepada tokoh-tokoh yang berpengaruh, saya akan


membahas bagaimana perjuangan perempuan dalam menegakkan haknya dan
menyetarakan gender. Dari masa feodal dan munculnya hak-hak alamiah, pada
abad ke-18 masyarakat-masyarakat Eropa masih merupakan masyarakat feodal
dimana para raja, bangsawan pemilik tanah yang luas dan pendeta berkuasa atas
tukang-tukang, pedagang pedagang dan petani-petani kecil. Dulunya pekerjaan itu
dilakukan di dekat rumah, di ladang-ladang pertanian atau di bengkel-bengkel
kerja. Meski tugas dan upahnya berbeda, namun laki-laki dan perempuan bekerja
bersama. Sehingga tiba dimana perbedaan pekerjaan antara perempuan dan laki-
laki dan menciptakan perspektif bahwa laki-laki sebagai pencari nafkah dan
perempuan sebagai ibu rumah tangga secara ekonomi bergantung. Tiba dimana

4
zaman pencerahan, ketakamanan-ketakamanan yang baru melahirkan hasrat baru
akan kebebasan dan mulailah kaum perempuan ingin keluar dari lingkaran setan
yang telah dibuat oleh kaum laki-laki pada masa itu. pada masa-masa perjuangan
hak atas kebebasan itu banyak menuai kontroversi, pembebasan hak perempuan
yang hanya dijadikan sebagai obyek pemuas kaum laki-laki dan dijadikan seperti
budak tak dibayar selama hidupnya dan muncullah sebuah gerakan pembebasan
hak kaum perempuan diberbagai wilayah. Dari masa ke masa, hak peremuan
sudah diperjuangkan mulailah ada kesetaraan gender. Namun saya masih
meresakan perbedaan gender dimasa sekarang dalam bentuk yang tak disadari.
Perbudakan berupa ukuran kecantikan contohnya, jikalau perempuan gemuk
berarti dia tidak cantik, ketika berwajah kusan itu buruk dimata masyarakat, dan
masih banyak lagi yang tidak kita sadari.

Menurut budaya makassar perempuan itu sangat dijunjung tinggi


kehormatannya, sehingga membuat tradisi uang panai yang tinggi, ketika ada
sepasang yang saling mencintai yang tidak direstui oleh orangtua lalu mereka
kawin lari akan dikejar sampai dapat dan harus ad yang mati dikampung sana
tempat mereka menikah. Dari tradisi ini kita dapat melihat bahwa betapa
dihargainya seorang perempuan.

Dibawah ini beberapa tokoh-tokoh perempuan yang berpengaruh di dunia


termasuk di Indonesia, bagaimana mereka memperjuangkan haknya dan
menyetarakan hak gender yang membuktikan bahwa perempuan dapat menjadi
seorang pemimpin. Contohnya :

1. Presiden Argentina, Cristina Fernández de Kirchner

Cristina Fernández de Kirchner terpilih sebagai Presiden pada bulan


November 2007. Hal ini membuktikan bahwa ia adalah perempuan yang mandiri.
Dia tidak perduli dengan cibiran beberapa anggota elit partai, Cristina telah
selamat dari berbagai kebuntuan permasalah pertanian di negara itu. Dia juga
lolos dari tudingan bahwa AS turut menyumbang dalam serangkaian kampanye
dan perselisihan dalam pemecatan Gubernur Bank Sentral Argentina awal tahun

5
ini. Dengan penampilan yang flamboyan dia pengaruhnya disamakan dengan Eva
Perón.

2. Perdana Menteri Islandia, Johanna Sigurdardottir

Setelah perekonomian Islandia runtuh pada Oktober 2008, Johanna


Sigurdardottir (68) membawa gelombang ketidakpuasan tersebut menuju jalan ke
perdana menteri. Tapi itu tidak mengejutkan, sebab mantan pramugari yang juga
politisi ini telah memenangkan 8 pemilu berturut-turut sejak memasuki Parlemen
pada tahun 1978. Hal ini membuat dirinya menjadi anggota parlemen terlama di
negaranya dan salah satu yang paling populer.

Selain menjadi wanita pertama Perdana Menteri Islandia, Sigurdardottir,


menjadikan negaranya sebagai negara pertama yang membolehkan perkawinan
sesama jenis. Pada bulan Juni 2010, ketika Islandia mengesahkan pernikahan gay,
Sigurdardottir merestui hubungan perkawinan warganya yang telah berpacaran
selama 7 tahun.

3. Presiden Kosta Rika, Laura Chinchilla

Mantan Wakil Presiden Laura Chinchilla memenangkan 47% suara pada


Februari 2010 dalam pemilihan presiden di Kosta Rika. Sebelumnya dia menjabat
sebagai Menteri Keamanan Publik dan Menteri Kehakiman dari Partai
Pembebasan Nasional. Dia merupakan tokoh konservatif yaitu tercermin dengan
menentang pernikahan gay, aborsi dan legalisasi pil KB. Dia melanjutkan
kebijakan dari pendahulunya dengan membuka investasi internasional dan
memperluas perdagangan bebas.

4. Megawati soekarnoputri

Dr.(H.C.)[1] Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau


umumnya lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri atau biasa disapa dengan
panggilan "Mbak Mega" (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 72 tahun)
adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai
20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan puteri dari

6
presiden Indonesia pertama, Soekarno, yang kemudian mengikuti jejak ayahnya
menjadi Presiden Indonesia. Pada 20 September 2004, ia kalah suara dari Susilo
Bambang Yudhoyono dalam Pemilu Presiden 2004 putaran yang kedua.

Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada


tahun 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan dalam menanggapi langkah
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR
dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–
2001, ia menjabat Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid (Gus Dur).

Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia


Perjuangan (PDI-P) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada
tahun 1999.

5. R.A. Kartini

Kartini adalah orang yang beruntung. Ayahnya adalah putra dari Bupati
Demak Pangeran Ario Tjondronegoro yang dikenal sangat progresif pada
zamannya. Sifat progresif itu diwarisi R.M.A.A. Sosroningrat, ayahanda Kartini.
Dia menyekolahkan semua anaknya ke Europese Lagere School (ELS), sekolah
gubernurmen kelas satu yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Maka, pada 1885 mulailah masa pendidikan Kartini yang paling dinikmatinya.
Setamat ELS, Kartini ingin meneruskan ke Semarang, di HBS. Tapi sang Ayah
tak memberi izin. Bahkan, ketika gurunya menawarkan sekolah ke Belanda,
Kartini nyaris menangis.

Dalam mengejar cita-citanya Kartini mendirikan sekolah untuk para gadis


bangsawan, dengan maksud para gadis pribumi di kemudian hari dapat
memperbaiki kedudukan kaum perempuan. Cita-cita dan semangatnya tertuang
dalam surat-surat yang ditulis dan dikirimkannya kepada sahabat-sahabatnya sejak
umur 20 tahun (1899). Dalam surat-suratnya dijelaskan tentang pergaulan
lingkungan, keadaan rakyat yang terbelakang, minimnya pendidikan dan
pengajaran bagi para gadis. Kartini pun mengecam para pejabat Belanda yang

7
tidak menaruh perhatian kepada rakyat banyak, tetapi hanya menaruh kepada para
bupati serta menunda-nunda perluasan pendidikan bagi kalangan. Bumiputera
yang mereka anggap sangat membahayakan kedudukan Pemerintah Kolonial
Belanda.

Pada Juni 1903, Kartini berhasil mendirikan sekolah untuk perempuan di


Jepara. Baru sebulan menjalani kesibukan sebagai guru, ia harus berhadapan
dengan situasi yang memaksanya merumuskan ulang segala pendirian yang jauh
sebelumnya telah ia pancangkan. Memasuki usia 24 tahun, Kartini sepertinya
meyadari bahwa usahanya bersekolah lagi, baik di Semarang, Batavia, maupun di
Belanda, tak akan pernah terlaksana. Saat Kartini menunggu keputusan beasiswa
dari Batavia, tiba-tiba Bupati Sosroningrat menerima utusan Bupati Djojo
Adiningrat dari Rembang yang membawa surat lamaran untuk Kartini. Kartini tak
berdaya menghadapi cobaan itu. Kartini menyetujui saran ayahnya untuk
menikah. Di lubuk hatinya, Kartini tidak mau dipaksa menikah. Ironisnya sang
bupati calon suami Kartini sudah mempunyai tujuh anak, dan masih memiliki dua
istri. Pernikahan itu berlangsung pada 8 November 1903. Tiga hari kemudian
kartini diboyong ke Rembang.

Di Rembang, Kartini senang bisa mendidik enam orang anak tiri, tapi muak
dengan dengan kunjungan audiensi feodalistis dari para punggawa untuk
mengambil hati. Kebencian Kartini pada institusi tidak semata karena perempuan
tidak akan bebas setelah menikah, tetapi karena faktor poligami.

Pada saat menanti kelahiran anak pertamanya, Kartini menulis bahwa ia sudah
menyiapkan sudut untuk si bayi, tempatnya tidur saat ia mngajar. Enam hari
kemudian (13 September 1904) Kartini melahirkan putranya. Putra tunggalnya itu
dikenal sebagai R.M. Soesalit.empat hari kemudian, pada 17 September 1904,
Kartini menghembuskan napas terakhirnya akibat proses melahirkan yang tak
mulus. Seperti yang sudah ia ramalkan sendiri, melepaskan cita-cita memang
benar-benar membuatnya binasa.

8
Kartini telah memberikan insspirasi kepada banyak perempuan didunia,
bahkan Elenaor Roosevelt pun terkesan setelah membaca terjemahan kumpulan
surat-surat Kartini, Letter of a Javanese Princess.

Perjuangan Kartini adalah sebuah perjuangan dengan memberikan semangat


dan pemikiran bagi bangsa Indonesia, terutama kaum perempuan, untuk bisa maju
seperti laki-laki dalam segala bidang, khususnya dalam mengejar pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Ini adalah perjuangan batin yang merasa terjajah dari
kungkungan adat istiadat dan budaya yang menempatkan seorang perempuan di
sudut kehidupannya. Ketika itu hidup perempuan hanyalah menjalankan
kodratnya saja, tanpa diberikan kessempatan untuk mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya.

Kartini adalah figur seorang wanita idealis yang visioner. Pada masa itu, kaum
wanita di Jawa terkungkung oleh sistem kebudayaan yang membatasi ruang gerak
mereka. Sementara Kartini, tak puas dengan kungkungan kultural itu. Ia
mendambakan dan memperjuangkan nasib wanita supaya dapat mengaktualisasi
diri secara penuh melalui pendidikan yang maksimal. Kemampuannya dalam
membagi visi, melakukan lobi-lobi, dan membina kerja sama dengan para
penguasa yang pro-rakyat terbukti telah melahirkan proyek-proyek pendidikan
nyata yang terukur untuk kepentingan rakyat.

Dengan refleksi semangat dan pemikiran Kartini, kita juga bisa meneruskan
perjuangannya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. Masih
banyak hal yang bisa kita lakuakan tentunya dengan melihat potensi pada diri kita.
Tidak hanya dalam rumah tangga, lingkungan sekitar kita, tapi juga dalam
organisasi dan ruang kerja kita. Yang jelas kaum perempuan saat ini tidak harus
minder atau malu denga keterbatasannya, tapi lebih bisa mengedepankan potensi
yang dimilikinnya sehingga kita bisa melihat cahaya terang berada didepan kita.

Dan masih banyak lagi perempuan-perempuan yang berpengaruh dan dapat


menjadi seorang pemimpin yang membuktikan bahwa dirinya bisa.

9
C. Perspektif Masyarakat Tentang Perempuan Sebagai Pemimpin

Pandangan masarakat tentang perempuan sebagai pemimpin ada banyak


pendapat, ada yang memberi dukungan dan ada pula yang tidak. Dalam
pengambilan datana saya telah melakukan riset kepada masyarakat sekitaran
kampus saya. Ada yang berkata “saya kurang setuju dengan perempuan menjadi
seorang pemimpin dikarenakan seorang perempuan kuadratnya itu tinggal di
rumah mengurus seorang suami dan anaknya. Dan ditakutkan seorang perempuan
tidak dapat membedakan urusan pribadi dan tidak. Seorang perempuan bisa tegas
dalam berkata tapi jangan sampai seorang perempuan nanti tidak bisa
membuktikan setiap perkataannya” ujar salah satu masyarakat yang saya
wawancarai.

Bukan hanya tidak setuju, ada juga yang setuju dengan perempuan sebagai
seorang pemimpin. Dia berkata “perempuan bisa saja menjadi seorang pemimpin
ketika dia memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin dan bisa menempatkan
dirinya dirumah maupun yang dipimpinnya. Perempuan bukan hanya tinggal di
rumah saja tapi perempuan bisa juga keluar mengembangkan dirinya, menuntut
ilmu dan lain hal”. Dari pernyataan-pernyataan itu kita dapat menyimpulkan
bahwa ada sebagian masyarakat yang masih terikat dengan adat, memiliki
ketakuta-ketakuatan bahwa kiranya ketika seorang perempuan menjadi seorang
pemimpin tidak dapat menempatkan dirinya, dan ada sebagian masyarakat yang
setuju dengan hal itu bahwa kiranya seorang perempuan bisa menjadi seorang
pemimpin ketika memenuhi syarat menjadi serang pemimpin.

D. Perspektif Agama Islam Atau Para Ulama Tentang Pemimpin Wanita

Sehubungan dengan tulisan di kumpulan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang


menyatakan bolehnya seorang wanita menjadi pemimpin, penjelasan tentang
pertimbangan MTT selain dari ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw, juga
perimbangan-pertimbangan yang lain. Dalam Buku Tanya Jawab Agama Majelis
Tarjih Jilid 4, hal. 240-244 baik dari tinjauan usul fikih maupun tinjauan yang
lainnya. Sebagai rujukan tambahan,

10
Perlu diketahui bahwa al-Qur’an telah menyebutkan bahwasanya perempuan
dan laki-laki setara derajatnya di hadapan Allah (Q.S. al-Hujurat (49): 13), (Q.S.
an-Nahl (16): 97), perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi untuk meraih
prestasi (Q.S. an-Nisa (4): 124), (Q.S. an-Nahl (16): 97). Perempuan dan laki-laki
sama-sama diperintah untuk berbuat kebajikan (Q.S. at-Taubah (9): 71). Dari
ayat-ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang
memuliakan perempuan dan mensejajarkannya dengan laki-laki.

Oleh karena itu, kami pertegas kembali bahwa dalam hal ini Muhammadiyah
tetap mengacu pada Himpunan Putusan Tarjih di Wiradesa yang menyatakan
kebolehan seorang wanita menjadi pemimpin dengan alasan dan pertimbangan
yang telah dipaparkan pada Tanya Jawab agama jilid 4 hal. 240-244 dan dalam
buku Adabul Mar’ah fil Islam terbitan Suara Muhammadiyah tersebut di atas.

Dalam hal ini, yang menjadi persoalan adalah mengenai cara memahami hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah yang menyatakan bahwa:

‫ [رواه البخارى و النسائى و الترمذى و أحمد‬. ٌ ‫]لَ ْن يُ ْف ِل َح قَ ْو ٌم َولَ ْو أ َ ْم َر ُه ْم إِ ْم َرأَة‬

Artinya: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka
kepada wanita.” [HR. al-Bukhari, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan Ahmad]

Sebagaimana telah diketahui bahwa Muhammadiyah dalam memahami


hadis yang diriwayatkan Abu Bakrah ini dengan pemahaman yang kontekstual,
tidak terpaku pada teks (pemahaman secara harfiah). Muhammadiyah memahami
hadis tersebut dari semangat dan ‘illat-nya (kausa hukum) sebagaimana kaidah
usul fikih:

َ ‫ْال ُح ْك ُم يَد ُْو ُر َم َع ِعلَّتِ ِه ُو ُج ْودًا َو‬


‫عدَ ًما‬

Artinya: “Hukum itu berlaku menurut ada atau tidaknya ‘illat.”

Sedangkan ‘illat dari pernyataan Rasulullah saw itu adalah kondisi wanita
pada waktu itu belum memungkinkan mereka untuk menangani urusan
kemasyarakatan, karena ketiadaan pengetahuan dan pengalaman, sedangkan pada

11
zaman sekarang sudah banyak wanita yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai urusan tersebut.

Lalu mengapa Muhammadiyah harus memahami hadis tersebut demikian?


Jawabannya, selain melihat hadis ini dari sisi asbab al-wurud (sebab-sebab
munculnya hadis), Muhammadiyah juga melihat hadits ini dari sisi yang lain,
sebab hadis ini tidak dapat dipahami berlaku umum. Hadis ini harus dikaitkan
dengan konteks saat Rasulullah saw mensabdakannya. Memperhatikan asbab al-
wurudnya, hadis ini ditujukan Nabi saw kepada peristiwa pengangkatan putri
penguasa tertinggi Persia sebagai pewaris kekuasaan ayahnya yang meninggal.
Bagaimana mungkin hadis tersebut dapat dipahami bahwa semua penguasa
tertinggi yang berkelamin perempuan pasti mengalami kegagalan, sementara al-
Qur’an menceritakan betapa bijaksananya Ratu Saba’ yang memimpin negeri
Yaman sebagaiamana terbaca dalam surat an-Naml (27): 44

َ ‫ب إِنِي‬
ُ‫ظلَ ْمت‬ ِ ‫ير قَالَتْ َر‬
َ ‫ص ْر ٌح ُم َم َّردٌ مِ ْن قَ َو ِار‬
َ ُ‫ساقَ ْي َها قَا َل إِنَّه‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ص ْر َح فَلَ َّما َرأَتْهُ َح ِسبَتْهُ لُ َّجةً َو َك‬
َ ْ‫شفَت‬ َّ ‫قِي َل لَ َها ا ْد ُخلِي ال‬
44 :27 ،‫ [النمل‬. َ‫ب ْالعَالَمِ ين‬ ُ ‫]نَ ْف ِس َوأ َ ْسلَ ْمتُ َم َع‬
ِ ‫سلَ ْي َمانَ ِلِلِ َر‬

Artinya: “Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia


melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya
kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin
terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah, Tuhan semesta alam.” [QS. an-Naml (27): 44]

Oleh karena itu Muhammadiyah mengkontekstualisasikan kerelevanan


hadits tersebut dengan realita yang ada pada zaman sekarang. Tentu realita
kehidupan pada zaman Nabi Muhammad saw dengan zaman sekarang memiliki
perbedaan yang cukup jauh terlebih mengenai permasalahan wanita. Dapat
diketahui bahwa wanita zaman sekarang memiliki kemampuan yang hampir sama
dengan laki-laki sekalipun secara fisik dan psikis tentu memiliki perbedaan
sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa’ (4): 34;

34 :4 ،‫ [النسآء‬.‫ض َوبِ َما أ َ ْنفَقُوا مِ ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬


ٍ ‫علَى بَ ْع‬
َ ‫ض ُه ْم‬ َ ِ‫علَى الن‬
َّ َ‫ساءِ بِ َما ف‬
َ ‫ض َل هللاُ بَ ْع‬ َ َ‫الر َجا ُل قَ َّوا ُمون‬
ِ ]

12
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka.” [QS. an-Nisa’ (4): 34]

Memang dalam beberapa kitab dari ulama khalaf maupun salaf hampir
sebagian besar dari mereka mengacu kepada pemahaman teks secara harfiah
(tekstual) terhadap hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah di atas, di antara
mereka adalah as-Sayid Sabiq (Fiqh as-Sunnah, jilid 3, hlm. 315) dan as-Shan`ani
(Subul as-Salam, hlm. 123). Bahkan di antara mereka ada pula yang
menyimpulkan bahwa pemimpin wanita hukumnya haram berdasarkan hadis Abu
Bakrah.

Sebenarnya pemahaman tekstual seperti ini tidak selamanya benar, apalagi


dalam memahaminya tidak mempertimbangkan dimensi waktu dan ruang yang
bisa membuat suatu hukum itu berubah sebagaimana kaidah usul fikih:

ِ ‫ ََل يُ ْنك َُر تَغَي ُُّر ْاْلَحْ ك َِام بِت َ َغي ُِّر ْاْل َ ْز َم‬.
‫ان َو ْاَلَ ْم ِكنَ ِة‬

Artinya: “Tidak bisa dipungkiri, perubahan hukum bisa terjadi karena perubahan
waktu dan tempat.”

Dengan menggunakan pendekatan di atas, Majelis Tarjih berpendapat


tidak ada dalil yang merupakan nash untuk melarang perempuan menjadi
pemimpin, baik menjadi hakim, camat, direktur sekolah, lurah, dan lain
sebagainya (Adabul Mar’ah fil Islam, hal :76). Laki-laki (mukmin) dan
perempuan (mukminat) mempunyai kewajiban yang sama untuk menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar (Q.S. at-Taubah (9): 71) dan melakukan amal salih
(Q.S. an-Nisa’ (4): 124). Bahkan, dalam sejarah Islam Ummu Sulaim dan
beberapa wanita Ansar ikut berperang bersama Rasulullah saw untuk mengobati
dan membagikan air minum kepada tentara (Adabul Mar’ah fil Islam, hal: 69).
Kenyataan sejarah juga menunjukkan bahwa wanita ikut terlibat pada ranah
publik, misalnya istri Nabi Muhammad saw, ‘Aisyah yang memimpin langsung

13
perang Jamal, dan Syifa’ binti Abdullah al-Makhzumiyah diangkat menjadi hakim
pengadilan Hisbah di Pasar Madinah pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab.

Mengenai hal ini Syaikh Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa setiap


perempuan berhak untuk duduk dalam sebuah kepemimpinan di wilayah publik.
Hal ini didasarkan pada pemaknaan surat at-Taubah ayat 71, bahwa Allah
menetapkan bagi perempuan beriman hak mutlak memerintah sebagaimana laki-
laki, termasuk di dalamnya memerintah dalam urusan politik atau untuk
kepentingan publik. Sedangkan hadis yang berbunyi ٌ ‫لَ ْن يُ ْف ِل َح قَ ْو ٌم َولَ ْو أ َ ْم َر ُه ْم ِإ ْم َرأَة‬
menjelaskan tentang pemimpin atas seluruh penduduk sebuah negeri, atau jabatan
kepala negara sebagaimana dapat dipahami dari kata-kata “amrahum” (urusan
mereka), maksudnya adalah urusan kepemimpinannya mencakup semua urusan
penduduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan boleh menerima
jabatan sebagai pemimpin atau memegang kendali kekuasaan menurut spesialisasi
masing-masing, seperti jabatan memberi fatwa dan berijtihad, pendidikan,
administrasi dan sejenisnya. (al-Qaradhawi, hal. 529-530)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Buya Hamka, beliau memaknai
surat at-Taubah ayat 71 bahwa orang mukmin laki-laki maupun perempuan,
mereka bersatu dan saling memimpin satu sama lain dalam satu kesatuan i’tiqad,
yaitu percaya kepada Allah swt. Dengan kata lain, perempuan ambil bagian dalam
menegakkan agama, dan membangun masyarakat beriman, baik laki-laki dan
perempuan (Hamka, Tafsir al-Azhar hal. 292-293)

Dalam ayat tersebut dapat juga dipahami bahwa kedudukan perempuan


adalah mendapat jaminan yang tinggi dan mulia. Terang dan nyata kesamaan
tugas perempuan dan laki-laki yang sama-sama memikul kewajiban dan sama-
sama mendapat hak. Jadi bukan saja orang laki-laki yang memimpin perempuan,
bahkan orang perempuan memimpin laki-laki. (Hamka, hal. 11-12).

Imam al-Baghawiy memberikan alasan bahwa seorang imam (pemimpin)


harus keluar untuk berjihad dan mengurus urusan (permasalahan) umat.
Sedangkan perempuan tidak mampu untuk mengatur urusan orang banyak (umat)

14
karena ia lemah (li ‘ajziha) dan juga kurang memiliki kecakapan (naqsiha). (Syarh
as-Sunnah, juz 10, hal. 77). Hal ini juga diungkapkan dalam kitab Faidl al-Qadir, (
juz 5, hal : 386), Kasyf al-Musykil min Hadis ash-Shahihain (juz 1, hal 325), dan
Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih (juz 11, hal: 328). Hal ini
menunjukkan bahwa ketika itu perempuan memang kurang memiliki peran dan
posisi yang stategis karena beberapa faktor di atas. Sehingga ketidakbolehan
wanita menjadi pemimpin harus dipahami sebagai langkah pencegahan (sadd adz-
dzari’ah) agar tidak terjadi kekacauan dan ketidakseimbangan dalam
pemerintahan. Kaidah usul fikih mengatakan:

‫س ِد الذَ ِريعَ ِة أ ُ ِب ْي َح ل ِْل َحا َج ِة‬


َ ‫َما ُح ِر َم ِل‬

Artinya: “Sesuatu yang dilarang sebagai upaya pencegahan, dibolehkan karena


adanya kebutuhan”

Perlu diketahui juga bahwa sifat kepemimpinan pada masa sekarang


adalah kolektif kolegial, yaitu melibatkan banyak orang dalam satu pemerintahan.
Sehingga seorang perempuan yang menjadi pemimpin, misalnya, tidak harus
mengurus semua hal yang berkaitan dengan pemerintahan karena hal ini akan
terasa sangat berat. Ia bisa secara bersama-sama bekerja dengan orang yang
terlibat di dalamnya untuk mengurus kepentingan rakyat.

Kesimpulannya adalah, laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang


sama untuk melakukan kebaikan (amal salih) karena keduanya bertanggung jawab
untuk memerintahkan kebajikan dan mencegah kemunkaran. Hanya saja,
keterlibatan seorang perempuan dalam ranah publik (menjadi pemimpin,
misalnya) terlebih dahulu harus memperhatikan dan melaksanakan kewajiban
yang dibebankan kepadanya, misalnya mengatur urusan rumah tangga, karena
bagaimanapun juga wanita dibebani kewajiban untuk memelihara harta suaminya
yang juga mencakup urusan rumah tangga, memperhatikan pendidikan anak
(meskipun hal ini merupakan kewajiban suami-istri). Hal-hal di atas perlu
diperhatikan agar tidak terjadi kekacauan dalam rumah tangga yang merupakan
pondasi utama untuk membangun sebuah peradaban madani.

15
Perlu juga dipahami amal salih bukan hanya ada dalam ranah publik (baca:
menjadi pemimpin). Amal salih harus dipahami sebagai amalan yang sesuai
(pantas) untuk dilakukan oleh individu berdasarkan peran dan posisi yang terdapat
pada dirinya. Jika peran tersebut telah dilakukan, bolehlah seseorang melakukan
pekerjaan lain dengan tetap memperhatikan aturan dan norma agama Islam.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa perempuan berasal dari Bahasa sangsekerta yang
kata empu artinya menghormati. Yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, bukan
di tulang tengkorak untuk dijadikan seperti tuhan dan bukan pula dari tulang kaki
yang hanya diinjak dan tak dihargai. Perempuan juga bisa menjadi seorang
pemimpin dan ada dalil yang mnyatakan kesetaran gender bahwa perempuan
dapat meningkatkan kualitas dirinya, dapat bersaing dengan laki-laki, bahkan
menjadi sesosok yang berpengaruh.

Ada banyak perspektif yang keluar mengenai masalah tesebut, sebagian


mengatakan setuju dan sebagian juga tidak dikarenakan ketakutan terhadap
kecerobohan seorang perempuan. Dan ada pula beberapa tokoh-tokoh yang
berpengaruh salah satunya mantan presiden kita yaitu Megawati Soekarnoputri
dan favorit saya R.A Kartini, bagaimana dia menginspirasi kepada banyak
perempuan di dunia.

B. Saran

Perempuan bisa menjadi seorang pemimpi, bukan hanya kaum laki-laki yang
menjadi pemimpin. Mengubah minset bahwa wanita itu lemah tak bisa berbuat
apa-apa, tak bisa mengembangkan dirinya, dan lain hal. Ketika kita memenuhi
kriteria pemimpin, maka kita pantas menjadi seorang pemimpin bukan berati
melupakan tugas sebagai seorang istri ataupun seorang ibu.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan

Jurnal ulumul Qur,an no.3 tahun 1995 hal.113

Wiki. wikipedia.com Kepemimpinan 06 maret 2019

aizid, rizem. Sejarah perdaban islam terlengkap (DIVA press 2005)

Rueda, Marisa. Marta Rodriguez dan Susan Alice Watkins feminisme untuk
pemula (resist book. 2007)

Suara Muhammadiyah : Yogyakarta, 2013 Tim PP Muhammadiyah Majelis


Tarjih, Buku Tanya Jawab Agama Majelis Tarjih Jilid 4 hal 240-244

Majelis tarjih pimpinan pusat muhammadiyah, Adabul mar’ah fil islam


(yogyakarta 1982)

Subulus salam, hlm 123

Hamka, tafsir al-azhar (2015)

Menjadi pemimpin

Dr.Zuwaimer, Timur dan tradisinya

Rosyadi, imron. R.A. KARTINI: Biografi Singkat 1879-1904 (GARASI,


Jogjakarta, 2010)

Pane, armijn. Habis gelap terbitlah terang (PT (persero) percetakan dan
penerbitan. Balai pustaka: 1945

18
BIOGRAFI PENULIS

Nurjumana Qalbu Johan adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Politeknik


Kesehatan Muhammadiyah Makassar dengan jurusan analis kesehatan tahun
2018, dia lahir di kolaka pada tanggal 22 agustus 2000.pernah bersekolah di SD
Negeri 1 Wolulu, SMP negeri 2 Watubangga, dan SMA Negeri 1 watubangga.
Organisasi yang pernah dia ikuti adalah pramuka dan PMR, dia merangkap
sebagai ketua tim dan sering mengikuti perperlombaan tingkat cabang dan daerah.
Oraganisasi yang sekarang dia geluti adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Makassar sebagai sekertaris bidang RPK.

19

Anda mungkin juga menyukai