Miopati
Miopati
DEFINISI
Miopati adalah kelainan berupa berkurangnya serabut otot (muscle fiber),
ditandai adanya kelumpuhan dan atrofi otot yang bersifat simetris, terutama mengenai
otot proksimal (otot bahu dan panggul).
KLASIFIKASI
1. Miopati herediter :
1.1. Miopati distrofik (Progressive Muscular Dystrophy)
Polymyositis
Dermatomyositis
Inclusion body myositis
Localized nodular myositis (focal myositis)
Myositis ossificans
Myositis associated with connective tissue diseases
Scleroderma
Systemic lupus erythematosus (SLE)
Rheumatoid arthritis
Mixed connective tissue disease
Eosinophilic polymyositis
Benign acute childhood myositis (BACM)
(myalgia cruris epidemica)
Atas dasar kadar kalium darah pada saat serangan , dibedakan 3 jenis paralisis
periodik yaitu:
Patofisiologi
Patofisiologi dari keadaan ini belum begitu jelas, namun agaknya disebabkan
oleh pergeseran intraseluler dari kalium dan kemungkinan fosfat yang disebabkan
oleh perubahan pada aktivitas pompa Na/K adenosine-trifosfatase atau voltage gated
calcium channels. Serangan kelemahan didahului oleh masuknya ion K ke dalam sel
otot sehingga terjadi hipokalemia yang mengakibatkan hiperpolarisai membran otot
yang menghalangi transmisi neuromuskuler. Juga terdapat permeabilitas membran sel
yang meningkat terhadap Na dan Cl.
Faktor Pencetus
Prognosis
Prognosis paralisis periodik pada umumnya baik dengan terapi, biasanya
rekuren.
Yoes Rony, Widiastuti .S.MI, editor : soedomo hadinoto, pEriodik Paralisis dalam
Buku Gangguan Gerak , badan penerbit Universitas Diponegoro , semarang 1996
MIOPATI METABOLIK
Miopati metabolic (MM) adalah beberapa kelainan otot yang diakibatkan oleh
berkurangnya produksi energy penggerak di dalam otot. MM, baik bentuk primer
maupun sekunder dapat terjadi pada masa anak-anak dan dewasa. MM primer
ditandai dengan kelumpuhan, kram otot yang sifatnya temporer dan dipicu oleh
latihan yang cukup berat. Sedangkan kelumpuhan pada MM tipe sekunder lebih
bersifat permanen.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, adenosine triphosphat (ATP) yang merupakan energy
utama penggerak otot rangka yang diperoleh dari metabolism glikogen otot (GO),
glukosa darah (GD) dan free fatty acid (FFA). Melalui proses glikolisis aerobic,
glikogen akan dimetabolisme menjadi piruvat dalam sel otot, selanjutnya piruvat
akan mengalami dekarboksilasi menjadi acetyl-coenzyme A (acetyl –CoA) di dalam
mitokondria. Sedangkan FFA di dalam mitokondria pula, akan diubah pula menjadi
acethyl – CoA dengan cara β-oksidasi, acetyl CoA akan masuk dalam siklus kreb,
untuk membentuk ATP.
Kelainan pada setiap tahap pembentukan ATP otot, akan menyebabkan
ketidakmampuan otot untuk mempertahankan kontraksinya pada saat kebutuhan
tenaga otot (ATP) meningkat. Glikogen merupakan sumber energy yang dibutuhkan
untuk kontraksi otot yang kuat dan cepat. Sedangkan FFA berfungsi sebagai sumber
energy untuk kontraksi otot yang berlangsung cukup lama dan pada saat berpuasa.
Dalam keadaan beristirahat, kenutuhan energy otot dipenuhi oleh metabolis FFA.
Pada awal kontraksi otot, kebutuhan energy otot dipenuhi oleh metabolism
glukosa darah dan FFA. Dengan bertambah lamanya kontraksi otot, kebutuhan
energy otot akan diambil dari persediaan glikogen otot.
GEJALA KLINIS
Gejala MM pada umumnya berupa early exertional fatigue, myalgia, muscle
cramps or contractures, dan myoglobinuria yang muncul pada saat kebutuhan energy
meningkat, yaitu pada saat latihan gerak badan, pada saat sakit dan berpuasa.
Berdasarkan patofisiologi terjadinya MM, maka gejala klinis MM dapat
dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :
1. Miopati akibat gangguan glikogenosis :
Glikogen storage disease (GSD) :
o Gejala kelumpuhan yang sifatnya temporer:
GSD type I (Von Gierke)
GSD type VI (Hers disease)
o Gejala kelumpuhan yang menetap
GSD type II (pompe disease)
GSD type III (Cori-Forbes disease)
GSD type IV (Andersen Disease)
o GSD type VII (Tarui disease, PFK deficiency)
o GSD type V (McArdle Disease)
2. Miopati akibat gangguan metabolisme FFA
a. Carnitine palmitoyltransferase II (CPT II deficiency)
b. Very long Chain Acyl-CoA dehydrogenase (LCHAD) deficiency
c. Long-chain acyl-CoA dehidrogenase (LCHAD) atau trifunctional
protein (TFP)
3. Mitocohondrial myopathies
Gejala yang timbul pada MM akibat gangguan glikogenosis selalu timbul segera
setelah melakukan aktivitas otot yang cepat dan kuat. Sedangkan MM akibat
gangguan metabolisme FFA biasanya muncul setelah otot melakukan aktivitas
sedang dalam waktu lama (misal: olah raga jogging dan renang)
Pada MM akibat gangguan glikogenosis dan gangguan metabolism FFA
hanya terjadi pada beberapa otot saja, terutama otot-otot proksimal. Sedangkan pada
miopati akibat gangguan mitokondria meliputi banyak otot dan disertai oleh ganguan
multisystem tubuh yang lainnya.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis MM diperlukan anamnesa dan pemeriksaan
klinis yang teliti mengenai adanya exercise-induced myalgia, early fatigue, cramping
dan myoglobinuria. MM sering merupakan kasus herediter, sehingga perlu
ditanyakan adanya riwayat keluarga dengan lebih teliti mengenai keluhan yang
serupa.
Untuk menghilangkan kemunkinan adanya diagnosis banding, perlu juga
dilakukan :
Pemeriksaan laboratorium : kadar elektrolit serum, kadar glukosa, liver
transaminase, creatinin kinase (CK), kadar asam lakta, kadar ammonia dan
urinalisis.
Pemeriksaan elektromiografi dan bipsi otot.pada kasus MM biasanya normal.
Pemeriksaan “ the forearm ischemic exercise” biasanya positip pada MM
akibat ganguan glikogenosis.
Beberapa pemeriksaan yang canggih dan membutuhkan biaya yang tingi, pada
beberpa kasus perlu dilakukan antara lain: urine organic acids, plasma amino acids,
plasma acycarnitine profile, analisa ensim/DNA pada leukosit, fibrobolast dan liver.
Kriteria “the modified walker criteria” dapat juga digunakan untuk
menegakkan diagnosis MM.
DIAGNOSIS BANDING
1. Inflammatory myopathy
2. Necrotizing, noninflammatory myopathy (paraneoplastic)
3. Infection (viral)
4. Toxin/drug (ethanol, statins, cyclosporine, colchicines)
5. Endocrinopathies (hypo/hyperthyroism, hypo/hyperparathyroidism, diabetes
mellitus)
6. Polymialgia rheumatic
7. Fibromyalgia
8. Benign Cramp-fasciculation syndrome
9. Restless leg syndrome
10. Muscular dystrophies
11. Myotonic disorder
12. Motor neuron disease
PENATALAKSANAAN
Beberapa terapi pilihan pada kasus MM :
Pada kasus MM akibat gangguan glikogenosis :
o Pemberian oral sukrosa (37 gr) sebelum melakukan aktivitas)
o Vitamin B6
o Diet tinggi protein
Pada kasus MM akibat gangguan metabolisme FFA
o Pemberian suplemen carnitine : 2-6 gram/24 jam (dewasa), 100
mg/kgBB/24 jam dalam 4 pemberian
Pada kasus MM akibat gangguan mitokondria
o Antioksidan
o Cofactor (coenzyme Q10)
o Pantang berolahraga pada waktu puasa/sakit.
II.3.1 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi yang pasti belum diketahui sampai saat ini. Beberapa teori yang
mendukung adalah: berkurangnya kadar ubiquinone, meningkatnya aktivitas Low
Density Lipoprotein (LDL) reseptor dan turunnya kadar cholesterol.
Berkurangnya kadar ubiquinone. Statin menyebabkan turunnya sintesis
kolesterol, dan metabolit lain yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan fungsi
normalnya a.l ubiquinone (coensim Q10). Ubiquinone merupakan komponen
penting pada rantai respirasi di otot, yang berperan dalam transport electron dan
produksi ATP.
Meningkatnya aktivitas reseptor LDL. Menurunnya kadar LDL dengan pemberian
statin, menyebabkan meningkatnya aktivitas reseptor LDL otot. Selanjutnya akan
menyebabkan “ fat miopati” akibat peningkatan very low density lipoprotein
(VLDL). Peningkatan aktivitas reseptor LDL otot, memuat meningkatkan uptake
sitosterol. Kondisi : “fat miopati” dan peningkatan sitostero otot memicu
terjadinya hambatan pada celluler growth, sintesa DNA dan pada akhirnya terjadi
apoptosis.
Menurunnya kadar cholesterol darah. Kolesterol merupakan komponen
membrane sel, berpartisipasi dalam mobilisasi elektrolit. Enelitian binatang coba
menunjukkan kondisi hiperekstability membrane sel otot dan menunjukkan
gambaran serupa dengan miopati akibat gangguan transport ion Cl.
MIOPATI LIPID
Karakteristik morfologis yang utama pada miopati lipid adalah akumulasi vacuolar
lipid di dalam miosit, terutama dalam serabut otot tipe 1. Asam lemak dalam keadaan
normal dikatabolisme di dalam mitokondria; miopati terjadi karena abnormalitas
system transport karnitin atau karena defisiensi system enzim dehidrogenase
mitokondria yang menyebabkan defek pembetukan ATP (adenosine trifosfat)
Kategori utama dari miopati endokrin termasuk yang terkait dengan: (1) disfungsi
adrenal (seperti pada penyakit Cushing atau miopati steroid); (2) disfungsi tiroid
(seperti dalam myxedema koma atau miopati tirotoksik); (3) disfungsi paratiroid
(seperti dalam neoplasia endokrin multipel ); (4) disfungsi hipofisis, dan (5) pulau
Langerhans disfungsi (seperti dalam miopati dari infark iskemik diabetes dari otot
femoralis). Miopati steroid adalah miopati endokrin yang paling umum.
Meskipun endokrin yang abnormal biasanya hadir paling sering kelemahan otot
proksimal.Patofisiologi yang tepat belum dipahami.
Disfungsi adrenal
Etiologi dari hypoadrenalism adalah banyak, termasuk infeksi, penyakit inflamasi,
dan tumor. Terutama, gagal ginjal dapat mengikuti ganguan hipofisis.
Dalam hypoadrenalism, manifestasi neurologis seperti gangguan perilaku dan
pemikiran yang menonjol, miopati tidak mungkin temuan presentasi.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelemahan otot pada insufisiensi adrenal
insufisiensi sirkulasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan metabolisme
karbohidrat, dan kelaparan.
Etiologi dari hyperadrenalism termasuk overproduksi hormone hipofisis atau ektopik
dari adrenokortikotropik (ACTH), tumor adrenal, atau kortikosteroid eksogen.
hipersekresi ACTH hipofisis (yaitu, penyakit Cushing) disebabkan oleh
microadenoma corticotroph pada 90% pasien dan sisanya oleh macroadenoma.
Disfungsi tiroid
Defisiensi hormon tiroid menyebabkan sindrom neurologis yang bervariasi
tergantung pada usia dari onset defisiensi hormone tiroid itu. Kelemahan otot terjadi
paling menonjol pada dewasa dalam bentuk myxedema.
Kelebihan hormon tiroid juga mengakibatkan miopati. Miopati tirotoksik diyakini
dapat mengakibatkan gangguan dalam fungsi serabut otot dari peningkatan respirasi
mitokondria meningkat, degradasi protein dipercepat dan oksidasi lipid, dan
peningkatan beta-adrenergik akibat sensitivitas berlebihan dari hormon tiroid.
Gangguan tiroid dapat mengakibatkan myositis orbital, gangguan dari gerakan okular
dapat terganggu dan karena itu muncul secara klinis sebagai kelemahan otot mata.
Heterogenitas dari miopati endokrin diilustrasikan dengan baik oleh Rodolico dan
rekan, yang menggambarkan 10 pasien dengan hypothyroidism autoimun primer
yang menyajikan miopati.
Paratiroid disfungsi
Hipoparatiroidisme menyebabkan tetani, dengan atau tanpa carpopedal
spasm. Patofisiologi mungkin melibatkan baik kekurangan hormon paratiroid atau
ketidakmampuan hormon memberikan efek pada end-receptor karena disfungsi dari
reseptor hormon.
Hiperparatiroidisme tidak menyebabkan tetani tapi mengakibatkan muscle wating dan
miopati (yaitu, kelemahan otot proksimal). Patofisiologinya adalah oversekresi dari
hormon, sering dari adenoma paratiroid.
Miopati terkait dengan disfungsi paratiroid muncul akibat dari perubahan tingkat
hormon paratiroid (PTH) dan gangguan aksi vitamin D.
Disfungsi hipofisis
Miopati akibat penyakit hipofisis mungkin akibat disfungsi adrenal sekunder dan /
atau gangguan endokrin lainnya seperti disfungsi tiroid.
Hypopituitarism serta hyperpituitarism mungkin akibat dari beberapa penyebab, dari
trauma yang sederhana, atau dari infeksi atau tumor.
Polimialgia reumatika (PMR) dan arteritis temporalis (TA): Meskipun penelitian baru
saja dimulai, Imrich dan rekannya mencatat bahwaperubahan yang berkaitan dengan
usia dalam sistem neuroendokrin dapat mewakili faktor patogenik menurut PMR dan
/ atau TA secaragenetik.
EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat
Secara umum, miopati endokrin semakin diakui. Namun, kejadian dan prevalensi
yang tepat belum diketahui. Pasien dengan disfungsi endokrin sering mengeluh
kelelahan dan kelemahan. Gejala-gejala ini disebut sebagai miopati, meskipun
kriteria histologis atau elektropsikologi yang didefinisikan dalam memenuhi
diagnosis tersebut masih kurang. Bahkan, banyak dari pasien ini hanya menunjukkan
adanya atrofi otot tanpa degenerasi otot. Miopati kortikosteroid adalah miopati terkait
endokrin yang paling umum.
Mortalitas / Morbiditas
Miopati dapat menyebabkan kelemahan dan / atau nyeri. Secara signifikan dapat
mempengaruhi kualitas hidup dan merusak fungsi sehari-hari. Miopati juga dapat
mengakibatkan atrofi otot.
Kematian berkaitan dengan penyebab miopati. Sebagai contoh, myxedema coma
dapat memiliki tingkat kematian antara 50% (jika diobati secara agresif) dan 100%.
Seks
Hyperparathyroid miopati – wanita: laki-laki: 2:1
Hipertiroid miopati – wanita: laki-laki: 1:1
Steroid miopati iatrogenik – wanita:laki-laki: 2:1
Hipotiroid miopati – wanita: laki-laki: 05:01
Cushing miopati - Tergantung pada etiologi sindrom Cushing
Umur
Hyperparathyroid miopati - Puncak kejadian 40-60 tahun
Hipertiroid miopati - Puncak kejadian 20-60 tahun
Hipotiroid miopati - Insiden meningkat setelah 40 tahun
Cushing miopati - Puncak 20-40 tahun kejadian
Sejarah miopati pada umumnya adalah bahwa kelemahan otot lebih dari proksimal
dari distal, dengan atau tanpa terkait nyeri otot, kram, dan / atau spasme
otot. Kelemahan ini biasanya simetris atau cepat menjadi simetris. Atrofi otot
mungkin ada atau tidak ada.
Disfungsi adrenal
o Hypoadrenalism: pada hypoadrenalism, manifestasi neurologis: gangguan
perilaku dan pemikiran yang menonjol, miopati jarang ditemui.
o Hyperadrenalism: Sindrom Cushing dapat hadir dengan gambaran cushingoid
ditambah nyeri dan kelemahan. Miopati kortikosteroid adalah penyakit endokrin
yang sering berhubungan dengan otot.
Disfungsi tiroid: Gangguan fungsi tiroid dapat mengakibatkan kelemahan otot.
o Hipotiroidisme : kelemahan otot terjadi paling menonjol pada dewasa dalam
bentuk myxedema. Gejala umum termasuk: penambahan berat badan, neuropati,
kelelahan, intoleransi dingin, mengantuk, dan gangguan emosional selain
kekakuan otot, kelemahan, dan nyeri.Terutama, penyakit kejiwaan mungkin
menonjol. Ataksia cerebellar dapat terlihat pada orang dewasa, jarang pada anak-
anak, dimana melibatkan cerebellum.
o Hipertiroidisme : Gejala umum termasuk kehilangan berat badan, berkeringat,
tremor, pengecilan otot, dan kelemahan tanpa rasa sakit.Terkadang pasien
didapatkan mialgia, kram, dan kelemahan otot bulbar dan okular. Gejala okular
(diplopia, reflek berkedip berkurang, ptosis) dan kemungkinan di dapatkan
penyakit kulit, terutama dalam kasus penyakit Graves.
Disfungsi Paratiroid
o Hipoparatiroidisme : tetani dengan atau tanpa carpopedal spasm. Nyeri otot, kram,
dan spasm juga didapatkan. Kelemahan otot biasanya ringan. Gejala umum
termasuk perawakan pendek dengan wajah bulat, penebalan dan kelainan tulang
calvarium dan gejala neurologis (misalnya, kejang, gangguan kognitif).
o Hiperparatiroidisme : kelelahan otot dan miopati (yaitu, kelemahan otot
proksimal) adalah gejala umum. Gejala lain mungkin termasuk temuan
dinotasikan dengan ungkapan yang terkenal "(menyakitkan) tulang, (ginjal) batu,
(gastrointestinal) mengeluh, dan (kejiwaan) rintihan." Khususnya, depresi,
gangguan kognitif, kehilangan memori, dan perubahan mood dapat hadir. Juga,
batu ginjal adalah fitur hampir konstan dari sindrom penyakit.
Disfungsi hipofisis: Miopati akibat penyakit hipofisis mungkin akibat dari disfungsi
adrenal sekunder atau gangguan endokrin lainnya.
o Hypopituitarism : Seringkali, miopati akibat dari disfungsi adrenal
sekunder. Gejala-gejala umum termasuk disini adalah amenore, kehilangan libido,
kulit alabaster, lesu, sembelit, dan intoleransi dingin.
o Hyperpituitarism : Seperti hipopituitarisme, efek adrenal sekunder mungkin
bertanggung jawab untuk terjadinya miopati tersebut. Gejala-gejala umum yang
muncul disini: ketidaksuburan, impotensi, sakit kepala, dan efek massa tumor
hipofisis.
Polimialgia reumatika (PMR) dan arteritis temporalis (TA): Meskipun penelitian
baru saja dimulai, Imrich dan rekan mencatat bahwa perubahan yang berkaitan
dengan usia dalam sistem neuroendokrin dapat mewakili faktor patogenik untuk
PMR dan / atau TA genetik.
PEMERIKSAAN FISIK
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
PENGOBATAN
Pengobatan Miopati endokrin melibatkan koreksi dari disfungsi endokrin
yang mendasari, baik melalui pembedahan atau medis. Perawatan dilakukan untuk
menghindari lesi neurapraxic. Beta-adrenergik-blocking agen dapat meningkatkan
kekuatan otot, otot terutama pernapasan.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada proses endokrin yang mendasari. Miopati seringkali
mereda dengan koreksi dari penyakit yang mendasari.
Kelemahan berkepanjangan dan pemulihan parsial yang umum terutama pada kasus
yang parah dan pada pasien dengan pengobatan tertunda atau suboptimal.
Author: Steve S Lim, MD; Chief Editor: Denise I Campagnolo, MD, MS (28 sep
2010 http://emedicine.medscape.com/article/313842-overview
LATAR BELAKANG
PATOFISIOLOGI
Miopati steroid dapat lebih sering pada penggunaan steroid terflorinasi seperti
deksametason atau triamcinolon dibandingkan steroid yang tidak terflorinasi seperti
prednison atau hidrokortison. Walaupun mekanisme dari patologi di otot belum jelas,
hal ini dapat berhubungan dengan berkurangnya sintesis protein, peningkatan
degradasi protein , perubahan metabolisme karbohidrat, perubahan mitokondrial,
gangguan elektrolit dan atau berkurangnya eksitabilitas sarkolema.Gaya hidup
dengan banyak duduk dapat meningkatkan risiko kelahan otot pada pasien yang
menggunakan kortikosteroid. Dua jenis miopati steroid yang ada yaitu akut dan
kronis. Jenis kronis atau disebut juga klasik dijumpai setelah penggunaan lama dari
kortikosteroid, sedangkan jenis akut yang lebih jarang berhubungan dengan
rhabdomiolisis dan dapat terjadi tiba-tiba pada pasien yang menggunakan
kortikosteroid dosis tinggi.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi
Insidens pasti dari miopati steroid tidak diketahui, sensitivitas terhadap obat ternetu
berbeda antar pasien
Mortalitas/morbiditas
Kelemahan pada miopati steroid secara khas membaik setelah dosis kortikosteroid
dikurangi atau dihentikan, walaupun penyembuhan dapat memakan waktu selama
beberapa minggu atau bulan. Osteoporosis dapat terjadi sebagai komorbid dari
miopati steroid yang dapat dihasilkan dari kortikosteroid maupun berkurangnya
mobilitas dan gangguan respirasi.Beberapa komorbid lain termasuk kontraktur sendi,
ulkus tekanan dan DVT. Mortalitas pada miopati steroid belum pernah dijelaskan.
Beberapa penelitian yang melaporkan kematian pasien tidak terbukti bahwa miopati
steroid sebagai penyebab kematian.
Jenis kelamin
Wanita tampaknya terlihat dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki mengalami
kelemahan otot, walaupun alasannya belum jelas.
Riwayat/ Anamnesis
Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN LAIN
Rehabilitation Program
Terapi fisik
Terapi okupasi
TERAPI MEDIKASI
Beberapa obat-obatan seperti suplemen kalium, phenytoin, Vitamin E dan anabolik
steroid telah dicoba untuk mengobati miopati steroid. Namun tidak ada yang secara
jelas dapat mencegah atau mengembalikan kelemahan otot yang diinduksi steroid.,
Rekomendasi utama adalah mengurangi dosis steroid dibawah ambang atau
menghentikan penggunaan steroid. Rekomendasi lain adalah menggunakan golongan
steroid yang tidak terflorinasi.
Komplikasi
Prognosis
Patient Education