Oleh :
Miradz Hudaya
Pembimbing :
dr. Maman Abdurahman, SpB(K)Onk
PENDAHULUAN
Tuhan telah menganugerahkan kepada kita naluri untuk menolong
atau membantu meringankan penderitaan sesama. Naluri ini sudah nampak
sejak awal kehidupan di dunia. Kemudian manusia berupaya mencari masalahmasalah dan penyakit-penyakit yang menyebabkan penderitaan itu. Upaya ini
masih diteruskan untuk mencari cara pengobatan penyakit itu, baik dengan
pemberian obat-obatan ataupun dengan cara pembedahan di masa itu.
Kita masih ingat nama Hippocrates, seorang Yunani yang hidup pada abad
ke lima sebelum Masehi (460-360BC). Beliau dikenal sebagai penyembuh
yang pandai pada zamannya. Beliau pula yang menganjurkan pengobatan
empiema dengan menusukkan sebilah pisau diantara dua tulang rusuk. Beliau
telah diakui sebagai model dokter yang ideal dan sebagai Father of
Medicine. Sumpah Hipocrates masih menjadi dasardari lafal sumpah/janji
jabatan dokter di Indonesia.
Upaya manusia untuk mencari cara pengobatan penyakit ini terus menerus
dilanjutkan, bahkan makin hari makin dipergunakan metode-metode penelitian
yang lebih sahih dengan mempergunakan teknologi yang makin maju. Banyak
sekali penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan tidak sedikit penemuanpenemuan yang diperoleh, sehingga terjadilah kemajuan-kemajuan di bidang
diagnostik maupun terapi. Akhirnya terjadilah perkembangan ilmu kedokteran
sedemikian rupa sehingga tidak mungkin lagi dapat dikuasai oleh seseorang.
Maka lahirlah spesialisasi-spesialisasi bahkan subspesialisasi yang mendalami
ilmu kedokteran dalam bidang yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
Namun demikian sampai sekarang kita masih dihadapkan kepada suatu
kenyataan bahwa masih belum semua penyakit dapat disembuhkan. Katena itu
yang berbeda. Pada terapi kuratif lebih kearah tindakan operasi, sedangkan terapi
paliatif lebih kearah radioterapi dan kemoterapi.1,2
Inti dari perawatan paliatif difokuskan pada perawatan dan rasa solidaritas.
Ada beberapa titik perhatian dalam melaksanakan terapi. Dalam hal ini harus
dinilai seberapa penting dialog memenuhi kebutuhan hidup penderita dan
dilaksanakan secara dua arah.
Perawatan paliatif dapat dilangsungkan di rumah penderita sendiri, di
rumah penampungan atau di rumah sakit tergantung pada kemauan penderita dan
keluarganya. Biasanya yang terbaik adalah perawatan dirumah karena pada
umumnya penderita merasa tenang di dekat keluarganya. Dalam fase akhir
kehidupan ini harus diberikan kesempatan kepada penderita untuk bersama
dengan keluarga sampai akhir hayatnya.
2. Anastomosis drainase
Misalnya pada tumor gastrointestinal yang menyebabkan obstruksi,
dilakukan gastrojejunostomi, koledokosistojejunostomi, jejunokolostomi,
dan lain-lain.
3. Fistulasi
Misalnya fistulasi gaster, jejunum, kolon, vesica fellea, vesica urinaria,
dan lain-lain
4. Ligasi vaskular
Bila tumor mengalami perdarahan massif yang sulit dikendalikan, sering
perlu dilakukan ligasi arteri yang memasok lokasi lesi untuk hemostasis.
NYERI
Definisi dari nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sedang atau
potensial akan terjadi (International Association for Study of Pain). Karena nyeri
adalah keluhan subyektif, maka tidak terdapat cara definitif untuk membedakan
nyeri yang terjadi akibat kerusakan jaringan dan yang terjadi tanpa kerusakan
jaringan. Nyeri sebagai delusi somatik atau depresi terselubung jarang terjadi pada
pasien kanker; adanya nyeri biasanya menunjukkan adanya proses patologis.2,4
1. Penyebab Nyeri Viseral, Somatik, Neuropatik, dan Psikogenik1,2
Nyeri viseral
Awalnya nyeri viseral ditimbulkan dari stimulasi langsung pada saraf
aferen yang disebabkan karena infiltrasi tumor pada jaringan ikat atau viseral.
Peregangan, distensi atau iskemia dari viseral dapat menyebabkan nyeri dan
cenderung sulit untuk dilokalisir. Nyeri dirasakan dalam, sangat hebat atau dapat
pula berupa nyeri kolik. Pada pasien kanker, nyeri viseral tidak hanya bisa
disebabkan infiltrasi tumor langsung, namun juga oleh bermacam kondisi seperti
konstipasi, radiasi, atau kemoterapi.
Nyeri somatik
Pada pasien kanker umumnya disebabkan karena peradangan jaringan
Nyeri neuropatik
Secara umum digambarkan sebagai rasa panas atau terbakar. Tipe nyeri ini
disebabkan karena cedera pada saraf baik itu karena pengobatan atau invasi
tumor. Sebagai contoh, cisplatin, vincristine dan procarbazine dapat menimbulkan
kerusakan pada saraf. Nyeri neuropatik tidak selalu responsif terhadap terapi
opioid. Pasien dengan nyeri neuropatik sering mengeluhkan rasa tidak enak yang
disebabkan karena stimulus yang secara normal tidak menyebabkan nyeri, seperti
sentuhan ringan.
Nyeri psikogenik
Merupakan nyeri kejiwaan akibat adanya stress, depresi, marah, atau
cemas.
Pada kanker nyeri ini dapat disebabkan oleh :
-
Ketidakpastian
Etiologi Nyeri
Respon nyeri pada penderita kanker antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Kanker itu sendiri
Nyeri karena kanker itu sendiri diperkirakan sebanyak 70 %. Nyeri itu
dapat karena :
a. kanker, terutama pada saraf otak, saraf atau tulang
b. infiltrasi kanker ke saraf, tulang atau kanker lanjut
c. metastase kanker, antara lain di tulang, organ, otak
d. Komplikasi kanker :
Fisik : Obstruksi, Fraktur, Nekrose
Psikis : Depresi,Cemas.
2. Komplikasi pengobatan kanker
Nyeri karena komplikasi pengobatan kanker diperkirakan sebanyak 1020% karena :
a. Komplikasi bedah :
- Infeksi
- Fibrosis
- Hematom
- Oedema
b. Komplikasi radioterapi :
- Radio-nekrosis
- Fibrosis
- Dermatitis
c. Komplikasi kemoterapi :
- Neuritis
- Mukositis
- Myositis
Teknik medikamentosa
Terapi medikamentosa masih merupakan terapi yang terpenting untuk
menangani nyeri, karena terapi ini masih dapat diterapkan oleh semua dokter,
sifatnya reversibel dan dapat ditoleransi oleh penderita.
Dianjurkan untuk permulaan pemberian tidak memberikan dosis yang
terlau rendah. Dengan ini akan diperoleh kepercayaan dari penderita terhadap
pengobatan yang diberikan. Pengobatan yang diberikan harus juga diberikan pada
waktu-waktu yang tetap berdasarkan anamnesis nyeri dan sifat farmako kimia dari
obat. Dengan cara ini dapat diatur kadar obat didalam darah yang cukup dan
mengindarkan penderita dari keterlambatan efek karena analgesinya.
By the Clock : Pasien mendapatkan obat nyeri secara rutin dan teratur setiap
harinya atau dengan sediaan sustained release. Hal ini membuat nyeri reda secara
berkesinambungan dan memperkecil episode nyeri pasien yang biasa mengeluh
nyeri selama 24 jam. Tujuannya yaitu mencegah nyeri lebih baik daripada
bereaksi terhadap nyeri.
By the Ladder : Tipe pengobatan nyeri harus berubah tergantung parahnya nyeri.
Tahap pertama yang diberikan adalah yang non opioid, jika hal ini tidak
meredakan rasa nyerinya, harus ditambahkan opioid untuk nyeri ringan sampai
sedang, kemudian nyeri masih tidak dapat diredakan maka diganti dengan opioid
untuk sedang sampai berat.hanya satu obat yang boleh digunakan pada saat yang
sama pada masing-masing kelompok. Jika suatu obat tidak manjur, jangan diganti
dengan
obat
yang
sama
kemanjurannya
(misalnya
dari
kodein
ke
10
11
Untuk penambahan nyeri jangka pendek yang timbul secara periodik dapat
dipergunakan opiat yang bekerja singkat disamping pengobatan rumatan.
Contohnya Thalmonal. (droperidol + fentanil)
4. Pemberian morfin yang secara epidural atau spinal
12
13
Pendekatan Psikologis
Kurang lebih sepertiga pasien dengan kanker dilaporkan menderita
anxietas atau depresi yang membutuhkan penatalaksanaan psikiatrik.
Depresi jelas merupakan gejala psikiatri yang paling sering pada pasien
kanker. Depresi pada pasien kanker disebabkan oleh :
1. Stres yang berhubungan dengan diagnosis dan penatalaksanaan.
2. Pengobatan
3. Keadaan umum pasien
4. Berulangnya depresi.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi dalam hal ini adalah
glukokortikoid, narkotik, barbiturat dan antikonvulsan lain, beberapa zat
kemoterapi seperti vincristine, vinblastine, procabazine dan L-Asparaginase.
Terapi yang sering digunakan untuk depresi dapat berupa antidepresan,
psikostimulan, mood stabilizer, terapi elektrokonvulsif.
Anxietas atau kecemasan merupakan suatu reaksi normal terhadap stres
secara emosional menghadapi kanker yang diderita seseorang. Kanker dapat
memaksa seseorang berubah dalam peran sosial, mengganggu hubungan
interpersonal, gangguan tubuh dan perubahan penampilan selain itu seseorang
dihadapkan pada kematian atau umur yang terkesan kian memendek.
Benzodiazepin (lorazepam, alprazolam dan clonazepam) merupakan obat pilihan
utuk status anxietas akut.
Delirium biasa diakibatkan oleh keterlibatan tumor pada sistem saraf
pusat, dan efek tidak langsung dari sekuele toksik metabolik dari penyakit dan
pengobatan. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran, seringkali disertai oleh
gangguan kognitif global, abnormalitas mood, tingkah laku dan persepsi.
Prevalensi delirium pada pasien kanker sekitar 5% sampai 25% pada berbagai
penelitian. Beberapa zat antineoplastik dan imunoterapi dapat menyebabkan
delirium dan perubahan pada status mental. Penatalaksanaan delirium termasuk
identifikasi dan koreksi penyebabnya sambil mengobati gejala dan pemberian
terapi suportif.
14
15
anoreksia
16
cernanya tidak bekerja dengan baik. Cara ini selain mahal juga mempunyai efek
samping yang cukup berisiko (infeksi, trombosis, dll.). 6
Terapi medikamentosa seringkali dilakukan pada beberapa pasien namun
banyak perbedaan pendapat dan beberapa diantaranya justru tidak dianjurkan.
Terapi nutrisi lebih bermanfaat karena efek samping yang jauh lebih kecil.
Tujuan terapi diet pada pasien kanker pada umumnya untuk meningkatkan status
gizi dan untuk mempertahankan berat badan supaya proses penyembuhan lebih
baik. Terdapat beberapa kriteria yang dipakai sebagai landasan pengobatan nutrisi
suportif pada pasien kanker, antara lain :
1. Bila pasien tidak mampu mengkonsumsi 1000 kalori/hari
2. Bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%
3. Kadar albumin serum kurang dari 3,5 g%
4. Kadar transferin serum menurun
5. Ada tanda-tanda penurunan daya tahan tubuh.
17
DAFTAR PUSTAKA
18