Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA IDE

STRUKTUR HEWAN

‘’Awetan Pada Aves’’

OLEH :

WIDYA SIRAIT 4163341057

EKSTENSI B 2016

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide (RI)
mata kuliah Struktur Hewan tentang “Awetan Pada Aves”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang senantiasa memberikan


arahan kepada penulis, dan semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang cerita tentang gagasan ide hasil ide sendiri terkait dengan
awetan pada aves.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Penulis
memohon saran serta kritikan yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan
penulis berharap agar makalah ini dapat berguna sesuai peruntukannya bagi pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 25 Oktober 2018

Widya Pinondang Sirait

41633410
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4

1.2 Tujuan penulisan .......................................................................................... 4

1.3 Manfaat ......................................................................................................... 4

BAB II ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA .................... 5

BAB III Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi ................ 7

BAB IV Ide turunan dari konteks sosialnya .................................................... 8

4.1 Peluang keterwujudan ............................................................................... 8

4.2 Nilai nilai inovasi ......................................................................................... 8.

4.3 Perkiraan dampak ......................................................................................... 9

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10

5.2 Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, sedangkan hewan yang
lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai
sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-
elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger, atau
berenang, Aves telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis
aves seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan
sumber protein yang penting, yakni daging maupun telurnya. Adapun jenis makanan burung
berdasarkan cakarnya, antara lain:

a. Kaki burung kakatua untuk memanjat. Selain itu, juga untuk memegang makanan.
b. Kaki ayam untuk mengais tanah saat mencari makanan.
c. Burung elang mempunyai kaki kuat dengan kuku tajam. Kaki ini untuk mencengkeram
mangsanya.
d. Burung pipit mempunyai kaki langsing untuk bertengger.
e. Kaki itik dan pelikan berselaput sehingga cocok untuk berenang di air.
f. Burung pelatuk pandai memanjat karena bentuk kakinya sesuai untuk memanjat.

1.2.Tujuan penulisan

1. Mengetahui pengetian hewan aves

2. Mengetahui struktur tubuh aves

3. Mengetahui sistem gerak pada aves

1.3.Manfaat Penulisan

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca


bahwasannya lemak memiliki banyak manfaat dalam kehidupan .Dan mampu berfikir kristis
untuk menemukan gagasan atau ide ide baru
BAB II

ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara


praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru, terutama untuk spesimen- spesimen yang
sulit di temukan di alam. Spesimen adalah contoh binatang atau tumbuhan atau mikroba utuh

(misal serangga dan ikan), bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan (misal tengkorak mamalia,

tulang burung, daun yang diserang hama dan bunga) atau organ (hati dan pucuk akar serabut)
atau darah untuk material DNA yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu.
(Suhardjono, 1999)

Teknik awetan dibedakan menjadi dua yaitu awetan basah dan awetan kering. Awetan
kering dilakukan untuk hewan seperti kelas mamalia, amphibi dan aves, sedangkan koleksi basah
digunakan untuk kelas reptil dan pisces. Manfaat dan dayaguna awetan spesimen menurut
(Suhardjono, 1999) diantaranya yaitu:

1. Membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya


2. Mendiagnosa atau mendeskripsikan karakter pemiliknya
3. Membantu mempelajari hubungan kekerabatan
4. Mempelajari pola sebaran geografi
5. Mempelajari pola musim keberadaanya
6. Mengetahui habitat
7. Mengetahui tumbuhan atau hewan inang
8. Mengetahui biologi: perilaku, daur hidup

Pembahasan resin

Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi agak
kental. Jenis resin bermacam-macam. Untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan
resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan
kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dll sebagai pengganti mika, namun
penggunaan resin bening yang ada dipasaran untuk pengganti mika, masih belum menghasilkan
kualitas yang memuaskan. Sedangkan resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan
aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia.

Berdasarkan latar belakang inilah, kami membuat rangkaian rekayasa ide untuk
meningkatkan nilai dan mutu awetan spesimen yang dapat berperan dalam edukasi, akademik,
dan penelitian ilmiah.

Originalitas Ide

Ide yang digunakan dalam penyusunan laporan rekayasa ide ini merupakan ide murni dari
kerangka pemikiran hasil diskusi kelompok 4 mengenai cakar. Ide yang kami temukan berasal
dari keingintahuan kami mengenai karakteristik cakar burung secara morfologi berdasarkan jenis
makanannya dan karakteristik tersebut dapat diamati masyarakat tanpa perlu mencari burung ke
habitatnya. Maka dari itu, kami memiliki ide untuk membuat resin perbedaan karakteristik cakar
burung secara morfologi berdasarkan jenis makanannya. Adapun dalam pembuatan pengawetan
cakar pada burung, kami menggunakan 4 jenis hewan dengan kriteria burung pemakan biji,
pemakan daging, dan pemakan serangga. Jenis burung yang digunakan yaitu pemakan biji
diwakilkan dengan burung merpati (Columba livia), burung pemakan daging menggunakan
burung hantu (Strigiformes), burung pemakan serangga menggunakan burung pelatuk (Picidae),
serta burung pemakan biji menggunakan burung jalak (Sturnidae). Kemudian, masing-masing
cakar burung tersebut dibuat menjadi resin. Satu resin terdiri dari 4 cakar burung dan masing-
masing awetan cakar burung tersebut disusun sedemikian rupa sehingga sebagian cakar
tenggelam dan sebagian lainnya timbul. Hal ini dilakukan agar setiap peneliti/pengamat selain
dapat melihat namun juga dapat meraba awetan tersebut sehingga pengamatan terhadap
morfologi cakar dapat optimal.

Konteks sosial

Resin karakteristik cakar burung berdasarkan jenis makanannya mempunyai peran


sebagai edukasi dan akademik. Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan
pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Spesimen
awetan tersebut sering dibutuhkan untuk keperluan penelitian maupun alat peraga dalam dunia
pendidikan. Kegiatan pengawetan spesimen ini jangan sampai menggangu keberadaan satwa
langka dan harus memperhatikan proporsi pengambilan sampel hewan agar ekosistem tetap
terjaga dan seimbang. Spesimen awetan ini juga dapat membantu dalam penelitian taksonomi.
BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

Adapun perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi dalam pengawetan antara lain:
a. Alat

No Nama Alat Jumlah


1. Alat pembedah 1 set
2. Gunting 1 buah
3. Carter 1 buah
4. Papan/ ranting kering 1 buah
5. Jarum suntik 1 buah

b. Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1. Formalin secukupnya
2. Alkohol 90% Secukupnya
3. Burung 2 ekor
4. Lem lilin Secukupnya
5. Benang 1 buah
BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIAL

4.1.Peluang Keterwujudan
Peluang keterwujudan ide inovatif ini sangat besar. Ide turunan dari ide originalitas produk
pengawetan burung ini diberi nama “resin burung’’. Rekayasa ide turunan tersebut dibuat untuk
mengawetkan organ atau bagian tubuh tertentu menggunakan larutan formalin. Dalam hal ini,
kami melakukan beberapa inovasi yaitu membuat awetan spesimen tadi kedalam resin. Konsep
resin secara umum yaitu penanaman benda kedalam larutan resin dan seluruh organnya terbenam
didalam resin.

Selain itu spesimen ini diawetkan dengan menggunakan teknik pengeringan adalah suatu
cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan
sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Selain itu resin awetan
spesimen ini juga bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi para pendidik dan membantu
penelitian taksonomi secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih
kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan
juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor.

4.2.Nilai nilai inovasi


Ide resin karakteristik cakar burung berdasarkan jenis makanannya merupakan ide
turunan dari konsep awetan spesimen sederhana. Awetan spesimen pada umumnya hanya
mengawetkan organ atau bagian tubuh tertentu menggunakan larutan formalin. Dalam hal ini,
kami melakukan beberapa inovasi yaitu membuat awetan spesimen tadi kedalam resin. Konsep
resin secara umum yaitu penanaman benda kedalam larutan resin dan seluruh organnya terbenam
didalam resin. Akan tetapi, kali ini kami berinovasi dengan membuat awetan spesimen cakar
burung tersebut setengah terbenam didalam resin dan setengah bagian lainnya timbul di
permukaan resin, kemudian keempat awetan spesimen cakar tersebut disusun secara memanjang
pada resin. Hal ini bertujuan agar ketika pengamatan karakteristik cakar burung berdasarkan
jenis makanannya, pengamat tidak hanya dapat melihat bentuk cakar burung tersebut namun juga
dapat mengamati dengan cara menyentuh langsung objek yang sedang diamati sehingga proses
pengamatan secara morfologi dapat berlangsung secara optimal. Selain itu, penyusunan 4 awetan
spesimen cakar burung secara memanjang dan tidak terpisah bertujuan agar proses pengamatan
karakteristik cakar burung berdasarkan jenis makanannya berlangsung lebih efisien. Resin
awetan spesimen ini juga bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi para pendidik dan
membantu penelitian taksonomi secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.

Inovasi lainnya yang kami peroleh yaitu menggunakan thinner sebagai bahan pengganti
formalin dalam pengawetan spesimen. Larutan thinner selain sebagai pengencer juga dapat
melindungi permulaan kayu yang dicat dari aktifitas serangga dan mikrobia. Sifat thinner
tersebut sesuai dengan prinsip pengawetan spesimen. Keunggulan penggunaan thinner dibanding
formalin sebagai bahan dasar pengawetan spesimen adalah ketersediaan thinner lebih mudah
didapat di pasaran dibandingkan dengan formalin. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
masyarakat yang menyalahgunakan formalin sebagai pengawet makanan dan minuman, sehingga
perdagangan formalin telah dibatasi.

4.3. Perkiraan dampak

Perkiraan dampak dari resin awetan spesimen cakar burung berdasarkan jenis
makanannya yaitu dapat menggangu keseimbangan ekosistem jika dilakukan secara terus
menerus dan dengan proporsi yang berlebihan. Selain itu, dikhawatirkan resin awetan tersebut
tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama jika tidak dilaukan teknik preservasi.
Preservasi merupakan kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan spesimen
terhindar dari jamur dan kerusakan sehingga sampel yang diawetkan bisa digunakan untuk
jangka waktu yang lama.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Burung (aves) adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, sedangkan hewan
yang lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena
mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Adapun struktur tubuh
aves yaitu:

a. Caput (kepala)
b. Cervix (leher)
c. Truncus (badan)
d. Cauda (ekor)
e. Sepasang Extremitas anterior = ala (sayap)
f. Extremitas pasterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya
bersisik dan bercakar.

Burung juga memiliki rangka dalam. Burung terbang dengan cara mengepakkan sayap.
Gerakan sayap dapat dikendalikan oleh otot-otot terbang yang sangat kuat. Otot-otot tersebut
melekat pada tulang dada. Burung memiliki dua otot terbang, ketika salah satu otot menarik ke
bawah otot yang lain menarik sayap ke atas. Bulu burung selain berfungsi untuk terbang, bulu-
bulu pada burung juga berfungsi untuk menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga
panas tubuhnya.

5.2. Saran

Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan makalah ini terdapat begitu banyak
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito, 1990. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Djarijah Siregar Abbas, 2001. Budi Daya Ikan Bawal. Yogyakarta : Kanisius ( Anggota
IKAPI).

Kistinnah idun, endang srilestari. 2009. Biologi BSE makhluk hidup dan lingkungannya.
departemen pendidikan nasional.

Kurniati tuti. Dkk. 2009. zoologi vertebrata. prodi pendidikan biologi fakultas tarbiyah
dan keguruan uin : bandung.

Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi sains dan kehidupan. Yudhistira :surabaya

Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta press. Universitas Negeri Yogyakarta.

Suhardjono, Y. R. 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi. Bogor:


LIPI Press.

Anda mungkin juga menyukai