Laporan Anggri DV
Laporan Anggri DV
DISUSUN OLEH:
ANGGRIANI RAHAYU
1102015025
UNIVERSITAS YARSI
ABSTRAK
Latar Belakang: Kekerasan seksual pada anak merupakan masalah global yang akan
berdampak panjang, antaralain dapat timbulnya masalah kesehatan di kemudian hari,
trauma yang berkepanjangan bahkan hingga dewasa. Kekerasan seksual pada anak
diakibatkan terlalu tingginya libido pelaku kekerasan seksual atau hasrat seksual yang
abnormal (tidak nomal). Pelaku kejahatan melampiaskan libidonya pada anak
dikarenakan lebih mudah untuk memperkosa secara paksa karena perbedaan kekuatan
fisik yang lebih jauh. Akhir – akhir ini banyak terjadi kasus pelecehan seksual
terhadap anak dimana pelakunya adalah orang dewasa dan kebanyakan pelakunya
adalah orang-orang yang di kenal korban.
Deskripsi kasus: Tn. S seorang pemulung menyetubuhi anak kandung perempuannya
(An. R) yang berusia 10 tahun sebanyak dua kali melalui vagina dan anal. Akibat
perbuatan tersangka tersebut korban tertular kuman penyakit kelamin gonorrhoe yang
diidap tersangka dan akhirnya meninggal dunia karena infeksi yang menyebar ke
seuruh tubuh korban sehingga menimbulkan kegagalan fungsi tubuh berbagai organ.
Diskusi: Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikis dan
seksual. Kekerasan seksual berupa pemaksaan dalam berhubungan seksual. Banyak
kasus kekerasan seksual pada anak berhubungan dengan konsumsi alkohol,
disebutkan biasanya pelaku merupakan orang yang ketergantungan atau sering
mengkonsumsi alkohol. Penyebab terjadinya kejahatan seksual pada anak dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu faktor intern yang terdapat di dalam diri individu pelaku
(Kejiwaan, Biologis dan Moral) dan faktor eksternal yang terdapat di luar diri pelaku
(Sosial Budaya, Ekonomi, Media Massa dan Putusan Hakim).
Kesimpulan: Kekerasan seksual dapat dilakukan oleh orang terdekat dan orang
terpercaya. Adanya permasalahan dalam pernikahann, serta ketiadaan salah satu orang
tua yang menyebabkan kurangnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak,
keadaan-keadaan tersebut memicu hasrat seksual pelaku untuk melakukan tindakan
kejahatan seksual.
III. Diskusi
Kekerasan dalam rumah tangga suatu tindakan yang dilakukan
di dalam rumah tangga baik oleh suami, istri maupun anak yang
berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis dan keharmonisan
hubungan (Novero J, Sularto, Tti W, 2017).
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik,
psikis dan seksual. Kekerasan fisik dilihat dari apakah korban pernah
didorong, digigit, ditampar, ditendang, atau dipukul dengan
menggunakan tangan maupun dengan menggunakan suatu benda,
dijambak pada bagian rambut, diseret di lantai, atau diserang dengan
menggunakan pisau maupun senjata tajam lainnya. Kekerasan psikis
dapat berupa ancaman, dilarang bertemu sanak saudara ataupun teman,
dan dilarang menghubungi keluarganya., sedangkan kekerasan seksual
berupa pemaksaan dalam berhubungan seksual (Wafa, 2014).
Di Indonesia kasus kekerasan seksual setiap tahun mengalami
peningkatan, korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja
sekarang sudah merambah ke remaja, anak-anak bahkan balita. Kasus
kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat dari waktu ke waktu.
lebih tragis lagi pelakunya adalah kebanyakan dari lingkungan keluarga
atau lingkungan sekitar anak itu berada, antara lain di dalam rumahnya
sendiri, sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sosial anak
(Noviana, 2015). Pelaku kekerasan seksual adalah orang dewasa dan
kebanyakan pelakunya adalah orang-orang yang di kenal si korban
(Syahputra R, 2018). Ketiadaan salah satu atau kedua orang tua kandung
dan adanya masalah dalam pernikahan orang tua juga menjadi salah satu
penyebab paling banyak terjadinya kasus ini (Mannat, Shradha dan
Sreekumaran, 2014).
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada
tahun 2011 saja telah terjadi 2.275 kasus kekerasan terhadap anak, 887
kasus diantaranya merupakan kekerasan seksual anak. Pada tahun 2012
kekerasan terhadap anak telah terjadi 3.871 kasus, 1.028 kasus
diantaranya merupakan kekerasan seksual terhadap anak. Tahun 2013,
dari 2.637 kekerasan terhadap anak, 48 persennya atau sekitar 1.266
merupakan kekerasan seksual pada anak.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan seksual pada anak
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu
seperti:
a. Faktor kejiwaan
b. Faktor biologis (kebutuhan makanan, kebutuhan seksual dan
kebutuhan proteksi). Kebutuhan akan seksual sama dengan
kebutuhan-kebutuhan lain yang menuntut pemenuhan.
c. Faktor moral
Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu
perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk (QS. al-Isra’ (17): 32)
Seks merupakan salah satu anugrah yang diberikan oleh Allah
SWT kepada setiap manusia. Muslim yang baik menurut agama dan adat
ialah yang mampu memelihara kemaluannya dari perbuatan maksiat
yang dilarang oleh agama.Jika agama memandang dakwah atau misi
sebagai sesuatu yang penting, maka berbicara mengenai seks dan segala
hal yang berkaitan dengannya adalah sama pentingnya. Sebab hal ini
menentukan bagaimana peran dari kedudukan agama dalam masyarakat
tersebut (Nursia, 2016).
Dalam hal ini anak dilatih untuk berani berkata ‘’tidak’’ dan
melaporkan jika ada orang yang berani berbuat cabul terhadap
dirinya. Hal tersebut dapat melatih anak untuk melawan dengan
menggunakan seluruh kekuatan fisiknya jika ada yang berani
berbuat yang tidak baik terhadap dirinya. Dibalik semua itu, hal
yang paling penting adalah mencintai anak dengan sepenuh hati
(Nursia, 2016).
V. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA