POM-QM For Windows Manual
POM-QM For Windows Manual
net/publication/323934748
Aplikasi Metode Six Sigma (DMAIC) Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Alat
Music Sasando
CITATIONS READS
0 2,495
1 author:
Damianus Manesi
Akademi Pariwisata Kupang
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Damianus Manesi on 22 March 2018.
Damianus Manesi
Program Magister Teknik Mesin
Universitas Udayana
Jl. Sudirman, Denpasar Bali
Email: dmanesi@gmail.com
Abstrak
Sentra pembuatan alat musik sasando Oebelo Kupang merupakan kumpulan pengrajin yang bergerak dalam sektor industri
kreatif (home industri) dengan produk utamanya adalah alat musik sasando. Proses produksi yang dilakukan secara manual
dan dikerjakan sesuai dengan permintaan konsumen, ternyata disatu sisi memiliki nilai estetika tinggi, namun disisi yang lain
sering dikomplain oleh konsumennya, karena sering ditemukan cacat pada produk baik sebelum maupun setelah pembelian.
Produk sasando yang diproduksi selama tahun 2012 oleh sentra pembuatan sasando Oebelo memilki prosentase cacat produk
sebesar 34,6%. Identifikasi kecacatan produk menunjukan bahwa kecacatan timbul pada saat diproduksi, dengan pentahapan
yang meliputi pembuatan bodi, pembuatan resonator, perakitan (instalasi) dan penyetelan serta finishing. Untuk mengurangi
jumlah cacat secara keseluruhan khususnya pada sub proses pembuatan sasando sehingga dapat menaikan kembali kualitas
produk sasando, maka diterapkan penggunaan metode sig sigma dengan pendekatan DMAIC. Hasil peneltian menunjukkan
bahwa dengan jumlah produk terbatas penerapan metode sig sigma dengan pendekatan DMAIC ternyata mampu menurunkan
jumlah cacat produk dari 34,6% menjadi 35,2%.
Abstrak
Center for the manufacture of musical instruments Sasando Oebelo Kupang is a collection of craftsmen engaged in the creative
industries sector with its main product is Sasando musical instrument. The production process is done manually and done in
accordance with consumer demand, it turns out one side has a high aesthetic value, but on the other frequent complaints by
consumers, as often found defects on the product both before and after purchase. Sasando products produced during the year
2012 by the center for the manufacture of Sasando Oebelo have the percentage of defective products by 34.6%. Identification
of product defects indicates that the disability was incurred during the production, with the phasing which include making body,
the resonator manufacture, assembly and adjustment and finishing. To reduce the overall number of defects, especially in sub
Sasando making process so as to increase product quality sasando back, then applied the use of the method with sig sigma
DMAIC approach. Results of a study showed that the number of products is limited to the application of the method sig sigma
DMAIC approach was able to reduce the number of defective products from 34.6% to 35.2%.
1. PENDAHULUAN
Pengembangan model dan desain alat musik tradisional merupakan salah satu upaya untuk memperkuat
identitas dan keunggulan industry kreatif Indonesia sekaligus untuk melestarikan alat musik warisan budaya
bangsa. Sasando merupakan salah satu alat musik tradisional dari Pulau Rote Nusa Tenggara Timur yang
dimainkan dengan cara dipetik (cordophone). Sasando memiliki konstruksi yang unik dengan bagian-bagian yang
meliputi tabung resonantor setengah terbuka, dawai dan penyetel. Sebagai alat musik petik, sasando memiliki
model yang bervariasi,tergantung dari jumlah dawai yang dimiliki. Sasando model tradisional memiliki 7 dawai
(pentatonic), model biola memiliki jumlah dawai antara 30-36 (diatonic), dan sando elektrik memiliki 28-84 dawai.
Jumlah dawai menunjukkan jumlah nada yang dimiliki oleh sasando tersebut dan tergantung pada pola dan
kemampuan pemainnya.
Sama seperti alat musik tradisional lainnya diIndoneisa, dalam proses produksi Sasando, sering ditemukan
berbagai kekurangan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas, jumlah produksi sasando
sangat terbatas dikeranakan pembuatannya masih dilakukan secara manual (handmade) dan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk pembuatan per unitnya. Sedangkan secara kualitas, kekurangan yang paling
umum ditemukan adalah kualitas bunyi yang kurang baik.
Sentra Industri Pembuatan Sasando Oebelo merupakan home industri instrument (Alat musik) yang
memproduksi produk Sasando secara terbatas dengan sistem make to order. Disamping itu, produk sasando dari
Sentra Industri Sasando Oebelo dikerjakan secara hand made, sehingga sering ditemukan ada hal-hal teknis
yang diabaikan yang pada akhirnya mengurangi kualitas alat musik yang dihasilkan.
Kualitas menjadi hal yang terpenting dalam menghasilkan produk alat musik. Suatu produk alat musik dapat
dikatakan berhasil menarik banyak konsumen jika produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dengan
harga tetap bersaing. Selain kualitas, kepuasaan pelanggan juga menjadi hal utama dalam meningkatkan
demand perusahaan. Oleh karena itu peningkatan kualitas penting untuk dilakukan oleh perusahaan agar produk
yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu, dan tentunya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen,
sehingga dengan demikian konsumen merasa puas dan akan berdampak pada peningkatan income.
2. METODE
2.1. Data-data yang Diperlukan
Data-data yang diperlukan terbagi atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data-data kualitatif diperoleh
melalui kuisioner, wawancara, dan brainstorming dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk melakukan
improve atau perbaikan.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Beradasarkan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini, metode pengumpulan data terdiri atas :
a. Kuisioner, digunakan untuk melakukan improve dan perbaikan.
b. Wawancara, digunakan untuk mengetahui penyebab dari kegagalan. (Dalam pelaksanaan wawancara,
sumber informasi yang digunakan adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan kompeten dalam
kualitas)
c. Data historis, digunakan untuk penghitungan kapabilitas proses
2.3. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan pendektan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
Define
Mendefinisikan
Pernyataan
masalah dan
tujuannya
Measure
Identifikasi CTQ
Pengukuran Data
pada proses
Analyze
Mengapa terjadi
Defect
Improve
Solusi Alternatif
untuk mengurangi
defect
Control
Terhadap solusi
yang diterapkan
Produk utama dari Sentra Pembuatan Sasando Oebelo adalah Alat Musik Intrumen Sasando. Proses
pengerjaannya dilakukan secara manual (hand made) dan sebagian besar dilakukan atas pesanan konsumen
(made by order). Karena permintaannya terbatas, maka proses produksi dilakukan secara manual dan butuh
ketelitian tinggi serta jumlah pekerja terampil yang terbatas, maka produksi maksimum setiap bulannya hanya
mencapai 20 unit. Meskipun Sentra Usaha UKM Sasando telah menentukan persentase kecacatan untuk
produk alat sasando dengan batas persentase kecacatan yang ditentukan yaitu tidak lebih 25 % dari
jumlah produksi tetapi pada kenyataannya persentase kecacatan yang dialami masih diatas standar
yaitu 36,4 % dengan berbagai jenis kecacatan. Jenis kecacatan yang dihasilkan pada produk sasando
seperti sobekan daun resonator, ketidakpresisian pada pik penyetel dawai, kontruksi pengikat antar komponen
yang kurang kuat, korosi pada dawai serta kualitas bunyi yang rendah. Hal ini menunjukkan proses produksi
alat musik sasando yang dilakukan belum berjalan dengan baik.
2. Tujuan
Penetapan spesifikasi standar kualitas untuk produk sasando bertujuan untuk menjamin kepuasan
konsumen akan kualitas produk sasando yang dihasilakan.
3. Peran orang yang terlibat dalam proses produksi Alat Musik Sasando
Terdapat struktur tugas dari sentra usaha Sasando oebelo, yang didefenisikan sebagai berikut :
a. Ketua kelompok usaha
Ketua kelompok usaha bertanggung jawab secara adminstrasi dan sekaligus pemasarannya. Disamping itu
ketua kelompok Usaha Sasando adalah salah satu tim ahli yang secara khusus memiliki kemampuan
membuat alat musik secara turun temurun.
b. Tim Ahli
Terdiri dari ketua kelompok usaha dan seorang kolega yang juga memiliki kemampuan menciptakan dan
memainkan alat musik sasando secara turun temurun. Tim ahli bertugas untuk melakukan control terhadap
produk yang sudah dibuat serta menyetem kualitas bunyi dari alat musik sasando, sekalgus berfungsi
sebagai trainer.
c. Pengrajin
Berjumlah 4 orang dengan tugas menjalankan proses produksi pembuatan alat musik sasando
3.2. Tahap Measure
1. Menetapkan karateristik kualitas (CTQ) utama
Penentuan CTQ dilakukan dengan cara mengadakan brainstorming dengan manajemen perusahaan, ctq
yang terpilih dalam fokus ditampilkan dalam tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Data Hasil Pemeriksaan Proses produksi Sasando
Proses Karakteristik Kualitas Kriteria cacat
Bodi 1.Kualitas Material bambu 1. Hasil pemotongan tidak rata
2.Ukuran pemotongan 2. Miring
3. Kulitas potong 3. Ukuran tidak pas
4. Keadaan alat potong
Pembuatan 1. Kualitas material daun lontar 1. Resonator mengkerut
Resonator 2. Teknik pelipatan 2. Cepat sobek
3. Tidak sobek 3. Tekstur pelipatan kasar
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat dinyatakan bahwa sasando produksi Sentra Pembuatan
Sasando Oebelo memiliki tingkat sigma rata-rata sebesar 1,60 dengan DPMO rata-rata sebesar
233.391per sejuta produk.
Berdasarkan tabel diatas maka diagram sebab akibatnya (diagram tulang ikan) digambarkan sebagai
berikut :
Material Methode
(22,2%) (22,2%)
Daun terlalu
kering
Bentuk bambu tdk simetris Metode Salah
Kurang perawatan
Gambar 4.1 Diagram sebab akibat (Fish Bone) proses pembuatan bodi
Man
(25,0%) Methode
(37,5%)
Tdk Disiplin
Kurang pengawasan Metode Salah
Proses Salah
Kurang Konsentrasi
Gambar 4.2 Diagram sebab akibat (Fish Bone) proses pembuatan resonator
Kurang pengalaman
Tidak paham nada Tdk Konsentrasi
Man
(25,0%)
Gambar 4.3 Diagram sebab akibat (Fish Bone) proses instalasi dan setting
Daun terlalu
Material Methode
kering
(25,0%) (25,0%)
Bahan fernis tdk tepat Rasio pencampuran salah
Machine
Man
(8,3%)
(41,7%)
Berdasarkan tabel 4.9 dan diagram sebab akibat diatas (Gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.4),
diketahui bahwa faktor penyebab kecacatan tertinggi ada pada unsur Man dan Material, yaitu sebesar
31,71%. Faktor manusia dan material dapat menjadi penyebab kecacatan produksi sasando dikarenakan
pengrajin kurang teliti, misalnya pengrajin kurang teliti dalam memilih dan mempersiapkan material,
menyetel mesin, membuat instalasi (perakitan) komponen sasando, membuat pencmpuran bahan fernis serta
melakukan seting nada untuk mendapatkan bunyi yang optimal. Sedangkan material yang digunakan untuk
pembuatan sasando memeng tergolong sensitif karena selain berasal dari bahan organik yang membutuhkan
perlakuan khusus, material sasando juga berasal dari serat kopling yang peruntukannya bukan untuk material
akustik.
Faktor ketiga penyebab kecacatan adalah metode (29,27%). Penyebabnya adalah tidak adanya
standar baku dalam proses pembuatan sasando. Ini dikarenakan proses pembuatan sasando dikerjakan secara
hand made dan dilakukan oleh orang-orang tertentu. Sehingga matode yang digunakan pun hanyalah metode
yang sederhana dan khusus dikuasai oleh sekelompok pengrajin itu sendiri.
Faktor keempat penyebab kecacatan yaitu masin (7,32 %). Proses pengukuran dan pemotongan
yang dilakukan secara tidak teliti, tidak dilihat dan dikerjakan dengan benar-benar menyebabkan produk
sasando yang dihasilkan tidak sesuai dengan ukuran yang diinginkan atau yang diharapkan oleh konsumen.
selain itu pengunaan mesin dalam proses sasando sangat terbatas dan hanya dilakukan untuk proses
pembuatan bodi dan finishing saja.
Finishing • Warna cepat kusam • Material buruk • Memilih bahan fernis yang tepat
• Teknik fernis salah • Membuat rasio pencampuran
yang sesuai
• Sambungan tidak kuat • Teknik mengikat • Memberikan pelatihan teknik
salah mengikat (merangkai komponen
sasando) kepada pengrajin
Tabel 4.11 Rencana Tindakan dan Alat control penigkatan kualitas produk sasando
Sub Proses Rencana Tindakan Alat Control
Bodi • Mengasah gergaji • Dilakukan pengujian ketajaman mata gergaji
• Membuat gambar kerja • Gambar kerja dilakukan secara komputerisasi
dengan dimensinya
• Menggunakan alat ukur yang • Memilih alat ukur yang tepat dan menlakukan
sesuai kalibrasi terhadap alat ukur
Resonator • Melakukan pengeringan • Membatasi waktu dan durasi penjemuran material
material secara tepat dan melakukan kontrol lanjutan terhadap material
daun lontar
• Melatih cara melakukan • Setelah pelatihan dilakukan tes secara praktik untuk
pelipatan mengku kemampuan assembly
Instalasi • Mengubah dan menyesuaikan • Menggunakan tune control secara komputasi
dan settingan
Setting • Materil perlu dikaji syarat • Meminta bantuan universitas untuk menguji kualitas
akustiknya/diganti akustik material dawai
• Membuat standar • Membuat spesifikasi produk
pembanding antara bodi dan • Membuat standar nada sesuai standar pada
luasan area resonator keyboard
• Membuat standarisasi nada
pada sasando
Finishing • Memilih bahan fernis yang • Referensi fernis yang tepat untuk bambu dan daun
tepat lontar
• Membuat rasio pencampuran • Mengikuti standar dan rasio pencampuran produk
yang sesuai fernis
• Memberikan pelatihan teknik • Setelah pelatihan pengrajin kembali diuji
Adapaun kondisi tingkat kecacatan produk pada saat sebelum dan sesudah menetapkan target kinerja
dengan metode Sig Sigma pada proses produksi sasando di sentra pembuatan Sasando Ooebelo Kupang
disajikan pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa sebelum penerapan sig sigma dengan pendekatan DMAIC dikatahui
bahwa baseline kinerja DPMO produk sasando terbesar terjadi pada sub proses produksi finishing sebesar
271.759 DPMO sedangkan yang terkecil terjadi pada sub proses pembuatan bodi. Hasil penerapan metode sig
sigma dengan pendekatan DMAIC menunjukan terjadinya tren penurunan tingkat kecacatan setiap tahun, untuk
pembuatan sasando setiap tahaun ada penurunan tingkat kecacatan sebesar 1 unit pertahun.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode sig sigma
dapat dicari target kinerja pada setiap sub proses produksi yang berguna untuk meurunkan tingkat kecacatan
produk. Jumlah prosentase tingkat kecacatan sebelum menetapkan target kinerja menggunakan metode sig
sigma adalah 34,6% pertahun. Sedangkan jumlah prosentase tingkat kecacatan setelah menetapkan target
kinerja menggunakan metode sig sigma adalah sebesar 35,2%. Disamping itu kelompok sentra pembuatan
sasando Oebelo sampai saat ini belum menerapkan Six sigma secara keseluruhan dan memahami
implementasi konsep-konsep Six sigma (DMAIC) secara baik. Misalnya dalam penentuan standar cacat
produk yang ditetapkan sebesar 25% meskipun tingkat kecacatannya mensih mencapai 34,6%. Hal itu terjadi
karena sentra pembuatan sasando Oebelo belum melakukan program perencanaan konsep six sigma secara
baik dan bahkan ada konsep yang belum sama sekali dilakukan oleh perusahaan secara keseluruhan
misalnya tahap improve dan control.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Behara, Ravi. S, dkk. Customer Satisfaction Measurement and Analysis Using Six Sigma. Jurnal
of Quality & Reliability Management vol.12, No.3, April, 1995
[2]. Breyfogle, Forrest W. Implementing Six Sigma, Mc. Graw-Hill, 2003.
[3]. Gasperz Vincent. Pedoman implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001 :
2000, MBANQA & HACCP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
[4]. Gaspersz Vincent. Total Quality Management “, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
[5]. Ho Hsing, Li dan Chuang chia, Chen. A study of implementing Six Sigma Qualit y Management
System in Government Agencies for Raising Service Quality. Jurnal of American Academy of
Business vol.10, No.1, September, 2006.
[6]. Montgomery, D.C. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1990.
[7]. Pande, Peter S., Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh, 2000. The Six Sigma Way, McGraw-Hill, New
York.
[8]. Supriyanto Harry. Proses Pembuatan Tow dengan Pendekatan Six Sigma, Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, Vol.VIII, Oktober 2004, hal:317-
326, 2004.
[9]. Thomas Pyzdek. The Six Sigma Handbook: Panduan Lengkap untuk Greenbelts, Blackbelts, dan
Manajer pada Semua Tingkat, Salemba Empat, Jakarta, 2002.